Anda di halaman 1dari 44

Pemerintah Kota Bandar Lampung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)


Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Pendahuluan
[
[

Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

1.1 LATAR BELAKANG

Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi


perkembangan wilayah serta memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan
berkembang dengan dukungan wilayah sekitarnya. Berbagai fasilitas dan lapangan
kerja yang lebih bervariasi membuat kota menjadi tempat yang menarik bagi
masyarakat di luar kawasan perkotaan. Hal ini menyebabkan kota banyak dihuni
oleh pendatang dari luar kota itu sendiri. Tingginya arus urbanisasi ini tidak
terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib di kota
sehingga menyebabkan pertambahan penduduk semakin tidak terkendali. Kota pun
menjadi kawasan yang sangat padat karena harus menerima kaum urban
sementara ketersediaan tanah di perkotaan tidak mengalami perluasan.

Dampak lanjutannya adalah beberapa kota di Indonesia tidak dapat menjalankan


perannya sebagai pusat pelayanan dan pusat pengembangan wilayah sesuai
dengan fungsi dan hirarki kotanya dalam struktur pengembangan wilayah masing –
masing kota tersebut. Akibatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan kota
mengalami banyak hambatan seperti masalah harga tanah yang tinggi,
keterbatasan kemampuan pemerintah kota seperti dari segi kelembagaan dan
sumber pembiayaan yang terbatas. Permasalahan di atas berkaitan erat dengan
efektivitas pemanfaatan ruang kawasan perkotaan berikut kegiatan monitoring dan
evaluasinya.

1-1
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Kondisi tersebut menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh beberapa kota
besar di Indonesia termasuk Kota Bandar Lampung. Atas dasar perkembangan
yang terjadi dan realitas yang ada di lapangan maka Pemerintah Pusat melalui
Departemen Pekerjaan Umum melakukan revisi terhadap Undang-Undang No. 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, yang dianggap kurang akomodatif dan
tanggap terhadap beberapa permasalahan yang terjadi sehingga ditetapkanlah
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 sebagai penggantinya. Implikasinya seluruh
peraturan perundangan yang menjadi turunan dari produk hukum / undang –
undang yang lama atau yang mengacu pada peraturan perundangan tersebut
menjadi tidak berlaku dan perlu dilakukan peninjauan ulang berdasarkan ketentuan
dan substansi / materi yang diatur dalam undang – undang penataan ruang yang
baru.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa


kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota Bandar Lampung
merupakan penjabaran dari RTRW Provinsi Lampung yang dituangkan ke dalam
strategi pengembangan wilayah kabupaten/Kota yang sesuai dengan fungsi dan
peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan.
Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional. Oleh karena itu, RTRW kabupaten /
kota bersifat komplementer dan terintegrrasi dengan dengan RTRW Provinsi
maupun RTRWN sehingga di dalam penyusunannya akan ada umpan balik dalam
bentuk data, informasi dan kebijakan pembangunan wilayah baik dari jenjang
perencanaan wilayah dari tingkatan yang lebih tinggi maupun dari jenjang yang
lebih rendah.

Disamping itu, terdapat beberapa hal lain yang membedakan antara Undang-
Undang penataan ruang yang baru dengan yang lama, diantaranya perubahan
jangka waktu berlakunya dokumen rencana menjadi 20 tahun, fokus materi
penyusunan lebih memperhatikan aspek pemanfaatan dan pengendalian ruang
serta dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan RPJP kabupaten / kota.
Hal lain, yang membuat perlunya segera dilakukan proses revisi terhadap RTRW
Kota Bandar Lampung karena pada salah satu pasal undang – undang tersebut
( Pasal 78, Undang-Undang No. 26 tahun 2007 ) menyatakan bahwa pemerintah
Kabupaten / Kota diberikan waktu untuk dapat menyesuaikan dokumen tata ruang
yang ada dengan ketentuan yang baru selambat- lambatnya 3 tahun sejak undang
– undang tersebut.

1-2
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Mengingat kondisi yang mendesak tersebut maka pada Tahun Anggaran 2009 ini
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandar Lampung
akan melakukan kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandar Lampung 2010 – 2030 yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama ini
akan dilakukan kegiatan evaluasi hingga penyusunan konsep penataan ruang
wilayah kota.

1.1.1 Pengertian-Pengertian Dasar

Ruang adalah adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluknya hidup da
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak direncanakan.

Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang.

Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan
ruang. Adapun yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan
unsur-unsur pembentuk lingkungan secara hirarkis dan saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang
adalah tata guna tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya dalam wujud
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya
alam lainnya.

Beberapa pengertian lainnya yang juga menerangkan mengenai ruang yang


mempunyai fungsi tertentu adalah sebagai berikut:

Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.

1-3
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama


melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.

Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah


kawasan perkotaan yangberdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yanga
dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan
jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)
jiwa.

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,


termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan


pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.

Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan


kerena mempunyai pengaruh sangat penting dalam linkup kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya,da/lingkungan.

Kota adalah luas areal terbatas yang bersifat non-agraris dengan kepadatan
penduduk relatif tinggi tempat sekelompok orang bertempat tinggal bersama dalam
suatu wilayah geografis tertentu dengan polahubungan rasional, ekonomis, dan
individualistis.

Jalur pejalan kaki adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki.

Misi adalah sebuah pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau
garis besar jalan yang akan diambil untuk sampai pada visi yang telah lebih dulu
dirumuskan. Keduanya tidak memiliki dimensi ukur kuantitatif (persentase, besaran
waktu, dll).

1-4
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut
dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat


daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata


ruang.

Peran masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dan seluruh pemangku


kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang pada wilayah kota.

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang

Pola ruang kota adalah distribusi peruntukan ruang kota yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung


masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan
antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai
kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.

1-5
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Ruang terbuka non-hijau adalah ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun
ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-
areal yang diperuntukkan sebagai kolam- kolam retensi.

Sektor informal adalah kegiatan ekonomi yang tidak memiliki izin usaha dan
relatif berskala ekonomi kecil

Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

Strategi adalah cara atau wahana yang membawa kita dari keadaan sekarang
untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

Struktur ruang kota adalah susunan sistem pusat kota dan sistem jaringan
infrastruktur yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat kota yang secara hierarkhis memiliki hubungan fungsional.

Tata ruang kota adalah wujud struktur ruang dan pola ruang kota.

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi
dan/atau aspek fungsional.

Visi adalah gambaran keadaan yang ingin capai dimasa depan, sesuatu yang akan
menjadi tujuan organisasi dalam jangka panjang, aspirasi masa depan tanpa
menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya, visi yang efektif adalah visi yang
mampu membangkitkan inspirasi.

1-6
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

1.2 TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) Kota Bandar Lampung tahap pertama (evaluasi hingga penyusunan konsep
penataan ruang wilayah kota) adalah :
 Melakukan evaluasi implementasi dari RTRW Kota Bandar Lampung 2005 –
2015
 Melakukan identifikasi kondisi dan isu pembangunan Kota bandar Lampung
 Melakukan kajian perencanaan ruang kawasan Kota Bandar Lampung
 Menyusun tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota
Bandar Lampung
 Menyusun konsep rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan
strategis Kota Bandar Lampung.

1.3 SASARAN

Sasaran dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandar Lampung tahap pertama (evaluasi hingga penyusunan konsep penataan
ruang wilayah kota) adalah :
 Terumuskannya tingkat keberhasilan maupun penyimpangan yang terjadi
dari implementasi RTRW Kota Bandar Lampung 2005 – 2015.
 Teridentifikasinya kondisi eksisting wilayah Kota Bandar Lampung
 Terumuskannya isu pembangunan Kota Bandar Lampung
 Teridentifikasinya kebutuhan pembangunan dan pengembangan tata ruang
wilayah Kota Bandar Lampung
 Terumuskannya visi pembangunan Kota Bandar Lampung 20 tahun kedepan
 Terumuskannya arahan garis besar pembangunan Kota Bandar Lampung
 Terumuskannya kebijakan pembangunan wilayah Kota Bandar Lampung
 Tersusunnya draft konsep rencana struktur ruang wilayah Kota Bandar
Lampung
 Tersusunnya draft konsep rencana pola ruang wilayah Kota Bandar Lampung
 Terumuskannya draft konsep kawasan strategis wilayah Kota Bandar

Lampung

1-7
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

1.4 LINGKUP STUDI


1.4.1 Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah perencanaan kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung 2010-2030 tahap pertama (evaluasi hingga
penyusunan konsep penataan ruang wilayah kota) terdiri atas 13 Kecamatan dan
98 kelurahan di Kota Bandar Lampung.

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 020’ sampai dengan 5030’
Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Ibukota Bandar
Lampung berada di Teluk Betung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatra.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 19.722 Ha yang terdiri dari 13
Kecamatan dan 98 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi
oleh:
 Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan di sebelah Utara.
 Kecamatan Padang Cermin dan Katibung Kabupaten Pesawaran di sebelah
Selatan.
 Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran di
sebelah Barat.
 Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan di sebelah Timur.
Tabel 1.1
Luas Tiap-Tiap Kecamatan di Kota Bandar Lampung

NO KECAMATAN LUAS (HA) JUMLAH KELURAHAN


1 Teluk Betung Barat 1.514 8
2 Teluk Betung Selatan 1.007 11
3 Panjang 2.116 7
4 Tanjung Karang Timur 2.111 11
5 Teluk Betung Utara 1.038 10
6 Tanjung Karang Pusat 658 11
7 Tanjung Karang Barat 1.514 6
8 Kemiling 2.765 7
9 Kedaton 1.088 8
10 Rajabasa 1.302 4
11 Tanjung Seneng 1.163 4
12 Sukarame 1.687 5
13 Sukabumi 1.064 6
JUMLAH 19.722 98
Sumber:Pemerintah Kota Bandar Lampung, Bagian Pemerintahan, 2009

1.4.2 Lingkup Materi

1-8
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Substansi / materi dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Bandar Lampung tahap pertama (evaluasi hingga penyusunan konsep
penataan ruang wilayah kota) terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut :
 Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung 2005 – 2015
- Implementasi Pemanfaatan Ruang
- Penyimpangan terhadap rencana penataan dan pemanfaatan ruang
- Rekomendasi teknis penyempurnaan RTRW Kota Bandar Lampung
 Identifikasi Kondisi Eksisting Wilayah Kota Bandar Lampung
- Kondisi fisik wilayah dan lingkungan hidup
- Kondisi demografi
- Kondisi perkembangan sektor ekonomi perkotaan
- Kondisi sistem perkotaan
- Kondisi sistem infrastruktur dan transportasi kota
- Kondisi ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan fasilitas sosial perkotaan
- Kondisi perkembangan kawasan lindung kota
- Kondisi perkembangan kawasan budidaya kota
- Kondisi keuangan dan kelembagaan kota
 Perumusan Isu Pembangunan Kota Bandar Lampung
 Kajian / Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Tata Ruang
Wilayah Kota Bandar Lampung
- Analisis kondisi fisik wilayah dan lingkungan hidup
- Analisis perkembangan demografi
- Analisis perkembangan sektor ekonomi perkotaan
- Analisis sistem perkotaan
- Analisis kebutuhan sistem infrastruktur dan transportasi kota
- Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum & fasilitas sosial kota
- Analisis perkembangan kawasan lindung kota
- Analisis perkembangan kawasan budidaya kota
- Analisis kemampuan keuangan dan kelembagaan kota
 Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Bandar
Lampung
- Terumuskannya visi pembangunan Kota Bandar Lampung 20 tahun
kedepan.
- Terumuskannya arahan garis besar pembangunan Kota Bandar Lampung.
- Terumuskannya kebijakan pembangunan wilayah Kota Bandar Lampung
 Penyusunan Draft Konsep Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota
- Konsep Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

1-9
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

- Konsep Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Kota


- Konsep Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi
- Konsep Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
- Konsep Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
(Drainase)
 Penyusunan Draft Konsep Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
- Draft Konsep Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
- Draft Konsep Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
 Draft Konsep Penetapan Kawasan Strategis Kota

1.5 DASAR HUKUM

Adapun yang menjadi dasar hukum Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung ini
antara lain:
A. Undang – Undang:
 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok
Agraria;
 Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
hayati dan ekosistemnya
 Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
 Undang – undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan;
 Undang – undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air;
 Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
 Undang – undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
 Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penangulangan bencana;
 Undang – undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
 Undang – Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau – Pulau Kecil
 Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah;
 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas da Angkutan Jalan

B. Peraturan Pemerintah:

1 - 10
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan


kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan
ruang;
 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah
 Peratuaran Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang kepelabuhan
 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan
 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang jalan tol;
 Peratuaran Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupataen/Kota
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2008 tentqng
pengolahan sumber daya air
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 tentang Air
Tanah
 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
 Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan.

C. Keputusan Presiden:
 Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;
 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
 Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional.

D. Keputusan Menteri:
 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 327 Tahun 2002
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

E. Peraturan Menteri

1 - 11
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 32/PERMEN/M/2006


tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Teknik
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

1.6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1.6.1 Pendekatan
Pendekatan studi merupakan dasar pertimbangan yang digunakan untuk
merumuskan sebuah metodologi pada suatu pekerjaan, dalam hal ini terhadap
proses kegiatan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung.
Pendekatan yang digunakan merupakan penggabungan dasar – dasar pemikiran
teoritis, logis dan pragmatis yang relevan dengan lingkup pekerjaan.

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana


Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung adalah pendekatan yang
menggabungkan dasar – dasar pemikiran teoritis, logis, dan pragmatis yang
relevan dengan lingkup pekerjaan ini.

Kegiatan penyusunan RTRW ini menjadi sangat penting, karena dokumen tersebut
merupakan payung bagi dokumen perencanaan lainnya yang berada di bawahnya
seperti rencana umum tata ruang kota / kecamatan maupun dokumen perencanaan
yang lebih detail / teknis sifatnya. Disamping itu, dokumen RTRW ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pembangunan wilayah Kota
Bandar Lampung hingga akhir tahun rencana ( 2030 ).

1 - 12
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Gambar 1.1
Peta Orientasi Wilayah Perencanaan

1 - 13
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Ruang dilihat sebagai wadah interaksi sosial, ekonomi, dan budaya antara manusia
dengan manusia lainnya, ekosistem, dan sumber daya buatan. Interaksi ini tidak
dengan sendirinya berlangsung secara seimbang dan saling menguntungkan
berbagai pihak yang ada karena adanya perbedaan kemampuan, kepentingan serta
perkembangan ekonomi yang dinamis dan akumulatif. Oleh karena itu ruang perlu
ditata agar dapat memelihara keberlanjutan lingkungan dan memberikan dukungan
terhadap kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.

Wilayah kota pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi
mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, dengan demikian
maka wilayah kota perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan
ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota pada intinya adalah rencana
pemanfaatan ruang yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan wilayah
dan sektor dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang ada
dalam wilayah kota. Penataannya perlu didasarkan pada pemahaman terhadap isu-
isu ekonomi, sosial dan lingkungan yang menjadi permasalahan utama suatu
wilayah kota. Potensi, keterbatasan alam, perkembangan kegiatan sosial ekonomi,
serta tuntutan kebutuhan peri kehidupan saat ini dan kelestarian lingkungan
hendaknya terpetakan dalam rencana pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam RTRW Kota. Oleh karenanya Dalam
penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, diperlukan langkah
– langkah perumusan penentuan kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan
masalah pembangunan ;

1. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan


ruang kawasan;
 Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu
kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari
pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya;
 Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti
masalah rumah kumuh, urban heritage, perubahan guna lahan, dsb.

1 - 14
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

2. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan;


 Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil
analisis kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung lingkungan,
kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan
yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan, mencakup :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
- Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;
- Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
- Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;
 kebutuhan ekstensifikasi;
 kebutuhan intensifikasi;
 perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
- Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

Secara keseluruhan pendekatan perencanaan yang dipergunakan adalah “Rational


Planning Approach”. Sedangkan pendekatan dasar pengembangan wilayah yang
digunakan adalah :
○ Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Basic Needs); Upaya untuk
menciptakan kondisi kondusif bagi setiap ‘stake holder’ pembangunan wilayah
sehingga memberikan kemudahan untuk mengakomodasi dan
menumbuhkembangkan aktivitas sosial ekonomi di wilayah ini. Pendekatan ini
berimplikasi pada penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Wilayah guna
menciptakan kemudahan-kemudahan tersebut.
○ Pengembangan Ekonomi (Economic Development); Pembangunan
PSD Wilayah harus berorientasi pada dukungan terhadap pengembangan
ekonomi wilayah secara keseluruhan, peningkatan produktivitas, dan
peningkatan effisiensi.
○ Konversi Lingkungan; Untuk kesinambungan dan keberlanjutan
pembangunan wilayah, baik dalam konteks kepentingan lokal, regional,
nasional, maupun global, upaya-upaya perlindungan terhadap ekosistem tidak
boleh terabaikan.
○ Pemerataan Pembangunan; Aktivitas pembangunan seyogyanya
menghindari gejala disparitas antar kawasan dan justru memperhatikan
keterkaitan antara desa-kota (rural-urban interlinkages).
○ Pembangunan Berkelanjutan; Pendekatan pembangunan ini
dipelopori Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pada prinsipnya mengintegrasikan
aspek keberlanjutan (sustainability) pada semua lini yaitu ketahana bio-fisik,

1 - 15
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

sosial, dan ekonomi dalam proses pembangunan, sehingga tidak terjadi


ketimpangan di antar salah satu aspek.
Pendekatan teoritis merupakan pendekatan dengan menggunakan dasar dan
pedoman yang berasal dari teks book (buku referensi) berupa teori atau model-
model yang dapat digunakan di dalam kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang
WIlayah.

1.6.2 Metodologi

Pelaksanaan penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung ini disesuaikan dengan


pendekatan yang telah diuraikan diatas. adapun langkah-langkah yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung ini, yaitu :

1.6.2.1 Peninjauan Kembali RTRW Kota Bandar Lampung 2005 – 2015


Peninjauan ini mengacu pada buku pedoman teknis review kota, khususnya pada
bagian rencana tata ruang wilayah sebagai pedoman umum yang berlaku secara
nasional. Pedoman teknis tersebut berisi mengenai ketentuan umum, dasar
peninjauan kembali, kriteria peninjauan kembali, dan tata cara peninjauan kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah.

Faktor yang menentukan dan menjadikan kegiatan peninjauan kembali rencana


tata ruang menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala
dalam proses penataan ruang adalah karena adanya perubahan atau
ketidaksesuaian atau adanya penyimpangan yang mendasar antara rencana
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, baik karena faktor internal, maupun
faktor eksternal.

Rangkaian kegiatan dalam peninjauan kembali RTRW Kota Bandar Lampung adalah
sebagai berikut :
A. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang yang Ada
Tata cara peninjauan kembali RTRW Kota Bandar Lampung dilakukan
dengan menggunakan pedoman peninjauan kembali RTRW Kota dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut :

 Tahap Evaluasi Data Dan Informasi

1 - 16
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Pada tahap ini dikumpulkan data mengenai pemanfaatan ruang Kota


yang sudah berlangsung dan dibandingkan dengan strategi dan
rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kota .
 Data mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan eksternal, dan evaluasi
adanya perubahan terhadap asumsi faktor-faktor eksternal yang ada,
serta kajian mengenai pengaruhnya terhadap strategi, struktur dan
pola pemanfaatan ruang Kota
 Melakukan kajian terhadap keabsahan RTRWK dengan
memperhatikan perubahan pemanfaatan dan adanya perubahan
faktor-faktor eksternal

 Tahap Penentuan Perlu / Tidaknya Dilakukan Peninjauan Kembali


RTRWK
Penentuan perlu/tidaknya dilakukan peninjauan kembali terhadap
RTRWK dilakukan dengan melihat beberapa kriteria berikut:
 Terjadi perubahan kebijaksanaan pemerintah/sektor untuk
pembangunan berskala besar atau kegiatan penting yang tidak dapat
ditampung oleh struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam RTRWK
yang ada
 Terjadi perubahan faktor-faktor internal dalam pembangunan daerah
karena adanya perubahan prioritas, perkembangan kawasan atau
sektor yang tidak dipertimbangkan sebelumnya
 Terjadinya simpangan-simpangan besar dalam struktur dan pola
pemanfaatan ruang

Jika sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria tersebut dipenuhi, maka


diperlukan proses peninjauan kembali atau penyempurnaan terhadap
seluruh proses penataan ruang yang ada.

 Tahap Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali


Setelah dari tahapan (2) diperoleh ketentuan perlu dilakukan
peninjauan kembali, selanjutnya ditentukan tipologi peninjauan kembali,
yaitu :
 Tipologi A RTRWK sah, simpangan kecil, faktor eksternal tetap.
 Tipologi B RTRWK sah, simpangan kecil, faktor eksternal
berubah.

1 - 17
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Tipologi C RTRWK sah, simpangan besar, faktor eksternal


berubah.
 Tipologi D RTRWK sah, simpangan besar, faktor eksternal tetap.
 Tipologi E RTRWK tidak sah, simpangan kecil, faktor eksternal
berubah.
 Tipologi F RTRWK tidak sah, simpangan kecil, faktor eksternal
tetap.
 Tipologi G RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal
berubah.
 Tipologi H RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal
tetap.

Masing-masing tipologi diatas memiliki ciri tertentu yang berfungsi untuk


menunjukan tingkat kesahan dari RTRW Kota yang di evaluasi, yaitu :

Tipologi A
RTRWK berlaku untuk digunakan sebagai acuan pembangunan dan
memenuhi ketentuan prosedur dan proses penyusunan rencana dan
terpenuhi substansi RTRWK. Simpangan yang terjadi pada prinsipnya
tidak merubah mempengaruhi perubahan tujuan, strategi serta struktur
dan pola pemanfaatan ruang.

Tipologi B
Pada tipologi B, terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi kinerja RTRWK, sehingga tidak dapat sepenuhnya
dijadikan acuan pembangunan karena tidak dapat mengakomodasi
perkembangan yang ada. Secara mendasar, RTRWK ini memerlukan
perubahan dalam tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang.

Tipologi C
Dalam pemanfaatan RTRWK terjadi simpangan-simpangan yang
menyalahi ketentuan yang diinginkan dalam RTRWK yang disebabkan
oleh pengaruh faktor-faktor eksternal secara signifikan. Dalam hal ini
perlu dilakukan perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan
pola pemanfaatan ruang.

Tipologi D

1 - 18
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Dalam pelaksanaan RTRWK telah terjadi simpangan dalam pemanfaatan


dan pengendalian yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam RTRWK,
walaupun kondisi RTRWK sendiri telah memenuhi prosedur dan
ketentuan penyusunannya.

Tipologi E, F, G, dan H
Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama, yaitu
RTRWK yang bersangkutan tidak sah. Oleh karena itu, pada keempat
tipologi ini perlu dilakukan penyempurnaan RTRWK atau perubahan
tujuan, sasaran, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan ruang
wilayah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pedoman
penyusunan rencana, dan sesuai dengan perubahan yang diakibatkan
oleh faktor eksternal.

 Tahap Kegiatan Peninjauan Kembali


Setelah ditentukan salah satu tipe keadaan/penanganan peninjauan
kembali, selanjutnya dilakukan :
a. Kajian/penilaian dan/atau evaluasi RTRWK
Kegiatan ini berupa :
 Kajian/penilaian terhadap RTRWK dari sisi kelengkapan materi dan
proses penyusunan dengan mengacu pada UUPR serta standar dan
pedoman teknis penyusunan RTRWK
 Evaluasi kemampuan RTRWK sebagai alat perencanaan,
khususnya dalam identifikasi pelaksanaan program dan proyek
pembangunan yang terkait dengan penataan ruang
 Penyesuaian terhadap materi RTRWK untuk mengakomodasi
perubahan kebijaksanaan, tujuan, sasaran, strategi serta struktur
dan pola pemanfaatan ruang.
 Evaluasi kemampuan RTRWK untuk mengakomodasi dinamika
perkembangan pemanfaatan ruang serta sekaligus melakukan
penyesuaian RTRWK, jika dianggap tidak mampu menampung
aspirasi, tuntutan pembangunan dan perkembangan masyarakat.
 Evaluasi kesesuaian antara perwujudan struktur dan pola
pemanfaatan ruang yang ditetapkan pada RTRWK yang dituju, dan
mencari tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
menanggulangi penyimpangan yang terjadi.

1 - 19
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

b. Penyempurnaan RTRWK
Tergantung pada tipologinya, yaitu berupa :
 Pembakuan materi RTRWK jika berdasarkan hasil peninjauan
ditemukan bahwa materi RTRWK yang ditinjau tidak memenuhi
persyaratan minimal sebagai RTRWK yang baku
 Penyesuaian terhadap materi RTRWK agar mampu
mengakomodasi perubahan kebijaksanaan, tujuan, sasaran, dan
dinamika pembangunan, serta untuk mengkoreksi struktur dan
pola pemanfaatan ruang.

Bentuk dari kegiatan ini adalah :


 Penambahan komponen-komponen rencana
 Perbaikan sebagai komponen rencana
 Perumusan kembali kebijaksanaan dan strategi pengembangan
wilayah serta tujuan dan sasaran pembangunan
 Revisi total seluruh komponen rencana atau penyusunan kembali
rencana

c. Pemantapan Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan RTRWK


Kegiatan ini anatar lain berupa diseminasi RTRWK ke setiap sektor,
pemanfaatan RTRWK sebagai alat koordinasi, sebagai acuan
pembangunan, penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan
evaluasi dan sebagainya.

Proses peninjauan kembali untuk masing-masing tipologi di atas,


adalah :
 Tipologi A
Tidak perlu dilakukan tindakan tertentu karena RTRWK-nya masih
sah, tidak perlu dilakukan penyempurnaan, dapat dijadikan
sebagai acuan dalam pembangunan daerah Kota .
 Tipologi B
Perlu dilakukan peninjauan kembali yang disebabkan oleh faktor-
faktor eksternal yang menyebabkan RTRWK tidak berlaku lagi.
Tatacara yang harus dilakukan adalah :
1. Masukan
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
RTRWK

1 - 20
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

2. Proses
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap rencana
struktur dan pola pemanfaatan ruang
 Apabila faktor eksternal tidak lagi sejalan dengan strategi
pengelolaan, rencana struktur dan pola pemanfaatan
ruang, dilanjutkan dengan :
 Pemutakhiran tujuan dan sasaran pembangunan daerah
 Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan
ruang
 Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah
3. Keluaran
 Rumusan strategi pengembangan wilayah baru
 Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru

 Tipologi C
 Penyesuaian terhadap faktor eksternal

1. Masukan
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja RTRWK

2. Proses
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap
kebijaksanaan pembangunan daerah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap rencana
struktur dan pola pemanfaatan ruang
 Apabila faktor eksternal tidak lagi sejalan dengan
strategi pengelolaan, rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dilanjutkan dengan :
 Pemutakhiran tujuan dan sasaran pembangunan
daerah
 Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang
 Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah

1 - 21
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

3. Keluaran
 Rumusan strategi pengembangan wilayah baru
 Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
baru

 Pemantapan pemanfaatan dan pengendalian


 Penyempurnan/peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai
acuan pembangunan
 Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan
 Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan
dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan
 Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan
secara kontinyu terhadap program-program pembangunan
dan implementasi ruang
 Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan
program implementasi ruang dan perizinan.

 Tipologi D
Pada tipologi D ini tidak perlu dilakukan pemutakhiran RTRWK
karena rencana masih sah dan tidak terjadi perubahan eksternal
seperti halnya pada tipologi A, namun karena permasalahannya
adalah terjadinya simpangan pada pemanfaatannya dan
pengendalian, maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
peninjauan kembali adalah sebagaimana dilakukan pemantapan
pada tipologi C. Pemanfaatan dan pengendalian yang perlu
dilakukan adalah:
a. Penyempurnaan/peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai
acuan pembangunan.
b. Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan
c. Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan
dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan
d. Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara
kontinyu terhadap program pembangunan dan implementasi
ruang

1 - 22
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

e. Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan


program implementasi ruang dan perizinan

 Tipologi E
Dilakukan peninjauan kembali karena ketidaksahan rencana
ditinjau dari aspek substansi yang tidak memenuhi ketentuan
prosedur dan proses penyusunan rencana, dan adanya perubahan
faktor eksternal yang perlu terakomodasi. Dengan demikian,
dalam peninjauan kembali diperlukan langkah-langkah menyeluruh
terhadap perbaikan substansi rencana dan penyesuaian terhadap
aspek-aspek eksternal.
Tatacara yang dilakukan :

1. Masukan
 Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja RTRWK
 Identifikasi kinerja RTRWK
 Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan

2. Proses
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap kebijaksanaan
pembangunan daerah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap struktur dan
pola pemanfaatan ruang
 Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana
disesuaikan dengan faktor-faktor eksternal yang
mengalami perubahan
 Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan
ruang wilayah
 Perumusan kembali strategi pengembangan wilayah

3. Keluaran
 Rumusan RTRWK yang disempurnakan
 Rumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang baru

 Tipologi F
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah revisi atau peninjauan
kembali secara menyeluruh dengan melakukan pemutakhiran
data, analisis dan rencana.

1 - 23
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tata cara yang perlu dilakukan :

1. Masukan
 Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja RTRWK
 Identifikasi pemanfaatan ruang yang sedang berjalan

2. Proses (menggunakan pedoman penyusunan RTRWK)


 Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana
disesuaikan dengan pemanfaatan ruang yang sedang
berjalan yang mengalami perubahan
 Perumusan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan
ruang
 Perumusan kembali konsep dan strategi pengembangan
wilayah

3. Keluaran
RTRWK yang baru

 Tipologi G
Melakukan revisi secara menyeluruh kinerja produk RTRWK yang
berupa pemutakhiran data, analisis dan rencana dengan
menyesuaikannya pada faktor-faktor eksternal yang mengalami
perubahan.
Tata cara yang dilakukan :
 Pemutakhiran Rencana dan Penyesuaian terhadap faktor-faktor
eksternal, meliputi :

1. Masukan
 Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja RTRWK
 Identifikasi kinerja RTRWK
 Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan

2. Proses
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap
kebijaksanaan pembangunan daerah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap struktur
dan pola pemanfaatan ruang

1 - 24
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana


disesuaikan dengan faktor-faktor eksternal yang
mengalami perubahan
 Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang wilayah
 Perumusan kembali konsep strategi pengembangan
wilayah

3. Keluaran
RTRWK yang baru
 Pemantapan Pemanfaatan dan Pengendalian
 Penyempurnan/peningkatan pemanfaatan RTRW sebagai
acuan pembangunan
 Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan
 Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan
dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan
 Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan
secara kontinyu terhadap program-program pembangunan
dan implementasi ruang
 Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan
program implementasi ruang dan perizinan.

 Tipologi H
Yang perlu dilakukan adalah peninjauan kembali secara
menyeluruh dengan melakukan pemutakhiran data, analisis dan
rencana, baik dalam proses penyusunan maupun substansi yang
ada dalam produk RTRWK, serta pemantapan pemanfaatan dan
pengendalian.
Tatacara yang dilakukan :
 Pemutakhiran Rencana

1. Masukan
 Identifikasi kinerja RTRWK
 Identifikasi pemanfaatan yang sedang berjalan

2. Proses

1 - 25
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Pemutakhiran data, analisis dan produk rencana


disesuaikan dengan faktor-faktor eksternal yang
mengalami perubahan
 Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang wilayah
 Perumusan kembali konsep strategi pengembangan
wilayah
 Penyusunan kembali RTRWK

3. Keluaran
RTRWK yang baru
 Pemantapan Pemanfaatan dan Pengendalian
 Penyempurnan/peningkatan pemanfaatan RTRW sebagai
acuan pembangunan
 Peningkatan diseminasi RTRWK ke setiap sektor dan
menyepakati RTRWK sebagai acuan pembangunan
 Peningkatan pemanfaatan RTRWK sebagai dokumen acuan
dalam forum Rapat Koordinasi Pembangunan
 Penyempurnaan kegiatan pemantauan dan pelaporan
secara kontinyu terhadap program-program pembangunan
dan implementasi ruang
 Penyempurnaan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan
program implementasi ruang dan perizinan.

Pengesahan Rencana
Masing-masing tipologi mempunyai tingkat kedalaman aspek yang
perlu di tinjau kembali dan secara prinsip menentukan tata cara
pengesahan dari hasil peninjauan kembali tersebut, yang disimpulkan
pada tabel 4.1. Penjelasan untuk masing-masing jenis pengesahan
adalah :
a. Tanpa Pengesahan
Apabila peninjauan kembali mempunyai kondisi tidak
mempengaruhi isi kesahan suatu RTRWK. Tipologi yang sesuai
dalam katgori ini adalah tipologi A, dan D.
b. Pengesahan dengan SK Walikota
Apabila RTRWK masih sah dan faktor eksternal berubah, tetapi
tidak merubah tujuan, strategi serta struktur dan pola
pemanfaatan ruang. Dalam hal dapat dilakukan peninjauan

1 - 26
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

kembali dengan menyampaikan aturan tambahan dalam rangka


penyesuaian rencana. Tipologi yang sesuai dalam kategori ini
adalah tipologi B, dan C.
c. Pengesahan oleh Gubernur Propinsi
Apabila terjadi perubahan tujuan, sasaran, strategi serta struktur
dan pola pemanfaatan ruang wilayah, maka prosedur pengesahan
akan melalui proses yang utuh yang dimulai dengan penetapan
oleh Pemerintah Daerah, dan pengesahana oleh Gubernur
Propinsi. Tipologi yang sesuai dalam kategori ini adalah tipologi E,
hingga H.
Tabel 1.2
Proses Peninjauan Kembali RTRW Kota Sesuai Tipologi

No
Tipologi Proses
.
RTRWK sah Tidak perlu dilakukan penyempurnaan
Simpangan kecil RTRWK
1 A
Faktor eksternal tetap Masih digunakan sebagai acuan
pembangunan daerah Kota
RTRWK sah Perlu perubahan dan penyempurnaan
Simpangan kecil rencana
2 B
Faktor eksternal (pola dan struktur diubah)
berubah
RTRWK sah Perlu perubahan dan penyempurnaan
Simpangan besar rencana
3 C
Faktor eksternal
berubah
RTRWK sah Perlu perubahan dan penyempurnaan RTRW
4 D Simpangan besar
Faktor eksternal tetap
RTRWK tidak sah Perlu perubahan dan penyempurnaan RTRW
Simpangan kecil (rumusan pola dan struktur yang baru)
5 E
Faktor eksternal
berubah
RTRWK tidak sah Revisi total (pemutakhiran data, analisis, dan
6 F Simpangan kecil rencana)
Faktor eksternal tetap
RTRWK tidak sah Revisi total (pemutakhiran data, analisis, dan
Simpangan besar rencana)
7 G
Faktor eksternal
berubah
RTRWK tidak sah Revisi total (pemutakhiran data, analisis, dan
8 H Simpangan besar rencana)
Faktor eksternal tetap
Sumber : - Pedoman Teknis Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Dept.
Kimpraswil, Ditjen Penataan Ruang

Tabel 1.3
Proses, Produk, Dan Tindak Lanjut
Penanganan Peninjauan Kembali RTRW Sesuai Tipologi

1 - 27
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Tipologi
No Kegiatan
A B C D E F G H
A MASUKAN                
Identifikasi faktor ekst yg
1 berpengaruh thd kinerja RTRW   x x   x   x  
2 Identifikasi kinerja RTRW x       x x x  
3 Identifikasi pemanfaatan ruang x       x x x  
B PROSES                
Analisa hub faktor ekst thd
1 kebijaksanaan pemb daerah   x x   x   x  
Analisa hub faktor ekst thd struktur
2 dan pola pemanf ruang   x x   x   x  
Pemutakhiran data, analisa & produk
3 rencana (berdsrkan faktor ekst)         x   x  
Pemutakhiran data, analisa & produk
4 rencana (pemanf ruang) x         x    
Pemutakhiran tujuan dan sasaran
5 pembangunan   x x          
Perumusan permasalahan
6 pembangunan dan pemanf ruang x x x   x x x  
Perumusan kembali konsep dan
7 strategi pengemb wilayah x x x   x x x  
perumusan dan penyusunan kembali
8 RTRW x       x x x  
C KELUARAN                
Rumusan strategi pengemb wilayah
1 yang baru   x x          
Rumusan struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah yang
2 baru   x x   x      
3 Rumusan RTRW yang baru x       x x x  
PEMANTAPAN RTRW DAN
D PENGENDALIAN PEMANFAATAN                
Penyempurnaan pedoman pemanf
1 RTRW sbg acuan pembangunan x   x x     x  
Peningkatan diseminasi RTRW ke
2 setiap sektor & menyepakati RTRW x   x x     x  
Peningkatan pemanfaatan RTRW sbg
3 dok acuan dlm forum rapat x   x x     x  
Penyempurnaan kegtn pemantauan &
4 pelaporan scr kontinu x   x x     x  
Penyempurnaan kegtn evaluasi thd
5 pelaksanaan prog implementasi x   x x     x  
E PENGESAHAN RENCANA                
1 Tanpa pengesahan x     x        
Pengesahan dengan SK
2 Gubernur/Bupati   x x          
3 Pengesahan oleh Mendagri/Gubernur x x x   x x x  
Sumber : - Pedoman Teknis Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan,
Dept. Kimprawil

1.6.2.2 Pengumpulan Data


Dalam mendapatkan data, dilakukan dua metode pendekatan dalam mendapatkan
data. Kedua metode mendapatkan data ini di sesuaikan dengan jenis kebutuhan

1 - 28
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

data yaitu data primer dan data sekunder. Adapun metodologi untuk kedua jenis
data ini adalah :

a. Metodologi mendapatkan Data Primer


Teknik pengumpulan data primer umumnya dilakukan dengan survey langsung ke
lapangan. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data-data atau informasi yang
diperoleh dari survey instansional (sekunder). Pada umumnya cara pengumpulan
data ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lingkungan, baik fisik,
sosial, ekonomi maupun budaya dari wilayah studi yang dimaksud, sehingga
diperoleh gambaran umum dari wilayah studi.

Selain dalam bentuk diskusi/FGD, pendekatan partisipatif juga diterapkan dalam


kegiatan survei primer/kunjungan lapangan. Survei melalui pendekatan ini akan
memungkinkan penggalian dan pengumpulan data dan informasi terutama yang
bersifat kualitatif dan lebih informatif. Dalam survey dengan melalui pendekatan
partisipatif ini para stakeholder tidak diposisikan sebagai obyek penelitian, namun
sebaliknya diposisikan sebagai subyek penelitian. Melalui pendekatan partisipatif
maka diharapkan informasi mengenai proses penyusunan Evaluasi RTRW mulai dari
pemahaman muatan, tata cara penyusunan, serta kendala yang dihadapi, namun
tidak didokumentasikan dapat diperoleh. Dengan pendekatan ini maka kegiatan
pengumpulan data dan informasi menjadi terarah, efektif dan efisien, dan lengkap
sehingga data dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh sesuai alokasi waktu
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan pekerjaan.

Stakeholder yang dilibatkan dalam rangkaian kegiatan perumusan pedoman


adalah:

 Pemerintah Kota Bandar Lampung yang diwakili oleh dinas terkait dengan
penataan ruang.

 Pihak profesional yang terlibat dalam melakukan kegiatan perencanaan tata


ruang

 Pihak akademisi pada bidang yang terkait penataan ruang dan memiliki
pemahaman dan kompetensi dalam kegiatan perencanaan tata ruang.

b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan
kegiatan RTRW Kota Bandar Lampung TA 2009 ini dan dari berbagai literatur yang

1 - 29
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

ditemui. Pada umumnya data yang diperoleh antara lain berupa data narasi
(tertulis), tabel, grafik, peta dan sebagainya.

1.6.2.3 Analisa Dan Pengolahan Data


Untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab
akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah, dengan memperhatikan kebijaksanaan
pembangunan yang ada, maka perlu dilakukan suatu analisis. Analisis yang
dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan kecendrungan di masa
depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses
pengumpulan data dan informasi.
a. Analisis kebijaksanaan pembangunan
Analisis ini dilakukan untuk memahami arahan kebijaksanaan pembangunan
wilayah Kota yang bersangkutan dan kedudukannya dalam perspektif
kebijaksanaan pembangunan nasional dan propinsi. Selain itu analisis ini
dilakukan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi program-program
pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan.
Pengkajian yang dilakukan :
o Pengkajian terhadap tujuan dan sasaran pembangunan Kota
o Pengkajian terhadap RTRW Propinsi dan RTRW Nasional
o Prngkajian terhadap program-program sektoral untuk melihat
peranan wilayah Kota dalam pembentukan pola dan struktur ruang
nasional dan propinsi.

b. Analisis regional
Analisis ini dilkakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kota
dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, dan budaya.

Analisis wilayah kota pada wilayah yang lebih luas (analisis regional),
dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kota dalam sistem
regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber
daya buatan/sistem prasarana, budaya, dan Hankam. Sistem regional
tersebut dapat berupa sistem provinsi, pulau ataupun nasional, dimana kota
dapat berperan dalam perkembangan regional dan nasional. Oleh karena itu
dalam anasis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:

1 - 30
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

 Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi kota


pada wilayah yang lebih luas
 Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi kota pada wilayah yang
lebih luas
 Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana kota dengan
wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam
analisis ini adalah sistem prasarana wilayah, sebagaimana dijelaskan
dalam pengertian sistem prasarana wilayah
 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan
fisik dan SDA) kota pada wilayah yang lebih luas
 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek hankam wilayah kota pada
wilayah yang lebih luas.
 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan kota pada
wilayah yang lebih luas.

Analisis Lokalisasi Regional


Analisis lokalisasi yang merupakan penjabaran dari koefisien lokalisasi adalah
salah satu metoda yang digunakan untuk melihat ada tidaknya kegiatan –
kegiatan tertentu yang dapat berkembang di satu kabupaten maupun kota
dalam lingkup wilayah Propinsi Lampung. Beberapa kabupaten dan kota di
Propinsi Lampung berbasis pada sektor kegiatan yang sama yaitu sebagai
berikut :
1. Sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan.
2. Sektor industri pengolahan.
3. Sektor perdagangan dan jasa

Batasan yang menentukan adan tidakya pemusatan kegiatan tertentu pada


satu wilayah kabupaten dan kota adalah besarnya nilai dari koefisien lokalisasi
( 0 ≤ Koef. Lokalisasi ≤ 1 ). Apabila nilai tersebut hampir mendekati satu,
maka dapat dipastikan bahwa adanya pemusatan sektor kegiatan tertentu
pada satu kabupaten maupun kota di Propinsi Lampung.
Rumus Koefisien Lokalisasi :

∑( Peranan Sektor Kabupaten/Kota – Peranan Sektor Kabupaten/Kota terhadap Propinsi Lampung )

100

1 - 31
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Hasil perhitungan dengan menggunakan koefisien Lokalisasi ini menunjukkan


bahwa tidak ada satu pun kabupaten dan kota di Propinsi Lampung yang
menjadi tempat pemusatan sektor kegiatan tertentu (untuk lebih jelas dapat
dilihat pada lampiran : Analisis Regional). Dengan demikian, terjadi
pemerataan pengembangan sektor – sektor di Propinsi Lampung dan tidak
satu pun wilayah kabupaten dan kota yang menjadi lokalisasi atau pemusatan
satu kegiatan tertentu. Semua sektor kegiatan di Propinsi Lampung yang
berkembang tersebar di kabupaten dan kota secara merata.

c. Analisis ekonomi dan sektor unggulan


Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang
sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah
yang lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk
menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kota dan
keterkaitan ekonomi antar wilayah kota.

Dari analisis ini diharapkan diperoleh informasi mengenai karakteristik


perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi
basis ekonomi Kota , sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja,
pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah ekonomi.

Salah satu teknik yang akan digunakan dalam menentukan sektor ekonomi
unggulan adalah dengan menggunakan perhitungan Location Quontient
(LQ. Teknik ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan
suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu.  Pada dasarnya teknik ini
menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah
yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas.  Adapun variabel yang digunakan sebagai alat ukur untuk menghasilkan
koefisien dapat menggunakan satuan jumlah tenaga kerja pada sektor
tersebut, hasil produksi atau satuan lain yang dapat dijadikan kriteria.

Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) ini dapat dinyatakan


melalui persamaan matematis berikut :

Keterangan :

1 - 32
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Si = jumlah buruh industri i di bagian wilayah yang diamati


S = jumlah total buruh industri di seluruh bagian wilayah
Ni = jumlah buruh industri i di seluruh wilayah
N = jumlah total buruh di seluruh wilayah
Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut :
LQ > 1 : menyatakan sub wilayah yang diamati memiliki potensi surplus
LQ < 1: menunjukan sub wilayah yang bersangkutan memiliki
kecenderungan impor dari wilayah lain
LQ = 1: menunjukan sub wilayah yang bersangkutan telah mencukupi
dalam kegiatan tertentu

Selain menggunakan metode LQ tersebut diatas, analisa ekonomi dan sektor


unggulan Kota Bandar Lampung juga dapat menggunakan:
 Analisis Surplus Defisit
Analisis surplus defisit adalah salah satu perangkat analisis untuk
mengetahui peluang pasar dan orientasi perdagangan suatu komoditas
berikut gambaran terhadap wilayah lain yang menjadi kompetitor
dalam pengembangan dan pemasaran suatu komoditi tertentu yang
diperoleh dari selisih antara jumlah produksi dengan jumlah
konsumsi / kebutuhan penduduk terhadap komoditi yang sama dalam
satu tahun.

Untuk mengetahui surplus ataupun defisit suatu wilayah terhadap


suatu komoditi, yang merupakan kriteria dalam melihat kemampuan
atau ketidak-mampuan wilayah dalam memenuhi kebutuhannya akan
komoditi sejenis, dengan rumus :

Surplus/Defisit = Hasil Produksi – Kebutuhan konsumsi atau


V = HP – K
Apabila V > 0, berarti mampu dan apabila V < 0 berarti tidak mampu.

 Analisis Substitusi Import


Analisis substitusi import adalah perangkat analisis lainnya untuk
mengetahui peluang – peluang apa saja yang terbuka bagi suatu
wilayah untuk dapat memenuhi kebutuhan wilayah lain serta
melakukan substitusi terhadap komoditas – komoditas yang selama ini
masih dipenuhi melalui permintaan import dari luar negeri. Pada

1 - 33
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

kegiatan ini, akan dilakukan kajian perkembangan volume import baik


di tingkat nasional maupun regional dalam kurun waktu tahun 2003 -
2004 dikaitkan dengan hasil analisis surplus – defisit diatas.
 Analisis Prospek Pengembangan Kegiatan Industri
Analisis pengembangan kegiatan industri digunakan untuk mengetahui
prospek – prospek pengembangan kegiatan industri apa saja yang
sesuai untuk Propinsi Lampung maupun Kota Bandar Lampung.

d. Analisis sumberdaya manusia


Analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami aspek-aspek
kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan
pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis ini
dilakukan untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang
mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kausalitas diantara
faktor-faktor tersebut.

Hasil yang diharapkan dari analisis ini yaitu dapat diketahuinya


sebaran/distribusi, struktur, kualitas, karakteristik masyarakat, tingkat
pertumbuhan penduduk, kendala dalam pengembangan serta potensi
sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan.

Penduduk adalah salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat perkembangan suatu wilayah. Berbagai metoda proyeksi dapat
digunakan untuk mengukur proyeksi penduduk dengan mengacu kepada
tingkat pertumbuhan rata-rata, atau membagi berdasarkan kategori
penduduknya. Beberapa model proyeksi penduduk yang dapat digunakan
dalam kegiatan ini adalah :
 Model Regresi Linear

Keterangan :
Pt = Penduduk pada tahun t
a = Konstanta
b = Arah garis
X = Variabel Independen

1 - 34
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Metoda regresi linear merupakan penghalusan dari metoda eksplorasi garis


lurus. Dalam praktiknya model ini digunakan untuk memproyeksikan
penduduk suatu wilayah yang tingkat perkembangannya rata-ratanya linear
atau mencerminkan tingkat pertumbuhan yang relatif stabil.

 Model Kurva Logistik

Keterangan :
Pt = Penduduk pada tahun t
a = Konstanta
b = Laju pertumbuhan penduduk per tahun
n = Jumlah tahun proyeksi lahan

Motode kurva ini digunakan untuk memproyeksikan penduduk di suatu


kawasan yang kepadatannya telah mencapai kepadatan maksimum dan
umumnya dipakai di kawasan perkotaan. Kepadatan maksimum dapat
dijadikan batas dari jumlah penduduk yang akan diproyeksikan

e. Analisis sumberdaya buatan


Secara umum analisis ini dilakukan untuk memahami :
 Kondisi dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah;
 Potensi dan kemungkinan kendala yang dihadapi dalam peningkatan
pelayanan sarana dan prasarana wilayah.

Adapun analisis sumberdaya buatan itu sendiri mencakup :


1. Sistem Prasarana Transpotasi
2. Sistem Prasarana Pengairan
3. Sistem Prasarana Wilayah Lainnya, antara lain
prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengelolaan lingkungan (seperti
sampah, air limbah, dan air bersih)

Salah satu analisa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan


pelayanan suatu fasilitas di dalam melayani kebutuhan penduduknya adalah
dengan mengukur tingkat pelayanan umum. Untuk mengukur tingkat

1 - 35
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

pelayanan fasilitas pelayanan ini dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
T.Pij = Tingkat pelayanan fasilitas , I di daerah yang diamati, j
Aij = Jumlah fasilitas, I di daerah yang diamati, j
bj = Jumlah penduduk di daerah yang diamati, j
Cis = Jumlah fasilitas I persatuan penduduk menurut standar
Berlaku

f. Analisis sumberdaya alam


Analisis ini dimaksudkan untuk memahami kondisi, daya dukung lingkungan,
dan tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya lahan/tanah,
sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya hutan, dan sumberdaya
alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
menunjang pengembangan wilayah kabupaten.

g. Analisis sistem permukiman


Analisis sistem permukiman dilakukan untuk memahami kondisi, jumlah,
jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman di
wilayah kabupaten yang digambarkan dengan sistem hirarki dan fungsi
kawasan permukiman.

h. Analisis penggunaan lahan


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan,
penggunaan,dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan
lindung. Selain itu dpata diketahui besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di
suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan
tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam
pemanfaatan ruang, kecendrungan pola perkembangan kawasan budidaya
dan pengaruhnya terhadap perekmbangan kegiatan sosial ekonomi serta
kelestarian lingkungan.

Salah satu model analisa yang banyak digunakan untuk memprediksi


kecenderungan daya tarik suatu lokasi dengan lokasi lainnya adalah model

1 - 36
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

gravitasi. Model ini banyak dimanfaatkan juga untuk mensimulasikan


kelayakan pelayanan dari suatu lokasi fasilitas dengan kemampuan
aksesibilitas. Indeks aksesibilitas tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Lee, 1973) :

Keterangan :
Aij = Indeks aksesibilitas daerah i terhadap j
Ej = Total lahan tersedia
dij = Jarak antara i dan j
b = Pangkat dari dij

Sedangkan untuk mengetahui daya tarik antar lokasi tersebut, potensi


pengembangan lokasi harus dibandingkan dengan daya tarik keseluruhan
lokasi :

Keterangan :
Ai = Indeks aksesibilitas
Hj = Kapasitas lahan
Apabila jumlah pertambahan fasilitas itu secara keseluruhannya adalah Gt,
maka jumlah pertambahan fasilitas yang akan berlokasi di daerah i adalah :

Keterangan :
Di = Ai . Hi
Gt = Tambahan fasilitas di seluruh kawasan
Gi = Tambahan fasilitas di daerah i

Metoda yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan lahan


maksimum berdasarkan kebutuhan pemanfaatan lahan atau digunakan juga

1 - 37
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

untuk memprediksikan kebutuhan kemampuan lahan berdasarkan nilai aspek


ekonomis dengan variabel tertentu.

Keterangan :
DDL = Daya dukung lahan
Gt = Ketersediaan lahan
Gi = Proyeksi kebutuhan ruang per luas lahan
i. Analisis pembiayaan pembangunan
Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-
sumber pembiayaan pembangunan dan besaran biaya pembangunan baik dari
PAD, DAU, DAK, bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan sumber-sumber
pembiayaan masyarakat, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya.

j. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas Pemerintah
Kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur
organisasi dan tata laksana pemerintah, sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana kerja, produ-produk pengaturan serta organisasi non pemerintah
dan perguruan tinggi.

k. Analisa SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk Kajian Peluang dan Tantangan Pengembangan
Pembangunan di wilayah Kota Bandar Lampung. Digunakannya analisis SWOT
dengan pertimbangan Analisis SWOT adalah pendekatan yang sistematis dan
struktur, yaitu :

1. Secara sistimatis, artinya kajian aspek-aspeknya selalu didasarkan pada


Aspek Internal dan Aspek Eksternal. Aspek Internal meliputi faktor
Potensi/kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Sedangkan
Aspek Eksternal meliputi faktor Peluang (Opportunities) dan Tantangan
(Threats).

2. Secara terstruktur, artinya langkah-langkah perumusan strategi selalu


diawali dengan mengidentifisir dan mengkaji Aspek Internal dan Aspek

1 - 38
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Eksternal, yang kemudian dilanjutkan dengan mengawinsilangkan kedua


aspek tersebut.
 Strengths atau Kekuatan adalah berbagai sumber daya dan tatanan
yang dimiliki daerah, baik yang sudah maupun yang belum
dimanfaatkan, yang mana apabila diberdayakan akan memberikan
kinerja yang lebih baik, sehingga bisa memberikan kontribusi kepada
tujuan dan sasaran.
 Weaknesses atau Kelemahan dari berbagai sumber daya dan tatanan
yang dimiliki daerah yang kapasitasnya tidak memenuhi kebutuhan,
sehingga perlu penanganan
 Opportunities atau Peluang adalah berbagai kondisi, tatanan dan
kegiatan di luar daerah, yang apabila dimanfaatkan akan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan kegiatan di dalam daerah.
 Threats atau Tantangan / Ancaman adalah unsur-unsur di luar
daerah yang bersifat kontra produktif. Sebagai contoh apabila suatu
daerah akan mengembangkan kegiatan agro-wisata, sedangkan daerah
lain di sekitarnya juga sedang mengembangkan kegiatan yang sama,
maka bagi daerah pertama kondisi demikian akan menjadi tantangan/
ancaman apabila tidak dilakukan kebijakan yang lebih spesifik.

l. Analisa Spasial (Pemanfaatan Sistem Informasi


Geografis)
Penggunaan SIG dapat mempermudah proses penilaian atau analisis dalam
berbagai kebutuhan di setiap bidangnya, analisis yang rumit dan kompleks
dapat dilakukan secara efisien dan efektif dengan metodanya, seperti :
perencanaan guna lahan, penelitian ekologi, analisis lokasi perbankan dan
perdagangan, analisis penyebaran kependudukan, pemilihan route dan
sebagainya.

Pemanfaatan SIG berbeda untuk setiap tahapannya, misalnya dengan model


regresi dalam SIG kita dapat memperkirakan perkembangan dari suatu
daerah terbangun dengan variabel penentunya. Pada tahap perumusan
rencana, SIG dapat membantu kita dalam membuat peta tingkat kesesuaian
lahan. Selanjutnya dalam analisis terhadap dampak dari masing-masing
rencana tata ruang hingga penentuan alternatif yang optimal akan banyak
terbantu oleh penggunaan SIG (Agung, 1993).
 Intersect

1 - 39
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Salah satu metoda tumpang tindih (super impose) yang tersedia pada
perangkat lunak SIG yang digunakan untuk memonitoring tingkat
perkembangan perubahan lahan dengan rencana pemanfaatan ruang.
model ini dapat digunakan sebagai identifikasi awal dalam mengukur
tingkat perkembangan lahan di kawasan perencanaan.

 Proximity Area
Analisis proximity (jarak terdekat) merupakan salah satu metoda yang
dimiliki oleh beberapa software Sistem Informasi Geografis (SIG) seperti
ArcView GIS dan MapInfo, dengan menggunakan analisis ini dapat
diketahui objek mana yang paling dekat dengan suatu lokasi. metoda ini
sering digunakan dalam aplikasi yang berhubungan dengan
aksesibilitas (Thrall, 2005). Polygon Voronoi merupakan contoh
penggunaan Proximity. Polygon Voronoi akan membagi suatu area ke
dalam bagian-bagian sehingga semua lokasi yang terdekat dengan suatu
titik sebagai suatu polygon (McDonnel, Kemp, 1995). Setiap batas
polygon dihitung dengan menemukan garis tegak lurus yang membagi
antar dua titik yang bersebelahan.

 Buffer
Dalam penggunaan aplikasi SIG analisa dengan menggunakan metoda
buffering sering kali digunakan dalam membatasi area dari suatu objek
yang berbentuk titik (point), garis (polyline), area (region/polygon).
Sedangkan dalam kegiatan peneltian ini, model buffering dapat
digunakan dalam menilai kemampuan jangkauan pelayanan fasilitas.
Untuk lebih jelasnya mengenai permodelan analisis SIG diatas dapat
dijelaskan pada Gambar 1.2

Gambar 1.2
Permodelan Analisa SIG
(Sumber : Thrall, 2005)

1 - 40
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Untuk mengetaui secara lengkap alur metodologi penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bandar Lampung dapat di lihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3
Metodologi

1 - 41
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

1.7 SISTEMATIKA PELAPORAN

Bab 1 Pendahuluan
Berisikan uraian mengenai latar belakang, tujuan, sasaran, lingkup studi
terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup materi, dasar hukum yang menjadi
dasar Penyususunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung
2010-2030, pendekatan dan metodologi penyusunan serta sistematika
pelaporan.

Bab 2 Tinjauan Arahan Pembangunan Daerah


Bab ini akan berisikan kajian faktor eksternal berkaiatan dengan kebijakan
pembangunan nasional, provinsi, dan Kota, serta keterkaitan arah
kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi terhadap penataan ruang
Kota Bandar Lampung, serta kedudukan serta fungsi kota.

Bab 3 Tinjauan Administrasi dan Kebijakan Pembangunan


Bab ini berisikan paparan kondisi fisik, administrasi, dan geografis Kota
Bandar Lampung. Selain itu bab ini juga memamparkan kebijakan
pembangunan Kota Bandar Lampung serta kebijakan pengembangan kota
dalam dokumen RTRW terdahulu.

1 - 42
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

Bab 4 Tinjauan Aspek Fisik dan Lingkungan


Bab ini berisi gambaran mengenai kondisi fisik dan lingkungan Kota
Bandar Lampung disertai dengan hasil analisa terhadap kondisi
eksistingnya.

Bab 5 Tinjauan Aspek Kependudukan, Sosial, dan Budaya


Bab ini berisikan kondisi eksisting kependudukan Kota Bandar Lampung,
mulai dari perkembangan jumlah penduduk, kepadatan, tingkat
pendidilkan, serta kondsi sosial budaya penduduk Kota Bandar Lampung.
Selain itu bab ini juga berisikan hasil analisa terhadap kondisi
kepandudukan baik Kota Bandar Lampung maupun kawasan perkotaan di
sekitarnya.

Bab 6 Tinjauan Aspek Ekonomi


Pada bab ini diuraikan kondisi perekonomian Kota Bandar Lampung serta
perkembangannya dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Bab ini juga
menguraikan hasil analisa terhadap kondisi ekonomi Kota Bandar Lampung
yang tergambar melalui hasil analisa sektor basis hingga koefisien
spesialisasi.

Bab 7 Tinjauan Kondisi Prasarana Sarana Perkotaan


Bab ini berisikan kondisi eksisting prasarana kota mulai dari jaringan jalan,
persampahan, air bersih, drainase, serta prasarana energi. Bab ini juga
berisikan kondisi eksisting ketersediaan sarana perkotaan berikut hasil
analisanya.

Bab 8 Kondisi Pola Ruang


Bab ini berisikan kondisi daya dukung lahan, daya tampung lahan, serta
kemampuan lahan pengembangan perkotaan di Bandar Lampung.

Bab 9 Kondisi Kelembagaan


Pada bab ini diuraikan kondisi kelembagaan pemerintah Kota Bandar
Lampung berukut tugas pokok dan fungsinya. Selain itu juga bagian ini

1 - 43
Pemerintah Kota Bandar Lampung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2010 – 2030

juga menguraikan kajian kelembagaan berkaitan dengan penataan ruang


wilayah Kota Bandar Lampung.

Bab 10 Evaluasi Dokumen RTRW Kota Bandar Lampung 2005 – 2015


Bab ini berisikan hasil evaluasi terhadap domkumen RTRW Kota Bandar
Lampung 2005 – 2015 yang memuat besaran simpangan, validitas
dokumen RTRW, hingga tipologi penyimpangan dan rekomendasi
penanganannya.

Bab 11 Partisipasi Masyarakat


Bagian ini menguraikan hasil dari penjaringan aspirasi masyarakat yang
dilakukan dalam rangka penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang
wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung 2010 – 2030 .

Bab 12 Konsep Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung


Bagian ini menguraikan konsep yang akan digunakan dalam penataan
ruang wilayah Kota Bandar Lampung untuk kurun waktu 20 tahun
mendatang.

1 - 44

Anda mungkin juga menyukai