Anda di halaman 1dari 22

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
(RDTRK)
Perkotaan Kanigoro

Dosen : Tri Budiharto, ST,MSc,Meng


Ainun Nadifa Patty (4516042017)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang meliputi proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem.
Salah satu bagian penting dari proses-menerus tersebut adalah perencanaan
tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan
ditindaklanjuti dengan rencana yg lebih rinci yaitu Rencana Detail Tata Ruang
Kota(RDTRK).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, maka rencana tata ruang di Indonesia dirumuskan secara berjenjang
mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci.
Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana
pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, maka antara satu
jenis rencana tata ruang dengan jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai
hubungan yang saling terkait dan saling berurutan satu sama lainnya serta
dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya.
Desentralisasi dan otonomi daerah telah menegaskan bahwa
kewenangan pelaksanaan pembangunan termasuk penyusunan rencana tata
ruang daerah berada pada pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan tersebut
merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus dicermati dan disikapi oleh
pemerintah kabupaten/kota, terutama dalam merencanakan tata ruang daerah
yang tidak lagi terbatas oleh cakupan administrasi atau politis saja, tetapi harus
pula mempertimbangkan keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis.
Penataan ruang yang diharapkan di masa depan harus sejalan dengan
paradigma pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan manusia ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem
(ekosentris) sebagai dasar yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan

2
lingkungan. Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya dukung (carrying
capacity) dan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam, termasuk lahan (ruang)
dalam dimensi lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga
menjadikan proses pembangunan ekonomi.
Untuk menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan
data/informasi yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek
keruangan seperti batas wilayah, letak/lokasi kawasan perencanaan,
penggunaan lahan, jaringan prasarana dan sarana wilayah dan lain-lain adalah
sangat penting dan menentukan. Dengan adanya dan ketergantungan pada data
yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan lebih mendekati
kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan.
RDTR dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan
penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kecamatan. RDTR
juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan
fungsional, sebagai penjabaran “kegiatan” ke dalam wujud ruang, dengan
memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsional dalam kawasan, agar
tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu. RDTR adalah
rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara terperinci yang
disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi,
perijinan, dan pembangunan kawasan.
Dengan adanya perubahan Undang-Undang Penataan Ruang no. 24 Tahun
1992 menjadi Undang-Undang Penataan Ruang no. 26 Tahun 2007, adanya
Peraturan Menteri PU No 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota serta dengan
penyesuaian RTRW Kabupaten Blitar tahun 2011 - 2031, maka diperlukan
adanya Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan
Kanigoro yang harus menyesuaikan dengan peraturan dan pedoman
perencanaan tata ruang yang terbaru serta semua perencanaan ruang memiliki
jangka waktu perencanaan selama 20 tahun.

3
Dalam RTRW Kabupaten Blitar tahun 2011 - 2031fungsi dan peran pusat
perkotaan Kecamatan Kanigoro diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL),
yaitu berfungsi sebagai Ibukota Kabupaten Blitar, pusat pemerintahan dan
perdagangan dan jasa. Perkembangan kawasan Perkotaan Kanigoro yang pesat
dan cenderung sporadis, maka diperlukan penataan yang lebih rinci agar sesuai
dengan pedoman penataan ruang agar tercipta keselarasan dan kesimbangan
,pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara terukur, baik
dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sehingga terjadi sinkronisasi
pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Blitar
Wilayah Kecamatan Kanigoro terdiri dari 2 (dua) karakteristik kawasan,
yaitu Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan yang secara admnistratif
kawasan-kawasan tersebut telah ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Blitar
2011 - 2031. Dengan terdapatnya 2 (dua) karekteristik kawasan tersebut,
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar menginginkan pada Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Kanigoro yang perlu
mengkomodasi kegiatan pada kawasan perkotaan di wilayah perencanaan tanpa
mengurangi substansi terhadap materi teknis di dalam penyusunan rencana
detail sesuai dengan aturan dan pedoman yang berlaku.

1.2. Permasalahan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan
Kanigoro sangat penting mengingat Kecamatan Kanigoro merupakan kawasan
yang cukup berkembang pesat (sebagai ibukota kabupaten), dokumen
perencanaan RDTRK Kanigoro perlu disusun sesuai dengan perkembangan
yang ada dan perlu mengakomodasi fungsi kawasan. Maka kegiatan penyusunan
rencana tata ruang ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi
perkembangan kegiatan yang sejalan dengan kemajuan dan dinamika kegiatan
yang berkembang dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini

4
akan dapat dijadikan pedoman, arahan, serta dasar dalam pengembangan
wilayah selanjutnya.

1.3. Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan
Kanigoro secara umum mempunyai maksud untuk memberikan arahan bagi
pembangunan wilayah kawasan perkotaan Kecamatan Kanigoro yang lebih
tegas dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik secara terukur, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas,
sehingga terjadi sinkronisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten
Blitar.

1.3.2. Tujuan
Sedangkan, tujuan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Kanigoro ini adalah:
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia ;
2. RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Kanigoro dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Tertatanya komponen fisik kawasan, baik yang berada dalam kawasan
perkotaan maupun kawasan pedesaan secara integratif;
4. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas
yang diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi
masyarakatnya;
5. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.

5
6. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan
peran masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
7. Terpadunya program dan kegiatan berorientasikan pada bottom-up
planning serta mampu menyerap down planning, memadukan
kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta masyarakat;
8. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan

1.4. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Kanigoro ini, yaitu :
1. Teridentifikasi potensi dan permasalahan sumber daya alam, sumber
daya buatan, dan sumber daya manusia pada wilayah perencanaan
2. Merumuskan kebijakan, konsep, dan strategi dalam penataan ruang
kawasan
3. Menyusun pedoman teknis yang merinci syarat-syarat, ketentuan, dan
kriteria pengaturan dan rencana kegiatan fungsional kawasan perkotaan
maupun kawasan pedesaan.
4. Merumuskan pengendalian kawasan dalam bentuk legal drafting yang
diharapkan dapat menjadi panduan yang berkekuatan hukum untuk
mewujudkan arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras,
dan seimbang, serta terkoordinasi antar sektor, antar wilayah, maupun
antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan

1.5. Manfaat
Berdasarkan tujuan dan sasaran di atas, maka manfaat Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Kanigoro yaitu:
1. Sebagai dasar pemberian Advis Planning.

6
2. Sebagai dokumen yang mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang
di kawasan perkotaan.
3. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang di atasnya
4. Pedoman bagi perencanaan yang lebih detail (mikro).
5. Acuan penyusunan program pembangunan prasarana dan sarana
kawasan.
6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan
yang berkelanjutan.
7. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena
adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil
pembangunan.

1.6. Ruang Lingkup


1.6.1. Lingkup Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
(RDTRK) Perkotaan Kanigoro , difokuskan pada kawasan perkotaan Kecamatan
Kanigoro yang berada di Kecamatan Kanigoro. Penetapan kawasan perkotaan
ditentukan dengan mengacu kepada penetapan kawasan berdasarkan RTRW
Kabupaten Blitar Tahun 2011 – 2031.

1.6.2. Lingkup Kegiatan


Lingkup kegiatan pekerjaan ini berpedoman pada UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, yang dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

7
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang. Lingkup kegiatan
pekerjaan ini akan meliputi:
a. Kegiatan Persiapan;
b. Kegiatan Pengumpulan Data;
c. Kegiatan Pendahuluan;
d. Kegiatan Analisis;
e. Perumusan dan ketentuan teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Perkotaan Kecamatan Kanigoro;
f. Kegiatan Diskusi;
g. Kegiatan Penyusunan Rencana;

1.6.3. Lingkup Materi


Lingkup bahasan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
(RDTRK) Perkotaan Kecamatan Kanigoro ini disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Penataan BWP (Bagian Wilayah Perkotaan)
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta
apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan
BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.
Tujuan penataan BWP berfungsi:
a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan
rencana jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
b. menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan
perkotaan dengan RTRW.

8
Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan pada:
a. arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
b. isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah,
dan urgensi penanganan; dan
c. karakteristik BWP.
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan mempertimbangkan:
a. keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah
kabupaten/kota;
b. fungsi dan peran BWP;
c. potensi investasi;
d. kondisi sosial dan lingkungan BWP;
e. peran masyarakat dalam pembangunan; dan
f. prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
2) Rencana Pola Ruang yang mencakup :
 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
3) Rencana Jaringan Prasarana yang mencakup:
 Rencana Pengembangan jaringan Pergerakan
 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya (jalur evakuasi bencana, dll)

4) Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya


Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,

9
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan
revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas
tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat
sekurang-kurangnya:
 Lokasi
 Tema Penanganan
5) Ketentuan pemanfaatan Ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya
mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan. Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
 Program Pemanfaatan Ruang Prioritas, yang memuat:
 program perwujudan rencana pola ruang di BWP, yang meliputi:
 perwujudan zona lindung pada BWP termasuk didalam
pemenuhan kebutuhan RTH; dan
 perwujudan zona budi daya pada BWP yang terdiri atas:
a. perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum
di BWP;
b. perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap
jenis pola ruang;
c. perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan/atau
d. perwujudan tata bangunan.
 program perwujudan rencana jaringan prasarana di BWP, yang
meliputi:
 perwujudan pusat pelayanan kegiatan di BWP
 perwujudan sistem jaringan prasarana untuk BWP, yang
mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional
di dalam BWP yang terdiri atas:

10
a. perwujudan sistem jaringan pergerakan;
b. perwujudan sistem jaringan energi/kelistrikan;
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
d. perwujudan sistem jaringan air minum;
e. perwujudan sistem jaringan drainase;
f. perwujudan sistem jaringan air limbah; dan/atau
g. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
 program perwujudan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya, yang terdiri atas:
 perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
 pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
 pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
dan/atau
 pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
 program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim
 Lokasi
 Besaran
 Sumber Pendanaan
 Instansi Pelaksana
 Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
6) Peraturan Zonasi
 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
 Ketentuan Tata Bangunan
 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
 Ketentuan Pelaksanaan
 Ketentuan Tambahan
 Ketentuan Khusus

11
1.7. Dasar Hukum
Landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Perkotaan Kanigoro
ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya
Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49,
tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian;
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
7. Undang-undang Nomor 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;
8. Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
9. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Nasional;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan;
13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
14. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
16. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
17. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;

12
18. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
19. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan;
20. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman;
21. Undang-undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk kepentingan Umum.
22. Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
23. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1982 tentang Irigasi;
24. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;
25. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara, Peran Serta Masyarakat
dalam Kegiatan Penataan Ruang;
29. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah;
30. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
32. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
33. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM;
34. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 2006 tentang Jalan;
35. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional;
36. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;

13
37. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Kewenangan
Pemerintah,Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
38. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
39. Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
40. Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
41. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;
42. Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
43. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
44. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
45. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1990 tentang
Penggunaan Tanah Bagi Pembangunan Kawasan Industri;
46. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1996 tentang
Kawasan Industri;
47. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
48. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Peremajaan Pembinaan Kawasan Kumuh yang berada di atas Tanah
Negara;
49. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum;
50. Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 dan No.
683/KPTS/UM/II/1998 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan;

14
51. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang
pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia;
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
53. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986 tentang Penetapan
Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai
dan Bekas Sungai;
55. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di
Daerah;
57. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
60. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
61. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 31/PERMEN/M/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan
Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri;
62. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 32/PERMEN/M/2006
tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap
Bangun Yang Berdiri Sendiri;

15
63. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009
tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;
64. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1989 tentang
Pengaturan dan Pengendalian secara Proporsional Pembangunan Rumah
Tinggal di Wilayah Perkotaan;
65. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blitar Tahun 2011-2031.

1.8. Sumber Pendanaan


Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK)
Perkotaan Kanigoro ini dibiayai dari sumber pendanaan yaitu APBD

16
BAB II
KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan


2.1.1. Tenaga Ahli
1. Team Leader (Tenaga Ahli Planologi)
Ketua tim adalah seorang Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota,
berpengalaman dalam pelaksanaan di bidang perencanaan selama 3
(tiga) tahun untuk S2 dan/ atau 10 (sepuluh) tahun untuk S1. Memiliki
keahlian dan kemampuan dalam pengorganisasian dan melakukan
analisis serta berpengalaman dalam kegiatan studi perencanaan
kota/wilayah. Ketua Tim yang akan menjalankan tugasnya, di samping
mempunyai keahlian dibidangnya juga harus mempunyai kemampuan
yang kuat dalam berkomunikasi dan manajerial, mempunyai reputasi
yang baik dan mampu berintegrasi dan berkoordinasi dengan Pengguna
Jasa, konsultan manajemen proyek, dan instansi terkait lainnya
2. Tenaga Ahli Arsitektur
Ahli Arsitektur adalah seorang Sarjana Teknik Arsitektur S1,
berpengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan kawasan/
bangunan / permukiman pada suatu wilayah.
3. Tenaga Ahli Sipil Transportasi
Ahli Sipil Transportasi adalah seorang Sarjana Teknik Sipil/Perhubungan
/Transportasi S1, berpengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang
perencanaan kawasan/ transportasi pada suatu wilayah.
4. Tenaga Ahli Lingkungan
Ahli Lingkungan adalah seorang Sarjana Teknik Lingkungan S1,
berpengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan
lingkungan pada suatu wilayah.
5. Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan

17
Ahli Ekonomi Pembangunan adalah seorang Sarjana Ekonomi
Pembangunan S1, berpengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang
perencanaan wilayah/ pembangunan ekonomi pada suatu wilayah.
6. Tenaga Ahli Hukum
Ahli Hukum adalah seorang Sarjana Hukum S1 berpengalaman minimal 5
(lima) tahun di bidang hukum dan tata pemerintahan.
7. Tenaga Ahli Geodesi
Ahli geodesi adalah seorang Sarjana Geodesi S1 berpengalaman minimal
5 (lima) tahun di bidang pemetaaan GIS

2.1.2. Asisten Tenaga Ahli


1. Asisten Tenaga Ahli Planologi
Asisten Tenaga Ahli Planologi adalah seorang sarjana Teknik Planologi
S1, berpengalaman profesional di Perencanaan Wilayah dan Kota,
sekurang–kurangnya memiliki pengalaman kerja 2 (dua) tahun
2. Asisten Tenaga Ahli Arsitektur
Asisten Tenaga Ahli Arsitektur adalah seorang sarjana Teknik Arsitektur
S1, berpengalaman minimal 2 (dua) tahun di bidang perencanaan
kawasan/ bangunan / permukiman pada suatu wilayah.
3. Asisten Tenaga Ahli Sipil Transportasi
Asisten Tenaga Ahli Sipil Transportasi adalah seorang sarjana Teknik
Sipil/ Perhubungan / Transportasi S1, berpengalaman minimal 2 (dua)
tahun di bidang perencanaan kawasan/ transportasi pada suatu wilayah.

2.1.3. Tenaga Pendukung


1. Surveyor
Surveyor minimal lulusan D1 sipil dan atau SMK memiliki pengalaman
dalam survey/pemetaan wilayah pengalaman kerja sekurangya 2 (dua)
tahun
2. Drafter

18
Juru gambar/drafter minimal lulusan SMK dan atau SMU berpengalaman
dalam pekerjaan pemetaan wilayah/kota dengan aplikasi software
ArcGIS/AutoCAD, sekurangnya - kurangya pengalaman kerja 2 (dua)
tahun
3. Sekretaris
Sekretaris minimal lulusan D1 jurusan sekretaris dan atau SMK,
berpengalaman dalam manajemen dan administrsi perkantoran,
sekurang–kurangnya pengalaman kerja 1 (satu) tahun.
4. Operator Komputer
Operator Komputer minimal lulusan SMU memiliki pengalaman dalam
aplikasi komputer dengan menguasai program microsoft office dengan
pengalaman kerja sekurangya 1 (satu) tahun

2.2. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kanigoro Kabupaten Blitar adalah 180 (seratus
delapan puluh hari kerja) hari kerja sejak ditetapkannya Surat Perintah Kerja
oleh Pimpinan Pelaksana Kegiatan.

2.3. Keluaran
Sistem pelaporan yang akan dilakukan dalam kegiatan Penyusunan
Rencana Detail Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kanigoro Kabupaten
Blitar adalah berupa :
a. Laporan Pendahuluan, dibuat dalam rangka persiapan pekerjaan
survey berisikan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, lingkup
pekerjaan, jadwal pelaksanaan kegiatan maupun instrument-instrument
survey yang akan digunakan dilapangan pada saat survey lapangan.
Adapun spesifikasi buku laporan pendahuluan adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : LAPORAN PENDAHULUAN
 Jumlah Buku : 10 (sepuluh) buku

19
 Ukuran Buku : A4 (29,7 x 21,5 cm²)
 Pengetikan : 1,5 spasi pada kertas HVS putih polos
b. Laporan Fakta dan Analisa, yang berisi data & informasi dari lapangan
yang memuat seluruh permasalahan umum, data/informasi penggunaan
tanah/bangunan, data/informasi pelayanan perkotaan serta informasi
lainnya yang mendukung, termasuk hasil data yang di dapat dari:
► Kajian terhadap RDTRK dalam kaitan sub struktur kawasan/bagian
wilayah kota
► Penentuan fungsi kawasan
► Penentuan kebutuhan ruang, daya tampung ruang, intensitas
penggunaan ruang dan lain sebagainya.

Adapun spesifikasi buku laporan Fakta dan Analisa adalah sebagai


berikut:
 Judul Buku : LAPORAN FAKTA & ANALISA
 Jumlah Buku : 10 (sepuluh)buku
 Ukuran Buku : A4 (29,7 x 21,5 cm²)
 Pengetikan : 1,5 spasi pada kertas HVS putih polos
c. Draft Laporan Akhir, merupakan laporan akhir sementara yang
merupakan laporan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
yang diterapkan pada kawasan perencanaan yang didalamnya memuat
:
► Pengendalian dan arahan pembangunan fisik yang ditegaskan ke
dalam penetapan-penetapan tata ruang
► Penetapan program/indikasi program berupa matrik program yang
akan dilaksanakan dan di implementasikan di kawasan rencana.
Adapun spesifikasi buku Draft Laporan Rencana adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : DRAFT RENCANA
 Jumlah Buku : 5 (lima)buku

20
 Ukuran Buku : A4 (29,7 x 21,5 cm²)
 Pengetikan : 1,5 spasi pada kertas HVS putih polos
d. Laporan Akhir, merupakan laporan akhir yang memuat
penyempurnaan dari laporan akhir sementara hasil rumusan forum
seminar terbuka yang memuat input atau outcome RDTRK
Laporan ini ditulis secara sistematis dalam bentuk uraian deskripsi,
skema dan tabel-tabel yang dilengkapi dengan peta-peta dan gambar
ilustrasi.
Adapun spesifikasi buku Laporan Rencana adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : RENCANA
 Jumlah Buku : 10 (sepuluh)buku
 Ukuran Buku : A4 (29,7 x 21,5 cm²)
 Pengetikan : 1,5 spasi pada kertas HVS putih polos
e. Execituve Summary, merupakan ringkasan laporan yang digunakan
dalam pembahasan setiap tahapan pelaporan.
f. Naskah Akademis, merupakan kajian terhadap teoritis, akademis, dan
perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penyusunan
Raperda.
g. Raperda, merupakan rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kecamatan Kanigoro .
h. Laporan pendukung, yang berupa:
Album Peta Rencana berukuran 80 x 100 cm (format A1) dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Judul Buku : ALBUM PETA
 Jumlah Buku : 4 (empat) buku
 Ukuran Buku : A1 (80 x 100 cm²)
 Skala Peta : 1 : 5.000

21
2.4. Ketentuan Lain
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di
dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam KAK
dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi:
a. Kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa nasional maupun dengan
asing yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan
tanggung jawab yang jelas berdasarkan kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam perjanjian tertulis.
b. Kerjasama usaha tersebut dapat dinamakan konsorsium atau joint
venture atau sebutan lainnya sepanjang tidak dimaksudkan untuk
membentuk suatu badan hukum baru dan mengalihkan tanggung jawab
masing-masing anggota kerjasama usaha kepada badan hukum tersebut.
c. Ketentuan Kemitraan antara penyedia barang/jasa untuk pelaksanaan
paket pekerjaan jasa konsultansi ini hanya berlaku untuk Pengadaan
Jasa Konsultansi oleh Badan Usaha.

22

Anda mungkin juga menyukai