Disusun oleh
Npm : 195401426205
A. Latar Belakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka
kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas
target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar
102/100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali lebih bessar dari target World Health
Organization (WHO) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan
profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup
dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumbar, 2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
perlu peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak
penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan , dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu
pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatan mutu dan memberi pelayanan
sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan
kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan
terhadap tingginya AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian yang sangat besar dari
pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang
kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan
eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus
berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa
kini dan masa depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya
peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu
pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan kepastian
terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas
hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa
pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu
dilakukan terus menerus. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara
terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program
menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ). Pengertian mutu
pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan yang pantas atau
sesuai yang berhubungan dengan standar- standar dari suatu intervensi yang diketahui
aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,
ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Anonim, 2011).
Azwar (1996)mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang
dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia
dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Muda, 2008).
Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mewujudkan Indonesia
sehat 2015 yang antara lain memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung
jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama dan juga merupakan
wadah peran serta masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang
tersebar luas di seluruh pelosok tanah air.
Oleh sebab itu pelayanan kesehatan yang baik memiliki peranan penting untuk
memberikan kepuasan terhadap pasien.
Pelayanan yang berkualitas adalah harapan pelanggan/pasien untuk tetap memilih suatu
tempat pelayanan medis (Klinik, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas dan
sebagainya) untuk kebutuhan layanan medis.
Aspek kualitas dan nilai pelayanan harus dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi
petugas dan dari sisi pasien. Dari sisi petugas, kualitas pelayanan berarti
keleluasaandalam melakukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Dari sisi pasien, Pelayanan kesehatan
dianggap berkualitas jika sesuai dengan harapannya. Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut penulis tertarik untuk melakukan peninjauan mengenai ” Penilaian Mutu
Pelayanan Kebidanan”.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu
pelayanan kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA
(Plan, Do, Check, Action)
C. TujuanUmum
Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus
PDCA (Plan, Do, Check, Action)
D. TujuanKhusus
1. Untukmengetahuipengertian penilaian mutu
2. Untuk mengetahui cara menganalisa masalah berdasarkan siklus PDCA
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi siklus PDCA dalam pelayanan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
“Mutu” dapat diartikan sebagai “Derajat Kesempurnaan” atau “Tingkat
Kesempurnaan Penampilan” dalam hal ini adalah Tingkat Kesempurnaan Penampilan
dari Pelayanan Kesehatan. Untuk mengukur Derajat Kesempurnaan tentunya harus
dibandingkan dengan sesuatu keadaan kesempurnaan yang di idamkan atau yang
ditetapkan yang dinamakan Standar.
Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan
membandingkan Penampilan Pelayanan Kesehatan dengan standar pelayanan kesehatan
yang ditetapkan.
Mutu pelayanan kesehatan itu sangat subjektif tergantung pada persepsi, sistim
nilai, latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain baik
pada masyarakat ataupun pribadi-pribadi terkait pada jasa pelayanan kesehatan.
Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus
diselesaikan, setelah cara penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan selanjutnya
yang harus dilakukan pada Program Menjaga Mutu adalah melaksanakan cara
penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat lebih
ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu, pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam
suatu siklus kegiatan tertentu yang dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check,
Action)
A. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin,
2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin,
2006).
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan
kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
(health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka
semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :
1. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Struktur = input
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
a. Jumlah, besarnya input
b. Mutu struktur atau mutu input
c. Besarnya anggaran atau biaya
d. Kewajaran
2. Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya
dengan klien
Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan
penanganan kasus.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
a. Relevan tidaknya proses itu bagi klien
b. Fleksibilitas dan efektifitas
c. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
d. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
3. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap klien .
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional
klien Langkah-kangkah dalam menetapkan masalah mutu:
1. Menyusun daftar masalah Menggunakan tekhnik kesepakatan kelompok
(group decision making):
Curah pendapat (brain storming)
Kelompok minimal (nominal group)
2. Melakukan konfirmasi daftar masalah Dapat dilakukan dengan:
Mengumpulkan daftar masalah secara langsung
Mengumpulkan daftar masalah secara tidak langsung, yaitu dengan
meminta pendapat staf lain yang terkait tentang kebinaran daftar masalah
yang telah disusun
3. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan
Kesepakatan (consensus)
Pemungutan suara
4. Merumuskan masalah
Apa masalahnya
Siapa yang terkena masalah
Seberapa besar masalah itu
Dimana terjadinya
Bilamana masalah itu terjadi
5. Menetapkan penyebab masalah mutu, bisa berasal dari:
Unsur masukan (Input)
Unsur proses (process)
Unsur lingkungan (environmnet)
B. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris
dari 'Plan, Do, Check, Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah
suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro,
2009).
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus
Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari
nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas
statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau
system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja,pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut :Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam
unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil
akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur
rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic)
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi
(problem statement)
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target)
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget)
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar
anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf
pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan
dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan
pokok manajerial, yaitu:
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian
staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan
hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum
berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan
perbaikan atau Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian
masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni :
1) Lembaran pemeriksaan (check list) Lembar pemeriksaan adalah suatu
formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap
penyimpangan yang terjadi.
Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
a. Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
b. Tetapkan jangka waktu pengamatan
c. Lakukan perhitungan penyimpangan
2) Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya
penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok
dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pembuatan peta kontrol adalah :
a. Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
b. Tentukan prosentase penyimpangan
c. Buat grafik penyimpangan
d. Nilai grafik
3) Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana
kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain.
Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil
yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
ANALISA PDCA
IMPLEMENTASI
ILUSTRASI 1
Latar Belakang
Dalam sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka Kami membuat suatu
perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, kami
menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek dan
Tindak lanjuti.
Puskesmas A
1. Denah Puskesmas A
1. PLANT
Merencanakan meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas di ruang bayi
dan balita yang melibatkan seluruh anggota petugas yang bekerja di Puskesmas A di
laksanakan Minggu depan Perencanaan tersebut yaitu menambah fasilitas – fasilitas
yang ingin tercakupi di ruang bayi dan balita agar nilai mutu pelayanan mengalami
peningkatan. Pencakupan fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:
Fasilitas di ruangan Bayi dan Balita:
a. Perawatan Bayi dan Balita Khusus Kami disini ingin perawatan bayi dan balita
khusus terpisah dengan ruangannya agar kenyaman masing-masing antara bayi
dan balita memuaskan
b. Pemijatan Bayi Di ruangan bayi kamu juga akan melakukan pemijatan bayi agar
bayi merasa relaks dan peredaran darah bayi lancar.
c. Memandikan bayi Agar bayi selalu segar dan bersih dan juga untuk kesehatannya
kebutuhan bayi pun terpenuhi.
d. Menyusui Bayi Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui
atau ibunya bisa menghampiri bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena
tersedia sofa.
e. Keamanan CCTV
f. Penjemuran
g. Kenyamanan Bayi dan Balita
2. DO
Melaksanakan perubahan – perubahan dilaksanakan oleh petugas yang bertugas di
ruangan Bayi dan Balita.
Dalam hal ini kami mencoba pelaksanaan yang akan kami terpkan di ruang bayi
Sarana Yang di butuhkan diantaranya:
a. Ruangan Bayi
6 Tempat tidur bayi dan balita
Mainan
3 Kereta Bayi
Karpet
Gambar / hiasan dinding
Inkubator
Tong sampah
Westafel
2 Bath tube
4 Kamera CCTV
Penghangat Ruangan
1 Kipas Angin
Sofa
Atap Otomatis
b. Ruangan Balita
Tempat tidur Balita
1 Tabung oksigen
1 AC
Mainan
Gambar/hiasan dinding
2 Kamera CCTV
Toilet
Sofa
Lemari
Westafel
Mekanisme pelaksanaan :
3. CHECK
Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu ditinjau dari
klien:
Faktor mendukung:
a. Fasilitas meningkat
b. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
c. Kebutuhan bay dan balita lebih terpenuhi
Faktor Penghambat:
a. Petugas mungkin merasa kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b. Biaya mahal
c. Keinginan pasien yang selalu ingin di utamakan
4. ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu pelayanan sehingga
klien merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat penghambat yaitu petugas
merasa kelelahan karna terus mengawasi bayi dan juga biaya yang dikeluarkan klien
pun terbilang mahal karena fasilitas tersebut sehingga mutu pelayanan tersebut hanya
bisa di rasakan oleh kalangan menengah ke atas. Akan tetapi Puskesmas A ini
memberikan kesempatan untuk kalangan tidak mampu dan menengah dengan di
adakan surat keterangan tidak mampu . Kami akan memberikan toleransi kepada
keluarga tidak mampu agar dapat pelayanan kesehatan yang baik.Dan Puskesmas A
ini mengadakan pendidikan kesehatan bagi remaja, bumil, bufas dan balita
KHUSUS : Puskesmas A ini menyediakan program “ aku dan ibu”. Program ini
memberikan pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita yg
aktif, pasif maupun yg kekurangan/cacat mental.
ILUSTRASI 2
a. Kondisi sekarang : 1 ruangan KIA,1 ruangan UGD ,dan terdapat 2 ruangan rawat inap
yang mana ruangaan 1 khusus pasien dewasa dan ruangan 2 khusus pasien anak-anak
b. Penyebab :
Terbatasnya dana untuk pembangunan tempat pelayanan
Terbatasnya lahan yang disediakan oleh pihak pemerintah
c. Rekomendasi peneliti :
Ajukan tambahan dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan tempat pelayanan
sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan fasilitas yang memuaskan pada
pasien
CHECK (C)
1. Ruang Periksa KIA Sempit
Mengevaluasi kondisi ruangan apakah sesuai standart pelayanan
2. ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS
Mengevaluasi dana yang di ajukan tepat sasaran atau tidak
3. kurangnya tenaga kesehatan yang profesional
Mengevaluasi apakah tenaga kesehatan mampu berkompeten atau tidak
ACTION (A)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin,
2007).
Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin,
2006) PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.
B. Saran
1. Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau strategi apasaja
yang hendaknya kita lakukan untuk menjaga dan meningkatkan nilai mutu
pelayanan kebidanan
2. Dengan mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan, kita dapat lebih
termotivasi untuk tetap meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan
kepada masyarakat
3. Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi meningkatkan skill
masing- masing sehingga program pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
baik, terstandar dan dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pelayanan
kesehatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982 Azrul Azwar.
Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993 Azrul Azwar. Konsep Mutu
dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993 Departemen Kesehatan RI. Standar
Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992 Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah
Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta Saifuddin(2003), Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jak