TUGAS MID
Topik : Sistem dan Mekanisme Perpajakan di Indonesia
Tema : Sistem Perpajakan dan Pengaruhnya Pada Perekonomian
di Indonesia
A. Latar Belakang
Sistem perhitungan pajak setiap negara berbeda tergantung kepada kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintahnya. Seiring dengan penyempurnaan yang dilakukan secara
berkesinambungan, sistem perhitungan pajak di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan. Hal tersebut tercermin dari perubahan yang terjadi pada undang-
undang yang terkait dengan masalah perpajakan sebagai landasan hukum bagi
berlakunya sistem perpajakan di Indonesia.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Semakin hari peranan
penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran umum/negara semakin besar. Saat ini
pemerintah sedang mempersiapkan amandemen UU Perpajakan Tahun 2005 yang
menandai dilaksanakannya reformasi perpajakan keempat. Pertanyaan yang muncul
adalah apasajakah pengaruh perpajakan nasional yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Menurut Adam Smith, pajak adalah “a contribution from the citizen to support of the
state”. Bastable menyatakan pajak adalah “a compulsory contribution of the wealth of a
person or body of person for service of public powers”. Sedangkan menurut Sommerfeld
Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah “suatu pengalihan
sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.”
Dari kalangan dalam negeri, Rochmat Soemitro menyatakan bahwa pajak adalah “iuran
kepada rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sector partikulir ke sector
pemerintah) berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum”. Menurut Prof.Dr.P.J.A. Adriani, pajak adalah “iuran masyarakat
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.”
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara
perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor
privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya
pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan
individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan
jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang
dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
2. Konsep Perpajakan
Tujuan Perpajakan
Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai dengan
“bagiannya yang wajar”.
2. Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi.
3. Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta,
apabila instrumen pajak dapat melakukannya.
4. Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan stabilisasi
dan pertumbuhan ekonomi.
5. Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.
6. Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin.
7. kepastian.
8. Dapat dilaksanakan.
9. Dapat diterima,
Suatu sistem pajak yang baik adalah suatu sistem pajak yang adil. Konsep keadilan ini
sifatnya relatif, sehingga harus dijelaskan lebih lanjut. Dalam bidang perpajakan konsep
keadilan menjadi dua klasifikasi, yaitu keadilan datar (horizontal equity) dan keadilan
tegak (vertical equity). Yang dimaksud dengan keadilan datar adalah pengenaan pajak
dimana setiap orang yang kedaannya sama haruslah menderita beban pajak yang sama
besarnya. Sedangkan keadilan tegak adalah situasi dimana orang yang keadaannya
berbeda adalah haruslah menderita beban pajak yang berbeda pula.
Landasan hukum
Landasan hukum adalah acuan hukum dasar yang menguatkan dilakukannya suatu
kegiatan atau yang melandasi pelaksanaan suatu kebijakan. Ada landasan hukum yang
bersumber dari hukum dasar, yaitu UUD 1945. Ada juga yang berbentuk undang-undang
sebagai turunan dari UUD 1945, landasan hukum pajak yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
Seperti diuraikan di atas bahwa pajak merupakan kontribusi masyarakat untuk ikut
berperan aktif dalam membangun negaranya, yaitu membangun sarana dan prasarana
kepentingan umum bagi masyarakat itu sendiri. Dengan kontribusi ini masyarakat
berhak untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah. Di pihak lain, tidak boleh
dilupakan bahwa pajak memang merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat
sebagai warga negara dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di
sinilah letak pentingnya pajak bagi masyarakat sebagai Wajib Pajak
4. Reformasi pajak di Indonesia
Reformasi pajak di Indonesia pertama kali diluncurkan tahun 1983, dengan perombakan
system pajak paling mendasar, yaitu digantikannya official assessment system menjadi
self assessment system.
Tahun 1994, pemerintah merilis reformasi perpajakan kedua. Perpajakan pada masa ini
banyak mengadopsi perkembangan baru di bidang perpajakan, khususnya secara teknis
perpajakan yang makin mengurangi kesenjangannya dengan praktik akuntansi.
Kemudian disusul dengan reformasi tahun 2000,2002, dan 2004.
Reformasi perpajakan selama ini telah mencapai hasil yang baik, namun masih banyak
kekurangan yang harus segera diperbaiki. Pencapaian ukuran keberhasilan
pemungutan pajak masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara
tetangga. Konsekuensinya reformasi perpajakan harus terus dilanjutkan, baik dari sisi
peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak (tax compliance), kepastian
hukum bagi pembayar dan aparat pajak dan peningkatan kualitas pelayanan dan
administrasi perpajakan. Atau dengan kata lain, reformasi perpajakan edisi keempat
harus menyentuh aspek SDM, landasan hukum yang konsisten dan organisasi yang
modern yang menjamin efisiensi dan efektifitas sistem perpajakan yang ideal.
Mekanisme perpajakan yang dianut di Indonesia saat ini untuk berbagai jenis
pajak didasarkan pada self assessment system. Dalam Self assessment system
mengandung hal yang penting, yang diharapkan ada dalam diri wajib pajak yaitu :
1. Tax consciousness atau kesadaran wajib pajak.
2. Kejujuran wajib pajak.
3. Tax mindedness wajib pajak, hasrat untuk membayar pajak.
4. Tax discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan
sehingga pada waktu wajib pajak dengan sendirinya memenuhi kewajiban yang
dibebankan kepadanya oleh Undang-undang.
Hingga saat ini kantor pajak telah merubah sistem administrasinya menjadi tiga
yaitu KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama. Dimana ketiga KPP tersebut telah
menerapkan sistem administrasi modern diantaranya ada Account Representative
(AR), kring pajak, dan help desk.
Mereka mengharapkan dengan adanya perubahan sistem tersebut citra negatif
Pajak dimasyarakat dapat berubah dari yang semula enggan membayar pajak
karena takut berurusan dengan orang pajak menjadi lebih pro aktif untuk membayar
pajak. Tetapi yang lebih diinginkan masyarakat sebenarnya adalah perubahan
budaya orang pajak sendiri yaitu dari penguasa menjadi pelayan masyarakat sesuai
dengan namanya kantor pelayanan.
Kesulitan masyarakat untuk membayar pajak disebabkan kurangnya sosialisasi
dr aparat pajak khususnya dimana mereka hanya memberikan sosialisasi kepada
wajib pajak tertentu saja (besar & berpotensi) bukannya kepada seluruh wajib pajak.
salah satu contoh : ketika pelaporan SPT tahunan 2007 banyak wajib pajak yang
kecewa ternyata mereka sudah tidak terdaftar di KPP dimana sebelumnya mereka
terdaftar tetapi pindah ke KPP lain (KPP Pratama lainnya) tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya (surat terlambat datang).
Hal-hal seperti ini diharapkan tidak terjadi lagi dalam penerapan sistem
administrasi modern yang telah berjalan selama ini sehingga minat masyarakat
untuk membayar pajak dapat tumbuh sehingga kelancaran pembangunan negeri ini
tidak terganggu.
P1 B Harga
P0 A C S
0 Jumlah
Q1 Q0
Arti efek ini bisa dipertanyakan karena pentingnya motif bukan uang dalam
membawa orang ke pekerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi. Gengsi,
lingkungan pekerjaan yang baik, dll. merupakan daya tarik utama yang
membawa orang-orang kepada pekerjaan profesional dan kepemimpinan
dengan bayaran relatif tinggi.
Pajak yang dikenakan pendapatan barang modal menurunkan net rate of return
to saving dan mengurangi tingkat tabungan. Pajak mempengaruhi investasi
secara langsung melalui pengaruhnya terhadap biaya kapital, jika marginal
effective tax rates bervariasi pada sektor dan aktivitas produksi, maka efisiensi
investasi dapat terpengaruh. Labor Tax mempengaruhi tingkat penawaran dan
permintaan tenaga kerja. Progresivitas pajak personal mengurangi investasi
pada human capital. Total pengaruh pajak pada pertumbuhan secara signifikan
menunjukkan hubungan negative antara tingkat rasio pajak terhadap produk
domestic bruto. Pada umumnya tingginya pajak mengurangi pertumbuhan
ekonomi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perlu disadari bahwa pajak mempunyai pengaruh terhadap ekonomi. Pada umumnya
kemauan untuk bekerja itu akan terpengaruh oleh pengenaan pajak bila pajak itu
dikenakan terhadap penghasilan wajib pajak. Kemampuan kerja yang menurun akan
menurunkan tingkat penghasilan lebih jauh lagi dan akan mempunyai dampak terhadap
kegiatan-kegiatan lainnya terutama dalam bentuk penurunan konsumsi barang-barang dan
jasa yang lain. Namun demikian pada umumnya kemampuan kerja wajib pajak itu akan
dipertahankan oleh wajib pajak itu sendiri.
Semakin besar pungutan pajak yang dikenakan kepada wajib pajak akan mengurangi
semangat wajib pajak untuk bekerja, khususnya dalam hal pajak penghasilan. Tetapi
dengan pajak kemauan untuk bekerja ini tidak akan banyak terpengaruh. Pengenaan pajak
terhadap barang dan jasa seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak tontonan akan mempunyai dampak terhadap tingkat penggunaan atau
tingkat konsumsi terhadap barang-barang yang bersangktuan. Wajib pajak akan cenderung
mengurangi kemauan untuk mengkonsumsi barang tersebut. Sehingga ekonomi Negara
akan cenderung terpengaruh dengan adanya pajak. Walaupun pendapatan tinggi,
konsumsi cenderung berkurang dan berakibat pada berkurangnya pendapatan Negara
suatu hari nanti.
DAFTAR PUSTAKA
http://angkringanmaswied.blogspot.com/2009/03/pajak-sebuah-perspektif-dan-
pengaruhnya.html
http://bisnis-journals.blogspot.com/2008/06/evaluasi-kinerja-sistem-perpajakan.html
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sadha%20suardika.pdf
http://gurumuda.com/bse/sistem-perpajakan-indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/769/1/sosek-siti.pdf
http://robert.web.id/tag/pengaruh-pajak-terhadap-perekonomian/
http://www.ikpi.or.id/content/sistem-perpajakan-perlu-disederhanakan
http://www.skripsiekonomi.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=21