Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti telah dikemukakan oleh banyak pakar mengenai studi kota, bahwa penduduk akan bertempat
tinggal di kota dan kawasan sekitar kota. Hal ini didasarkan bahwa jumlah penduduk kota–kota di dunia mempunyai
kecenderungan makin besar dan tidak terkecuali pada Kota Makassar.
Bertambahnya jumlah penduduk akan selalu diwarnai dengan munculnya masalah–masalah akibat
kehidupan penduduk yang dinamis. Pertumbuhan penduduk yang tinggi serta meningkatnya kegiatan diberbagai
sektor menimbulkan berbagai masalah di wilayah-wilayah perkotaan seperti permasalahan yang umum terjadi di kota
- kota di Indonesia.
Kota Makassar yang merupakan salah satu kota yang tumbuh cepat secara alamiah baik dilihat dari jumlah
penduduknya maupun dari kemampuan ekonominya yang berdampak pada pemenuhan akan kebutuhan sarana dan
prasarana. Begitu halnya dengan kawasan Permukiman Tanjung Bunga yang ada di Kota Makassar yang sedang
tumbuh dan berkembang sekarang ini. Agar dalam perkembangan fisik sarana dan prasarana wilayahnya serta
perkembangan nonfisik wilayahnya dapat teroptimalkan dengan baik maka perlu untuk diketahui kondisi fisik dan
nonfisik yang ada diwilayah tersebut. Dimaksudkan dengan menemukenali kondisi sarana dan prasarana yang ada
maka dengan sendirinya permasalahan prasarana sebagai penopang segala aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan
hidup penduduk di wilayah Permukiman Tanjung Bunga dapat diketahui.
Master Plan Kawasan Tanjung Bunga mempunyai luas wilayah 1000 Ha.Lokasinya berada di dekat laut dan
diapit dengan danau. Area yg Seluas 1000 Ha ini telah terbentuk mulai dari 1996 sampai tahun ini 2010. Kawasan ini
merupakan bagian dari Kota Makassar yang terdiri dari Kecamatan Tamalate yaitu pada Kelurahan Tanjung
Merdeka, Maccini Sombala, serta Kelurahan Barombong. Kecamatan Mariso yaitu pada Kelurahan Mattoangin,
Lette, Panambungan dan Bontomarannu serta Kabupaten Gowa di Kecamatan Palangga.
Adapun lokasi kawasan yang kami teliti yaitu berada di Kecamatan Mariso pada Kelurahan Pannambungan,
Lette, Mattoanging dan Bontomarannu.
Secara umum Kondisi perumahan di daerah-daerah tersebut memiliki perbedaan antara yang berada di
jalan utama dan di jalan-jalan lingkungan. Kondisi perumahan, sarana, dan prasarana yang terdapat di jalan utama
pada umumnya masih tertata dengan baik belum ada campuran atau tumpang tindih antara lokasi perumahan dan
sarana, sedangkan yang berada di jalan-jalan lingkungan terjadi percampuran antara sarana dan perumahan
sehingga terkesan kumuh. Begitu pula untuk prasarananya secara umum terlihat kurang memadai jika kita melawati
lokasi-lokasi tersebut sebagai contoh kondisi persampahan dan drainase Hampir seluruh kelurahan yang ada di
Permukiman Tanjung Bunga tepatnya ke empat kelurahan di atas kondisi sampahnya sangat menggangu
masyarakat setempat. Dapat dikatakan seluruh TPS seperti kontainer, sampahnya berserakan disekitar kontainer,
drainase dipenuhi oleh sampah, seakan memberikan kesan bahwa sampah sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan oleh suatu permukiman. Selain itu warga juga mengaku bahwa pada saat musim hujan sering terjadi
banjir. Prasarana air bersih bersumber dari PAM dan air sumur namun tidak semua mesyarakat menikmati air PAM
karena persoalan biaya sedangkan untuk sumur baik itu sumur bor atu sumur gali memang mudah untuk didapat
namun air yang dihasilkan belum memenuhi kriteria air bersih pada umumnya. Prasarana jalan di Permukiman
Tanjung Bunga cukup baik sebab merupakan jalan aspal walaupun ada sebagian jalan yang masih rusak seperti
Jl.Nuri. Prasarana listrik dan Prasarana telekomunikasi dapat dikatakan cukup baik sebab daerah ini merupakan
wilayah perkotaan sehingga selain menggunakan telepon umum yang ada di Permukiman Tanjung Bunga,
masyarakat juga menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi, sedangkan untuk kebutuhan listrik untuk
setiap kelurahan telah terjangkau kepada seluruh lapisan masyarakatnya.
Bertitik tolak dari hal diatas, maka kami melaksanakan suatu tinjauan pada kecamatan ini untuk
mengidentifikasi masalah yang ada di Permukiman Tanjung Bunga Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan
tepatnya di Kecamatan Mariso dan membuat suatu sanitasi untuk membuat kehidupan suatu lingkungan itu agar bisa
menjadipermukiman yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian iniyaitu:
1. Bagaimana kondisi eksisting aspek fisik yang mencakup sarana dan prasarana di kawasan permukiman Tanjung
Bunga?
2. Bagaimana kondisi eksisting aspek nonfisik yang mencakup aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi?
3. Bagaimana sistem sanitasi yang baik untuk permukiman di Kawasan Tanjung Bunga?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting aspek fisik yang mencakup sarana dan prasarana di kawasan permukiman
Tanjung Bunga?
2. Untuk mengetahui kondisi eksisting aspek nonfisik yang mencakup aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi di
kawasan permukiman Tanjung Bunga?
3. Untuk mengetahui sistem sanitasi yang baik untuk permukiman di kawasan Tanjung Bunga

D. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran keseluruhan dari laporan ini, maka berikut ini
diuraikan secara garis besar.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraiakan latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan pengertian wilayah, pengertian kota, pengertian perumahan
dan permukiman, pengertian tapak serta standar sarana dan prasarana lingkungan.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Bab ini menguraikan Gambaran Umum Lokasi survei Kota Makassar dan gambaran
umum Wilayah Penelitian yaitu Permukiman Tanjung Bunga yang terdiri dari data
aspek fisik dasar, aspek sarana dan prasarana dan aspek nonfisik.
BAB IV : Analisis dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang analisis proyeksi penduduk dan analisis prasarana
yang ada pada lokasi penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan Kesimpulan dan Saran

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Wilayah dan Kota


1. Pengertian Wilayah
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau
aspek fungsional.
Dalam arti fisik keruangan, wilayah dan daerah memiliki pengertian yang sama
sebagai terjemahan dari region yaitu suatu hamparan luas sebagai kumpulan dari
lokasi-lokasi atau areal areal, baik mencakup ciri perkotaan maupun pedesaan. (UU R.I.
No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggara Penataan Ruang)
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. (UU
No.26 Tahun 2007 tenteng Penataan Ruang)
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Strategi penataan ruang wilayah nasional ditujukan agar pemanfaatan sumber daya
secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab sesuai dengan daya
dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan.
Keterpaduan dan penggunaan sumber daya dan penataan lingkungan hidup harus
di dasarkan pada Pola Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dapat memadu dan
menyerasikan tata guna lahan, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya,
yang sejalan dengan upaya penataan ruang tersebut, telah tertuang dalam Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menetapkan penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengelolaan sumber daya alam
dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi. Dalam
pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan
sumber daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses
pembangunan yang berkelanjutan. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan adalah
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam setiap
pembangunan nasional, dengan pendekatan kependudukan, pembangunan, dan
lingkungan sampai dengan integrasi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Menurut Emil Salim dalam buku “Pembangunan berkelanjutan (1992)” menyatakan
bahwa Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia dengan kemampuan
sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam pembangunan.
Menurut Sabrini Sumawinata dalam buku “Pembanguan Berkelanjutan (1992)”
manyatakan bahwa Pembangunan Berkelanjutan tidak harus diartikan sebagai
pembangunan yang berlangsung secara lancar, mantap dan tanppa hambatan.
Pembangunan masyarakat selalu berjalan bergelombang dengan pasang surut.
Pembangunan disebut berkelanjutan jika mampu menghindari dan mematahkan
hambatannya dan bergerak lebih lanjut ke tingkat keseimbangan yang lebih
tinggi. Manusia merupakan subjek pembangun, karena ia merupakan pelaksana
pembangunan. Manusia menjadi objek pembangunan, sebab sasaran hasil
pembangunan pada hakikatnya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pembangunan
dilaksanakan oleh dan untuk manusia. Karenanya, aspek kesejahteraan yang adil dan
merata di setiap wilayah harus di upayakan.
2. Pengertian Kota
Kota merupakan suatu daerah yang memiliki wilayah batas administrasi dan
bentang lahan luas, penduduk relatif banyak, adanya heterogenis penduduk, sektor
agraris sedikit atau banhkan tidak ada dan adanya suatu sistem pemerintahan (Rinaldi
Mirsa, 2009).
Menurut Bintarto dalam buku “Elemen Tata Ruang Kota (2009)” menyatakan bahwa
Kota dari segi geografis, merupakan suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai
dengan kepadatan penduuk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang
heterogen dan bercorak materialistis.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi (UU R.I. No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggara Penataan Ruang)
Kawasan perkotaan merupakan kawasan strategis, yang dapat berupa kawasan
strategis nasional, kawasan strategis provinsi, atau kawasan strategis
kabupaten. Dalam pasal 64 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, yakni :
a. kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten;
b. kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada
satu atau lebih provinsi.
Karakteristik kota, meliputi beberapa aspek, antara lain:
Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik,
seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan
mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar
dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan dibagian-bagian kota tampak seperti
desa, misalnya, didaerah pinggiran kota, sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota,
seperti desa-desa di pegunungan di negara-negara laut tengah.
Dari aspek penduduk, secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang
tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan-
kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif
yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah.
Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social
interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat
kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-fical),
berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang
ini bebas untuk memilih hubungan sendiri.
Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan
dari bidang pertanian (agraria) sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-
bidang lain dari segi produksi atau jasa.
Dari aspek hukum, pengertian kota dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban
hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk
menunjukan suatu wilayah tertentu yang secara hukum disebut kota.
Dalam pasal 65 Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, yakni:
(1) Kawasan perkotaan menurut kriteria besarnya meliputi:
a. Kawasan perkotaan kecil;
b. Kawasan perkotaan sedang;
c. Kawasan perkotaan besar;
d. Kawasan metropolitan; dan
e. Kawasan megapolitan.
(2) Kawasan perkotaan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki
kriteria paling sedikit:
a. Jumlah penduduk paling sedikit 50.000 ( lima puluh ribu) jiwa dan paling banyak
100.000 (seratus ribu) jiwa;
b. Dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan perdagangan dengan jangkauan
pelayanan kecamatan dan/atau antardesa; dan
c. Ketersedian prasarana dan sarana dasar perkotaan paling sedikit kantor kecamatan
dan pasar harian.
(3) Kawasan perkotaan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hruf b memiliki
kriteria paling sedikit:
a. Jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) jiwa dan kurang dari 500.000 (lima
ratus ribu) jiwa;
b. Dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa dan perdagangan dengan
jangkauan pelayanan satu wilayah kabupaten dan/atau antar kabupaten; dan
c. Keteresediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan palingsedikit kantor pemerintah
Kabupaten/Kota , Sarana transportasi lokal, kantor cabang perbankan, dan pusat
pertokoan.
(4) Kawasan perkotaan besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memiliki
kriteria paling sedikit:
a. jumlah penduduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) jiwa;
b. dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa, perdagangan, dan industri
dengan jangkauan pelayanan satu wilayah provinsi dan/atau antarprovinsi; dan
c. ketersediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan paling sedikit kantor
pemerintahan Kabupaten/kota, terminal/pelabuhan, kantor cabang perbankan, dan
kawasan pertokoan.
(5) Kawasan metropolitan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf d memiliki kriteria
paling sedikit:
a. Merupakan kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional;
b. Jumlah penduduk secara keseluruhan paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;
c. Dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa, perdagangan, industri,
dengan jangkauan pelayanan antar provinsi dan/atau nasional;
d. Ketersedian prasarana dan sarana dasar perkotaan paling sedikit kantor pemerintah
kota/pemerintahan provinsi, Sarana transportasi regional, kantor perbankan, dan pusat
perbelanjaan;
e. Memiliki sistem Prasarana prasarana wilayah yang terintegrasi, dan
f. Memiliki kejelasan sistem struktur ruang yang ditunjukkan adanya pusat dan sub-pusat
yang terintegrasi dengan peran ekonomi pusat yang dapat lebih besar dari kota atau
kawasan sekitar diukur dari jumlah aktivitas jasa dan industri dan jumlah uang beredar.
(6) Kawasan megapolitan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf e memiliki kriteria
paling sedikit:
a. Merupakan gabungan 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan sehingga berpusat
jamak dan memiliki keterkaitan fungsional;
b. memiliki hubungan spasial masing-masing kota dengan sistem yang dipisahkan
kawasan perdesaan;
c. memiliki jumlah penduduk yang dilayani paling sedikit 10.000.000 (sepuluh juta) jiwa;
d. memiliki dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa perdagangan,
industri, dengan jangkauan pelayanan regional antarnegara;
e. memiliki ketersediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan paling sedikit Sarana
transportasi antarnegara, sarana perbankan antarnegara, dan pusat perbelanjaan
dengan skala pelayanan regional; dan
f. menghubungkan antarpusat kegiatan dengan prasarana transportasi utama dan
memiliki sistem Prasarana prasarana wilayah yang terintegrasi.

B. Pengertian Perumahan dan Permukiman


Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kaeasan lindung, baik yang berupa kawasan lindung,
baik yang berupa kaeasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.
Kawasan siap bangun adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan
dan permukiman skala besar yang berbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya
dilakukan secar bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II dan
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus
ibukota Jakarta rencana.
Tata ruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Lingkungan siap bangun
adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari kawasan siap bangun ataupun berdiri sendiri yang telah
dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan
pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
bangunan
Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan pembakuan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian untuk membangun bangunan

Konsolidasi tanah permukiman adalah upaya penataan kembali penguasaan,


penggunaan, dan pemilikan tanah oleh masyarakat pemilik tanah melalui usaha
bersama untuk membangun lingkungan siap bangun dan menyediakan kaveling tanah
matang sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan Pemerintah Daerah Tingkay
II, khusus untuk Daerah Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya ditetapkan oleh
Pemerintahan Daerah khusus Ibukota Jakarta.

C. Pengertian Tapak
Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang
jelas, berikut kondisi permukaan dan ciri-ciri istimewa yang di miliki oleh lahan tersebut.
Sebuah tapak tidak pernah tidak berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan yang
sangat aktif yang terus berkembang yang jalin menjalin dalam perhubungan-
perhubungan. Perencanaan tapak adalah pengolahan fisik tapak untuk meletakkan
seluruh kebutuhan rancangan di dalam tapak. Perencanaan tapak dilakukan dengan
memperhatikan kondisi tapak dan kemungkinan dampak yang muncul akibat perubahan
fisik di atasnya. Tujuan dari perencanaan tapak adalah agar keseluruhan program
ruang dan kebutuhan-kebutuhannya dapat diwujudkan secara terpadu dengan
memperhatikan kondisi, lingkungan alam, lingkungan fisik buatan dan lingkungan social
disekitarnya.

D. Standar Sarana Perumahan Dan Permukiman


1. Sarana Pemerintahan
Analisis kebutuhan Sarana pelayanan umum guna pelayanan kepada msyarakat
secara makro, seperti kantor administrasi, kantor pos, telepon umum, balai pertemuan,
MCK dan parkir umum. Sesuai dengan fungsi kota dan kebutuhan perkembangan
penduduk kota, maka Sarana yang dibutuhkan haruslah mempunyai:
Parkir umum + MCK seluas 200 M2, setiap unit melayani 2.500 jiwa.
Kantor Lurah dengan luas lahan 1.000 M2.
2. Sarana Pendidikan
Pendidikan formal mempunyai beberapa tingkatan/jenjang yaitu taman kanak –
kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
Menengah Umum (SMU). Rencana kebutuhan Sarana pendidikan maupun Sarana
sosial ekonomi lainnya didasarkan pada standar perencanaan kebutuhan sarana kota
(PU. Cipta Karya), dengan standar luasan yang berpedoman pada tingkat kepadatan
pada tingkat kepadatan penduduk.Dan lebih mendasar lagi adalah bagaimana
memadukan antara “supply and demand” dengan standar yang digunakan.
Taman Kanak – kanak (TK), penduduk mendukung Sarana ini minimal 1250 orang
dengan luas lahan <500 M2. Lokasinya sebaiknya berada di tengah – tengah kelompok
keluarga, jumlah murid dengan standar 3 ruang kelas terdiri dari 30 – 40 murid di setiap
satu ruang kelas.
Sekolah Dasar (SD), kebutuhan satu unit SD, minimal penduduk pendukungnya 1500
jiwa dengan luas lahan <1000 M2. Lokasi jenis Sarana ini sebaiknya berada di tengah
kelompok keluarga (permukiman) dengan radius pencapaian dari daerah yang dilayani
maksimum 100 meter.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), jumlah penduduk pendukungnya minimal
4800 jiwa untuk sebuah SLTP, sedangkan luas lahannya adalah <1000 M 2.
penempatan lokasi Sarana ini sebaiknya dikelompokkan dengan taman dan lapangan
olahraga. Standar jumlah murid adalah 40 murid/kelas.
Sekolah Menengah Umum(SMU). Penduduk pendukungnya minimal 4800 orang untuk
sebuah SMU. Luas lahan SMU ini adalah <3.000 M2. Standar 30 murid/ruang kelas.
3. Sarana Kesehatan
Tingkat kesehatan penduduk merupakan salah satu elemen penting yang dapat
menentukan kualitas sumberdaya manusia.Fungsi utama sarana ini memberikan
pelayanan medis kepada penduduk.Oleh karena itu penyediaan Sarana kesehatan di
kawasan perencanaan ini perlu mendapat prioritas. Dikaitkan dengan standar
perencanaan lingkungan permukiman kota, maka kualitas kesehatan yang harus
disediakan untuk melayani penduduk tersebut adalah puskesmas, balai pengobatan,
tempat praktek dokter dan apotik serta Sarana lain seperti tempat parkir dan taman.
Standar penyediaan puskesmas adalah dengan kriteria 10.000 jiwa dengan aksesibilitas
ke Sarana <5000 m2, dengan melihat jumlah penduduk Desa lauwa sekarang yaitu 900
jiwa dan setelah proyeksi 20 tahun ke depan pada tahun 2031 sebanyak 1683 jiwa
diperlukan 1 unit puskesmas. Namun, untuk skala Desa tidak
mengharuskan pengadaan Sarana kesehatan berupa puskesmas di Desa Lauwa.
Standar penyediaan apotik adalah dengan criteria 5.000 jiwa aksesibilitas ke sarana
<1500 m2, dengan melihat jumlah penduduk Desa lauwa yaitu 900 jiwa dan setelah
proyeksi 20 tahun ke depan pada tahun 2031 sebesar 1683 jiwa maka kondisi jumlah
penduduk ini telah mencapai standar untuk diadakan pembuatan apotik pada tahun
2031.
Standar penyediaan poliklinik adalah dengan kriteria 500 jiwa, dengan luas <1500
m2 dengan melihat jumlah penduduk diDesa lauwa tahun 2031 yaitu sebesar 1683
jiwa, sehinggadiperlukan penambahan 2 unit polindes. Namun, apabila pada tahun
2031 sudah terdapat puskesmas, maka puskesmas ini sudah memenuhi untuk
kebutuhan polindes sehingga tidak perlu pembangunan polindes.
4. Sarana Peribadatan
Penghitung kebutuhan Sarana peribadatan di kawasan perencanaan disesuaikan
dengan jumlah penduduk pemeluk agama yang ada. Berdasarkan data jumlah
penduduk menurut agama di kawasan perencanaan menunjukkan bahwa sekitar 98,6
% memeluk agama Islam dan selebihnya beragama Kristen dan Hindu (1,4 %). Hal ini
berarti penyediaan Sarana peribadatan bagi pemeluk agama islam lebih diproriotaskan,
yang berupa Masjid dan Mushallah.
Masjid, penduduk minimal pendukung Sarana ini adalah 30.000 jiwa, dengan luas 3.500
M2. lokasi penempatan Sarana berada dalam satu pusat lingkungan Desa dan dekat
dengan konentrasi penduduk.
Mushallah/Langgar, penduduk minimal 2500 jiwa, dengan luas lahan 600 M2. lokasi
penempatan Sarana tergantung kondisi konsentrasi dan distribusi pemeluk agama
bersangkutan.
5. Sarana Perdagangan
Perkembangan suatu kota ditentukan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi kota yang
bersangkutan dan sebaliknya tingkat perkembangan ekonomi itu sendiri dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana dan
prasarana ekonomi untuk melayani kebutuhan penduduk sebagai pelaku kegiatan
ekonomi. Sarana perekonomian yang dimaksud disini adalah Sarana pelayanan
kegiatan perbelanjaan sehari – hari yang mempunyai sifat pelayanan dari berbagai
tingkat sesuai dengan skala pelayanan yang direncanakan.
Keberadaan pasar merupakan salah satu tigkat pelayanan regional sangat besar
manfaatnya bagi kegiatan perekonomian yang diharapkan dapat berperan sebagai titik
pusat kegiatan jasa distribusi barang – barang produksi yang dapat menarik dan
mendorong laju pertumbuhan desa- desa pada wilayah pelayanannya.
Dengan kondisi demikian dalam kaitannya dengan kawasan perencanaan pada
masa datang, dapat dialokasikan jenis – jenis Sarana perekonomian berdasarkan
kriteria standar menurut pengelompokan jumlah penduduk/distribusi penduduk setiap
Bagian Wilayah Kota (BWK).
Pertokoan, penduduk pendukung minimal 2.500 jiwa dengan luas lahan 2.400 M 2.
kriteria lokasi terletak pada jalan utama lingkungan dan mengelompok dengan pusat
lingkungan.
Warung/Kios, penduduk pendukungnya adalah 250 jiwa. Kriteria lokasi di pusat
lingkungan yang mudah dicapai dengan radius maksimal 500 meter.

E. Standar Prasarana Perumahan Dan Permukiman


Prasarana adalah system bangunan yang di perlukan terlebih dahulu agar
system transportasi, teknik penyehatan,perairan, telekomunikasi, dsb dapat berfungsi.
Prasarana pelayanan umum harus harus dalam memberikan pelayanan terhadap
pemakainya harus menjaga keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya.

1. Prasarana jalan
a. Prasarana Jalan Kolektor
Karakter dari Prasarana jalan kolektor adalah jalan yang berfungsi sebagai
pengumpul lalu lintas dari Prasarana jalan lokal untuk disalurjkan ke Prasarana jalan
arteri. Dengan kata lain Prasarana jalan ini akan merupakan penghubung jalan arteri
dengan jalan lokal.Selain itu jalan yang memotong Prasarana jalan ini sedapat mungkin
dibatasi oleh kendaraan yang melintasinya.Jalan ini direkomendasikan berkecepatan
lebih rendah dari kecepatan kendaraan pada jalan arteri.
b. Prasarana Jalan Lokal
Prasarana jalan lokal adalah jalan yang berfungsi menampung lalu lintas dari jalan
tertentu yang terlayani oleh jalan lingkungan,dan selanjutnya akan disalurkan ke
Prasarana jalan kolektor. Adapun karakter dari jalan lokal adalah jarak perjalanannya
atau identik dengan panjang jalan ini relatif pendek dan jalan memotongnya (dapat saja
berupa gank/lorong) tidak dibatasi.selain itu direkomendasikan lebih mudah dari
ketentuan yang diberlakukan pada Prasarana jalan kolektor maupun arteri.
Untuk hierarkhi jaringan jalan dapat kita klasifikasikan berdasarkan kepada
kecepatan kendaraan, lebar jalan dan garis sempadan jalan, yang dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jalan Berdasarkan Kecepatan Kendaraan, Lebar dan GSJ
Hierarki Jalan Kecepatan Lebar GSJ
Kendaraan Badan terhadap
Jalan bangunan
Arteri Primer > 60 >8m > 22 m
Arteri sekunder km/jam >8m > 20 m
Kolektor Primer > 30 km/jam >7m > 17 m
Kolektor > 40 km/jam >7m >7m
Sekunder > 20 km/jam
Lokal Primer
>6m > 12 m
Lokal Sekunder
> 20 km/jam > 6m >4m
> 10 km/jam
2. Prasarana Air Bersih
Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan utama
penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan perencanaan.Beberapa sumber air
bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk kawasan perencanaan bersumber dari air
permukaan (sungai) dan dari mata air pegunungan yang dikelolah oleh PDAM dan
masyarakat.Sasaran rencana kebutuhan air bersih dikategorikan berdasarkan jumlah
kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas perkotaan. Standarisasi
kebutuhan air bersih berdasarkan petunjuk pedoman tersebut di atas termasuk
sasaranpenggunaanya, antara lain :
Kriteria yang umum digunakan untuk menghitung kebutuhan jumlah pipa adalah :
Pipa Primer 4-5 m/sambungan
Pipa Sekunder 6-8 m/sambungan
Pipa Tersier 9-12 m/sambungan
Standar hidrant dan sarana pemadam kebakaran pada umumnya dalam satu
kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hidrant. Ketentuan dalam penempatan
hidrant yaitu:
Sebaiknya hidrant diletakkan pada jarak 60-180 cm dari tepi jalan
Hidrant diletakkan 1 meter dari bangunan permanen

Tabel 2.2
Standar Kebutuhan Air Bersih
No Sarana Kebutuhan
1 Perumahan 60 liter/orang/hari
STK 10 liter/orang/hari
2 Pendidikan SD 10 liter/orang/hari
SLTP 10 liter/orang/hari
SLTA 10 liter/orang/hari
Toko Obat 30 liter/orang/hari
3 Kesehatan Tempat Praktek Dokter 300
liter/orang/hari
(kantor lingkungan, kantor pos, parkir
Pelayanan
4 umum ditambah MCK) 1000
Umum
liter/orang/hari
Mesjid 3500 liter/orang/hari
5 Peribadatan
Mushallah 2000 liter/orang/hari

Tabel 2.3
Standar Pelayanan Air bersih
Distribusi Untuk Setiap Jenis
Uraian Satuan Kota
Kecil Sedang Besar Metro

Kepadatan Jiwa/Ha 100 200 300 400


Sisa Tekan Minimal m 8 8 10 10
di pel
Kebocoran air
% 20 20 20 20
Pelayanan domestik
% 90 85 80 70
Rasio pelayanan SL
% 90 90 90 90
Rasio Pelayanan
% 10 10 10 10
HU/TA
Pelayanan Per SL
Konsumsi SL Jiwa/SL 5 5 6 6
Pelayanan Per Ltr/jiwa 100 125 150 200
HU/TA Jiwa/Hu 50 50 50 50
Konsumsi Hidrant
Umum
Ltr/jiwa 30 30 30 30
Pelayanan Non
Domestik
Konsumsi Non % 10 10 10 10

Domestik Ltr/unit 2000 2000 2000 2000

Kemiringan Lahan

- Datar Datar Datar Datar

3. Prasarana Listrik
Kebutuhan sistem energi listrik dimaksudkan adalah kebutuhan sistem yang
meliputi Prasarana dan distribusinya.Pelayanan listrik di kawasan perencanaan
dibutuhkan peningkatan daya listrik serta Prasarana yang relatif mencukupi termasuk
penerangan jalan.
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan berdasarkan standar
perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah :
1. Kebutuhan energi listrik perumahan dan permukiman diasumsikan tipe kecil adalah 900
VA, tipe sedang 900 VA dan tipe besar 1.300 VA.
2. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum dengan tipe kecil adalah 1.500 VA/Watt,
tipe sedang adalah 2.500 VA/Watt dan tipe besar dengan 3.500 VA/Watt.
3. Sarana umum kebutuhan energi listriknya adalah 20 %.
4. Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan keseluruhan.
Sistem distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan tiang yang terbuat
dari pipa beton yang penempatannya pada daerah manfaat jalan dengan jarak satu
dengan yang lainnya adalah lebih kurang 50 meter dan sebagai upaya untuk
menghindari gangguan Prasarana listrik, maka di beberapa tempat akan ditempatkan
gardu listrik yang sekaligus berfungsi sebagai pengontrol gangguan listrik yang akan
terjadi.
Tabel 2.4
Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan
Jenis Ukuran Luas Kebutuhan Jumlah
rumah Petak bangunan (watt) rumah yang
rata-rata rata-rata dilayani
(m2) (m2) gardu (unit)
Kecil 100 70 900 1400
Sedang 200 240 900 420
Besar 400 600 1300 100

4. Prasarana Drainase
Prasarana primer dan sekunder drainase harus mempunyai kapasitas tampung yang
cukup untuk menampung airyang mengalir dari area Kasiba dan kawasan sekitarnya.
Saluran pembuangan air hujan dapat dibangun secara terbuka dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum 20 cm atau berbentuk
bulat telur ukuran minimum 20/30 cm;
b. Bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan batu bata dan atau bahan lain;
c. Kemiringan saluran minimum 2 %;
d. Tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;
e. Kedalaman saluran minimum 30 cm;
b. Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus dilengkapi
dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran yang lurus lubang kontrol harus
ditempatkan pada jarak maksimum 50 (lima puluh) meter;
c. Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan bahan-bahan lain;
d. Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah pada drainase
terbuka dan tertutup perlu bak kontrol dengan jarak kurang lebih 50 m dengan dimensi
(0,40x 0,40x 0,40) m3;
Setiap lingkungan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan atau
kotoran yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup seperti :
a. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas
curah hujan 2 tahunan.
b. Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau tertutup.
c. Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan
lubang pemeriksa, pada saluran yang lurus lubang periksa harus dibuat tiap jarak
minimum 50 meter.
Tabel 2.5
Standar Perencanaan Prasarana Drainase
No Kemiringan Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Ket
Lahan Primer Sekunder Tersier total
1 0-2 % 800 5100 14100 20000 V min 0,6
m/dt

600 4080 11280 15960


2 2-5 %
480 3060 8460 12000 V mak
3 5-15 % 320 2040 5640 8000 2.5m/dt

4 15-40 %
5 > 40 % Tidak Direkomendasikan

5. Prasarana Telekomunikasi
Lingkungan perumahan harus dilengkapi Prasarana telepon sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum Prasarana telepon
lingkungan perumahan di perkotaan.
Jenis elemen perencanaan
Jenis prasarana dan utilitas Prasarana telepon yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. kebutuhan sambungan telepon; dan
b. Prasarana telepon.
Persyaratan, kriteria, dan kebutuhan
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
a. tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum
sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi
berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah
R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/rumah
R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
b. dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa
penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT
tersebut;
c. ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi
pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
d. penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti ruang
terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan sarana
lingkungan; dan
e. penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan panas
matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pemakai telepon
umum tersebut.
Penyediaan Prasarana telepon
a. tiap lingkungan rumah perlu dilayani Prasarana telepon lingkungan dan Prasarana
telepon ke hunian;
b. Prasarana telepon ini dapat diintegrasikan dengan Prasarana pergerakan (Prasarana
jalan) dan Prasarana prasarana / utilitas lain;
c. tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija (≈daerah milik jalan, lihat Gambar 1
mengenai bagian-bagian pada jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi
sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan
d. stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius
pelayanan 3 – 5 km dihitung daricopper center, yang berfungsi sebagai pusat
pengendali Prasarana dan tempat pengaduan pelanggan.

6. Prasarana Persampahan
Untuk mengestimasikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di masa datang
dianggap bahwa jumlahnya tergantung jumlah penduduk kawasan tersebut. Mengingat
untuk mengkuantitaskanjumlah sampah yang dihasilkan sangat sulit maka digunakan
standar umum yakni 2,9 liter/orang/hari. Sedangkan untuk fasiltas perdagangan 10%
dari jumlah timbunan sampah rumah tangga, dan untuk pendidikan yaitu 1,15 liter
perhari untuk tiap siswa, perkantoran yaitu 10% dari jumlah timbunan sampah
pendidikan serta untuk sampah jalan yaitu 0,825xpanjang jalan.
Kuantitas sampah yang dihasilkanakan dikumpulkan ataupun dikelolah dengan
menggunakan sarana dan prasarana, berupa penyediaan;
Gerobak 1 M2 untuk 200 KK.
Tempat pembuangan sementara (TPS) untuk 150 KK.
Container sampah dengan volume 6 – 8 M2 2.000 KK.
Tabel 2.6
Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kecil di Indonesia
No. Sumber Sampah Satuan Volume (Ltr/Hr)
1. Permukiman Org/Hari 2,25-2,50
Permanen Org/Hari 2,00-2,25
Semi Permanen
Temporer
Org/Hari 1,75-2,00
Pasar
Unit/Hari 2.000
Toko
2. Org/Hari 2,50-3,00
Kantor
3. Org/Hari 0,50-3,00
Sekolah
4. Org/Hari 0,10-1,15
Industri
5. Org/Hari 0,03
Jalan
6. Meter/Hari 0,10-0,15
7.
Sumber : Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan Dep. PU (1998)
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

A. Gambaran Umum Kota Makassar


Kota Makassar merupakan Ibukota Sulawesi Selatan dengan luas wilayah
administrasi 176,37 km2. Dengan batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kepulauan Pangkajenne
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Sebalah Bara tberbatasan dengan Selat Makassar
Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan yaitu :
Tabel 3.1
Pembagian Daerah Administrasi
Di Kota Makassar
No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)
1 Mariso 1.82 1.03
2 Mamajang 2.25 1.27
3 Tamalate 18.18 10.3
4 Rappocini 9.24 5.23
5 Makassar 2.54 1.44
6 Ujung Pandang 2.63 1.49
7 Wajo 1.99 1.13
8 Bontoala 2.1 1.19
9 Ujung Tanah 5.94 3.37
10 Tallo 8.71 4.94
11 Panakukang 17.15 9.72
12 Manggala 23.74 13.45
13 Biringkanaya 48.22 27.34
14 Tamalanrea 31.86 18.1
Jumlah 176.37 100
Sumber: Kota Makassar Dalam Angka 2011 ( BPS )
Gambar 3.1 Grafik Pembagian Daerah Administrasi Kota Makassar

Berdasarkan Tabel 3.1 dan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa tiga wilayah di Kota
Makassar yang mempunyai persentase luas wilayah tertinggi yaitu Kecamatan
Biringkanaya dengan Persentase 27.34%, kemudian Kecamatan Tamalanrea dengan
Persentase wilayah 27.34 dan Kecamatan Manggala denganpersentase
13.46%. Sedangkan tiga wilayah yang memiliki Persentase luas wilayah terkecil yaitu
Permukiman Tanjung Bunga dengan persentase 1.03% yang juga merupakan lokasi
penelitian kelompok kami. Kemudian kecamatan Wajo dengan persentase 1.13%, dan
Kecamatan Bontoala dengan persentase 1.19% dari luas Kota Makassar.

B. Gambaran Umum Permukiman Tanjung Bunga


Kawasan Tanjung Bunga terletak di lokasi strategis yang membentang
sepanjang ± 8 kilometer pesisir pantai Selat Makassar, dengan jarak ± 5 kilometer di
sebelah barat daya Jantung Kota Makassar. Kawasan Tanjung Bunga dimulai dari
Pantai Losari ke Tanjung Bunga melalui jalan masuk utama sepanjang kurang lebih 1,2
km, kemudian dilanjutkan ke Tanjung Merdeka, Barombong, dan menembus ke Takalar
sepanjang kurang lebih 17,8 km yang mana jalan ini diharapkan dapat mempersatukan
rencana jalan "Outter Ring-Road, Inner Ring-Roaddan Middle Ring-Road" menjadi satu
jaringan tertutup infrastruktur pem-bentukan wilayah Mamminasata.
Permukiman Tanjung Bunga Seluas 1000 Ha .berada di kota makassar ,lokasi
dekat laut dan diapit dengan danau.sebuah lahan yg tidak akan kita dapatkan dimana
pun selain di Tanjung Bunga Makassar.
Letak Geografis
Kawasan Tanjung Bunga secara geografis terletak pada 119 o3’17” Bujur Timur
dan 50o8’19 Lintang Selatan. Sedangkan secara adminstrasi kawasan ini merupakan
bagian dari Kota Makassar terdiri dari Kecamatan Tamalate yaitu pada Kelurahan
Tanjung Merdeka, Maccini Sombala, serta Kelurahan Barombong. Kecamatan Mariso
yaitu pada Kelurahan Mattoangin, Lette, Panambungan dan Bontomarannu serta
Kabupaten Gowa di Kecamatan Palangga, dengan luas kawasan 1000 Ha. Kawasan
Tanjung Bunga memiliki batasan administrasi yang meliputi antara lain:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Balang Baru
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Penggunaan lahan
Lahan Kawasan Tanjung Bunga dibagi kedalam 2 (dua) jenis kategori lahan yang
terdiri dari lahan yang terbangun dan lahan yang tidak terbangun yaitu:
a. Lahan terbangun
Lahan yang terbangun merupakan suatu lahan yang telah mengalami pembangunan perumahan yang sertai
dengan Sarana sosial ekonomi dan dilengkapi dengan jaringan prasarana primer dan sekunder. Untuk lebih jelasnya
mengenai lahan terbangun yang ada di Kawasan Tanjung Bunga dapat dilihat pada tabel III.4 berikut ini

b. Lahan yang belum terbangun


Lahan yang belum terbangun merupakan lahan yang akan disiapkan nantinya untuk pembangunan sesuai
dengan rencana master plan. Di Kawasan Tanjung Bunga lahan yang belum terbangun sesuai rencana saat ini
masih berupa rawa tambak dan lahan kosong. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2berikut ini :

Tabel 3.2
Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Tanjung Bunga
Kota Makassar Tahun 2011
NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE(%)

1. Perumahan 225,6 22.56


2. Perkantoran dan jasa komersil 96,9 9.69
3. Rekreasi 24 2.4
4. Sekolah 15 1.5
5. Klinik/Praktek dokter/Apotek 0,5 0.05
6. Jalan/Drainase 193 19.3
7. Sarana Sosial & Umum 8 0.8
8. Lahan yang belum terbangun 437 43.7
Jumlah 1.000 100
Sumber : Kantor Manajemen Town PT. GMTD, Tbk Tahun 2011

Dari data yang telah dijelaskan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa
perumahan memiliki luasan yang paling luas diantara pembangunan yang lain
dilaksanakan di wilayah yang terbangun saat ini sedangkan wilayah tidak terbangun
pada saat sekarang ini masih terdiri dari rawa dan tambak dengan luas total 437 ha.

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Dari ketiga kecamatan yang terdapat pada kawasan permukiman di Tanjung
Bunga yaitu kecamatan Mariso, Tamalate dan Kecamatan Pallangga, lokasi utama
penelitian kami berada di Kecamatan Mariso tepatnya Kelurahan Pannambungan,
Lette, Mattoanging dan Bontomarannu.
1. Aspek Letak Geografis
Secara geografis lokasi studi terletak antara 119o24’0”E–119o24’9”E dan 5o8’37” S
- 5o10’26” S. Adapun batas-batas administrasi lokasi survei kami yaitu:
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mamajang
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamalate
Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
Permukiman Tanjung Bunga di Kecamatan Marisomerupakan daerah pantai
dengan topografi ketinggian wilayahantara 0-2 meter di permukaan air laut.

2. Aspek lingkungan alam


Sumber mata air masyarakat Permukiman Tanjung Bunga di lokasi studi
Kecamatan Mariso yaitu untuk keperluan konsumsi bersumber dari air PDAM dan
sumur yang di buat masyarakat. Keadaan hidrologi Permukiman Tanjung Bunga,
berdasarkan hasil observasi lapangan dibedakan antara lain air permukaan seperti
Kanal dan air tanah yang bersumber di bawah permukaan (air tanah) dengan
ketinggian 2 meter dari permukaan tanah.
Tata Guna Lahan adalah pola penggunaan tanah yang meliputi persediaan,
peruntukan dan penggunaan tanah serta pemeliharaannya. Perencanaan Tata Ruang
mencakup perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi tata guna
tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya.
Dari total luas wilayah Permukiman Tanjung Bunga yang ada di lokasi studi
Kecamatan Mariso maka dapat diperincikan atas jenis-jenis penggunaan lahannya
sebagaimana letak geografisnya di dataran rendah dan merupakan kawasan perkotaan.
Maka jenis penggunaan lahannya mayoritas adalah areal pemukiman, serta
penggunaan lahan lainnya yang meliputi saluran irigasi dan jalan. Dari observasi kami
di Kecamatan Mriso sebagian besar warga hanya menempati petak-petak berukuran
kecil untuk tempat hunian terutama yang berada di permukiman kumuh.

3. Sarana Lokasi Studi


a. Perkantoran
Fasiilitas perkantoran di lokasi studi terdiri dari kantor lurah, dinas perikanan dan
kelautan, KUD, koperasi serba usaha, departemen agama, dan pusat pelayana
informasi di Keluraha Bontomarannu, kantor lurah Mattoanging dan Bappeda di
Kelurahan mattoanging serta sekret dewan pemimpin derah di Kelurahan Lette. Untuk
lebih jelasnya dapatt dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Sarana Perkantoran Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan - -
2 Lette 1 Baik
3 Mattoanging 2 Baik
4 Bontomarannu 6 Baik

Jumlah 9

Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012

b. Pendidikan
Sarana pendidikan di lokasi studi terdapat 7 unit sekolah menengah atas yang
berlokasi di jalan-jalan utama yang terdiri atas 1 unit Taman Kanak-kanak, 1 unit SMK,
1 unit SLTA, 2 unit Stimik Pembangunan, 1 unit SMA Katholik, 1 unit SMU 14 dan 1 unit
Grup SMU Kartika VII/1. Sarana Pendidikan Ini dominan berlokasi di jalan-jalan utama
sehingga dapat dijangkau oleh kendaraan umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Sarana Pendidikan Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan 5 Baik
2 Lette 1 Baik
3 Mattoanging 1 Baik
4 Bontomarannu 1 Baik

Jumlah 8

Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012


c. Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan di lokasi studi yaitu terdiri atas 4 unit mesjid dan 1 unit gereja
di Kelurahan Pannambungan, 1 unit mesjid di Kelurahan Lette, 1 unit Mesjid di
Kelurahan Bontomarannu yaitu Mesjid Babul taqwa dan 2 unit mesjid tauhid dan nurul
muhammad di Kelurahan Mattooanging. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padda tabel
3.5.
Tabel 3.5
Sarana Peribadatan Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan 4 mesjid, 1 gereja Baik
2 Lette 1 Baik
3 Mattoanging 2 Baik
4 Bontomarannu 1 Baik

Jumlah 9

Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012


d. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di lokasi survey kami yaitu apotek di Kelurahan
Pannambungan dan Lette dan 1 unit posyandu di Kelurahan Bontomarannu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6
Sarana Peribadatan Lokasi Survey
No Kelurahan Jenis Sarana jumlah
1 Pannambungan Apotek 2
2 Lette apotek 1
3 Mattoanging - -
4 Bontomarannu posyandu 1

Jumlah 4

Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012

e. Sarana perbelanjaan
Sarana perbelanjaan di lokasi studi terdiri dari ruko-ruko, toko dan warung serta
pedagang kaki lima. Lokasi dimana terdapat ruko-ruko dan toko yaitu di sepanjang jalan
utama sedangkan warung hanya terdapat di jalan-jalan lingkungan saja yang langsung
bersambungan dengan rumah warga yang kondisinya semipermanen, serta pedagang
kaki lima yang ada di pinggiran jalan utama. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah unit
toko di lokasi survey dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7
Sarana Perbelanjaan Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan 5 Baik
2 Lette 2 Baik
3 Mattoanging 3 Baik
4 Bontomarannu 2 Baik

Jumlah 12

Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012


f. Sarana Olahraga
Sarana olahraga yang ada di lokasi survei kami terdiri atas lapangan olahraga dan
lapangan tennis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8
Sarana Olahraga Lokasi Survey
No Kelurahan Jenis sarana Kondisi
1 Pannambungan Baik
Lap. Sepak bola dan
lap. tennis
-
2 Lette -
-
3 Mattoanging -
-
4 Bontomarannu -
Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2012

4. Prasarana/Jaringan Lokasi Studi


a. Jaringan Air Bersih
Berdasarkan hasil survey dan hasil wawancara dengan warga setempat,
penduduk di Kecamatan Mariso khususnya pada Kelurahan Pannambungan, Lette,
Mattoanging, dan Bonto Rannu menggunakan air bersih yang berasal dari tiga sumber,
yaitu air PDAM, sumur gali dan sumur bor. Pada umumnya ke empat kelurahan ini
sudah menggunakansumber air bersih yang berasal dari PDAM.
Namun pada Kelurahan Pannambungan dan Kelurahan Lette, mayoritas
penduduknya memperoleh sumber air bersih yang berasal dari sumur bor. Adapun
sumber air bersih yang berasal dari sumur gali, yaitu digunakan oleh para penduduk
yang dalam segi pendapatan ekonominya masih rendah.
Dalam sistem jaringan air bersih yang bersumber dari PDAM, membutuhkan pipa
sambungan untuk pendistribusian air. Pipa-pipa yang digunakan pada proses
pendistribusian air bersih terdiri dari tiga jenis, yaitu pipa jaringan primer dengan
diameter 65 cm, pipa jaringan sekunder dengan diameter 25 cm, dan pipa jaringan
tersier dengan diameter 2,5 cm.
Pemasangan pipa-pipa tersebut mengikuti pola fungsi jalan yang ada. Pipa-pipa
yang terdapat di wilayah ini hanya dua yaitu pipa sekunder dan pipa tersier karena pada
ke empat kelurahan tersebut tidak terdapat jalan arteri maka pipa primer tidak
ditemukan di wilayah ini. Pipa sekunder terdapat pada sepanjang jalan kolektor seperti
pada Jalan Cendrawasih dan Jalan Nuri. Dan pipa tersier yang terdapat pada
sepanjang jalan-jalan lokal seperti pada Jalan Dahlia, Jalan Melati, dan Jalan
Flamboyan.
b. Prasarana Air Kotor/Drainase
Prasarana drainase adalah suatu sistem pembuangan air yang ada baik untuk air
hujan maupun air limbah. Dengan adanya tingkat pelayanan dan kondisi fisik yang
belum memadai di beberapa lokasi, maka pada musim hujan sering menimbulkan banjir
dan terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sistem pembuangan
limbah tidak terencana dengan baik terutama limbah rumah tangga.
Pembuangan limbah dan saluran drainase yang buruk pada kelurahan-kelurahan
ini yaitu terdapat pada semua kelurahan yang kondisi permukimannya kumuh.
Prasarana drainase yang ada di Kecamatan Mariso khususnya pada Kelurahan
Pannambungan, Lette, Mattoanging, dan Bonto Rannu mengikuti pola prasarana jalan
dengan sistem saluran terbuka.
Menurut standarisasi, prasarana drainase terbagi atas tiga jenis prasarana
yaitu drainase primer, drainase sekunder, dan drainase tersier dengan kondisi yang
pada umunya permanen.
Prasarana drainase primer berupa aliran sungai dengan lebar 3 meter. Prasarana
drainase sekunder mempunyai ukuran lebar bagian atas kurang lebih 100 cm, lebar
bawah 80 cm, dengan tinggi 100 cm, sedangkan Prasarana tersier mempunyai lebar
kurang lebih 70 cm, lebar bawah 60 cm dengan ketinggian 80 cm.
Hampir sama pada jenis-jenis pipa yang terdapat di wilayah ini, prasarana
drainase yang terdapat pada wilayah ini juga hanya dua yaitu prasarana drainase
sekunder dan tersier. Prasarana drainase sekunder berada pada jalan-jalan kolektor
yang seperti Jalan Rajawali, Jalan Cendrawasih, dan Jalan Nuri. Sedangkan untuk
prasarana drainase tersier terdapat pada jalan-jalan lokal seperti Jalan Merak, Jalan
Nusa Indah dan Jalan Bunga Eja.
apun arah aliran prasarana drainase di wilayah ini yaitu semua air yang terdapat di
pada setiap drainase alirannya diarahakan menuju ke kanal selanjutnya akan menuju
ke laut.

c. Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh kelompok kami, semua
permukiman yang ada di Kecamatan Mariso khususnya pada Kelurahan
Pannambungan, Lette, Mattoanging, dan Bonto Rannu sudah memperoleh aliran
jaringan listrik dari PLN dengan baik.

d. Jaringan Telepon
Jaringan telepon yang terdapat pada lokasi studi ini yaitu 90% penduduknya
menggunakan jaringan telepon berupa telepon genggam (ponsel). Selain jaringan
telepon berupa ponsel, pada lokasi studi ini juga terdapat jaringan telepon rumah yang
hanya terpasang pada rumah-rumah warga yang tergolong ekonomi menengah ke atas
dan pada fasilitas-fasilitas perkantoran, pendidikan, kesehatan, dan pada faslias
perbelanjaan yang tergolong skala menengah keatas.

e. Jaringan Jalan
Secara Secara umum kondisi jalan di lokasi survey kami merupakan jalanan
beraspal walaupun terdapat jalan yang rusak yang mengganggu kenyamanan
pengguna jalan. Jalan yang rusak itu adalah Jalan Nuri dan lingkungan di sekitar Jalan
Cendrawasih.
Prasarana jalan yang terdapat di lokasi survey terdiri dari Prasarana jalan dengan
sistem Prasarana jalan kolektor, lokaldan jalan lingkungan. Dimana untuk
jalan kolektor yaitu seperti Jalan Cendrawasih dan Jalan Rajawali. Contoh nama jalan
untuk jalan lokalnya adalah Jalan Nuri dan Jalan Bunga Eja. Dan Contoh nama
jalan untuk jalan lingkungan salah satunya adalah Jalan Flamboyan.
Adapun bagian dari prasarana jalan yaitu berupa jembatan. Umumnya jembatan-
jembatan yang ada pada lokasi studi terdapat pada tiap-tiap wilayah yang dilalui oleh
kanal sehingga antar jalan seberang dapat terhubung oleh jembatan penghubung
tersebut.
Gambar 3.11 Prasarana Jalan dan Jembatan

f. Prasarana Persampahan
Cara pembuangan sampah oleh masyarakat permukiman Tanjung Bunga yang
berada pada Lokasi Studi terdiri dari dua ara yaitu secara individual dan komunal. Cara
individual, yaitu masyarakat membuang sampahnya di TPS depan rumah yang setiap
sampah tersebut akan diangkut oleh mobil kontainer lalu di bibuang ke TPA Anntang.
Cara komunal yaitu masyarakat yang langsung membuang sampahnya ke kontainer
yang sudaj tersedia di lingkungan sekitar rumahnya. Cara inilah yang kerap kali
menimbulkan masalah sebab jumlah kontainer yang ada sudah tidak memadai untuk
jumlah penduduk yang ada di lokasi tersebut. Selain itu, adapulawarga yang
membuang sampahnya di samping rumah saja secara komunal sehingga menambah
kekumuhan daerah tersebut seperti pada Kelurahan Pannambungan dan Bonto Rannu.
5. Aspek Non Fisik Lokasi Studi
a. Aspek Sosial kemasyarakatan
Kondisi sosial masyarakat yang ada di lokasi studi tepatnya di Kecamatan Mariso
umumnya masyarakatnya berasal dari suku asli bugis makassar. Tingkat pendidikan
masyarakat yang berbeda-beda, umumnya masyarakat yang berada di dalam
permukiman kumuh memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan yang
bukan di permukiman kumuh, hal itu dikarenakan oleh tingkat pendapatan masyarakat
yang berbeda.

b. Aspek Ekonomi
Mata pencaharian utama masyarakat di lokasi studi kami yaitu didominasi oleh
buruh dan mata pencaharian lain seperti nelayan, pedagang dan PNS. Adapun
pendapatan masyarakat di lokasi ini dapat dikatakan masih rendah, hal ini dapat dilihat
dari kondisi perumahan di lokasi studi, terutama di Kelurahan Pannambungan dan
Lette. Adapun jenis kegiatan usaha yang mendominasi di lokasi survey kami yaitu
usaha formal seperti PNS dan nonformal seperti nelayan, pedagang dan buruh.

c. Aspek Budaya
Budaya masyarakat di lokasi studi dapat dilihat dari hubungan kekerabatan
masyarakat yang masih tinggi, agama yang dianut oleh masyarakat mayoritas
beragama islam, hal itu dapat dilihat dari lebih banyaknya fasilitas peribadatan untuk
agama islam yaitu mesjid. Adapun kebiasaan masyarakat juga dapat dilihat dari acara-
acara seperti pernikahan dimana dalam pelaksanaannya masih mempertahankan
budaya-budaya lokal.

d. Aspek Politik
Aspek politik di lokasi studi kami dapat dilihat dari adanya kantor persatuan darma
wanita seperti PKK yang masih berjalan dengan baik hingga sekarang dan
Karangtaruna yang tepatnya berada di Kelurahan Bonto Rannu.

e. Aspek Psikologis
Aspek psikologis di lokasi studi dapat dilihat dari rasa aman yang ada di lokasi
studi. Tingkat keamanan masyarakat di lokasi studi kami masih tergolong rendah, hal ini
dapat dilihat dari kondisi permukimannya yang kumuh dan kita ketahui bahwa tingkat
keamanan di permukiman kumuh itu sangat rendah kerena sangan rentan terjadi tindak
kriminalitas.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kependudukan
Proyeksi Penduduk Tahun 2021 Kecamatan Mariso
Data penduduk di Kecamatan Mariso 5 tahun terakhir berdasarkan data dari BPS Sulawesi Selatan, Pada
tahun 2007 jumlah penduduk 53.825 jiwa, tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan Mariso mengalami
peningkatan sebanyak 0.539 %sehingga jumlah penduduk menjadi 54.117 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah lagi
sebanyak 0.822%, kemudian pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan menjadi 55.431 jiwa atau bertambah
sebanyak 1.47% dan pada tahu 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 55.875 atau bertambah
sebanyak 0.794%. Untuk mengetahui laju kurva pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mariso dapat di lihat pada
Grafik berikut :
Grafik 4.1
Jumlah Persentase Pertumbuhan Penduduk
Kecamatan Mariso Tahun 2010

Dengan mempergunakan data 5 tahun terakhir ini kami mencoba memproyeksi penduduk di Kecamatan
Mariso 10 tahun kedepan dengan menggunakan metode regresi linear.

Tabel 4.1
Laju pertumbuhan penduduk Menurut daerah survey
Di Kecamatan Mariso Tahun 2010
No. Tahun Jumlah penduduk X2 x.y
(x) (y)
1. 2007 53825 1 53825
2. 2008 54117 4 108234
3. 2009 54616 9 163848
4. 2010 55431 16 221724
5. 2011 55875 25 279375

Jumlah 271236 55 827006


Persamaan proyeksi pola Regresi Linear
Y = a + bx

a= = = 52463

b= = = 604
y 2021 = a + bx
y2021 = 52463 + 604. 16
y2021 = 62138 jiwa

Jadi, jumlah pendduk pada tahun 2031 berdasarkan hasil proyeksi diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk
semakin meningkat. Hal ini di buktikan dengan peningkatan jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 55875 jiwa dan
tahun 2031 sebanyak 62138 jiwa

Proyeksi penduduk tiap lima tahun :


y 2016 = a + bx y 2021 = a + bx

y2016 = 668,6 + 39. 11 y2021 = 668,6 + 39. 16

y2016 = 59115 jiwa y2021 = 62138 jiwa


Tabel 4.2
Jumlah dan Perkembangan Penduduk
di Kecamatan Mariso
Jumlah penduduk Pertambahan
No Tahun %
(Jiwa) (Jiwa)
1 2007 53825 - -
2 2011 55875 2050 3.67
3 2016 59115 3240 5.48
4 2021 62138 3023 4.86
Rata-rata 57738 2771 4.67
Sumber : Hasil Analisis 2011

Grafik 4.2
Jumlah dan Laju Persentase Pertumbuhan Penduduk
Kecamatan Mariso Tahun 2031

Jadi, Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mariso dari tahun 2006 ke tahun 2010
mengalami peningkatan yang signifikan sebab jumlah penduduk setiap tahunnya meningkat sedangkan pada tahun
2010 hingga tahun 2021 mengalami peningkatan setiap 5 tahun.

B. Analisis Prasarana Lokasi Studi


1. Prasarana Jalan
Sistem aksesibilitas di lokasi survey kami sudah tergolong cukup baik walaupun masih ada kondisi jalan yang
tergolong rusak seperti berlubang dan adapula jalan yang sering mengalami kemacetan. Selain itu yang lebih
memprihatinkan juga yaitu kondisi jalan lingkungan seperti yang ada di Kelurahan Pannambungan, Kondisi jalannya
yang berlubang dan luasnya tidak memenuhi untuk jalan lingkungan yang diasanya berukuran lebar 6 meter,
sedangkan di kelurahan Mariso hanyan 3 - 4.5 meter yang tentunya memberikan akses yang kacil bagi kendaraan
yang harus melewati jalan tersebut seperti mobil pemadam kebakaran yang sulit bahkan tidak bisa melewati jalan
sempit itu. Kondisi jalan di Kecamatan Mariso pada umumnya cukub baik namun ada beberapa jalan yang berlubang
seperti jalan Nuri.
Sedangkan jalan yang sering mengalami kemacetan yaitu jalan Cendrawasih sebab sepanjang jalan tersebut
merupakan pusat perdagangan (pertokoan) dan terdapat pasar senggol tepatnya di jalan hati mulya sehingga puncak
macet terjadi pada sore menjelang malam hari. Untuk mengatasi masalah kemacetan maka :
Pembatasan kendaraan pribadi untuk mengurangi volume kendaraan.
Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan.
Pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum yang nyaman.

2. Prasarana Air Bersih


Kebutuhan air bersih untuk perumahan digolongkan untuk kebutuhan perjiwa penghuni (jumlah penduduk).
Diasumsikan bahwa tiap satu rumah akan dialami oleh 1 KK dengan 5 jiwa. Tiap 1 jiwa membutuhkan lebih kurang
60 liter/hari. Adapun untuk asumsi kebutuhan kran umum yaitu untuk 1 unit kran umum melayani 250 jiwa dengan
radius pelayanan 100 meter.

Tabel 4.3
Analisis prasarana Air Bersih
Tahun 2031

Jumlah Kebutuhan Kebutuhan


No Dusun
KK Air Bersih Kran Umum

1 Bontorannu 1285 385500 26


2 Mattoanging 882 264720 18
3 Lette 1966 589800 40
4 Pannambungan 2250 750900 45
Jumlah 6391 1.990.920 129

Sumber : Hasil Analisis 2012

Hasil analisis di atas merupakan hasil untuk kebutuhan air bersih untuk PAM, sehingga hal itu belum tentu
berlaku pada masyarakat permukiman kumuh seperti Kelurahan Pannambungan yang tidak mampu membayar
tagihan untuk menggunakan air PAM sehingga mereka hanya menggunakan air sumur walaupun kondisinya tentu
tidak memenuhi syarat untuk kriteria air bersih.

3. Prasarana Listrik
Proyeksi penduduk tahun 2021 untuk Kecamatan Mariso yaitu sebanyak 62138 jiwa atau 12824 KK. Jumlah
tegangan yang masuk tiap rumah adalah 900 watt untuk tipe rumah kecil dan sedang dan untuk tipe rumah besar
memerlukan listrik dengan jumlah tegangan 1300 watt.

Tabel 4.4
Analisis prasarana Listrik
Tahun 2021
No Dusun Tipe Rumah Energi yang di butuhkan(watt)
Kecil & Besar Kecil & Besar
sedang sedang
1 Bontorannu 1157 128 1.041.300 166.400
2 Mattoanging 794 88 714.600 114.400
3 Lette 1170 196 1.053.000 254.800
4 Pannambungan 2025 225 1.822.500 292.500

Jumlah 5146 637 4.631.400 828100

Sumber : Hasil Analisis 2012


4. Prasarana Drainase
Di lokasi survey kami memiliki Design Drainase yang cukup baik namun yang menjadi permasalahan yaitu air
limbah yang terdapat di dalam drainase tersebut, tercampur dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat baik
sengaja ataupun tidak. air limbah yang terdapat di sepanjang jalan utama dan yang melewati jalan Rajawali dan
Cendrawasih, kondisinya sangat memprihatinkan, air limbah di daerah ini tidak mengalir sebab air limbahnya
tercampur dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat.
untuk menyelesaikan permasalahan ini maka diperlukan Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang
sampah pada drainase agar tidak menambah padatnya limbah. Sebaiknya drainase itu dibuat dengan model tertutup
agar tidak berbau dan masyarakat tidak lagi membuang sampah sehingga air limbah tidak bercampur dengan
sampah dan dapat mengalir tanpa hambatan sampah.

5. Prasarana Telekomunikasi
Telekomunikasi merupakan suatu kebutuhan dalam menghadapi perkembangan kota. Berdasarkan hasil survey
tidak ada Prasarana telepon yang terdapat di lokasi survey, Prasarana Telpon memberikan pelayanan yang cukup
baik. Walaupun tidak semua penduduk dapat menikmati layanan jasa telekomunikasi dalam bentuk Prasarana
telepon ke rumah masing – masing penduduk. Untuk 1 unit telepon umum melayani 250 jiwa sedangkan untuk
telepon rumah, tiap 1 unit telepon rumah melayani 14 kk. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan akan telepon umum
tahun 2021 Kecamatan Mariso dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Analisis prasarana Telekomunikasi
Tahun 2021
No Kelurahan Jml pdd Kebutuhan Telepon
Telepon Rumah
Umum

1 Bontorannu 6425 26 92
2 Mattoanging 4412 18 63
3 Lette 9830 39 140
4 Pannambungan 12515 50 179

Jumlah 33182 133 474

Sumber : Hasil Analisis 2012

6. Prasarana Persampahan
Keberadaan prasarana persampahan di suatu daerah sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi
pembuangan sampah di sembarang tempat seperti yang terjadi di lokasi survey kami, khususnya Kelurahan
Pannambungan yang tidak memiliki TPS seperti kontainer ataupun gerobak sehingga masyarakat hanya membuang
sampah mereka di kanal dan di samping rumah mereka. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya
penyediaan kontainer dan gerobak yang dapat mengangkut sampah dari rumah-rumah penduduk ke kontainer.
Untuk itu perlu adanya analisis untuk menegetahui kebutuhan akan prasarana persampahan di Kecamatan Mariso.
Jumlah timbunan sampah setiap hari untuk tiap KK, yaitu 2,9 liter/hari Sedangkan jumlah kebutuhan sarana
persampahan untuk tong sampah yaitu 40 liter untuk setiap tong sampah sedangkan untuk standar 1 gerobak yaitu
1 m3 atau 1000 liter untuk 200 kk sedangkan untuk standar container yaitu 6 sampai 8 m3 atau 6000 hingga 8000
liter timbunan sampah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Analisis prasarana persampahan perumahan
Tahun 2021
No Kelurahan Jml Jumlah Kebutuhan sarana
pdd Timbunan persampahan
sampah Kontainer Gerobak
1 Bontorannu 6425 18634 3 7
2 Mattoanging 4412 12794 2 5
3 Lette 9830 28507 4 10
4 Pannambungan 12515 36293 5 13
Jumlah 33182 96228 14 35
Sumber : Hasil Analisis 2012

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kawasan tanjung Bunga adalah salah satu kawasan yangsecara geografis terletak
pada 119o3’17” Bujur Timur dan 50o8’19 Lintang Selatan. Sedangkan secara
adminstrasi kawasan ini merupakan bagian dari Kota Makassar terdiri dari Kecamatan
Tamalate yaitu pada Kelurahan Tanjung Merdeka, Maccini Sombala, serta Kelurahan
Barombong. Kecamatan Mariso yaitu pada Kelurahan Mattoangin, Lette,
Panambungan dan Bontomarannuserta Kabupaten Gowa di Kecamatan Palangga,
dengan luas kawasan 1000 Ha.
Dengan melihat uraian yang telah disajikan pada pembahasan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum kondisi fasilitas pada lokasi studi (Kelurahan Panambungan, Lette,
Mattoanging, dan Bonto Rannu) sudah memadai bagi semua penduduknya sehingga
tidak perlu lagi dilakukan penambahan fasilitas. Adapun yang masih perlu dibenahi
yaitu prasarana/jaringan pada wilayah ini berupa jaringan air bersih, prasarana
drainase, prasarana jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, dan yang lebih penting
adalah pada prasarana persampahannya.s
2. Dari aspek non fisik, mayoritas penduduk pada lokasi studi merupakan penduduk asli
bugis makassar dengan agama islam yang menjadi agama dominan diwilayah ini.
Adapun tingkat keamanan yang ada pada wilayah ini, yaitu masih kurang aman pada
wilayah permukiman kumuhnya.
3. Sistem sanitasi pada lokasi studi dapat ditinjau dari prasarana persampahannya. Dan
dari hasil survey, kondisi sanitasi yang ada pada lokasi studi belum baik karena masih
banyak ditemukan sampah yang berserakan dimana-mana.

B. Saran
Pemerintah dan warga setempat harus bekerja sama dalam menjaga kebersihan
lingkungannya agar sanitasi lingkungan permukiman menjadi lebih baik sehingga t

Anda mungkin juga menyukai