PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah dikemukakan oleh banyak pakar mengenai studi kota, bahwa penduduk akan bertempat
tinggal di kota dan kawasan sekitar kota. Hal ini didasarkan bahwa jumlah penduduk kota–kota di dunia mempunyai
kecenderungan makin besar dan tidak terkecuali pada Kota Makassar.
Bertambahnya jumlah penduduk akan selalu diwarnai dengan munculnya masalah–masalah akibat
kehidupan penduduk yang dinamis. Pertumbuhan penduduk yang tinggi serta meningkatnya kegiatan diberbagai
sektor menimbulkan berbagai masalah di wilayah-wilayah perkotaan seperti permasalahan yang umum terjadi di kota
- kota di Indonesia.
Kota Makassar yang merupakan salah satu kota yang tumbuh cepat secara alamiah baik dilihat dari jumlah
penduduknya maupun dari kemampuan ekonominya yang berdampak pada pemenuhan akan kebutuhan sarana dan
prasarana. Begitu halnya dengan kawasan Permukiman Tanjung Bunga yang ada di Kota Makassar yang sedang
tumbuh dan berkembang sekarang ini. Agar dalam perkembangan fisik sarana dan prasarana wilayahnya serta
perkembangan nonfisik wilayahnya dapat teroptimalkan dengan baik maka perlu untuk diketahui kondisi fisik dan
nonfisik yang ada diwilayah tersebut. Dimaksudkan dengan menemukenali kondisi sarana dan prasarana yang ada
maka dengan sendirinya permasalahan prasarana sebagai penopang segala aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan
hidup penduduk di wilayah Permukiman Tanjung Bunga dapat diketahui.
Master Plan Kawasan Tanjung Bunga mempunyai luas wilayah 1000 Ha.Lokasinya berada di dekat laut dan
diapit dengan danau. Area yg Seluas 1000 Ha ini telah terbentuk mulai dari 1996 sampai tahun ini 2010. Kawasan ini
merupakan bagian dari Kota Makassar yang terdiri dari Kecamatan Tamalate yaitu pada Kelurahan Tanjung
Merdeka, Maccini Sombala, serta Kelurahan Barombong. Kecamatan Mariso yaitu pada Kelurahan Mattoangin,
Lette, Panambungan dan Bontomarannu serta Kabupaten Gowa di Kecamatan Palangga.
Adapun lokasi kawasan yang kami teliti yaitu berada di Kecamatan Mariso pada Kelurahan Pannambungan,
Lette, Mattoanging dan Bontomarannu.
Secara umum Kondisi perumahan di daerah-daerah tersebut memiliki perbedaan antara yang berada di
jalan utama dan di jalan-jalan lingkungan. Kondisi perumahan, sarana, dan prasarana yang terdapat di jalan utama
pada umumnya masih tertata dengan baik belum ada campuran atau tumpang tindih antara lokasi perumahan dan
sarana, sedangkan yang berada di jalan-jalan lingkungan terjadi percampuran antara sarana dan perumahan
sehingga terkesan kumuh. Begitu pula untuk prasarananya secara umum terlihat kurang memadai jika kita melawati
lokasi-lokasi tersebut sebagai contoh kondisi persampahan dan drainase Hampir seluruh kelurahan yang ada di
Permukiman Tanjung Bunga tepatnya ke empat kelurahan di atas kondisi sampahnya sangat menggangu
masyarakat setempat. Dapat dikatakan seluruh TPS seperti kontainer, sampahnya berserakan disekitar kontainer,
drainase dipenuhi oleh sampah, seakan memberikan kesan bahwa sampah sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan oleh suatu permukiman. Selain itu warga juga mengaku bahwa pada saat musim hujan sering terjadi
banjir. Prasarana air bersih bersumber dari PAM dan air sumur namun tidak semua mesyarakat menikmati air PAM
karena persoalan biaya sedangkan untuk sumur baik itu sumur bor atu sumur gali memang mudah untuk didapat
namun air yang dihasilkan belum memenuhi kriteria air bersih pada umumnya. Prasarana jalan di Permukiman
Tanjung Bunga cukup baik sebab merupakan jalan aspal walaupun ada sebagian jalan yang masih rusak seperti
Jl.Nuri. Prasarana listrik dan Prasarana telekomunikasi dapat dikatakan cukup baik sebab daerah ini merupakan
wilayah perkotaan sehingga selain menggunakan telepon umum yang ada di Permukiman Tanjung Bunga,
masyarakat juga menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi, sedangkan untuk kebutuhan listrik untuk
setiap kelurahan telah terjangkau kepada seluruh lapisan masyarakatnya.
Bertitik tolak dari hal diatas, maka kami melaksanakan suatu tinjauan pada kecamatan ini untuk
mengidentifikasi masalah yang ada di Permukiman Tanjung Bunga Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan
tepatnya di Kecamatan Mariso dan membuat suatu sanitasi untuk membuat kehidupan suatu lingkungan itu agar bisa
menjadipermukiman yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian iniyaitu:
1. Bagaimana kondisi eksisting aspek fisik yang mencakup sarana dan prasarana di kawasan permukiman Tanjung
Bunga?
2. Bagaimana kondisi eksisting aspek nonfisik yang mencakup aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi?
3. Bagaimana sistem sanitasi yang baik untuk permukiman di Kawasan Tanjung Bunga?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kondisi eksisting aspek fisik yang mencakup sarana dan prasarana di kawasan permukiman
Tanjung Bunga?
2. Untuk mengetahui kondisi eksisting aspek nonfisik yang mencakup aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi di
kawasan permukiman Tanjung Bunga?
3. Untuk mengetahui sistem sanitasi yang baik untuk permukiman di kawasan Tanjung Bunga
D. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran keseluruhan dari laporan ini, maka berikut ini
diuraikan secara garis besar.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraiakan latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan pengertian wilayah, pengertian kota, pengertian perumahan
dan permukiman, pengertian tapak serta standar sarana dan prasarana lingkungan.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Bab ini menguraikan Gambaran Umum Lokasi survei Kota Makassar dan gambaran
umum Wilayah Penelitian yaitu Permukiman Tanjung Bunga yang terdiri dari data
aspek fisik dasar, aspek sarana dan prasarana dan aspek nonfisik.
BAB IV : Analisis dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang analisis proyeksi penduduk dan analisis prasarana
yang ada pada lokasi penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan Kesimpulan dan Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
C. Pengertian Tapak
Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang
jelas, berikut kondisi permukaan dan ciri-ciri istimewa yang di miliki oleh lahan tersebut.
Sebuah tapak tidak pernah tidak berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan yang
sangat aktif yang terus berkembang yang jalin menjalin dalam perhubungan-
perhubungan. Perencanaan tapak adalah pengolahan fisik tapak untuk meletakkan
seluruh kebutuhan rancangan di dalam tapak. Perencanaan tapak dilakukan dengan
memperhatikan kondisi tapak dan kemungkinan dampak yang muncul akibat perubahan
fisik di atasnya. Tujuan dari perencanaan tapak adalah agar keseluruhan program
ruang dan kebutuhan-kebutuhannya dapat diwujudkan secara terpadu dengan
memperhatikan kondisi, lingkungan alam, lingkungan fisik buatan dan lingkungan social
disekitarnya.
1. Prasarana jalan
a. Prasarana Jalan Kolektor
Karakter dari Prasarana jalan kolektor adalah jalan yang berfungsi sebagai
pengumpul lalu lintas dari Prasarana jalan lokal untuk disalurjkan ke Prasarana jalan
arteri. Dengan kata lain Prasarana jalan ini akan merupakan penghubung jalan arteri
dengan jalan lokal.Selain itu jalan yang memotong Prasarana jalan ini sedapat mungkin
dibatasi oleh kendaraan yang melintasinya.Jalan ini direkomendasikan berkecepatan
lebih rendah dari kecepatan kendaraan pada jalan arteri.
b. Prasarana Jalan Lokal
Prasarana jalan lokal adalah jalan yang berfungsi menampung lalu lintas dari jalan
tertentu yang terlayani oleh jalan lingkungan,dan selanjutnya akan disalurkan ke
Prasarana jalan kolektor. Adapun karakter dari jalan lokal adalah jarak perjalanannya
atau identik dengan panjang jalan ini relatif pendek dan jalan memotongnya (dapat saja
berupa gank/lorong) tidak dibatasi.selain itu direkomendasikan lebih mudah dari
ketentuan yang diberlakukan pada Prasarana jalan kolektor maupun arteri.
Untuk hierarkhi jaringan jalan dapat kita klasifikasikan berdasarkan kepada
kecepatan kendaraan, lebar jalan dan garis sempadan jalan, yang dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jalan Berdasarkan Kecepatan Kendaraan, Lebar dan GSJ
Hierarki Jalan Kecepatan Lebar GSJ
Kendaraan Badan terhadap
Jalan bangunan
Arteri Primer > 60 >8m > 22 m
Arteri sekunder km/jam >8m > 20 m
Kolektor Primer > 30 km/jam >7m > 17 m
Kolektor > 40 km/jam >7m >7m
Sekunder > 20 km/jam
Lokal Primer
>6m > 12 m
Lokal Sekunder
> 20 km/jam > 6m >4m
> 10 km/jam
2. Prasarana Air Bersih
Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan utama
penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan perencanaan.Beberapa sumber air
bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk kawasan perencanaan bersumber dari air
permukaan (sungai) dan dari mata air pegunungan yang dikelolah oleh PDAM dan
masyarakat.Sasaran rencana kebutuhan air bersih dikategorikan berdasarkan jumlah
kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas perkotaan. Standarisasi
kebutuhan air bersih berdasarkan petunjuk pedoman tersebut di atas termasuk
sasaranpenggunaanya, antara lain :
Kriteria yang umum digunakan untuk menghitung kebutuhan jumlah pipa adalah :
Pipa Primer 4-5 m/sambungan
Pipa Sekunder 6-8 m/sambungan
Pipa Tersier 9-12 m/sambungan
Standar hidrant dan sarana pemadam kebakaran pada umumnya dalam satu
kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hidrant. Ketentuan dalam penempatan
hidrant yaitu:
Sebaiknya hidrant diletakkan pada jarak 60-180 cm dari tepi jalan
Hidrant diletakkan 1 meter dari bangunan permanen
Tabel 2.2
Standar Kebutuhan Air Bersih
No Sarana Kebutuhan
1 Perumahan 60 liter/orang/hari
STK 10 liter/orang/hari
2 Pendidikan SD 10 liter/orang/hari
SLTP 10 liter/orang/hari
SLTA 10 liter/orang/hari
Toko Obat 30 liter/orang/hari
3 Kesehatan Tempat Praktek Dokter 300
liter/orang/hari
(kantor lingkungan, kantor pos, parkir
Pelayanan
4 umum ditambah MCK) 1000
Umum
liter/orang/hari
Mesjid 3500 liter/orang/hari
5 Peribadatan
Mushallah 2000 liter/orang/hari
Tabel 2.3
Standar Pelayanan Air bersih
Distribusi Untuk Setiap Jenis
Uraian Satuan Kota
Kecil Sedang Besar Metro
Kemiringan Lahan
3. Prasarana Listrik
Kebutuhan sistem energi listrik dimaksudkan adalah kebutuhan sistem yang
meliputi Prasarana dan distribusinya.Pelayanan listrik di kawasan perencanaan
dibutuhkan peningkatan daya listrik serta Prasarana yang relatif mencukupi termasuk
penerangan jalan.
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan berdasarkan standar
perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah :
1. Kebutuhan energi listrik perumahan dan permukiman diasumsikan tipe kecil adalah 900
VA, tipe sedang 900 VA dan tipe besar 1.300 VA.
2. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum dengan tipe kecil adalah 1.500 VA/Watt,
tipe sedang adalah 2.500 VA/Watt dan tipe besar dengan 3.500 VA/Watt.
3. Sarana umum kebutuhan energi listriknya adalah 20 %.
4. Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan keseluruhan.
Sistem distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan tiang yang terbuat
dari pipa beton yang penempatannya pada daerah manfaat jalan dengan jarak satu
dengan yang lainnya adalah lebih kurang 50 meter dan sebagai upaya untuk
menghindari gangguan Prasarana listrik, maka di beberapa tempat akan ditempatkan
gardu listrik yang sekaligus berfungsi sebagai pengontrol gangguan listrik yang akan
terjadi.
Tabel 2.4
Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan
Jenis Ukuran Luas Kebutuhan Jumlah
rumah Petak bangunan (watt) rumah yang
rata-rata rata-rata dilayani
(m2) (m2) gardu (unit)
Kecil 100 70 900 1400
Sedang 200 240 900 420
Besar 400 600 1300 100
4. Prasarana Drainase
Prasarana primer dan sekunder drainase harus mempunyai kapasitas tampung yang
cukup untuk menampung airyang mengalir dari area Kasiba dan kawasan sekitarnya.
Saluran pembuangan air hujan dapat dibangun secara terbuka dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum 20 cm atau berbentuk
bulat telur ukuran minimum 20/30 cm;
b. Bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan batu bata dan atau bahan lain;
c. Kemiringan saluran minimum 2 %;
d. Tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;
e. Kedalaman saluran minimum 30 cm;
b. Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus dilengkapi
dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran yang lurus lubang kontrol harus
ditempatkan pada jarak maksimum 50 (lima puluh) meter;
c. Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan bahan-bahan lain;
d. Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah pada drainase
terbuka dan tertutup perlu bak kontrol dengan jarak kurang lebih 50 m dengan dimensi
(0,40x 0,40x 0,40) m3;
Setiap lingkungan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan atau
kotoran yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup seperti :
a. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas
curah hujan 2 tahunan.
b. Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau tertutup.
c. Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah harus dilengkapi dengan
lubang pemeriksa, pada saluran yang lurus lubang periksa harus dibuat tiap jarak
minimum 50 meter.
Tabel 2.5
Standar Perencanaan Prasarana Drainase
No Kemiringan Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Ket
Lahan Primer Sekunder Tersier total
1 0-2 % 800 5100 14100 20000 V min 0,6
m/dt
4 15-40 %
5 > 40 % Tidak Direkomendasikan
5. Prasarana Telekomunikasi
Lingkungan perumahan harus dilengkapi Prasarana telepon sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah
berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum Prasarana telepon
lingkungan perumahan di perkotaan.
Jenis elemen perencanaan
Jenis prasarana dan utilitas Prasarana telepon yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. kebutuhan sambungan telepon; dan
b. Prasarana telepon.
Persyaratan, kriteria, dan kebutuhan
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
Penyediaan kebutuhan sambungan telepon
a. tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum
sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi
berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah
R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/rumah
R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah
b. dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa
penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT
tersebut;
c. ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi
pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
d. penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti ruang
terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan sarana
lingkungan; dan
e. penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan panas
matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pemakai telepon
umum tersebut.
Penyediaan Prasarana telepon
a. tiap lingkungan rumah perlu dilayani Prasarana telepon lingkungan dan Prasarana
telepon ke hunian;
b. Prasarana telepon ini dapat diintegrasikan dengan Prasarana pergerakan (Prasarana
jalan) dan Prasarana prasarana / utilitas lain;
c. tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija (≈daerah milik jalan, lihat Gambar 1
mengenai bagian-bagian pada jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi
sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan
d. stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius
pelayanan 3 – 5 km dihitung daricopper center, yang berfungsi sebagai pusat
pengendali Prasarana dan tempat pengaduan pelanggan.
6. Prasarana Persampahan
Untuk mengestimasikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di masa datang
dianggap bahwa jumlahnya tergantung jumlah penduduk kawasan tersebut. Mengingat
untuk mengkuantitaskanjumlah sampah yang dihasilkan sangat sulit maka digunakan
standar umum yakni 2,9 liter/orang/hari. Sedangkan untuk fasiltas perdagangan 10%
dari jumlah timbunan sampah rumah tangga, dan untuk pendidikan yaitu 1,15 liter
perhari untuk tiap siswa, perkantoran yaitu 10% dari jumlah timbunan sampah
pendidikan serta untuk sampah jalan yaitu 0,825xpanjang jalan.
Kuantitas sampah yang dihasilkanakan dikumpulkan ataupun dikelolah dengan
menggunakan sarana dan prasarana, berupa penyediaan;
Gerobak 1 M2 untuk 200 KK.
Tempat pembuangan sementara (TPS) untuk 150 KK.
Container sampah dengan volume 6 – 8 M2 2.000 KK.
Tabel 2.6
Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kecil di Indonesia
No. Sumber Sampah Satuan Volume (Ltr/Hr)
1. Permukiman Org/Hari 2,25-2,50
Permanen Org/Hari 2,00-2,25
Semi Permanen
Temporer
Org/Hari 1,75-2,00
Pasar
Unit/Hari 2.000
Toko
2. Org/Hari 2,50-3,00
Kantor
3. Org/Hari 0,50-3,00
Sekolah
4. Org/Hari 0,10-1,15
Industri
5. Org/Hari 0,03
Jalan
6. Meter/Hari 0,10-0,15
7.
Sumber : Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan Dep. PU (1998)
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
Berdasarkan Tabel 3.1 dan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa tiga wilayah di Kota
Makassar yang mempunyai persentase luas wilayah tertinggi yaitu Kecamatan
Biringkanaya dengan Persentase 27.34%, kemudian Kecamatan Tamalanrea dengan
Persentase wilayah 27.34 dan Kecamatan Manggala denganpersentase
13.46%. Sedangkan tiga wilayah yang memiliki Persentase luas wilayah terkecil yaitu
Permukiman Tanjung Bunga dengan persentase 1.03% yang juga merupakan lokasi
penelitian kelompok kami. Kemudian kecamatan Wajo dengan persentase 1.13%, dan
Kecamatan Bontoala dengan persentase 1.19% dari luas Kota Makassar.
Penggunaan lahan
Lahan Kawasan Tanjung Bunga dibagi kedalam 2 (dua) jenis kategori lahan yang
terdiri dari lahan yang terbangun dan lahan yang tidak terbangun yaitu:
a. Lahan terbangun
Lahan yang terbangun merupakan suatu lahan yang telah mengalami pembangunan perumahan yang sertai
dengan Sarana sosial ekonomi dan dilengkapi dengan jaringan prasarana primer dan sekunder. Untuk lebih jelasnya
mengenai lahan terbangun yang ada di Kawasan Tanjung Bunga dapat dilihat pada tabel III.4 berikut ini
Tabel 3.2
Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Tanjung Bunga
Kota Makassar Tahun 2011
NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PERSENTASE(%)
Dari data yang telah dijelaskan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa
perumahan memiliki luasan yang paling luas diantara pembangunan yang lain
dilaksanakan di wilayah yang terbangun saat ini sedangkan wilayah tidak terbangun
pada saat sekarang ini masih terdiri dari rawa dan tambak dengan luas total 437 ha.
Jumlah 9
b. Pendidikan
Sarana pendidikan di lokasi studi terdapat 7 unit sekolah menengah atas yang
berlokasi di jalan-jalan utama yang terdiri atas 1 unit Taman Kanak-kanak, 1 unit SMK,
1 unit SLTA, 2 unit Stimik Pembangunan, 1 unit SMA Katholik, 1 unit SMU 14 dan 1 unit
Grup SMU Kartika VII/1. Sarana Pendidikan Ini dominan berlokasi di jalan-jalan utama
sehingga dapat dijangkau oleh kendaraan umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Sarana Pendidikan Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan 5 Baik
2 Lette 1 Baik
3 Mattoanging 1 Baik
4 Bontomarannu 1 Baik
Jumlah 8
Jumlah 9
Tabel 3.6
Sarana Peribadatan Lokasi Survey
No Kelurahan Jenis Sarana jumlah
1 Pannambungan Apotek 2
2 Lette apotek 1
3 Mattoanging - -
4 Bontomarannu posyandu 1
Jumlah 4
e. Sarana perbelanjaan
Sarana perbelanjaan di lokasi studi terdiri dari ruko-ruko, toko dan warung serta
pedagang kaki lima. Lokasi dimana terdapat ruko-ruko dan toko yaitu di sepanjang jalan
utama sedangkan warung hanya terdapat di jalan-jalan lingkungan saja yang langsung
bersambungan dengan rumah warga yang kondisinya semipermanen, serta pedagang
kaki lima yang ada di pinggiran jalan utama. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah unit
toko di lokasi survey dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Sarana Perbelanjaan Lokasi Survey
No Kelurahan Jumlah (unit) Kondisi
1 Pannambungan 5 Baik
2 Lette 2 Baik
3 Mattoanging 3 Baik
4 Bontomarannu 2 Baik
Jumlah 12
c. Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh kelompok kami, semua
permukiman yang ada di Kecamatan Mariso khususnya pada Kelurahan
Pannambungan, Lette, Mattoanging, dan Bonto Rannu sudah memperoleh aliran
jaringan listrik dari PLN dengan baik.
d. Jaringan Telepon
Jaringan telepon yang terdapat pada lokasi studi ini yaitu 90% penduduknya
menggunakan jaringan telepon berupa telepon genggam (ponsel). Selain jaringan
telepon berupa ponsel, pada lokasi studi ini juga terdapat jaringan telepon rumah yang
hanya terpasang pada rumah-rumah warga yang tergolong ekonomi menengah ke atas
dan pada fasilitas-fasilitas perkantoran, pendidikan, kesehatan, dan pada faslias
perbelanjaan yang tergolong skala menengah keatas.
e. Jaringan Jalan
Secara Secara umum kondisi jalan di lokasi survey kami merupakan jalanan
beraspal walaupun terdapat jalan yang rusak yang mengganggu kenyamanan
pengguna jalan. Jalan yang rusak itu adalah Jalan Nuri dan lingkungan di sekitar Jalan
Cendrawasih.
Prasarana jalan yang terdapat di lokasi survey terdiri dari Prasarana jalan dengan
sistem Prasarana jalan kolektor, lokaldan jalan lingkungan. Dimana untuk
jalan kolektor yaitu seperti Jalan Cendrawasih dan Jalan Rajawali. Contoh nama jalan
untuk jalan lokalnya adalah Jalan Nuri dan Jalan Bunga Eja. Dan Contoh nama
jalan untuk jalan lingkungan salah satunya adalah Jalan Flamboyan.
Adapun bagian dari prasarana jalan yaitu berupa jembatan. Umumnya jembatan-
jembatan yang ada pada lokasi studi terdapat pada tiap-tiap wilayah yang dilalui oleh
kanal sehingga antar jalan seberang dapat terhubung oleh jembatan penghubung
tersebut.
Gambar 3.11 Prasarana Jalan dan Jembatan
f. Prasarana Persampahan
Cara pembuangan sampah oleh masyarakat permukiman Tanjung Bunga yang
berada pada Lokasi Studi terdiri dari dua ara yaitu secara individual dan komunal. Cara
individual, yaitu masyarakat membuang sampahnya di TPS depan rumah yang setiap
sampah tersebut akan diangkut oleh mobil kontainer lalu di bibuang ke TPA Anntang.
Cara komunal yaitu masyarakat yang langsung membuang sampahnya ke kontainer
yang sudaj tersedia di lingkungan sekitar rumahnya. Cara inilah yang kerap kali
menimbulkan masalah sebab jumlah kontainer yang ada sudah tidak memadai untuk
jumlah penduduk yang ada di lokasi tersebut. Selain itu, adapulawarga yang
membuang sampahnya di samping rumah saja secara komunal sehingga menambah
kekumuhan daerah tersebut seperti pada Kelurahan Pannambungan dan Bonto Rannu.
5. Aspek Non Fisik Lokasi Studi
a. Aspek Sosial kemasyarakatan
Kondisi sosial masyarakat yang ada di lokasi studi tepatnya di Kecamatan Mariso
umumnya masyarakatnya berasal dari suku asli bugis makassar. Tingkat pendidikan
masyarakat yang berbeda-beda, umumnya masyarakat yang berada di dalam
permukiman kumuh memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan yang
bukan di permukiman kumuh, hal itu dikarenakan oleh tingkat pendapatan masyarakat
yang berbeda.
b. Aspek Ekonomi
Mata pencaharian utama masyarakat di lokasi studi kami yaitu didominasi oleh
buruh dan mata pencaharian lain seperti nelayan, pedagang dan PNS. Adapun
pendapatan masyarakat di lokasi ini dapat dikatakan masih rendah, hal ini dapat dilihat
dari kondisi perumahan di lokasi studi, terutama di Kelurahan Pannambungan dan
Lette. Adapun jenis kegiatan usaha yang mendominasi di lokasi survey kami yaitu
usaha formal seperti PNS dan nonformal seperti nelayan, pedagang dan buruh.
c. Aspek Budaya
Budaya masyarakat di lokasi studi dapat dilihat dari hubungan kekerabatan
masyarakat yang masih tinggi, agama yang dianut oleh masyarakat mayoritas
beragama islam, hal itu dapat dilihat dari lebih banyaknya fasilitas peribadatan untuk
agama islam yaitu mesjid. Adapun kebiasaan masyarakat juga dapat dilihat dari acara-
acara seperti pernikahan dimana dalam pelaksanaannya masih mempertahankan
budaya-budaya lokal.
d. Aspek Politik
Aspek politik di lokasi studi kami dapat dilihat dari adanya kantor persatuan darma
wanita seperti PKK yang masih berjalan dengan baik hingga sekarang dan
Karangtaruna yang tepatnya berada di Kelurahan Bonto Rannu.
e. Aspek Psikologis
Aspek psikologis di lokasi studi dapat dilihat dari rasa aman yang ada di lokasi
studi. Tingkat keamanan masyarakat di lokasi studi kami masih tergolong rendah, hal ini
dapat dilihat dari kondisi permukimannya yang kumuh dan kita ketahui bahwa tingkat
keamanan di permukiman kumuh itu sangat rendah kerena sangan rentan terjadi tindak
kriminalitas.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kependudukan
Proyeksi Penduduk Tahun 2021 Kecamatan Mariso
Data penduduk di Kecamatan Mariso 5 tahun terakhir berdasarkan data dari BPS Sulawesi Selatan, Pada
tahun 2007 jumlah penduduk 53.825 jiwa, tahun 2008 jumlah penduduk di Kecamatan Mariso mengalami
peningkatan sebanyak 0.539 %sehingga jumlah penduduk menjadi 54.117 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah lagi
sebanyak 0.822%, kemudian pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan menjadi 55.431 jiwa atau bertambah
sebanyak 1.47% dan pada tahu 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 55.875 atau bertambah
sebanyak 0.794%. Untuk mengetahui laju kurva pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mariso dapat di lihat pada
Grafik berikut :
Grafik 4.1
Jumlah Persentase Pertumbuhan Penduduk
Kecamatan Mariso Tahun 2010
Dengan mempergunakan data 5 tahun terakhir ini kami mencoba memproyeksi penduduk di Kecamatan
Mariso 10 tahun kedepan dengan menggunakan metode regresi linear.
Tabel 4.1
Laju pertumbuhan penduduk Menurut daerah survey
Di Kecamatan Mariso Tahun 2010
No. Tahun Jumlah penduduk X2 x.y
(x) (y)
1. 2007 53825 1 53825
2. 2008 54117 4 108234
3. 2009 54616 9 163848
4. 2010 55431 16 221724
5. 2011 55875 25 279375
a= = = 52463
b= = = 604
y 2021 = a + bx
y2021 = 52463 + 604. 16
y2021 = 62138 jiwa
Jadi, jumlah pendduk pada tahun 2031 berdasarkan hasil proyeksi diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk
semakin meningkat. Hal ini di buktikan dengan peningkatan jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 55875 jiwa dan
tahun 2031 sebanyak 62138 jiwa
Grafik 4.2
Jumlah dan Laju Persentase Pertumbuhan Penduduk
Kecamatan Mariso Tahun 2031
Jadi, Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mariso dari tahun 2006 ke tahun 2010
mengalami peningkatan yang signifikan sebab jumlah penduduk setiap tahunnya meningkat sedangkan pada tahun
2010 hingga tahun 2021 mengalami peningkatan setiap 5 tahun.
Tabel 4.3
Analisis prasarana Air Bersih
Tahun 2031
Hasil analisis di atas merupakan hasil untuk kebutuhan air bersih untuk PAM, sehingga hal itu belum tentu
berlaku pada masyarakat permukiman kumuh seperti Kelurahan Pannambungan yang tidak mampu membayar
tagihan untuk menggunakan air PAM sehingga mereka hanya menggunakan air sumur walaupun kondisinya tentu
tidak memenuhi syarat untuk kriteria air bersih.
3. Prasarana Listrik
Proyeksi penduduk tahun 2021 untuk Kecamatan Mariso yaitu sebanyak 62138 jiwa atau 12824 KK. Jumlah
tegangan yang masuk tiap rumah adalah 900 watt untuk tipe rumah kecil dan sedang dan untuk tipe rumah besar
memerlukan listrik dengan jumlah tegangan 1300 watt.
Tabel 4.4
Analisis prasarana Listrik
Tahun 2021
No Dusun Tipe Rumah Energi yang di butuhkan(watt)
Kecil & Besar Kecil & Besar
sedang sedang
1 Bontorannu 1157 128 1.041.300 166.400
2 Mattoanging 794 88 714.600 114.400
3 Lette 1170 196 1.053.000 254.800
4 Pannambungan 2025 225 1.822.500 292.500
5. Prasarana Telekomunikasi
Telekomunikasi merupakan suatu kebutuhan dalam menghadapi perkembangan kota. Berdasarkan hasil survey
tidak ada Prasarana telepon yang terdapat di lokasi survey, Prasarana Telpon memberikan pelayanan yang cukup
baik. Walaupun tidak semua penduduk dapat menikmati layanan jasa telekomunikasi dalam bentuk Prasarana
telepon ke rumah masing – masing penduduk. Untuk 1 unit telepon umum melayani 250 jiwa sedangkan untuk
telepon rumah, tiap 1 unit telepon rumah melayani 14 kk. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan akan telepon umum
tahun 2021 Kecamatan Mariso dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Analisis prasarana Telekomunikasi
Tahun 2021
No Kelurahan Jml pdd Kebutuhan Telepon
Telepon Rumah
Umum
1 Bontorannu 6425 26 92
2 Mattoanging 4412 18 63
3 Lette 9830 39 140
4 Pannambungan 12515 50 179
6. Prasarana Persampahan
Keberadaan prasarana persampahan di suatu daerah sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi
pembuangan sampah di sembarang tempat seperti yang terjadi di lokasi survey kami, khususnya Kelurahan
Pannambungan yang tidak memiliki TPS seperti kontainer ataupun gerobak sehingga masyarakat hanya membuang
sampah mereka di kanal dan di samping rumah mereka. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya
penyediaan kontainer dan gerobak yang dapat mengangkut sampah dari rumah-rumah penduduk ke kontainer.
Untuk itu perlu adanya analisis untuk menegetahui kebutuhan akan prasarana persampahan di Kecamatan Mariso.
Jumlah timbunan sampah setiap hari untuk tiap KK, yaitu 2,9 liter/hari Sedangkan jumlah kebutuhan sarana
persampahan untuk tong sampah yaitu 40 liter untuk setiap tong sampah sedangkan untuk standar 1 gerobak yaitu
1 m3 atau 1000 liter untuk 200 kk sedangkan untuk standar container yaitu 6 sampai 8 m3 atau 6000 hingga 8000
liter timbunan sampah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Analisis prasarana persampahan perumahan
Tahun 2021
No Kelurahan Jml Jumlah Kebutuhan sarana
pdd Timbunan persampahan
sampah Kontainer Gerobak
1 Bontorannu 6425 18634 3 7
2 Mattoanging 4412 12794 2 5
3 Lette 9830 28507 4 10
4 Pannambungan 12515 36293 5 13
Jumlah 33182 96228 14 35
Sumber : Hasil Analisis 2012
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kawasan tanjung Bunga adalah salah satu kawasan yangsecara geografis terletak
pada 119o3’17” Bujur Timur dan 50o8’19 Lintang Selatan. Sedangkan secara
adminstrasi kawasan ini merupakan bagian dari Kota Makassar terdiri dari Kecamatan
Tamalate yaitu pada Kelurahan Tanjung Merdeka, Maccini Sombala, serta Kelurahan
Barombong. Kecamatan Mariso yaitu pada Kelurahan Mattoangin, Lette,
Panambungan dan Bontomarannuserta Kabupaten Gowa di Kecamatan Palangga,
dengan luas kawasan 1000 Ha.
Dengan melihat uraian yang telah disajikan pada pembahasan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum kondisi fasilitas pada lokasi studi (Kelurahan Panambungan, Lette,
Mattoanging, dan Bonto Rannu) sudah memadai bagi semua penduduknya sehingga
tidak perlu lagi dilakukan penambahan fasilitas. Adapun yang masih perlu dibenahi
yaitu prasarana/jaringan pada wilayah ini berupa jaringan air bersih, prasarana
drainase, prasarana jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, dan yang lebih penting
adalah pada prasarana persampahannya.s
2. Dari aspek non fisik, mayoritas penduduk pada lokasi studi merupakan penduduk asli
bugis makassar dengan agama islam yang menjadi agama dominan diwilayah ini.
Adapun tingkat keamanan yang ada pada wilayah ini, yaitu masih kurang aman pada
wilayah permukiman kumuhnya.
3. Sistem sanitasi pada lokasi studi dapat ditinjau dari prasarana persampahannya. Dan
dari hasil survey, kondisi sanitasi yang ada pada lokasi studi belum baik karena masih
banyak ditemukan sampah yang berserakan dimana-mana.
B. Saran
Pemerintah dan warga setempat harus bekerja sama dalam menjaga kebersihan
lingkungannya agar sanitasi lingkungan permukiman menjadi lebih baik sehingga t