DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup...............................................................................................2
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah..........................................................................2
1.3.2 Ruang Lingkup Materi.............................................................................3
1.3.3 Ruang Lingkup Waktu.............................................................................4
1.4 Kerangka Berfikir...........................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................7
BAB II TINJAUAN KONSTELASI REGIONAL..................................................8
2.1 Tinjauan Kebijakan........................................................................................8
2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)................................8
2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)....................9
2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung..................10
2.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Lampung.....12
2.1.5 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Barat....14
2.1.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Lampung15
2.2 Tinjauan Eksternal........................................................................................16
2.2.1 Fisik dan Lingkungan............................................................................16
2.2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan........................................................27
2.2.3 Infrastruktur...........................................................................................32
2.2.4 Sosial Ekonomi......................................................................................43
2.2.5 Kelembagaan dan Pembiayaan..............................................................53
BAB III METODOLOGI.......................................................................................54
3.1 Metode Pengumpulan Data..........................................................................54
3.1.1 Pengumpulan Data Primer.....................................................................54
3.1.2 Pengumpulan Data Sekunder.................................................................55
3.2 Metode Analisis Data...................................................................................55
3.2.1 Fisik dan Lingkungan............................................................................56
3.2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan........................................................70
3.2.3 Infrastruktur...........................................................................................74
3.2.4 Sosial Ekonomi......................................................................................82
3.2.5 Kelembagaan dan Pembiayaan..............................................................83
BAB IV ISU STRATEGIS....................................................................................84
4.1 Potensi..........................................................................................................84
4.1.1 Fisik dan Lingkungan............................................................................84
4.1.2 Sosial Budaya dan Kependudukan........................................................97
4.1.3 Infrastruktur...........................................................................................97
4.1.4 Sosial Ekonomi....................................................................................101
4.1.5 Kelembagaan dan Pembiayaan............................................................103
4.2 Masalah.......................................................................................................114
4.2.1 Fisik dan Lingkungan..........................................................................115
4.2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan......................................................122
4.2.3 Infrastruktur.........................................................................................122
4.2.4 Sosial Ekonomi....................................................................................126
4.2.5 Kelembagaan dan Pembiayaan............................................................127
4.3 Isu Strategis................................................................................................130
DAFTAR GAMBAR
Pada bab ini, penulis menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah studi
yakni Kabupaten Lampung Barat. Gambaran umum mengenai Kabupaten
Lampung Barat ini dijelaskan secara keseluruhan terkait luas wilayah, batasan
wilayah, sosial kependudukan, ekonomi wilayah, serta keadaan fisik dan
lingkungan wilayah.
Pada bab ini penulis menjelaskan terkait isu strategis dalam Kabupaten
Lampung Barat.
BAB II
TINJAUAN KONSTELASI REGIONAL
2.2.3 Infrastruktur
A. Jaringan Jalan dan Transportasi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 38 Tahun 2004,
jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan
bagi lalu lintas, yang berada di atas permukaan tanah, dibawah permukaan
tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan jalan kabel. Jalan mempunyai peranan penting terutama yang
menyangkut perwujudan perkembangan antar wilayah yang seimbang,
pemerataan hasil pembangunan serta pemantapan pertahanan dan
keamanan nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional.
Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat
menyebutkan bahwa sistem jaringan transportasi yaitu terdiri dari jaringan
jalan, sistem terminal, dan jaringan transportasi danau, dan penyebrangan.
Dalam klasifikasinya Lampung Barat memiliki ruas jaringan jalan
provinsi, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan lokal primer, dan
jaringan lingkungan. Untuk pembangunan terminal, Lampung Barat
memiliki terminal tipe B dan C, dimana terminal tipe B melayani Liwa
dan tipe C melayani PKL Krui – Sekincau dan PPK Sumber Agung – Kota
Jawa.
Kabupaten Lampung Barat dilalui oleh jalan nasional, yaitu Jalan
Lintas Barat Sumatera. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Lampung Tahun 2009-2029, Jalan Lintas Barat ini termasuk
katergori jaringan jalan kolektro primer. Jaringan jalan kolektor primer ini
berfungsi sebagai jaringan jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Lokal,
antar Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), atau antara Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah pasal 26 huruf b, menjelaskan bahwa Jalan Lintas Barat memiliki
urutan dimulai dari Bandar Lampung - Gedungtataan - Rantau Tijang -
Kota Agung - Wonosobo – Sangga - Bengkunat – Biha – Krui - Simpang
Gunung Kemala - Pugung Tampak - batas Provinsi Bengkulu.
B. Jaringan Listrik
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional konektivitas
kelistrikan di Indonesia belum merata. Pulau Sumatera jaringan listrik
belum terkoneksi dan masih bersifat jaringan wilayah. Permasalahan ini
disebabkan karena masih kurangnya penyediaan infrastruktur kelistrikan
yang dapat dilihat dari rasio elektrifikasi. Disisi lain penyaluran subsidi
listrik juga belum dinikmati masyarakat yang berhak sesuai tujuannya.
Berikut data distribusi rumah tangga menurut kabupatan dan kota dan
sumber penerangan di Provinsi Lampung.
Tabel 2.1 Persentase Distribusi Rumah Tangga di Kabupaten/Kota dan
Sumber Penerangan di Provinsi Lampung
Listrik Non-
Kabupaten/Kota Listrik PLN Bukan Listrik Jumlah
PLN
Sumber: Indeks Pembangunan Teknologi, Informasi, Dan Komunikasi/Ict Development Index 2018
Gambar 2.1 IP-TIK dan Subindeks menurut Provinsi, 2017-2018
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Lampung 2019-2024 misi ke-4 yaitu Mengembangkan
infrastruktur guna meningkatkan efisiensi produksi dan konektivitas
wilayah. Seperti sektor telekomunikasi yaitu mendorong pengembangan
dan perluasan jaringan telekomunikasi dan informasi sampai ke wilayah
perdesaan dengan agenda untuk mempercepat pembangunan infrastruktur
telekomunikasi. Kemudian dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung 2005-2025 juga
pembangunan salah satunya diarahkan dalam penyelenggaraan
telekomunikasi. Pada RPJMD Prov. Lampung jumlah fasilitas
telekomunikasi yang ada saat ini adalah : Sambungan Telepon 26 STO;
Telepon Selular 3 Operator (Telkomsel, Indosat, dan Neo-N) yang
memiliki 144 BTS dengan 282.897 pelanggan; Wartel 2.095 unit;
Perusahaan Jasa telepon 43 perusahaan; ORARI 4.994 anggota; KRAP
2.226 Anggota; RSNP 42 Anggota; serta IKR/G 2 penyelenggara.
Pembangunan TIK yang semakin maju diharapkan dapat memperkecil
kesenjangan pendapatan di suatu daerah. Gini rasio merupakan indikator
yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh.
Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0
menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap
orang memiliki pendapatan yang sama. Provinsi lampung masuk ke dalam
Kuadaran III yang merupakan kelompok provinsi dengan pembangunan
TIK yang relatif rendah, namun distribusi pendapatannya telah relatif
merata.
D. Jaringan Air Bersih
Dalam mencapai tujuan penataan ruang wilayah Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan dengan strategi dan kebijakan yang
meliputi penyediaan fasilitas pelayanan air bersih sesuai kebutuhan
masyarakat. Prasarana dan sarana distribusi air dikembangkan untuk :
1) memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air bersih dan kegiatan
budi daya;
2) melestarikan sumber air dan;
3) melindungi kawasan-kawasan permukiman.
Tantangan dalam bidang sarana dan prasarana pengairan dan
penyediaan air baku adalah; peningkatan pasokan air baku untuk irigasi
dan air bersih; terjadinya peningkatan kerusakan infrastruktur sumberdaya
air dan irigasi; optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air; penurunan
kualitas potensi sumberdaya air; sumberdaya manusia pengelola irigasi
masih lemah; perlunya pengelolan Satuan Wilayah Sungai (SWS) secara
terpadu antara hulu-hilir; perda yang mendukung Pengelolaan RPJP
Daerah Provinsi Lampung. 41 Lingkungan dan SDA belum lengkap;
kerusakan hutan dan Daerah Aliran Sungai; serta peningkatan peran
masyarakat dalam pendayagunaan sumber air. Tantangan paling serius
adalah adanya alih fungsi lahan irigasi/rawa yang terus bertambah dan
berkurangnya jumlah curah hujan dari rata-rata 2000 mm/th menjadi 1800
mm/th. Konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air
berupa sarana dan prasarana pengairan, terutama irigasi RPJP Daerah
Provinsi Lampung 61 terjaga dengan baik, sehingga mampu menjaga
keberlanjutan fungsi sumber daya air (air bersih dan air irigasi).
Pemerintah telah menetapkan target 100-0-100 yang bermakna 100%
penduduk menggunakan air bersih, 0% kawasan kumuh dan 100%
sanitasi masyarakat baik. Kinerja di bidang perumahan pada tahun 2015-
2018 di Provinsi Lampung dapat dilihat dalam grafik sebagi berikut:
Tabel 2.2 Persentase Penduduk yag Memiliki Akses Air Minum Layak di
Provinsi Lampung Tahun 2015-2018
5 - 15 % 3 Brown Forest,
500-1500 4 3 3-6 Kurang 3
15 - 40 % 2 Mediteran
Podsol Merah
1500-2500 3 >40% 1 2 0-3 Rendah 2
Kuning
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Tata Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Alluvi 18-20
0-2 % 5 Dataran 5 5 5
al Tinggi
< 500 5
Latoso 15-17
2-5% 4 Landai 4 4 4
l Cukup
Medite
Perbukitan ran, 11-14
5-15% 3 3 3 3
500- Sedang Brown Sedang
4 Forest,
1500
Pegunungan/Per 8-10
15-40% 2 2 2 2
bukitan Terjal Podsol Kurang
Merah
Pegunungan/Per Kunin
1500-
3 >40% 1 bukitan Sangat 1 g 1 5-7 Rendah 1
2500
Terjal
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Tata
Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
SKL
Peta Curah Peta Guna
Peta DAS Nilai Nilai Nilai Ketersediaan Nilai
Hujan Lahan
Air
15 -40 % 2 Renda
3500- Perbukita
3 Alluvial 5 3 h (21- 2
4000 n sedang
> 40 % 1 24)
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Tata Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Gerakan Tanah Nilai Rawan Gempa Nilai SKL Bencana Alam Nilai
Rendah 3
Zona Rendah 0,1-0,2 3 Rendah (5-6) 3
Sangat Rendah 2
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Tata Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Tata Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk tahun-t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = Jangka waktu
r = Laju pertumbuhan penduduk
Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif
atau terjadi penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r <
0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah
penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi penduduk
dari tahun sebelumnya. Hasil perhitungan pertumbuhan penduduk dengan
menggunakan rumus diatas kemudian bisa digunakan untuk menghitung
proyeksi penduduk. Untuk menghitung proyeksi penduduk menggunakan
rumus dengan metode geometrik adalah sebagai berikut:
Pt =PO (1+r )n
Keterangan :
Pt = proyeksi pendudukan tahun ke-t
P0 = data penduduk tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah
(jiwa/Km2). Kegunaan dari kepadatan penduduk adalah sebagai dasar
kebijakan pemerataan penduduk dalam program trasmigrasi. Kepadatan
penduduk kasar atau Crude Population Density (CPD) menunjukkan
bahawa jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah.
Luas wilayah yang dimaksud adalah luas seluruh daratan pada suatu
wilayah administrasi. Analisis kepadatan penduduk penting untuk
mengetahui persebaran penduduk suatu wilayah dan penataan ruang
khususnya distribusi penduduk. Kepadatan penduduk merupakan indikator
awal untuk mendeteksi tingkat perkembangan wilayah. Kepadatan
penduduk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
jiwa Jumlah Penduduk ( jiwa)
Kepadatan Penduduk ( hektar)=
Luas Wilayah(km2 )
C. Ketenagakerjaan
Tingkat Patisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator
ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif
secara ekonomi dalam kegiatan sehaari-hari merujuk pada suatu waktu
dalam periode survei (Muta’Ali, 2015). Angka Tingkat Patisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dapat digunakan sebgai dasar untuk mengetahui
penduduk yang aktif bekerja maupun mencari pekerjaan. Bila angka
Tingkat Patisipasi Angkatan Kerja (TPAK) kecil maka dapat diduga
bajwa penduduk usia kerja banyak yang bukan angkatan kerja baik yang
sedang sekolah maupunn mengurus rumah tangga dan lainya. Dengan
demikian angka TPAK dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk yang
masih bersekolah dan penduduk rumah tangga (Mantra, 2000). Tingkat
Patisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
angka angkatan kerja
TPAK = × 100
penduduk usiakerja
Keterangan :
TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan.
Bersedia untuk berkerja, dan sedang mencari pekerjaan. Manfaat indikator
pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit (orang) maupun persen
adalah sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru,
sedangkan perkembangannya dapat menunjukan tingkat keberhasilan
program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Lebih penting lagi indikator
ini digunakan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan
perekonomian, selain angka kemiskinan. Berikut adalah rumus dari tingkat
pengangguran terbuka, yaitu:
jumlah pengangguran
TPT = x 100
jumlah angkatan kerja
Keterangan :
TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka
2. Pendidikan.
4. Usia pekerja.
3.2.3 Infrastruktur
Infrastruktur merupakan Suatu sistem yang menunjang sistem sosial dan
ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan, dimana
sistem ini bisa digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. Robert J.
Kodoatie (2005). Dalam suatu perkembangan dan pembangunan suatu kawasan
atau wilayah, maka tidak jauh dengan didukungnya oleh sarana dan prasarana
yang memadai guna menunjang segala perkembangan dan kemajuan suatu
kawasan atau wilayah. Maka dari itu, untuk mengetahui sarana dan prasarana
yang tersedia serta yang nantinya akan dipertimbangkan guna meningkatkan
sarana prasarana dengan beberapa metode analisis data yang di gunakan dalam
beberapa jenis sarana dan prasaranya, yakni
A. Jaringan Jalan dan Transportasi
Analisis Jaringan Jalan Analisis jalan menggunakan metode analisis
deskriptif dengan melihat supply dan demand, tujuan analisis ini adalah
mengetahui kondisi eksisting, kebutuhan jalan dimasa datang, mengetahui
tingkat kerusakan jalan, tingkat aksesibilitas, dan sistem keterpaduan
sistem hirarki jalan berdasarkan fungsi dan tingkat kepentingan jalan
dalam menghubungkan ke kawasan-kawasan yang strategis. Analisis
Tingkat Pelayanan Jalan Analisis tingkat pelayanan jalan menggunakan
anlisis deskriptif dengan metode observasi kondisi jalan, analisis ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting jalan dan kualistas jalan,
apakah jalan di Kabupaten Lampung Barat sudah memenuhi Standard
Nasional Indonesia.
Analisis Simpul Transportasi Analisis simpul transportasi
menggunakan analisis deskriptif dengan metode wawancara dan meminta
data sekunder dengan pihak dinas terkait, dimana analisis simpul
transportasi ini bertujuan melihat supply infrastruktur publik yang ada di
Kabupaten Lampung Barat seperti terminal dan pelabuhan serta
mengetahui demand transportasi publik dalam mendukung pariwisata di
Kabupaten Lampung Barat.
B. Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik pada tiap jenis sarana berbeda – beda. Kebutuhan
listrik akan disesuaikan dengan faktor kebutuhan tiap kegiatan yang akan
dikembangkan di kawasan perencanaan. Analisis jaringan listrik mencakup
perhitungan kebutuhan daya listrik dan menghitung ketersediaan daya
berdasarkan kapasitas terpasang. Perhitungan kebutuhan listrik penduduk
Kabupaten Lampung Barat dilakukan dengan menggunakan asumsi
kebutuhan listrik per kapita per hari sebesar 450 VA. Kemudian kebutuhan
komersil sebesar 25% kebutuhan domestik, kebutuhan sosial sebesar 25%
kebutuhan domestik, dan kebutuhan untuk PJU sebesar 10% kebutuhan
domestik. Analisis proyeksi pun dilakukan dengan menginterpolasikan
data kebutuhan energi berdasarkan data proyeksi jumlah penduduk di
Kabupaten Lampung Barat hingga tahun ......... (Tahun Proyeksi
Terakhir) Ketersediaan daya tersambung pada analisis ini tidak
diproyeksikan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan energi listrik di
Kabupaten Lampung Barat jika tanpa intervensi.
C. Jaringan Telekomunikasi
Perkembangan teknologi dan industri telekomunikasi telah demikian
pesatnya. Ketersediaan layanan diupayakan oleh sejumlah operator yang
menawarkan berbagai sistem dan layanan yang bervariasi dengan
pembangunan infrastruktur jaringan radio seluler, termasuk di dalamnya
menara untuk antena BTS (Base Transceiver Station). Komunikasi dapat
nemudahkan perencanaan pernbangunan yang berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat, komunikasi juga dapat membuat pembangunan menjadi suatu
proses yang berlangsung sendiri. Oleh karena itu perlunya perencanaan
dan analisis mengenai infrastruktur telekomunikasi agar dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan dapat berjalan dengan
lancar. Analisis proyeksi dan analisis kuantitatif dipilih untuk mengetahui
alasan dan kebutuhan infrastruktur komunikasi dengan berdasarkan data
proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Barat.
Analasis proyeksi adalah metode yang sederhana menggunakan trend
penduduk masa yang lalu untuk memperkirakan jumlah penduduk masa
yang akan datang. Setelah jumlah penduduk dapat diproyeksikan, maka
tingkat kebutuhan dan daya tampung sekolah dapat diperhitungkan di
masa yang akan datang.
D. Jaringan Air Bersih
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 Undang-undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air maka ditetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (selanjutnya
disingkat SPAM) diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan
prasarana dan sarana sanitasi yang berkaitan dengan air minum. Dalam
penyelenggaraan pengembangan SPAM dan/atau prasarana dan sarana
sanitasi, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama antar daerah.
Kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM disusun dan
ditetapkan oleh Pemerintah setiap 5 tahun sekali melalui konsultasi publik.
Rencana induk pengembangan SPAM yang cakupan wilayah layanannya
bersifat lintas Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi setelah
berkoordinasi dengan daerah Kabupaten/Kota terkait. Jika bersifat lintas
provinsi, maka ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
menteri terkait, pemerintah provinsi, dan/ataukabupaten/kota.
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lambar
mbahwa Pengembangan SPAM Kabupaten Lampung Barat masuk dalam
Visi dan Misi RPJMD Tahun 2012-2017. Visi “Lampung Barat Sejahtera
dan Berdaya Saing Berlandaskan Iman dan Taqwa” dan Misi yaitu
Mengembangkan wilayah dan infrastruktur yang merata sesuai kebutuhan
lokal dengan memperhatikan daerah rawan bencana serta mengedepankan
aspek-aspek konservasi sumberdaya alam. Dari 136 desa/kelurahan yang
ada di kabupaten Lampung Barat, baru 67 desa yang sudah terbangun dan
terlayani SPAM Perdesaan. Sedangkan 69 desa/kelurahan belum terlayani
SPAM Perdesaan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan sistem
SPAM Non Perpipaan.
E. Jaringan Drainase
Untuk mengetahui perkembangan dan serta pembangunan, kualitas
dan kauntitas jaringan drainase dapat menggunakan beberapa pendekatan
metode yakni menggunakan data sekuder yakni seperti melihat dari
dokumen-dokumen terkait, standar nasional indonesia yakni SNI 03-1733-
2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan
dan beberapa sumber lainnya seperti menggunakan perhitungan proyeksi
kebutuhan jaringan drainase disuatu kawasan. Sedangkan untuk
pendekatan menggunakan data primer dapat menggunakan data observasi
untuk melihat kualitas jaringan drainase, wawancara mengenai jaringan
drainase dari sisi masyarakat dan pemerintah, serta kuisioner untuk
mengetahui seberapa besar pentingnya atau pengaruh adanya drainase di
suatu wilayah atau dalam menunjang perkembangan sarana dan prasarana
di suatu kawasan.
F. Jaringan Persampahan
Metode analisis yang digunakan dalam sarana persampahan adalah
dengan menggunakan analisis Supply and Demand, yang dimana analisis
ini meliputi:
1. Analisis Supply Sarana Persampahan
Analisis supply ini dilakukan dengan memproyeksikan
ketersediaan sarana persampahan yang terdapat di Kabupaten
Lampung Barat berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, dengan
diasumsikan bahwa rata-rata timbunan sampah domestik adalah
sebesar 2,5 liter/jiwa/hari.
Volume Sampah = Jumlah Penduduk x 2,5 liter/jiwa/hari.
2. Analisis demand Sarana Persampahan
Analisis ini digunakan untuk mengukur produksi sampah di
Kabupatem Lampung Barat sehingga kebutuhan sarana persampahan
dapat terukur, kemudian analisis ini dilakukan dengan cara
memproyeksikan berapa jumlah timbunan sampah yang dihasilkan di
Kabupaten Lampung Barat, sehingga membutuhkan data jumlah
penduduk per Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat nantinya
berdasarkan data tersebut akan diproyeksikan. Jumlah penduduk ini
digunakan untuk merencanakan sarana persampahan di Kabupaten
Lampung Barat yang nantinya akan dapat dihitung jumlah
kebutuhannya untuk 20 tahun kedepan.
Kebutuhan sarana persampahan = Volume sampah/25000m2
G. Pendidikan
Infrastruktur pendidikan tidak terlepas dari tersedianya fasilitas sarana
dan prasarana pendidikan yang memadai di samping juga harus didukung
oleh tenaga pendidik yang memegang peranan utama untuk
terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, ketersediaan
fasilitas pelayanan untuk pendidikan harus selalu disesuaikan dengan
kebutuhan penduduk yang mana dari waktu ke waktu selalu berkembang,
dengan demikian penduduk dapat terlayani dan fasilitas yang tersedia
dapat berfungsi secara optimal.
Metode analisis data secara keseluruhan terdiri dari analisis tingkat
kebutuhan, analisis daya tampung, analisis jarak jangkauan pelayanan, dan
analisis proyeksi untuk melihat tingkat kebutuhan, daya tampung serta
jangkauan pelayanan di masa yang akan datang. Acuan yang digunakan
dalam penggunaan analisis sarana pendidikan mengacu pada SNI 03-1733-
2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan
untuk mengetahui tingkat kebutuhan sarana pendidikan, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah untuk
mengetahui daya tampung sekolah.
Selain itu juga menggunakan analisis SIG yaitu network analisis
servise area, digunakan untuk mengetahui keadaan spasial jangkauan
pelayanan sarana pendidikan. Untuk mengetahui jangkauan fasilitas
pendidikan digunakan acuan berupa Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dan
SNI 03-1733-2004. Untuk melakukan analisis proyeksi didasarkan pada
jumlah penduduk dan rata-rata pertumbuhan penduduk. Berikut
merupakan metode analisis yang digunakan :
1. Analisis Tingkat Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara membandingkan jumlah
ketersediaan fasilitas yang ada dengan ketetapan dari standar yang
berlaku yaitu menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan. Dengan
menggunakan standar tersebut, maka dapat dilihat apakah fasilitas
pendidikan di Lampung Barat memiliki kekurangan atau tidak.
2. Analisis Daya Tampung Sekolah
Untuk mengetahui kebutuhan daya tampung sekolah dapat dilihat dari
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan antara jumlah
siswa seluruhnya (di jenjang pendidikan tertentu) dengan jumlah
penduduk usia sekolah. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM)
adalah perbandingan antara jumlah siswa usia sekolah (di jenjang
pendidikan tertentu) dengan jumlah penduduk usia sekolah.
3. Analisis jarak jangkauan pelayanan (network analysis service area)
Jarak jangkauan pelayanan ini berupa radius jangkauan maksimal dari
fasilitas pendidikan. Dalam menganalisis jangkauan pelayanan ini
dapat menggunakan alat analisis berupa network analysis service
area. Analisis service area diselesaikan dengan membuat rute-rute
dengan radius tertentu dan membentuk suatu area deliniasi. Acuan
yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan. Analisis ini
membutuhkan variabel berupa jaringan jalan, jika tidak terdapat
jaringan jalan maka daerah tersebut tidak dapat terjangkau dengan
analisis ini. Hasil dari network analysis service area ini tidak selalu
berbentuk lingkaran, namun menyesuaikan dengan kondisi jalan yang
ada. Selain itu, untuk menentukan aksesibilitas berupa jarak tempuh
dan sarana transportasi yang digunakan oleh siswa menuju fasilitas
pendidikan menggunakan beberapa indikator.
4. Analisis Proyeksi
Metode proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan model
ekstrapolasi trend linear. Model ini adalah metode yang sederhana
menggunakan trend penduduk masa yang lalu untuk memperkirakan
jumlah penduduk masa yang akan datang. Model ini menggunakan
persamaan derajat pertama (first degree equation). Setelah jumlah
penduduk dapat diproyeksikan, maka tingkat kebutuhan dan daya
tampung sekolah dapat diperhitungkan di masa yang akan datang.
H. Perdagangan
Analisis tingkat pelayanan fasilitas perdagangan menggunakan
observasi dan analisis deskriptif guna mengetahui tingkat pelayanan dan
keadaan fasilitas penunjang perdagangan.di Kabupaten Lampung Barat.
Kemudian, menggunakan analisis Tingkat Pelayanan Jalan Analisis tingkat
pelayanan jalan menggunakan anlisis deskriptif dengan metode observasi
kondisi jalan, analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting
jalan dan kualistas jalan, apakah jalan di Kabupaten Lampung Barat sudah
memenuhi Standard Nasional Indonesia guna memdukunng kegiatan
distribusi hasil pertanian dan kegiatan perdagangan di Kabupaten
Lampung Barat
I. Evakuasi Bencana
Dalam hal ini metode yang digunakan yaitu pеnеlitiаn dеskriptif
dеngаn pеndеkаtаn kuаlitаtif. yang termasuk rawan bencana. Tеknik
pеngumpulаn dаtа yаng digunаkаn olеh pеnеliti аntаrа lаin: wawancara,
dokumentasi dan observasi. Instrumеnt pеnеlitiаn yаng digunаkаn iаlаh:
pedoman wawancara, catatan lapangan, alat penunjangdan peneliti. Serta
dapat melakukan pemetaan risiko bencana mendasarkan pada tiga
komponen, yaitu Ancaman (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan
Kapasitas (capacity). Formula dasar yang digunakan untuk menentukan
risiko bencana adalah menurut Winaryo (2007) sebagai berikut: R = Risk
(Risiko) H = Hazard (Ancaman) C = Capacity (Kapasitas) V =
Vulnerability (Kerentanan) Berdasarkan formulasi diatas terdapat 3
komponen utama dalam penyusunan peta risiko yaitu ancaman (H),
kerentanan (V), dan kapasitas (C).
Dalam penyusunannya pemetaan risiko ini menggunakan 3 kelas
skoring dan metode pembobotan untuk masing-masing parameter. Nilai
risiko akhir didasarkan operasi fungsi diatas dengan menggunakan nilai
total masing-masing komponen. Berikut ini akan diuraikan masing –
masing komponen penyusunan peta risiko. 3.1 Pemetaan Ancaman
(Hazard) Berdasarkan UU No. 24/2007 ttg PB, Pasal 1, Ayat 13 pengertian
ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
Ancaman merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi
risiko bencana di suatu daerah. Mengacu pada UU No. 24/2007, terdapat 9
jenis bencana yang harus dievaluasi dan dipetakan. Bencana tersebut
meliputi 7 bencana alam dan dua bencana non alam. Bencana tersebut
adalah sebagai berikut: Bencana Alam - Bencana non alam - Banjir -
Malaria - Tanah longsor - Demam berdarah - Kekeringan - Gempabumi -
Tsunami - Erupsi Gunungapi - Angin rebut.
4.1 Potensi
Dalam merumuskan isu strategis suatu wilayah diperlukan kajian dan
pengetuan mengenai potensi dari wilayah tersebut. Oleh karena itu dilakukan
analisa potensi Kabupaten Lampung Barat ditinjau dari aspek fisik dan
lingkungan, sosial budaya dan kependudukan, infrastruktur, sosial ekonomi,
dan kelembagaan dan pembiayaan.
4.1.3 Infrastruktur
A. Jaringan Jalan dan Transportasi
Jalan Lintas Barat Sumatera rentan mengalami bencana. Bencana yang
sering terjadi adalah tanah longsor, jalan terputus, dan minimnya
penerangan jalan yang rawan kecelakaan . Ruas jalan penghubung
Sukabumi-Suoh dan Liwa-Ranau memiliki kondisi rusak parah.
Kerusakan jalan di ruas jalan penghubung Liwa-Ranau sudah banyak
menyebabkan kecelakaan lalu lintas terutama pengendara sepeda motor.
Longsor di jalan nasional, ruas Bukit Kemuning, akses transportasi
lumpuh total Akses masyarakat terhadap perguruan tinggi masih rendah.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat yang disebabkan oleh fakor
keterbatasan akses dan pendapatan masyarakat untuk melanjutkan sekolah
pada jenjang yang lebih tinggi. Lampung Barat merupakan daerah dengan
kawasan pegunungan yang masih banyak diselimuti kabut sepanjang jalan
Masih ada wilayah yang belum terkoneksi dengan sistem jaringan jalan
dan transportasi. Belum semua pusat-pusat kegiatan dapat dijangkau oleh
angkutan umum.
B. Jaringan Listrik
Lampung barat memiliki potensi panas bumi yang terletak di Sekincau
berpotensi untuk dikembangkannya pembangkit listrik. geothermal ini
sebagai energi masa depan yakni pembangkit listrik tenaga panas bumi
yang lebih ramah lingkungan. Potensi tersebut diperkirakan dapat
menghasilkan kurang lebih 495MW. Serta terdapat Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di sungai way semangka dan Terdapat
PLTA Way Besai.
C. Jaringan Telekomunikasi
Lampung Barat mendapatkan bantuan dari BUMN Bakti Kementrian
Komunikasi dan Informasi RI bertujuan untuk pemerataan koneksi di Kab.
Lampung Barat dengan adanya pembangunan menara bts di beberapa
pekon dan bantuan Jaringan FO dari Telkom. Kemudian, Infrastruktur
telekomunikasi sebagai salah satu faktor pendukung yang penting untuk
mencapai sasaran meningkatnya konektifitas antar wilayah. Sebanyak
tujuh menara telekomunikasi akan dibangun di Lampung Barat tahun
2020. Pembangunan tower tersebut diharapkan meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD) Kab. Lampung Barat.
D. Jaringan Air Bersih
Tersedianya sarana dan prasana yang baik berupa sanitasi yang
berkaitan dengan air bersih di Lampung Barat. Dilakukan kajian terus
menerus oleh pihak PDAM guna mengusulkan sumber sumber mata air
baru. Lampung Barat yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan hasil
perkebunannya juga diimbangi dengan sumber mata air yang berlimpah.
PDAM Limau Sekincau menjamin ketersediaan serta pengelolaan air
bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Letaknya yang
dikelilingi Taman Nasional Bukit Barisan membuat Lampung Barat
memiliki daya resap air hujan yang baik, sehingga sumber air cukup baik
dari segi kualitas maupun kuantitas.
E. Jaringan Drainase
Saluran drainase berada di ruas jalan penghubung Bukit Kemuning-
Liwa yang merupakan jalan nasional dan di Pekon (Desa) Bakhu,
kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat. Kabupaten Lampung
Barat memiliki anggaran pada tahun 2018 ini dengan mengalokasikan
dana sebesar Rp140.959.000,- pada anggaran pendapatan dan belanja
pekon (APB-P), untuk pembangunan talut penahan tanah (TPT) dan juga
drainase. Akan dilaksanakannya normalisasi saluran dan koodinasi dengan
Pihak Pemda dan Camat / Lurah untuk Penyediaan Tempat Bidang Bina
Marga PUPR Kabupaten Lampung Barat, mengaktifkan kembali saluran
air siring atau drainase serta membuat sumur-sumur resapan secara teknis
akan dikoordinasikan oleh PU Bina Marga dan menurunkan alat berat.
Sistem drainase buruk, menyebabkan beberapa daerah kerap
kebanjiran. genangan air dengan ketinggian mencapai 30 centimeter (cm)
di beberapa titik. Hal ni dikarenakan, posisi drainase yang ada tepat di
samping rumahnya itu cukup rendah ketimbang posisi drainase lainnya.
Pemerintah selalu membangun jalan tapi sebaik apapun kualitas jalan itu
jika tidak disertai dengan pembuatan drainasenya maka jalan itu akan
cepat rusak Bencana banjir belum teratasi karena Pemkab Lampung Barat
baru merencanakan pembenahan saluran pembuangan air tahun depan.
Papan informasi dan saluran drainase di Kabupaten Lampung barat diduga
asal jadi. Dikaranakan, bangungan tersebut terkensa amburadul dan tidak
transparan hanya menghabiskan anggaran tanpa kualitas dan mutu yang
cukup baik. padahal untuk pembangunan saluran drainase serta papan
informasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. serta pelaksana pada
pekerjaan tersebut terksean mangkir dari kesalahan pekerjaannya.
F. Jaringan Persampahan
Di Lampung barat adanya pelatihan pengelolaan persampahan 3R
tentang pemanfaatan kembali sampah plastik rumah tangga, serta adanya
pemilahan dan pengolahan sampah yang masih bisa dimanfaatkan antara
sampah organik dengan non organik agar dari pemilahan sampah tersebut
dapat bernilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat
Lampung Barat. Kemudian adanya Sosisialisasi dan himbauan kepada
masyarakat agar masyarakat tidak membuang sampah secara sembarangan
di sungai maupun di pinggir jalan nasional yang dapat menyebabkan
bencana longsor, Pemerintah Daerah Lampung Barat juga meminta kepada
masyarakat untuk membuat tempat pembuangan sampah seperti lubang
sampah secara mandiri, di Lampung Barat terdapat rencana penyisiran
sampah ke tiap-tiap kecamatan dari Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Lampung Barat.
G. Pendidikan
Pihak Kementerian PUPR kan melakukan pendataan terhadap 46
sekolah SD dan SMP di Lampung Barat untuk mendapatkan program
bantuan sosial berupa pelaksanaan pembangunan fisik. Kemudian, adanya
bantuan dari Pemerintah Kabupaten Lampung Barat berupa seragam
sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP yang bertujuan untuk
pemerataan pendidikan di Kabupaten Lampung Barat serta peningkatan
jaringan internet di beberapa daerah di Kabupaten Lampung Barat untuk
mendukung pembelajaran secara online (dalam jaringan) yang diharapkan
dapat berjalan dengan maksimal. Dinas Perpustaakaan dan Kearsipan Kab.
Lampung Barat memberikan bantuan berupa Bentor Perpustakaan keliling
untuk 4 kecamatan yakni Kec. Kebun tebu, Way tenong, Sekincau dan
kec. BNS.
H. Perdagangan
Salah satu arahan dalam tata ruang lampung barat yang tertulis pada
perda Kabupaten Lampung Barat No..1 Tahun 2012. Menyebutkan bahwa
pada kawasan strategisnya mengadakan sarana dan prasarana mendukung
perkembangan ekonomi dan penggunaan teknologi tinggi guna membantu
kegiatan ekonomi.
I. Evakuasi Bencana
Bandar udara Pekon Seray di Kabupaten Lampung Barat selain untuk
keperluan navigasi dan mitigasi bencana alam,dapat difungsikan menjadi
bandar udara umum. Mitigasi bencana alam disesuaikan dengan kondisi
geologi Lampung yang sebagian besar wilayahnya (bagian barat) berada di
wilayah pertemuan dua lempeng tektonik. Kebijakan pembangunan
berwawasan lingkungan memberikan ruang untuk mengembangkan
kemampuan dan penerapan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadap ancaman kerawanan bencana alam pada
masyarakat. Untuk itu perlu ditingkatkan identifikasi dan pemetaan
daerah-daerah rawan bencana agar dapat diantisipasi secara dini sejak
sebelum terjadi. Hal ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat
dan memberikan perlindungan terhadap manusia dan harta benda dengan
perencanaan wilayah yang perduli/peka terhadap bencana alam.
Mengembangkan wilayah melalui pembangunan infrastruktur secara
berkeadilan, dengan memperhatikan aspek mitigasi bencana dan
berwawasan lingkungan. Sehingga dalam hal ini meningkatnya
kesiapsiagaan Bencana dengan strategi Pemantapan prasarana, sarana,
fasilitas, dan utilitas pendukung mitigasi bencana dengan menerapkan
teknologi sehingga Meningkatnya daya tanggap masyarakat terhadap
bencana
3 Kab. Lampung Barat Jl. R. Intan No.009 Suka Menanti Pasar 12101.1.0003
Liwa Lampung Barat, Lampung Tlp. 0728- /09/13/19
21255
5 Kab. Lampung Barat Jl. Jendral Sudirman No.99 Kota Agung 12101.1.0005
Liwa Lampung Barat, Lampung 34816 Tlp. /31
0728-21647
18 Kab. Lampung Barat Jl. Lintas Suoh, Pekon Bumi Hantatai 12101.1.0018
Kecamatan Suoh-Lampung Barat Tlp. /99/99
081379854808
23 Kab. Lampung Barat Jl. Jendral Sudirman Pekon Gunung Sugih 12101.1.0023
Kec. Balik Bukit Liwa Lampung Barat,
/31
Lampung 34816. Kab. Lampung Barat /
Kota Liwa Tlp. 085669996665
24 Kab. Lampung Barat Jl. Lintas Krui Samping Alfa Mart Simpang 12101.1.0024
Rawas Kampung Jawa Krui Lampung Barat, /99
Lampung Tlp. 085267958572
26 Kab. Lampung Barat Jl. Kesuma Raya No.16 Pasar Baru Krui 12101.1.0026
Lampung Barat, Lampung 34874 Tlp. /09
085383710078
27 Kab. Lampung Barat Jl. Raya Merdeka No.40 Kawasan Sekuting 12101.1.0027
Terpadu Pekon Watas Lampung Barat, /09
Lampung 34816 Tlp. 085658363601
28 Kab. Lampung Barat Jl. Lintas Liwa Puralaksana Kec. Way 121
Tenong Lampung Barat Lampung Barat, /09/19
Lampung 34884 Tlp. 085788497001
Sumber: lkpmister.wordpress.com
Tabel 4.2 LKP Lampung Barat Belum ber NILEK
N
Kabupaten/Kota Nama LKP Alamat
o
Jln. Seblat Kec. Sukau Lampung
1 Lampung Barat IDE.COM
Barat
Sumber: lkpmister.wordpress.com
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah LKP Lampung barat yang
sudah ber NILEK berjumlah 28, sedangkan LKP yang belum ber NILEK
berjumlah 3. Dari data tersebut menunjukan bahwa Pendidikan Non
Formal di Kabupaten Lampung Barat mengalami peningkatan.
4) Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Lampung Barat Gelar
Pelatihan Pembinaan Tata Kelola Statistik Sektoral
Pemerintah Kabupaten Lampung Barat menggelar Pendidikan dan
Latihan (Diklat) Tata Kelola Statistik Sektoral yang dibuka oleh Staff Ahli
Bidang Administrasi Umum Edy Yusuf S.Sos., MH. Pentingnya
memahami statistik sektoral bagi pembangunan guna mewujudkan
pembangunan yang baik dan akuntabel, diperlukannya satu data dalam
pembangunan agar menjadi dasar bagi pemerintah dalam mengambil
keputusan. Sehingga kegiatan ini dapat mengimplementasikan hasil
pelatihan tersebut di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) masing-masing.
(Sumber: lintaslampung.com, 2020)
B. Pembiayaan
1) Lampung Barat Tahun 2020 Alokasikan Rp2,947 Miliar untuk Perkebunan
dan Peternakan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Barat mengalokasikan
dana Rp2,947 miliar melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) 2020 untuk pembangunan di bidang perkebunan dan peternakan.
Dana itu akan diperuntukan tiga program, antara lain:
i. Pertama, untuk program penyediaan dan pengembangan sarana dan
prasarana perkebunan dan peternakan Rp857 juta. Program ini
meliputi sekolah lapangan pengelolaan lahan dan air. Kemudian
peningkatan daya guna lahan perkebunan, pengembangan
kewirausahaan dan penguatan kelembagaan kelompok tani
pengelola tanaman perkebunan. Ada juga untuk dukungan
pembiayaan perkebunan dan peternakan, pengembangan usaha tani
perkebunan berbasis konservasi dan penyusunan peta tematik.
ii. Kedua, Rp1,026 miliar untuk program peningkatan nilai tambah,
daya saing, dan pemasaran hasil perkebunan. Program meliputi
promosi hasil produksi perkebunan unggulan, penanganan
pascapanen, dan pengolahan hasil komoditas perkebunan, Festival
Kopi Lambar, dan operasional sekolah kopi robusta Lambar.
iii. Ketiga untuk program peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman perkebunan Rp1,063 miliar. Jumlah itu digunakan
pengembangan tembakau pada kelompok tani, bimbingan teknis
dan pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan,
pembangunan agro-tekno park kopi robusta Liwa Lampung (ATP
Korolla), diversifikasi tanaman kopi dengan tanaman perkebunan,
intensifikasi dan peremajaan tanaman kopi serta pembinaan usaha
pembenihan tanaman perkebunan.
Tiga program tersebut merupakan prioritas Pemerintah Kabupaten dengan
tujuan peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu dari hasil tanaman
perkebunan maupun peternakan. (Sumber: lampost.co, 2020)
4.2.3 Infrastruktur
A. Jaringan Jalan dan Transportasi
Jalan Lintas Barat Sumatera rentan mengalami bencana. Bencana
yang sering terjadi adalah tanah longsor, jalan terputus, dan minimnya
penerangan jalan yang rawan kecelakaan . Ruas jalan penghubung
Sukabumi-Suoh dan Liwa-Ranau memiliki kondisi rusak parah.
Kerusakan jalan di ruas jalan penghubung Liwa-Ranau sudah banyak
menyebabkan kecelakaan lalu lintas terutama pengendara sepeda motor.
Longsor di jalan nasional, ruas Bukit Kemuning, akses transportasi
lumpuh total Akses masyarakat terhadap perguruan tinggi masih rendah.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat yang disebabkan oleh fakor
keterbatasan akses dan pendapatan masyarakat untuk melanjutkan sekolah
pada jenjang yang lebih tinggi. Lampung Barat merupakan daerah dengan
kawasan pegunungan yang masih banyak diselimuti kabut sepanjang jalan
Masih ada wilayah yang belum terkoneksi dengan sistem jaringan jalan
dan transportasi. Belum semua pusat-pusat kegiatan dapat dijangkau oleh
angkutan umum.
B. Jaringan Listrik
Pemerataan aliran listrik di Lampung Barat belum terlaksana.
beberapa pekon di lampung barat belum teraliri listrik dikarenakan oleh
terhalang oleh kawasan hutan lindung dan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS) hal tersebut menjadi polemik karena belum
mendapatkan izin dari pemerintah pusat untuk membelah kawasan lindung
tersebut.
Kemudian dengan aktifitas PLTMH menyebabkan banjir di tiga pekon
akibat aliran sungai di sekitar lokasi pembangunan PLTMH menyempit
dan terjadi pendangkalan. Serta daya listrik yang dialirkan di Kabupaten
Lampung Barat tidak optimal karena persoalan debit air tidak cukup untuk
memutarkan turbin PLTA.
C. Jaringan Telekomunikasi
Sebanyak 5 Pekon dan 5 Kelurahan di Lampung Barat belum
terjangkau oleh jaringan telekomunikasi dan internet, hal ini disebabkan
oleh kondisi di wilayah yang berbukit sehingga jangkauan sinyal yang
dihasilkan oleh menara tidak dapat maksimal. Kondisi di wilayah sebagian
besar merupakan wilayah perbukitan sehingga jangkauan signal yang
dihasilkan oleh menara tidak dapat maksimal.
D. Jaringan Air Bersih
Kurangnya kualitas perpipaan air bersih dalam menopang
ketersediaan air bersih di Lampung Barat. Kemarau yang terjadi di
Lampung Barat menyebabkan berkurangnya ketersediaan air tanah yang
tersedia, sehingga dibutuhkan pembuatan sumber – sumber mata air baru.
Sulitnya akses jalan yang menyebabkan pendistribusian air menggunakan
pipa terhambat.
E. Jaringan Drainase
Sistem drainase buruk, menyebabkan di beberapa kelurahan di
Kabupaten Lampung Barat kerap kebanjiran. genangan air dengan
ketinggian mencapai 30 centimeter (cm) di beberapa titik. Hal ni
dikarenakan, posisi drainase yang ada tepat di samping rumahnya itu
cukup rendah ketimbang posisi drainase lainnya.
Setiap musim penghujan di beberapa lokasi di sepanjang jalan
penghubung sering digenangi air setinggi 15-20cm atau di sepanjang jalan
±750 M tidak adanya drainase, yang sangat dikeluhkan oleh masyarakat,
terutama yang bertempat tinggal di sepanjang sisi kiri kanan jalan tersebut
yang kemudian menjadi lingkungan kumuh dan rentan sekali akan
penyebaran penyakit terutama pada anak-anak. Buruknya kualitas drainase
jalan terutama dijalan lintas nasional di wilayah Lampung Barat membuat
kondisi jalan cepat mengalami kerusakan akibat terkikis/tergerus karena
air tergenang dibadan jalan.
Tidak berfungsinya drainase pada jalan nasional. Pemerintah selalu
membangun jalan tapi sebaik apapun kualitas jalan itu jika tidak disertai
dengan pembuatan drainasenya maka jalan itu akan cepat rusak. Papan
informasi dan saluran drainase dibeberapa lokasi di Kabupaten Lampung
Barat barat diduga asal jadi. Dikaranakan bangungan tersebut terkensa
amburadul dan tidak transparan hanya menghabiskan anggaran tanpa
kualitas dan mutu yang cukup baik. padahal untuk pembangunan saluran
drainase serta papan informasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. serta
pelaksana pada pekerjaan tersebut terksean mangkir dari kesalahan
pekerjaannya.
F. Jaringan Persampahan
Masyarakat di Lampung Barat masih sering membuang sampah secara
liar atau sembarangan seperti di pinggir jalan nasional dan sungai, hal itu
disebabkan karena masih kurang meratanya TPS (Tempat Pembuangan
Sementara), dan program penyisiran sampah di tiap-tiap kecamatan. Maka
dari itu, karena pengelolaan sampah yang belum maksimal dan masih
seringnya masyarakat membuang sampah secara liar di sungai dan di
pinggir jalan nasional dapat menyebabkan Kabupaten Lampung Barat
menjadi kawasan rawan banjir dan longsor.
G. Pendidikan
Kabupaten Lampung Barat Belum meratanya penyebaran tenaga
pendidik, sarana, dan prasarana yang dapat menunjang mutu pendidikan
seperti ketersediaannya buku pelajaran dan buku penunjang lainnya,
laboratorium, dan media pembelajaran lainnya. Akses ke pelayanan
pendidikan setingkat SMP lebih sulit dibandingkan akses pelayanan
pendidikan setingkat SD. Jarak yang lebih jauh untuk mencapai pelayanan
pendidikan setingkat SMP menjadi salah satu kendala. Masih kurangnya
ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan. Serta, adanya pandemi
COVID-19 yang menyebabkan pembelajaran dilakukan secara online
(dalam jaringan). Sedangkan banyak daerah di Lampung Barat yang belum
memiliki jaringan internet yang mumpuni.
H. Evakuasi Bencana
Di Lampung Barat sekitar 80% wilayah merupakan daerah rawan
bencana alam (jalur gempa, longsor, banjir) Masyarakat Lampung Barat
masih lemah dalam bidang kesiapsiagaan bencana sehingga perlunya
Pelatihan Penanggulangan Bencana, Pelayanan penyelamatan bencana dan
evakuasi korban bencana, serta pelayanan informasi rawan bencana. Di
Lampung Barat juga rendahnya kepedulian dalam menjaga kelestarian
alam, maka dari itu diperlukannya kontribusi masyarakat dalam menjaga
lingkungan alam.
4.2.4 Sosial Ekonomi
Aspek soaial ekonomi memiliki masalah baik ditinjau secara internal
atau secara ekternal yang dijabarkan dibawah ini:
A. Masalah Internal Aspek Sosial Ekonomi
Masalah sosial ekonomi yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat
sangat beragam. Pada aspek ekonomi produktivitas kopi yang menjadi
komoditas utama menjadi masalah dan penting untuk diatasi. Produksi
kopi memiliki masalah dari kondisi topografi yaitu kemiringan lahan
menjadi salah satu tantangan bagi petani. Tidak hanya kemiringan lahan
tetapi iklim tertentu yang mengakibatkan daerah Lampung Barat menjadi
daerah rawan bencana alam seperti longsor dan banjir. Saat terjadi bencana
alam maupun iklim tertentu seperti hujan lebat yang berkepanjangan, maka
akan dapat menurunkan produktifitas produksi kopi.
Indeks Pembangunan Manusia atau yang biasa disingkat dengan IPM
pada Kabupaten Lampung Barat menjadi masalah. IPM menjadi masalah
karena posisi IPM yang masih berada pada posisi tertinggal jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain pada Provinsi Lampung. Posisi
tertinggal ini dibuktikan dengan posisi urutang IPM Kabupaten Lampung
Barat yang berada pada urutan kesepuluh dari lima belas Kabupaten/Kota
yang berada di Provinsi Lampung. Tidak hanya IPM tapi UKM yang
terapat di Kabupaten Lampung Barat juga memiliki masalah, ini ditandai
dengan kurangnya kreasi maupun inovasi sehingga kurang memiliki daya
saing.
B. Ancaman Eksternal Aspek Sosial Ekonomi
Masalah ekonomi yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat
sangatlah beragam dan salah satunya yaitu dari segi agropolitan khususnya
kopi merupakan komoditas ungguulan yang sangat berpengaruh dalam
perekonomian Kabupaten Lampung Barat, namun adanya persaingan
bebas yang akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam penentuan harga
pasar. Ketidakseimbangan harga pasar membuat Kabupaten Lampung
Barat tidak dapat bersaing dan hal ini akan berdampak pada menurunnya
pertumbuhan ekonomi. Dalam pertumbuhan ekonomi juga di dukung
dengan SDM yang memadai, sedangkan pada Kabupaten Lampung Barat
SDM yang tersedia masih belum optimal.
Kabupaten Lampung Barat memiliki luas ±4.950,40 (13,99% dari luas
Provinsi Lampung). Sekitar 57% berupa kawasan hutan dan hutan lindung.
Sementara itu 43% merupakan lahan yang dialokasikan untuk
permukiman, pertanian, dan lainnya. Sebagian besar wilayah Lampung
Barat merupakan hutan konservasi dengan luasan ±86,68 Hektar dan
kawasan pelestarian alam (TNBBS) ±250.141 Hektar sehingga jumlah
lahan yang dapat di budidayakan untuk menunjang peningkatan
perekonomian sangat terbatas..
Dari data kasus sengketa tanah pada tahun 2018 bahwa jumlah kasus
sengketa tanah yang belum selesai adalah 11 kasus, antara lain:
Konflik/sengekta tanah pasar lama Sekincau di Kecamatan
Sekincau
Konflik tanah Pustu Tambak Jaya di Kecamatan Way Tenong
Konflik/sengketa tanah rumah dinas SDN 01 Sukapura di
Kecamatan Sumber Jaya
Tumpang tindih kepemilikan tanah di lokasi Kebun Raya Liwa
Klaim kepemilikan tanah di lokasi ex erfacht
Konflik/sengketa tanah Sukapura Kecamatan Sumber Jaya
Konflik/sengketa tanah Talang Jerambah Kecamatan Sumber Jaya
Konflik/sengketa antara masyarakat dengan universitascBrawijaya
Malang di Pekon Sindang Pagar
Konflik/sengketa tanah antara masyarakat Serdang Kelurahan Way
Mengaku dengan Unila
Konflik/sengketa tanah hibah SMPN 2 Way Tenong
Konflik/sengketa tanah Rest Area di Kecamatan Sumber Jaya
Dari data diatas dapat dilihat bahwa masih banyak aset tanah terutama
milik pemerintah Kabupaten Lampung Barat yang tidak atau belum
didukung bukti kepemilikan yang sah. Masih terdapat kurang lebih 300
bidang tanah milik Pemkab Lampung Barat yang belum bersertifikat
karena terkendala masalah alas hak, baik dikarenakan hilang atau memang
ketika penyerahan aset dari Kabupaten Lampung Utara pada tahun 1991
tidak disertai dengan penyerahan dokumen pendukung alas hak hanya
berupa berita acara. (Sumber: RKPD,2018)