Kata Pengantar
Kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik terutama Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini
mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan
hidup perkotaan yang berdampak keberbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering
terjadinya banjir, peningkatan pencemaran udara, dan menurunnya produktivitas masyarakat
akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi social. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang memberikan landasan untuk pengaturan ruang terbuka hijau
dalam rangka mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan kemudian untuk mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang diperlukan adanya panduan berupa roadmap perencanaan pemenuhan
RTH dalam menentukan langkah lebih lanjut. Laporan pendahuluan ini merupakan tahap awal
dari penyusunan roadmap tersebut. Laporan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran,
ruang lingkup, metode, dan jadwal kegiatan
Terima kasih
Tim Penyusun
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | ii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................. i
Daftar Isi...........................................................................................................................................ii
3.2.1 Iklim......................................................................................................................... 32
4.5 Perumusan Target Pencapaian, Rencana, Kriteria keberhasilan, Agenda prioritas, dan
tahapan kerja pelaksanaan ....................................................................................................... 47
Daftar Tabel
Tabel 2-2 Ketentuan RTH RTH Taman Kota, Hutan Kota ............................................................. 24
Tabel 3-2 Curah Hujan, Hari Hujan Dan Rata-Rata Curah Hujan Di Kota Salatiga Tahun 2017
(Mm)* ........................................................................................................................................... 32
Tabel 3-4 Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kota Salatiga Tahun 2018 (Ha)....... 34
Tabel 2-5 Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha) ............. 35
Daftar Gambar
Gambar 2-1 Tipologi RTH .............................................................................................................. 20
Gambar 2-2 Kedudukan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan RTH dalam RTR Kawasan
Perkotaan...................................................................................................................................... 20
Daftar Peta
Peta 3-1 Administrasi Kota Salatiga ............................................................................................. 31
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,
serta tujuan dan sasaran menjadi keluaran dari
penyusunan kegiatan ini.
Untuk memenuhi amanat UU No 27 Tahun 2007 serta maksud dan tujuan di PermenPU Nomor
05/PRT/M/2008 penyelenggaraan RTH tersebut maka Kota Salatiga dalam Peraturan Daerah
Nomor 04 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030
dalam pasal 40 ayat (4) mengamanatkan rencana pengembangan luasan RTH meliputi:
1. RTH minimal sebesar 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas 1.721
(seribu tujuh ratus dua puluh satu) hektar;
2. RTH publik minimal sebesar 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas
1.136 (seribu seratus tiga puluh enam) hektar; dan
3. RTH privat minimal sebesar 10 (sepuluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas
585 (lima ratus delapan puluh lima) hektar.
Permasalahan dalam pemenuhan luasan RTH minimal yang ditetapkan oleh UU 27 tahun 2007
dan Perda Nomor 04 tahun 2011 adalah jumlah RTH publik eksisting seluas kurang lebih 260 (dua
ratus enam puluh) hektar atau kurang lebih 4,6 (empat koma enam) persen, RTH privat eksisting
seluas 365 (tiga ratus enam puluh lima) hektar atau kurang lebih 6,4 (enam koma empat) persen
dari luas wilayah. Berdasarkan luasan tersebut diketahui bahwa luasan RTH minimal di Kota
Salatiga masih sangat kurang. Dalam Perda Nomor 04 tahun 2011, rencana pemenuhan RTH
publik Kota salatiga meliputi:
1. Pembangunan hutan kota seluas kurang lebih 402 (empat ratus dua) hektar tersebar di
wilayah Kota Salatiga;
2. pembangunan taman RT, taman RW dan taman kota seluas kurang lebih 112 (seratus dua
belas) hektar tersebar di wilayah Kota Salatiga;
3. pembangunan pemakaman terpadu seluas kurang lebih 21 (dua puluh satu) hektar di
masing–masing kecamatan;
4. pengadaan tanah kawasan lindung bawahannya seluas kurang lebih 46 (empat puluh enam)
hektar di Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun dan di ruas Jalan Lingkar Salatiga
di Kelurahan Kumpulrejo dan Kelurahan Dukuh;
5. pengadaan tanah di sempadan sungai seluas kurang lebih 220 (dua ratus dua puluh) hektar
di Kelurahan Tingkir Tengah, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan
Kutowinangun, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Cebongan, Kelurahan Ledok, Kelurahan
Kumpulrejo, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Gendongan, Kelurahan
Mangunsari, Kelurahan Dukuh, dan Kelurahan Kecandran;
6. pengadaan tanah di sempadan SUTET seluaskurang lebih 55 (lima puluh lima) hektar terdapat
di Kelurahan Tingkir Tengah, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Sidorejo Kidul, dan Kelurahan
Kauman Kidul;
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH |3
7. pembangunan jalur hijau seluas kurang lebih 4 (empat) hektar di ruas ruas Jalan Lingkar
Salatiga; dan
8. pembangunan taman wisata seluas kurang lebih 16 (enam belas) hektar di Kelurahan Bugel.
Untuk menjelaskan rencana pemenuhan RTH publik Kota Salatiga sesuai Perda Nomor 04 tahun
2011 maka perlu disusun sebuah panduan tahapan lebih detail berupa roadmap perencanaan
pemenuhan RTH di Kota Salatiga.
Memberikan panduan pelaksanaan tugas yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
dalam rangka perencanaan pemenuhan RTH; dan
Memberikan panduan pelaksanaan koordinasi antara Pemerintah, OPD di Pemkot Salatiga
dan stakeholder terkait lainnya dalam perencanaan pemenuhan RTH Kota Salatiga
1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan ini adalah:
Tersedianya panduan pelaksanaan tugas yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
dalam rangka perencanaan pemenuhan RTH; dan
Terselenggaranya koordinasi antara Pemerintah, OPD di Pemkot Salatiga dan stakeholder
terkait lainnya dalam perencanaan pemenuhan RTH Kota Salatiga sesuai dengan ketentuan
dan peraturan perundangan
Data tentang peraturan perundangan yang terkait baik peraturan dari pusat maupun
daerah terkait RTH
Data dokumen atau rencana terkait RTH di Kota Salatiga
Data kependudukan, kondisi fisik dan nonfisik di Kota Salatiga
Data tentang struktur organisasi, tugas fungsi, rencana dan strategi tentang RTH di OPD
yang terkait.
Data kondisi fisik dan lingkungan RTH, sarana prasarana, RTH dan data lain yang relevan.
Analisis
Penyusunan RoadMap
Koridor hijau dikembangkan sebagai urban park connector yang menghubungkan RTH di
seluruh kota, dilengkapi dengan jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi alternatif jalur
transportasi kendaraan tidak bermotor.
Rekomendasi akuisisi RTH Privat Menjadikan Bagian RTH Perkotaan Akuisisi RTH privat
menjadi RTH Perkotaan melalui langkah-langkah sebagai berikut
Penerapan koefisien dasar hijau (KDH) pada lahan-lahan privat yang dimiliki
masyarakat dan swasta melalui pengurusan izin mendirikan bangunan;
pendataan dan penetapan RTH privat pekarangan rumah, sekolah, perkantoran,
hingga pengembangan (kawasan terpadu, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen)
sebagai bagian dari RTH kota;
rekomendasi Pemberian insentif bagi warga mengizinkan lahannya untuk diakuisisi
berupa keringanan pajak, pajak air tanah, pembayaran tagihan listrik dan telpon.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Bangunan Gedung Negara;
11. Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan
Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
14. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor Tahun 2011. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Salatiga Tahun 2010 - 2030
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH |7
Pasal 28
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan. Selain itu dalam:
Pasal 28
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten berlaku mutatis mutandis untuk
perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain:
Pasal 29
Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen
dari luas wilayah kota.
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang
termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman
umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH |9
privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang
ditanami tumbuhan.
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan system mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah,
masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung
miliknya.
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan
oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat
lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh
masyarakat.
Pasal 30
Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki
pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka nonhijau diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 36
Rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota terbuka hijau publik dalam rencana tata
ruang wilayah kota paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota terbuka hijau privat dalam rencana tata
ruang wilayah kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas wilayah kota.
Apabila luas ruang terbuka hijau, memiliki total luas lebih besar dari 30% (tiga puluh persen),
proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 10
Apabila ruang terbuka hijau publik tidak terwujud setelah masa berlaku rencana tata ruang
wilayah kota berakhir, pemerintah daerah kota dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana penyediaan ruang terbuka hijau publik dilaksanakan secara terdistribusi sesuai hierarki
tingkat pelayanan kota, peruntukan lahan, dan kebutuhan fungsi tertentu. Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dalam mewujudkan rencana penyediaan
ruang terbuka hijau publik antara lain melalui:
pemanfaatan lahan terlantar publik, pemulihan kembali fungsi-fungsi ruang terbuka, dan
pengadaan tanah;
pengalokasian anggaran secara bertahap untuk melaksanakan penyediaan ruang terbuka
hijau publik; dan
pengembangan kerja sama kemitraan dengan masyarakat dalam meningkatkan penyediaan
ruang terbuka hijau publik.
lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;
berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan
jalur; dan
didominasi komunitas tumbuhan
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 11
Untuk lokasi RTH Kota berdasarkan peraturan zonasi dapat berada di:
sempadan pantai, dan empadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk (pasal 100)
kawasan rawan banjir (pasal 102)
kawasan sempadan mata air (pasal 106)
D. Peraturan Daerah Nomor 04 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030
Peraturan Daerah Nomor 04 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Tahun 2010 – 2030 dalam pasal 40 ayat (4) mengamanatkan rencana pengembangan luasan RTH
meliputi:
1. RTH minimal sebesar 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas 1.721
(seribu tujuh ratus dua puluh satu) hektar;
2. RTH publik minimal sebesar 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas
1.136 (seribu seratus tiga puluh enam) hektar; dan
3. RTH privat minimal sebesar 10 (sepuluh) persen dari luas wilayah atau kurang lebih seluas
585 (lima ratus delapan puluh lima) hektar.
Permasalahan dalam pemenuhan luasan RTH minimal yang ditetapkan oleh UU 27 tahun 2007
dan Perda Nomor 04 tahun 2011 adalah jumlah RTH publik eksisting seluas kurang lebih 260 (dua
ratus enam puluh) hektar atau kurang lebih 4,6 (empat koma enam) persen, RTH privat eksisting
seluas 365 (tiga ratus enam puluh lima) hektar atau kurang lebih 6,4 (enam koma empat) persen
dari luas wilayah. Berdasarkan luasan tersebut diketahui bahwa luasan RTH minimal di Kota
Salatiga masih sangat kurang. Dalam Perda Nomor 04 tahun 2011, rencana pemenuhan RTH
publik Kota salatiga meliputi:
Pembangunan hutan kota seluas kurang lebih 402 (empat ratus dua) hektar tersebar di
wilayah Kota Salatiga;
pembangunan taman RT, taman RW dan taman kota seluas kurang lebih 112 (seratus dua
belas) hektar tersebar di wilayah Kota Salatiga;
pembangunan pemakaman terpadu seluas kurang lebih 21 (dua puluh satu) hektar di
masing–masing kecamatan;
pengadaan tanah kawasan lindung bawahannya seluas kurang lebih 46 (empat puluh enam)
hektar di Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun dan di ruas Jalan Lingkar Salatiga
di Kelurahan Kumpulrejo dan Kelurahan Dukuh;
pengadaan tanah di sempadan sungai seluas kurang lebih 220 (dua ratus dua puluh) hektar
di Kelurahan Tingkir Tengah, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 12
Dengan adanya road map menjadi instrumen yang mempersatukan seluruh kegiatan dalam
lingkungan yang membatasinya
Road map dapat memberikan petunjuk tentang dari mana dan akan kemana perubahan
dilakukan dalam rangka mensukseskan sebuah program. Hal ini sangat penting mengingat
pemahaman masing-masing orang berbeda beda. Terutama jika anda melakukan kegiatan
atau sebuah program dan bersama dengan tugas yang berbeda. Jika anda yang membuat
roadmapnya, maka anda harus memberikan pengarahan dan juga pemahaman akan program
tersebut.
Merupakan dokumen yang menjadi acuan untuk melakukan perubahan bagi setiap individu
di berbagai bidang.
Menjadi instrumen yang penting yang akan membantu perubahan lingkungan sekitarnya
sesuai dengan karakteristik atau sifat yang telah dimiliki.
Menjelaskan sebuah program atau rencana dengan sistematis dan juga tersusun sehingga
sangat penting bagi Anda yang melakukan penjelasan dengan sistem metode atau alur.
Pertama prinsip dasar yang harus anda ikuti saat membuat atau menggunakan roadmap,
haruslah jelas. Di mana roadmap harus mudah dipahami dan dapat dilaksanakan. Bukan
hanya oleh anda namun juga oleh semua orang yang membacanya.
Kedua roadmap haruslah ringkas. Roadmap bertujuan untuk menjelaskan secara keseluruhan
dengan poin-poin utama saja. Hal ini menjadikan ketika anda membuat roadmap maka harus
disajikan secara ringkas dan juga padat sesuai format dan juga konten yang akan ada
lampirkan. Selain itu roadmap sendiri memiliki template khusus sehingga orang tidak akan
salah.
Prinsip dasar selanjutnya adalah terukur. Di mana program kegiatan target waktu dan juga
harus dapat diukur dan dapat dijelaskan dalam suatu alur yang sama dan juga ringkas.
Sehingga adanya roadmap ini untuk menjelaskan berbagai pertanyaan yang mungkin saja
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 15
akan diajukan oleh anggota. Namun jika roadmap sudah tertulis dengan jelas dan baik, maka
tidak akan ada lagi pertanyaan dan mudah untuk dipahami.
Prinsip dasar selanjutnya adalah komitmen. Di mana roadmap merupakan kesepakatan
bersama yang memberikan gambaran kesadaran akan tanggung jawab. Sehingga harus
diketahui oleh semua pihak dan juga dipahami oleh semua pihak tidak boleh satu atau dua
orang saja.
Roadmap bisa masuk ke dalam dokumen yang sangat rinci. Roadmap ini merupakan rincian
dari pelaksanaan kegiatan dan juga hasil yang akan didapatkan dari kegiatan tersebut.
Sehingga biasanya membuat roadmap sembarangan. Namun mereka yang dapat mengerti
dan juga Memiliki gambaran luas akan kegiatan dan program tersebut.
Prinsip terakhir roadmap adalah merupakan dokumen resmi bagi beberapa program. Untuk
anda yang membuat roadmap, usahakan untuk tidak sembarangan dalam menunjukkan atau
menjelaskan roadmap kepada orang-orang yang tidak berkaitan atau tidak bertanggung
jawab. Roadmap masuk ke dalam dokumen resmi yang dapat ditetapkan dalam lingkungan
kerja yang bersangkutan.
Ringkasan eksekutif
Pendahuluan
Pencapaian
Rencana:
Kriteria keberhasilan:
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 16
Indikator adalah sebuaha instrumen yang memberikan informasi atau sebuah variabel , yang
bertujuan mengukur variabel perubahan atau proses. Dari jenisnya indikator dapat di
bedakan menjadi indikator keluaran (output) dan indikkator hasil (outcom) smentara dari
cara pengukuran dapat di bedakan kepada indikator kuantitas (kuantitative indicator).
Agenda prioritas
Dampak yang di timbulkan dari kegiatan dan aktivitas (tahapan kerja) yang di lakuakan
terhadap setiap kinerja saat ini.
Dampak yang di timbulkan dari kegiatan & aktivitas (tahapan kerja) yang di lakukan
terhadap kegiatan dan aktivitas (tahapan kerja) lainnya.
Sekuensi dari kegiatan dan aktivitas (tahap kerja) lainnya.
Elemen lansekap, adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana
yang merupakan pembentuk lansekap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati;
sedangkan yang dimaksud dengan benda hidup ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan
benda mati adalah tanah, pasir, batu, dan elemen-elemen lainnya yang berbentuk padat
maupun cair.
Garis sempadan, adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan bangunan dan atau
pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 17
sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta api,
jaringan tenaga listrik, pipa gas.
Hutan kota, adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak
dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di
dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).
Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada
umumnya berwarna hijau.
Lansekap jalan, adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan
jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang
mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan
manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri
khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan
terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan
jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.
Penutup tanah, adalah semua jenis tumbuhan yang difungsikan sebagai penutup tanah.
Perdu, adalah tumbuhan berkayu dengan percabangan mulai dari pangkal batang dan
memiliki lebih dari satu batang utama.
Pohon, adalah semua tumbuhan berbatang pokok tunggal berkayu keras.
Pohon kecil, adalah pohon yang memiliki ketinggian sampai dengan 7 meter.
Pohon sedang, adalah pohon yang memiliki ketinggian dewasa 7-12 meter.
Pohon besar, adalah pohon yang memiliki ketinggian dewasa lebih dari 12 meter.
Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka
terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk
dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air.
Ruang terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 18
Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi
perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas
lainnya agar tidak saling mengganggu.
Semak, adalah tumbuhan berbatang hijau serta tidak berkayu disebut sebagai herbaseus.
Tajuk, adalah bentuk alami dari struktur percabangan dan diameter tajuk.
Taman kota, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Taman lingkungan, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan.
Tanaman penutup tanah, adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat
selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara.
Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman
tanaman yang tetap (permanen).
Tanggul, adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan persyaratan teknis
tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpasan air sungai.
Vegetasi/tumbuhan, adalah keseluruhan tetumbuhan dari suatu kawasan baik yang berasal
dari kawasan itu atau didatangkan dari luar, meliputi pohon, perdu, semak, dan rumput.
memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru
kota);
pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung
lancar;
sebagai peneduh;
produsen oksigen;
penyerap air hujan;
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 19
Fungsi ekonomi:
sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;
bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain lain.
Fungsi estetika:
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan
ekologi dan konservasi hayati.
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta
fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan
fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus
memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang
cacat.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau selain dimuat dalam RTRW Kota,
RDTR Kota, atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga dimuat dalam RTR Kawasan Perkotaan yang
merupakan rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten.
Gambar 2-2 Kedudukan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan RTH dalam RTR Kawasan
Perkotaan
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis
Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:
RTH lingkungan/permukiman terdiri dari taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman
kecamatan dengan ketentuan luas, persentase dan jumlah minimal pohon sebagai berikut:
RTH Kota/Perkotaan
RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau
bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar
minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m. Taman ini
dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 22
dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua fasilitas
tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu,
dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon
pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai
berikut:
tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu
pondasi;
tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
kecepatan tumbuh sedang;
berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
jenis tanaman tahunan atau musiman;
jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
tahan terhadap hama penyakit tanaman;
mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Hutan Kota
Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota yang
berfungsi untuk:
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas hutan
kota;
Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya.
Sabuk Hijau
Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk
membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan
lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling
mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. Sabuk hijau dapat
berbentuk:
RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu,
dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah;
Hutan kota;
Kebun campuran, perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya (eksisting)
dan melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya.
Peredam kebisingan;
Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari;
Penapis cahaya silau;
Mengatasi penggenangan; daerah rendah dengan drainase yang kurang baik sering
tergenang air hujan yang dapat mengganggu aktivitas kota serta menjadi sarang
nyamuk.
Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin
perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 24
Mengatasi intrusi air laut; RTH hijau di dalam kota akan meningkatkan resapan air,
sehingga akan meningkatkan jumlah air tanah yang akan menahan perembesan air
laut ke daratan.
Penyerap dan penepis bau;
Mengamankan pantai dan membentuk daratan;
Mengatasi penggurunan.
Peredam kebisingan; untuk fungsi ini dipilih penanaman dengan vegetasi berdaun
rapat. Pemilihan vegetasi berdaun rapat berukuran relatif besar dan tebal dapat
meredam kebisingan lebih baik.
Ameliorasi iklim mikro; tumbuhan berukuran tinggi dengan luasan area yang cukup
dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari.
Penapis cahaya silau; peletakan tanaman yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi dan menyerap cahaya.
Mengatasi penggenangan.
Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin
perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur.
Mengatasi intrusi air laut; tanaman yang dipilih adalah yang daya evapotranspirasinya
rendah. Pada daerah payau dapat dipilih pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) dan
Asam Landi (Pichecolobium dulce).
Penyerap dan penepis bau; jalur pepohonan yang rapat dan tinggi dapat melokalisir
bau dan menyerap bau. Beberapa spesies tanaman seperti Cempaka (Michelia
champaca), Kenanga (Cananga odorata), dan Tanjung (Mimosups elengi) adalah
tanaman yang dapat mengeluarkan bau harum.
Mengamankan pantai dan membentuk daratan; sabuk hijau ini dapat berupa formasi
hutan mangrove, yang telah terbukti dapat meredam ombak dan membantu proses
pengendapan lumpur di pantai.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 25
Mengatasi penggurunan; sabuk hijau berupa jalur pepohonan yang tinggi lebar dan
panjang, yang terletak di bagian yang mengarah ke hembusan angin, dapat
melindungi daerah dari hembusan angin yang membawa serta pasir.
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–
30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan pemilihan
jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan
penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang
disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.
Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada
persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa taman
atau non taman. Dalam pedoman ini dibahas pulau jalan dan median yang berbentuk
taman/RTH.
Pada jalur tanaman tepi jalan berfungsi sebagai peneduh, penyerap polusi udara,
peredam kebisingan, pemecah angin, dan pembatas pandangan
Pada median jalan berfungsi sebagai: penahan silau lampu kendaraan
Pada Persimpangan Jalan, Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
penyelesaian lansekap jalan pada persimpangan, antara lain:
Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan
atau di dalam taman. Kriteria untuk jalur hijau jalan adalah sebagai berikut:
Aspek silvikultur:
1) Sifat biologi:
tanaman yang tahan dan dapat hidup dengan baik pada tempat yang ternaungi secara
permanen;
tidak membutuhkan penyinaran matahari secara penuh;
relatif tahan kekurangan air;
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 26
RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan rel kereta api, RTH
jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH
sempadan danau, RTH pengamanan sumber air baku/mata air, pemakaman.
Lokasi tanah yang akan dijadikan media tanam harus diolah terlebih dahulu. Tanah yang baik
sebagai media tanam adalah tanah yang gembur mengandung cukup unsur hara. Untuk
menghasilkan media tanam yang baik maka tanah harus digemburkan dengan menggunakan
cangkul hingga kedalaman pertumbuhan akar dan ditambahkan pupuk organik/kompos
secukupnya. Penanaman dapat dilakukan setelah tanah dibiarkan selama 3–5 hari.
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 27
Prinsip dasar pemupukan adalah mensuplai hara tambahan yang dibutuhkan sehingga
tanaman tidak kekurangan makanan. Pupuk yang diberikan pada tanaman dapat berupa
pupuk organik maupun pupuk anorganik (misalnya NPK atau urea). Pupuk yang digunakan
untuk pohon-pohon taman biasanya pupuk majemuk NPK.
Penyiraman
Pemangkasan
Data tentang peraturan perundangan yang terkait baik peraturan dari pusat maupun
daerah terkait RTH
Data, kebijakan serta strategi penyelenggaraan RTH;
Data terkait peta dasar dan rencana penataan ruang
Data dokumen atau rencana terkait dan karakteristik RTH eksisting di Kota Salatiga
Data tentang struktur organisasi, tugas fungsi, rencana dan strategi tentang RTH di
OPD yang terkait.
Proyeksi kebutuhan RTH dengan didasarkan pada trendline pertambahan jumlah dan
kepadatan penduduk, dan luas perkotaan. Analisis potensi preservasi dan lokasi baru
penyelenggaraan RTH. Analisis manajemen/pengelolaan serta kerjasama RTH, dan analisis
lainnya yang dapat mendukung tercapainya tujuan kegiatan
Isu strategis yang menjadi penentu keberhasilan pembangunan dan pengembangan RTH
mengacu pada proyeksi pembangunan RTH dan karakteristik RTH meliputi:
Jalur pedestrian;
Mendorong penanaman pohon di sempadan sungai;
Mendorong penanaman pohon di tepian badan air situ dan waduk/rawa;
Koridor hijau dikembangkan sebagai urban park connector yang menghubungkan RTH di
seluruh kota, dilengkapi dengan jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi alternatif jalur
transportasi kendaraan tidak bermotor.
Rekomendasi akuisisi RTH Privat Menjadikan Bagian RTH Perkotaan Akuisisi RTH privat
menjadi RTH Perkotaan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Penerapan koefisien dasar hijau (KDH) pada lahan-lahan privat yang dimiliki
masyarakat dan swasta melalui pengurusan izin mendirikan bangunan;
pendataan dan penetapan RTH privat pekarangan rumah, sekolah, perkantoran,
hingga pengembangan (kawasan terpadu, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen)
sebagai bagian dari RTH kota;
rekomendasi Pemberian insentif bagi warga mengizinkan lahannya untuk diakuisisi
berupa keringanan pajak, pajak air tanah, pembayaran tagihan listrik dan telpon.
Pencapaian, Rencana, Kriteria keberhasilan, Agenda prioritas, dan tahapan kerja pelaksanaan
penyelenggaraan wilayah RTH untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 30
Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang
(Desa Kesongo, Desa Watuagung);
Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak) dan
Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karangduren);
Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa
Gedangan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo);
Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan)
dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat).
Secara administratif Kota Salatiga mempunyai 4 kecamatan dan 23 kelurahan, dengan jumlah RT
sebanyak 1.093 dan RW sebanyak 201.
Berikut adalah rincian pembagian wilayah pada masing-masing kecamatan di Kota Salatiga:
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan
perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan
dan letak stasiun pengamat. Curah hujan tertinggi tercatat sebesar 355 mm pada bulan Oktober
dan hari hujan terbanyak tercatat sebanyak 11 hari pada bulan Januari dan Oktober. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3-2
Tabel 3-2 Curah Hujan, Hari Hujan Dan Rata-Rata Curah Hujan Di Kota Salatiga
Tahun 2017 (Mm)*
Berdasarkan Tabel 3-2 dapat dilihat bahwa untuk curah hujan tertinggi di Kota Salatiga pada
tahun 2017 terdapat di bulan Oktober yaitu sebesar 355 mm, sedangkan untuk yang terkecil
terdapat di bulan September yaitu sebesar 66 mm. Untuk rata-rata curah hujan pada tahun 2017
tertinggi terdapat di bulan Agustus yaitu sebesar 44,25 mm, sedangkan untuk yang terkecil
terdapat di bulan Januari yaitu sebesar 23, 73 mm
Struktur tanah yang ada di wilayah Kota Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut :
Bahan induknya terdiri dari tufa vulkanis intermedier, teksture remah dan konsegtasinya
gembur, produktivitas tanah sedang sampai tinggi. Jenis tanah ini terdapat di sebagian
wilayah Kota Salatiga dan ini sangat baik ditanami padi, palawija, sayur-sayuran, buah-
buahan, cengkih dan lain-lain.
Bentuk topografi Kota Salatiga dipengaruhi oleh bentuk struktur tanah jenis latozol coklat
berupa tufa vulkanis intermedier, yang memiliki tekstur remah dan konsehtensinya gembur,
produktifitas tanah sedang sampai tinggi. Bentuk stuktur tanah latozol coklat tua berada di
sekitar pegunungan Payung Rong cocok untuk pertanian dan tanaman campuran.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 34
Sedangkan secara morfologis, Kota Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu
dan diantara gunung-gunung kecil antara lain Gunung Gajah Mungkur, GUnung Telomoyo dan
Gunung Payung Rong pada dengan ketinggian antara : 450 - 825 m dpl (dari permukaan air laut).
Ketinggian 4 kecamatan dari permukaan air laut disajikan pada Tabel di 3.3. bawah ini.
Tabel 3-4 Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kota Salatiga Tahun 2018 (Ha)
Tabel 3-5 Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kecamatan (Ha)
Pada ruang terbuka hijau, Kota Salatiga memiliki luasan sebesar 889,416 Ha pada Tahun 2015
dengan Jumlah luasan RTH publik sebesar 321,166 Ha dan RTH Privat sebesar 568,25 Ha. Pada
tahun 2018 luasan RTH meningkat menjadi sebesar 889,868 Ha. Namun luasan tersebut hanya
sebesar 15,6% dari total luasan RTH minimal sebesar 30%. Berikut merupakan tabelnya.
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 36
No. Kecamatan Laki - Laki Perempuan Rumah Tangga Kepadatan (per km2)
1. Argomulyo 22.318 23.031 11.494 2.448
2. Sidomukti 21.840 22.771 11.353 4.229
3. Sidorejo 21.494 22.174 11.271 3.811
4. Tingkir 28.066 29.877 18.339 3.566
Jumlah 93.718 97.853 52.457 3.374
Sumber : Kota Salatiga Dalam Angka, 2019
mengkoordinasikan seluruh kegiatan ini dari awal sampai akhir antara tim penyusun dan Tim
teknis Kota.
Penyusunan desain survey pada awal kegiatan yang mencakup kebutuhan-kebutuhan data
dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan .
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 44
Pengumpulan atau kompilasi referensi telaah literatur atau best practice penyelenggaraan
RTH yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan .
Tujuan : Menyiapkan data atau kompilasi telaah literatur atau best practice
penyelenggaraan RTH
Metode : Diskusi dan Koordinasi
Langkah : – Koordinasi dengan pihak terkait
– Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait atau kompilasi telaah literatur
atau best practice penyelenggaraan RTH
Output : Gambaran roadmap penyelenggaraan RTH
Durasi : 2 (dua) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja
– Data tentang peraturan perundangan yang terkait baik peraturan dari pusat
maupun daerah terkait RTH
– Data, kebijakan serta strategi penyelenggaraan RTH;
– Data terkait peta dasar dan rencana penataan ruang
– Data dokumen atau rencana terkait dan karakteristik RTH eksisting di Kota
Salatiga
– Data tentang struktur organisasi, tugas fungsi, rencana dan strategi tentang
RTH di OPD yang terkait
– Data trendline pertambahan jumlah dan kepadatan penduduk,
– Data kapasitas suplai air oleh PAM (dalam m 3/tahun)
– Data potensi air tanah saat ini (dalam m3/tahun)
– Data kemampuan hutan kota dalam menyimpan air
– Data Jumlah kendaraan bermotor
– Data jumlah ternak
– Data manajemen/pengelolaan serta kerjasama RTH
Output : Data primer dan sekunder
Durasi : 4 (empat) minggu *
*Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan desain survey dan format kegiatan
Tujuan : Mengolah dan menyajikan data hasil survey serta melakukan analisis
Metode : Desk study
Langkah : – Analisa RTRW dan atau RDTR Kota Salatiga
– Analisa karakteristik RTH eksisting
– Analisa Data, kebijakan serta strategi penyelenggaraan RTH;
– Analisa peta dasar
– Analisa dokumen atau rencana terkait dan karakteristik RTH eksisting di Kota
Salatiga
– Analisa tentang struktur organisasi, tugas fungsi, rencana dan strategi
tentang RTH di OPD yang terkait
– Analisa trendline pertambahan jumlah dan kepadatan penduduk,
– Analisa Kebutuhan luas dan jenis RTH
– Analisa manajemen/pengelolaan serta kerjasama RTH
Penyusunan Roadmap Perencanaan Pemenuhan RTH | 46
Personil yang dibutuhkan dalam Road Map Perencanaan Pemenuhan RTH di Kota Salatiga adalah:
Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkooordinir seluruh kegiatan
anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan dinyatakan selesai.
Surveyor (2 orang), Tugasnya adalah melakukan survei, pengukuran dan pendataan sesuai
dengan arahan dari Team Leader.
Drafter (1 orang), Tugasnya adalah membnatu Team leader dan tenaga ahli lainnya dalam
melakukan pendataan lapangan dan penggambaran.
Tenaga pendukung lainnya merupakan tenaga administrasi dan pelayanan untuk
mendukung kinerja tenaga ahli dan asisten dalam kelancaran pelaksanaan tugasnya, yaitu
diantaranya : Tenaga Adminstrasi (1 orang).
Jangka waktu Pelaksanaan sampai diserahkan dokumen hasil Road Map Perencanaan Pemenuhan RTH di
Kota Salatiga adalah selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender sejak diterimanya Surat Perintah Mulai
Kerja (SMPK).