Laporan Lap.Pendahuluan
0
KATA PENGANTAR
Masterplan dan DED Air Limbah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2015 ini
merupakan dokumen Rencana Induk Pengelolaan Air Limbah untuk horizon waktu 20
tahun akan menjadi rujukan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam
menyusunan Program Pengelolaan Air untuk Tahap Jangka Pendek, Jangka Menengah
dan Jangka Panjang.
Buku Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RI-SPAL) Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2015 ini disusun berdasarkan dokumen-dokumen terkait yang sudah
dibuat sebelumnya yang disusun berdasarkan karakteristik daerah dan kondisi sanitasi
di Kabupaten Lampung Barat pada saat ini dan yang akan datang yang sistematis,
terarah, dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan dan sosial
ekonomi daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder (pemerintah,
investor, masyarakat).
Masterplan dan DED Air Limbah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2015 ini
merupakan dasar pedoman dalam pengembangan dan operasional penyelenggaraan
SPAL berdasarkan perencanaan yang efektif, efisien, berkelanjutan, dan terpadu
dengan sektor terkait lain.
Konsultan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan Laporan Pendahuluan Masterplan dan DED Air Limbah
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2015.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Alasan Utama Pembangunan Sarana Air Limbah ................................... 3
1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 5
1.3.1. Maksud Kegiatan ........................................................................ 5
1.3.2. Tujuan Kegiatan ......................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup MasterPlan .................................................................. 6
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah .............................................................. 6
1.4.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................. 7
1.5. Kedudukan MasterPlan ........................................................................ 8
1.6. Acuan Normatif .................................................................................... 8
1.7. Indikator Keluaran ............................................................................... 10
1.8. Sistimatika Penuliasan........................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Strategi Pengelola Air Limbah Berdasarkan Analisis SWOT ............. 19
Tabel 2.2. Kemiringan pipa persil dan pipa service minimal 2% .................... 22
Tabel 3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2014 ................................................................................ 34
Tabel 3.2 Penduduk Kabupaten Lampung Barat dan Proyeksi ...................... 35
Tabel 3.3 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kab. Lampung Barat ............. 36
Tabel 3.4 Rencana Sistem Perkotaan ............................................................ 41
Tabel 3.5 Sebaran dan Luasan Hutan Lindung di Lampung Barat .................. 44
Tabel 3.6 Sebaran dan Luasan Kawasan Suaka Alam TNBBS dan CAL ........... 48
Tabel 3.7 Jenis Irigasi dan Luasannya Di Kabupaten Lampung Barat ............. 50
Tabel 3.8 Rencana Pola Ruang berdasarkan Klasifikasi Ruang
Kab. Lampung Barat 2029 ........................................................... 54
Tabel 4.1. Area Beresiko Sanitasi .................................................................. 57
Tabel 4.2 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik ............................. 59
Tabel 4.3. Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik...................................... 61
Tabel 4.4 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik
Kab.Lampung Barat ...................................................................... 61
Tabel 4.5 Perioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik ................. 62
Tabel 4.6 Kerangka Kerja Logis Air Limbah .................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
Air limbah domestik terdiri dari : ‘black water’ atau air kakus = limbah biologis
manusia (feces dan air seni) + air yang telah digunakan untuk pembersihan anal dan
untuk membersihkan kakus (penyiraman manual atau sistem flush); dan
‘grey water’ atau air keruh = air yang digunakan untuk mandi dan mencuci.
Air limbah non-domestik, yaitu air yang digunakan di sentra usaha kecil, industri
(rumahan), area perdagangan, dan lain-lain ; Limbah tinja, yaitu residu dari tinja yang
tersisa setelah melewati masa penguraian anaerobic dalam leaching pit (cubluk),
tangki septik, atau sistem pengolahan/penyimpanan lainnya.
Air limbah non-domestik dari industri rumahan, seperti industri pembuatan tahu,
dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.
I
PENDAHULUAN
Dampak tersebut harus disikapi dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air
limbah. Oleh karenanya, kenaikan jumlah penduduk akan mengakhibatkan
konsumsi pemakaian air bersih yang juga berdampak pada peningkatan jumlah
air limbah. Pembuangan air limbah tanpa melalui proses pengolahan akan
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya terjadi
pencemaran pada sumber-sumber air baku, baik air permukaan maupun air
tanah.
Hal inilah yang mendorong kenapa kita harus peduli dan mengembangkan
IPAL, karena air limbah perlu dikelola dengan baik. Selain itu, sektor
penyehatan lingkungan permukiman, khususnya bidang air limba (municipal
waste water) merupakan salah satu hal penting yang menjadi perhatian baik
global maupun nasional.
Secara umum limbah domestik yang berasal dari rumah tangga yang tidak
memiliki akses terhadap bangunan pengolahan merupakan sumber pencemaran
utama bagi lingkungan yang dapat menimbulkan dampak yang serius karena
dapat dengan mudah masuk ke badan air ataupun meresap ke badan tanah.
Tanpa adanya sistem penataan dan pengelolaan yang baik terhadap air limbah
maka akan berdampak pada pencemaran dan menurunnya kualitas air
lingkungan dalam jangka panjang, mengakibatkan menurunnya kualitas air di
badan penerima air, seperti sungai, waduk, situ dan lainnya.
Kondisi saat ini menggambarkan bahwa sebagian besar rumah tangga masih
secara langsung membuang air limbah (grey water) ke halaman rumahnya
maupun ke saluran lingkungan, sedangkan untuk black water dilakukan dengan
sistem pengelolaan setempat.
a. Maksud Kegiatan
Maksud kegiatan ini yaitu melakukan penyusunan dokumen master plan
air limbah Kabupaten Lampung Barat sebagai acuan ke depan dalam
pengembangan/pembangunan sistem air limbah Kabupaten Lampung
Barat.
Ruang lingkup wilayah yang akan dikaji dalam kegiatan ini adalah lokasi
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bahway yang berada di desa Bahway
kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dan wilayah yang
akan dilayani yaitu kecamatan Balik Bukit, kecamatan Sukau, kecamatan
Batubrak dan Kecamatan Belalau.
Batasan kegiatan Master Plan dan DED Air Limbah ini meliputi :
Mempelajari studi-studi terdahulu megenai air limbah Kabupaten
Lampung Barat (Buku Putih, SSK, EHRA, Memorandum Program
Sektor Sanitasi (MPS) serta studi-studi yang telah dilakukan terkait air
limbah).
Mengkaji kondisi kota/kawasan untuk mengetahui karakteristik dan
arah pengembangan kota sesuai RTW termasuk penentuan daerah
prioritas pengembangan air limbah
Mengidentifikasi data kependudukan saat ini (2012-2013) dan
proyeksi penduduk sampai 20 tahun mendatang.
Mengidentifikasi infratsruktur ke-PU-an yang ada serta infrastruktur
terkait lainnya (gas, listrik, telekomunikasi)
Memetakan profil kesehatan masyarakat dan kepemilikan prasarana
dan sarana air limbah (WC, cubluk, tangki septik) baik individual
maupun komunal.
Mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan air
limbah yang ada saat ini.
Kedudukan dokumen master plan air limbah adalah sebagai acuan dalam
perencanaan pengelolaan pengembangan/pembangunan sistem air limbah yang
akan dilakukan di lokasi IPLT yang di kaji dan akan dibangun, sehingga sesuai
dengan Standar Operasional sistem air limbah.
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup (AMDAL);
21. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 tentang baku
Mutu limbah Cair bagi Kegiatan Hotel;
22. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup;
23. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang
Metode Analisis Kualitas air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan;
24. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air pada Sumber Air;
25. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air;
26. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang
baku mutu Air limbah Domestik.
a. Indikator Keluaran
Hasil yang ingin dicapai dari Master Plan dan DED Air Limbah
Kabupaten Lampung Barat ini adalah tersedianya dokumen rencana
induk (Master Plan) air limbah, perencanaan detail secara menyeluruh
dan dokumen pelelangan sebagai dasar dan acuan dalam pembangunan
prasarana dan sarana air limbah di Kab. Lampung Barat.
b. Keluaran
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pedahuluan merupakan laporan hasil temuan awal,
pendekatan dan metodologi serta rencana kerja yang aka
dilaksanakan konsultan dalam menangani pekerjaan. Jumlah
2. Laporan Antara
Laporan Antara merupakan laporan kompilasi data-data sekunder
hasil studi literatur dan data primer hasil survey lapangan. Jumlah
laporan yang akan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku, diserahkan
kepada pengguna jasa paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
kalender setelah diterbitkannya SPMK. Garis besar laporan terdiri
dari :
1. Kondisi eksisting pengelolaan air limbah domestik baik dari
kawasan permukiman maupun kawasan komersil berdasarkan
data primer
2. Proyeksi produksi air limbah untuk jangka waktu 20 tahun
dan rencana pengelolaan air limbah domestik berdasarkan
hasil kajian dan analisa teknis, sosial, ekonomi dan
kelembagaan termasuk alternatif teknologi yang akan
diterapkan beserta alternatif lokasi IPAL (untuk skala
perkotaan/off site jika diperlukan) dan pembagian kawasan
4. Laporan Akhir
Laporan akhir berisikan perbaikan dari draft laporan akhir yang
telah mendapat masukan dari pembahasan dengan Tim Teknis
dan Pemda. Diserahkan kepada pengguna jasa sebanyak 5 (lima)
buku, paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
setelah diterbitkannya SPMK atau pada masa berakhirya kontrak,
dilengkapi dengan :
Memo design sebanyak 5 (lima) buku
Engineering Estimate sebanyak 5 (lima) buku
Gambar Rencana Ukuran A3 sebanyak 5 (lima) buku
Dokumen pelelangan sebanyak 5 (lima) buku
Foto Dokumentasi sebanyak 5 (lima) album
SOP Pengelolaan Air Limbah sebanayk 5 (lima) buku, dan
Soft Copy dari laporan-laporan dan gambar-gambar berupa
CD sebanyak 5 (lima) keping
Dokumentasi sebanyak 5 (lima) album
Secara garis besar, sistematika dalam penulisan kegiatan PTMP dan DED adalah
terdiri dari :
Bab I PENDAHULUAN
Bab II KONSEP DAN STRATEGI
Bab III DESKRIPSI WILAYAH
Bab IV KONDISI EXISITING SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Bab V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab VI JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab VII OBSERVASI DAN IDENTIFIKASI AWAL
II
KONSEP DAN STRATEGI
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan instrument perencanaaan strategis. Analisis ini
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan
ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Pada analisis
ini akan dianalisa kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan
program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan
(Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS).
Untuk menentukan arah pengembangan, maka dibuat analisis SWOT dengan
pendekatan kuantitatif. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air
limbah yang harus dipertimbangkan antara lain adalah:
a. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan.
b. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu.
c. Mengembangkan sistem off-site skala kota.
d. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju.
Secara garis besar aspek yang akan dianalisis adalah ditujukan untuk
peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada zona
prioritas di permukiman terbangun, dilakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. Kondisi sistem penyediaan air minum.
b. Kondisi tingkat pencemaran air tanah.
c. Kondisi tingkat pencemaran badan air penerima (air baku).
e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat.
f. Kondisi kesehatan masyarakat.
g. Kondisi prasarana lingkungan permukiman lainnya (jalan, drainase, dan
sebagainya).
Pemilihan Teknologi
Pemilihan alternatif teknologi akan didasarkan kepada kepadatan penduduk,
adanya Central business distric (CBD), keberadaan/ kontinuitas sumber air,
kondisi geohidrologi, serta faktor sosial ekonomi. Diagram tersebut dapat
dilihat di bawah ini.
Melalui analisis SWOT ini dan posisi pengelolaan air limbah akan dapat
menentukan:
a. Posisinya terhadap lingkungannya saat ini dan mengetahui potensi
pengembangan Pengelola Air Limbah dimasa yang akan datang.
b. Menentukan prioritas sasaran dan program Pengelola Air Limbah selama
kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Dalam menganalisis kondisi ekternal dan internal Pengelola Air Limbah
terdapat 4 pilihan strategi posisi, sebagai berikut;
a. Posisi survival/defensif apabila kondisi eksternal tidak menguntungkan dan
kelemahan lebih banyak daripada kekuatan.
b. Posisi stabil/rasionalisasi apabila kondisi eksternal cukup mendukung namun
kelemahan lebih banyak daripada kekuatan.
c. Posisi pertumbuhan agresif, apabila kondisi eksternal cukup mendukung dan
kekuatan lebih banyak dari pada kelemahan.
d. Posisi yang memerlukan diversifikasi oritentasi, apabila kondisi eksternal
tidak menguntungkan, tetapi kekuatan lebih banyak daripada kelemahan.
Melalui matriks ini, strategi dalam bentuk detail dapat ditentukan dengan
melakukan pilihan yang paling tepat terhadap alternative-alternatif strategi
yang ada. Pada prinsipnya masing-masing strategi tersebut memiliki
karakteristik tersendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, namun juga
dapat digunakan secara bersama-sama untuk saling mendukung. Keputusan
menggunakan kemungkinan-kemungkinan alternatif strategi yang dimaksud,
disesuaikan dengan posisi dan profil dari daerah yang bersangkutan dan
prioritas yang hendak dicapai.
yang dapat mengolah air kotor dan air dari kamar mandi dengan
teknologi pengolahan sesuai standar perencanaan. Untuk lokasi
pengolahan disarankan memiliki jarak minimal 10 m dari sumber air.
Untuk lebih jelasnya arahan lokasi sistem Individual adalah sebagai
berikut :
o Kepadatan lebih kecil dari 100 Jiwa/Ha
o Diluar daerah pelayanan sewerage dan komunal
o Jarak dari sumber air minum > 10 m
o Teknologi pengolahan dengan up flow biofilter
Kriteria umum
Tiap unit IPAL melayani 4 – 10 KK
Kepada penduduk antara 100 – 300 jiwa/Ha
Lokasi perumahan berdekatan (memungkinkan jalur pipa efektif dan
efisien)
Tersedia lokasi IPAL
Harga terjangkau
Dapat digunakan
Operasional tidak rumit
Pemeliharaan sederhana
Menggunakan bahan lokal (mudah didapat)
Kriteria teknis
Biofilter
Media = Kerikil, antrasit
Media filter = Kerikil, antrasit diameter 3-6 cm
Waktu kontak filter 6 jam
Hasil efluent dari filter dibuang ke badan air
Master Plan Air Limbah akan memuat beberapa hal yang terkait dengan
kebijakan dan strategi (arahan pengembangan pengelolaan air limbah), layout
jaringan dan lokasi IPAL (penanganan air limbah secara off site maupun on
site), sebagaimana uraian berikut:
a. Perumusan kebijakan terkait arahan pengembangan pengelolaan air limbah
b. Strategi dan program terkait arahan pengembangan penanganan/
pengelolaan air limbah (pembangunan PS Air Limbah), khususnya dalam
hal:
o Rencana jaringan penyaluran air limbah domestik dengan melihat
topografi daerah.
o Rencana pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah.
o Rencana serta arahan kelembagaan untuk pengelolaan air limbah.
o Rencana pola investasi pengelolaan air limbah untuk 5 tahun pertama,
10 tahun, 15 tahun sampai 20 tahun di sesuaikan dengan kemapuan
daerah dan pembiayaan lain.
o Rencana program dan tahap pembangunan untuk pengolahan air
limbah perkawasan/ daerah rencana.
c. Arahan penanganan air limbah untuk kawasan perumahan, permukiman,
serta fasilitas dan sarana umum dan sosial.
d. Rencana letak dan titik untuk penempatan IPAL secara off site maupun on
site (pembagian perkawasan dalam penanganan air limbah secara off site
maupun on site).
e. Usulan prioritas program pengelolaan air limbah
A. Investasi Pemerintah
Adalah upaya investasi dan pembiyaan pembangunan yang berasal
dari anggaran pemerintah pusat melalui APBN dan pemerintah
daerah melalui APBD. Ciri investasi pemerintah adalah;
o dilakukan terhadap obyek pembangunan infrastruktur yang sulit
diidentifikasi dari segi pemulihan biayanya.
o biasanya investasi yang bersumber dari pemerintah untuk
infrastruktur dasar baik yang bersifat cost-recovery maupun yang
bersifat non-cost recovery, misalnya; air bersih, persampahan, air
limbah, jalan penghubung, jalan poros, tenaga dan jaringan
listrik, jaringan telekomnikasi.
o jika pembiayaan pembangunan cukup besar dan tidak bisa
dicukupi oleh satu periode APBD, maka pemerintah daerah yang
bersangkutan akan merumuskan pola pembiayaan multi-tahun
melalui perjanjian induk.
o dilakukan pada wilayah yang peran masyarakat/ dunia usahanya
yang relatif lemah dan minimal sekali.
o merupakan pembiayaan infrastruktur berasal dari APBD terhadap
pengelolaan daerah, di mana pembiayaan tersebut nantinya akan
dikonversikan sebagai penyertaan modal (saham).
B. Investasi Swasta
Adalah upaya investasi dan pembiayaan yang dananya berasal dari
sumber masyarakat dan badan usaha swasta (dunia usaha). Ciri-ciri
investasi ini adalah;
o dilakukan terhadap obyek (proyek) pembangunan infrastruktur
yang mudah diidentifikasi dari segi pemulihan biayanya.
o dilakukan pada wilayah yang peran pemerintahannya relatif
lemah dan minimal sekali.
III
DESKRIPSI WILAYAH
Cakupan wilayah dalam penyusunan SSK Kabupaten Lampung Barat ini yaitu
wilayah administratif Kabupaten Lampung Barat yang meliputi 15 kecamatan
131 desa/pekon dan 5 kelurahan.
Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen
rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata
ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang
dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga
adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan
rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan
strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana
tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Gambaran Rencana Tata Ruang
Wilayah khususnya Rencana Lahan Permukiman di Kabupaten Lampung Barat
dapat dilihat pada Gambar 3.1
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Lampung Barat tahun 2010-2030 dengan Visi “LAMPUNG BARAT SEJAHTERA
DAN BERDAYA SAING BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA ”. yang
bertujuan untuk mewujudkan kabupaten Lampung Barat yang, sejahtera,
berdaya saing dan berkelanjutan. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi
yang ditetapkan adalah:
Pokok-
Penjelasan Visi
pokok Visi
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat,
Sejahtera melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan kekayaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, teknologi, dan kebudayaan daerah.
Berdaya Terwujudnya peningkatan kemampuan dan keunggulan
Pokok-
Penjelasan Visi
pokok Visi
Saing daerah.
Terwujudnya masyarakat yang memiliki keshalehan hidup
Iman dan (taat kepada Tuhan dalam arti mengikuti perintah-Nya dan
Taqwa menjauhi larangan-Nya) serta meningkatnya kerukunan
hidup antar umat beragama.
Dalam rangka pencapaian visi Kabupaten Lampung Barat tahun 2010 – 2015
yang telah dipaparkan diatas, Kabupaten Lampung Barat menetapkan
beberapa misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, harmonis,
kesetaraan gender dan mengembangkan kebudayaan daerah.
2. Mengembangkan perekonomian daerah berbasis pertanian,
kepariwisataan, inovasi teknologi, dengan fokus utama pemberdayaan
ekonomi kerakyatan, pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam serta
energi baru dan terbarukan yang berwawasan lingkungan.
3. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan dan iptek, kepemudaan serta
kesejahteraan sosial.
4. Meningkatkan daya dukung infrastruktur, tata ruang dan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, demokratis dan
berkeadilan.
3.3. Kependudukan
Tabel 3.3 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Lampung Barat
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)* %
Danau 2.743 0,55
Hutan 229.013 46,26
Hutan Sejenis Alami 12.069 2,44
Perkebunan Rakyat 108.015 21,82
Permukiman 3.507 0,71
Sawah 8.374 1,69
Semak Belukar 115.311 23,29
Tegalan 16.008 3,23
Luas Total 495.040 100,00
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Keterangan : * Peta RBI 2006, Peta Tematik Bappeda Kabupaten Lampung Barat 2011
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Lampung Barat
dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :
1. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut
pengertian produktif dan bekerlanjutan dalam konteks struktur ruang
dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan fungsional antar pusat
perkotaan yang efektif, efisien, mendorong peningkatan potensi masing-
masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan tetap menjaga
keseimbangan alam.
2. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR
Kabupaten Lampung Barat, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi
yang menempatkan Kota Liwa sebagai PKW, Fajar Bulan sebagai PKL.
Hirarki pusat-pusat permukiman saat ini (eksisting) adalah sebagai berikut :
h. Kenali (Belalau)
i. Lemong (Lemong)
Ibukota Hirarki
No Fungsi Utama
Kecamatan/Kabupaten Fungsi
12 Pekon Balak PPL Penunjang Agropolitan
Perkebunan
13 Lemong PPL Perikanan Laut
Pertanian Sawah
Kehutanan
Sumber : Analisis Tim RTRW, 2009
Keterangan : * Bukan ibukota kecamatan
Pasal 9
Tabel 3.6 Sebaran dan Luasan Kawasan Suaka Alam TNBBS dan CAL
Kawasan Pertanian
Pertanian Lahan Basah; Berdasarkan data irigasi luas pertanian padi sawah
adalah 18.593,93 Ha. Namun tidak semua daerah irigasi berada dalam
kondisi yang baik, sehingga tidak seluruhnya produktif. Bila diambil
kondisi Daerah Irigasi (DI) yang baik dan sedang, maka luasnya menjadi
16.112, 7 Ha. Sedangkan bila mengacu pada data BPS (Lampung Barat
Dalam Angka 2007) luas kawasan pertanian padi sawah adalah 33.328 Ha
dan padi ladang 1.831 Ha atau total luas 35.159 Ha dengan total produksi
150.409 ton (rata-rata produksi 4,2 ton/ha). Dengan asumsi bahwa setiap
keluarga mengkonsumsi beras 139,5 Kg/KK/tahun dan konversi produksi
padi (gabah kering) ke beras adalah 63,2% (Anjak, Litbang Deptan, 2006),
maka kebutuhan lahan untuk padi sawah di Lampung Barat bagi 710.370
penduduk (142.074 KK) pada tahun 2029 adalah 134.153 Ha (31.359
ton). Dengan demikian luas lahan pertanian sawah yang ada masih
memadai sehingga tetap dipertahankan serta dilakukan pengembangan
dilahan pertanin lainnya.
Tabel 3.7 Jenis Irigasi dan Luasannya Di Kabupaten Lampung Barat
Pertanian Lahan Kering; dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal
dengan pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman
palawija, kacang-kacangan, jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989).
Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di
Lampung Barat adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang
hijau dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan
pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan
maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di
kecamatan Sukau dan ditunjang oleh Balik Bukit, sebagian kecil di Way
Tenong. Lokasi lain adalah Suoh Ngambur, Bengkunat dan Bengkunat
Belimbing Mengingat letak geografis kecamatan-kecamatan di atas, maka
Sukau lebih diarahkan sebagai sentra produksi pertanian lahan kering skala
kabupaten, sedangkan Suoh untuk pemenuhan sendiri dan Bengkunat
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kawasan pesisir
bagian selatan (kecamatan pemekaran; Ngambur, Bengkunat & Bengkunat
Belimbing).
Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah
tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989),
seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di
Lampung Barat adalah kembang kol, kentang, kubis, wortel, labu siam,
bawang daun, sawi, buncis dan cabe. Sebagian besar jenis komoditas ini
dikembangkan di Sukau, Belalau, Sekincau dan Way Tenong. Mengingat
karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang ada, maka
ke empat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan
pertanian hortkultura dengan kawasan inti Kecamatan Sekincau.
Kawasan Perkebunan
Berdasarkan potensi (luas) komoditas perkebunan yang dikembangkan di
Lampung Barat terdapat 4 jenis komoditas yang mempunyai areal tanam
yang paling luas, yaitu Kopi (Robusta) seluas 60.483,7 Ha, sawit (6.320
Ha), Lada (13.275,4 Ha) dan Kelapa Dalam (6.914,3 Ha). Mengingat
kondisi perkebunan sawit yang terdapat di Bengkunat (4.145 Ha) sudah
tidak bergitu produktif serta tidak bersesuaian dengan kebijakan Lampung
Barat sebagai kabupaten konservasi, maka perkebunan sawit tidak menjadi
prioritas untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk tanaman perkebunan
yang sebaiknya dikembangkan adalah kopi, lada dan kelapa dalam. Selain
itu tanaman perkebunan lain yang sudah mulai dikembangkan melihat dari
potensi dan kesesuaian lahan adalah kakau dan karet.
Kawasan Pertambangan
Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah
pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan
(WUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan wilayah pencadangan
negara (WPN).
Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah
pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi,
dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat
melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.
Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah
pertambangan (WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan
rakyat.
WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4
tahun 2009 tentang pertambangan. Kriteria untuk menetapkan
wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai
dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan
kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;
Kawasan Industri
Di Lampung Barat hanya ada indusri kecil dengan jumlah yang juga
tidak terlalu banyak yaitu 215 unit industri makanan dan 174 unit
industri lainnya. Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk
kegiatan usaha pertanian serta perlunya peningkatan SDM
masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis agro perlu
didorong pertumbuhannya. Oleh karena itu industri pengolahan
hasil agro, perikanan dan kelautan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri sebaiknya
dikembangkan di sekitar Sukau sampai Sumber Jaya dan pengolahan
ikan laut di Krui-Bengkunat. Kegiatan industri yang dikembangkan
dapat saja berupa industri kecil sampai sedang namun tetap berupa
industri ramah lingkungan dan non polutan.
Kawasan Pariwisata
IV
KONDISI EXISTING SANITASI
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Pipa sewer
1.2 Sungai/danau/pantai
3.4
2.2
1.2 Kolam/sawah
Tidak tahu
Keterangan:
Jumlah Penduduk Kab.Lampung Barat tahun 2012 sebanyak
280.307 jiwa atau 75.794KK
Kepemilikan akses Jamban Pribadi & MCK = 25 % (70.077 jiwa atau
15.348 KK)
BABS = 75 % (210.230 jiwa atau 60.446 KK) yang meliputi:
BABS WC gantung/sungai/laut = 1,2 % (3.364 jiwa atau 910 KK)
BABS Kolam/sawah = 3,4 % (9.530 jiwa atau 2.577 KK)
BABS Saluran drainase = 1,2 % (3.364 jiwa atau 910 KK)
BABS Cubluk/lubang tanah = 39,3 % (110.161 jiwa atau 29.787
KK)
BABS Tidak tahu= 27,6% (77.364 jiwa atau 20.919 KK)
Pengumpulan &
Penampungan / Prosentase tangki septik aman: 86,7%
Pengolahan Awal:
100%
2
sumber referensi: BPS bab
Tabel berikut berisi resume Sasaran prioritas yang akan dicapai terkait
pembangunan Sanitasi dan PHBS terkait sanitasi sampai dengan periode Tahun
2018. Uraian resume sasaran sudah disusun berdasarkan Tingkat Prioritas dan
merupakan hasil kesepakatan seluruh anggota Pokja. Penetapan sasaran dengan
mempertimbangkan “Permasalahan Utama”. Uraian secara detail tersedia pada
dokumen BPS/SSK.
Tabel 4.3. Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik
Air Limbah Permukiman
1. Mengoptimalkan membangun IPLT ,IPAL,dan Truk Tinja
2.Menurunkan angkta BABS dari 75% menjadi 0 %
3. Mengoptimalkan membangun Ipal komunal di daerah padat penduduk.
4.Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan
5.Mengoptimalkan pencarian sumber dana untuk pengembangan, baik dalam operasional dan
pemeliharaan
6. Meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan kampanye di 15 Kecamatan dan 136 Kelurahan
dan Pekon (desa).
Permasalahan
Tujuan Sasaran Strategi Program
Mendesak
1. Meningkatkan sarana 1. Mengoptimalkan 1.Membangun IPAL di 1.Pembanguna
1.Kurangnya sarana dan dan prasarana membangun IPLT daerah padat Komunal di 15
prasarana air limbah pengelolaan air limbah ,IPAL,dan Truk Tinja Kecamatan
sampai dengan Tahun
penduduk
2018
1.Menurunkan angkta
2. Ditemukan masiih ada 1. Mengurangi praktik BABS dari 75%
peraktik buang air besar BABS di masyarakat pada menjadi 0 % 1. Membuat Perda 2.Pembangun
sembarangan rata-rata retribusi Sanitasi berba
sebesar 75%
tahun 2018
1. Mengoptimalkan air limbah masyarakat
1. Meningkatkan kwalitas membangun Ipal
dan kwantitas tanki septik komunal di daerah
3.Sebagian besar tempat aman melalui padat penduduk.
penampungan tinja tidak
septik, ini terbukti dengan
pembangunan IPAL 3.Pembangun
tidak pernahnya tempat minimal di enam belas (6) 1.Meningkatkan 1. Mencari dana dari IPLT
pemerintah Pusat,
penampungan tinja kecamatan pada tahun koordinasi antar
instansi terkait dalam provinsi dan swasta
disedot. 2018
penetapan kebijakan
1. Adanya regulasi yang 4.Pembentuka
mengatur air limbah 1.Mengoptimalkan Badan Penge
sebelum tahun 2018 pencarian sumber IPLT
4. Belum ada regulasi dana untuk
terkait air limbah. 1. Adanya penambahan pengembangan, baik
1. Mengadakan 5. Pembuatan
dana baik dari APBD dalam operasional
Perbup. Air Li
5. Pendanaan untuk air dan pemeliharaan kegiatan kampanye
limbah masih kurang maupun APBN dalam dua penangan dan
1. Meningkatkan dan
(2) tahun kedepan . mengoptimalkan dampak air limbah
6. Kegiatan kampanye domestik di 15
untuk air limbah masih 1. adanya kegiatan kegiatan kampanye
kampanye penangan dan di 15 Kecamatan dan Kecamatan sebelum
kurang.
dampak air limbah 136 Kelurahan dan tahun 2017
domestik di 15 Pekon (desa).
Kecamatan sebelum
tahun 2017
Pada tahun 2015 kegiatan pendukung non fisik air limbah (off site) akan
diadakan sosialisasi dan kampanye pembangunan ipal di kecamatan
Balik Bukit sebanyak dua lokasi. Pelatihan pengelolaan Ipal akan
dilaksanakan didua lokasi yang berkaitan dengan pembangunan ipal
komunal dikecamatan Balik Bukit. Disamping itu akan dilaksanakan
monev pembangunan prasarana dan sarana Kegiatan sanimas yang
sudah terbangun.
Pada Tahun 2016 akan diadakan kegiatan kampanye pembangunan
ipal di kecamatan Sumber Jaya sebanyak dua lokasi. Pelatihan
pengelolaan Ipal akan dilaksanakan didua lokasi yang berkaitan dengan
pembangunan ipal komunal dikecamatan Sumbar jaya .
Pada Tahun 2017 akan diadakan kegiata Feasibility Study, Masterplan ,
Study AMDAL, Sosialisasi dan Kampanye pembangunan IPLT dan
Perencanaan detail (DED).
V
METODE PELAKSANAAN
Potensi dan
GAP permasalahan yang
Permasalahan Lahan harus diselesaikan
Kondisi Eksisting
KEBIJAKAN KEBIJAKAN
NASION SPASIAL SEKTORAL
RTRWN RPJMN
PROGRAM
AL
STRATEGI
PEMBANGUNAN
KAB/KOTA (SSK)*)
RENCANA STRATEGI
INDUK PEMBANGUNAN PER
SPAL KAWASAN
RENCANA PROGRAM
INVESTASI
INFRASTRUKTUR
RPIJ
M
2) Pendekatan Pasilitatif
Pendekatan fasilitatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa
proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan Stake Holders yang
terkait dengan pengembangan pengelolaan air limbah di tingkat
kota/kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat
dirasakan dan dimiliki oleh seluruh Stake Holders terkait di daerah.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana
Induk SPAL ini , pendekatan fasilitatif yang digunakan perlu diletakkan
dalam kerangka yang lebih khusus, yaitu pendekatan kolaboratif.
Pendekatan kolaboratif ini pada dasarnya merupakan suatu pendekatan
Pemerintah Pemerintah
Pusat Provinsi
Masyarakat Pemerintah
Daerah
3) Pendekatan Teknis
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara
akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-
teknik identifikasi, analisa, penyusunan strategi maupun proses
penyusunan Rencana Induk SPAL. Dalam pendekatan ini, proses
penyusunan Rencana Induk SPAL menggunakan beberapa metode dan
teknik studi yang baku. Adapun dalam penerapannya, pendekatan teknis-
akademis ini umumnya dicirikan dengan beberapa karakteristik sebagai
berikut:
c Melihat persoalan kota sebagai bagian dari sistem yang lebih luas
lagi yaitu sistem perwilayahan provinsi atau wilayah
metropolitan.
PERSOALAN
PENGENBANGA
N
INFRASTUKTUR
AIR LIMBAH
2. Saran
Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah :
1. Sasaran Fungsional
Terselenggaranya kegiatan pengelolaan air limbah yang dapat
mendukung percepatan pembangunan sanitasi secara umum yang
berdaya guna dan berhasil guna berdasarkan prinsip sustainabilitas.
2. Sasaran Operasional
Sasaran yang ingin dicapai dengan tersedianya Rencana Induk SPAL
ini adalah:
Tujuan :
Metode
- Diskusi koordinasi
Langkah - langkah
Tujuan :
Langkah - langkah
Tujuan
- Teridentifikasinya kebutuhan pengembangan infrastruktur air
limbah berdasarkan kondisi eksisting dikaitkan dengan rencana
tata ruang yang berlaku, standar kebutuhan dan kiualitas
pelayanan.
Tujuan :
Hasil review dari dokumen dan kebiakan lainnya yang terkait , yang
didalamnya memuat kesimpulan mengenai :
Tujuan
Langkah - langkah
Output
Tujuan
- Analisis Teknis
- Analisis kelembagaan
- Analisis Kebijakan
- Analisis Keuangan
- Analisis SWOT
Langkah - Langkah
Tujuan
- Analisis kelembagaan
- Analisis Pembiayaan
Langkah - langkah
Tujuan
Metode
- Desk study,
- Analisis Pentahapan Program (Staging Analisys)
Langkah – langkah
Tujuan
1. FGD 1
Kegiatan penyusunan Rencana kerja dan metodologi.
Tujuan :
Peserta
- Pokja.
- Penyedia Jasa pihak Ketiga (Konsultan).
- Kementrian PU Ditjen CK
- Satker.
Waktu
2. FGD 2
Kegiatan Konsepsi, Strategi, dan Program untuk penanganan
permasalahan air limbah.
Tujuan :
Peserta
- Pokja.
- Penyedia Jasa pihak Ketiga (Konsultan).
- Dinas/Instansi yang membidangi Inftrastruktur keciptakaryaan
permukiman dan perencanaan.
- Satker.
- Kementrian PU-Ditjen CK
Waktu
Tempat Pelaksanaan.
3. DISEMINASI/SOSIALISASI
Kegiatan untuk mensosialisasikan seluruh hasil kegiatan dan produk RI
SPAL, serta rencana aksi program yang telah disepakati, kepada
dinas/instansi terkait dan stakeholder/pemangku kepentingan daerah
lainnya
Tujuan
Metode
- Diseminasi/Seminar
Langkah.
Output.
VI
JADWAL PELAKSANAAN KERJA
Secara garis besar organisasi pelaksana yang terlibat dalam Masterplan Air
Limbah Kabupaten Lampung Barat ini ini adalah sebagai berikut:
2. Tim Teknis
Tim Teknis atau Tim Pendamping yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, akan bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi dan
memberi masukan terhadap materi teknis atau naskah akademis dari
pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan dan juga turut
membantu dalam koordinasi dengan instansi terkait lainnya. Dengan
adanya keterlibatan aktif dari Tim Teknis ini diharapkan hasil akhir yang
dicapai dapat maksimal sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam
kerangka acuan kerja.
3. Konsultan
Sebagai pelaksana kegiatan Masterplan Air Limbah Kabupaten Lampung
Barat ini bertanggung jawab dalam mengidentifikasi dan menganalisa
usulan program pengembangan air limbah, menyusun kajian dan usulan
program, serta membuat pelaporan sesuai tahapan kegiatan.. Dalam
organisasi konsultan terdapat team leader dan tenaga ahli serta tenaga
penunjang.
Team Leader
Secara teknis Team Leader akan mengkoordinir dan bertanggung jawab
terhadap kelancaran pekerjaan sesuai dengan yang telah digariskan
dalam KAK. Demikian pula halnya dengan tugas-tugas koordinasi antar
lembaga-lembaga terkait pada proses penyusunan pekerjaan
Masterplan Air Limbah Kabupaten Lampung Barat ini menjadi
tanggung jawab Team Leader.
Instansi Terkait :
Bappeda, Dinas PU
SATKER PENGEMBANGAN Provinsi, Dinas PU
PENYEHATAN LINGKUNGAN Kota/Kabupaten, dll
TIM TEKNIS PERMUKIMAN LAMPUNG
KONSULTAN:
Tenaga Ahli
Ketua Tim
Ahli Teknik Lingkungan
Ahli Teknik Sipil
Ahli Perencanaan Wilayah
Ahli Kelembagaan
Ahli Keuangan
Rencana kerja pekerjaan Penyusunan Masterplan dan DED Air Limbah Kab.
Lampung Barat akan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan pokok sebagai
berikut :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan
penunjang dan pelengkapan untuk pelaksanaan pekerjaan. Termasuk
didalamnya adalah kegiatan kegiatan klarifikasi terhadap kerangka acuan
kerja, mobilisasi personil, dan penyusunan rencana kerja dalam
Penyusunan Masterplan dan DED Air Limbah Kab. Lampung Barat. Pada
prinsipnya pada tahap ini dilakukan seluruh kegiatan persiapan yang akan
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengumpulan Data dan Survei Lapangan
Pada umumnya data yang akan dikumpulkan merupakan data sekunder,
hanya pada beberapa bagian mungkin akan diperlukan data primer,
khususnya yang berhubungan dengan data teknis operasional pengelolaan
air limbah dan kondisi eksisting berbagai lokasi alternatif bagi
pembangunan sarana pengolahan air limbah yang direncanakan DED nya.
Pengumpulan data akan dilaksanakan dengan cara observasi lapangan,
interview atau jajak pendapat atau political will dari masyarakat Kabupaten
Lampung Barat pencatatan terhadap data yang telah ada (data sekunder).
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data tentang studi terkait, kondisi
fisik dan sosial ekonomi Kota, dan kondisi pengelolaan air limbah eksisting
di Kabupaten Lampung Barat, yang mencakup data tentang aspek teknis
teknologis, data peraturan tentang pengelolaan air limbah yang ada, data
kelembagaan, data pembiayaan, dan data tentang peran serta masyarakat
dan swasta pada pengelolaan air limbah.
3. Analisis Pengelolaan Air Limbah
Analisis dilakukan dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem
pengelolaan air limbah Kabupaten Lampung Barat yang ada saat ini.
Kelemahan dan kekuatan tersebut akan digunakan sebagai salah satu dasar
untuk menyusun usulan konsep peningkatan kinerja pengelolaan air limbah
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan Dan DED Kabupaten Lampung Barat
VII
OBSERVASI DAN IDENTIFIKASI AWAL
Dari hasil koordinasi dengan Dinas terkait, yakni Kebersihan, pada badan
lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan Kabupaten Lampung Barat
diperoleh informasi bahwa sejauh ini di Lampung Barat baru terdapat satu
tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) yang lokasinya berada di Pekon
Bahway kecamatan Balikbukit. Di lokasi tersebut sampah di daur ulang oleh
patugas dan di jadikan kompos, namun produksinya memang belum maksimal.
Selama ini keberadaan TPAS Bahway dengan 15 lokasi transit sampah sementara
mampu menampung sampah rumah tangga warga di wilayah liwa dan
sekitarnya, dengan rata-rata volume sampah mencapai 35 Meter kubik setiap
harinya.
Rencana Lokasi
Rencana Lokasi