Anda di halaman 1dari 211

PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR

AIR MINUM (RISPAM)


KOTA BATAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Review sesuai Juknis Permen PU No. 27 Tahun 2016,


Belum dimasukkan Penjelasan tentang hal-hal yang menjadi dasar kegiatan
penyusunan RI SPAM Kabupaten/Kota harus dilaksanakan yaitu meliputi aspek- aspek
berikut :
1. Aspek Legal (UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan, PP No.122 Tahun 2015,
tentang SPAM )
2. Isu utama dari kondisi eksisting SPAM suatu Kabupaten/Kota (air baku, cakupan
pelayanan, pelayanan, dan sebagainya.)
3. Isu Permasalahan Utama SPAM suatu Kabupaten/Kota (unit air baku,
produksi, distribusi, kebocoran air, dsb.)
8. Proyeksi Pengembangan suatu Kabupaten/Kota (sesuai dengan RTRW
Kabupaten/Kota yang bersangkutan)

Dokumen Eksisting

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk


mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yaitu meningkatnya
jumlah penduduk yang mempunyai akses air minum sebesar 80 % pada
tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemeritah Daerah, maka pemerintah daerah
bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada
masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air
minum. Namun demikian, bagi daerah-daerah dengan wilayah pedesaan
relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas

1-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas,


sehingga memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi
yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan
pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam
bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik yang terdiri dari
manajemen, teknis dan pengembangan sumber daya manusia.
Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan dan
kesehatannya. Pengembangan jaringan penyediaan air bersih diarahkan
untuk mendukung kegiatan budidaya dan kegiatan sosial-ekonomi
penduduk. Pengadaan sistem penyediaan air bersih harus memenuhi
standar yang telah ditentukan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Untuk Kota Batam hingga saat ini sistem jaringan air bersih
dilayani oleh PT. Adhya Tirta Batam (ATB) yang jangkauan pelayanannya
masih mencakup wilayah di Pulau Batam dan sebagian pulau yang ada di
sekitarnya. Pelayanan air bersih bagi penduduk yang berada di pulau-
pulau di luar Pulau Batam sebagian besar disuplai dari Pulau Batam
dengan menggunakan mobil atau kapal tangki air, memanfaatkan
sumber air yang ada atau dengan membuat sumur-sumur gali, baik yang
dimanfaatkan secara komunal maupun secara individu, yang pada musim
kemarau mengalami penurunan kuantitas/kualitasnya. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih pun akan
semakin meningkat. Kendala utama upaya penyediaan air bersih di Kota
Batam adalah adanya keterbatasan sumber air yang tersedia, dan
mempunyai ketergantungan pada besar-kecilnya curah hujan di Kota
Batam.

Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam saat ini
sebagian besar berasal dari pemanfaatan sumber air hujan yang
ditampung melalui bak-bak penampung yang dilakukan secara individu
atau dialirkan melalui sistem drainase kota ke waduk yang dikelola oleh
Pemerintah Kota Batam bersama Otorita Batam. Agar waduk yang ada di

1-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

Kota Batam dapat dioptimalkan pemanfaatannya dan terhindar dari


pencemaran serta tidak terpenetrasi oleh kegiatan budidaya, maka
pengelolaan waduk yang ada dilakukan melalui pengawasan dan
pengendalian pengembangan wilayah sekitarnya serta mengamankan
daerah sekitar waduk yang berfungsi sebagai kawasan resapan air dari
kegiatan terbangun.

Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah menjadi koridor penting bagi pelaksanaan SPAM.
Bahwa pemerintah daerah dalam sistem otonomi daerah bertanggung
jawab penuh dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di
daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum.

Berangkat dari kondisi dan karakteristik Kota Batam dan juga sebagai
dasar untuk persyaratan dari Pemerintah Pusat dapat disalurkan di
daerah perlu disusun Rencana Induk SPAM (RISPAM) Kota Batam.

1.1.1. Maksud dan Tujuan

Sesuai juknis Permen PU No 27 Tahun 2016, susunan dan isi dari maksud dan tujuan
adalah sebagai berikut;

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan Review Rencana Sistem Penyediaan Air minum Kabupaten
Batam, Provinsi Kepulauan Riau 2014 adalah:

1. Mengidentifikasi kebutuhan air minum di Kota Batam


2. Mengetahui program yang dibutuhkan untuk pencapaian target pelayanan
SPAM di Kota Batam
3. 3 Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, propinsi Kepulauan Riau dan
Kota Batam dalam upaya mengembangkan prasarana dan sarana air minum
di Kota Batam melalui program yang terpadu dan berkelanjutan.

1-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

1.2.2 Tujuan
Berisi uraian tujuan dari kegiatan ini yaitu menghasilkan dokumen rencana induk
SPAM, yang dapat menjadi pedoman Penyelenggaraan SPAM di Kota Batam hingga
tahun 2032 (periode 15-20 tahun ke depan)

1.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan yang akan dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Identifikasi permasalahan Penyelenggaraan SPAM di Kota Batam.
2. Identifikasi kebutuhan Penyelenggaraan SPAM di Kota Batam (unit air baku,
produksi, distribusi, cakupan pelayanan, pelayanan)
3. Tersusunnya strategi dan program Penyelenggaraan SPAM Kota Batam (pola
investasi dan pembiayaan, tahapan pembangunan SPAM)

Dokumen RISPAM Eksisting

Maksud dan tujuan dari Perencanaan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kota Batam ini adalah:

Maksud kegiatan ini adalah merencanakan pengembangan SPAM secara umum,


baik sistem dengan jaringan perpipaan maupun bukan jaringan perpipaan serta
menjadi pedoman bagi penyelenggara dan pemerintah Kota Batam dalam
mengembangkan SPAM.

Tujuan penyusunan rencana induk pengembangan SPAM adalah untuk


memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, kelembagaan, rencana
pembiayaan, rencana jaringan pipa utama dan rencana perlindungan terhadap
air baku untuk jangka panjang. Selain itu adanya rencana induk pengembangan
SPAM bertujuan untuk mendapatkan izin prinsip hak guna air oleh Pemerintah.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dengan adanya Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Batam ini adalah tersedianya dokumen Rencana
Induk SPAM (RISPAM) Kota Batam yang dapat dijadikan pedoman oleh para

1-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

pemangku kepentingan di Kota Batam dalam rangka pengembangan SPAM baik


perpipaan maupun non perpipaan.

1.1.2. Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan

Sesuai juknis Permen PU No 27 Tahun 2016

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Rencana Induk SPAM Kota Batam
yang siap ditindaklanjuti oleh Penyelenggara SPAM Pemerintah Kota Batam untuk
menjadi dokumen Legal Pemerintah Kota Batam mengenai Rencana Induk SPAM

Dokumen Eksisting

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai


berikut:

A. Menyajikan gambaran umum wilayah studi perencanaan meliputi: Rencana Tata


Ruang Wilayah (tata guna lahan, rencana pengembangan tata kota), kondisi fisik
dasar (geografi topografi dan fisiografi, geologi, hidrogeologi, klimatologi, dan
hidrologi).
B. Menyajikan sarana dan prasarana, meliputi: air limbah, persampahan, drainase,
sarana perekonomian, sarana sosial dan kesehatan, sarana transportasi, listrik
telepon, dan kawasan startegis.
C. Menyajikan sosial-ekonomi dan budaya, meliputi: demografi, migrasi, PDRB, mata
pencaharian penduduk, kesehatan dan kondisi sanitasi lingkungan.
D. Menyajikan kondisi sistem penyediaan air minum eksisting, meliputi: aspek teknis
– sistem produksi (unit air baku, unit produksi, kinerja instalasi, unit distribusi,
tingkat kebocoran dan kondisi operasi dan pemeliharaan); aspek pelayanan
meliputi: wilayah pelayanan, cakupan pelayanan, tingkat pelayanan dan kinerja
pelayanan.
E. Menyajikan kriteria teknik dan standard pengembangan SPAM, seperti: periode
perencanaan, standard konsumsi pemakaian air, kebutuhan air, kehilangan air
dan sistem, metode proyeksi penduduk.

1-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

F. Menyajikan air baku, seperti: potensi air permukaan, air tanah, alternatif sumber
air baku dan sumber air baku terpilih.
G. Menyajikan rencana induk dan pra desain pengembangan SPAM, seperti: rencana
pola pemanfaatan ruang kawasan rencana, pengembangan wilayah pelayanan,
tingkat pelayanan, rencana tahap pengembangan, kebutuhan air, kebutuhan
debit tiap zona pelayanan, alternatif rencana pengembangan, alternatif terpilih,
penurunan tingkat kebocoran.

1.1.3. Otorisasi
Dalam penyusunan RI-SPAM Pemerintah Kota Batam pada tahun 2012 melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melakukan studi dengan melibatkan
stake holder terkait, antara lain Dinas/Instansi di lingkungan Pemerintah Kota Batam,
Badan Pengusahaan (BP) Batam, PT. Adhya Tirta Batam, Satker PK-PAM Provinsi
Kepulauan Riau, Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) IV.

1.1.4. Landasan Hukum Penyusunan RISPAM

Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada norma, standar, pedoman dan


manual (NSPM) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum,
antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber


Daya Air.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 Tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

1-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor. 18/PRT/M/2007 Tentang Sistem


Penyediaan Air Minum.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 Tentang Badan


Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BP2SPAM).

1.2. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Permen Pu No 27 Tahun 2016

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Batam meliputi :

1. Melaksanakan koordinasi, mengumpulkan data dan konsultasi kepada instansi


terkait
2. Menganalisis kinerja badan pengelola air minum daerah
3. Menganalisis kondisi eksisting SPAM untuk mengetahui kebutuhan
rehabilitasi dalam rangka pelayanan air minum
4. Melaksanakan identifikasi potensi pengembangan pelayanan air minum dan
potensi air baku.
5. Melaksanakan survey sosial, ekonomi masyarakat.
6. Membuat proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan hasil survey
kebutuhan nyata (real demand survey), kriteria dan standar pelayanan.
7. Membuat skematisasi pemakaian air dan hidrolis rencana pengembangan
sistem jaringan pipa eksisting dan perencanaan jaringan pipa pada SPAM baru.
8. Mengkaji pilihan SPAM yang paling ekonomis dari investasi, serta operasi
dan pemeliharaan untuk pembangunan SPAM baru.
9. Melaksanakan kajian keterpaduan perencanaan pengembangan SPAM
dengan sanitasi.
10. Menyusun strategi dan program pengembangan pelayanan air minum
dengan pola investasi dan pemeliharaannya.
11. Menyusun materi rencana induk air minum dengan memperhatikan rencana
pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang wilayah, kebijakan dan strategi
Penyelenggaraan SPAM.

1-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

Dokumen eksisting

Lokasi pelaksanaan kegiatan berada di Kota Batam – Provinsi Kepulauan


Riau.

A. Rencana Umum Meliputi:

1) Evaluasi kondisi Kota Batam, yang bertujuan untuk menggetahui karakter,


fungsi strategis dan konteks regional nasional kawasan Kota Batam.

2) Evaluasi kondisi eksisting SPAM, yang dilakukan dengan menginventarisasi


peralatan dan perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting.

B. Rencana Jaringan meliputi perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi,
sistem distribusi meliputi reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak, baik
untuk untuk SPAM jaringan perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan.

C. Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana induk meliputi


identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan perkiraan kebutuhan air
dan identifikasi air baku.

D. Kriteria dan standar pelayanan, mencakup kriteria teknis yang dapat diaplikasikan
dalam perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data hasil
survey maka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan
sejak awal seperti tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan
jenis pelayanan yang dapat ditawarkan kepelanggan jika kegiatan inii
direalisasikan.

E. Rencana Sumber dan Alokasi Air Baku

Dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala prioritas penggunaan
sumber air tersebut, dab harus sudah mendapat izin tertulis (SIPA/Surat Izin
Pemakaian Air) dari instansi terkait. Kebutuhan kapasitas air baku disusuun untuk
menentukan rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang
direncanakan. Kebutuhan kapasitas sumber air baku ditentukan berdasarkan
kebutuhan air.

F. Rencana keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) Sanitasi, meliputi:

1-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

1) Identifikasi pencemar air baku;

2) Identifikasi area perlindungan air baku;

3) Proses pengolahan buangan dari IPA;

Keterpaduan dengan PS Sanitasi adalah bahwa penyelenggaraan pengembangan


SPAM dan PS Sanitasi memperhatikan keterkaitan satu dengan lainnya dalam
setiap tahapan penyelenggaraan, terutama dalam upaya perlindungan terhadap
baku mutu sumber air baku. Keterpaduan SPAM dengan PS sanitasi dilaksanakan
berdasarkan prioritas adanya sumber sumber air baku. Misalnya bila pada suatu
daerah terdapat air tanah dangkal dengan kualitas yang baik, maka sistem sanitasi
harus menggunakan sistem terpusat (off site system), atau contoh lainnya adalah
peletakan lokasi pengambilan air minum dihulu dari Outlet Instalasi Pengolahan
Lumpur Terpadu, dan Tempat Pembuangan Akhir sampah.

G. Rencana pembiayaan dan pola investasi, berupa indikasi besar biaya tingkat awal,
sumber dan pola pembiayaan, perhitungan biaya tingkat awal mencakup seluruh
komponen pekerjaan perencanaan, perencanaan konstruksi, pajak, pembebasan
tanah dan perizinan.

H. Rencana pengembangan kelembagaan Kelembagaan penyelenggara meliputi


struktur organisasi dan penempatan tenaga ahli sesuai dengan latar belakang
pendidikannya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku

1.3. SISTEMATIKA PELAPORAN

Permen PU No 27 tahun 2016

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud
dan tujuan, sasaran, lingkup kegiatan dan lokasi kegiatan serta keluaran
yang diharapkan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum Kota Batam.

1-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi


Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi kondisi
fisik dasar, rumah dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta
kondisi sosial ekonomi budaya Kota Batam.

Bab III Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting


Bab ini menguraikan kondisi eksiting SPAM Kota Batam yang meliputi
aspek teknis, permasalahan aspek teknis, skematik SPAM eksisting serta
aspek non teknis (keuangan, institusional, dan kelembagaan).

Bab IV Standar/Kriteria Perencanaan


Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar pengembangan
SPAM yang meliputi periode perencanaan, standar pemakaian air,
kebutuhan air, kehilangan sistem serta metoda proyeksi penduduk.

Bab V Proyeksi Kebutuhan Air


Bab ini menguraikan rencana pemanfaatan ruang, rencana daerah
pelayanan, proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air minum
di Kota Batam sampai dengan akhir tahun periode perencanaan (tahun
2032)

Bab VI Potensi Air Baku


Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber air baku di wilayah Kota
Batam yang dapat dimanfaatkan untuk Penyelenggaraan SPAM Kota
Batam sampai dengan akhir tahun periode perencanaan (tahun 2032)

Bab VII Rencana Induk dan Pra Desain Penyelenggaraan SPAM


Bab ini menguraikan rencana pola pemanfaatan ruang dan kawasan
Kota Batam, pengembangan daerah pelayanan, rencana pentahapan
pengembangan dan skenario/konsep pengembangan SPAM Kota Batam.

1 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

Bab VIII Analisis Keuangan


Bab ini menjelaskan biaya investasi serta pola investasi yang dilakukan
dengan pentahapan serta sumber pendanaan disesuaikan dengan kondisi
kinerja BUMD /UPTD. Selain itu juga menjelaskan gambaran asumsi-
asumsi yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap hasil perhitungan proyeksi finansial. Bab ini juga mencakup hasil
perhitungan kelayakan finansial (termasuk analisisnya) dan besaran tarif.

Bab IX Pengembangan Kelembagaan


Bab ini menjelaskan mengenai bentuk badan pengelola yang akan
menangani SPAM Kabupaten/Kota; sumber daya manusia, baik jumlah
maupun kualifikasinya; program pelatihan untuk mendukung
pengelolaan SPAM; perjanjian kerjasama yang mungkin untuk dilakukan.

Dokumen Eksisting

Sesuai dengan tujuan kegiatan dan ruang lingkup Laporan Antara Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Batam ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:

A. Pendahuluan

Berisi tentang uraian singkat latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, hasil
keluaran yang diharapkan, cara pelaksanaan kegiatan dan waktu pelaksanaan
pekerjaan.

B. Gambaran Umum Wilayah Studi

Berisikan gambaran umum wilayah studi antara lain: kondisi umum fisik wilayah,
batas administrasi dan letak geografis serta kondisi sosial dan ekonomi daerah
perencanaan.

C. Kondisi SPAM Eksisting

Berisi tentang aspek-aspek teknis maupun non teknis SPAM di lokasi


perencanaan, dan permasalahan-permasalahan SPAM.

1 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN LAPORAN AKHIR
AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BATAM

D. Standard/Kriteria Perencanaan

Berisi tentang standard kebutuhan air minum baik domestik maupun non
domestik, kriteria perencanaan mulai dari unit air baku, unit transmisi, unit
produksi, unit distribusi serta unit pelayanan, periode perencanaan, dan kriteria
daerah pelayanan.

E. Proyeksi Kebutuhan Air

Berisi tentang arah perkembangan kota, rencana pengembangan pelayanan,


proyeksi jumlah penduduk, dan proyeksi kebutuhan air.

F. Potensi Air Baku

Berisi tentang sumber air baku eksisting, potensi air baku, analisa curah hujan dan
debit andalan.

G. Rencana Pengembangan SPAM

Berisi tentang Rencana Pola ruang, rencana sistem pelayanan SPAM, rencana
pengembangan pelayanan SPAM serta rencana penurunan kebocoran air.

H. RENCANA PENDANAAN/ INVESTASI


Berisi tentang Pola Investasi, Besaran Investasi, dan Sumber Pendanaan

I. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLA SPAM

1 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB II
KONDISI UMUM DAERAH
GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

2.1. KONDISI FISIK DAERAH

2.1.1. Geografi

Luas wilayah Kota Batam 426.563,28 Ha, yang terdiri dari luas wilayah darat 108.265 Ha
dan luas wilayah perairan/laut 318.298, 28 Ha. Kota Batam meliputi lebih kurang 400
(empat ratus) pulau, termasuk didalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan
Negara. Dalam hal ini Kota Batam berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Singapura dan Malaysia

Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga

Sebelah Barat : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional

Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang

2-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

GAMBAR 2.2 Peta Provinsi Kepulauan Riau

Kota Batam secara geografis memiliki letak yang strategis, yaitu di jalur pelayaran dunia
internasional. Kota Batam berada diantara 00 25 ’ 29” – 10 15 ’ 00” Lintang Utara dan
1030 34’ 35” – 1040 26’ 04” Bujur Timur.

Secara Administratif Kota Batam terdiri dari 12 Kecamatan, yang melingkupi 63 kelurahan
yang terletak di Pulau Utama (mainland) Batam dan di Pulau – Pulau Kecil di sekitarnya
(hinterland).

2-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

GAMBAR 2.2 Peta Wilayah Kota Batam

2.1.2 Topografi dan Fisiografi

Wilayah Kota Batam relatif datar dengan variasi berbukit-bukit di tengah pulau dengan
ketinggian antara 7 – 160 mdpl. Wilayah yang memiliki elevasi 0 – 7 mdpl terdapat di
pantai utara dan pantai selatan Pulau Batam dan sebelah timur Pulau Rempang serta
sebelah utara, timur dan selatan Pulau Galang. Sedangkan pulau-pulau kecil lainnya,
sebagian besar merupakan kawasan hutan mangrove. Wilayah yang memiliki ketinggian
samapi 100 mdpl dengan topografi berbukit-bukit yang sangat sesuai untuk kawasan
resapan air untuk cadangan air baku, umumnya berada di bagian tengah Pulau Batam,
Rempang dan Galang serta Galang Baru.

Informasi morfologi suatu wilayah merupakan salah satu informasi penting yang perlu
tersedia dalam pembangunan fisik maupun pengembangan wilayah. Dengan
diketahuinya kondisi morfologi suatu wilayah maka kegiatan pembangunan fisik yang
akan dilaksanakan dapat disesuaikan dengan karakteristik morfologi setempat khususnya
kemiringan lerengnya. Berdasarkan analisa kemiringan lereng untuk kesesuaian

2-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

penggunaan lahan secara umum, morfologi wilayah Kota Batam dapat dibedakan menjadi
4 satuan morfologi, yakni:

Satuan Morfologi Pedataran

Pada umumnya satuan ini sangat landai – datar, kemiringan lereng < 5 %, ketinggian
tempat antara 0 – 30 m dpl. Morfologi ini menempati ± 40 – 50 % wilayah Kota
Batam. Sebagian besar tersebar di bagian barat daya dan timur laut hingga tenggara
P. Batam, meliputi Tanjung Uncang, Baloi, Bengkong, Duriangkang serta tersebar
setempat-setempat di tepi barat dan timur P. Rempang – Galang sekitar Pasir
Panjang dan Sembulang.

Satuan Morfologi Perbukitan Landai

Satuan morfologi ini merupakan kaki perbukitan, mempunyai bentuk permukaan


bergelombang landai, kemiringan lereng 5 – 15 %, ketinggian tempat antara 25 – 30
m dpl. Menempati hampir 20 % dari seluruh luas daerah penyelidikan, sebagian
besar tersebar di bagian timur P. Batam yakni di sekitar Kabil serta setempat-
setempat di P. Rempang – Galang, yakni sekitar Setoko.

Satuan Morfologi Perbukitan Agak Terjal

Satuan morfologi ini merupakan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk


permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng 10 – 15 %, ketinggian
tempat antara 40 – 70 m dpl. Menempati hampir 20 % dari seluruh luas daerah
penyelidikan, tersebar di bagian barat laut – tenggara P. Batam, meliputi sekitar
Sekupang hingga Duriangkang, seta setempat-setempat di P. Rempang – Galang
disekitar daerah Semnulang dan Galang.

Satuan Morfologi Perbukitan Terjal

Satuan morfologi ini merupakan jajaran perbukitan yang lebih terjal lerengnya,
dengan ketinggian > 15 %, ketinggian tempat > 70 m dpl. Menempati hampir lebih
10 % dari seluruh luas daerah penyelidikan, tersebar di bagian barat laut – tenggara
P. Batam, meliputi sekitar Sekupang hingga Duriangkang, seta setempat-setempat
di P. Rempang – Galang disekitar daerah Sembulang dan Galang.

2-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.1.3. Geologi

Secara regional geologi daerah Batam dan sekitarnya termasuk dalam tatanan stratigrafi
dan litologi berumur Paleozoikum Atas dan Triasik yang merupakan lanjutan dari bagian
timur Malaysia (Hamilton, 1979). Menurut Kusnama, dkk, 1994 dalam Peta Geologi skala
1: 250.000 Lembar Tanjung Pinang, yang selanjutnya dijadikan acuan dalam penyelidikan
ini, batuan penyusun daerah Batam dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

Formasi Duriangkang (Tsd)

Formasi ini berupa serpih kelabu kehitaman dengan struktur pensil, getas dan agak
karbonan, berselingan dengan batupasir kuarsa, kelabu terang, mikaan, terpilah
buruk, dan terkonsolidasi baik. Perbandingan serpih dan batupasir adalah 3 : 1
tersingkap baik di Sungai Duriangkang. Umur formasi Trias Akhir. Terendapkan
dalam lingkungan danau sampai laut dangkal. Tebal formasi sekitar 600 m.

Granit (Tg)

Berupa granit kelabu kemerahan-kehijauan, berbutir kasar, berkomposisi felsfar,


kuarsa, hornblenda dan biotit; mineral umumnya bertekstur primer dan
membentuk suatu pluton batolit yang tersingkap luas di Pulau Batam. Hasil
pelapukan dan proses peneplenisasi menghasilkan mineral ekonomis seperti
cebakan bauksit. Berdasarkan lokasi dan komposisi mineralnya, maka granit daerah
penyelidikan termasuk dalam Pluton Granit Nongsa Batam.

Formasi Pulau Panjang (Jp)

Formasi ini berupa serpih kelabu kemerahan,


keras dan berurat kuarsa dengan ketebalan
2 m dengan sisipan batupasir kuarsa, halus-
kasar, terpilah buruk, memperlihatkan struktur
laminasi sejajar dan silang siur, tebal batupasir
ini 2 – 10 cm; diendapkan dalam lingkungan
darat – laut dangkal. Tebal formasi ini sekitar 500 m. Berdasarkan letak stratigrafi,
umur batuan diperkirakan Jura.

Formasi Tanjungkerotang (Tmpt)

2-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Formasi ini berupa konglomerat aneka bahan berkomponen granit, batupasir


kuarsa, feldspar dan malihan yang tertanam dalam matriks batupasir kasar yang
terkonsolidasi baik; lapisan bersusun dan bersilang-siur umum dijumpai;
terendapkan di lingkungan darat dan pantai. Tebal formasi sekitar 600 m.
Berdasarkan letak stratigrafi, umur batuan diperkirakan Mio-Pliosen.

Formasi Goungon (QTg)

Berupa batupasir tufaan keputih-putihan,


berbutir halus-menengah, laminasi sejajar,
batulanau umum dijumpai, tuf dasitan dan tuf
litik feldspatik berwarna putih, halus, setempat
berselingan dengan batupasir tuf,
memperlihatkan struktur laminasi sejajar dan
silang siur, tuf putih kemerahan dan batuan
kelabu agak karbonan mengandung sisa tanaman. Formasi ini berumur Plio-
Plistosen dengan ketebalan 200 m.

Aluvium (Qa)

Berupa pasir, merah kekuningan dengan komposisi terutama kuars, feldspar,


hornblenda dan biotit yang mungkin berupa sisa erosi lapukan granit, konglomerat
berkomponen kerikil granit, malihan, dan batupasir, terpilah buruk, tidak
terkonsolidasi baik, endapan rawa, dan terumbu yang terangkat. Satuan ini berupa
endapan sungai dan pantai.

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penyelidikan berupa lipatan, sesar dan
kelurusan. Lipatan berupa antiklin berarah barat laut-tenggara, dijumpai pada formasi
Tanjung Kerontang di Pulau Rempang dan Pulau Galang. Adapun sesar berupa sesar geser
dijumpai di Pulau Rempang dan sesar normal di Pulau Rempang dan Pulau Galang.
Sedangkan kelurusan dijumpai di Pulau Batam.

2-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 1.4 Peta Geologi Kota Batam

Berdasarkan aspek geologi teknik, maka tanah dan batuan di wilayah Kota Batam dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) satuan tanah, yaitu:

• Pasir lempungan

• Pasir lanauan

• Batulempung menyerpih

2-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Batu granit

Dari hasil pemerian tersebut di atas, maka secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:

Pasir Lempungan

Pasir lempungan dijumpai di bagian tengah Pulau Batam dan sebagian Pulau
Rempang. Satuan ini lapukan dari batupasir tufaan dari F. Goungon. Kenampakan di
lapangan warna coklat kemerahan, sifat agak gembur dan relatif mudah hancur,
pasir berbutir halus hingga kasar, fraksi halus bersifat lempungan hingga lanau,
tebal tanah < 0,5 m.

Dari hasil analisa laboratorium mekanika tanah yang telah dilakukan oleh Direktorat
Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung, maka didapatkan
hasil sebagai berikut : kadar air (w) 9,91 – 34,9 %, berat jenis (Gs) 2,685 – 2,747, ,
berat isi asli (γ) 1,662 – 1,807 gr/cm3, berat isi kering (γd) 1,232 – 1,572 gr/cm3,
angka pori (e) 0,75 – 1,18, porositas (n) 42,77 – 54,11 %, derajat kejenuhan (Sr)
36,43 – 80,80 %, kohesi (c) 0,090 – 0,172 kg/cm2, sudut geser dalam (φ) 23,170 -
26,260, daya dukung tanah 7,69 – 22,19 ton/m2. (lebar pondasi 1,2 m dan
kedalaman 1 m).

Pasir Lanauan

Pasir lanauan adalah tanah lapukan dari konglomerat aneka bahan dari F.
Tanjungkerotang. Tersebar di P. Rentang dan P. Galang. Kenampakan dilapangan
berwarna kuning pucat, pasir halus, berkerikil hingga kerakal, sifat mudah lepas,
tebal tanah < 0,5 m.

Dari hasil analisa laboratorium mekanika tanah yang telah dilakukan oleh Direktorat
Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung, maka didapatkan
hasil sebagai berikut : kadar air (w) 12,20 – 26,00 %, berat jenis (Gs) 2,665 – 2,876,
berat isi asli (γ) 1,648 – 1,847 gr/cm3, berat isi kering (γd) 1,342 – 1,646 gr/cm3,
angka pori (e) 0,64 – 1,06, porositas (n) 38,23 – 51,98 %, derajat kejenuhan (Sr)
52,53 – 69,07 %, kohesi (c) 0,061 – 0,146 kg/cm2, sudut geser dalam (φ) 24,090 -
24,750, daya dukung tanah 6,87 – 13,96 ton/m2, (lebar pondasi 1,2 m dan
kedalaman 1 m).

2-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Batulempung Menyerpih

Batulempung menyerpih dijumpai di bagian barat dan timur Pulau Batam. Di dalam
Peta Geologi versi Kusnama (1994) satuan batuan ini tidak muncul, namun sebaran
batuan ini sesuai dengan peta geologi versi R.W. Van Bemmelen (1949).
Kenampakan di lapangan batulempung menyerpih berwarna abu-abu kehijauan,
keras, mudah hancur berupa pecahan-pecahan kecil, semakin ke bawah semakin
kers. Tanah lapukan sulit dijumpai, ketebalan tanah < 0,2 m, tanah berupa lanau
pasiran, berwarna putih pucat keabuan, pasir umumnya berupa kuarsa, berbutir
pasiran, berwarna putih pucat keabuan, pasir umumnya berupa kuarsa, berbutir
halus – sedang, bersifat lepas – padu lemah.

Dari hasil analisa laboratorium mekanika tanah yang telah dilakukan oleh Direktorat
Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung, maka didapatkan
hasil sebagai berikut : kadar air (w) 12,41 – 43,87 %, berat jenis (Gs) 2,653 – 2,838,
berat isi asli (γ) 1,625 – 2,017 gr/cm3, berat isi kering (γd) 1,129 – 1,750 gr/cm3,
angka pori (e) 0,54 – 1,44, porositas (n) 39,82 – 59,03 %, derajat kejenuhan (Sr)
53,24 – 83,94 %, kohesi (c) 0,061 – 0,132 kg/cm2, sudut geser dalam (φ) 23,760 -
29,260, daya dukung tanah 6,80 – 15,15 ton/m2, (lebar pondasi 1,2 m dan
kedalaman 1 m).

Batugranit

Granit, warna coklat keabuan, keras. Ketebalan tanah pelapukan0,5 m, berwarna


coklat keabu-abuan, lapukan terfraksikan berupa pasir – pasir lanauan, pasir
berbutir halus-kasar, agak padu.

Dari hasil analisa laboratorium mekanika tanah yang telah dilakukan oleh Direktorat
Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung, maka didapatkan
hasil sebagai berikut : kadar air (w) 15,33 – 30,65 %, berat jenis (Gs) 2,53 – 2,67,
berat isi asli (γ) 1,201 – 1,758 gr/cm3, berat isi kering (γd) 1,023 – 1,524 gr/cm3,
angka pori (e) 0,72 – 1,48, porositas (n) 41,82 – 59,67 %, derajat kejenuhan (Sr)
27,79 – 71,49 %, kohesi (c) 0,105 – 0,121 kg/cm2, sudut geser dalam (φ) 22,400 -

2-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

27,780, daya dukung tanah 10,30 – 17,03 ton/m2, (lebar pondasi 1,2 m dan
kedalaman 1 m).

Gambar 2.5 Peta Sebaran Tanah Dan Batuan Kota Batam

2.1.4. Hidrogeologi dan Klimatologi

Hidrogeologi adalah perpaduan antara geologi dan hidrolika yang menitik beratkan pada
keadaan air tanah sebagai interaksi antara batuan, tanah dan airnya. Terbentuknya air

2 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

tanah tidak terlepas dari siklus hidrogeologi yaitu air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi sebagai proses penguapan air laut akan berubah menjadi air permukaan (run off),
melalui sungai, rawa dan danau, sebagian lagi diuapkan kembali oleh tanaman,
permukaan air dan tanah sebagai evapotranspirasi sebagian lagi meresap ke dalam tanah
menuju daerah jenuh menjadi air tanah pada lapisan pembawa air (akuifer). Air tanah
terdapat dalam batuan melalui ruang antar butir, rekahan, celahan dan rongga pelarutan
atau dapat juga merupakan kombinasi diantara keempatnya. Air tanah terdapat dalam
batuan melalui ruang antar butir, rekahan, celahan dan rongga pelarutan atau dapat juga
merupakan kombinasi diantara keempatnya. Airtanah terdapat pada lapisan jenuh air
yang dapat menyimpan dan meneruskan air (akuifer) dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Kuantitas air tanah dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu:

• Tinggi : Mempunyai debit lebih dari 10 lit/det

• Sedang : 2 – 10 lit/det

• Kecil : < 2 lit/det

Akuifer

Definisi akuifer ialah suatu lapisan, formasi atau kelompok formasi satuan geologi yang
permeable baik yang terkonsolidasi (lempung, misalnya) maupun yang tidak
terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam
jumlah (kuantitas) yang ekonomis.

Confined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya
merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan
pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).

Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan pembatasnya, yang merupakan


aquitard. Pada bagian atasnya ada lapisan pembatas yang mempunyai konduktivitas

2 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

hidraulik lebih kecil daripada konduktivitas hidraulik dari akuifer. Akuifer ini juga
mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.

daerah
tangkapan

Hujan potentiometricsurface/tekanan
piezometris sumur artetis
sumur muka air
muka
pancaran air tanah

muka air tanah

unconfined aquifer
Kedap air

confined aquifer
Kedap air

Gambar 2.6 Confined Aquifer dan Unconfined Aquifer (Todd, 1959)

Beberapa definisi di atas dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini:

Akuifer Dangkal

Akuifer dangkal di Pulau Batam terdapat pada kelompok batuan alluvium dan satuan
batupasir. Akuifer bersifat jamak (multi layer system), yaitu disusun oleh endapan
berbutir berukuran pasir halus hingga kasar, setempat kerikilan, mengandung lempungan
atau lanauan, juga cangkang atau kerang laut, mempunyai sifat fisik mudah lepas hingga
kurang padu. Kedalaman akuifer secara umum berkisar antara (5 – 20 m.bmt) meter
bawah permukaan tanah.

Secara kualitas akuifer ini mempunyai debit sedang hingga kecil, yaitu berkisar antara 0,5
– 3 lit/det, setempat kurang dari 0,5 lit/det. Kualitas air tanah umumnya baik, di beberapa
tempat yang dekat dengan garis pantai mempunyai kandungan klorida yang lebih tinggi
dari persyaratan, dan sebagian lagi airnya keruh. Pemanfaatan air tanah bebas dengan

2 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

cara pembuatan sumur gali. Muka air tanah dangkal di sekitar daerah pesisir, Kampung
Bagan dijumpai pada kedalaman 2 m, sedangkan disekitar Sengkuang Kec. Batuampar
dijumpai pada kedalaman 9 m. Kualitas air tanah umumnya payau.

Air tanah dangkal sebagian telah dimanfaatkan oleh penduduk dengan membuat sumur
gali dan sumut pantek. Air tanah dengan kualitas baik dan air hujan (PAH) umumnya
digunakan warga di pulau-pulau di Luar Batam untuk air minum dan memasak, sedang
yang mempunyai kualitas jelek biasanya digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan
mandi dan cuci. Hampir seluruh masyarakat di Pulau Batam untuk kebutuhan air
bersihnya telah dilayani oleh PT. ATB, bahkan masyarakat di Pulau Buluh.

Akuifer Dalam

Akuifer ini terdapat pada lapisan batupasir dari Formasi Duriangkang, dengan kedalaman
akuifer 50 – 150 m bmt. Bagian atas dan bawahnya dari lapisan ini diapit oleh lapisan
kedap air dari batu lempung dan batulanau.

Kualitas akuifer ini sedang, yaitu berkisar antara 2 – 10 L/dt. Kualitas airnya sebagian baik,
namun dari data sumur bor produksi di beberapa tempat hsil analisa air terdapat
kandungan besi.

Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia, Lembar Tanjung Pinang dan Tanjung Uban Riau
skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan tahun 1995,
daerah Pulau Bataam terdiri dari:

o Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, setempat akuifer dengan
produktifitas sedang (akuifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya).
Umumnya air tanah dekat permukaan, debit < 5 L/dt.

o Akuifer (bercelah atau sarang) produktifitas rendah, setempat berarti. Umumnya


keterusan sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat
diperoleh di lembah-lembah atau zona pelapukan.

o Daerah air tanah langka umumnya berada di wilayah perbukitan yang dibentuk oleh
batuan Formasi Goungon di Pulau Batam dan Formasi Tanjungkerontang di Pulau
Rempang dan Galang.

2 - 13
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 2.7 Peta Hidrogeologi Kota Batam

Kota Batam mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum pada tahun 2010 berkisar
antara 21,1 0C – 24,4 0C dan suhu maksimum berkisar antara 32,2 0C – 34,5 0C, sedangkan
suhu rata-rata sepanjang tahun 2010 adalah 26,7 0C – 28,7 0C.

Keadaan tekanan udara rata-rata untuk tahun 2010 – 2011 berkisar antara 1008,2 –
1019,9 MBS dengan tekanan minimum antara 1003,6 – 1007,6 MBS dan maksimum

2 - 14
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

antara 1007,6 – 1017,4 MBS. Sementara kelembaban udara minimum di Kota Batam rata-
rata berkisar antara 44 – 59 %, dan maksimum antara 97 – 100 %. Kecepatan angin
maksimum 14 – 23 knot. Banyaknya hari hujan selama setahun di Kota Batam pada tahun
2011 adalah 208 hari dan banyaknya curah hujan setahun 2929,4 mm.

Gambar 2.8 Peta Morfologi Kota Batam

2 - 15
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.2. SARANA DAN PRASARANA

2.2.1. Air Limbah

Kondisi pembuangan air limbah domestik di kawasan Kota Batam saat ini adalah Tangki
septic tank, tanpa bidang resapan (dengan demikian pengurasan manual
diangkut/dibuang melalui jasa pembuangan air limbah), air limbah rumah tangga
disalurkan melalui satu pipa got saluran yang ada. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
pencemaran air tanah, badan air dan lingkungan yang kurang sehat. Sedangkan untuk
limbah non-domestik telah dilakukan ditempat, tetapi hanya dalam kawasan terbatas.

2.2.2. Persampahan

Bagi sebuah kota, seperti Kota Batam , sampah merupakan persoalan yang tiada habisnya
dan setiap tahun selalu bertambah baik secara kuantitas dan kualitas. Peningkatan masalah
sampah di Kota Batam disebabkan oleh jumlah penduduk yang terus bertambah, disamping
perkembangan sektor industri dan usaha lainnya. Belum lagi adanya keterbatasan sarana
dan prasarana pengelola sampah itu sendiri, ditambah dengan ketersediaan lahan untuk
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota yang sangat terbatas, sehingga masalah
persampahan kota menjadi lebih kompleks.

Dalam perkembangannya saat ini pengelolaan kebersihan Kota dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

2 - 16
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 2.62

Perkembangan Pengelolaan Sampah Kota tahun 2006-2010

Sumber ; Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Sampai dengan tahun 2010 produksi sampah Kota lebih kurang 845 ton/hari. Kinerja
pengangkutan sampah Kota dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang sangat
bagus. Sampai dengan tahun 2010 hampir seluruh sampah Kota dapat diangkut ke lokasi
TPA Telaga Punggur. Terjadinya penurunan kinerja pada tahun 2007 karena disebabkan
proses peralihan sistim pengangkutan sampah yang memerlukan koordinasi yang
terintegrasi.

Teknis Pengelolaan Kebersihan Kota

Pengumpulan Sampah

Aktifitas pengumpulan sampah dengan cara mengambil dan memindahkan sampah


dari sumbernya ke tempat penampungan sementara.

- TPS (Tempat Pembuangan Sementara)

- Penyediaan TPS selian dilaksanakan oleh Dinas juga dibuat oleh masyarakat dan
badan usaha/swasta.

2 - 17
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

- Saat ini jumlah TPS di Kota ada sekitar 325 buah.

Pengangkutan Sampah

Saat ini armada truk sampah yang dimiliki DKP Kota adalah sebagai berikut:

1. Dump Truck : 14 unit

2. Arm Roll Truck : 3 unit

3. BecaK Motor : 8 unit

4. Pick Up (Pertamanan) : 1 unit

5. Mini Pick Up : 5 unit

6. Mobile Crane : 1 unit

Sebagian kecil masyarakat sudah ada yang mempunyai inisiatif untuk membuat sampah
organik dari sampah organik yang berskala lingkungan.

Pembuatan kompos skala lingkungan ada di 7 lokasi yaitu di :

1. RW. 01 Kel. Tanjung Uma

2. Tiban kampung Kel. Tiban Lama

3. Kapling Nato Kel. Sungai Langkai

4. Bida Ari Kec. Kota

5. Bengkong

6. Batu Ampar

TPA Telaga Punggur :

Mulai beroperasi sejak 1997 dengan luas areal ± 47 ha. Yang effektif digunakan sampai saat
ini adalah seluas 17 ha. Sistem yang diterapkan di TPA Telaga Punggur adalah Controlled
Landfill dengan prinsip pengelolaan sampah dengan memperhatikan lingkungan.

Cara cara pengoperasian TPA adalah sebagai berikut :

- Pencatatan smpah masuk masuk dan pengaturan lalu lintas dijalan akses

- Pengaturan timbunan sampah

- Perataan dan pemadatan sampah

- Pengaturan penutupan sampah dengan tanah

2 - 18
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

- Pengolahan leachate

- Penanganan gas

- Monitoring kualitas leachate dan air sumur monitoring

- Pemeliharaan kolam leachate

Tabel 2.63

Data Sampah Yang Masuk TPA

DATA SAMPAH DI TPA TELAGA PUNGGUR TAHUN 2009


PENGANGKUT
(ton)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
PT. SSET 11.657.230 11.487.150 11.248.670 12.879.450 11.675.510 11.600.120 12.459.240 11.930.640 11.432.730 12.125.180 12.950.140 13.506.510
DKP 845.790 673.450 742.340 789.590 872.500 526.010 499.570 473.400 363.910 731.910 526.070 578.720
INDUSTRI 3.456.780 3.214.570 3.987.450 3.225.360 3.388.330 3.394.550 5.147.300 5.117.730 3.629.540 4.414.060 3.681.350 3.606.190
TOTAL 15.959.800 15.375.170 15.978.460 16.894.400 15.936.340 15.520.680 18.106.110 17.521.770 15.426.180 17.271.150 17.157.560 17.691.420
Sumber Data : DKP Kota

Sumber ; Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

2 - 19
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 2.64

Sarana yang ada di TPA Telaga Punggur

No JENIS ALAT BERAT KAPASITAS JUMLAH KONDISI


1 Jembatan Timbang 40 ton 1 Baik
2 Excavator 1 Baik
3 Bulldozer 1 Baik
4 Dump Truck 2 Baik
5 Mesin Penyemprot Lalat 1 Baik
6 Mesin Potong Rumput 2 Baik

Sumber Data : DKP Kota

Gas methan yang terbentuk dialirkan keluar melalui ventilasi gas yang ada di landfill.
Pengolahan leachate di kolam leachate dengan sistim aerasi menggunakan aerator yang
pada saat ini aerator tersebut tidak berfungsi. Di TPA Telaga Punggur sudah ada kegiatan
pembuatan kompos dan dapat menghasilkan 2 ton kompos per hari.

Gambar 2.20

Proses Pengelolaan Sampah di Kota

2 - 20
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Permasalahan :

- Kalau tidak ada terobosan teknologi, umur TPA Telaga Punggur tinggal 10 tahun lagi.

- Anggaran tidak memadai, untuk pengangkutan dibutuhkan Rp. 18 milyard setahun,


sedangkan realisasi Rp. 16 milyard.

- Untuk pengelolaan TPA dibutuhkan dana Rp. 5 milyard setahun, sedangkan realisasi
hanya Rp. 2 milyard.

2 - 21
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 2.21

Lokasi TPA Telaga Punggur

47 ha

Sumber Data : Paparan Draft Laporan Akhir Studi Kondisi dan Inventarisasi Sungai,
Danau di P. 2010

2.2.3. Drainase

Drainase yang ada di Kota Batam mencakup 16.931 Ha, dengan daerah pelayanan
mencakup wilayah yang dihuni lebih kurang 120.000 jiwa atau 20.000 KK. Dengan
demikian tingkat pelayanan drainase di Kota Batam lebih kurang 11 %.

2.2.4. Sarana Perekonomian

Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan yang ada adalah melalui indikator
pertumbuhan ekonomi, dimana tujuannya yaitu untuk kesejahterakan rakyat seluas-
luasnya. Sarana perekonomian yang ada di Kota Batam dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini.

2 - 22
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.1 Banyaknya Sektor Perekonomian Yang Ada di Kota Batam

NO SEKTOR PERUSAHAAN

1 Pertanian 42
2 Pertambangan 25
3 Industri 1,794
4 Listrik, Gas, dan Air 15
5 Bangunan 809
6 Perdagangan dan Hotel 1,099
7 Pengangkutan dan Komunikasi 162
8 Keuangan 450
9 Jasa-Jasa 511
JUMLAH 4,907
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2.2.5. Sarana Sosial dan Kesehatan

Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu keberhasilan
pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Untuk melihat
gambaran secara umum perkembangan pendidikan di Kota Batam dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.

TABEL 2.2 Banyaknya Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Menurut Kecamatan


dan Jenis Sekolah
JENIS SEKOLAH
NO KECAMATAN
TK SD SLTP SLTA
1 Belakang Padang 3 19 7 4
2 Bulang 3 16 6 2
3 Galang 1 25 8 4
4 Sei Beduk 26 21 6 4
5 Nongsa 22 20 9 4
6 Sekupang 34 27 11 5
7 Lubuk Baja 25 24 10 11
8 Batu Ampar 16 12 6 6
9 Batam Kota 66 38 20 15
10 Sagulung 68 39 11 4
11 Batu Aji 40 21 11 8
12 Bengkong 29 26 11 8
JUMLAH 333 288 116 75
Sumber : Kota Batam Dalam AngkaTahun 2012

2 - 23
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.3 Banyaknya Guru Sekolah dalam Lingkungan Dinas Pendidikan Per Jenis Sekolah

TAHUN
NO JENIS SEKOLAH
2008 2009 2010
1 TK 1,350 1,336 1,140
2 SD 3,198 3,805 4,325
3 SLTP 1,473 1,569 1,653
4 SLTA 414 414 1,498
JUMLAH 6,435 7,124 8,616
Sumber : Kota Batam Dalam AngkaTahun 2012

Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat


memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan tujuan
tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, pada
gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif. Upaya pencapaian derajat
kesehatan tercermin dari peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan, jumlah
tenaga medis serta sarana-sarana lainnya yang semakin meningkat.

TABEL 2.4 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan

PUSKESMAS BALAI RUMAH


NO KECAMATAN RUMAH SAKIT PUSKESMAS PUSKESMAS KELILING POLINDES
PEMBANTU PENGOBATAN BERSALIN
DARAT LAUT
1 Belakang Padang - 1 5 1 4 - - 5
2 Bulang - 1 7 1 4 - - 3
3 Galang - 1 9 3 3 - - 14
4 Sei Beduk 1 1 3 1 - 23 2 2
5 Nongsa - 2 5 3 1 13 3 2
6 Sekupang 1 1 6 2 - 11 5 2
7 Lubuk Baja 3 1 1 2 - 30 7 -
8 Batu Ampar 2 1 2 2 - 16 3 1
9 Batam Kota 3 2 3 1 - 34 13 1
10 Sagulung 1 1 3 1 - 14 5 -
11 Batu Aji 3 1 4 1 - 25 13 -
12 Bengkong - 1 2 1 - 14 10 -
JUMLAH 14 14 50 19 12 180 61 30
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2 - 24
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.5 Banyaknya Dokter Dirinci Menurut Jenisnya di Kota Batam

TAHUN
NO URAIAN
2007 2008 2009 2010
1 Dokter Umum 223 188 415 412
2 Dokter Spesialis 101 117 133 102
3 Dokter Gigi 71 52 74 78
JUMLAH 395 357 622 592
Sumber : RPJMD Kota Batam

TABEL 2.6 Banyaknya Apotek, Pedagang Besar Farmasi dan Toko Obat di Kota Batam

TAHUN
NO URAIAN
2007 2008 2009 2010
1 Apotek 70 75 76 106
2 Pedagang Besar Farmasi 19 27 27 30
3 Toko Obat 168 188 173 148
JUMLAH 257 290 276 284
Sumber : RPJMD Kota Batam

2.2.6. Sarana Peribadatan

Tempat ibadat yang dibangun oleh pemerintah maupun masyarakat adalah sebagai
wadah dalam mengarahkan kehidupan beragama untuk beramal dan kepentingan
bersama. Pada tahun 2000 di Kota Batam terdapat 364 buah tempat peribadatan maka
pada tahun 2005 menjadi 788 buah dan pada tahun 2011 meningkat kembali menjadi
1.311 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

2 - 25
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.7 Banyaknya Tempat Peribadatan Per Kecamatan Menurut Jenisnya

VIHARA/KELENT
NO KECAMATAN MASJID MUSHOLA GEREJA PURA
ENG
1 Belakang Padang 21 28 2 1 -
2 Bulang 27 2 1 1 -
3 Galang 40 12 5 6 -
4 Sei Beduk 49 71 41 4 1
5 Nongsa 49 29 19 2 -
6 Sekupang 52 31 35 3 1
7 Lubuk Baja 28 22 29 7 -
8 Batu Ampar 32 20 8 2 -
9 Batam Kota 67 19 40 8 -
10 Sagulung 82 52 92 3 -
11 Batu Aji 70 10 60 - -
12 Bengkong 48 52 22 2 -
JUMLAH 565 348 354 39 2
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2.2.7. Sarana Transportasi

Angkutan Darat

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu
lintas akan sangat menunjang perekonomian suatu daerah. Guna menunjang kelancaran
perhubungan darat Kota Batam, sampai dengan keadaan akhir tahun 2011 tercatat
panjang jalan yang ada 1.089,08 Km. sarana jalan yang ada pada tahun 2011 tercatat
899,45 Km dalam keadaan baik, 156,51 Km dengan kondisi sedang, 27,49 Km dengan
kondisi rusak dan dalam kondisi rusak berat 5,64 Km.

2 - 26
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.8 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan (Km), 1994-2011

KONDISI
TAHUN JUMLAH
BAIK SEDANG RUSAK RUSAK BERAT
1994 299.91 86.29 29.94 - 416.14
1995 502.81 165.27 124.48 - 792.56
1996 528.11 165.27 112.38 - 805.76
1997 559.70 162.77 85.93 - 808.40
1998 609.06 115.27 66.78 - 791.11
1999 620.70 160.39 111.88 - 892.97
2000 649.39 160.39 104.54 - 914.32
2001 651.40 163.39 109.84 - 924.63
2002 714.64 148.83 80.28 49.12 992.87
2003 778.74 149.60 80.28 59.82 1,068.44
2004 788.64 149.60 80.28 65.12 1,083.64
2005 795.42 144.32 79.48 64.42 1,083.64
2006 805.99 148.46 68.92 64.42 1,087.79
2007 805.99 148.46 68.92 64.42 1,087.79
2008 805.99 148.46 68.92 64.42 1,087.79
2009 851.24 156.51 55.59 24.44 1,087.78
2010 891.15 156.51 27.49 13.54 1,088.69
2011 899.45 156.51 27.49 5.64 1,089.09
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

Angkutan Laut

Angkutan laut merupakan sarana yang sangat penting di Kota Batam. Hal ini terutama
disebabkan sebagian wilayah Kota Batam terdiri dari pulau-pulau.

TABEL 2.9 Fasilitas Pelabuhan Laut Kota Batam

PELABUHAN
NO KETERANGAN SEKUPANG SEMBLOK CITRA BATAM CENTRE
SEKUPANG BATU AMPAR KABIL
FERRY TERM NUSA FERRY TERM
1 Kapasitas Sandar Kapal 10,000 DWT 4 Kapal 35.000 DWT 35.000 DWT 35.000 DWT 4 Kapal
2 Panjang Dermaga (m) 117 - 600 420 176 -
3 Kedalaman Pada Sisi Dermaga (m) 9 6 41,072 12 10 6
2
4 Gudang Terbuka (m ) 116,100 - 214,000 100,000 - -
2
5 Gudang Tertutup (m ) 42,240 - 19,500 1,890 - -
6 Luas Ponton A (m) - 9.07 x 18.14 - - - 6 x 12
7 Luas Ponton B (m) - 9.07 x 18.14 - - - 8 x 15
Sumber : Batam Dalam Angka Tahun 2012

2 - 27
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Angkutan Udara

Dari laporan Bandara Hang Nadim menunjukkan bahwa pada tahun terakhir 2011,
frekuensi penerbangan yaitu jumlah pesawat udara dan penumpang yang
dating/berangkt telah mengalami perkembangan yang bervarisasi, pada jumlah pesawat
yang datang dan berangkat mengalami peningkatan demikian pula pada penumpang baik
datang maupun berangkat mengalami peningkatan.

TABEL 2.10 Fasilitas Bandara Hang Nadim

SUDAH RENCANA
NO KETERANGAN SATUAN
TERLAKSANA TAHAP AKHIR
1 Landasan Pacu m 4,025 x 45 4,025 x 45
2
2 Apron m 110,541 170,000
2
3 Terminal m 30,042 88,000
4 Pesawat Type B.747 B.747
5 Daya Tampung Terminal passenger/year 4,000,000 8,300,000
6 Kapasitas Penyimpanan Barang tones 16,230 700,000
7 Kapasitas Penyimpanan Barang
kiloliter 52,000 52,000
Bahan Bakar
Sumber : Kota Batam Dalam Angka 2012

TABEL 2.11 Banyaknya Pesawat Udara yang Datang dan Berangkat serta Penumpang melalui
Bandara Hang Nadim

PESAWAT (buah) PENUMPANG (orang)


TAHUN
DATANG BERANGKAT DATANG BERANGKAT
1997 7,828 7,831 331,725 335,419
1998 6,726 6,725 265,364 264,663
1999 6,659 6,660 196,077 176,892
2000 7,449 7,448 243,212 233,103
2001 8,122 7,429 310,565 307,636
2002 9,927 8,123 406,777 408,119
2003 13,156 9,924 557,020 573,579
2004 13,480 13,155 948,971 957,149
2005 14,288 13,482 1,050,814 1,000,593
2006 14,527 14,281 1,293,379 1,227,762
2007 13,714 14,525 1,389,968 1,332,370
2008 13,714 13,714 1,296,655 1,267,783
2009 13,345 13,343 1,360,915 1,399,794
2010 13,702 13,703 1,590,268 1,567,350
2011 14,218 14,218 1,623,549 1,607,461
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2 - 28
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.2.8. Listrik

Kebijakan pemerintah dibidang kelistrikan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi khususnya sektor industri. Jumlah menis,
tenaga yang dibangkitkan serta banyaknya listrik yang disalurkan dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.

TABEL 2.12 Banyaknya Mesin, Daya Terpasang, Tenaga Yang Dibangkitkan, dan Pemakaian
Sendiri

DAYA TENAGA YANG PEMAKAIAN


NO JENIS PENGELOLAAN JUMLAH MESIN
TERPASANG DIBANGKITKAN SENDIRI
1 PT. PLN Batam 73 373,612 299,920 2,456,651
2 PLTD Belakang Padang ….. ….. ….. …..
3 PLTD Pulau Buluh ….. ….. ….. …..
4 PLTD Pulau Kasu ….. ….. ….. …..
5 PLTD Pulau Terong ….. ….. ….. …..
6 PLTD Pulau Pecong ….. ….. ….. …..
7 PLTD Karas ….. ….. ….. …..
8 PLTD Sembulang ….. ….. ….. …..
9 PLTD Pulau Abang ….. ….. ….. …..
JUMLAH ….. ….. ….. …..
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

TABEL 2.13 Banyaknya KWH Terjual, Susut, Pemakaian Bahan Bakar, dan Bahan Pelumas

PEMAKAIAN
PEMAKAIN BAHAN BAKAR
NO JENIS PENGELOLAAN KWH TERJUAL SUSUT BAHAN
BBM GAS PELUMAS
1 PT. PLN Batam 1,526,887,249 97,198,047 20,397,320 14,524,075 131,492
2 PLTD Belakang Padang ….. ….. ….. ….. …..
3 PLTD Pulau Buluh ….. ….. ….. ….. …..
4 PLTD Pulau Kasu ….. ….. ….. ….. …..
5 PLTD Pulau Terong ….. ….. ….. ….. …..
6 PLTD Pulau Pecong ….. ….. ….. ….. …..
7 PLTD Karas ….. ….. ….. ….. …..
8 PLTD Sembulang ….. ….. ….. ….. …..
9 PLTD Pulau Abang ….. ….. ….. ….. …..
JUMLAH ….. ….. ….. …..
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2.2.9. Komunikasi dan Informatika

Dalam penyelenggaraan pemerintah peran serta masyarakat sangat penting terutama


dalam proses penetapan kebijakan public yang merupakan sebuah kontrak sosial antara

2 - 29
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

eksekutif, legeslatif, dan masyarakat. Untuk itu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota Batam melalui E-Government.

Untuk menyampaikan kebijakan publik dan menerima informasi dan aspirasi dari
masyarakat, Pemerintah Kota Batam telah menyediakan website dengan alamat
www.pemko-batam.go.id. Selanjutnya kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dalam era globalisasi perlu dilakukan pembuatan digital map yang mudah diakses oleh
masyarakat dan dunia usaha.

2.2.10. Kawasan Strategis

Kawasan strategis merupakan kawasan yang memiliki nilai penting dilihat dari segi
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun pertahanan dan keamanan, yang
memerlukan upaya penanganan dan pengembangan secara terpadu, mencakup kawasan
potensial tumbuh cepat dan berfungsi sebagai pertahanan keamanan.

Kawasan strategis di Kota Batam yaitu terletak di Pulau Rempang, Pulau Galang, dan
Pulau Galang Baru.

2.3. SOSIAL-EKONOMI DAN BUDAYA

2.3.1. Demografi

Penduduk Kota Batam bersifat heterogen terdiri dari multi suku yang ada di Indonesia,
dengan penduduk aslinya suku Melayu. Jumlah penduduk per Kecamatan dapat dilihat
pada Tabel pada sub-bab kependudukan.

2.3.2. Migrasi

Kota Batam memiliki pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Hal ini terutama
disebabkan adanya migrasi penduduk dari luar daerah ke Kota Batam. Faktor ini juga
mengakibatkan karakteristik penduduk Kota Batam multi-etnis.

2 - 30
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.3.3. PDRB

Selama periode 2006 – 2008, perkapita PDRB dan per kapita pendapatan regional Kota
Batammengalami kecenderungan peningkatan, namun pada tahun 2009 cenderung
terjadi penurunan dan pada tahun 2010 diperkirakan mengalami kenaikan. Hal ini secara
umum dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang masih relatif melambat, sehingga
berdampat pada pertumbuhan PDRB yang menjadi relatif lebih kecil di satu sisi, namun di
sisi lain jumlah penduduk mengalami peningkatan, sehingga per kapita PDRB menjadi
cenderung menurun.

TABEL 2.14 Per Kapita PDRB dan Per Kapita Pendapatan Regional Kota Batam

Periode 2006 - 2008

PER KAPITA
TAHUN
PDRB PENDAPATAN REGIONAL
2006 44,556,634.45 32,556,694.01
2007 47,388,554.61 33,836,279.69
2008 51,710,848.27 36,818,123.97
2009* 46,266,613.81 36,909,167.95
2010* 50,088,304.37 37,180,548.33
Sumber : RPJMD Kota Batam
* Angka Sementara

Besaran PDRB per kapita Kota Batam sangat besar bila dibandingkan dengan Provinsi
Kepulauan Riau dan Nasional. Pada tahun 2008, PDRB per kapita Kota Batam telah
mencapai Rp. 51,71 juta, sedangkan Kepulauan Riau sebesar Rp. 39,98 juta dan tingkat
Nasional hanya berada dalam kisaran Rp. 24,3 juta. Namun yang patut menjadi perhatian
adalah indikator PDRB per kapita belum dapat mengidentifikasikan pemerataan bagi
seluruh masyarakat.

2 - 31
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

GAMBAR 2.2 Komparasi PDRB Per Kapita Kota Batam dengan Provinsi Kepulauan Riau dan
Nasional Tahun 2009

2.3.4. Mata Pencaharian Penduduk

Pulau Batam dan beberapa pulau disekitarnya dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia
menjadi daerah industri, perdagangan, dan alih kapal. Berikut ini Tabel-Tabel jumlah
tenaga kerja menurut sector ekonomi.

TABEL 2.15 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi di Kota Batam

JUMLAH
NO SEKTOR
PERUSAHAAN PEGAWAI
1 Pegawai Negeri Sipil - 7,285
2 Pertanian 42 2,511
3 Pertambangan 25 488
4 Industri 1,794 174,084
5 Listrik, Gas, dan Air 15 476
6 Bangunan 809 33,130
7 Perdagangan dan Hotel 1,099 34,487
8 Pengangkutan dan Komunikasi 162 3,470
9 Keuangan 450 24,896
10 Jasa-Jasa 511 45,512
JUMLAH 4,907 326,339
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2 - 32
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pelayanan ketenagakerjaan bagi masyarakat akan terus dibutuhkan sebagai upaya


memfasilitasi bagi para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai. Berikut
ini Tabel banyaknya pencari kerja yang terdaftar pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota
Batam selama periode 2009 – Juni 2012.

TABEL 2.16 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Pada Disnakertranas Kota Batam Menurut
Tingkat Pendidikan

TINGKAT TAHUN
NO
PENDIDIKAN 2009 2010 2011 JUNI 2012
1 SD 529 553 386 17
2 SLTP 1,656 1,675 1,245 70
3 SLTA 26,138 24,287 22,430 1,433
4 DI/DII/DIII 2,200 3,067 2,148 97
5 S1/S2 2,051 1,187 774 58
JUMLAH 32,574 30,769 26,983 1,675
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2.3.5. Adat Istiadat, Tradisi dan Budaya

Kota Batam erupakan kota multi-etnis dimana terdapat berbagai macam etnis dari
seluruh Indonesia dan dunia. Walaupun demikian budaya Melayu yang identik dengan
Islam masih begitu kental di daerah ini yang menjadi akar budaya lokal. Dalam kehidupan
sehari-hari terdapat upacara-upacara yang mempunyai unsur keagamaan dan mitos yang
dinyatakan dalam tari, musik, dan berbagai bentuk seni lainnya. Ada beberapa tari
tradisional yang populer, seperti tari Jogi serta tari Zapin yang mencerminkan pengaruh
kuat budaya Arab. Ada juga tari Persembahan yang biasanya dilakukan pada saat
menyambut tamu kehormatan. Selain itu ada drama Mak Yong yang merupakan drama
pertunjukan tari dan lagu.

2.4. SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat


memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan tujuan
tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, pada
gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif.

2 - 33
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Banyaknya sarana kesehatan, dokter dan paramedis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1.7 Jumlah sarana Kesehatan menurut jenisnya

Tabel 2.1.8 Jumlah Apotek, Pedagang Besar Farmasi dan Toko Obat

2 - 34
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.5. RUANG DAN LAHAN

Pembahasan ruang dan lahan dalam penyusunan RISPAM Kota Batam ini tidak terlepas
dari pembahasan tentang pengembangan wilayah/spatial planning yang selama ini telah
dilakukan baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan pemerintah/pemerintah daerah yang
ada, pekerjaan yang bersifat studi, kajian serta rencana maupun program-program
pembangunan.

Beberapa peraturan dan kebijakan yang berkaitan dalam penyusunan RISPAM Kota
Batam ini, antara lain yaitu:

o Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Batam, Bintan dan Karimun (BBK);

o Peraturan Daerah Kota Batam No. 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014;

o Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batam Tahun 2004 – 2014;

o RPJM Kota Batam Tahun 2011 – 2016.

2.4.1. Aspek Tata Ruang

A. Penataan Ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK)

Kebijakan

1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan


budi daya;

2) P eningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan


berhierarki;

3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan
sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan;

2 - 35
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan


perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam
perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi
Pulau Sumatera;

5) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan Negara;

6) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

7) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui


pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.

Tujuan

1) Kawasan BBK yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

2) Penyelenggaraan fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus dan


berdaya saing pada Kawasan BBK sebagai KPBPB dalam mendukung
perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera;

3) Pemantapan dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara pada


Kawasan BBK sebagai kawasan perbatasan negara;

4) Peningkatan fungsi pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup sebagai satu


kesatuan ekosistem kepulauan.

Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ)

Kawasan ini terdiri dari 3 (tiga) daerah yaitu Batam, Bintan dan Karimun (BBK).
Terkait dengan kawasan tersebut, terdapat kesepakatan kerjasama ekonomi
antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura dan ditindak lanjuti
dengan penetapan lokasi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
(KPBPB) sebagai berikut:

o Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2007 untuk KPBPB Batam.

2 - 36
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

o Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2007 untuk KPBPB Bintan.

o Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2007 untuk KPBPB Karimun.

o Peraturan Presiden No. 9, 10 dan 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan


KPBPB Batam, Bintan dan Karimun sebagai bentuk kelembagaannya.

Bila ditinjau dari sistem perkotaan secara nasional, maka kawasan Batam, Bintan
dan Karimun potensi kawasan sebagai berikut:

o Kawasan Batam, Bintan dan Karimun terletak di tengah pasar internasional


(Singapura, China, India, Australia dan pasardunia yang lebih luas lainnya).

o Secara geografis, terletak pada jalur perdagangan internasional yang


menjadikan kawasan.

o Batam, Bintan dan Karimun sebagi pintu masuk arus investasi asing ke
Indonesia.

o Secara nasional, kawasan Batam, Bintan dan Karimun adalah sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Kuhusus untuk Pengembangan Kota Batam, diamanatkan dalam Peraturan


Pemerintah No. 46 Tahun 2007 untuk KPBPB Batam bahwa KPBPB Batam akan
dikembangkan di 7 (tujuh) pulau di Kota Batam dan 12 (dua belas) kecamatan.

Peraturan Pemerintah No.1 tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang- bidang Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu
memberikan dukungan pengembangan Batam sebagai KPBPB dalam bentuk
perangkat lunak berupa insentif perpajakan.

Implikasinya terhadap struktur dan pola ruang adalah perlunya penetapan batas
kawasan yang jelas dalam pemberlakuan insentif pengurangan pajak
penghasilan tersebut. Hal ini juga harus didasari oleh kajian perekonomian yang
mendalam, terutama tentang cost-benefit.

Selain itu, terdapat beberapa kebijakan regional yang diperkirakan juga akan
mempengaruhi pembentukan struktur dan pola ruang Kota Batam, yaitu

2 - 37
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

kerjasama World Trade Organization, Asean Free Trade Area (AFTA),

Kerjasama Ekonomi Sub Regional Indonesia, Malaysia, dan Singapura atau Growth
Triangle, serta Joint Working Group Indonesia-Singapore for framework Agreement
On Econimic Cooperation. Kebijakan perekonomian sub- regional ini akan
mempengaruhi kegiatan yang akan dikembangkan di Kota Batam, yang
berimplikasi pada kebutuhan ruang bagi kegiatan-kegiatan tersebut.

SIJORI (Singapore-Johor-Riau)

Batam secara geografis terletak pada posisi geografis yang strategis, yaitu berada
pada jalur pelayaran internasional kawasan segitiga emas Singapura-Johor-Riau.
Segitiga pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut tentunya menciptakan iklim
yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Kota Batam karena selain merupakan
daerah tujuan investasi yang menarik juga ditetapkannya Kota Batam sebagai
Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas atau Free Trade Zone (FTZ).

Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam kerjasama ekonomi regional SIJORI


tersebut, maka Kota Batam diharapkan semakin tumbuh dan berkembang sebagai
salah satu pusat bisnis, industri dan keuangan yang cukup penting di kawasan Asia
Tenggara.

B. Tata Ruang Kota Batam dalam Koonstelasi yang Lebih Luas

Secara makro, pengembangan Kota Batam dalam konstelasi ruang yang lebih luas
untuk 20 tahun ke depan diarahkan mendapatkan kedudukan yang cukup tinggi
(fungsi dan peranan kota) terhadap kawasan regional. Beberapa tahapan
pengembangan (staging) untuk mencapai hal tersebut melalui hal-hal sebagai
berikut:

o Support function bagi Singapura

Dalam tahap ini, pengembangan industri menjadi “leading sector”. Dukungan


yang dilakukan adalah kegiatan transhipment yaitu menyediakan lahan bagi
pengembangan non-pollutant industrial estate, pariwisata, industri pengapalan.

2 - 38
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

o Mitra Utama Singapura

Dalam tahap ini, pengembangan industri dan pariwisata menjadi dominan dan
semakin menguat namun mulai terjadi shifting dari dominasi sektor industri ke
sektor jasa. Dukungan sektor kegiatan dan kegiatan Free Trade Zone yang
dikembangkan dalam tahap ini, adalah:

• Industrial estate non pollutant.

• Transhipment support.

• Bungkering.

• Oil and gas storage.

• Industri perkapalan (shipyard).

• Tourism support.

o Kawasan yang Memiliki Beberapa Sektor Unggulan

Dalam tahap ini, pengembangan kegiatan Free Trade Zone esksisting semakin
diperkuat melalui dukungan kebijakan industri dan ketenaga-kerjaan yang
semakin baik, mekanisme

intensif, manajemen pengelolaan kawasan, diversifikasi pasar komoditi eksport,


ekspansi tujuan eksport di pasar Asia dan Eropa. Juga dalam tahap ini
diupayakan terjadi peralihan fungsi-fungsi kegiatan perdagangan utama
Singapura terkait aktifitas perdagangan dan pengembangan fungsi-fungsi
kegiatan dalam lingkup kawasan Batam, Bintan dan Karimun, meliputi kegiatan-
kegiatan pengembangan:

• Industrial estate non pollutant.

• Bungkering centre.

• Oil and gas storage centra.

• Industri perkapalan (shipyard) dan floating dockyard.

• MICE centre.

o Kawasan Unggulan

2 - 39
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Dalam tahap ini, kawasan Batam, Bintan dan Karimun diorientasikan menjadi
kawasan yang unggul dan bersaing tinggi melalui pengurangan berbagai kendala
yang menghambat arus perdagangan barang dan jasa termasuk peraturan dan
kebijakan yang menghambat serta menyederhanakan prosedur kepabean serta
mendorong kegiatan investasi dan produksi. Fungsi dan kegiatan yang
dikembangkan dalam tahap ini, adalah sebagai berikut:

• Pengembangan IT.

• Bungkering centre.

• Oil and gas storage centra.

• Industri perkapalan (shipyard) dan floating dockyard.

• MICE centre.

2.4.2. Tata Ruang Kota Batam

Bahasan terhadap tata ruang Kota Batam ini bertujuan untuk lebih mengetahui
perkembangan kota secara fisik, lahan maupun perkembangan kegiatan utama dan
penunjang bagi penyediaan sarana prasarana kota maupun sanitasi Kota Batam.

Fungsi-fungsi utama Kota Batam sampai dengan perkembangannya yang terakhir


difungsikan sebagai:

Wilayah Barelang

o Pusat Pemerintahan Kota Batam.

o Pusat pengembangan kegiatan industri / kawasan industri (Bonded Zone).

o Kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone).

o Pusat logistik bagi Pertamina dan pergudangan bagi kegiatan ekspor – impor.

o Pusat kegiatan alih muat angkutan laut (transhipment point).

o Kawasan pariwisata.

o Pusat pendidikan dan penelitian - pengembangan Iptek.

2 - 40
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Wilayah Pulau-pulau Lain

o Kawasan pertanian dan agroindustri (komoditas komersial).

o Kawasan budidaya berbasis kelautan.

o Kawasan pariwisata.

o Kawasan industri terbatas berwawasan lingkungan.

Sejalan dengan hasil-hasil analisis pengembangan wilayah yang telah dilakukan, sesuai
visi dan misi pengembangan Kota Batam yang telah dikemukakan dengan
memperhatikan kecenderungan minat ivestasi yang ada hingga saat ini maka selain
perlunya diperkuat dan diperdalam beberapa fungsi wilayah yang sudah ada juga perlu
dikembangkan fungsi-fungsi wilayah yang baru yaitu sebagai berikut:

Fungsi kawasan industri perlu diperkuat dan diperdalam dengan industri


pengilangan minyak, agroindustri dan industri pengolahan hasil perikanan laut
(marine industries).

Mengingat “marine industries” yang disebut terakhir akan dikembangkan dengan


jumlah dan kapasitas yang relatif besar (dalam kerangka pemberdayaan ekonomi
rakyat) maka fungsi tersebut dapat dikategorikan sebagai fungsi baru bagi Kota
Batam.

Fungsi kawasan pariwisata juga perlu diperkuat dan diperdalam dengan pengem-
bangan kawasan-kawasan wisata bahari (perairan laut), kawasan wisata alam di
darat (Taman Safari dlsb), dan kawasan-kawasan rekreasi binaan.

Fungsi sebagai pusat pemerintahan (tingkat Kota) juga perlu diperkuat sejalan
dengan peningkatan status pemerintahan dari Kotamadya Administratif menjadi
Kota.

Selain “marine industries”, beberapa fungsi baru yang perlu dikembangkan di


Kota Batam pada masa depan adalah:

o Fungsi sebagai kawasan pengembangan agribisnis, utamanya untuk


komoditas hortikultura dan buah-buahan bernilai ekonomis tinggi
(walaupun dikembangkan secara relatif terbatas di luar P. Batam)

2 - 41
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

o Fungsi sebagai kawasan pusat pendidikan dan penelitian-pengembangan


Iptek, khususnya sehubungan dengan rencana pembangunan Kampus
Universitas Internasional lingkup ASEAN di P. Setokok dan Bio-Island Project
di P. Rempang.

2.4.3. Struktur Tata Ruang Kota

Sesuai dengan fungsi Kota Batam sebagai kota industri dan perdagangan skala
internasional, maka perencanaan struktur tata ruang Kota Batam adalah dengan pola
Multiple Nuclei. Pembentukan struktur ruang ini melalui pusat-pusat pelayanan utama
dan kemudian dilanjutkan dengan pembentukan pusat-pusat pelayanan yang lebih
rendah hierarkinya serta dialokasikan ke seluruh wilayah mengikuti pola Multiple Nuclei.

Struktur tata ruang Kota Batam dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

Pusat Pelayanan Primer

Pusat Pelayanan Primer ini merupakan pusat pelayanan utama kota dengan skala
pelayanan kota, regional dan internasional yang dialokasikan di pusat-pusat
utama kegiatan kota sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan serta
mempunyai nilai aksesibilitas yang cukup baik sehingga mudah dijangkau dari
seluruh wilayah kota. Adapun jenis kegiatan yang dikembangkan di pusat utama
kota ini, disesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayah yang dimiliki, daya
dukung dan ketersediaan lahan yang ada. Adapun alokasi pusat pelayanan primer
ini, dapat dilihat dalam Tabel berikut ini.

2 - 42
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.17 Pusat Pelayanan Kegiatan Primer di Kota Batam

NO KEGIATAN PELAYANAN UTAMA LOKASI


1. Kegiatan Pemerintahan - Batam Center
- Didukung di lokasi lainnya di luar Batam Center
2. Kegiatan Perdagangan dan Jasa - Nagoya
- Baloi
- Lubuk Baja
- Batam Center
- Kawasan Strategis di Pulau Rempang
3. Kegiatan Industri - Batam Center
- Kabil
- Muka Kuning
- Tanjung Uncang
- Batu Ampar
- Sekupang
- Sembulang, Pulau Rempang
4. Kegiatan Pariwisata - Nongsa
(wisata budaya, wisata bahari - Waterfront
dengan skala pelayanan lokal, - Pulau rempang
regional, nasional, internasional) - Pulau Galang Baru

Sumber : - Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004 – 2014

- Buku Putih Kota Batam - 2011

Pusat Pelayanan Sekunder

Pusat Pelayanan sekunder ini merupakan pusat pelayanan yang secara hierarki di
bawah pusat kelayanan utama kota dengan skala pelayanannya di wilayah
kecamatan dan wilayah laut belakangnya serta dialokasikan tersebar di seluruh
pusat-pusat kecamatan utama kegiatan kota sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan serta mempunyai nilai aksesibilitas yang cukup baik sehingga mudah
dijangkau dari seluruh wilayah kota. Jenis kegiatan yang dikembangkan di pusat-
pusat kecamatan ini, disesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayah yang
dimiliki, daya dukung dan ketersediaan lahan yang ada. Adapun alokasi pusat
pelayanan sekunder ini, dapat dilihat dalam Tabel berikut ini.

2 - 43
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.18 Pusat Pelayanan Kegiatan Sekunder di Kota Batam

NO KEGIATAN PELAYANAN UTAMA LOKASI


1. Kegiatan Pemerintahan KOTA – KOTA KECAMATAN
- Sekanak Raya
- Sungai Jodoh
- Sadai
- Sei Harapan
- Buliang
- Kabil
- Belian
- Bulang Bintang
- Baloi Indah
- Tanjung Piayu
- Sungai Langkai
- Sembulang
2. Kegiatan Perdagangan dan Jasa a. Kecamatan Sekupang
- Simpang Sungai Harapan
- Simpang Base Camp sampai Waterfront
City
b. Kecamatan Nongsa
- Jalan Hang Tuah
- Jalan Hang Jebat
- Simpang Jalan Kesturi – Jalan Hasanudin
c. Kecamatan Sei Bedug
- Simpang Trans Barelang
- Simpang Duriangkang
Sumber : - Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004 – 2014

- Buku Putih Kota Batam - 2011

Berdasarkan struktur ruang tersebut diatas, maka hierarki Kota Batam dibedakan
menjadi:

Pusat Pertumbuhan Kegiatan Orde I

Pusat pertumbuhan kegiatan dengan besarnya kegiatan perindustrian, jasa dan


perdagangan dengan pusat kegiatan di Batam Center dan Nagoya.

Pusat Pertumbuhan Kegiatan Orde II

Pusat pertumbuhan kegiatan dengan besarnya kegiatan perindustrian, jasa dan


perdagangan dengan pusat kegiatan berada di Kecmatan Batu Ampar, Sekupang,
Nongsa, Tanjung Ucang, Muka Kuning dan Kabil.

2 - 44
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pusat Pertumbuhan Kegiatan Orde III

Pusat pertumbuhan kegiatan skala kecamatan dengan pusat kegiatan di kota-kota


kecamatan.

ORDE II ORDE II
KAWASAN INDUSTRI BT. AMPAR KAWASAN WISATA NONGSA

ORDE II ORDE I BATAM CENTRE


KAWASAN INDUSTRI SEKUPANG PUSAT PEMERINTAHAN, INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN
ORDE II
KAWASAN INDUSTRI TJ. UNCANG
ORDE I NAGOYA
PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA

ORDE II
ORDE II KAWASAN INDUSTRI KABIL
KAWASAN INDUSTRI MUKA KUNING

GAMBAR 2.4 Struktur Tata Ruang Kota Batam

2.4.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota

Rencana pemanfaatan ruang Kota Batam secara garis besar adalah:

Pengembangan Pulau Batam, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan industri,


perdagangan dan jasa, penataan lingkungan perumahan serta penataan kegiatan
wisata.

2 - 45
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pengembangan Pulau Rempang - Galang - Galang Baru, diarahkan


pemanfaatannya untuk kegiatan wisata agro dan wisata bahari, lingkungan
perumahan intensif/vertikal yang tertata dengan konsep neighborhood unit,
kegiatan pertanian (agro) serta kegiatan industri yang ramah lingkungan dengan
prioritas untuk agro industri dan marine industry.

Pengembangan Pulau-pulau sekitar Barelang (Hinterland), diarahkan


pemanfaatannya untuk kegiatan wisata agro dan wisata bahari, kegiatan
pertanian (agro), perikanan laut, industri kelautan, penataan lingkungan
perumahan nelayan serta pemberdayaan masyarakat.

Sedangkan arahan pemanfaatan ruang kotanya, seperti terlihat dalam Tabel berikut ini.

TABEL 2.19 Arahan Pemanfaatan Ruang di Kota Batam

PEMANFAATAN RUANG
NO ARAHAN LOKASI
KEGIATAN
1. Pusat Pemerintahan - Batam Center (Kecamatan Batam Kota)
- Sekupang (Kecamatan Sekupang)
2. Pusat Perdagangan dan Jasa - Batam Center (Kecamatan Batam Kota)
- Nagoya
- Lubuk Baja
3. Pusat Perindustrian Berat - Kawasan Industri Batu Ampar
- Kawasan Industri Kabil
- Kawasan Industri Tanjung Uncang
4. Pusat Perindustrian Perakitan - Batam Center (Kecamatan Batam Kota)
- Kawasan Industri Batu Ampar
- Kawasan Industri Sekupang
- Kawasan Industri Muka Kuning
5. Pusat Pariwisata - Waterfront City, Nongsa
6. Pusat – Pusat Permukiman Kecamatan Batam Kota, Nongsa, Batu Ampar,
Bengkong, Lubuk Baja, Sekupang, Batu AJi,
Sungai Beduk dan Kecamatan Sagulung.
Sumber : - Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004 – 2014

2 - 46
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 2.20 Rencana Pemanfaatan Lahan Kota Batam

2 - 47
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

A. Rencana Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Rencana pemanfaatan Kawasan budidaya yang akan dikembangkan di Kota Batam


serta arahan kegiatan utamanya terbagi atas:

o Kawasan Budidaya Perkotaan, yang sebagian besar akan dikembangkan di


Wilayah Barelang, dengan kegiatan ekonomi utama diarahkan pada sektor
industri, perdagangan dan pariwisata.

o Kawasan Budidaya Perdesaan, yang sebagian besar akan dikembangkan di


pulau-pulau di luar Wilayah Barelang, dengan kegiatan ekonomi utama
diarahkan pada kegiatan pertanian dan peternakan modern, perikanan
laut, serta pariwisata.

Kawasan Budidaya Perkotaan

Pengembangan kawasan budidaya perkotaan diprioritaskan pada wilayah yang


sebagian besar berpotensi tumbuh atau cenderung tumbuh sebagai daerah
perkotaan, seperti yang terjadi di wilayah Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau
Galang, dan Pulau Galang Baru. Adapun kawasan budidaya perkotaan yang akan di
kembangkan di Kota Batam terbagi atas kawasan pemerintahan dan perkantoran,
kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan pariwisata, serta
kawasan perumahan.

Adapun arahan pengembangan untuk tiap kawasan budiadaya perkotaan tersebut


dapat diuraikan pada pembahasan berikut:

o Pengembangan Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran

Dipusatkan di kawasan Batam Center – Kecamatan Nongsa

o Pengembangan Kawasan Perdagangan dan jasa

Dipusatkan di daerah Nagoya dan Batam Center, dengan pengembangan di:

• Kecamatan Sekupang

• Kecamatan Lubuk Baja

• Kecamatan Batu Ampar

• Kecamatan Nongsa

2 - 48
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Kecamatan Sei Beduk

• Kecamatan Belakang

• Padang Kecamatan Bulang

• Kecamatan Galang (dialokasikan pada kawasan strategis

o Pengembangan Kawasan Industri

Pengembangan zona/kawasan industri di Kota Batam akan dikonsentrasikan di


Pulau Batam pada zona-zona industri yang sudah ditetapkan, yaitu Wilayah Batu
Ampar, Batam Center, Muka Kuning, Kabil – Telaga Punggur, Tanjung Uncang -
Sagulung, Sekupang, dan Pulau Janda Berhias, serta satu zona industri di
Sembulang - Pulau Rempang untuk mengantisipasi pengembangan di masa
mendatang.

o Pengembangan Kawasan Pariwisata

• Pengembangan Kawasan ekowisata

- Wilayah Belakang Padang

- Wilayah Pulau Setokok

- Pulau Bulan bagian selatan

- Wilayah Pulau Ngenang

- Wilayah Pulau Karas Besar

- Wilayah Pulau Petung

• Pengembangan Kawasan Wisata Bahari

- Tanjung Nibung

- Tanjung Sembur

- Perairan Sebelah Barat Pulau Nongsa

- Perairan di antara Pulau Asah Kecil Pulau Piyau dengan potensi


objek wisata berupa panorama lautan

- Perairan Pulau Rempang dan Pulau Galang Bagian Barat memiliki

2 - 49
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

potensi panorama laut dan wisata pantai

- Kawasan wisata bahari di Kota Batam juga meliputi kawasan cagar


budaya, yaitu di Pulau Bulan (Batu Besar hingga ke Tanjung Kertang),
dan di Pulau Bulan Lintang (sekitar Tanjung Baba).

o Pengembangan Kawasan Perumahan

• Pengembangan untuk perumahan, dialokasikan di :

- Kecamatan Nongsa bagian Barat, terutama di sekitar Batam Center


dan sebelah Selatan Waduk Sei Baloi hingga sebelah Utara Bandara,
dan di sebelah Selatan simpang Jl. Hang Kesturi dengan Jl. Hasanudin

- Kecamatan Batu Ampar bagian Timur, terutana di sebelah Timur


ruas Jl. Yos Sudarso hingga ke pantai;

- Kecamatan Lubuk Baja, terutama di sekitar pusat perdagangan dan


jasa Nagoya; Kecamatan Sekupang, terutama di sebelah Selatan dan
Utara sepanjang Jl. Gajah Mada, di Selatan Waterfront City, dan di
sebelah Utara Jl. Letjend Suprapto; Kecamatan Sei Beduk, terutama
di sebelah Selatan Jl. Brigjend Katamso - Jl. Letjend Suprapto,
sebelah Barat Jl. Trans Barelang, dan di sekitar Simpang
Duriangkang (simpang Jl. S. Parman dengan jalan menuju Waduk
Duriangkang).

• Perumahan perkotaan di luar Pulau Batam umumnya berupa


perumahan eksisting yang terdapat terutama di ibukota-ibukota
kecamatan yang sudah cukup berkembang yaitu di Pulau Belakang
Padang dan Pulau Bulan Lintang

Kawasan Budidaya Perdesaan

o Kawasan Terbangun Perdesaan

Pengembangannya diarahkan pada kawasan:

• Pulau-pulau yang mempunyai ketersediaan lahan yang cukup luas dan

2 - 50
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

memadai

• Kesesuaian dan daya dukung lahanl dengan memasukan teknologi yang sesuai

• Ketersediaan air terjamin

• Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah berkembang

• Tidak terletak di kawasan yang berfungsi lindung, seperti hutan lindung,


hutan bakau, sempadan pantai, sungai, waduk dan sempadan mata air.

o Kawasan Pertanian

Jenis kegiatan budidaya perdesaan kegiatan pertanian dalam arti luas meliputi
kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan
pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan atau
perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan, dan perikanan.
Arahan pengembangannya, diarahkan pada kawasan:

• Kecamatan Sekupang

• Kecamatan Lubuk Baja

• Kecamatan Nongsa Kecamatan Sei Beduk

• Kecamatan Belakang Padang

• Kecamatan Bulang Kecamatan Galang.

o Kawasan Peternakan

Pengembangan kawasan peternakan di Kota Batam dialokasikan di Pulau-pulau


yang potensial untuk dikembangkan kegiatan peternakan, yaitu di Kecamatan
Bulang,

Kecamatan Galang, dan Kecamatan Belakang Padang. Adapun arahan


pengembangan kawasan peternakan skala besar yang saat ini sedang berjalan
berlokasi di Pulau Bulan, yang meliputi:

• PT Sinar Culindo Perkasa dengan jenis usaha berupa peternakan babi seluas
1500 Ha

• PT Binatangkar Perdana dengan jenis usaha berupa peternakan buaya seluas

2 - 51
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

300 Ha

• PT Perkasa Jagat Karunia dengan jenis usaha berupa peternakan buaya seluas
900 Ha

• PT Poultrindo Lestari dengan jenis usaha berupa peternakan ayam seluas 2.100
Ha

• PT Adibatama Sapi Ternak dengan jenis usaha berupa peternakan sapi perah
seluas 800 Ha.

o Kawasan Perikanan

Seluruh perairan di Kota berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan. Adapun


kawasan pengembangan kegiatan budidaya perikanan di Kota Batam diarahkan
pada:

• Kawasan-kawasan yang tidak dilalui jalur pelayaran

• Perairan sekitar pulau-pulau kecil Kota Batam yang berada di luar jalur
pelayaran

• Perairan yang belum tercemar atau di perairan yang sesuai untuk perikanan
yang merupakan habitat berkembangbiaknya ikan seperti di perairan yang
berdekatan dengan Kabupaten Kepulauan Riau (Laut Cina Selatan)

• Perairan yang diidentifikasi memiliki potensi pengembangan, yaitu di daerah


sekitar pulau-pulau yang memiliki pantai berhutan bakau

o Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan saat ini yang sudah berkembang berupa penambangan


tanah liat (galian C) sebagai bahan baku industri batu bata dan genteng yang
dikelola oleh swasta di Pulau Ladi (Desa Temoyong) dan di Pulau Belakangsidi
(Desa Batu Legong). Selain di kedua pulau tersebut, perlu digali kawasan-
kawasan potensial pertambangan di Kota Batam terutama di pulau-pulau
sekitar Barelang, seperti di Pulau Karas Besar sebelah barat yang diperkirakan
mengandung pasir darat yang dapat dimanfaatkan sebagai pertambangan pasir
(galian C) untuk kebutuhan pembangunan. Akan tetapi kegiatan

2 - 52
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

penambangan tanah liat yang dilakukan harus tetap terkendali sehingga


kondisi lingkungan wilayah Kota Batam tetap terjaga dan tidak
mengancam keberadaan pulau-pulau kawasan pertambangan.

B. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis

Rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Batam direncanakan:

o Kawasan strategis Potensial Tumbuh Cepat, dialokasikan di Kecamatan


Galang meliputi Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru,
dan Pulau Abang.

o Kawasan strategis yang berfungsi pertahanan dan keamanan dialokasikan


Kecamatan Belakang Padang meliputi Pulau Karang Nipah, Pulau
Pelampung, Pulau Takong Besar, Pulau Takong Kecil, Pulau Tanjung
Pana, Pulau Takong, Pulau Kapal Kecil, Pulau Tolop, Pulau Anak Sambu, dan
Pulau Sambu

o Kawasan strategis di Kecamatan Nongsa yang dialokasikan di Pulau Putri /


Pulau Nongsa sebagai pulau terluar sebelah utara Pulau Batam.

C. KAWASAN LINDUNG

Rencana pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung bertujuan memberikan


perlindungan terhadap kelestarian lingkungan dan mempertahankan pengadaan
sumber air baku (fungsi hidrologis), dan diharapkan dapat menjaga iklim mikro
serta mempertahankan keindahan Kota Batam. Mengingat pentingnya kawasan
hutan lindung tersebut untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka
keberadaanya perlu dipertahankan.

Dalam menetapkan kawasan lindung di Kota Batam didasarkan atas Keppres No.
32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung serta dikuatkan oleh
peraturan-peraturan pendukung lainnya. Selain itu adanya ketentuan pada UU RI
No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan (Pasal 18 ayat 2), guna optimalisasi manfaat
lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat, maka

2 - 53
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

upaya pengembangan Kota Batam diarahkan untuk dapat mempertahankan


kecukupan luas kawasan hutan sekurang-kurangnya 30 % dari luas masing-masing
pulau.

Proses penetapan kawasan lindung di Kota Batam dilakukan dengan


memperhatikan hasil analisis kesesuaian lahan serta kriteria lokasi kawasan
lindung yang diatur dalam Keppres 32 tahun 1990, yang digambarkan pada
gambar berikut. Berdasar hal tersebut, rencana pengembangan kawasan lindung
di Kota Batam terbagi atas :

1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan pada Kawasan Bawahannya

2. Kawasan Perlindungan Setempat

3. Kawasan Pelestarian Alam

4. Kawasan Cagar Budaya

5. Kawasan Rawan Bencana

6. Ruang Hijau Kota

7. Kawasan Perlindungan Keselamatan Operasi Penerbangan

Agar kawasan lindung di Kota Batam dapat terjaga dan menjamin keseimbangan,
keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan berbagai potensi
sumberdaya alam yang ada sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, perlu dibuat kebijakan yang menyangkut strategi pengelolaan kawasan
lindung, diantaranya :

1. Pemantapan status hukum dan penegasan batas kawasan-kawasan lindung di wilayah


darat dan wilayah laut melalui pengukuran dan pemetaan di lapangan

2. Menyelesaikan dengan segera permasalahan-permasalahan di kawasan lindung, baik


permasalahan yang menyangkut status hukum kawasan maupun pemantapan fungsi
kawasan

2 - 54
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

3. Kegiatan budidaya yang berada pada atau disekitar kawasan lindung sebaiknya
pengelolanya diwajibkan untuk membuat sistem pengolahan air limbah agar tidak
mencemari lingkungan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.

4. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung sebaiknya tidak diperluas atau
diperpanjang ijinnya apabila sudah habis masa berlakunya.

5. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan dianggap dapat mengancam
keberadaan kawasan lindung, maka sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi ketempat
yang sesuai peruntukannya.

6. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan tidak berijin sebaiknya
direlokasi ke daerah yang lebih sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut
dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung

7. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan di wilayah darat


dan wilayah laut melalui kegiatan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya-
upaya pemulihan di wilayah laut

8. Pengelolaan kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut secara terpadu dengan
memperhatikan hubungan keterkaitan dan dampak kegiatan di ruang darat terhadap
ekosistem pesisir dan laut

9. Mengembangkan Ruang Hijau Kota untuk menunjang fungsi lindung di wilayah darat,
mencakup Hutan Kota, Jalur Hijau Kota, Taman Kota, Taman Lingkungan, dan Zona
Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone)

10. Melarang penebangan pohon di kawasan-kawasan lindung wilayah darat, di dalam


Ruang Hijau Kota, di Zona Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), di Kawasan
Perlindungan Mangrove kecuali kawasan mangrove yang telah disiapkan untuk
pengembangan pantai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, di Kawasan Perlindungan
Pulau-pulau Kecil kecuali pada areal pulau-pulau kecil yang diperuntukkan bagi
kegiatan budidaya perdesaan dan atau kegiatan penelitian, dan di areal tutupan hijau
lainnya yang tidak diperuntukkan bagi bangunan fasilitas untuk kepentingan umum.

2 - 55
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari :

1. Kawasan Hutan Lindung, didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya erosi tanah pada kawasan dengan kelerengan terjal, bencana
banjir, sedimentasi, menjaga fungsi hidrologis tanah, untuk menjamin ketersediaan
unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Berdasar Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yang
kriteria penetapannya didasarkan atas :

• Kawasan dengan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan yang
melebihi nilai skor 175

• Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan lebih dari 40 % dengan jenis
tanah yang mempunyai kepekaan tinggi (mudah tererosi)

• Pulau-pulau kecil atau pulau-pulau yang sebagian besar lahannya memiliki


kemiringan lereng cukup tinggi dan tidak memungkinkan dikembangkan sebagai
kawasan budidaya, dikarenakan dapat merusak ekosistem pulau tersebut.

Kawasan hutan lindung yang dikembangkan di Kota Batam, dibedakan atas :

a. Kawasan tangkapan air yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber air baku

Penetapan kawasan lindung ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan


pada daerah tangkapan air tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya
penyediaan air bersih yang merupakan kebutuhan utama bagi penduduk Kota
Batam. Kondisi kawasan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air di
Kota Batam umumnya mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas luasannya. Agar sisa hutan yang ada tersebut dapat dipertahankan
keberadaannya, perlu dibuat kebijaksanaan yang melarang pengembangan
kegiatan terbangun di kawasan tersebut.

b. Kawasan perbukitan yang memiliki kelerengan lahan di atas 40 % dengan jenis


tanah yang mempunyai tingkat kepekaan sangat tinggi / mudah tererosi

2 - 56
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Upaya perlindungan terhadap kawasan ini harus dilakukan untuk mencegah


terjadinya sedimentasi yang tinggi di daerah tangkapan air (waduk) sebagai akibat
apabila kawasan-kawasan perbukitan tersebut dibuka untuk kawasan budidaya.
Selain itu apabila kawasan perbukitan ini dialihfungsikan sebagai kegiatan
budidaya, diperkirakan dapat mengganggu ketersediaan air baku pada daerah
tangkapan air di bawahnya (waduk). Untuk itu kawasan perbukitan ini perlu
dilindungi dengan menetapkannya sebagai kawasan lindung resapan air.

2. Kawasan Resapan Air, didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kemampuan


tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akuifer) yang berguna untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan
penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang
bersangkutan. Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah hujan yang tinggi,
struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran.

Berdasar kriteria di atas, hampir seluruh wilayah Kota Batam kurang potensial untuk
dijadikan sebagai kawasan resapan air, karena kondisi tanahnya sebagian besar
memiliki permeabelitas yang sangat rendah. Namun demikian mengingat kondisi
tanahnya mudah tergerus oleh air hujan, maka untuk melindunginya perlu dilakukan
penutupan melalui penghijauan. Untuk itu pengembangan kawasan resapan air di
Kota Batam dimaksudkan sebagai kawasan penyangga untuk daerah tangkapan air
hujan dan difungsikan sebagai pensuplai sumber air permukaan (disekitar waduk)
serta untuk mencegah terjadinya pengikisan air tanah (erosi) sebagai akibat jenis
tanahnya yang mempunyai tingkat kepekaan tinggi / mudah tererosi (skor 75),
sehingga dapat menyebabkan sedimentasi di daerah penampung air hujan sebagai
sumber air baku. Untuk itu pengembangan kawasan resapan air diarahkan pada
wilayah yang mempunyai kemiringan lereng > 15 % (skor 60) dengan tingkat curah
hujan rata-rata lebih dari 3,48 mm/hari (skor 50), sehingga dapat difungsikan sebagai
kawasan lindung untuk daerah tangkapan air dan pensuplai air permukaan sebagai
sumber air baku di Kota Batam.

2 - 57
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Penetapan kawasan resapan air di Wilayah Kota Batam yang kondisinya belum
difungsikan sebagai hutan lindung ditetapkan sebagai ruang hijau kota yang dibuat
dengan jarak 1.000 meter dari sempadan danau / waduk di luar kawasan sempadan
danau / waduk. Fungsi kawasan resapan air yang merupakan kawasan penyangga
waduk ini diantaranya sebagai daerah resapan air / tangkapan air hujan untuk di
salurkan dan diendapkan di kolam sebelum disalurkan ke danau / waduk untuk
menghindari terjadinya sedimentasi di danau / waduk akibat terkikisnya lapisan tanah
oleh air hujan. Kolam-kolam penampung ini dimaksudkan untuk menyaring lumpur /
limbah agar dapat dicegah terjadinya sedimentasi di danau / waduk yang ada
dijadikan sebagai sumber air baku di Kota Batam.

Khusus pada daerah-daerah resapan air yang telah berkembang menjadi kawasan
budidaya, upaya perlindungan dapat dilakukan dengan menyesuaikan kawasan
sempadan waduk pada daerah yang belum terbangun sedangkan daerah yang sudah
terbangun dan memiliki ijin tetap diijinkan berdiri hingga habis masa ijinnya dan
diberi kewajiban untuk ikut menjaga sempadan waduk yang ada disekitarnya, atau
dengan mengembalikan fungsi kawasan sempadan waduk pada daerah terbangun
yang tidak memiliki ijin untuk difungsikan kembali sebagai hutan lindung. Ini
dikarenakan kawasan sempadan waduk merupakan daerah tertutup bagi segala
kegiatan dengan jarak 100 meter dari pinggir waduk pada saat air pasang. Di daerah
ini tidak diperbolehkan ada tanah terbuka tanpa tumbuhan penutup. Daerah
sempadan waduk diberi batas yang jelas, misalnya dengan jenis tanaman pembatas
tertentu. Jenis tanaman yang dipilih berupa tanaman tahunan yang cepat tumbuh
serta memiliki karakteristik akar yang kuat sehingga sulit tergerus, dapat tumbuh
saling berdekatan, berbatang keras, serta tahan terhadap genangan dan kekeringan.

Mengingat pentingnya penetapan kawasan-kawasan tersebut sebagai kawasan lindung


guna menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai daerah tangkapan air untuk dijadikan
sebagai sumber air baku penduduk Kota Batam, maka kawasan yang memberikan
perlindungan pada kawasan bawahannya tersebut ditetapkan sebagai hutan lindung.
Dengan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai hutan lindung diharapkan dapat
dihindari terjadinya penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan tersebut dan dampak

2 - 58
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

lingkungan yang dapat ditimbulkan dari pengembangan lahan pada kawasan tersebut di
atas.

Langkah-langkah pengamanan yang perlu ditempuh untuk melindungi kawasan hutan


lindung tersebut, diantaranya adalah :

• Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan kriteria di atas, melalui pengukuhan


dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendalian

• Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah
berlangsung lama), agar tidak mengganggu kawasan hutan lindung

• Pengembalian kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan melalui program


rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

• Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di areal hutan lindung, kecuali kegiatan


yang tidak mengganggu fungsi lindung, seperti pos penjaga hutan, kegiatan penelitian

• Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung,


diantaranya balai penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana
alam, sehingga tidak mengganggu fungsi hutan lindung

• Pelibatan masyarakat secara aktif untuk menjaga dan melestarikan kawasan berfungsi
lindung.

Sedangkan aturan-aturan pengamanan yang perlu dilakukan untuk melindungi kawasan


hutan yang sudah ditetapkan tersebut, diantaranya adalah :

• Menutup areal yang gundul dengan pepohonan atau rumput-rumputan / semak


belukar dan secepat mungkin menyalurkan air hujan ke saluran alam tanpa
menimbulkan erosi dan menampungnya ke kolam-kolam (pond) pada tempat-tempat
tertentu untuk daerah pengendapan sedimen agar lumpur tidak ikut masuk ke dalam
waduk sebagai tempat pembuangan akhirnya

• Dilarang melakukan penebangan pohon di kawasan ini tanpa seijin instansi atau pejabat
yang berwenang, serta memberikan sanksi yang cukup berat bagi para pelanggarnya

2 - 59
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Melakukan penguatan dengan menggunakan tanaman keras terhadap tebing-tebing


yang lebih tinggi dari 3 meter dengan kemiringan lebih besar dari 20 %, serta tidak
diijinkan atau membiarkan adanya daerah gundul atau terbuka

• Adanya saluran terbuka tanpa lining melintas memotong kontur, serta setiap lembah /
cekungan baik alam maupun buatan harus dimanfaatkan untuk menangkap sedimen
(sebagai check dam) serta secara berkala melakukan perawatan dan pemeliharaan

• Di daerah ini dikembangkan jenis tanaman semusim dan dilakukan pembatasan yang
cukup ketat terhadap pengembangan kegiatan terbangun, seperti kegiatan industri
dan perumahan

• Kegiatan perkotaan yang diijinkan berkembang di kawasan penyangga ini hanya berupa
kegiatan rekreasi dan olahraga alam

4.2.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan Setempat yang ada di Kota Batam terbagi atas :

1. Kawasan Sempadan Pantai, merupakan kawasan sepanjang tepi pantai yang berfungsi
melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai. Kawasan perlindungan sempadan pantai ditetapkan sepanjang garis pantai
yang tidak berpenghuni memiliki lebar sekurang-kurangnya berjarak 100 meter
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, diukur dari garis pantai pada saat
titik pasang tertinggi ke arah darat, dengan perkecualian daerah pantai yang
digunakan untuk pertahanan dan keamanan, kepentingan umum dan perumahan
nelayan yang sudah ada yang umumnya menempati kawasan pantai.

Berkaitan dengan adanya pemukiman nelayan pada beberapa pulau di Kota Batam
yang cenderung memenuhi daerah sempadan pantai atau kegiatan terbangun lainnya
yang menempati lahan sempadan pantai, pengembangannya perlu di batasi pada
pulau-pulau atau kawasan yang sudah terbangun, dan masyarakat yang menempati
kawasan tersebut ikut dilibatkan secara aktif untuk melindungi kawasan sempadan
pantai yang belum terbangun. Sedangkan pada pulau-pulau yang belum terbangun
pengembangannya harus memperhatikan ketentuan mengenai kawasan lindung

2 - 60
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

sempadan pantai tersebut. Penggunaan lahan terbatas dapat dilakukan di kawasan


lindung sempadan pantai dalam bentuk pembangunan pelantar atau dermaga pada
kawasan yang ditetapakan sebagai kawasan pelabuhan antar pulau, antar wilayah,
atau pelabuhan internasional, serta bangunan fasilitas pelayanan umum lainnya.

Berkaitan dengan ketetapan di atas, maka seluruh wilayah pantai di Kota Batam
dengan jarak tersebut di atas di tetapkan sebagai kawasan lindung sempadan pantai.
Luas areal kawasan sempadan pantai di Kota Batam hingga tahun 2014 sebesar
7.746,75 Ha (7,46 % dari luas daratan Kota Batam), meliputi kawasan sempadan
pantai di Kecamatam Sekupang seluas 236,3 Ha, Kecamatam Batu Ampar seluas 16,16
Ha, Kecamatam Nongsa seluas 864,2 Ha, Kecamatam Sei Beduk seluas 208,34 Ha,
Kecamatam Belakang Padang seluas 1.557,51 Ha, Kecamatam Bulang seluas 1.563,53
Ha, dan Kecamatan Galang seluas 3.300,71 Ha.

2. Kawasan Sempadan Sungai, didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan
perlindungan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang
dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar
sungai serta mengamankan aliran sungai dan mencegah bahaya banjir, meliputi :

• Kawasan sungai yang berada di luar kawasan permukiman dan kawasan budidaya
lainnya, ditetapkan selebar 100 meter dari tepi kiri - kanan sungai besar dan 50
meter dari tepi kiri – kanan anak sungai

• Kawasan sungai yang berada di dalam kawasan permukiman dan kawasan budidaya
lainnya, ditetapkan selebar 10 meter hingga 15 meter dari tepi kiri - kanan sungai,
yang diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar sungai-sungai yang ada di
Kota Batam umumnya berupa saluran pembuangan air hujan yang berair hanya pada
saat musim hujan dan berfungsi sebagai sistem buangan air hujan alam (drainase
alam) yang mengaliirkan air hujan yang bermuara pada daerah lautan dan waduk,
estuaria (di daerah pesisir), atau pada daerah cekungan / waduk (di daratan),
sehingga umumnya sungai-sungai di Kota Batam berjarak pendek dan mempunyai

2 - 61
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

pengaruh yang cukup besar terhadap penyediaan sumber air baku yang ada di waduk-
waduk. Mengingat kondisi sungai-sungai yang ada di Kota Batam, maka
pemberlakuan sempadan sungai di Kota Batam diprioritaskan pada sungai-sungai
yang bermuara di waduk dan mempengaruhi penyediaan sumber air baku yang ada di
waduk tersebut serta sungai-sungai yang bermuara di lautan (estuari). Pemberlakuan
sempadan sungai pada sungai-sungai tersebut sebesar 100 meter dari pinggir sungai
pada saat pasang. Perlindungan terhadap sempadan sungai umumnya sudah tercakup
dalam hutan lindung daerah tangkapan air dari cekungan/waduk atau estuaria yang
dibendung menjadi reservoar dan dijadikan sebagai sumber air baku di Kota Batam.

Sedangkan sungai-sungai yang berada di lingkungan perumahan dan kegiatan


perkotaan lainnya (kawasan budidaya) dengan fungsi sebagai saluran utama (primer)
pembuangan air hujan diberlakukan sempadan sungai sebesar 10 meter.
Pemberlakuan sempadan sungai (saluran buangan air hujan) ini terutama untuk
mengamankan saluran pembuangan air hujan dari kegiatan terbangun. Dengan
demikian diharapkan pada daerah sekitar sungai ini limpahan air hujan dapat dialirkan
secara langsung ke waduk penampungan, sehingga dapat dihindari adanya genangan
/ banjir.

Untuk itu perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan terutama pada sungai-
sungai yang berada di luar kawasan hutan lindung yang telah ditetapkan, yang
umumnya berupa sungai-sungai di daerah pesisir yang terpengaruh oleh pasang air
laut, sehingga seringkali menjadi daerah genangan. Sungai-sungai di maksud antara
lain Sungai Kabil, Sungai Tembesi Lama, Sungai Tembesi Baru, Sungai Penaran, Sungai
Langkoi, Sungai Samat, Sungai Senimba, Sungai Temiang, Sungai Turian, dan Sungai
Tiban yang berada di Pulau Batam, Sungai Cia, Sungai Rempang, Sungai Akit, dan
Sungai Jata yang berada di Pulau Rempang, di Sungai Gong dan Sungai Galang di
Pulau Galang, serta Sungai Air Raja.

2 - 62
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Langkah-langkah kebijaksanaan perlindungan kawasan sempadan sungai, diantaranya


:

� Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat


mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta
alirannya

� Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai

� Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai,


diantaranya jalan inspeksi dan bangunan pengolah air

� Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan memfungsikannya


sebagai hutan lindung.

3. Kawasan Sempadan Danau / Waduk, merupakan kawasan lindung di sekeliling


danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk melindungi danau / waduk
dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air danau / waduk,
kondisi fisik pinggir serta dasar danau / waduk. Penetapan sempadan danau / waduk
yang diberlakukan di Kota Batam adalah sepanjang tepian danau / waduk selebar 100
meter proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau / waduk diukur dari titik
pasang tertinggi danau / waduk ke arah darat. Ketentuan sempadan danau / waduk
ini berlaku untuk danau / waduk yang pada lebar 100 meter di sekelilingnya belum
terdapat bangunan permanen berijin, dan apabila sudah terdapat bangunan
permanen berijin sebelum sebelum diberlakukannya rencana tata ruang ini atau
kawasan waduk yang akan dikembangkan dan ditingkatkan fungsinya maka
disesuaikan dengan kondisi setempat pada masing-masing danau / waduk.

Kawasan Penyangga Danau 100 Meter Sempadan Danau terhadap permukiman


sejauh 100 meter dengan harapan kondisi ekologi danau dapat terpelihara dengan
baik Sempadan Waduk .

Dengan adanya ketentuan tersebut, tidak diperbolehkan mendirikan bangunan


apapun di kawasan sempadan danau / waduk, kecuali untuk pembangunan instalasi
pengolah air minum beserta bangunan fasilitas penunjangnya yang memerlukan

2 - 63
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

kedekatan lokasi di pinggir danau / waduk. Dalam hal danau / waduk yang
dimanfaatkan untuk peningkatan fungsinya dan atau untuk kegiatan wisata rekreasi,
maka bagi keperluan pengaturan pemanfaatannya perlu disusun Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) kawasan.

Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar danau / waduk dilakukan untuk


melindungi danau / waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi danau / waduk. Penetapan

Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijaksanaan pemanfaatan ruang untuk


melindungi kawasan danau / waduk, diantaranya adalah :

� Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di sempadan danau, agar tidak


mengganggu fungsi danau / waduk (terutama sebagai sumber air dan energi
listrik)

� Pembatasan dan pengendalian pengembangan kegiatan budidaya di kawasan


penyangga

� Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar danau (penggunaan lahan
yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi waduk akibat
rusaknya sempadan danau / waduk yang ada

� Pengembalian kawasan hutan di sempadan danau / waduk yang telah mengalami


kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

� Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sekitar danau /


waduk, diantaranya balai penelitian, eksplorasi mineral dan air dan bangunan
pengolah air bersih

� Pengamanan daerah hulu dari erosi akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan,
sehingga dapat dicegah terjadinya sedimentasi di danau / waduk yang menerima
limpahan air hujan tersebut, dengan cara menghindari kegiatan pembukaan lahan
(land clearing) pada musim hujan dan diupayakan pembangunannya mengikuti
kontur alam, mempertahankan tanaman yang telah ada, enghindari aliran
permukaan terbuka yang memotong kontur, penghijauan daerah gundul

2 - 64
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4. Kawasan Sempadan Mata Air, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan sekitar


mata air guna melindungi mata air dari kegiatan yang dapat mengganggudan atau
merusak kualitas air dan kondisi fisik mata air. Penetapan sempadan mata air di Kota
Batam sekurang-kurangnya dengan jari-jari atau radius 200 meter di sekitar mata air
dan difungsikan sebagai hutan lindung, yang meliputi seluruh mata air yang ada di
Wilayah Kota Batam.

Sesuai dengan kondisi tanah setempat, mata air yang ada di Kota Batam hanya
terdapat di pulau-pulau kecil di sekitar Barelang, seperti di daerah Belakang Padang
dan daerah Bulan Lintang. Keberadaan mata air ini sangat bermanfaat bagi penduduk
setempat sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan hidup akan air bersih. Untuk itu
sumber air yang ada perlu tetap dilindungi dengan menjaga sempadan mata air agar
tidak berubah fungsi menjadi daerah terbangun yang dapat mengancam sumber air
yang ada. Langkah-langkah perlindungan kawasan sempadan mata air, diantaranya
adalah :

� Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sempadan mata air,


agar tidak mengganggu fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih)

� Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar mata air (penggunaan
lahan yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi mata air

� Pengembalian kawasan hutan di sempadan mata air yang telah mengalami


kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

� Melindungi kawasan atasnya sebagai kawasan resapan air untuk mengisi air tanah
dan membatasi berkembangnya kegiatan terbangun di kawasan resapan air tanah

4.2.1.3 Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari :

1. Kawasan Suaka Alam, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka alam guna
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan suaka alam yang ada di Kota Batam berupa kawasan hutan taman wisata

2 - 65
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

alam yang telah ditetapkan statusnya dengan SK Menteri Kehutanan, untuk


pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas
lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Kriteria dari kawasan ini
adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki flora dan fauna yang
beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang
baik untuk keperluan pariwisata.

Pengalokasian kawasan suaka alam yang ada di Kota Batam berupa hutan taman
wisata alam yang statusnya ditetapkan sebagai kawasan lindung, mencakup kawasan
hutan taman wisata alam dengan luas area 968,99 Ha (0,93 % dari luas seluruh
daratan Kota Batam), meliputi Kecamatan Sekupang seluas 735,7 Ha, Kecamatan
Nongsa Seluas 32,29 Ha, dan di Kecamatan Sei Beduk seluas 201 Ha. Keberadaan
taman wisata alam yang berupa hutan taman wisata alam ini perlu dilindungi melalui
kebijaksanaan pelarangan penebangan pohon di kawasan tersebut serta melarang
dan mencegah terjadinya pengalihan fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya.

2. Kawasan Suaka Alam Laut Dan Perairan Lainnya, didefinisikan sebagai perlindungan
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk melindungi keanekaragaman
biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah,
keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan suaka alam laut dan
perairan lainnya adalah kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir,
muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan/atau keunikan ekosistem.

Upaya perlindungan suaka alam laut ini, selain melakukan pelarangan penambangan
pasir laut disekitar perairan yang mempunyai keanekaragaman dan/atau keunikan
ekosistem, pelarangan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, juga
perlu melakukan pelarangan terhadap pengambilan satwa yang dilindungi dan
pengambilan terumbu karang secara berlebihan yang banyak terdapat di perairan
pantai timur dan utara Barelang, di perairan Pulau Galang Baru sebelah selatan, di
perairan Pulau Abang Besar dan Abang Kecil. Ini dikarenakan dampak lingkungan yang

2 - 66
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

ditimbulkan oleh adanya penambangan pasir laut terhadap ekologis perairan


sekitarnya sangat merusak dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengembalikan ke kondisi semula. Selain itu kegiatan penambangan pasir yang
dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil
yang ada disekitarnya. Untuk itu kegiatan penambangan pasir laut yang ada di Kota
Batam perlu segera dikurangi bahkan dihentikan, melalui penerapan kebijaksanaan
mengenai hal tersebut serta memberikan sangsi yang sangat berat bagi yang
melanggarnya.

Tujuan perlindungan kawasan ini diantaranya adalah untuk mencegah kerusakan


pada potensi taman laut. Untuk itu langkah-langkah penanganannya, diantaranya
adalah :

• Pengembangan aktivitas kegiatan di daerah tersebut harus memperhatikan


kelestarian taman laut yang ada

• Pemanfaatan kawasan suaka alam laut sebagai objek wisata alam bahari tanpa
harus merusak kelestariannya

• Melarang adanya pengambilan terumbu karang secara berlebihan dan penangkapan


satwa-satwa laut yang dilindung serta mengenakan sangsi yang sangat berat bagi
para pelanggarnya

• Melarang adanya penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak serta


mengenakan sangsi yang sangat berat bagi para pelanggarnya

• Melarang kegiatan penambangan pasir laut dan penjualan pasir laut ke pihak
manapun serta memberikan sangsi yang berat bagi para pelanggarnya

• Memberdayakan masyarakat, khususnya para nelayan untuk ikut terlibat secara


aktif dalam menjaga dan melestarikan biota laut.

4.2.1.4 Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Cagar Budaya, dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa
peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya, perkampunga tua, bangunan arkeologi dan
monumen nasional (situs purbakala) serta keragaman bentukan geologi yang berguna

2 - 67
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan


oleh kegiatan alam maupun manusia. Kawasan peninggalan sejarah dan budaya
dimaksudkan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa situs purbakala dan atau
bangunan bernilai budaya tinggi dari kemungkinan ancaman kepunahan akibat kegiatan
alam atau manusia. Untuk memberikan kepastian hukum terhadap upaya perlindungan
kawasan-kawasan peninggalan sejarah dan budaya diperlukan suatu penetapan dengan
Keputusan Walikota.

Kawasan peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Kota Batam berupa kawasan
peninggalan tentara Jepang di Sembulang - Pulau Rempang sebelah selatan, kawasan
peninggalan sejarah / situs pengungsi Vietnam (Camp Vietnam) di bagian utara Pulau
Galang, cagar budaya kompleks pertemuan Raja Lingga dan Raja Johor di Pulau Bulan
Lintang, makam H. Daeng Fuang di Pulau Bulan Lintang, serta kampung tradisional
melayu yang terdapat di Tanjung Riau, di Tanjung Uma, di Pulau Seraya, di Batu Besar, di
Panau - Kabil, di Pulau Ngenang, di Pulau Setokok, di Pulau Bulan Lintang, di Belakang
Padang, di Pulau Air Raja serta di Pulau Galang. Kawasan tersebut saat ini telah banyak
menarik wisatawan untuk melihat sisa-sisa peninggalan para pengungsi Vietnam dan
tentara Jepang, serta sisa-sisa peninggalan Kerajaan Lingga.

Langkah-langkah pengamanan kawasan cagar budaya di Kota Batam, diantaranya :

• Pengelolaan kawasan cagar budaya sesuai dengan tujuan perlindungannya masing-


masing

• Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan


dengan kegiatan wisata budaya yang tidak mengubah fungsinya, bentang alam,
kondisi penggunaan lahan, bentuk dan arsitektur bangunan serta ekosistem alami
yang ada

• Melindungi dan mencegah terjadinya pencurian atau pengrusakan terhadap situs-situs


peninggalan sejarah

• Pemberdayaan masyarakat yang berada di sekitar kawasan cagar budaya untuk secara
aktif menjaga dan memelihara peninggalan sejarah yang ada.

2 - 68
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Selain itu di Kota Batam terdapat pula perkampungan tua yang harus dijaga untuk
melindungi eksistensi, adat istiadat, budaya, arsitektur bangunan, pemakaman, dan
lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam yang telah ada sebelum tahun 1970
saat Batam mulai dibangun. Perlindungan kawasan perkampungan tua dimaksudkan
untuk melindungi eksistensi, adat istiadat, budaya, arsitektur bangunan, pemakaman dan
lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam yang telah ada saat Batam mulai
dibangun. Untuk memberikan kepastian hukum terhadap upaya perlindungan kawasan-
kawasan perkampungan tua perlu dilakukan kegiatan inventarisasi dan penetapan
kawasan perkampungan tua dengan Keputusan Walikota.

Adapun Perkampungan Tua yang dilindungi di Kota Batam meliputi seluruh lokasi-lokasi
perkampungan tua yang ada di Kota Batam, yaitu Perkampungan Nelayan Suku Laut di
Pulau Bertam dan Pulau Gara, seluruh perkampungan di Kelurahan Belakang Padang, di
Kelurahan Pemping, di Kelurahan Kasu, di Kelurahan Pecong, dan di Kelurahan Pulau
Terong (Kecamatan Belakang Padang), seluruh perkampungan di Kelurahan Pulau Buluh,
di Kelurahan Temoyong, di Kelurahan Batu Legong, di Kelurahan Pantai Gelam, di
Kelurahan Setokok, dan di Kelurahan Bulang Lintang (Kecamatan Bulang), seluruh
perkampungan di Kelurahan Sijantung, di Kelurahan Karas, di Kelurahan Galang Baru, di
Kelurahan Sembulang, di Kelurahan Rempang Cate, di Subang Mas, dan di Pulau Abang
(Kecamatan Galang), Perkampungan Tua yang terdapat di Bengkong Sadai, di Sungai
Tering I, di Tanjung Sengkuang, di Tanjung Buntung, di Bengkong Laut dan di Batu Merah
(Kecamatan Batu Ampar), di Belian, di Nongsa Pantai, di Tereh, di Bakau Serip, di Teluk
Mata Ikan, di Panau, di Teluk Lengung, di Telaga Punggur, di Teluk Nipah, di Sungai
Kasam, di Pulau Kasam, di Kampung Jabi, di Kampung Melayu, di Kampung Panau - Kabil,
di Kampung Panglong, di Kampung Tengah, di Tanjung Bembam, di Pulau Ngenang, di
Pulau Todak, di Pulau Kubung, dan di Pulau Tanjung Sauh (Kecamatan Nongsa), di
Kampung Bagan, di Tanjung Piayu Laut, di Tanjung Gundap, di Tembesi, di
Tiangwangkang, di Ketapang, di Setenga, di Pulau Lance, dan di Dapur 12 (Kecamatan
Sungai Beduk), di Tanjung Riau, di Pulau Seraya, di Kampung Patam, dan di Kampung
Cuting (Kecamatan Sekupang), di Tanjung Uma (Kecamatan Lubuk Baja).

Langkah awal perlindungan perkampungan tua dilakukan dengan menginventarisasi dan


penetapan kawasan perkampungan tua serta menetapkan luasan dan batas kawasan.

2 - 69
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Selanjutnya, perkampungan tua yang dilindungi dilakukan penataan lingkungan


perumahan agar lebih sehat dan tertata, mempunyai nilai estetika dan nilai sejarah
budaya penduduknya. Dalam rangka penataan lingkungan perumahan dan
pemberdayaan ekonomi penduduk di kawasan-kawasan perkampungan tua, sebagian
lahan di kawasan perkampungan tua dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan
ekonomi perkotaan dengan melibatkan penduduk pada masing-masing perkampungan
tua, yang ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

4.2.1.5 Kawasan Perlindungan Hutan Mangrove

Rencana kawasan perlindungan mangrove bertujuan untuk melindungi dan melestarikan


keanekaragaman jenis vegetasi mangrove beserta ekosistemnya. Kawasan Perlindungan
Hutan Mangrove, dilakukan untuk melindungi habitat alami tumbuhan mangrove karena
menjadi tempat pemijahan dan pengasuhan (spawning and nursery ground) bagi
berbagai biota laut seperti udang, ikan dan kerang-kerangan, disamping untuk melindungi
pantai dari sedimentasi dan proses akresi (pertambahan pantai), sebagai penyerap bahan
pencemar, dan untuk menjaga kestabilan produktivitas serta ketersediaan sumberdaya
hayati wilayah pesisir.

Adapun kriteria penetapan kawasan perlindungan terumbu karang dan mangrove adalah
sebagai berikut:

1. Kawasan hutan mangrove secara ekologis perlu dilindungi tetapi tidak memenuhi
kriteria sebagai zona wisata mangrove.

2. Memiliki tipe ekosistem yang khas yaitu hutan mangrove campuran berbagai jenis yang
menyediakan relung-relung ekologi bagi satwa liar yang hidup di dalamnya.

3. Merupakan tempat berbiaknya berbagai jenis satwa liar dan tempat singgah serta
berlindung jenis-jenis burung migran.

4. Ditemukan adanya alasan penetapan atau hukum tinggi, karena berfungsi sebagai areal
produktif yang dapat dimanfaatkan masyarakat antara lain guna mencegah kegiatan
masyarakat memasuki kawasan lindung dan meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar kawasan.

2 - 70
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

5. Ditemukan fungsi hutan yang tinggi untuk produksi kayu bakar mangrove, produksi
hutan ikutan lainnya seperti pemberat shuttlecock, tutup botol, daun nipah, bahan
baku arang dan sebagai untuk produksi obat-obatan.

6. Terdapat norma pengelolaan dengan mencakup perencanaan, pemeliharaan,


pemanenan dan pemasaran.

Berdasar kriteria kawasan perlindungan hutan mangrove tersebut di atas, maka


kawasasan perlindungan mangrove ditetapkan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata-
rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat. Apabila nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan yang diukur dari garis air surut terendah ke arah darat besarnya kurang
dari 1 (satu), maka diberlakukan perlindungan kawasan sempadan pantai sebesar 100 m
dari pantai.

Pada daerah pantai dari pulau-pulau di wilayah Kota Batam terdapat banyak hutan
mangrove dengan luas keseluruhan mencapai 9.902,04 Ha (9,54 %), antara lain :

1. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Belakang Padang seluas 1.685,67


Ha, diantaranya terdapat di Pulau Kepala Jeri, Pulau Kelapa Gading, Pulau Geranting,
Pulau Ketumbar, Pulau Pemping, Pulau Labun Besar dan Labun Kecil, Pulau Kasu,
Pulau Lumba, Pulau Lingke, Pulau Negeri, Pulau Semakau Besar dan Semakau Kecil,
dan Pulau Air Asam

2. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Sekupang seluas 164,66 Ha,


diantaranya terdapat di Pesisir Pulau Sebelak, Pulau Cicir, Pulau Janda Berhias, dan
Pulau Seraya

3. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Sei Beduk (Pulau Batam bagian
selatan) seluas 202,5 Ha, diantaranya terdapat di pesisir Kampung Bagan dan pesisir
Kampung Dapur 12 – Sagulung, Panaran, dan Tanjung Piayu Laut

4. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Bulang seluas 957,23 Ha,


diantaranya terdapat di pesisir Pulau Bulan, Pulau Bulang Lintang, Pulau Belakang Sidi,
Pulau Curbit, Pulau Setokok, Pulau Awi, dan Pulau Dongsi

2 - 71
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

5. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Nongsa seluas 677,27 Ha,


diantaranya terdapat di pesisir Pulau Traling, Pulau Sakerah, Pulau Merengah, Pulau
Bakau, Pulau Malang Culik, Pulau Matang, Pulau Todat, Pulau Momoi, Pulau Ngenang,
dan Pulau Tanjung Sauh.

6. Di sebagian besar pesisir pulau-pulau di Kecamatan Galang seluas 6.214,71 Ha,


diantaranya terdapat di pesisir Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru,
Pulau Air Raja, Pulau Subang Mas, Pulau Kinun, Pulau Jemara, Pulau Stako, Pulau
Sembur, Pulau Nguan, Pulau Pubulus, Pulau Abang Besar dan Abang Kecil, Pulau
Pengaju, Pulau Ranuh, Pulau Petong, dan Pulau Panjang.

Mengingat pentingnya kawasan tersebut untuk membersihkan aliran air permukaan dari
tanah yang terlarut di dalamnya sebelum aliran tersebut mencapai laut, serta sebagai
habitat tempat mencari makan bagi hewan liar, serta habitat bagi berkembangbiaknya
ikan, maka kawasan hutan mangrove tersebut perlu dilindungi sebagai kawasan
perlindungan hutan mangrove.

Langkah-langkah perlindungan kawasan hutan mangrove di Kota Batam, diantaranya:

a. Melarang penebangan hutan mangrove

b. Melarang pemanfaatan kayu mangrove untuk dijadikan bahan baku kegiatan apapun

c. Melarang pengembangan kegiatan budidaya di kawasan hutan mangrove

d. Pemanfaatan produksi buah mangrove untuk kegiatan ekonomi masyarakat sekitar,


seperti keripik buah mengrove terutama dari buah mangrove jenis Avicennia Alba dan
Avicennia Marina, buah mangrove yang dimanfaatkan sebagai bahan sayur asam dari
jenis Rhizopora Mucronata dan Rizhopora Apiculata, buah mangrove untuk dibuat
permen dari jenis Sonneratia Alba, buah mangrove yang dimanfaatkan untuk dibuat
kolak dari jenis Nypa Frutican, serta untuk dibuat bedak jenis Xylocarpus Granatum
atau Boli.

2 - 72
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.2.1.6 Kawasan Perlindungan Pulau-pulau Kecil

Pulau-pulau kecil yang dijadikan sebagai kawasan lindung adalah pulau-pulau kecil yang
mempunyai luas kurang dari 10 Ha dan difungsikan sebagai ruang hijau kota. Penetapan
pulau kecil sebagai kawasan perlindungan dimaksudkan untuk melindungi ekosistem
pulau-pulau kecil, garis pantai dan perairan laut di sekitarnya yang memiliki sifat rentan
terhadap berbagai bentuk gangguan kegiatan budidaya. Selain itu adanya penetapan
perlindungan hutan mangrove, pembatasan sempadan pantai, serta daerah lindung
lainnya pada pulua-pulau kecil menyebabkan lahan yang dapat dikembangkan sebagai
kawasan budidaya proporsinya sangat kecil dan tidak layak untuk dikembangkan sebagai
kawasan budidaya karena dapat mengganggu keseimbangan lingkungan atau
pengembangan kawasan budidaya tersebut diperkirakan dapat mengganggu fungsi
lindung yang ada di pulau tersebut.

Namun demikian, untuk pulau-pulau kecil yang sudah dihuni, terutama oleh para nelayan
yang sebagian besar berada di pantai, perlu tetap dipertahankan keberadaannya. Ini
dilakukan agar para nelayan yang sudah menghuni pulau tersebut sejak beberapa tahun
silam, bahkan sudah turun temurun tidak tersingkirkan. Keberadaan permukiman nelayan
yang aktivitas kehidupannya berada di laut, perlu dilakukan penataan agar lebih rapi dan
para penghuninya dlibatkan secara aktif untuk menjaga kelestarian lingkungannya, baik
lingkungan darat maupun lingkungan laut. Adanya pelibatan masyarakat nelayan secara
aktif diharapkan fungsi lindung yang ada di pulau-pulau kecil tersebut dapat terpelihara
dan terjaga dengan baik.

4.2.1.7 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana, didefinisikan sebagai pelindungan kawasan dengan tujuan


untuk melindungi manusia dan aktivitas kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh
alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kriteria kawasan rawan
bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami
bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor. Pada
kawasan rawan bencana ini tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pembangunan
apapun, selain bangunan-bangunan untuk keperluan mencegah dan menghindarkan
terjadinya bencana. Namun demikian, kawasan-kawasan rawan bencana yang sudah

2 - 73
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

terdapat bangunan-bangunan dan atau kegiatan pembangunan, dengan diberlakukannya


tata ruang wilayah Kota Batam ini maka perlu dilakukan tindakan pengendalian dan
pencegahan secara preventif dan kuratif, serta tindakan penertiban sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun kawasan rawan bencana yang ada di Kota
Batam terdiri dari :

1. Kawasan rawan banjir, adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi
mengalami bencana banjir yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia
secara tidak langsung, yaitu pada dataran di bagian hilir dan muara sungai, serta pada
kawasan-kawasan cekungan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan sungai
(catchment area).

2. Kawasan rawan longsor, adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi
tinggi mengalami bencana tanah longsor yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan
manusia secara tidak langsung, yaitu pada kawasan-kawasan bukit dan perbukitan
dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan.

3. Kawasan rawan abrasi, adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi
mengalami bencana abrasi yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia
secara tidak langsung. Adapun lokasi kawasan rawan abrasi di Kota Batam berada
pada kawasan-kawasan pesisir berombak besar dengan struktur geologi pantai
cenderung curam dan rentan, terutama pada kawasan-kawasan pesisir yang
menghadap secara langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

4. Kawasan rawan sesar, merupakan kawasan pada jalur-jalur sesar geologi yang
berpotensi mengalami bencana gerakan dan atau gempa bumi. Pengamatan terhadap
kondisi geologi Kota Batam menunjukkan adanya daerah yang rawan terhadap
bencana gerakan tanah di karenakan adanya sesar geser jurus pada daerah
perbukitan di Pulau Rempang sebelah Utara yang terbentang dari barat daya ke timur
laut, serta di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Penetapan kawasan sesar di Kota
Batam berada di wliayah Pulau Rempang sebelah utara yang bagi perlindungannya
diberlakukan sempadan sesar selebar 100 meter dari pinggir kiri dan kanan sesar
geser jurus yang dimanfaatkan sebagai daerah hijau (buffer) seluas 79,91 Ha (0,08 %)

2 - 74
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

dengan fungsi sebagai kawasan lindung. Sedangkan pemanfaatan lahan di sekitar


buffer diarahkan sebagai kegiatan non terbangun (pertanian) atau budidaya terbatas.

Langkah-langkah pengamanan yang perlu ditempuh untuk menghindari jatuhnya korban


akibat terjadinya bencana gerakan tanah, antara lain :

1. Memfungsikan kawasan sempadan sesar sebagai kawasan lindung

2. Memprioritaskan kegiatan pertanian, hutan lindung serta ruang terbuka hijau lainnya
pada daerah sekitar sesar geser jurus (kawasan kritis)

3. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor,
terutama pada wilayah yang mempunyai kemiringan lereng curam di sekitar sesar
dengan struktur batuan yang rentan terhadap bahaya longsor

4. Pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan rawan bencana tanah longsor.

4.2.1.8 Ruang Hijau Kota

Ruang hijau kota merupakan kawasan tutupan hijau hutan yang dikembangkan terutama
untuk tujuan pengaturan iklim mikro, resapan air, melindungi dari bahaya erosi dan
longsor, serta sebagai lahan cadangan pengembangan kawasan budidaya di masa
mendatang. Pada kawasan hijau kota tidak diperbolehkan ada tanah terbuka tanpa
tumbuhan penutup guna menghindari tergerusnya unsur hara pada lapisan permukaan
tanah serta erosi. Penutupan lahan pada ruang hijau kota dapat dilakukan dengan
menanam jenis rumput-rumputan atau pepohonan dengan jenis tanaman keras. Jenis
tanaman keras yang dipilih berupa tanaman tahunan yang cepat tumbuh serta memiliki
karakteristik akar yang kuat sehingga tanah sulit tergerus, dapat tumbuh saling
berdekatan, berbatang keras, serta tahan terhadap genangan dan kekeringan.

Luas keseluruhan areal ruang hijau kota di Kota Batam mencapai 11.584,85 Ha (11,16 %
dari luas daratan Kota Batam). Adapun jenis-jenis ruang hijau kota yang dikembangkan di
Kota Batam, meliputi :

2 - 75
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

1. Hutan Kota, berbentuk kawasan tutupan hijau hutan yang dikembangkan terutama
untuk tujuan pengaturan iklim mikro dan resapan air. Pengembangan hutan kota
direncanakan di Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru.
Selain itu hutan kota ini dikembangkan pula di Pulau-pulau Kecil yang tidak
berpenghuni dengan luas kurang dari 10 Ha yang tersebar di Kota Batam. Penetapan
pulau kecil sebagai daerah lindung dikarenakan adanya penetapan perlindungan
hutan mangrove, pembatasan sempadan pantai, serta daerah lindung lainnya
menyebabkan lahan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya
proporsinya sangat kecil dan tidak layak untuk dikembangkan sebagai kawasan
budidaya karena dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

2. Jalur Hijau Kota, berbentuk jalur tanaman berbatang tinggi (tanaman tahunan) yang
dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, pengaturan iklim mikro, dan resapan
air. Jalur hijau kota direncanakan pengembangannya di bahu serta median jalan, pada
kawasan-kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri,
kawasan pariwisata dan rekreasi, kawasan perumahan, dan kawasan-kawasan
kegiatan utama kota lainnya.

3. Bumi Perkemahan, merupakan kawasan hijau yang difungsikan sebagai tempat


berkemah untuk tujuan rekreasi, pengenalan alam, pengaturan iklim mikro, dan
resapan air. Bumi perkemahan pengembangannya dialokasikan di Telaga Punggur
Kecamatan Nongsa seluas 94,91 Ha (0,09 %).

4. Taman Kota, berbentuk taman-taman dengan aneka desain dan ukuran, yang
dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, tempat relaksasi, fasilitas interaksi,
dan pengikat sosial, disamping untuk pengaturan iklim mikro dan resapan air.
Rencana pengembangan taman kota diarahkan di pusat-pusat utama kegiatan kota,
terutama pada pusat pelayanan primer dan pusat pelayanan sekunder.

2 - 76
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

5. Taman Lingkungan, berbentuk taman-taman dengan aneka desain dan ukuran, yang
dikembangkan terutama untuk tujuan estetika, tempat relaksasi, fasilitas interaksi,
dan pengikat sosial suatu lingkungan perumahan, disamping untuk pengaturan iklim
mikro dan resapan air. Rencana pengembangan taman lingkungan diarahkan di pusat-
pusat kelurahan dan kawasan-kawasan perumahan / perumahan.

6. Zona Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), merupakan jalur hijau kota yang
dikembangkan secara khusus pada sisi terluar dari ROW (Daerah Milik Jalan) yang
belum dimanfaatkan dan di sekeliling kawasan industri / lokasi industri untuk
mengamankan ROW dan untuk memisahkan kawasan industri / lokasi industri dengan
pemanfaatan lain di sekitarnya. Pengembangan buffer zone direncanakan pada ruas-
ruas jalan arteri dan kolektor, dan di sekeliling kawasan-kawasan industri / lokasi-
lokasi industri. Luas keseluruhan areal buffer zone di Kota Batam mencapai 1.966,52
Ha (1,89 % dari luas daratan Kota Batam).

7. Ruang Terbuka Hijau Lainnya, mencakup tepi kawasan bandara yang tetap
dipertahankan sebagai tutupan hijau, serta plaza, areal monumen / landmark kota,
dan bentuk-bentuk ruang terbuka lainnya yang dikembangkan di pusat-pusat utama
kegiatan kota.

Langkah-langkah pengamanan untuk melindungi kawasan ruang hijau kota, diantaranya


adalah :

a. Tidak diijinkan atau membiarkan adanya daerah gundul atau terbuka serta menutup
areal yang gundul dengan pepohonan atau rumput-rumputan / semak belukar

b. Dilarang melakukan penebangan pohon di kawasan ini tanpa seijin instansi atau
pejabat yang berwenang, serta memberikan sangsi yang cukup berat bagi para
pelanggarnya

c. Melakukan penguatan dengan menggunakan tanaman keras terhadap tebing-tebing


yang lebih tinggi dari 3 meter dengan kemiringan lebih besar dari 20 %

2 - 77
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

d. Di daerah ini dikembangkan jenis tanaman semusim dan dilakukan pengawasan yang
cukup ketat agar tidak terjadi penebangan pohon secara liar atau pengembangan
kegiatan budidaya

e. Kegiatan perkotaan yang dapat diijinkan di kawasan ruang hijau kota ini hanya berupa
kegiatan rekreasi dan olahraga alam

Untuk mewujudkan kawasan-kawasan ruang hijau kota, perlu disusun Rencana Umum
Tata Ruang Hijau Kota yang berfungsi sebagai Rencana Induk (Master Plan) dalam
pengembangan seluruh ruang hijau Kota Batam yang selanjutnya dijadikan sebagai
pedoman dan acuan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dari setiap jenis
ruang hijau kota, yang penetapannya dilakukan melalui Keputusan Walikota.

4.2.1.9 Perlindungan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

Perlindungan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Hang Nadim,


ditetapkan sebagai kawasan dengan pengembangan terbatas dengan maksud menjaga
keselamatan operasi penerbangan guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
bahaya kecelakaan pesawat terbang atau kebisingan. Area KKOP Bandara Hang Nadim
meliputi wilayah bandara ditambah wilayah-wilayah yang ada di sekitar bandara yang
diatur berdasar Keppres tentang penentuan batas-batas dari keseluruhan KKOP. KKOP
Bandara Hang Nadim memiliki fungsi khusus yang meliputi wilayah bandara ditambah
wilayah di sekitar bandara dengan luas dan jarak tertentu.

Adapun wilayah kawasan keselamatan operasi penerbangan yang harus dijadikan sebagai
daerah hijau meliputi Kawasan Transitional Surface, yaitu kawasan pendekatan dan lepas
landas pesawat yang merupakan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk
trapesium dengan panjang pada ujung landasan ke arah barat daya sepanjang 2.700
meter dengan sisi terlebar berukuran 1.200 meter dan panjang pada ujung landasan ke
arah timur laut sepanjang 1.800 meter dengan sisi terlebar berukuran 930 meter.

2 - 78
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.2.2 Rencana Kawasan Pengembangan Terbatas

Rencana kawasan pengembangan terbatas, merupakan kawasan yang pemanfaatan dan


atau pengembangannya untuk kegiatan budidaya perlu dikendalikan dan dibatasi dengan
aturan-aturan yang jelas dan tegas, mengingat dampak bencana yang bisa
ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup dan manusia. Kawasan pengembangan
terbatas yang diberlakukan di Kota Batam, mencakup :

1. Kawasan Bukit dan Perbukitan

2. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

4.2.2.1 Kawasan Bukit dan Perbukitan

Pengaturan khusus bentang alam bukit dan perbukitan dijabarkan dalam suatu Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Bukit dan Perbukitan yang harus disusun bersama-sama
dengan kegiatan inventarisasi dan penyusunan pedoman teknis penatagunaan bentang
alam bukit dan perbukitan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan menjadi
pedoman serta acuan dalam pelaksanaan pembangunan, dan pemberian perijinan di
kawasan bukit dan perbukitan berkemiringan lereng > 15 %.

Untuk meningkatkan tertib penataguaan sumber daya alam penting lainnya yang
mencakup bentang alam bukit dan perbukitan, perlu diambil langkah-langkah kebijakan
berikut yang pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Walikota, meliputi :

1. Pencadangan persediaan bentang alam bukit dan perbukitan bagi material timbun dan
keperluan pembangunan lainnya, diutamakan pada bukit dan atau perbukitan dengan
kemiringan lereng < 15 %

2. Melakukan pengendalian pemanfaatan bentang alam bukit dan perbukitan dengan


kemiringan > 15 % (lima belas persen) bagi material timbun dan keperluan
pembangunan lainnya, dengan memperhatikan peran penting bukit dan perbukitan
dalam pengendalian banjir

3. Pengaturan kembali hak-hak penguasaan dan pengelolaan atas bentang alam bukit dan
perbukitan bagi material timbun dan keperluan pembangunan lainnya

2 - 79
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4. Melakukan subtitusi material timbun bagi keperluan pengembangan pantai dari


material timbun bukit atau perbukitan dengan material pasir laut yang diambil dari
zona-zona layak tambang di wilayah laut Kota Batam dan atau wilayah lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kegiatan yang perlu dikendalikan dan dibatasi di kawasan ini menyangkut pemanfaatan
bentang alam bukit dan perbukitan bagi material timbun dan keperluan pembangunan
lainnya, dengan memberlakukan aturan sebagai berikut :

a. Melakukan inventarisasi bentang alam bukit dan perbukitan dan menyusun pedoman
teknis penatagunaannya

b. Pemanfaatan bentang alam bukit dan perbukitan bagi material timbun dan keperluan
pembangunan lainnya, diutamakan pada bukit dan perbukitan dengan kemiringan
lereng < 15 % (lima belas persen)

c. Pemanfaatan bentang alam bukit dan perbukitan bagi material timbun dan keperluan
pembangunan lainnya dengan kemiringan lereng > 15 % dilakukan untuk
pengembangan secara terbatas

d. Melakukan pengendalian pemanfaatan bentang alam bukit dan perbukitan dengan


kemiringan > 15 % (lima belas persen) bagi material timbun dan keperluan
pembangunan lainnya, dengan memperhatikan peran penting bukit dan perbukitan
dalam pengendalian banjir

e. Pada kawasan bentang alam bukit dan perbukitan dengan kemiringan lereng antara 15
– 25 % hanya diijinkan untuk pengembangan secara terbatas melalui pengaturan
khusus, karena rentan terhadap erosi / longsor

f. Tidak diperbolehkan mengubah bentuk fisik dan atau mendirikan bangunan apapun
pada bentang alam bukit atau perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng > 25 %,
kecuali untuk lokasi bangunan vital dan keperluan pembangunan jalan bagi
kepentingan umum

g. Pengaturan kembali hak-hak penguasaan dan pengelolaan atas bentang alam bukit dan
perbukitan bagi material timbun dan keperluan pembangunan lainnya

2 - 80
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.2.2.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

Kegiatan yang perlu dikendalikan dan dibatasi di kawasan ini menyangkut pengembangan
bangunan secara vertikal dan horisontal di KKOP. Penentuan batas-batas KKOP Bandara
Hang Nadim, terbagi atas :

� Kawasan Transitional Surface, merupakan kawasan pendekatan dan lepas landas, yaitu
kawasan perpanjangan dari ujung landasan dan berbentuk trapesium dengan panjang
ujung landasan ke arah barat daya 2.700 m dengan sisi terlebar sebesar 1.200 m dan
ujung landasan ke arah timur laut sepanjang 1.800 m dengan sisi terlebar sebesar 930
m

� Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, merupakan kawasan perpanjangan dari


kawasan Transitional Surface dengan panjang ke arah barat daya 4.800 m dengan
lebar 1.200 m dan panjang ujung landasan ke arah timur laut 5.700 m dengan lebar
1.200 m

� Kawasan Di Atas Permukaan Horisontal Dalam, yaitu kawasan berbentuk segi empat
dengan sudut-sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang
berjari-jari 4.000 m dihitung dari ujung as landasan.

� Kawasan Permukaan Kerucut, yaitu kawasan berbentuk segi empat dengan jarak 11.000
m di luar kawasan permukaan horisontal dalam dengan lebar sisi terluar sebesar
4.800 m.

� Kawasan Permukaan Transisi, yaitu kawasan berbentuk segi empat dengan sudut-
sudutnya membentuk seperempat lingkaran dengan radius yang berjari-jari 6.000 m
dihitung dari ujung as landasan.

Pedoman yang harus diikuti dalam upaya pengembangan kawasan Transitional Surface
untuk kegiatan budidaya, diantaranya berupa tempat pemakaman umum, daerah hijau,
kegiatan pertanian yang tidak mengundang burung-burung untuk datang, atau jenis
kegiatan yang tidak menimbulkan polusi dan dengan ketinggian bangunan rendah, agar
tidak mengganggu aktivitas penerbangan dan membahayakan keselamatan penerbangan.
Tujuan dari pengembangan terbatas pada kawasan Transitional Surface adalah

2 - 81
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

melindungi kawasan tersebut dari bahaya kecelakaan pada operasi penerbangan.


Kawasan pengembangan terbatas di kawasan Transitional Surface berada di sebelah
timur bandara Hang Nadim, yaitu di Kampung Jabi – Batu Besar serta di barat daya
bandara Hang Nadim, yaitu kawasan Waduk Duriangkang. Arahan pengaturan kawasan
terbangun yang diperbolehkan di Kawasan Pengembangan Terbatas Kampung Jabi – Batu
Besar, terutama yang menyangkut kepadatan bangunan dan ketinggian bangunan yang
harus dibatasi sesuai ketentuan / toleransi yang telah ditetapkan pihak pengelola
Bandara Hang Nadim.

Sedangkan kawasan di luar Transitional Surface yang masih dalam KKOP


pengembangannya perlu dikendalikan dan dibatasi, terutama yang menyangkut
pengembangan bangunan secara vertikal dan horizontal di Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOB) Bandara Hang Nadim. Pengembangan bangunan secara vertikal dan
horizontal di KKOP dilakukan dengan memberlakukan aturan sebagai berikut :

a. Pengendalian ketinggian bangunan berdasarkan ketentuan keselamatan penerbangan,


meliputi kawasan “Transitional Surface” berbentuk trapesium

b. Pada kawasan “Transitional Surface” di sebelah timur laut bandara, yakni KKOP di
Wilayah Batu Besar - Kecamatan Nongsa, ketinggian bangunan ditetapkan maksimal
15 meter dengan lantai bangunan tidak lebih dari 2 lantai, luas areal terbangun tidak
lebih dari 30 %, dan KDB maksimal 20 %

c. Pada kawasan “Transitional Surface” di sebelah barat daya bandara yang merupakan
kawasan hutan lindung Duriangkang dilakukan pengendalian terhadap kemungkinan
perkembangan perumahan di sekitar persimpangan Jalan Hang Kesturi dengan Jalan
Hasanudin agar tidak melebar ke arah barat bandara

d. Areal tepi bandara yang merupakan bagian dari kawasan Bandara Hang Nadim tetap
dipertahankan sebagai ruang hijau kota dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
pembangunan apapun selain untuk kepentingan bandara

e. Pengaturan lebih lanjut yang menyangkut ketentuan pembangunan secara mendetail


di kawasan lain di wilayah KKOP Bandara Hang Nadim mengacu pada ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan pihak pengelola Bandara Hang Nadim yang

2 - 82
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

dijabarkan dalam suatu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan.

Untuk lebih jelasnya rencana pemanfaatan ruang Kota Batam ini, dapat dilihat dalam
Gambar berikut ini.

2 - 83
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

GAMBAR 2.5 Peta RTRW Kota Batam 2004-2014

2 - 84
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.6. KEPENDUDUKAN

2.5.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kota Batam

Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau disekitarnya dikembangkan oleh Pemerintah
Indonesia menjadi daerah industri, perdagangan, alih kapal, dan pariwisata serta dengan
terbentuknya Kotamadya Batam tanggal 24 Desember 1983, laju pertumbuhan penduduk
terus mengalami peningkatan.

Penduduk Kota Batam pada tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012 berjumlah 1.056.701 jiwa yang tersebar di 12 Kecamatan dan 64 Kelurahan.

TABEL 2.21 Jumlah Penduduk Kota Batam Menurut Kecamatan dan Jumlah Kelurahan serta
Rata-Rata Penduduk per Kelurahan Tahun 2010

LUAS JUMLAH JUMLAH PENDUDUK RATA-RATA PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK


NO KECAMATAN
(Ha) KELURAHAN (JIWA) PER KELURAHAN PER KEC. (per Ha)
1 Belakang Padang 6,912,000 6 23,953 3,992 0.0035
2 Bulang 15,874,900 6 11,905 1,984 0.0007
3 Galang 34,657,500 8 15,192 1,899 0.0004
4 Sei Beduk 10,644.80 4 115,468 28,867 11
5 Nongsa 11,454.40 4 56,182 14,046 5
6 Sekupang 6,830.10 7 126,008 18,001 18
7 Lubuk Baja 1,142.60 5 102,823 20,565 90
8 Batu Ampar 1,118.70 4 93,914 23,479 84
9 Bengkong 1,142.60 4 110,740 27,685 97
10 Batam Kota 3,896.30 6 136,082 22,680 35
11 Sagulung 5,477.80 6 156,459 26,077 29
12 Batu Aji 4,133.60 4 107,975 26,994 26
TOTAL 57,490,241 64 1,056,701 216,268

Kecamatan Belakang Padang

Penduduk Kecamatan Belakang Padang tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2012 berjumlah 23.953 jiwa dengan luas wilayah daratan 69.120.000 Ha.
Penduduk Kecamatan Belakang Padang tersebar di 6 Kelurahan. Data mengenai jumlah
penduduk masing-masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Belakang
Padang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

2 - 85
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Kec. Belakang Padang Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk
per Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Pulau Terong 3,954 1,088 4
2 Pecong 876 257 4
3 Kasu 3,421 980 4
4 Pemping 1,132 314 5
5 Tanjung Sari 7,383 2,411 4
6 Sekanak Raya 7,187 2,428 4
TOTAL 23,953 7,478 4
Sumber : Kec. Belakang Padang Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Bulang

Penduduk Kecamatan Bulang tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012 berjumlah 11.905 jiwa dengan luas wilayah 15.874.900 Ha. Penduduk Kecamatan
Bulang tersebar di 6 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-masing
kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Bulang dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.

Tabel 2.23 Jumlah Penduduk Kec. Bulang Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Pantai Gelam 1,180 332 4
2 Temoyong 1,528 431 4
3 Pulau Setokok 2,761 816 3
4 Batu Legong 1,300 363 4
5 Bulang Lintang 1,809 533 3
6 Pulau Buluh 3,327 992 3
TOTAL 11,905 3,467 3
Sumber : Kec. Bulang Dalam Angka Tahun 2012

2 - 86
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Kecamatan Galang

Penduduk Kecamatan Galang tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012 berjumlah 15.192 jiwa dengan luas wilayah daratan 34.657.500 Ha. Penduduk
Kecamatan Galang tersebar di 8 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Galang dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.

Tabel 2.24 Jumlah Penduduk Kec. Galang Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Pulau Abang 1,173 490 3
2 Karas 2,351 616 4
3 Sijantung 2,159 625 3
4 Sembulang 757 217 3
5 Rempang Cate 3,260 854 4
6 Subang Mas 768 214 4
7 Galang Baru 1,641 427 4
8 Air Raja 2,543 677 4
TOTAL 15,192 4,120 4
Sumber : Kec. Galang Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Sei Beduk

Penduduk Kecamatan Sei Beduk tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 115.468 jiwa dengan luas wilayah 10.644,80 Ha. Penduduk
Kecamatan Sei Beduk tersebar di 4 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Sei Beduk dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.

2 - 87
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 2.25 Jumlah Penduduk Kec. Sei Beduk Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Tanjung Piayu 18,239 2,524 4
2 Duriangkang 21,988 3,927 4
3 Mangsang 47,808 6,288 4
4 Muka Kuning 27,433 4,613 5
TOTAL 115,468 17,352 4
Sumber : Kec. Sei Beduk Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Nongsa

Penduduk Kecamatan Nongsa tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012 berjumlah 56.182 jiwa dengan luas wilayah 11.454,4 Ha. Penduduk Kecamatan
Nongsa tersebar di 4 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-masing
kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Nongsa dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.

Tabel 2.26 Jumlah Penduduk Kec. Nongsa Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Ngenang 1,507 433 3
2 Kabil 22,549 5,916 3
3 Batu Besar 23,700 6,951 3
4 Sambau 8,426 1,949 4
TOTAL 56,182 15,249 3
Sumber : Kec. Nongsa Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Sekupang

Penduduk Kecamatan Sekupang tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 126.008 jiwa dengan luas wilayah 6.830,10 Ha. Penduduk
Kecamatan Sekupang tersebar di 7 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-

2 - 88
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Sekupang dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.27 Jumlah Penduduk Kec. Sekupang Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Tanjung Riau 13,708 5,352 3
2 Tiban Indah 13,459 4,931 3
3 Patam Lestari 19,239 7,706 2
4 Tiban Baru 23,840 9,515 3
5 Tiban Lama 24,876 11,490 2
6 Sei Harapan 18,841 8,741 2
7 Tanjung Pinggir 12,045 5,254 2
TOTAL 126,008 52,989 2
Sumber : Kec. Sekupang Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Lubuk Baja

Penduduk Kecamatan Lubuk Baja tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 102.823 jiwa dengan luas wilayah 1.142,60 Ha. Penduduk
Kecamatan Lubuk Baja tersebar di 5 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Lubuk Baja dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.28 Jumlah Penduduk Kec. Lubuk Baja Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Lubuk Baja Kota 17,334 6,937 3
2 Kampung Pelita 16,320 7,771 2
3 Batu Selicin 19,085 7,952 2
4 Baloi indah 29,186 12,689 2
5 Tanjung Uma 20,898 7,206 3
TOTAL 102,823 42,555 2
Sumber : Kec. Lubuk Baja Dalam Angka Tahun 2012

2 - 89
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Kecamatan Batu Ampar

Penduduk Kecamatan Batu Ampar tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 93.914 jiwa dengan luas wilayah 1.118,70 Ha. Penduduk
Kecamatan Batu Ampar tersebar di 4 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk
masing-masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Batu Ampar dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.29 Jumlah Penduduk Kec. Batu Ampar Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Tanjung Sengkuang 31,623 12,876 2
2 Sungai Jodoh 23,084 13,047 2
3 Batu Merah 10,829 4,317 3
4 Kampung Seraya 28,378 16,972 2
TOTAL 93,914 47,212 2
Sumber : Kec. batu Ampar Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Bengkong

Penduduk Kecamatan Bengkong tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 110.740 jiwa dengan luas wilayah 1.142,60 Ha. Penduduk
Kecamatan Bengkong tersebar di 4 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Bengkong dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.30 Jumlah Penduduk Kec. Bengkong Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Bengkong Laut 23,530 10,709 2
2 Bengkong Indah 28,231 13,883 2
3 Sadai 25,492 11,633 2
4 Tanjung Buntung 33,487 15,409 2
TOTAL 110,740 51,634 2
Sumber : Kec. Bengkong Dalam Angka Tahun 2012

2 - 90
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Kecamatan Batam Kota

Penduduk Kecamatan Batam Kota tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 136.082 jiwa dengan luas wilayah daratan 3.896,30 Ha. Penduduk
Kecamatan Batam Kota tersebar di 6 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk
masing-masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Batam Kota dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.31 Jumlah Penduduk Kec. Batam Kota Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Teluk Tering 13,803 5,900 2
2 Taman Baloi 23,664 10,947 2
3 Sukajadi 4,840 1,725 3
4 Belian 39,935 17,293 2
5 Sei Panas 22,829 9,559 2
6 Baloi Permai 31,011 13,520 2
TOTAL 136,082 58,944 2
Sumber : Kec. Batam Kota Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Sagulung

Penduduk Kecamatan Sagulung Kota tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2012 berjumlah 156.459 jiwa dengan luas wilayah 5.477,80 Ha. Penduduk
Kecamatan Sagulung tersebar di 6 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Sagulung dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.

2 - 91
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 2.32 Jumlah Penduduk Kec. Sagulung Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Tembesi 22,117 5,741 4
2 Sungai Binti 25,656 5,731 5
3 Sungai Lekop 16,043 3,582 4
4 Sagulung Kota 33,310 7,226 5
5 Sungai Langkai 40,941 12,643 3
6 Sungai Pelunggut 18,392 4,335 4
TOTAL 156,459 39,278 4
Sumber : Kec. Sagulung Dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Batu Aji

Penduduk Kecamatan Batu Aji Kota tahun 2010 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2012 berjumlah 107.975 jiwa dengan luas wilayah 4.133,60 Ha. Penduduk
Kecamatan Batu Aji tersebar di 4 Kelurahan. Data mengenai jumlah penduduk masing-
masing kelurahan dan jumlah KK per kelurahan di Kecamatan Batu Aji dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.

Tabel 2.33 Jumlah Penduduk Kec. Batu Aji Menurut Kelurahan Rata-Rata Penduduk per
Kelurahan Tahun 2012

JUMLAH RATA-RATA JIWA


NO KECAMATAN
PENDUDUK RUMAH TANGGA PER RUMAH TANGGA
1 Tanjung Uncang 26,997 7,341 4
2 Bukit Tempayan 15,507 4,050 4
3 Buliang 35,646 13,361 3
4 Kibing 27,195 8,151 3
TOTAL 105,345 32,903 3
Sumber : Kec. Batu Aji Dalam Angka Tahun 2012

2.5.2. Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk di Kota Batam dapat dikatakan relatif tidak merata dengan
konsentrasi masih pada Kecamatan yang berada di wilayah Pulau Batam. Penyebaran
penduduk per Kecamatan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

2 - 92
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

GAMBAR 2.6 Jumlah Penduduk Kota Batam Per Kecamatan

2 - 93
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2.7. KEUANGAN DAERAH

Dalam perencanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara, pemerintah menganut


prinsip berimbang dan dinasmis. Realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Batam dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 2.34 Jenis Pendapatan, Target dan Realisasi Pendapatan

Pemerintah Kota Batam Tahun 2011

REALISASI
NO JENIS PENDAPATAN TARGET PENDAPATAN PERSEN
PENDAPATAN
1 Pajak daerah 231,203,000,000.00 280,370,093,254.06 121.27
2 Retribusi daerah 26,601,222,400.60 25,467,237,706.49 95.74
Hasil pengelolaan kekayaan daerah
3 1,671,627,178.00 1,749,262,178.00 104.64
yang dipisahkan
4 Lain-lain PAD yang sah 17,282,000,000.00 16,955,743,492.14 98.11
Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
5 400,596,998,386.00 375,937,488,341.00 94.55
pajak
6 Dana alokasi umum 316,627,023,000.00 316,627,023,000.00 100.00
7 Dana alokasi khusus 39,157,300,000.00 39,157,200,000.00 100.00
Dana bagi hasil pajak dari provinsi
8 107,248,060,277.00 113,944,125,167.40 106.24
dan pemerintah daerah lainnya
9 Pendapatan hibah 18,106,123,000.00 2,118,906,108.00 11.70
Dana penyesuaian dan otonomi
10 51,318,250,000.00 52,127,131,250.00 101.58
khusus
11 Bantuan keuangan provinsi 28,465,799,900.00 28,465,799,900.00 100.00
Dana penyesuaian tunjangan
12 - - -
pendidikan
13 Dana intensif daerah - - -
Dana tambahan penghasilan guru
14 4,932,000,000.00 4,932,000,000.00 100.00
PNSD
15 Data tunjangan profesi guru PNSD 17,425,871,760.00 17,425,871,760.00 100.00
Dana percepatan pembangunan
16 3,914,631,000.00 3,914,631,000.00 100.00
infrastruktur DPID
17 Penerimaan pembiayaan 35,451,886,531.00 7,627,411,377.44 21.51
JUMLAH PENERIMAAN KOTA BATAM 1,300,001,793,434.00 1,286,819,924,534.53 98.99
Sumber : Kota Batam Dalam Angka Tahun 2012

2 - 94
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB III
KONDISI SPAM EKSISTING

3.1. ASPEK TEKNIS

3.1.1. SPAM di Pulau Batam

Ketika dimulainya pembangunan di Pulau Batam yaitu tahun 1971 pada awalnya
penyediaan dan pengelolaan air bersih di Batam dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini
Otorita Batam, yang saat ini berganti nama menjadi Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam).

Atas dasar pertimbangan ketidaksiapan dan ketidakmampuan Otorita Batam (OB) pada
saat itu untuk mengolah air dengan kualitas yang diinginkan (mengikuti perkembangan
Kota Singapura) dan mengatasi keluhan dari berbagai pihak tentang kualitas air bersih di
pulau Batam maka Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan kerjasama
pengelolaan air bersih dengan pihak swasta, Sehingga dengan kerjasama tersebut
pengelolaan air bersih di Pulau Batam dapat dilaksanakan secara professional.

Sebelum Perjanjian Konsesi yang dibuat pada tahun 1995, pengelolaan air bersih di
Batam dilaksanakan oleh Otorita Batam, dengan kapasitas air baku kurang lebih sebesar
850 L/dt dari 5 (lima) waduk yang ada. Pada saat itu Otorita Batam hanya mampu
memproduksi air bersih kurang lebih sebesar 500 L/dt dengan kualitas dan kuantitas yang
kurang bagus sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih terutama untuk
industri dan hotel (jasa).

Kepala Satuan Pelaksana Otorita Batam pada saat itu mencari perusahaan yang mampu
mengelola dan menjadi operator pelaksana penyediaan air bersih di Pulau Batam.

Sebelum Perjanjian Konsesi ditandatangani, Konsorsium PT. Adhya Tirta Batam (ATB)
telah melakukan feasibility study untuk merealisasikan Perjanjian Konsesi tersebut.

Setelah proses negosiasi dengan Otorita Batam (OB) akhirnya Biwater International
Ltd. bekerjasama dengan PT. Bangun Cipta Kontraktor dan PT. Syabata Cemerlang

3-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

membentuk konsorsium PT. Adhya Tirta Batam (ATB) yang kemudian ditunjuk Otorita
Batam sebagai pengelola dan operator pelaksana penyediaan air bersih di Pulau Batam.

Pada tanggal 17 April 1995 dibentuk Perjanjian Konsesi pengelolaan air bersih di Pulau
Batam antara Otorita Batam (OB) dengan Konsorsium Biwater International Ltd., PT.
Bangun Cipta Kontraktor dan PT. Syabata Cemerlang, dengan jangka waktu 25 (dua puluh
lima) tahun, dan berakhir pada tanggal 17 April 2020.

Otorita Batam selaku regulator memonitor setiap aktivitas ATB, baik secara teknis
maupun komersial, termasuk dalam hal penentuan tarif dan menjamin ketersediaan serta
kualitas air baku sesuai dengan kemampuan efektif dari waduk-waduk yang berada di
Pulau Batam.

GAMBAR 3.1 Wilayah Pelayanan PT. ATB

3.1.1.1. Unit Air Baku

Sumber air baku yang diproses ATB berasal dari 6 (enam) waduk yang terdapat di Pulau
Batam, yaitu Baloi, Sei Harapan, Sei Ladi, Mukakuning, Nongsa, dan Duriangkang. Jumlah
total debit daya tampung dari 6 (enam) waduk tersebut adalah 123.684.190 m3/tahun.

3-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 3.1 Sumber Air Baku Eksisting SPAM Kota Batam


KAPASITAS
NO SUMBER AIR BAKU DAYA TAMPUNG DEBIT
(1.000 m3/thn) (L/dt)
1 Waduk Nongsa 1,892.16 60
2 Waduk Baloi 946.08 30
3 Waduk Harapan 6,622.56 210
4 Waduk Ladi 7,568.64 240
5 Waduk Muka Kuning 12,046.75 310
6 Waduk Duriangkang 94,608.00 3,000
JUMLAH 123,684.19 3,850.00
Sumber : BWS, Tahun 2012

Waduk Nongsa memiliki kapasitas daya tampung sebesar 60 L/dt yang terletak
pada ketinggian + 10 mdpl, waduk Nongsa mulai beroperasi pada tahun 1979.

Waduk Nongsa
+ 10 mdpl

Waduk Baloi memiliki kapasitas daya tampung sebesar 30 L/dt yang terletak pada
ketinggian + 10 mdpl, waduk Baloi mulai beroperasi pada tahun 1978.

Waduk Baloi
+ 10 mdpl

3-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Waduk Harapan memiliki kapasitas daya tampung sebesar 210 L/dt yang terletak
pada ketinggian + 10 mdpl, waduk Harapan mulai beroperasi pada tahun 1979.

Waduk Harapan
+ 10 mdpl

Waduk Ladi memiliki kapasitas daya tampung sebesar 240 L/dt yang terletak pada
ketinggian + 19 mdpl, waduk Ladi mulai beroperasi pada tahun 1986.

Waduk Ladi
+ 19 mdpl

Waduk Mukakuning memiliki kapasitas daya tampung sebesar 310 L/dt yang
terletak pada ketinggian + 25 mdpl, waduk Mukakuning mulai beroperasi pada
tahun 1991.

Waduk
Mukakuning
+ 25 mdpl

3-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Waduk Duriangkang memiliki kapasitas daya tampung sebesar 3.000 L/dt yang
terletak pada ketinggian + 7,5 mdpl, waduk Mukakuning mulai beroperasi pada
tahun 2001.

Waduk Duriangkang
+ 7,5 mdpl

Jumlah kapasitas unit air baku dari 6 (enam) waduk yang telah dimanfaatkan sebagai
sumber air dalam sistem pelayanan air minum di Pulau Batam adalah sebesar 3.850 L/dt
dan diperkirakan dapat memasok kebutuhan air bersih untuk penduduk Pulau Batam
sebanyak 1.400.000 jiwa.

3.1.1.2. Unit Produksi

Unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang digunakan untuk melayani Kota Batam terdiri dari
7 (tujuh) unit, dimana sumber air baku berasal dari 6 (enam) waduk.

TABEL 3.2 Kapasitas Sumber Air Baku, IPA Terpasang, dan Produksi Tahun 2012
KAPASITAS (L/dt)
NO INSTALASI PENGOLAHAN AIR
SUMBER IPA PRODUKSI
1 IPA Nongsa 60 110 63
2 IPA Baloi 30 60 -
3 IPA Harapan 210 210 204
4 IPA Ladi 240 270 242
5 IPA Muka Kuning 310 310 239
6 IPA Tanjung Piayu
3,000 2,575 1,783
7 IPA Duriangkang
JUMLAH 3,850 3,535 2,531
Sumber : BWS dan ATB, Tahun 2012

3-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

IPA NONGSA
Instalasi Nongsa memiliki kapasitas
110 L/dt dimana sumber air baku
yang diolah berasal dari waduk/dam
Nongsa yang mempunyai kapasitas
60 L/dt.

IPA BALOI
Instalasi Baloi memiliki kapasitas
60 L/dt dimana sumber air baku yang
diolah berasal dari waduk/dam Baloi
yang mempunyai kapasitas 30 L/dt.

IPA HARAPAN
Instalasi Harapan memiliki kapasitas
210 L/dt dimana sumber air baku
yang diolah berasal dari waduk/dam
Harapan yang mempunyai kapasitas
210 L/dt.

3-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

IPA LADI
Instalasi Ladi memiliki kapasitas
270 L/dt dimana sumber air baku
yang diolah berasal dari waduk/dam
Sei Ladi yang mempunyai kapasitas
240 L/dt.

IPA MUKA KUNING


Instalasi Muka Kuning memiliki
kapasitas 310 L/dt dimana sumber air
baku yang diolah berasal dari
waduk/dam Muka Kuning yang
mempunyai kapasitas 310 L/dt.

IPA TANJUNG PIAYU dan IPA DURIANGKANG


o IPA Tanjung Piayu tahap I,
memiliki kapasitas 225 L/dt.
o IPA Tanjung Piayu tahap II,
memiliki kapasitas 150 L/dt.
o IPA Duriangkang tahap I, memiliki
kapasitas 500 L/dt.
o IPA Duriangkang tahap II, memiliki
kapasitas 500 L/dt.
o IPA Duriangkang tahap III, memiliki kapasitas 500 L/dt.
o IPA Duriangkang tahap IV, memiliki kapasitas 700L/dt.

3-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Jumlah kapasitas IPA yang terpasang


adalah sebesar 2.575 L/dt dimana
sumber air baku yang diolah berasal
dari waduk/dam Muka Kuning yang
mempunyai kapasitas 3.000 L/dt.

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih yang siap didistribusikan ke konsumen
adalah sebagai berikut :

Pre-Chlor Alum Sulphate


Pre-Lime Polimer

RAW WATER
INTAKE AERATOR FLOCCULATOR
SOURCES

Pre-Chlor
Pre-Lime

CHLORINE RAPID GRAVITY LAMELLA


CONTACT TANK FILTERS CLARIFIER

TREATED RAPID GRAVITY


BALANCE TANK CUSTOMERS
WATER SUPPLY FILTERS

GAMBAR 3.2 Diagram Proses IPA

Dari kapasitas sumber air baku yang ada yaitu sebesar 3.850 L/dt sudah terpasang IPA
sebesar 3.535 L/dt. Sedangkan kapasitas produksi air minum saat ini adalah sebesar
2.531 L/dt, sehingga masih terdapat idle capacity untuk kapasitas sumber air sebesar
1.319 L/dt.

3-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

3.1.1.3. Unit Distribusi

Pada umumnya reservoir yang digunakan merupakan reservoir transmisi (buster pump)
dan reservoir distribusi dilengkapi dengan water meter untuk mencatat jumlah air yang
didistribusikan kepada masyarakat, sehingga PT. ATB dapat dengan mudah menghitung
berapa tingkat kehilangan air di area distribusi.

Pada awal Perjanjian Konsesi, ATB menyewa peralatan produksi dan distribusi air
bersih dengan kapasitas 850 L/dt dari Otorita Batam dengan nilai aset sebesar
Rp. 42.000.000.000,- (empat puluh dua milyar rupiah).

Berdasarkan analisis investasi, pembangunan WTP sampai akhir masa konsesi (2020)
diproyeksikan dengan nilai investasi sebesar Rp 650.000.000.000,- (enam ratus lima puluh
milyar rupiah).

Sampai akhir tahun 2007 ATB telah melakukan investasi peralatan produksi dan distribusi
air bersih dengan nilai akumulasi kurang lebih sebesar Rp 291.907.000.000,- (dua ratus
sembilan puluh satu milyar sembilan ratus tujuh juta rupiah).

Dalam memperlancar dan mempercepat proses distribusi air bersih, beberapa


pengembang di Pulau Batam membangun jaringan induk terlebih dahulu (karena belum
ada jaringan induk yang melintasi kawasan tersebut) dan kemudian biaya pembangunan
tersebut di ganti oleh ATB.

Pipa transmisi adalah semua pipa yang meliputi pipa penyaluran air baku dari intake ke
IPA, air bersih dari IPA ke reservoir dan dari reservoir yang satu ke reservoir yang lain,
termasuk katub-katub, bak-bak, sambungan yang berhubungan dengan pipa.

Pipa distribusi adalah semua pipa yang meliputi jaringan pipa yang berasal dari reservoir
hingga ke konsumen, termasuk meter airnya. Termasuk disini katub-katub, bak-bak,
sambungan dan sebagainya yang berhubungan dengan pipa. Tidak termasuk hubungan
pelayanan atau hubungan dari meter air ke halaman konsumen.

3-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

3.1.1.4. Unit Pelayanan

Sambungan pelanggan yang ada di Pulau Batam dan Pulau Buluh pada umumnya
merupakan sambungan rumah, sambungan niaga, sambungan sosial, dan sambungan
industri.

Tingkat pelayanan hingga tahun 2011 untuk Pulau Batam dan Pulau Buluh telah mencapai
± 95 % atau ± 186.092 sambungan.

PT. ATB memiliki Standard Operating Procedure (SOP) bagi konsumen yang mengajukan
permintaan sambungan baru.

Daerah hunian penduduk yang sulit untuk dipasok air bersih adalah Batu Aji karena
pertumbuhan penduduknya relatif tinggi dan merupakan daerah relokasi perumahan liar
yang mendapat pasokan air dari waduk Muka Kuning dan Duriangkang.

GAMBAR 3.3 Daerah Pelayanan PT. ATB

3 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

3.1.2. SPAM di Luar Pulau Batam

Pemenuhan akan kebutuhan air bersih masyarakat di luar Pulau Batam (hinterland),
sementara ini memang masih cukup tertinggal dengan lebih banyak mengandalkan pada
ketersediaan air sumur, tampungan air hujan (PAH), dan beberapa sungai kecil. Hanya di
Pulau Belakang Padang, Pulau Pemping, dan sebagian Pulau Bulang Lintang yang sudah
memiliki penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan, karena memang daerah
tersebut memiliki sumber air dan tampungan air bersih yang cukup besar.

Pulau Belakang Padang

Pada saat ini Kecamatan Belakang Padang telah mempunyai sistem penyediaan air
minum untuk melayani kebutuhan air minum masyarakatnya. Sistem penyediaan air
minum ini diambil dari 2 sumber waduk/dam. Sistem penyediaan air minum ini telah
dibangun pada tahun 2005 dan 2008 dengan kapasitas 5 L/dt dan 20 L/dt dan
menggunakan sambungan langsung dan hidran umum untuk dibeberapa tempat.

A. Unit Air Baku


Sumber air baku yang digunakan berasal dari air hujan yang ditampung secara
alami di 2 (dua) Waduk/Dam. Berikut adalah Tabel dari kapasitas masing-masing
waduk/dam.

TABEL 3.3 Sumber Air Baku Eksisting SPAM Kecamatan Belakang Padang
KAPASITAS
NO SUMBER AIR BAKU DAYA TAMPUNG DEBIT
(1.000 m3/thn) (L/dt)
1 Waduk Sekanak I 265.50 30
2 Waduk Sekanak II 265.50 30
JUMLAH 531.00 60.00
Sumber : Puslitbang Permukiman Balitbang PU dan Hasil Survey

Pada saat musim kemarau panjang air baku baik untuk waduk/dam Sekanak I dan
Sekanak II mengalami penurunan kuantitas air yang cukup signifikan.

3 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Sekanak I
Sekanak II
+ 8 mdpl
+ 7 mdpl

B. Unit Produksi
Unit pengolahan ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum di
wilayah Belakang Padang. Unit pengolahan ini mempunyai kapasitas 5 L/dt
dengan konstruksi paket baja yang dibangun pada tahun 2005 dan unit
pengolahan kapasitas 20 L/dt dengan konstruksi paket baja yang dibangun pada
tahun 2008. Kondisi dari kedua unit pengolahan saat ini masih cukup baik.

IPA Kap. 5 L/dt IPA Kap. 20 L/dt

3 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

C. Unit Distribusi
Pada umumnya reservoir yang digunakan merupakan reservoir distribusi dan
dalam kondisi yang cukup baik.

Reservoir Reservoir Menara

Jaringan perpipaan di Belakang Padang dibagi menjadi 2 kategori yaitu jaringan


perpipaan transmisi dan distribusi. Untuk jaringan perpipaan dibangun dengan
menggunakan dana Daerah (APBD), dimana sebagian besar pipa yang digunakan
yaitu jenis HDPE. Kondisi perpipaan sendiri masih relatif baik walaupun
dibeberapa tempat terdapat kebocoran. Jaringan perpipaan di Belakang Padang
belum sepenuhnya dilengkapi dengan katup-katup operasi dan water meter,
sehingga menyulitkan pengelola dalam mengatur tekanan dan pengaliran air yang
didistribusikan kepada pelanggan dan sulit untuk mengetahui tingkat kehilangan
air yang terjadi pada sistem perpipaan baik pipa transmisi maupun distribusi
dikarenakan tidak adanya water meter induk. Untuk pembagian (zonasi) wilayah
pelayanan belum diterapkan, sehingga hal ini menyulitkan pengelola dalam
mengontrol aliran dan tekanan dalam wilayah pelayanan.

D. Unit Pelayanan

Tipe sambungan yang digunakan untuk melayani masyarakat Belakang Padang


hanya menggunakan 1 (satu) tipe sambungan yaitu sambungan rumah (SR).
Sambungan langsung yang terpasang dimasyarakat pada saat ini sudah dilengkapi
dengan katup-katup pada instalasi sambungan langsung dan dilengkapi dengan

3 - 13
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

meter air. Jumlah sambungan saat ini telah terpasang sebanyak 1.300 (seribu tiga
ratus) unit SR.

Pulau Pemping

Pada saat ini di Pulau Pemping telah mempunyai sistem penyediaan air minum untuk
melayani kebutuhan air minum masyarakatnya. Sumber air yang digunakan untuk sistem
penyediaan air minum ini diambil dari waduk/dam. Sistem penyediaan air minum ini
telah dibangun pada tahun 2005 dan menggunakan sambungan langsung dan hidran
umum untuk dibeberapa tempat.

A. Unit Air Baku

Sumber air baku yang digunakan berasal dari air hujan yang ditampung secara
alami pada Waduk/Dam. Berikut ini adalah Tabel kapasitas dari waduk/dam.

TABEL 3.4 Sumber Air Baku Eksisting SPAM Pulau Pemping


KAPASITAS
NO SUMBER AIR BAKU DAYA TAMPUNG DEBIT
(1.000 m3/thn) (L/dt)
1 Waduk Pemping 115.00 10
JUMLAH 115.00 10.00
Sumber : Puslitbang Permukiman Balitbang PU dan Hasil Survey

Pemping
+ 17 mdpl

3 - 14
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

B. Unit Produksi
Unit pengolahan ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum di
wilayah Pulau Pemping. Pengolahan yang ada di Pulau Pemping terdapat 2 unit
dimana masing-masing mempunyai kapasitas 5 L/dt dengan konstruksi paket baja.
Satu unit sudah tidak digunakan dan satu unit lagi baru dibangun pada tahun 2010
dan kondisi dari unit pengolahan saat ini masih cukup baik.

IPA Kap. 5 L/dt (lama) IPA Kap. 5 L/dt (baru)

C. Unit Distribusi
Pada umumnya reservoir yang digunakan merupakan reservoir distribusi dan
dalam kondisi yang cukup baik.

3 - 15
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Reservoir Pulau Pemping

Jaringan perpipaan di Pulau Pemping dibagi menjadi 2 kategori yaitu jaringan


perpipaan transmisi dan distribusi. Untuk jaringan perpipaan dibangun dengan
menggunakan dana Daerah (APBD), dimana sebagian besar pipa yang digunakan
yaitu jenis HDPE. Kondisi perpipaan sendiri masih relatif baik walaupun
dibeberapa tempat terdapat kebocoran. Jaringan perpipaan di Pulau Pemping
belum sepenuhnya dilengkapi dengan katup-katup operasi dan water meter,
sehingga menyulitkan pengelola dalam mengatur tekanan dan pengaliran air yang
didistribusikan kepada pelanggan dan sulit untuk mengetahui tingkat kehilangan
air yang terjadi pada sistem perpipaan baik pipa transmisi maupun distribusi
dikarenakan tidak adanya water meter induk. Untuk pembagian (zonasi) wilayah
pelayanan belum diterapkan, sehingga hal ini menyulitkan pengelola dalam
mengontrol aliran dan tekanan dalam wilayah pelayanan.

D. Unit Pelayanan

Tipe sambungan yang digunakan untuk melayani masyarakat Pulau Pemping


hanya menggunakan 2 (dua) tipe sambungan yaitu sambungan rumah (SR) dan
hidran umum (HU). Sambungan langsung yang terpasang dimasyarakat pada saat
ini sudah dilengkapi dengan katup-katup pada instalasi sambungan langsung dan
dilengkapi dengan meter air. Jumlah sambungan saat ini telah terpasang sebanyak
200 (dua ratus) unit SR dan 3 (tiga) unit HU.

3 - 16
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pulau Bulang Lintang

Pada saat ini di Pulau Bulang Lintang telah mempunyai sistem penyediaan air minum
untuk melayani kebutuhan air minum masyarakatnya. Sumber air yang digunakan untuk
sistem penyediaan air minum ini diambil dari waduk/dam. Sistem penyediaan air minum
ini telah dibangun pada tahun 2011 dan menggunakan sambungan langsung dan hidran
umum untuk dibeberapa tempat.

A. Unit Air Baku


Sumber air baku yang digunakan berasal dari air hujan yang ditampung secara
alami pada Waduk/Dam. Berikut ini adalah Tabel kapasitas dari waduk/dam.

TABEL 3.5 Sumber Air Baku Eksisting SPAM Pulau Bulang


KAPASITAS
NO SUMBER AIR BAKU DAYA TAMPUNG DEBIT
(1.000 m3/thn) (L/dt)
1 Waduk Pemping 107.50 10
JUMLAH 107.50 10.00
Sumber : Puslitbang Permukiman Balitbang PU dan Hasil Survey

Bulang Lintang
+ 11 mdpl

3 - 17
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

B. Unit Produksi
Unit pengolahan ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum di
wilayah Pulau Bulang. Pengolahan yang ada di Pulau Pemping terdapat 1 unit
dimana mempunyai kapasitas 10 L/dt dengan konstruksi paket baja yang
dibangun pada tahun 2011 dan kondisi dari unit pengolahan saat ini masih cukup
baik.

IPA Bulang Kap. 10 L/dt

C. Unit Distribusi
Pada umumnya reservoir yang digunakan merupakan reservoir distribusi dan
dalam kondisi yang cukup baik.

3 - 18
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Reservoir Pulau Bulang

Jaringan perpipaan di Pulau Bulang dibagi menjadi 2 kategori yaitu jaringan


perpipaan transmisi dan distribusi. Untuk jaringan perpipaan dibangun dengan
menggunakan dana Daerah (APBD), dimana sebagian besar pipa yang digunakan
yaitu jenis HDPE. Kondisi perpipaan sendiri masih relatif baik walaupun
dibeberapa tempat terdapat kebocoran. Jaringan perpipaan di Pulau Bulang
belum sepenuhnya dilengkapi dengan katup-katup operasi dan water meter,
sehingga menyulitkan pengelola dalam mengatur tekanan dan pengaliran air yang
didistribusikan kepada pelanggan dan sulit untuk mengetahui tingkat kehilangan
air yang terjadi pada sistem perpipaan baik pipa transmisi maupun distribusi
dikarenakan tidak adanya water meter induk. Untuk pembagian (zonasi) wilayah
pelayanan belum diterapkan, sehingga hal ini menyulitkan pengelola dalam
mengontrol aliran dan tekanan dalam wilayah pelayanan.

D. Unit Pelayanan

Tipe sambungan yang digunakan untuk melayani masyarakat Pulau Bulang Lintang
menggunakan 2 (dua) tipe sambungan yaitu sambungan rumah (SR) dan hidran
umum (HU). Sambungan langsung yang terpasang dimasyarakat pada saat ini
sudah dilengkapi dengan katup-katup pada instalasi sambungan langsung dan
dilengkapi dengan meter air. Jumlah sambungan saat ini telah terpasang sebanyak
196 (seratus sembilan puluh enam) unit SR dan 10 (sepuluh) unit HU.

3 - 19
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pedesaan

Sumber air baku air minum yang biasa atau umum digunakan oleh penduduk luar Pulau
Batam adalah berupa air hujan dengan menggunkan Penampung Air Hujan (PAH), air
tanah dangkal yang diabstraksi dengan sumur gali (SG) atau sumur bor pantek, dan
sebagian membeli atau ambil air dari lokasi / pulau lain. Air minum perpipaan sudah ada
di sebagian kelurahan, berupa SPAM Perdesaan dan SPAM IKK (Ibukota Kecamatan) yang
dibangun Dinas PU Ciptakarya TK II dan Ditjen Ciptakarya melalui Satker Air Minum
Provinsi Kepri, dan ada juga air minum “perpipaan swadaya masyarakat”, dimana airnya
dialirkan begitu saja pakai pipa ke KU atau ke rumah-rumah tanpa adanya pengolahan,
sehingga Air hujan banyak digunakan terutama di wilayah pedataran pantai, dimana
sumber lain berupa mata air tidak didapatkan, air tanah dangkal (sumur gali) banyak yang
keruh dan kering diwaktu kemarau panjang, bahkan airnya payau; sedang air sungai
banyak yang payau dan kering pada musim kemarau (sungai intermiten). Penampung air
hujan ada yang terbuat dari fiberglas, aluminium, dan beton dengan berbagai ukuran.
Pengunaan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari mencerminkan sulitnya sumber air
baku air minum yang memenuhi syarat kesehatan, juga cakupan pelayanan ATB terbatas
hanya di Pulau Batam.

Penggunaan air tanah dangkal dengan menggunakan sumur gali atau sumur bor pantek
banyak dimanfaatkan penduduk luar Pulau Batam, yaitu di 3 (tiga) kecamatan yang
merupakan hinterlandnya Pulau Batam. Kedalaman sumur gali umunya berkisar dari 1 – 5
meter dibawah muka tanah setempat, dengan muka air tanah berkisar dari 0,5 – 4 meter
di bawah muka tanah setempat, sedangkan sumur bor pantek umumnya hingga
kedalaman 30 m dibawah muka tanah setempat. Kualitas air tanah beragam dari yang
jernih hingga keruh bahkan kemerah-merahan, sebagian besar airnya tawar dan banyak
pula ditemukan airnya payau apalagi dimusim kemarau. Pada musim kemarau sebagian
sumur gali banyak yang susut bahkan kering, bahkan di daerah dekat garis pantai airnya
menjadi payau. Di pulau–pulau banyak sumur gali bantuan PNPM; seperti di Pulau
Pemping, Pulau Bulan Lintang, Pulau Buluh, debit sumur gali di luar Pulau Batam dari
analisa sepintas debitnya mempunyai kisaran 0,2 – 0,3 lit/det. Sumur bor pantek PNPM
seperti di Pulau Raya dan Pulau Air Kelurahan Batu Legong, dengan perkiraan debit 0,3
lt/det.

3 - 20
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 3.6 Sumber Air Baku Eksisting SPAM di Luar Pulau Batam

No. Sumber Air Baku Sumber Eksisting Potensi Sumber Keterangan

III Kecamatan Bulang


1 Kel. Pulau Buluh Sumur gali PNPM Sumur gali
Perpipaan ATB Sumber dari P. Batam
2 Kel. Bulang :
P. Bulang Lintang Sumur gali
Waduk Bl. Waduk Bulang Ada SPAM IKK
P. Bulang Kebam Lintang Lintang Usulan perpipaan lewat laut
Sumur gali Waduk Bulang
Lintang
3 Kel. Setokok :
Kp. Setokok Sumur gali Sumur bor Kb. Gole
Beli air
P. Tanjung Nenek Sumur gali
P. Nipah Sumur gali
P. Panjang Sumur gali
4 Kel. Batu Legong :
Pulau Seraya Sumur bor PNPM Sumur bor
Sumur bor warga
Beli air Air dari P. Sidi Air dari P. Sidi
Pulau air Sumur Bor PNPM Sumurb bor
Sumur Bor PT
ITS Air dari Dapur 12 P. Batam
P. Mengkada Beli air Sumur gali
P. Labu Sumur gali Sumur gali
Sumur gali
5 Kel. Pantai Gelam
6 Kel. Temoyong :
P. Temoyong Sumur gali Sumur bor
P. Aweng Sumur gali Sumur bor
P. Selat Nenek Sumur gali Sumur bor

3.2. ASPEK NONTEKNIS

3.2.1. Kelembagaan

3.2.1.1. Organisasi dan Kelembagaan Pengelola SPAM

Pengelolaan air bersih di Kota Batam pada saat ini dilaksanakan oleh 2 (dua) unit institusi
pengelola yaitu:

o PT. Adhya Tirta Batam (ATB) untuk pelayanan di Pulau Batam.


o Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) untuk pelayanan di luar Pulau Batam

3 - 21
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Organisasi kelembangaan SPAM sangat memegang peranan penting dalam


perkembangan SPAM tersebut. Tanpa adanya organisasi/kelembagaan pengelolaan
SPAM, maka sistem tersebut tidak akan bertahan lama. Di Kota Batam sendiri dimana
terdapat kelurahan/desa yang telah memiliki suatu sistem penyediaan air minum baik
perpipaan maupun non perpipaan, organisasi pengelolaan SPAM nya masih sangat
sederhana. Dalam penjelsaan dibawah ini akan dijelaskan mengenai organisasi atau
kelembagaan SPAM yang ada di Kota Batam.

3.2.1.2. Permasalahan Aspek Kelembagaan dan SDM

Permasalahan yang umumnya terjadi pada aspek kelembagaan dan SDM pada sistem
penyediaan air minum di Kota Batam antara lain:

Badan–badan pengelola yang tidak diperkuat oleh kekuatan hukum, sehingga


apabila ada tindakan atau keputusan–keputusan yang dilakukan oleh badan
tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan dan dilindungi oleh hukum.

Secara umum sumber daya manusia yang mengelola sistem penyediaan air bersih
baik di UPT maupun pedesaan belum mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai pengelolaan sebuah sistem penyediaan air bersih baik pengetahuan
secara teknis maupun non teknis. Sehingga banyak terjadi permasalahan teknis
yang seharusnya tidak menjadi hambatan dalam pengoperasian sebuah sistem,
terkadang membuat sistem tersebut menjadi tidak beroperasi. Dalam hal
perencaan sendiri pada umumnya direncanakan berdasarkan pengalaman saja
tidak berdasarkan kriteria–kriteria perencanaan yang berlaku di Indonesia.

3 - 22
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

3.3. PERMASALAH SPAM

Permasalah yang terjadi pada system penyediaan air minum di Kota Batam, dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.

TABEL 3.6 Permasalahan SPAM di Kota Batam

No Uraian Permasalahan
Catchment area yang semakin rusak sehingga mengakibatkan kualitas air
1 Catchment Area
menurun pada saat musim hujan
Catchment area yang semakin rusak sehingga mengakibatkan kuantitas air
2 Unit Air Baku
menurun pada saat musim kemarau
Belum adanya perahu tangki yang digunakan untuk melayani masyarakat
3 Perahu tangki yang belum terjangkau oleh pipa dan sebagai cadangan pelayanan apabila
sistem mengalami gangguan
Pada sistem pedesaan, badan pengelola SPAM belum mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, sehingga akan mengalami kesulitan apabila
4 Badan Pengelola
akan melakukan pengembangan yang berkaitan dengan kepentingan
umum.
Pada umumnya baik di UPT maupun pengelola pedesaan, SDM yang ada
Sumber Daya masih kurang memadai dalam mengoperasikan suatu sistem dikarenakan
5
Manusia ilmu yang dimiliki oleh SDM tersebut tentang pengoperasian sistem yang
baik masih kurang

3 - 23
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB IV
STANDARD/KRITERIA PERENCANAAN

4.1. STANDAR KEBUTUHAN AIR

Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.

Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:

a. Kebutuhan rata-rata

Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun
dibagi dengan 365 hari.

b. Kebutuhan maksimum (Qmax)

Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari
lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar
perencanaan untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan
transmisi dan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar
antara 1,1 sampai 1,5 (Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam
penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Batam, faktor hari maksimum (fm) yang
digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,1 untuk Hinterland dan 1,5 untuk
Mainland.

c. Kebutuhan Puncak (Qpeak)

Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam
tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh
jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah

4-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan


bertambahnya aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakaian air semakin kecil.
Berdasarkan standar yang tercantum dalam Lampiran III Permen PU No.18 Tahun
2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15 – 3. Dalam penyusunan Rencana
Induk SPAM Kota Batam, faktor jam puncak (fp) yang digunakan sebagai kriteria
desain adalah 2 untuk Hinterland dan 1,15 untuk Mainland.

Kebutuhan air ditentukan berdasarkan:

a. Proyeksi penduduk

Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode


perencanaan.

b. Pemakaian air (L/o/h)

Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun.

c. Ketersediaan air

Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.

4.1.1. Domestik

Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang. Standard konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat
dari Tabel berikut ini.

TABEL 4.1 Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
TINGKAT PEMAKAIAN AIR
NO KATEGORI KOTA JUMLAH PENDUDUK
(L/dt)
1 Kota Metropolitan > 1,000,000 190
2 Kota Besar 500,000 - 1,000,000 170
3 Kota Sedang 100,000 - 500,000 150
4 Kota Kecil 20,000 - 100,000 130
5 Kota Kecamatan < 20,000 100
6 Kota Pusat Pertumbuhan < 3,000 80
Sumber : SK-SNI Air Minum

4-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk
tahun perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan
sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah
domestik ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

ℎ =% × ×

Dimana :

a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)

b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)

4.1.2. Non Domestik

Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil
berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit
dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor
jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan
tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan kebutuhan
air non domestik di Kota Batam terbagi dua, yaitu :

1. Mainland, sebesar 100-110 % dari kebutuhan domestic


2. Hinterlad, sebesar 15-20 % dari kebutuhan domestic.

4.2. KRITERIA PERENCANAAN

Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa,
sehingga dapat memenuhi tujuan di bawah ini:

a. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi air
minum.

b. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.

c. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

d. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi.

4-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.2.1. Unit Air Baku

Penentuan kebutuhan air berdasarkan:

a. Proyeksi penduduk, harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode


perencanaan untuk perhitungan kebutuhan domestik.

b. Identifikasi jenis penggunaan non domestik sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2
tentang Tata Cara Perencanaan Plambing.

c. Pemakaian air untuk setiap jenis penggunaan sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2
tentang Tata Cara Perencanaan Plambing.

d. Perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik berdasarkan perhitungan


butir a, b dan c.

e. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 15 % dengan komponen utama penyebab


kehilangan atau kebocoran air sebagai berikut:

o Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk.

o Kebocoran dan luapan pada tangki reservoir.

o Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan.

Sedangkan kehilangan non teknis dan konsumsi resmi tak berekening


diminiminalkan hingga mendekati nol.

Kebutuhan air baku rata-rata dihitung berdasarkan jumlah perhitungan kebutuhan air
domestik, non domestik dan air tak berekening. Rencana alokasi air baku dihitung 130%
dari kebutuhan air baku rata-rata.

Unit Air Baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/
penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pengadaan, dan/atau
sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia air baku

4-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Ketentuan Teknis

A. Air Baku

Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan.

B. Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku:

1) Survey dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas
air, pemanfaatan.

2) Perhitungan debit sumber air baku.

a) Pengukuran debit mata air, menggunakan:

o Pengukuran debit dengan pelimpah.

Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan. Alat ukur Thomson


berbentuk V dengan sudut celah 30º, 45º, 60º, 90º.

Alat ukur Thomson sudut celah 90º dengan rumus:

= 1,93 × ℎ ,

Dimana:

Q = debit aliran (m³/detik)

1,93 = konstanta konversi waktu (perdetik)

h = tinggi muka air dari ambang

o Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t)


air mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:


= /

4-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan


yang mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka
dapat dihitung :

" × #
= /

b) Potensi Air Tanah

o Perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survey


terhadap 10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah
dangkal di desa tersebut.

o Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data


dari instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan
kuantitas serta konstruksinya.

c) Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:

o Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan


dengan mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai
dan kecepatan rata-rata alirannya, dengan rumus:

= # ×
= $ × √& × '

Dimana:

Q = debit (m³/detik)

A = luas penampang basah (m²)

R = jari-jari hidrolik (m)

S = kemiringan/slope

157,6
$= () $ℎ * =
1 +
√&

4-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

m = koefisien Bazin

Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang


dapat diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi
debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi
muka air maksimum.

o Perhitungan debit air danau

Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran


langsung. Cara ini dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan
fluktuasi tinggi muka air selama minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi
debit dapat diketahui dengan mengalikan perbedaan tinggi air
maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.

Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila


dilakukan dengan periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di
atas dapat diperoleh dari penduduk setempat tentang fluktuasi yang
pernah terjadi (muka air terendah).

o Perhitungan debit embung

Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada


saat musim penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah
sungai/parit yang bermuara di embung dan dikalikan dengan
kecepatan aliran.

Sedangkan volume tampungan dapat dihitung dengan melihat volume


cekungan untuk setiap ketinggian air. Volume cekungan dapat dibuat
pada saat musim kering (embung tidak terisi air) yaitu dari hasil
pemetaan topografi embung dapat dibuat lengkung debit (hubungan
antara tinggi air dan volume).

C. Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan:

1) Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang


disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain);

4-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

2) Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam


pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan
lain-lain);
3) Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai,
terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-
lift);
4) Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem
gravitasi dalam pengoperasiannya;
5) Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan
maksimum harian;
6) Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi
ketinggian muka air;
7) Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik
sumber air baku;
8) Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime)
minimal 25 tahun;
9) Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material
lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.

D. Tipe Bangunan Pengambilan Air Baku

1) Sumber air baku mata air

Bangunan Pengambilan air baku untuk mata air secara umum dibedakan
menjadi bangunan penangkap dan bangunan pengumpul atau sumuran:

a) Bangunan penangkap

o Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap adalah pemunculan


mata air cenderung arah horisontal dimana muka air semula tidak
berubah, mata air yang muncul dari kaki perbukitan; apabila keluaran
mata air melebar maka bangunan pengambilan perlu dilengkapi
dengan konstruksi sayap yang membentang di outlet mata air.

o Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air


bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan

4-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

lain-lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur


debit, konstruksi penahan erosi, lubang periksa (manhole), saluran
drainase keliling, pipa ventilasi.

b) Bangunan pengumpul atau sumuran

o Pertimbangan pemilihan bangunan pengumpul adalah pemunculan


mata air cenderung arah vertikal, mata air yang muncul pada daerah
datar dan membentuk tampungan, apabila outlet mata air pada suatu
tempat maka digunakan tipe sumuran, apabila outlet mata air pada
beberapa tempat dan tidak berjatuhan maka digunakan bangunan
pengumpul atau dinding keliling.

o Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air


bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan
lain-lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur
debit, konstruksi penahan erosi, lubang periksaan (manhole), saluran
drainase keliling, pipa ventilasi.

2) Sumber Air Baku Air Tanah

Pemilihan bangunan pengambilan air tanah dibedakan menjadi sumur


dangkal dan sumur dalam.

a) Sumur Dangkal

o Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum


kebutuhan air di daerah perencanaan kecil; potensi sumur dangkal
dapat mencukupi kebutuhan air bersih di daerah perencanaan (dalam
kondisi akhir musim kemarau/kondisi kritis).

o Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali,


meliputi: ring beton kedap air, penyekat kontaminasi dengan air
permukaan tiang beton, ember/pompa tangan. Sedangkan
perlengkapan sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan
(SPT) meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok
reducer.

4-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

b) Sumur dalam

o Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum kebutuhan


air di daerah perencanaan cukup besar; di daerah perencanaan
potensi sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan air minum daerah
perencanaan sedangkan kapasitas air dangkal tidak memenuhi.

o Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak
(pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa
benam (submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang,
saringan, pipa observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup
sumur, batu kerikil.

c) Sumber air baku air permukaan

Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi:

a. Bangunan penyadap 1. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap


(Intake) bebas (intake) bebas adalah fluktuasi muka air tidak
terlalu besar, ketebalan air cukup untuk dapat
masuk inlet.

2. Kelengkapan bangunan pada bangunan


penyadap (intake) bebas adalah saringan
sampah, inlet, bangunan pengendap, bangunan
sumur

b. Bangunan penyadap 1. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap


(Intake) dengan (intake) dengan bendung adalah ketebalan air
bendung tidak cukup untuk intake bebas.

2. Kelengkapan bangunan penyadap (intake)


dengan bendung adalah saringan sampah, inlet,
bangunan sumur, bendung, pintu bilas.

c. Saluran Resapan 1. Pertimbangan pemilihan saluran resapan


(Infiltration galleries) (Infiltration galleries) adalah ketebalan air

4 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

sangat tipis, sedimentasi dalam bentuk lumpur


sedikit, kondisi tanah dasar cukup poros
(porous), aliran air bawah tanah cukup untuk
dimanfaatkan, muka air tanah terletak
maksimum 2 meter dari dasar sungai.

2. Kelengkapan bangunan pada saluran resapan


(Infiltration galleries) media infiltrasi: pipa
pengumpul berlubang, sumuran.

4.2.2. Unit Transmisi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan unit transmisi, yaitu:

o Mengoptimalkan jarak antara unit air baku menuju unit produksi dan/atau dari
unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi sependek mungkin, terutama
untuk system transmisi distribusi (pipa transmisi dan unit produksi menuju
reservoir).
o Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa di bawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sesuai dengan harapan.
o Dalam pemasangan pipa transmisi,perlu memasang angker penahan pipa pada
bagian belokan baik dalam belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal
untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan
energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa
maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.

Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan


pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar dari
diameter nominal ND-600 mm sampai dengan ND-1000 mm perlu dilengkapi dengan
aksesoris dan perlengkapan pipa yang memadai.

4 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Perlengkapan penting dan pokok dalam sistem transmisi air baku air minum adalah
sebagai berikut:

o Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam
pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara
dalam pipa akan terjadi.

o Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih
yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.

o Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur


atau pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah
dalam setiap segmen pipa transmisi.

o Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna
menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif
atau kondisi vakum udara.

TABEL 4.2 Kriteria Pipa Transmisi

NO URAIAN NOTASI KRITERIA

1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum


Q max = F max x Q rata-rata

2 Faktor Hari Maksimum F max 1.10 - 1.50


3 Jenis Saluran - Pipa atau saluran terbuka*
4 Kecepatan Aliran Air Dalam Pipa
a) Kecepatan Minimum V min 0.3 - 0.6 m/dt
b) Kecepatan Maksimum
- Pipa PVC V max 3.0 - 4.5 m/dt
- Pipa DCIP V max 6.0 m/dt
5 Tekanan Air Dalam Pipa
a) Tekanan Minimum H min 1 atm
b) Tekanan Maksimum
- Pipa PVC H max 6 - 8 atm
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 Mpa
- Pipa PE 80 9.0 Mpa
6 Kecepatan Saluran Terbuka
a) Kecepatan Minimum V min 0.6 m/dt
b) Kecepatan Maksimum V max 1.5 m/dt
7 Kemiringan Saluran Terbuka S (0.5 - 1) 0/00
8 Tinggi Bebas Saluran Terbuka Hw 15 cm (minimum)
9 0
Kemiringan Tebing Terhadap Dasar - 45 (untuk bentuk trapesium)
Saluran
Ket : * saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku

4 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Debit pompa transmisi air minum ke dalam reservoir ditentukan berdasarkan debit hari
maksimum. Periode operasi pompa antara 20 – 24 jam/hari.

TABEL 4.3 Besar Debit dan Jumlah Pompa

3
DEBIT (m /hari) JUMLAH POMPA TOTAL UNIT

Sampai 2,800 1 (1) 2


2,500 s.d. 10,000 2 (1) 3
Lebih dari 90,000 Lebih dari 3 (1) Lebih dari 4

TABEL 4.4 Ketentuan Teknis Pipa Transmisi

PERENCANAAN JALUR PIPA TRANSMISI PENENTUAN DIMENSI PIPA BAHAN PIPA (SNI)
1 Jalur pipa sependek mungkin 1 Pipa harus direncanakan untuk 1 Spesifikasi pipa PVC mengikuti
mengalirkan debit maksimum harian standard SNI 03-6419-2000 tentang
Spesifikasi Pipa PVC bertekanan
berdiameter 110-315 mm untuk Air
Bersih dan SK SNI S-20-1990-2003
tentang Spesifikasi Pipa PVC untuk Air
Minum
2 Menghindari jalur yang 2 Kehilangan tekanan dalam pipa tidak 2 SNI 06-4829-2005 tentang Pipa
mengakibatkan konstruksi sulit dan lebih dari 30 % dari total tekanan Polietilen Untuk Air Minum
mahal statis (head statis) pada sistem
transmisi dengan pemompaan. Untuk
sistem gravitasi, kehilangan tekanan
maksimum 5 m/1000 m atau sesuai
dengan spesifikasi teknis pipa.

3 Tinggi hidrolis pipa minimum 5 m di 3 Standar BS 1387-67 untk Pipa Baja


atas pipa, sehingga cukup menjamin Kelas Medium
operasi air valve
4 Menghindari perbedaan elevasi yang 4 Fabrikasi pipa baja harus sesuai
terlalu besar sehingga tidak ada dengan AWWA C 200 atau SNI-07-
perbedaan kelas pipa 0822-1989 atau SII 2527-90 atau JIS G
3452 dan JIS G 3457
5 Standard unutk pipa ductile
menggunakan standard dari ISO 2531
dan BS 4772

4.2.3. Unit Produksi

Pengembangan SPAM unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air yang akan
diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai
acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian dikaitkan dengan sasaran
standar kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian proses pengolahan air umumnya
terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar, material
tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi. Unit produksi

4 - 13
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan desinfeksi.
Perlindungan utama dalam sistem penyediaan air minum unit produksi yang dimulai dari
sumber air baku sampai penyediaan air yang siap dan layak untuk digunakan sebagai air
bersih.

A. Bangunan penangkap mata air (Broncaptering)

Perlindungan Mata Air (PMA) dalam hal ini merupakan bangunan penangkap mata
air sekaligus unit produksi, bila menggunakan desinfektan sebelum didistribusikan.
Ketentuan umum PMA yang harus dipenuhi dalam SPAM adalah sarana PMA
sesuai dengan spesifikasi teknis, mengikuti petunjuk pemeliharaan dan
terjaminnya kontinuitas air minum.

B. Bangunan pengambil air baku dari air tanah (sumur)

Menurut letak dan kondisi aliran, secara umum air tanah dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu air tanah dan sungai bawah tanah. Air tanah diuraikan
lagi kedalam air tanah bebas (air tanah dangkal) dan air tanah tertekan (air tanah
dalam). Yang dimaksud dengan air tanah dangkal adalah air tanah yang terdapat
didalam suatu lapisan pembawa air (akuifer) yang dibagian atasnya tidak tertutupi
oleh lapisan kedap air (impermeable).

Tipe air tanah bebas ini seperti pada sumur-sumur gali penduduk. Untuk air tanah
tertekan (air tanah dalam) adalah air tanah yang terdapat didalam suatu lapisan
pembawa air (akuifer) yang terkurung, baik pada bagian atasnya maupun bagian
bawahnya oleh lapisan kedap air (impermeable). Tipe air tanah tertekan ini
umumnya dimanfaatkan dengan cara membuat bangunan konstruksi sumur
dalam.

Sedangkan sungai bawah tanah merupakan aliran air melalui rongga atau celah
yang berada dibawah permukaan tanah sebagai akibat tetesan/rembesan dari
tanah disekelilingnya. Pemanfaatan sumber air ini biasanya dengan bangunan
bendung bawah tanah. Dalam pemanfaatannya sebagai air baku untuk air minum,
air tanah juga harus memenuhi parameter kualitas air. Kualitas air ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi fisik, kimiawi dan kondisi biologis air baku yang
nantinya dipergunakan untuk merencanakan system pengolahan air. Perlindungan

4 - 14
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

air tanah melalui konstruksi sumur juga harus memenuhi persyaratan konstruksi
sumur, seperti lokasi sumur harus aman terhadap polusi yang disebabkan
pengaruh luar, sehingga harus dilengkapi pagar keliling, bangunan pengambilan
air tanah dapat dikonstruksikan secara mudah dan ekonomis, serta dimensi sumur
harus memperhatikan kebutuhan maksimum harian.

C. Bangunan saringan pasir lambat.

Untuk proses produksi air baku yang maksimal diperlukan unit filter/penyaringan
melalui bangunan saringan pasir lambat, bangunan ini berfungsi sebagai proses
penyaringan material kasar/halus agar tertahan didalam saringan pasir lambat,
sehingga diperoleh air baku yang jernih dan bersih secara fisik.

D. Instalansi Pengolahan Air Minum Konvensional

Instalansi pengolahan air minum dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi


kandungan air baku dari zat-zat pencemar baik secara fisik, kimiawi maupun
bakteriologi (biologis) sehingga diperoleh kualitas air yang layak dan sehat untuk
dikonsumsi masyarakat secara umum. Instalasi pengolahan air dilakukan apabila
air baku yang digunakan memiliki kondisi air yang keruh, terbuka, rawan
pencemaran, kandungan-kandungan zat terlarut/tersuspensi terlalu tinggi, seperti
air sungai dan air danau.

E. Reservoir

Air yang dihasilkan dari produksi air dapat ditampung dalam reservoir air yang
akan berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dan kebutuhan,
sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan
kebutuhan air untuk keperluan instalansi. Reservoir air dibangun dalam bentuk
reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air atau dalam bentuk
menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak didaerah
distribusi. Reservoir dibangun baik dengan konstruksi baja maupun dengan
konstruksi beton bertulang. Pada perencanaan reservoir hal utama yang perlu
diperhatikan adalah:

4 - 15
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

1) Lokasi dan tinggi reservoir

Lokasi dan tinggi reservoir ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai


berikut:

o Reservoir pelayanan ditempat sedekat mungkin dengan pusat daerah


pelayanan, kecuali kalau keadaan tidak memungkinkan.

o Tinggi reservoir pada sistem grafitasi ditentukan sedemikian rupa, sehingga


tekanan minimum sesuai dengan hasil perhitungan hidrolis di jaringan
distribusi.

o Jika elevasi muka tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilayah


pelayanan dapat dibagi beberapa zona wilayah pelayanan yang dilayani
masing-masing dengan satu reservoir.

2) Volume reservoir
o Reservoir pelayanan

Volume reservoir pelayanan (service reservoir) ditentukan berdasarkan:


jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian
air minimum ditambah dengan volume air yang harus disediakan pada saat
pengaliran jam puncak karena danya fluktuasi pemakaian air di wilayah
pelayanan dan periode pengisian reservoir. Serta cadangan air untuk
pemadam kebakaran kota sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku
disamping juga untuk kebutuhan air khusus, seperti pengurasan reservoir,
taman dan peristiwa khusus.

o Reservoir penyeimbang

Volume efektif reservoir penyeimbang (balance reservoir) ditentukan


berdasarkan keseimbangan aliran keluar dan aliran masuk reservoir selama
pemakaian air didaerah pelayanan. Sistem pengisian reservoir dapat
dilakuka dengan pompa maupun gravitasi.

4 - 16
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.2.4. Unit Distribusi

Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar
115 % - 300 % dari kebutuhan rata-rata. Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung
dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai
penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun baik dengan
konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.

Jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup
(loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau
kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah
pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem


distribusi adalah sebagai berikut:

o Denah (layout) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi


wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;

o Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah


pelayanan;

o Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,


diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);

o Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari
40 m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang
berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk
mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.

4 - 17
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi

A. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat


menggunakan formula:

= ×#
# = 0,785 × 1

Dimana

Q = debit (m3/detik)

V = kecepatan pengaliran (m/detik)

A = luas penampang pipa (m2)

D = diameter pipa (m)

B. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.

C. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.

4 - 18
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 4.5 Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi

NO URAIAN NOTASI KRITERIA

1 Debit Perencanaan Q puncak Kebutuhan air hari maksimum


Q max = F max x Q rata-rata
2 Faktor Jam Puncak F puncak 1.15 - 3
3 Kecepatan Aliran Air Dalam Pipa
a) Kecepatan Minimum V min 0.3 - 0.6 m/dt
b) Kecepatan Maksimum
- Pipa PVC atau ACP V max 3.0 - 4.5 m/dt
- Pipa Baja atau DCIP V max 6.0 m/dt
4 Tekanan Air Dalam Pipa
(0.5 - 1.0) atam, pada titik jangkauan
a) Tekanan Minimum H min
pelayanan terjauh
b) Tekanan Maksimum
- Pipa PVC H max 6 - 8 atm
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 Mpa
- Pipa PE 80 9.0 Mpa

Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi

A. Denah (Lay-out) Jaringan Pipa Distribusi

Perencanaan denah (lay-out) jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan


pertimbangan:

o Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan; jalan-jalan yang tidak saling


menyambung dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling
berhubungan membentuk jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk
sistem tertutup, kecuali bila konsumen jarang.

o Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out)
pipa berbentuk cabang.

o Keadaan topografi dan batas alam wilayah pelayanan.

o Tata guna lahan wilayah pelayanan.

B. Komponen Jaringan Distribusi

Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan
pengendalian kehilangan air.

4 - 19
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

o Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan
dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi
utama (distribusi primer). Pembentukan zona distribusi didasarkan pada batas
alam (sungai, lembah, atau perbukitan) atau perbedaan tinggi lebih besar dari 40
meter antara zona pelayanan dimana masyarakat terkonsentrasi atau batas
administrasi. Pembentukan zona distribusi dimaksudkan untuk memastikan dan
menjaga tekanan minimum yang relatif sama pada setiap zona. Setiap zona
distribusi dalam sebuah wilayah pelayanan yang terdiri dari beberapa Sel Utama
(biasanya 5-6 sel utama) dilengkapi dengan sebuah meter induk.

o Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa
distribusi yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan
SPAM.
o Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.
o Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.
o Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi
pembagi dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa
pelayanan dilakukan melalui Clamp Sadle.
o Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona
distribusi dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang
membentuk suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk
beberapa Sel Dasar dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya
dibentuk bila jumlah sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
C. Bahan Pipa

Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang
Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang
berlaku.

4 - 20
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

D. Diameter Pipa Distribusi

Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan
pipa mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah
hidran kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran
maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada
jumlah penduduk wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat
digunakan tabel dibawah ini:

TABEL 4.6 Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI
FAKTOR
UTAMA PEMBAWA PEMBAGI
Jam Puncak 1.15 - 1.7 2 3

TABEL 4.7 Diameter Pipa Distribusi


PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI
CAKUPAN SISTEM PIPA PELAYANAN
UTAMA PEMBAWA PEMBAGI
Sistem Kecamatan ≥ 100 mm 75 - 100 mm 75 mm 50 mm
Sistem Kota ≥ 150 mm 100 - 150 mm 75 - 100 mm 50 - 75 mm

Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:

o Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.

o Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams :

"( = 10,6623,4 × 1 25,46 ×

Kecepatan aliran dengan rumus:

= 0,38464 × $ × 1 8,9: × ; 8, 5

4 - 21
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Debit aliran dihitung dengan rumus:

= 0,27853 × $ × 1 ,9:
× ; 8, 5

Dimana:

Q = debit air dalam pipa (m³/detik)

C = koefisien kekasaran pipa

D = diameter pipa (m)

S = slope/kemiringan hidrolis

Δh = kehilangan tekanan (m)

L = panjang pipa (m)

V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)

A = luas penampang pipa (m³)

Perlengkapan Jaringan Pipa Distribusi:

A. Katup/valve

Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang
pada:

o lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;

o setiap percabangan;

o pipa outlet pompa;

o pipa penguras atau wash out

Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup Gerbang
(Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).

B. Katup penguras (Wash Out/Blow Off)

Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur
pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan.

4 - 22
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

C. Katup Udara (Air Valve)

Dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa dengan
perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap jarak
tertentu.

D. Hidran Kebakaran

Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum tidak
boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil.

E. Bak Pelepas Tekan (BPT)

Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada jaringan
transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih
yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa pecah.

F. Jembatan Pipa

o Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang
sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.

o Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja
atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).

o Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.

o Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik
masuk jembatan pipa.

G. Syphon

o Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang di
bawah dasar sungai/saluran.

o Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).

o Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa
transmisi atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi blok beton
penahan sebagai pondasi.

4 - 23
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

o Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran harus


diberi pelindung.

H. Manhole

o Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap perlengkapan-


perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.

o Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan katup,


dan sebagainya.

I. Thrust Block

o Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend,


tee, Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.

o Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu pada:

• Belokan pipa.

• Persimpangan/percabangan pipa.

• Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.

• Perletakan valve/katup.

o Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.

4.2.5. Unit Pelayanan

Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air

A. Sambungan Rumah

Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya,
dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari
sambungan rumah adalah:

o Mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;

o Untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen.

4 - 24
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:

o Bagian penyadapan pipa;

o Meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;

o Katup pembuka/penutup aliran air;

o Pipa dan perlengkapannya.

B. Hidran/Kran Umum

Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan


meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU
menggunakan pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran
¾”. Panjang pipa pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di
lapangan/pelanggan. Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan
merupakan pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton,
meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga meteran air dari
plat baja beserta anak kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain
sesuai gambar rencana.

Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:

o Lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah.

o Saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada.

o KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾” .

C. Hidran Kebakaran

Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan
untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran
atau pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya
dipasang pada setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi
daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya.

4 - 25
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:

o Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.

o Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.

Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:

o Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran,

o Badan hidran,

o Kepala hidran,

o Katup hidran.

4.3. PERIODE PERENCANAAN

Kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
Dengan demikian periode perencanaan dalam Penyusunan RIP SPAM untuk berbagai
klasifikasi kota dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

TABEL 4.8 Matriks Kriteria Penyusunan RISPAM Untuk Berbagai Klasifikasi Kota
JENIS KOTA
NO KRITERIA TEKNIS
METRO BESAR SEDANG KECIL
1 Jenis Perencanaan Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk -

2 Horison Perencanaan 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun

3 Sumber Air Baku Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi


4 Pelaksanaan Penyedia Penyedia Penyedia Penyedia
Jasa/Penyelenggara/P Jasa/Penyelenggara/P Jasa/Penyelenggara/P Jasa/Penyelenggara/P
emerintah Daerah emerintah Daerah emerintah Daerah emerintah Daerah
5 Peninjauan Ulang Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun
6 Penanggungjawab Penyelenggara/Pemeri Penyelenggara/Pemeri Penyelenggara/Pemeri Penyelenggara/Pemeri
ntah Daerah ntah Daerah ntah Daerah ntah Daerah
7 Sumber Pendanaan - Hibah LN - Hibah LN - Hibah LN - Pinjaman LN
- Pinjaman LN - Pinjaman LN - Pinjaman LN - APBD
- Pinjaman DN - Pinjaman DN - Pinjaman DN
- APBD - APBD - APBD
- PDAM - PDAM - PDAM
- Swasta - Swasta - Swasta
Sumber : Permen PU No. 18 Tahun 2007

4 - 26
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Rencana Induk Pengembangan SPAM harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Berorientasi ke depan;

b. Mudah dilaksanakan atau realistis; dan

c. Mudah direvisi atau fleksibel.

Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Batam direncanakan
untuk periode desain 20 tahun, yaitu sampai dengan tahun 2032.

4.4. KRITERIA DAERAH PELAYANAN

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah yang belum
mendapat pelayanan air minum dan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta
kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan
sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

4.5. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama dalam kepentingan perencanaan dan


perancangan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih akan
semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk itu dalam
perencanaan kebutuhan air minum pada masa yang akan datang diperlukan proyeksi
penduduk dari daerah perencanaan tersebut.

Untuk menentukan proyeksi kebutuhan air baku, terlebih dahulu harus memproyeksikan
jumlah penduduk daerah perencanaan sampai dengan akhir perioda desain (tahun 2032).
Proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan metode yaitu:

o Metode Aritmatika

o Metode Geometri

o Metode Least Square

4 - 27
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.5.1. Metode Aritmatika

Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metoda ini
digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap
tahunnya. Metoda ini juga merupakan metoda proyeksi dengan regresi sederhana.
Persamaan umumnya adalah:

= == +

Dimana:

Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi ke-n

Po = jumlah penduduk awal tahun

r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun

n = jangka waktu dalam tahun

4.5.2. Metode Geometrik

Metoda ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata tahunan. Sering
digunakan untuk meramalkan data yang perkembangannya melaju sangat cepat.
Persamaan umumnya adalah:

= == + 1+ >

Dimana:

Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi ke-n

Po = jumlah penduduk awal tahun

r = rata-rata porsentase pertambahan penduduk tiap tahun

n = jangka waktu dalam tahun

4 - 28
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4.5.3. Metode Least Square

Persamaan umumnya adalah:

? = + @

∑? ∑@ B ∑@ ∑@?
=
∑@ B ∑@

∑@? B ∑@ ∑@?
=
∑@ B ∑@

Dimana:

Yn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi ke-n

a = jumlah penduduk awal tahun

b = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun

n = jumlah tahun proyeksi

Y = data jumlah penduduk

X = variable coding

4.5.4. Metode Terpilih

Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standard deviasi (simpangan baku) dan
nilai koefisien korelasi.

Persamaan standard deviasi adalah sebagai berikut:

∑@ B ∑@
'=C
B1

Persamaan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

∑ ? B?
DC
∑ ? B?

4 - 29
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Dimana:

Xi = P – P’

Yi = P = Jumlah penduduk awal

y = Pr = Jumlah penduduk rata-rata

y’ = P’ = Jumlah penduduk yang akan dicari

Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika:

o Harga “S“ yang paling kecil.

o Harga “r” yang paling mendekati 1 atau –1.

Fungsi S dan r dalam statisik:

o Harga “S” menunjukkan besarnya penyimpangan data dari nilai rata-rata

o Harga “r” nilai yang menunjukkan hubungan antara dua parameter.

4 - 30
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB V
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

5.1. ARAH PERKEMBANGAN KOTA

SIJORI

Perkembangan Kota Batam tidak dapat dilepaskan dari keterlibatannya dalam kerjasama
ekonomi regional yang terkenal dengan sebutan Segitiga Pertumbuhan SIJORI (Singapore-
Johor-Riau). Segitiga Pertumbuhan merupakan salah satu bentuk kerjasama kawasan
ekonomi lintas negara yang kebetulan memiliki letak geografis yang berdekatan.

Adanya kerjasama regional tersebut ditanggapi dengan baik oleh Pemerintah Indonesia
dengan melakukan perubahan kebijakan yaitu diijinkannya kepemilikan asing di Pulau
Batam hingga 100 %, dengan syarat hanya 5 % dilakukan divestasi kepada mitra Indonesia
selama 5 tahun. Ini jelas merupakan perlakuaan istimewa yang berbeda dengan daerah
lain di Indonesia, dimana kepemilikan domestik harus mencapai 51 % dalam tempo 15
tahun. Kebijakan ini membuat Batam menjadi zona ekonomi khusus.

Perlakuan istimewa juga diberikan kepada Badan Otorita Batam melalui berbagai
peraturan yang diturunkan sejak tahun 1971,begitu juga dengan perhatian Pemerintah
terlihat dari banyaknya SK Presiden dan PP yang secara eksplisit mencoba
mengembangkan Batam sebagai Kawasan Berikat maupun pusat industri terkemuka.

Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ)

Kawasan perdagangan bebas Batam meliputi 3 (tiga) daerah yaitu Batam, Bintan, dan
Karimun (BBK). Bila dilihat dari aspek sistem perkotaan nasional dan posisi geografisnya,
kawasan BBK ini memiliki potensi besar, antara lain:

5-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Fungsi Kawasan BBK secara nasionaladalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang
strategis;
Secara geografis, kawasan BBK terletak pada jalur perdagangan internasional yang
menjadikannya sebagai pintu gerbang masuknya arus investasi asing ke Indonesia,
terutama karena kedekatannya dengan Singapore dan Malaysia. Apabila didukung
dengan keberadaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif, maka kawasan ini
dapat menjadi kawasan yang kompetitif dan berdaya saing tinggi;
Kawasan BBK terletak ditengah pasar internasional (Singapore, China, India,
Australia, dan pasar dunia yang lebih luas lainnya).
Penetapan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
melalui PP No. 46 tahun 2007, yang mengamanatkan bahwa KPBPB Batam akan
dikembangkan di 7 (tujuh) pulau di Kota Batam.

Pengembangan Kota Batam selama periode perkembangan 20 (dua puluh) tahun


kedepan harus diarahkan secara konsisten untuk dapat mencapai posisinya dimasa
mendatang, yaitu melalui tahapan pengembangan yang terbagi kedalam 4 (empat)
tahapan, yaitu:

Support fuction bagi Singapore;


Mitra utama Singapore;
Kawasan yang memiliki beberapa sektor unggulan;
Kawasan unggulan.

Berdasarkan RTRW Kota Batam 2004-2014

Pengembangan penyediaan air bersih diarahkan untuk menambah jumlah kapasitas


terpasang serta kapasitas terpakai guna memenuhi kebutuhan air bersih, yang
pengembangannnya dilakukan secara berhirarki dan terstruktur.

Waduk yang ada di Kota Batam dapat dioptimalkan pemanfaatannya dan terhindar dari
pencemaran serta terpenetrasi oleh kegiatan budidaya, maka pengelolaan waduk yang
ada dilakukan melalui pengawasan dan pengendalian pengembangan wilayah sekitarnya

5-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

serta mengamankan daerah sekitar waduk yang berfungsi sebagai kawasan resapan air
dari kegiatan terbangun.

Dengan adanya keterbatasan sumber air ini menuntut perlunya dicari alternatif lokasi lain
yang dapat dijadikan sebagai catchment area dengan kapasitas yang cukup besar.
Pembuatan waduk baru di Kota Batam sangat memungkinkan mengingat struktur batuan
yang ada umumnya mempunyai tingkat permeabilitas rendah, sehingga sulit untuk
diresapkan ke dalam tanah. Adapun alternatif pembuatan waduk akan dikembangkan di
lokasi yang mempunyai daerah cekungan cukup luas, terutama di Pulau Rempang, Pulau
Galang, dan Pulau Galang Baru.

Berdasarkan RPJMD Kota Batam 2011-2016

Strategi dan arahan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan


perkotaan secara komprehensif yang didukung oleh peran aktif dan kesadaran
masyarakat, dengan indikator kerja bertambahnya jumlah penduduk yang terlayani air
bersih di daerah hinterland dengan target dari 2.200 jiwa menjadi 5.200 jiwa penduduk
yang terlayani. Hal tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kinerja UPT air bersih di
Kota Batam.

5.2. RENCANA DAERAH PELAYANAN

Sesuai dengan rencana awal pengembangan Kota Batam sebagai kota industri dan kota
perdagangan dengan skala internasional, maka dalam perencanaan Kota Batam, struktur
tata ruang Kota Batam dengan pola multiple nuclei.

Struktur Tata Ruang Kota Batam dibedakan atas pusat-pusat pelayanan primer dan
pelayanan sekunder. Jenis kegiatan yang dikembangkan di pusat utama kota (pelayanan
primer) disesuaikan dengan potensi yang dimiliki, daya dukung lahan dan ketersedian
lahan, meliputi:

Pusat utama pelayanan Pemerintahan Kota Batam: dialokasikan di Batam Center


didukung dengan pelayanan pemerintahan di lokasi lainnya di luar Batam Center.

5-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pusat pelayanan perdagangan dan jasa: dialokasikan di Nagoya, Baloi, Lubuk Baja,
Batam Center, dan kawasan strategis di Pulau Rempang.
Pusat pelayanan industri: dialokasikan dibeberapa tempat pengembangan industri
(kawasan-kawasan industri), diantaranya: Batam Center, Kabil, Muka Kuning,
Tanjung Uncang, Batu Ampar, Sekupang, dan di Sembulang Pulau Rempang.
Pusat pelayanan pariwisata:, terutama yang berkaitan dengan wisata budaya dan
wisata bahari dengan skala pelayanan kota/regional/nasional dan internasional,
yang dialokasikan di Nongsa, Waterforont, Pulau Rempang dan Pulau Galang Baru.

Sedangkan kegiatan di pusat-pusat pelayanan sekunder disesuaikan denganketersediaan


lahan dan daya dukung lahan, meliputi:

Pusat Pemerintahan: Kota-Kota Kecamatan (sekanak Raya, Sungai Jodoh, Sadai,


Sei Harapan, Buliang, Kabil, Bulang Lintang, Baloi Indah, Tanjung Piayu, Sungai
Langkai, dan Sembulang).
Pusat Perdagangan dan Jasa : Kecamatan Sekupang (Simpang Sei Harapan dan
Simpang Base Camp sampai Waterfront City). Kecamatan Nongsa Jalan Hang Tuah
dan Hang Jebat, Simpang Jalan Kesturi dengan Jalan Hasanudin. Kecamatan Sei
Beduk (Simpang Trans Barelang dan Simpang Duriangkang).
Pengembangan pelayanan air bersih di Kota Batam, maka dalam perencanaan Kota
Batam,

5.3. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama dalam kepentingan perencanaan serta


evaluasi penyediaan air minum. Kebutuhan air bersih akan semakin meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk itu dalam perncanaan kebutuhan air
minum pada masa yang akan datang diperlukan proyeksi jumlah penduduk dari daerah
perencanaan.

Penentuan proyeksi jumlah penduduk disesuaikan dengan akhir periode perencanaan.


Untuk Kota Batam proyeksi jumlah penduduk dilakukan hingga tahun 2032. Berikut ini
merupakan Tabel dari proyeksi jumlah penduduk Kota Batam.

5-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Batam Hingga Tahun 2032
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK (jiwa setiap tahun)
NO KECAMATAN
TAHUN 2011 (P0) 2012 2017 2022 2027 2032
1 BELAKANG PADANG 23,953 24,930 29,814 34,697 39,581 44,465
2 BULANG 11,905 12,532 15,664 18,797 21,929 25,062
3 GALANG 15,192 15,583 15,436 16,849 18,261 19,674
4 SEI BEDUK 115,468 126,882 183,954 241,025 298,096 355,167
5 NONGSA 56,182 59,721 77,413 95,106 112,798 130,491
6 SEKUPANG 126,008 138,867 203,162 235,957 284,502 333,047
7 LUBUK BAJA 102,823 109,972 145,719 181,465 239,814 285,030
8 BATU AMPAR 93,914 107,159 169,783 232,406 295,030 357,654
9 BENGKONG 110,740 121,137 173,122 225,107 277,092 329,077
10 BATAM KOTA 136,082 143,756 182,123 218,051 255,198 292,346
11 SAGULUNG 156,459 165,538 210,935 216,638 242,188 267,738
12 BATU AJI 107,975 114,805 148,957 183,108 217,259 251,410
JUMLAH PENDUDUK KOTA BATAM 1,056,701 1,140,881 1,556,079 1,899,204 2,301,748 2,691,160
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2012

5.4. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Perkiraan kebutuhan air bersih pada pembahasan ini diperhitungkan berdasarkan


kebutuhan air per kapita, pertumbuhan dan pengembangan penduduk, dan
pengklasifikasian jenis kebutuhan.

Perlu juga diperhitungkan adanya perkembangan tingkat perekonomian dan kemampuan


penyedia dalam melayani perkembangan kebutuhan air bersih di masa yang akan datang.
Diterbitkannya PP 16/2005 yang mengharuskan para penyedia air harus mampu
mendistribusikan air layak minum (potable water) pada tahun 2026 juga harus menjadi
pertimbangan. Untuk kebutuhan air bersih yang akan digunakan dalam studi ditetapkan
sebesar 100 L/orang/hari untuk hinterland dan 200 L/orang/hari untuk mainland.
Kehilangan air ditetapkan oleh standar yaitu mencapai maksimal 20% pada tahun 2032.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh kebutuhan air untuk Kota
Batam dengan rincian sebagai berikut:

1. Kebutuhan air domestik di Hinterland

a. Tahun 2015, kebutuhan air sebesar 21,79 L/dt

b. Tahun 2020, kebutuhan air sebesar 47,28 L/dt

c. Tahun 2025, kebutuhan air sebesar 64,93 L/dt

5-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

d. Tahun 2032, kebutuhan air sebesar 86,33 L/dt

2. Kebutuhan air di Mainland yaitu hasil penjumlahan antara domestik dengan FTZ.

a. Tahun 2015, kebutuhan air sebesar 3.460 L/dt

b. Tahun 2020, kebutuhan air sebesar 4.488 L/dt

c. Tahun 2025, kebutuhan air sebesar 5.851 L/dt

d. Tahun 2032, kebutuhan air sebesar 8.214 L/dt

3. Kapasitas total kebutuhan air untuk Kota Batam yaitu:

a. Tahun 2015, kebutuhan air sebesar 3.482 L/dt

b. Tahun 2020, kebutuhan air sebesar 4.535 L/dt

c. Tahun 2025, kebutuhan air sebesar 5.916 L/dt

d. Tahun 2032, kebutuhan air sebesar 8.300 L/dt

Untuk lebih jelasnya rekapitulasi kebutuhan air untuk Kota Batam, dapat dilihat pada
Tabel-Tabel di bawah ini.

5-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.2 Proyeksi Kebutuhan Domestik Air di Hinterland

EKSISTING SASARAN JANGKA PENDEK SASARAN JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG


NO. URAIAN SATUAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2032
1 Jumlah Penduduk Total Jiwa 35,858 37,461 39,065 40,668 42,271 43,874 45,478 47,081 48,684 50,287 58,304 66,320 69,526
Jumlah Penduduk Dilayani Jiwa 8,084 10,411 12,910 15,580 18,422 21,435 24,619 27,975 31,502 35,201 43,242 51,950 55,621
2 Tingkat Pelayanan Penduduk
- Terhadap Penduduk Total % 22.54% 27.79% 33.05% 38.31% 43.58% 48.85% 54.13% 59.42% 64.71% 70.00% 74.17% 78.33% 80.00%
3 Domestik L/det 5.16 7.11 9.39 12.06 15.13 18.05 21.26 24.78 28.63 32.82 45.08 55.45 59.93
- Jumlah SR buah 1,696 2,154 2,652 3,191 3,772 4,404 5,084 5,811 6,588 7,416 9,550 11,884 12,903
- Jumlah HU buah 13 18 23 28 33 38 43 47 51 55 50 44 40
4 Non Domestik % 0.00% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20% 0.20%
L/det - 0.0142 0.0188 0.0241 0.0303 0.0361 0.0425 0.0496 0.0573 0.0656 0.0902 0.1109 0.1199
- Sambungan Non Domestik buah - - - - - - - - - - - - -
5 Total Sambungan (SL) 1,709 2,172 2,675 3,219 3,806 4,443 5,126 5,858 6,640 7,472 9,600 11,928 12,943
- Sambungan Rumah (SR) buah 1,696 2,154 2,652 3,191 3,772 4,404 5,084 5,811 6,588 7,416 9,550 11,884 12,903
- Sambungan HU buah 13 18 23 28 33 38 43 47 51 55 50 44 40
- Sambungan Non Domestik buah - - - - - - - - - - - - -
- Tambahan Sambungan buah 463 503 544 586 637 684 732 781 832 451 489 513
6 Sub Total Kebutuhan L/det 5.16 7.12 9.41 12.08 15.16 18.08 21.30 24.83 28.69 32.89 45.17 55.56 60.05
7 Kehilangan Air % 25.00% 23.75% 22.50% 21.25% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
L/det 1.72 2.22 2.73 3.26 3.79 4.52 5.32 6.21 7.17 8.22 11.29 13.89 15.01
8 Kebutuhan Rata-rata L/det 6.88 9.34 12.15 15.34 18.95 22.60 26.62 31.04 35.86 41.11 56.46 69.45 75.07
9 Kebutuhan Maksimum L/det 7.92 10.74 13.97 17.64 21.79 25.99 30.62 35.69 41.24 47.28 64.93 79.87 86.33
10 Kebutuhan Jam Puncak L/det 11.70 15.87 20.65 26.08 32.21 38.42 45.26 52.76 60.96 69.89 95.98 118.07 127.61

5-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.3 Proyeksi Kebutuhan Air FTZ

KEBUTUHAN AIR PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH


STANDAR
NO. JENIS FASILITAS PELAYANAN
Luas *) KLB Kapasitas 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030
(Ha) (m3/hari)

1 Industri m3/ha/hari 40 7,415.25 1 296,610 24,718 49,435 24,718 98,870 98,870 98,870 98,870 98,870 98,870 98,870 98,870
2 Perdagangan & Jasa m3/ha/hari 25 2,172.42 1.2 65,173 5,431 10,862 5,431 21,724 21,724 21,724 21,724 21,724 21,724 21,724 21,724
3 Pusat Pemerintahan m3/ha/hari 10 68.26 0.6 410 34 68 34 137 137 137 137 137 137 137 137
4 Fasilitas Umum m3/ha/hari 50 2,176.65 0.15 16,325 1,360 2,721 1,360 5,442 5,442 5,442 5,442 5,442 5,442 5,442 5,442
5 Pelabuhan m3/ha/hari 40 548.38 0.5 10,968 914 1,828 914 3,656 3,656 3,656 3,656 3,656 3,656 3,656 3,656
6 Perkantoran Bandara m3/ha/hari 30 177.50 0.5 2,663 222 444 222 888 888 888 888 888 888 888 888
7 Kawasan Khusus m3/ha/hari 30 1,768.33 1 53,050 4,421 8,842 4,421 17,683 17,683 17,683 17,683 17,683 17,683 17,683 17,683
8 Kawasan Stategis m3/ha/hari 30 1,560.73 1 46,822 3,902 7,804 3,902 15,607 15,607 15,607 15,607 15,607 15,607 15,607 15,607
Debit (m3/hari) 41,002 82,003 41,002 164,006 164,006 164,006 164,006 164,006 164,006 164,006 164,006
Debit Kebutuhan (L/dt) 475 949 475 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898
Debit Tambahan (L/dt) 949 475
Debit Total (L/dt) 475 1,424 1,898

5-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.4 Rekapitulasi Kebutuhan Air di Mainland

EKSISTING SASARAN JANGKA PENDEK SASARAN JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG


NO. URAIAN SATUAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2032
1 Jumlah Penduduk Total Jiwa 1,005,651 1,087,837 1,169,303 1,250,768 1,332,234 1,413,700 1,495,166 1,576,631 1,658,097 1,680,657 2,069,984 2,449,967 2,601,960
Jumlah Penduduk Dilayani Jiwa 632,720 692,990 754,090 816,472 880,136 945,083 1,011,312 1,078,824 1,147,618 1,176,460 1,535,238 1,919,141 2,081,568
2 Tingkat Pelayanan Penduduk
- Terhadap Penduduk Total % 62.92% 63.70% 64.49% 65.28% 66.06% 66.85% 67.64% 68.43% 69.21% 70.00% 74.17% 78.33% 80.00%
3 Domestik L/det 996.77 1,115.97 1,240.77 1,372.02 1,509.87 1,654.44 1,805.88 1,964.33 2,129.92 2,224.83 3,173.77 4,306.52 4,818.44
- Jumlah SR buah 157,155 172,178 187,417 202,984 218,880 235,104 251,658 268,541 285,754 293,026 382,981 479,489 520,392
- Jumlah HU buah 41 43 44 45 46 47 47 47 46 44 33 12 -
4 Non Domestik % 100.14% 100.13% 100.12% 100.11% 100.11% 100.10% 100.09% 100.08% 100.08% 100.07% 100.04% 100.01% 100.00%
L/det 998.1938 1,117.4560 1,242.3065 1,373.5980 1,511.4689 1,656.0578 1,807.5034 1,965.9447 2,131.5206 2,226.3387 3,174.9255 4,306.9334 4,818.4440
- Sambungan Non Domestik buah 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263
5 Total Sambungan (SL) 176,459 191,484 206,724 222,293 238,189 254,414 270,968 287,850 305,063 312,332 402,277 498,764 539,655
- Sambungan Rumah (SR) buah 157,155 172,178 187,417 202,984 218,880 235,104 251,658 268,541 285,754 293,026 382,981 479,489 520,392
- Sambungan HU buah 41 43 44 45 46 47 47 47 46 44 33 12 -
- Sambungan Non Domestik buah 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263
- Tambahan Sambungan buah 15,025 15,240 15,568 15,896 16,225 16,554 16,883 17,212 7,270 18,316 19,953 20,610
6 Sub Total Kebutuhan L/det 1,893.78 2,013.05 2,137.90 2,269.19 2,407.06 2,551.65 2,703.09 2,861.53 3,027.11 3,121.93 4,070.52 5,202.52 5,714.03
7 Kehilangan Air % 25.00% 23.75% 22.50% 21.25% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
L/det 631.26 627.01 620.68 612.32 601.76 637.91 675.77 715.38 756.78 780.48 1,017.63 1,300.63 1,428.51
8 Kebutuhan Rata-rata L/det 2,525 2,640 2,759 2,882 3,009 3,190 3,379 3,577 3,784 3,902 5,088 6,503 7,143
9 Kebutuhan Maksimum L/det 2,904 3,036 3,172 3,314 3,460 3,668 3,886 4,113 4,351 4,488 5,851 7,479 8,214
10 Kebutuhan Jam Puncak L/det 4,293 4,488 4,690 4,899 5,115 5,422 5,744 6,081 6,433 6,634 8,650 11,055 12,142

5-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.5 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Batam Hingga Tahun 2032

EKSISTING SASARAN JANGKA PENDEK SASARAN JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG


NO. URAIAN SATUAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2032
1 Jumlah Penduduk Total Jiwa 1,041,509 1,125,298 1,208,367 1,291,436 1,374,505 1,457,574 1,540,643 1,623,712 1,706,781 1,730,944 2,128,288 2,516,287 2,671,486
Jumlah Penduduk Dilayani Jiwa 640,804 703,402 767,000 832,052 898,558 966,518 1,035,931 1,106,799 1,179,120 1,211,661 1,578,480 1,971,091 2,137,189
2 Tingkat Pelayanan Penduduk
- Terhadap Penduduk Total % 61.53% 62.51% 63.47% 64.43% 65.37% 66.31% 67.24% 68.16% 69.08% 70.00% 74.17% 78.33% 80.00%
3 Domestik L/det 1,001.93 1,123.08 1,250.17 1,384.08 1,524.99 1,672.48 1,827.14 1,989.11 2,158.55 2,257.65 3,218.85 4,361.97 4,878.38
- Jumlah SR buah 158,851 174,333 190,070 206,176 222,652 239,509 256,741 274,352 292,342 300,442 392,530 491,373 533,295
- Jumlah HU buah 54 61 67 73 79 85 90 94 98 99 84 56 40
4 Non Domestik % 99.63% 99.50% 99.37% 99.24% 99.12% 99.02% 98.93% 98.84% 98.75% 98.62% 98.64% 98.74% 98.77%
L/det 998.1938 1,117.4703 1,242.3253 1,373.6221 1,511.4991 1,656.0939 1,807.5459 1,965.9942 2,131.5779 2,226.4043 3,175.0156 4,307.0443 4,818.5638
- Sambungan Non Domestik buah 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263
5 Total Sambungan (SL) 178,168 193,656 209,400 225,512 241,995 258,857 276,094 293,709 311,702 319,804 411,877 510,692 552,598
- Sambungan Rumah (SR) buah 158,851 174,333 190,070 206,176 222,652 239,509 256,741 274,352 292,342 300,442 392,530 491,373 533,295
- Sambungan HU buah 54 61 67 73 79 85 90 94 98 99 84 56 40
- Sambungan Non Domestik buah 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263 19,263
- Tambahan Sambungan buah
6 Sub Total Kebutuhan L/det 1,898.95 2,020.17 2,147.31 2,281.27 2,422.22 2,569.73 2,724.39 2,886.36 3,055.80 3,154.82 4,115.68 5,258.09 5,774.09
7 Kehilangan Air % 25.00% 23.75% 22.50% 21.25% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00% 20.00%
L/det 632.98 629.23 623.41 615.58 605.55 642.43 681.10 721.59 763.95 788.70 1,028.92 1,314.52 1,443.52
8 Kebutuhan Rata-rata L/det 2,532 2,649 2,771 2,897 3,028 3,212 3,405 3,608 3,820 3,944 5,145 6,573 7,218
9 Kebutuhan Maksimum L/det 2,912 3,047 3,186 3,331 3,482 3,694 3,916 4,149 4,393 4,535 5,916 7,558 8,300
10 Kebutuhan Jam Puncak L/det 4,304 4,504 4,710 4,925 5,147 5,461 5,789 6,134 6,494 6,704 8,746 11,173 12,270

5 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

TABEL 5.6 Perhitungan Waterbalance

Kap. EKSISTING JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG


DAERAH PELAYANAN UNIT
Tampung 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2032
A PERKOTAAN / MAIN LAND
1 Kebutuhan Air Lpd 3,036 3,172 3,314 3,460 3,668 3,886 4,113 4,351 4,488 5,851 7,479 8,214
+/- Lpd 3,036 3,172 3,314 3,460 3,668 3,886 4,113 4,351 4,488 5,851 7,479 8,214

2 Sumber Air :
2.1. Sei Harapan Lpd 210 204 210 210 210 210
2.2. Sei Bal oi Lpd 30 0 0 0 0
2.3. Sei Ladi Lpd 240 242 270 270 270 270
2.4. Muka Kuni ng Lpd 310 239 310 310 310 310
2.5. Nongsa Lpd 110 63 110 110 110 110
2.6. Duri angkang Lpd 3,000 1,783 3,000 3,000 3,000 3,000
2.7. Tembes i (estuary dam) Lpd 600 600 600 600 600
2.8. Sumber A Lpd 1,364 1,364 1,364
2.9. Sumber B Lpd 1,627 1,627
2.10. Sumber C Lpd 735
Juml ah Lpd 4,500 2,531 4,500 5,864 7,491 8,227

B IKK / HINTER LAND


1 Kebutuhan Air Lpd 10.74 13.97 17.64 21.79 25.99 30.62 35.69 41.24 47.28 64.93 79.87 86.33
+/- Lpd

2 Sumber Air :
Waduk Bul ang Lpd 10 10 10 10 10 10
Waduk Sekanak I Lpd 30 5 10 30 30 30
Waduk Sekanak II Lpd 30 20 20 20 30 30
Waduk Pempi ng Lpd 10 5 10 10 10 10
Sumber A Lpd 10
Juml ah Lpd 80 40 50 70 80 90

C KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS


1 Kebutuhan Air Lpd 0 475 1,424 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898
+/- Lpd 0 475 1,424 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898 1,898

2 Sumber Air Rempang - Galang


1. Sei Rempang Lpd 232 232 232 232 232 232 232 232
2. Rempang Utara Lpd 275 275 275 275 275 275 275
3. Sei Gong Lpd 382 382 382 382 382 382 382 382
4. Sei Raya Lpd 220 220 220 220 220 220 220
5. Sei Gal ang Lpd 180 180 180 180 180 180 180
6. Sei Gal ang Utara Lpd 165 165 165 165 165 165 165
7. Sei Gal ang Ti mur Lpd 87 87 87 87 87 87
8. Sei Curus Lpd 68 68 68 68 68 68
9. Sei Ba-Tas Lpd 41 41 41 41 41 41
10. Sei Ta-Tas Lpd 32 32 32 32 32 32
11. Sumber Lai n Lpd 200 200 200 200 200
Juml ah Lpd 1,682 614 1,454 1,882 1,882 1,882 1,882 1,882
Warna Merah = debi t baru (tambahan)

5 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

LAMPIRAN PENJELASAN DATA ADA DI TABEL


ANALISIS PERHITUNGAN

5 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

BAB VI
POTENSI AIR BAKU

6.1. AIR BAKU EKSISITNG

Sumber air baku air minum yang biasa digunakan oleh penduduk Kota Batam dapat
dikelompokan kedalam dua golongan, yakni:

6.1.1. Di Pulau Batam

Hampir seluruh penduduk Pulau Batam ( > 95 %)


telah memanfaatkan air minum yang berasal dari
PT. Adhya Tirta Batam (ATB, Perusahaan Air
Minum swasta) yang sumber air bakunya berasal
dari 6 enam waduk yang ada di Pulau Batam,
hanya sebagian kecil penduduk yang masih
memanfaatkan sumber air minum selain dari air
perpipaan ATB, misal dengan menggunakan air
galon dan air tanah. Bahkan sekarang penduduk Pulau Buluh telah menikmati air minum
perpipaan ATB, melalui pipa bawah laut dari
Pulau Batam. Kapasitas instalasi pengolahan Air
Minum (WTP) yang telah dioperasikan oleh PT.
ATB adalah sebesar 2.725 lit/det atau 70,78 %
dari kapasitas disainnya (3850 lit/det). Selain
PT. ATB, masih terdapat Instalasi Pengolahan
Air Minum yang dikelola oleh PT Batamindo
Investment Cakrawala (BIC) dengan kapasitas operasional sebesar 4.500 m3/hari atau
setara dengan 52,08 lit/det. Kapasitas produksi IPAM yang dikelola PT BIC tersebut adalah
sebesar 4.275 m3/hari atau setara dengan 49,48 lit/det. Dengan demikian,

6-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

operasionalisasi IPAM PT BIC sudah mencapai 95 %


dari kapasitas produksinya. Sumber air baku IPAM
PT BIC tersebut berasal dari waduk yang sama
dengan IPAM PT ATB.

TABEL 6.1 Sumber Air Baku Air Minum SPAM ATB


Kapasitas Tampung Kapasitas WTP Daerah Tahun
No. Sumber Air Baku Daya Tampung Debit Disain Operasi Pelayanan Operasi
(1000M3/Thn) (L/D)
1 Sei Harapan 6622,56 210 210 210 P. Batam 1974
2 Sei Baloi 946,08 30 30 30 P. Batam 1977
3 Sei Nongsa 1892,16 60 60 60 P. Batam 1983
4 Sei Ladi 7568,64 240 240 240 P. Batam 1987
5 Waduk Muka Kuning 12046,75 382 310 310 P. Batam 1991
6 Waduk Duriangkang 94608,00 3000 3000 1875 P. Batam 1999
Jumlah 123684,2 3922 3850 2725
Iddle Capacity WTP 1125
Iddle Capacity Sumber 1197
Sumber : BWS Wilayah Sumatra IV

6.1.2. Di Luar Pulau Batam

Penduduk luar P. Batam, yaitu di pulau-


pulau yang tercakup ke dalam 3 (tiga)
kecamatan yang merupakan hinterlandnya
Pulau Batam, yakni Kecamatan Belakang
Padang, Kecamatan Galang, dan Kecamatan
Bulang.

Sumber air baku air minum yang biasa atau


umum digunakan oleh penduduk luar Pulau Batam adalah berupa air hujan dengan
menggunkan Penampung Air Hujan (PAH), air tanah dangkal yang diabstraksi dengan
sumur gali (SG) atau sumur bor pantek, dan sebagian membeli atau ambil air dari
lokasi/pulau lain. Air minum perpipaan sudah ada di sebagian kelurahan, berupa SPAM
Perdesaan dan SPAM IKK (Ibukota Kecamatan) yang dibangun Dinas PU Ciptakarya TK II
dan Ditjen Ciptakarya melalui Satker Air Minum Provinsi Kepri, dan ada juga air minum

6-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

“perpipaan swadaya masyarakat”, dimana airnya


dialirkan begitu saja pakai pipa ke KU atau ke
rumah-rumah tanpa adanya pengolahan,
sehingga kalau terjadi hujan airnya jadi keruh
seperi di Kp. Baru Kelurahan Galang Baru. SPAM
Perdesaan, SPAM IKK , dan “perpipaan swadaya”

ini sumber air bakunya berasal dari waduk


dan sungai.

Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) di luar


Pulau Batam sebanyak 4 sistem, yaitu: SPAM
Belakang Padang (dua sistem), SPAM Pulau
Pemping (satu sistem), SPAM Pulau Bulang
(satu sistem).

TABEL 6.2 Sumber Air Baku Air Minum SPAM di Luar Pulau Batam
Kapasitas Tampung Kapasitas WTP Daerah Pelayanan
Sumber Air
No Daya Tampung Debit Disain Operasi
Baku
(1000M3/Thn) (L/D)
1 Waduk Sekanak I 265,5 30 30 5 P. Belakang Padang
2 Waduk Sekanak II 265,5 30 30 5 P. Belakang Padang
3 Waduk Pemping 115 10 10 2,5 P. Pemping
4 Waduk Bulang 107,5 10 10 2,5 P. Bulang Lintang
JUMLAH 753,5 80 80 15
Sumber : Pusat Litbang Permukiman Balitbang PU dan Survey Lapangan

Air hujan banyak digunakan terutama di wilayah


pedataran pantai, dimana sumber lain berupa
mata air tidak didapatkan, air tanah dangkal
(sumur gali) banyak yang keruh dan kering
diwaktu kemarau panjang, bahkan airnya payau;
sedang air sungai banyak yang payau dan kering
pada musim kemarau (sungai intermiten).
Penampung air hujan ada yang terbuat dari fiberglas, aluminium, dan beton dengan

6-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

berbagai ukuran. Pengunaan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari mencerminkan


sulitnya sumber air baku air minum yang memenuhi syarat kesehatan, juga cakupan
pelayanan ATB terbatas hanya di Pulau Batam.

6.2. POTENSI AIR BAKU

6.2.1. Sungai

Secara umum daerah aliran sungai di Kota Batam memperlihatkan pola aliran
subdendritik, setempat dijumpai pula aliran yang memperlihatkan pola subrektangular
dan subparalel dengan arah aliran relatif tegak lurus dengan garis pantai. Sungai-sungai
tersebut umumnya pendek-pendek dan dangkal airnya. Di bagian selatan Pulau Batam
berkembang sungai-sungai dengan pola subrektangular. Sungai-sungai kecil yang ada di
bagian utara Pulau Batam dan pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya memperlihatkan
pola subparalel seperti Sungai Ladi, Sungai Lelai, dan Sungai Baru. Sungai-sungai ini
berfungsi sebagai sistem buangan air hujan alam, yang mengalirkan air hujan dan
bermuara pada daerah lautan dan waduk. Sungai-sungai pada daerah penyelidikan
umumnya berjarak pendek dan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
penyediaan sumber air baku yang ada di waduk-waduk.

Air permukaan yang ada di Pulau Batam berupa sungai, ada yang bersifat perenial (berair
sepanjang tahun) dan intermiten (kering di musim kemarau), sedangkan yang bersifat
perenialpun umumnya akan sangat susut dimusim kemarau, hal ini antata lain
disebabkan kecilnya infiltrasi, akuifer dengan fermeabilitas rendah. Jadi bila ingin
mengembangkan air sungai untuk sebagai sumber air baku mesti menggunakan sungai
dengan terlebih dahulu di buat bendung atau waduk.

Sungai utama yang terdapat di wilayah Kota Batam sebanyak 22 sungai, yaitu:

NO NAMA SUNGAI

1 Sungai Harapan
2 Sungai Beduk
3 Sungai Jodoh
4 Sungai Patam
5 Sungai Panas
6 Sungai Lekop

6-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

NO NAMA SUNGAI

7 Sungai Deras
8 Sungai Seribu
9 Sungai Ladi
10 Sungai Tiban
11 Sungai Pancur
12 Sungai Nongsa
13 Sungai Temiang
14 Sungai Mukakuning
15 Sungai Kasam
16 Sungai Baloi
17 Sungai Relai
18 Sungai Tongkang
19 Sungai Bengkong
20 Sungai Binti
21 Sungai Tuak
22 Sungai Jabi

Dari 22 sungai ini, sebanyak 5 sungai telah dibuat waduk untuk persediaan air baku air
minum, yaitu : Sungai Harapan, Sungai Ladi, Sungai Baloi, Sungai Nongsa, dan Sungai
Muka Kuning. Sedangkan sungai lain relatif kecil-kecil, seperti Sungai Air dan Sungai Ular
di Kampung Baru Kelurahan Galang Baru.

Sungai-sungai kecil banyak ditemukan di Kecamatan Galang, di wilayah ini mengalir lebih
kurang 47 sungai, jadi wilayah ini paling banyak terdapat aliran sungai, tetapi umumnya
sungai-sungai ini sangat susut airnya bahkan sampai kering pada musim kemarau.

Sungai yang terdapat di wilayah Kecamatan Galang adalah sebagai berikut:

NO NAMA SUNGAI

1 Sungai Sijantung
2 Sungai Melur
3 Sungai Senepeng
4 Sungai Caros
5 Sungai Sadap
6 Sungai Mentina Kecil
7 Sungai Mentina Besar
8 Sungai Sembulang
9 Sungai Boban Kecil
10 Sungai Goban Besar

6-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

NO NAMA SUNGAI

11 Sungai Buluh Kecil


12 Sungai Buluh Besar
13 Sungai Kalat
14 Sungai Lepong
15 Sungai Akit
16 Sungai Lakon
17 Sungai Jaja
18 Sungai Ulu Buton
19 Sungai Belongkeng
20 Sungai Pasir Balang
21 Sungai Daget
22 Sungai Parempang
23 Sungai Terus
24 Sungai Tiung
25 Sungai Tambo
26 Sungai Kumpak
27 Sungai Tige
28 Sungai Teluk Dolah
29 Sungai Rungkup
30 Sungai Kasim
31 Sungai Galang
32 Sungai Ulu Bendung
33 Sungai Paku
34 Sungai Bebuas
35 Sungai Raya
36 Sungai Tenggayun
37 Sungai Garam Siam
38 Sungai Ontek
39 Sungai Gua
40 Sungai Teraling
41 Sungai Antah
42 Sungai Rempang
43 Sungai Monggak
44 Sungai Kudi
45 Sungai Boge
46 Sungai Elong
47 Sungai Mentereng

6-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

6.2.2. Waduk dan Bendungan

Waduk dan Bendungan yang ada di Kota Batam ada yang berasal dari pengumpulan air
sungai dengan air tawar dan ada juga waduk yang lokasinya di muara yang memerlukan
proses desalinasi seperti Waduk Duriangkang dan Dam Sei Tembesi. Waduk-waduk yang
ada di Pulau Batam disajikan dalam Tabel dibawah ini.

TABEL 6.3 Waduk dan Bendung di Kota Batam


KAPASITAS DAERAH
NO SUMBER AIR BAKU DAYA TAMPUNG DEBIT PELAYANAN KETERANGAN
3
(1000 m /thn) (L/dt)
1 Waduk Nonsa 1,892.16 60 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
2 Waduk Baloi 946.08 30 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
3 Waduk Harapan 6,622.56 210 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
4 Waduk Ladi 7,568.64 240 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
5 Waduk Mukakuning 12,046.75 382 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
6 Waduk Duriangkang 94,608.00 3,000 P. Batam Sumber air baku PT. ATB
7 Waduk Tembesi 18,921.60 600 P. Batam Proses desalinasi
8 Waduk Rempang 7,316.35 232 P. Rempang Belum dimanfaatkan
9 Waduk Sekanak I 265.50 30 P. Belakang Padang Sumber air baku SPAM IKK
10 Waduk Sekanak II 265.50 30 P. Belakang Padang Sumber air baku SPAM IKK
11 Waduk Pemping 115.00 10 P. Pemping Sumber air baku SPAM Pedesaan
12 Waduk Bulang Lintang 107.50 10 P. Bulang Lintang Sumber air baku SPAM IKK
Sumber : Pusat Litbang Permukiman Balitbang PU dan Survey Lapangan

6-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

Pembagian DAS Pulau Batam, 2010

6-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

Pembagian DAS Menurut Analisa 2010 DI PULAU BATAM

6-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

6.2.3. Air Tanah


Penggunaan air tanah dangkal dengan
menggunakan sumur gali atau sumur bor pantek
banyak dimanfaatkan penduduk luar Pulau
Batam, yaitu di 3 (tiga) kecamatan yang
merupakan hinterlandnya Pulau Batam.
Kedalaman sumur gali umunya berkisar dari 1 – 5
meter dibawah muka tanah setempat, dengan
muka air tanah berkisar dari 0,5 – 4 meter di
bawah muka tanah setempat, sedangkan sumur
bor pantek umumnya hingga kedalaman 30 m
dibawah muka tanah setempat. Kualitas air tanah
beragam dari yang jernih hingga keruh bahkan
kemerah-merahan, sebagian besar airnya tawar
dan banyak pula ditemukan airnya payau apalagi
dimusim kemarau. Pada musim kemarau sebagian sumur gali banyak yang susut bahkan
kering, bahkan di daerah dekat garis pantai airnya menjadi payau. Di pulau-pulau banyak
sumur gali bantuan PNPM; seperti di Pulau Pemping, Pulau Bulan Lintang, Pulau Buluh,
debit sumurgali di luar Pulau Batam dari analisa sepintas debitnya mempunyai kisaran
0,2 – 0,3 lit/det. Sumur bor pantek PNPM seperti di Pulau Raya dan Pulau Air Kelurahan
Batu Legong, dengan perkiraan debit 0,3 lit/det.

TABEL 6.4 Sumber Air Baku Eksisting Di Luar Pulau Batang

No. Sumber Air Baku Sumber Eksisting Potensi Sumber Keterangan


I Kecamatan Belakang Padang
1 Kel. Tanjung Sari Sumur gali
Waduk Sekanak I - Ada SPAM IKK
Waduk Sekanak II
2 Kel. Sekanak Raya Sumur gali
Waduk Sekanak I Pengembangan Ada SPAM IKK
Waduk Sekanak II Waduk Sekanank I & II P. Lingke air dari P. Granting
3 Kel. Pemping Sumu gali
Waduk Pemping Waduk Pemping Ada SPAM Perdesaan
4 Kel. Pulau Terong Beli / ambil air - Tidak ada sumber
dari P.Sunti
5 Kel. Pecong - - -
6 Kel. Kasu Beli / ambil air - Thn 2012 sedang dibuat
Sumber dari P. Res. dgn air diangkut dgn
Lumba Besar dan kapal dari P. Lumba Besar
P. Tanjung Gelatis

6 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

II Kecamatan Galang
1 Kel. Sijantung :
Kp. Air Naga Sumur gali PNPM Sumur gali
Kp. Sijantung Sumur gali Sumur gali Kp. Sijantung dulu ada
Pulau Panjang Parit Sei Gong SPAM untuk Camp 6 Galang
Beli air Sekarang tdk jalan.
Sumur gali Sumur gali
2 Kel. Karas - - -
3 Kel. Sembulang Ada SPAM IKK
4 Kel. Subang Mas Ada SPAM Desa
5 Kel. Rempang Cate Sumur gali Waduk Rempang Waduk belum
dimanfaatkan, sedang dlm
proses desalinasi
6 Kel. Air Raja - - -
7 Kel. Pulau Abang - - -
8 Kel. Galang Baru :
Kp. Baru Sumur gali PNPM Pengembangan Ada 2 sistim perpipan
Sei Ular Sei Ular & Swadaya Masyarakat
Sei Air Sei Air
Kp. Tanjung Jakang Kolong eks. Pasir Kolong Eks. Tb. Pasir P. Galang
Kp. Air Lingka Sumur gali PNPM Sumur gali P. Galang
P.Tanjung Pengapit Sumur gali Sumur gali P. Tanjung Pengapit
P.Tanjung Linau Sumur gali Sumur gali P. Tanjung Linau
Kp.Tanjung Melagan Sumur gali Sumur gali P. Tanjung Melagan
Kp.Kore Sumur gali Sumur gali P. Tanjung Melagan
Kp. Nipah Sumur gali Sumur gali P. Tanjung Melagan
P. Nanga Sumur gali Sumur gali P. Nanga
P.Ngoan Sumur gali Sumur gali P. Ngoan
III Kecamatan Bulang
1 Kel. Pulau Buluh Sumur gali PNPM Sumur gali
Perpipaan ATB Sumber dari P. Batam
2 Kel. Bulang :
P. Bulang Lintang Sumur gali
Waduk Bl. Lintang Waduk Bulang Lintang Ada SPAM IKK
P. Bulang Kebam Sumur gali Waduk Bulang Lintang Usulan perpipaan lewat laut
3 Kel. Setokok :
Kp. Setokok Sumur gali Sumur bor Kb. Gole
Beli air
P. Tanjung Nenek Sumur gali
P. Nipah Sumur gali
P. Panjang Sumur gali
4 Kel. Batu Legong :
Pulau Seraya Sumur bor PNPM Sumur bor
Sumur bor warga
Beli air Air dari P. Sidi Air dari P. Sidi
Pulau air Sumur Bor PNPM Sumurb bor
Sumur Bor PT ITS
Beli air Air dari Dapur 12 P. Batam
P. Mengkada Sumur gali Sumur gali
P. Labu Sumur gali Sumur gali
5 Kel. Pantai Gelam
6 Kel. Temoyong :
P. Temoyong Sumur gali Sumur bor
P. Aweng Sumur gali Sumur bor
P. Selat Nenek Sumur gali Sumur bor
Sumber : Hasil survey lapangan Konsultan, Oktober 2012

6 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN ANTARA
KOTA BATAM

TABEL 6.5 Parameter Hidrogeologi Sumur Dangkal Di Luar Pulau Batam


Dalam MAT Diameter DHL
No Lokasi Keterangan
(m) (m) (m) (us/cm)
SG 1 Kel.Tanjung Sari 1,5 0,5 1,2 297 Jernih, pH 6, salinitas 0,14 ppm
SG 2 Kel.Tanjung Sari 3 2 1,2 854 Keruh, pH 6, salinitas 0,42 ppm
Jernih, pH 4,5, salinitas 0,01.
SG 1 Kel. Pemping 3 0,5 3,5 x 3,5 59,6
PNPM
Keruh, pH 5,5, salinitas 0,01,
SG 2 Kel. Pemping 3 0,5 3,5 x 3,5 60,4
PNPM
Jernih, pH 6,5, salinitas 0,05,
SG 1 Kel. P. Buluh 3 1,5 3,5 x 3,5 133,7
PNPM
SG 1 Kel. Bulan Lintang 3 1,5 1,5 x 1,5 46,4 Jernih, pH 6, salinitas 0,01, PNPM
Agak keruh, pH 6,5, sal. 0,08,
SG 1 Kel. Galang Baru 2 0,3 1,2 75
PNPM, di Kp. Baru
Jernih, pH 5,5, salinitas 0,05,
SG 1 Kel. Sijantung 3 2,5 1,2 132
Warga di Kp. Naga
Jernih, pH 5,5, salinitas 0,03,
SG 2 Kel. Sijantung 3 1 1,5 81,7 PNPM
Debit > 0,5 l/d di Kp. Naga
Sumber : Hasil survey lapangan Konsultan, Oktober 2012

6 - 12
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB VII
RENCANA PENGEMBANGAN SPAM KOTA
BATAM

7.1. RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG

Sasaran wilayah Rencana Induk Pengembangan SPAM di Kota Batam adalah kawasan
Budidaya berdasarkan Pola Ruang Wilayah yang meliputi :

1. Kawasan permukiman,
2. Kawasan industri dan pergudangan,
3. Kawasan Pusat Perkantoran Pemerintahan,
4. Kawasan Perdagangan dan Jasa
5. Kawasan Pendidikan
6. Kawasan Pariwisata
7. Kawasan Khusus.

Dalam Rencana Pengembangan SPAM juga mempertimbangkan skala prioritas


pengembangan kawasan strategis baik dalam level nasional, provinsi maupun
kota/kabupaten seperti yang tercantum pada Bab 2.

7.2. RENCANA SYSTEM PELAYANAN SPAM KOTA BATAM

Daerah pelayanan akan dikembangkan ke seluruh wilayah kota dengan wilayah


pengembangan berdasarkan system pelayanan utama dari reservoir dan dipusatkan pada
wilayah pelayanan eksisting dan wilayah pengembangan baru.

Secara garis besar rencana wilayah pengembangan dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian
yaitu:

7-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

7.2.1. Rencana Pelayanan di Wilayah Pelayanan Eksisting

Wilayah pengembangan eksiting meliputi pengembangan yang saat ini sudah mempunyai
system baik untuk perpipaan maupun non perpipaan.

Pengembangan terhadap daerah pelayanan eksisting akan dilakukan terhadap Pulau


Batam sebagai mainland dan diluar Pulau Batam atau hinterland.

7.2.2. Rencana Pelayanan di Wilayah Pelayanan Baru

Pengembangan di kawasan pelayanan baru (domestic dan non domestic) akan dilakukan
secara merata di seluruh Pulau Batam yang yang disesuaikan dengan tataruang wilayah
yang direncanakan dan kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan strategis kota.

Pengembangan di kawasan pelayanan baru non domestic dan Industri sebagai kawasan
strategis skala nasional, provinsi dan kota, meliputi:

• Pulau Galang
• Pulau Rempang
• Pulau Galang Baru

Detail rencana wilayah pengembangan SPAM di Kota Batam sampai dengan target akhir
jangka Panjang 2025 seperti dijelaskan pada Gambar 7.1 berikut.

7.2.3. Tingkat Pelayanan

Target tingkat pelayanan disesuaikan dengan program Milenium Development Goals,


“Meciptakan kemudahan bagi separuh prosentase penduduk yang belum memperoleh
kemudahan akses air minum ditambah prosentase penduduk yang telah memperolehnya
pada saat ini”.

Selain mempertimbangkan program MDG’s tersebut, target pelayanan juga


mempertimbangkan kondisi eksisting SPAM dan strategi daerah baik provinsi atau
kota/kabupaten.

Dengan kriteria pelayanan sebagai berikut :

• Tahun 2015 = 40,00 % penduduk total Kota Batam terlayani

7-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Tahun 2020 = 59,00 % penduduk terlayani dari penduduk total Kota Batam
terlayani.
• Tahun 2025 = Pada akhir tahun 2025 diharapkan 70,0 % penduduk total Kota
Batam terlayani

7.3. RENCANA PENGEMBANGAN PELAYANAN SPAM KOTA BATAM


7.3.1. Umum

Berdasarkan tuntunan pada kebijakan pelayanan dengan kualitas air minum sesuai PP No.
16 Tahun 2005, maka perlu dilakukan peningkatan kualitas air minum yang
didistribusikan kepada pelanggan disamping perlu menjaga kulitas air dalam jaringan
transmisi dan distribusi sehingga jaringan pipa lama yang tidak memadai perlu diganti.
Untuk itu penggunaan pipa untuk mengganti jaringan pipa lama dan jaringan pipa baru
perlu memperhatikan jenis pipa tahan tekanan, tahan korosif dan memiliki tingkat
kebocoran rendah dan umur pipa cukup lama.

Kondisi jaringan distribusi eksisiting tidak menunjang untuk pembagian zonasi pelayanan
dalam rangka menunjang program penurunan kebocoran (NRW). Untuk itu perencanaan
RIP SPAM ini akan dilengkapi dengan kebutuhan pembagian Zona Pelayanan untuk
menunjang pelaksanaan program NRW tersebut.

Penentuan rencana wilayah pengembangan SPAM di Kota Batam mempertimbangkan


beberapa faktor seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan RDTR, penyebaran
permukiman, kondisi fisik kota (topografi), rencana strategis/prioritas (skala nasional,
provisi dan kota), kondisi system SPAM eksisting dan ketersediaan sumber air baku.

Sistem pelayanan jaringan tansmisi dan distribusi yang akan dikembangkan diharapkan
akan memperoleh sistem yang efektif dan efisien yaitu semaksimal mungkin
memanfaatkan sistem pengaliran gravitasi (gravitation system) dengan memanfaatkan
kondisi topografi di wilayah pelayanan sehingga pada akhirnya diharapkan akan diperoleh
system yang paling murah.

Melihat kondisi wilayah pelayanan dengan kontur yang bervariasi maka sepenuhnya
system pelayanan tidak dapat memanfaatkan system gravitasi melainkan dengan
pemompaan.

7-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Peningkatan pelayanan air minum diwilayah eksisting akan meliputi:

• Peningkatan pelayanan bagi penduduk yang belum berlangganan air minum


namun berada diwilayah yang telah memiliki jaringan.
• Peningkatan air minum bagi penduduk yang belum terjangkau oleh pelayanan air
minum saat ini.

Sedangkan pengembangan pelayanan air minum bagi kawasan baru akan meliputi :

• Pelayanan air minum di Pulau Galang dan Rempang sebagai kawasan yang saat ini
diproyeksikan menjadi kawasan bebas / FTZ perlu diantisipasi kebutuhan airnya.
• Pelayanan air minum untuk Rencana Kawasan CBD (central bussiness district)
dimasa mendatang yang telah dicanangkan sebagai kawasan Strategis Nasional.
• Pelayanan air minum untuk Kawasan Industri sebagai kawasan Strategis Kota.
• Pelayanan air minum untuk Kawasan Industri dan Pelabuhan Bebas yang
merupakan Kawasan Strategis Nasional di wilayah Galang Rempang.

7.3.2. Rencana Pentahapan Pengembangan

Sasaran wilayah penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ini adalah untuk
pelayanan air minum 15 tahun kedepan yaitu tahun 2011-2025, dengan strategi waktu
perencanaan ini secara garis besar terbagi dalam tiga tahap, yaitu :

• Tahap I (Jangka Pendek 3 Tahun) : Tahun 2013 – 2015


• Tahap II (Jangka Menengah 5 Tahun) : Tahun 2016 – 2020
• Tahap III (Jangka Panjang 12 Tahun) : Tahun 2021 - 2032
Fase – 1 : Tahun 2021 – 2025.
Fase – 2 : Tahun 2026 – 2032.

Arahan pelaksanaan setiap tahapan disusun sebagai berikut:

I. Mainland (Pulau Batam)


Program Tahap I (Jangka Pendek : 2013 - 2015), diarahkan untuk Optimalisasi
Sistem Eksisting, yaitu :
Optimalisasi jaringan pipa transmisi air bersih.
Peningkatan kualitas air dan kontinuitas pelayanan

7-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Pengembangan jaringan pipa distribusi.


Optimalisasi Sistem IPA yang ada
Program Tahap II (Jangka Menengah: 2016 - 2020), diarahkan untuk :
Pembangunan IPA baru
Pengembangan jaring pipa distribusi
Pembangunan sumber air baku baru
Pembangunan pipa transmisi air baku

Program Tahap III (Jangka Panjang 2021-2032)

Pembangunan jaringan pipa distribusi.

II. Hinterlan (Luar Pulau Batam)


Program Tahap I (Jangka Pendek : 2013 - 2015), diarahkan untuk Optimalisasi
Sistem Eksisting, yaitu :
Optimalisasi jaringan pipa transmisi air bersih.
Peningkatan kualitas air dan kontinuitas pelayanan
Pengembangan jaringan pipa distribusi.
Optimalisasi Sistem IPA yang ada
Pembangunan SPAM pedesaan dengan system perpipaan
Program Tahap II (Jangka Menengah: 2016 - 2020), diarahkan untuk :
Pembangunan IPA baru
Pengembangan jaring pipa distribusi
Pembangunan sumber air baku baru
Pembangunan pipa transmisi air baku

Program Tahap III (Jangka Panjang 2021-2032)

Pembangunan jaringan pipa distribusi.

7.3.3. Daerah Pelayanan

Berdasarkan hasil analisa kondisi topografi, kondisi system pelayanan eksisting dan
rencana pelayanan dimasa mendatang, maka daerah pelayanan khusus Pulau
Batam/mainland akan dibagi menjadi beberapa zona/sistem pelayanan untuk pelayanan

7-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

domestic) dan 3 (tiga) system pelayanan untuk industry dan CBD. Setiap system
pelayanan dibagi menadi beberapa zona pelayanan yang bervariasi mulai dari 1 hingga 9
zona pelayanan sehingga total zona pelayanan sebesar 34 zona. Zona pelayanan ini juga
dirancang dalam rangka menunjang program penurunan kebocoran (NRW).

7.3.4. Proyeksi Kebutuhan Air Tiap Zona Pelayanan

Pembagian Sistem Pelayanan mempertimbangkan beberapa faktor seperti : kemungkinan


penyebaran penduduk di masa mendatang, pelayanan yang efektif dan efisien, batas
administrasi, batas alam dll. Pembagian kebutuhan air tiap zona pelayanan dikelompokan
menjadi beberapa zona pelayanan berdasarkan system pelayanan pada reservoir yang
ada dan akan dikembangkan.

7.3.5. Rencana Sumber Air Baku

Terdapat beberapa sumber air baku yang ada di sekitar wilayah Kota Batam yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air baku air minum.

Untuk memenuhi kebutuhan air baku sampai dengan akhir Tahap III (2032) dibutuhkan
pada Tabel Keseimbangan Air diatas.

7.3.6. Rencana kebutuhan IPA

Rencana pentahapan kebutuhan Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai dengan tahapan
pengembangan sistem dengan asumsi bahwa debit danau yang ada hanya akan mapu
mensuplay sampai dengan tahun 2020.

7.3.7. Rencana Kebutuhan Reservoir

Rencana pentahapan kebutuhan reservoir sesuai dengan tahapan pengembangan sistem


sampai dengan akhir Tahap III Fase-2 tahun 2032 seperti disajikan pada Tabel 6.8 berikut.

7-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

7.3.8. Rencana Kebutuhan Pipa Transmisi Air Bersih

Rencana pentahapan kebutuhan pipa transmisi air bersih sesuai dengan tahapan
pengembangan sistem sampai dengan akhir Tahap III Fase-2 tahun 2032 meliputi pipa
transmisi yang mensuplai air dari masing-masing IPAng ada.

7.3.9. Rencana Kebutuhan Pipa Distribusi Air Bersih

Dengan kondisi daerah pelayanan air minum di Kota Batam yang menyebar dan kondisi
topografi daerah pelayanannya relative datar dengan sumber air yang tersebar
dibeberapa tempat, oleh karena tuntutan kondisi tersebut, maka sistem pelayanan dibagi
kedalam beberapa sistem pelayanan reservoir, sehingga diharapkan tekanan pada sistem
distribusi dapat memenuhi persyaratan tekanan minimum. Sedangkan untuk mengatasi
tekanan berlebih pada daerah pelayanan tertentu dapat dilakukan dengan
membuat/memasang Pressure Reducing Valve (PRV).

7.3.10. Pompa Penguat (Booster Pump)

Booster pump diperlukan untuk menaikkan tekanan dengan pertimbangan teknis bahwa :

• Jalur pipa terlalu jauh


• Beda elevasi antara IPA dan reservoir distribusi terlalu tinggi
• Menghindari penggunaan pompa dan pipa bertekanan tinggi.

Sistem Booster Pump yang dipilih adalah Sistem Tidak Langsung atau Non Direct Booster
yang dilengkapi Tangki Hisap (reservoir) dengan kapasitas penampungan 1-2 jam dengan
asumsi debit pengisian dan pemompaan berfluktuasi.

Lokasi Booster Pump dirancang sedemikian rupa pada lokasi yang strategis sehingga
dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan.

7.3.11. Keterpaduan Dengan Sarana Dan Prasarana Sanitasi

Seperti dijelaskan pada Bab 2, bahwa Kota Batam sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan
Riau hingga saat ini belum memiliki sarana dan prasarana sanitasi yang baik. Misalnya

7-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Instalasi pengolahan limbah rumah tangga (IPAL) secara terpusat atau Sewerage System
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta belum tersedia. Sehingga pada
umumnya mayarakat mengolah air limbah cair domestik secara konvensional yaitu
menggunakan tangki septik individual, bahkan masyarakat yang bermukim di wilayah
pesisir mereka membuang limbahnya langsung ke laut tanpa ada tangki septik atau
cubluk.

Pengelolaan persampahan di Kota Batam sudah cukup baik, hal ini terlihat dimana
beberapa aspek teknis telah memenuhi standar kriteria, misalnya cakupan pelayanan
sudah lebih dari 80% dari keseluruhan luas wilayah Kota Batam.

Secara umum, sistem drainase di Kota Batam kondisinya masih belum memadai. Sistem
drainase di Kota Batam sebagian besar terdapat di pusat – pusat kegiatan dan di
sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota yang tidak dilalui jalan
utama umumnya masih menggunakan jaringan drainase alami yang sebagian besar masih
berupa tanah serta dalam keadaan dangkal.

Kondisi sanitasi tersebut akan sangat terkait dengan sistem penyediaan air minum di Kota
Batam. Apabila kondisi sanitasi seperti ini tidak tidak segera diantisipasi maka berdampak
pada terjadinya pencemaran air tanah yang dikonsumsi oleh masyarakat oleh limbah
domestik padahal di sisi lain sumber air tanah ini masih menjadi alternative sumber air
yang dimanfaatkan oleh sebagian besar warga masyarakat.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, terdapat dua alternative sistem pelayanan air minum
yang dapat ditempuh yaitu:

1) System Pelayanan Komunal (Perpipaan).

Hingga saat ini hanya Institusi PDAM-lah yang dapat mengembangkan Sistem
pelayanan pelayanan air minum kepada masyarakat melalui sistem perpipaan baik
berupa pelayanan sambungan rumah (SR) maupun hidran umum (HU). Bagi
masyarakat yang tidak mampu berlangganan air bersih melalui SR dapat dilayani
dengan sistem Hidran Umum (HU).

2) Sistem Pelayanan Individual (Non Perpiaan)

7-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Bagi masyarakat yang pelayanannya belum terjangkau oleh sistem perpipaan dari
PDAM, maka apabila akan memanfaatkan sumber air tanah untuk dikonsumsi maka
harus memperhatikan jarak minimal antara tangki septik dengan sumber (sumur gali,
sumur pompa dangkal) sepanjang 15 meter atau letak sumur berada pada elevasi
yang lebih tinggi dari pada tangki septik dan melakukan pemeriksaan kualitas air
secara berkala.

7.4. RENCANA PENURUNAN KEBOCORAN AIR (NRW)


7.4.1. Umum

Seluruh pengelola air minum di dunia ini tentunya tidak menghendaki terjadinya
kehilangan air, namun demikian faktanya bahwa kehilangan air (water looses) tidak bisa
dihindari dan terus terjadi. Hal yang bisa dilakukan adalah bagaimana caranya tingkat
kehilangan air dapat diturunkan sedemikian rupa sampai pada batas yang wajar (20 – 30
%). Penurunan kehilangan air tidak bisa mengharapkan keajaiban, namun seluruh
pengelola air minum harus terus berjuang bagaimana menanggulangi kehilangan air
tersebut.

Cukup banyak pengelola SPAM yang belum dapat memberikan pelayanan dengan
pengaliran 24 jam karena sebab teknik atau lainnya. Sebagian lagi distribusi berlangsung
dengan tekanan yang tidak memadai. Kehilangan air kedalam tanah, akibat kebocoran
pipa cukup besar, walaupun tidak diperoleh angka yang pasti mengenai besarannya.

7.4.2. Rencana Penurunan Kebocoran Air

Dalam perencanaan ini dipertimbangkan rencana penurunan tingkat kebocoran air


sebesar 20% yang dilakukan secara bertahap selama 15 tahun atau rata-rata penurunan
kebocoran 2% per tahun.

Secara detail lingkup pekerjaan rencana penurunan kebocoran air yang akan
diperhitungkan dalam estimasi biaya adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan dan pemasangan perpipaan dan aksesoris pipa


2. Pengadaan dan pemasangan Box DMA + Meter Induk + perpipaan
3. Pengadaan dan pemasangan pipa service + meter pelanggan

7-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

4. Melakukan Test Hole


5. Penertiban sabungan ilegal
6. Perbaikan kebocoran.

Berdasarkan data sejarah pipa bahwa sebagian pipa retikulasi sudah berumur 30 tahun
atau pipa paling tua dipasang tahun 1980. Maka dalam program penurunan kebocoran
diestimasi 40% pipa retikulasi akan akan dilakukan penggantian, sedangkan meter air
pelanggan besebar 20%-nya.

7.4.3. Rencana Lingkup Kegiatan Penurunan Kebocoran Air

Secara garis besar lingkup kegiatan progam penurunan kebocoran (NRW) dapat dibagi
menjadi 4 sub kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan-1: Persiapan, pengumpulan dan Analisa Data Sekunder

• Menyiapkan rencana kerja detail


• Mengumpulkan dan menganalisa data sekunder
• Menghitung existing tingkat NRW level, baik skala PDAM maupun skala pilot
project area
• Melakukan survey lapangan dan melengkapi gambar pipa distribusi

Kegiatan-2: Pembentukan Pilot Zone

• Pada tahap ini dilakukan perencanaan system zoning, melakukan advice survey
lapangan untuk memeriksa kondisi katup dan meter air induk yang ada dan
melakukan supervisi dalam perbaikan dan pemasangan katup/meter air dan test
isolasi zona.

Kegiatan-3: Pengukuran dan Survey Lapangan, pada tahap ini dilakukan :

• Pengukuran “minimum night flow”, “pola aliran air” dan “tekanan air” di lokasi
zone meter selama 2 x 24 jam (2 kali pengukuran)
• Mengukur pemakaian air oleh konsumen 2 x 24 jam (2 kali pengukuran)

7 - 10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Mengukur tekanan air di 8 titik di pilot zone selama 2 x 24 jam (2 kali pengukuran)
• Mengarahkan memberi dukungan pencarian kebocoran kepada team PDAM
• Mengarahkan pelaksanaan step test
• Melakukan supervisi perbaikan kebocoran
• Melakukan inspeksi pelanggan PDAM untuk memeriksa kemungkinan adanya
kebocoran pada pipa dinas dan untuk mengukur akurasi water meter dan
kemungkinan adanya pemakaian air illegal. Jumlah yang diinspeksi akan
ditentukan di lapangan
• Melakukan audit akurasi meter air yang ada di pilot zone, sesuai dengan
kebutuhan di lapangan
• Jika perlu melakukan pengukuran minimum night flow tambahan 1 x 24 jam (2
kali)

Kegiatan-4: Analisa dan Pelaporan

• Melakukan analisis Water Balance zero (sebelum pelaksanaan program) dan


water balance one (setelah pelaksanaan program)
• Melakukan analisis hasil program NRW, termasuk tingkat NRW dan tekanan air
• Melakukan analisis cost benefit yang secara khusus mempelajari aspek biaya
investasi perbaikan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap financial
perusahaan.
• Menyiapkan laporan akhir.

7 - 11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB VIII
RENCANA PENDANAAN PENGEMBANGAN SPAM
KOTA BATAM

8.1. POLA INVESTASI

Biaya yang diperlukan untuk pembangunan seluruh prasarana dan sarana air bersih yang
diperlukan sesuai dengan rencana pengembangan 15 tahun kedepan yang diatur dalam
Tahap I (2011 – 2012), Tahap II (2013 – 2015) danTahap III (2016 – 2025) sangat besar. Biaya
investasi tersebut di hitung berdasarkan harga satuan pada tahun sekarang kemudian untuk
investasi tahun berikutnya di kalikan factor eskalasi harga.

Secara garis besar pengelompokan biaya investasi di bagimenjadi 2 bagianyaitu:

• BiayaInvestasiOptimalisasiSystem Eksisting (JangkaMendesak)


• BiayaInvestasiPengembanganSystem (Tahap II danTahap III).

Harga satuan digunakan berasal dari harga yang ditetapkan tahun 2009 dengan menambah
factor pengali untuk pengamanan eskalasi harga sampai saat pelaksanaan. Sumber harga
satuan adalah sebagai berikut :

Daftar harga satuan pipa dan aksesoris dari distributor;


• Pedoman harga yang disertakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum atau standar
lain;
• Standar Satuan Harga Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Khusus Kota Batam);
• Harga tanah sesuai informasi yang ada.

8.2. BESARAN INVESTASI

Biaya investasi pada dasarnya mengikuti rancangan system yang akan dibangun selama 15
tahun kedepan (2011 – 2025). Perkiraan biaya investasi adalah berupa biaya-biaya
pengadaan material pipa & aksesoris dan mekanikal & elektrikal, bangunan konstruksi,

8 -1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

pemasangan serta pembebasan lahan. Selain biaya-biaya tersebut juga diperhitungkan


biaya-biaya seperti: Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Biaya Perizinan dan biaya engineering
service.

Komponen untuk biaya investasimeliputi :

1) Biaya Pengadaan Barang Meliputi :


• Pengadaan peralatan Mekanikal & Elektrikal
• Pengadaan pipa dan aksesoris
2) Biaya Kontruksi meliputi :
• Kontruksi Intake
• Konstruksi IPA
• Kontruksi Reservoir
• Kontruksi bangunanPenunjang
• Pemasangan Pipa
• Jembatan Pipa
• Pemasangan Sambungan Rumah
• Pembebasan Tanah.

Secara garis besar biaya investasi pengembangan SPAM Kota Batam dapat dijelaskan sbb:

• Tahap I (Jangka Mendesak) : 2011 – 2012 Rp. 12.082.944.481,00


• Tahap II (Jangka Menengah) : 2013 – 2015 Rp.110.695. 578.838,00
• Tahap III (Jangka Panjang) :
Fase -1 2016 – 2020 Rp. 263.519.608.679,00
Fase-2 2021 - 2025 Rp. 190.062.294.266,00 +
Total Rp. 576.360.426.264,00

Rencana pendanaan pada masa 15 tahun kedepan dapat dilihat padaTabel 8.1 dan lembar
Lampiran B.

8.3. SUMBER PENDANAAN

Sumber dana yang diperoleh untuk pengembangan SPAM dapat berasal dari :

• Dana Perusahaan

8 -2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

• Hibah dari Pemerintah Pusat (APBN)


• Hibah dari Pemerintah Daerah (APBD Provinsi/Kota/Kabupaten)
• Dana Pinjaman
• Pinjaman Kerjasama Kemitraan dengan Pihak Swasta
• Swadaya Masyarakat.

8.3.1. SkenarioPendanaan

1) Dana Perusahaan

Pendanaan perusahaan adalah pendanaan dari internal perusahaan untuk pengembangan


pelayanan atau dari Pemerintah Daerah Provinsi/Kota sebagai pemilik perusahaan/PDAM.
Kemampuan untuk pendanaan tersebut tergantung dari tingkat pendapatan perusahaan
dan PEMDA. PEMDA atau Pemerintah Kabupaten/Kota dengan PADS yang tinggi akan
mampu memberikan dana yang cukup melalui APBD nya secara rutin untuk investasi.

Sedangkan PDAM dengan tingkat laba yang tinggi akan mampu untuk melakukan investasi
dengan uang dari laba yang dihasilkan.

2) Dana Hibah

PDAM merupakan badan usaha daerah yang secara hukum, kekayaannya dipisahkan dari
kekayaan PEMDA, Hibah merupakan penyertaan modal (baik dari emerintah provinsi
maupun dariP emerintah Kota/Kabupaten). Selain bentuk hibah tersebut, terdapat juga
hibah langsung dari pemerintah pusat kepada PDAM yang diserahkan dan melalui Jalur
Pemda.

8.3.2. Dana Pinjaman

Pinjaman dalam hubungannya dengan pembangunan daerah selama ini telah dikenal
melalui 2 cara yaitu pinjaman melalui perbankan dan pinjaman melalui Pemerintah Pusat.

1) PinjamandariPerbankan

8 -3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Sumber pinjaman yang berasal dari perbankan lazim dikenal dengan pinjaman komersial,
karena pinjaman ini memberikan persyaratan persyaratan yang berlaku menurut kondisi
pasar, seperti misalnya tingkat bunga, jangka waktu, masa tenggang dan jaminan pinjaman.

2) Pinjaman dari Pemerintah

Jenis pinjaman yang berasal darip emerintah pusat yang telah diberikan kepada PDAM
selama ini dikenal dengan pinjaman lunak yang dibagi dua yaitu :

• Pinjaman Dalam Negeri (PDN) yang bersumber dari Rekerning Pembangunan Daerah
(RPD)
• Pinjaman Luar Negeri/Subsidiary loan Agreement (SLA) yang bersumber dari donor
luar negeri.

8.3.3. KerjasamaDenganPihakSwasta

Berdasarkan Intruksi Mendagri No 21 tahun 1996 kerjasama PDAM dengan pihakswasta,


dapat dilakukan melalui 2 (dua) bentuk kerjasamay aitu :

1) Kerjasama Pengelolaan (Jont Operation) yaitu, PDAM dengan Pihak Swasta bersama
sama mengelola suatu usaha yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama, tanpa
membentuk Badan Usaha Baru.
2) Kerjasama Patungan (Joint Venture) yaitu PDAM dengan Pihak Swasta bersama
sama membentuks uatu Perseroan Terbatas (PT) patungan, dengan tidak
menghilangkan keberadaan Perusahaan Daerah.

Atas dasar bentuk kerjasama PDAM dengan pihak swasta tersebut di atas dapat dilakukan
dan dikembangkan dalam bentuk gabungan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1990. Bab III Pasal 5 yang terdiri dari antara lain:

1) Bangun Kelola dan Alih Milik (BKAM) yaitu suatu ikatan kontak dimana PDAM
menetapkan Pihak Swasta melaksanakan pembangunan konstruksi saranan dan
prasarana air minum dalam jangka waktu tertentu yang
disertaihaknyauntukmelakukanpemungutanbiayabagipengembalian modal investasi,
biayapengelolaandanpemeliharaansertakeuntungan yang wajar, kemudian

8 -4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

menyerahkan alih milik sarana dan prasarana tersebut kepada PDAM setelah
habisnya jangka waktu kontrak.
2) Bangun Alih Milik (BAM) yaitu suatu ikatan kontak dimana PDAM menetapkan Pihak
Swasta membangun kontruksi sarana dan prasarana air bersih, termasuk pengadaan
dan pembiayaannya, menyerahkan alih milik sarana dan prasarana kepada PDAM
sesuai dengan jadwal waktu pelaksanaan yang ditetapkan dan pihak swasta
menerima seluruh pembiayaan investasi pembangunan termasuk pembiayaan
lainnya serta keuntungan yang wajar sebagaimana ditetapkan dalam kontrak.
3) Bangun, Sewa, Alih dan Milik (BSAM) yaitu suatu ikatan kontak dimana PDAM
menetapkan Pihak Swasta melaksanakan pembangunan konstruksi
saranadanprasarana Air Bersih,
termasukpengadaanpembiayaannyakemudiansetelahmenyelesaikanpembangunank
onstruksitersebutmenyerahkanataumenyewakan saran danprasaranapada PDAM
dalamjangkawaktutertentudansetelahhabisjangkawaktusewamenyerahkanalihmiliks
aranasecarapenuhkepada PDAM.
4) Bangun, AlihMilik da Kelola (BAMK) yaitusuatuikatankontakdimana PDAM
menetapkanPihakSwastamembangunkontruksisaranadanPrasarana Air Bersih,
dengancara “Turn Key”
denganmemperhitungkanseluruhbiayapembangunansertaresikoketerlambatanmaup
unresikokhusustampilanpembangunankonstruksitersebutdinilaisesuaidenganpersyar
atan yang ditetapkan, menyerahkanalihmiliksaranadanprasaranakepada PDAM.
PihkaSwataselanjutnyadalammengelolasaranadanprasaranatersebutatasnamaPihak
PDAM, sesuaikontrakkerjasama.
5) Kembang, KeloladanAlihMilik (KKAM) yaitusuatuiktankontraktambahandimana
PDAM menetapkanPihakSwasta, karenasuatukondisipengaruhluartertentu,
perlumembanguntambahanfasilitaspadasuatuproyekpembangunankonstruksisarana
danprasarana Air Bersih,
kemudianfasilitastambahantersebuttermasukkaitanpemilikan,
pengembalianmaupunkeuntunganataunilaisewanya.

8 -5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Dalam rangka menjalin kerjasama dengan pihak swasta (investor), Perusahaan/PDAM harus
membuat studi kelayakan untuk mengetahui secara tepat daerah pelayanan mana saja yang
dapat / akan dikelola oleh swasta / dikerjasamakan.

8 -6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

8-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

BAB IX
RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
PENGELOLA SPAM KOTA BATAM

9.1. KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR MINUM SAAT INI

Saat ini untuk pelayanan air minum di wilayah Kota Batam dilaksanakan oleh KSO antara
Badan Otorita Batam dengan PT.ATB. Pelayanan air minum ini hanya diwilayah perkotaan
Pulau Batam, belum mencakup wilayah luar Pulau Batam. Untuk pelayanan air minum
diluar wilayah KSO, dilaksanakan oleh UPTD air minum yang berada dibawah Dinas PU
Kota Batam.

Struktur Organisasi pengelolaan air minum tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 9.1 Struktur Organisasi UPTD SPAM Kota Batam

Sumber : DPU Kota Batam

9-1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

9.2. ALTERNATIF PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UPTD MENJADI BLUD

Sebagaimana pelaksanaan Undang-Undang R.I. No.1. Tahun 2004, tentang


Perbendaharaan Negara, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2005, tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, perlu dibentuk suatu
Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas. Instansi Pemerintah tersebut dapat dalam bentuk Lembaga Teknis
Daerah Kota, yang memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang penyehatan
lingkungan permukiman, khususnya pengelolaan air minum.

Lembaga Teknis di bidang Pengelolaan air minum merupakan Instansi yang langsung
memberikan layanan kepada masyarakat (organic view), proses penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan, dan harus memenuhi persyaratan
substantif, teknis, dan administratif.

Pola keuangan instansi pemerintah Badan Layanan Umum (BLU) ini diberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga Teknis BLU ini merupakan satuan
kegiatan yang berpotensi untuk dikelola secara lebih efisien dan efektif melalui pola
Badan Layanan Umum. Ada yang mendapatkan imbalan dari masyarakat dalam proporsi
yang signifikan terkait dengan pelayanan yang diberikan, dan ada pula yang bergantung
sebagian besar pada dana APBN/APBD. Satuan kerja BLU ini yang memperoleh
pendapatan dari layanannya dalam porsi signifikan, dapat diberikan keleluasaan dalam
mengelola sumber daya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan.

Peluang ini secara khusus disediakan bagi satuan kerja pemerintah yang melaksanakan
tugas operasional pelayanan publik. Hal ini merupakan upaya pengagenan aktivitas yang
tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi oleh instansi pemerintah
dengan pengelolaan ala bisnis, sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi
lebih efisien dan efektif.

9-2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Dengan demikian dapat dilakukan peningkatan pelayanan instansi pemerintah kepada


masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Instansi pemerintah dapat memperoleh fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dengan
menerapkan praktik bisnis yang sehat. Dapat dilakukan pengamanan atas aset negara
yang dikelola oleh instansi terkait.

Untuk dapat menyelenggarakan pola keuangan badan layanan umum, harus dipenuhi
beberapa persyaratan administrasi, antara lain :

1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja, melaksanakan pola tata


kelola yang baik,
2. Mempunyai Rencana Startegis Bisnis yang meyakin-kan,
3. Senantiasa membuat Laporan Keuangan Pokok (Neraca, Laba-Rugi dan Laporan
Perputaran Kas),
4. Melaksanakan Standar Pelayanan Minimum, dan
5. Menyatakan bersedia untuk di audit oleh akuntan publik independen.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh instansi pemerintah yang
menyelenggaran pola keuangan Badan Layanan Umum, antara lain :

1. Bukan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan,


2. Sebagai satuan kerja instansi pemerintah;
3. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas.
4. Berperan sebagai agen dari Walikota;
5. Walikota bertanggungjawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan.

Gambaran dari organisasi BLU tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.2. berikut ini :

9-3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 9.2 Organisasi Badan Layanan Umum Daerah Sederhana

KEPALA DINAS PU

KEPALA BLUD
AIR MINUM

PPTK KPA BLUD


PEJABAT KEUANGAN

BAGIAN TEKNIK BAGIAN ADMNISTRASI

SEKSI - SEKSI SEKSI - SEKSI

UNIT UNIT IKK

PELAKSANAN
PELAKSANA TEKNIK ADM & KEUANGAN

Dan dalam perkembangan nya, maka dapat dilebarkan organasisasi BLUD ini sebagai
berikut :

9-4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 9.3 Perkembangan Organisasi Badan Layanan Umum Daerah

KEPALA DINAS PU
KOTA BATAM

KEPALA BLUD
KOTA BATAM

KABAG TEKNIK KABAG ADM & KEU KABAG HUB. PELANGGAN

KASI PEMLH & PRWTN KASI KEUANGAN KASI ADM LANGG

KASI LABORATORIUM
KASI UMUM & KEPEG KASI PENYULUHAN

KA UNIT IKK

PELAKSANAN
PELAKSANA TEKNIK
ADM & KEUANGAN

Dari bagan organisasi sebagaimana diatas, telah terdapat pembagian fungsi dari fungsi
teknik, opeasional, administrasi dan keuangan, dan ditambah dengan fungsi marketing,
sehingga diharapkan operasional dapat berjalan dengan memadai.

9.3. MEMBENTUK PERUSAHAAN DAERAH

Untuk jangka panjang, sebagaimana Undang-Undang R.I . No 5 tahun 1962, Jo Undang-


Undang No. 6 Tahun 1969, tentang Perusahaan Daerah, dan Undang-Undang N0. 32
Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pada pasal 177 disebutkan
bahwa pada suatu pemerintahan dapat membentuk suatu Badan Usaha Milik Daerah

9-5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

(BUMD) untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Adanya Badan Usaha Milik
Daerah ini, diharapkan akan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Modal utama
BUMD ini adalah merupakan modal dari Pemerintah Daerah yang dipisahkan, sehingga
BUMD ini harus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip usaha atau bisnis, yang harus
dijalankan dengan dasar profesional. Perusahaan ini minimal harus mendapatkan
keuntungan dalam usahanya, sehingga pada saatnya dapat menjadi sumber PADS bagi
pemerintah daerah setempat.

Pengembangan organisasi PDAM harus berdasarkan konsep organisasi yang efisien dan
efektif, baik dari hal biaya maupun dari hal lebar rentang kendali organisasinya.
Perkembangan Organisasi PDAM telah ditentukan sebagaimana yang diuraikan dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri No.2, tahun 2007, tentang Organ dan Kepegawaian
PDAM dan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No. 8 tahun 2000, tentang
Pedoman Akuntansi PDAM, pada pasal.3. ayat 3, dinyatakan bahwa penggolangan Tipe
PDAM, yaitu :

1. Tipe A adalah PDAM yang mempunyai pelanggan sampai dengan 10.000


sambungan Pelanggan.
2. Tipe B adalah PDAM yang mempunyai pelanggan sebanyak 10.001 sampai dengan
30.000 sambungan pelanggan
3. Tipe C adalah PDAM yang mempunyai pelanggan sebanyak 30.001 sampai dengan
50.000 sambungan pelanggan.
4. Tipe D adalah PDAM yang mempunyai pelanggan sebanyak 50.001 sampai dengan
100.000 sambungan pelanggan.
5. Tipe E adalah PDAM yang mempunyai pelanggan lebih dari 100.000 sambungan
pelanggan.
6. Dan pada ayat 4 dinyatakan bahwa pengelolaan PDAM sebagaimana diatas,
merupakan dasar untuk pembentukan organisasi dan penerapan Pedoman
Akuntansi PDAM.

Bentuk Organisasi PDAM sebagaimana pasal 4 ini ditegaskan pula pada pasal 6, dimana
dinyatakan bahwa :

9-6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

1. PDAM tipe A adalah organisasi yang terdiri dari 1 Direktur dan 2 Kepala Bagian
yang membidangi Bagian Administrasi dan Keuangan dan Bagian Teknik, masing –
masing dapat memiliki minimal 4 dan maksimal 5 seksi.
2. PDAM tipe B adalah organisasi yang terdiri dari 1 Direktur Utama dan 3 Kepala
Bagian yang membidangi Bagian Administrasi dan Keuangan, Bagian Teknik dan
Bagian Hubungan Langganan, masing – masing dapat memiliki minimal 4 dan
maksimal 5 seksi. Unit Cabang dikepalai oleh seorang Kepala Unit setingkat Kepala
Bagian dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi.
3. PDAM tipe C adalah organisasi yang terdiri dari 1 Direktur dan 2 Direktur, yaitu
Direktur Administrasi dan Keuangan dan Direktur Teknik, memiliki 6 Kepala Bagian
yang membidangi Bagian Administrasi dan Keuangan, Bagian Hubungan
Langganan, Bagian Umum, Bagian Perencanaan Teknik, Bagian Produksi, Bagian
Transmisi dan Distribusi. Masing – masing dapat memiliki minimal 4 dan maksimal
5 seksi. Untuk Unit Cabang dikepalai oleh seorang Kepala Unit setingkat Kepala
Bagian dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi.
4. PDAM tipe D adalah organisasi yang terdiri dari 1 Direktur dan 2 Direktur, yaitu
Direktur Administrasi dan Keuangan dan Direktur Teknik, memiliki 7 Kepala Bagian
yang membidangi Bagian Administrasi dan Keuangan, Bagian Hubungan
Langganan, Bagian Umum, Bagian Perencanaan Teknik, Bagian Produksi, Bagian
Transmisi dan Distribusi dan Bagian Perawatan. Masing – masing dapat memiliki
minimal 4 dan maksimal 5 seksi. Untuk Unit Cabang dikepalai oleh seorang Kepala
Unit setingkat Kepala Bagian dan bertanggung jawab langsung kepada Direksi.
5. PDAM tipe E dapat mengembangkan Struktur Organisasi sendiri dengan
pertimbangan terdiri dari 1 Direktur Utama dan 3 Direktur.
6. Untuk PDAM tipe C, tipe D dan tipe E dimungkinkan untuk mengembangkan
struktur ornagisasinya dengan penambahan bagian yang membidangi Bagian SPI
dan Bagian Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan PDAM.

Gambaran dari bentuk organisasi BUMD ini adalah sebagai mana Gambar 9.4. berikut :

9-7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Gambar 9.4 Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum

DIR. UTAMA

DIR. TEKNIK DIREKTUR UMUM

KABAG PEMLH & PRWTN KABAG KEUANGAN

KABAG OPERASI KABAG UMUM & KEPEG

KABAG LABORATORIUM KABAG. HUB.LANG

KABAG. AKUNTANSI

Kepala Cabang

Kepala Unit IKK

Dari gambaran struktur organisasi diatas, dapat dilihat adanya suatu keterpaduan
pelaksanaan operasional dan terlihat pula adanya pemisahan fungsi dari bidang teknik air
limbah, pengelolaan unit – unit instalasi dan bidang administrasi dan keuangan, sehingga
diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan operasional PDAM, dan organisasi
dapat berjalan dengan memadai.

Dengan demikian, bentuk pengembangan struktur organisasi BLU Kabupaten Batam


menjadi PDAM harus berdasarkan azas efisien dan efektif sebagaimana peraturan yang
berlaku yang disesuiakan dengan kondisi daerah pelayanannya.

9.4. PERBANDINGAN ORGANISASI

Dari ke 4 (empat) opsi sebagaimana diatas, maka dapat dilihat perbandingan dari masing-
masing opsi, yang berkaitan dengan permodalan, kepegawaian, pengelola keuangan
sebagaimana Tabel 8.1. dibawah ini.

9-8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

Tabel 9.1 Perbandingan Opsi Organisasi Pengelola Air Minum


JANGKA JANGKA
NO KETERANGAN PENDEK PANJANG
UPTD BLUD PDAM BUMD

1 KEPEMILIKAN PEMDA PEMDA PEMDA PEMDA


PERMODALAN
2 A. TIDAK DIPISAHKAN √ √
B. DIPISAHKAN √ √
SUMBER DANA INVESTASI
A. PUSAT (APBN) √ √ √ √
3 B. PEMERINTAH PROPINSI (APBD) √ √ √ √
C. PEMERINTAH KOTA (APBD) √ √ √ √
D. PIHAK KETIGA √ √ √
KEPEGAWAIAN
A. PNS √ √
4
B. NON PNS √ √ √
C. HONORER √ √
5 PELAYANAN MASYARAKAT √ √ √ √
6 PENARIKAN DANA MASYARAKAT √ √ √ √
7 PENGELOLAAN KEUANGAN SENDIRI √ √ √
8 ORIENTASI KEUNTUNGAN √ √
9 KERJASAMA PIHAK KETIGA √ √ √
BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
10 A. APBD √
B. DANA TERKUMPUL √ √ √

Dari beberapa opsi sebagaimana diatas, terlihat bahwa untuk jangka waktu yang akan
datang, maka perlu dipikirkan untuk membentuk suatu Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) untuk pengelolaan air minum, yang mana sebagai suatu badan Usaha, maka
dituntut untuk mendapatkan laba sebagai salah satu sumber PADS tanpa mengurangi
aspek sosialnya.

9.5. ORGANISASI PELAKSANA PELAYANAN AIR MINUM NON PDAM

Bila terdapat pembangunan sarana prasarana air minum yang hanya diperuntukkan bagi
1 desa dengan sistem pelayanan distribusi hanya sampai hidran umum dan dengan
jumlah sambungan dibawah 100 pelanggan, maka sistem tersebut dapat dikategorikan

9-9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LAPORAN AKHIR
KOTA BATAM

dalam sistem pelayanan pedesaan. Adapun sistem ini harus pula dikelola sehingga
mencapai tujuan maksimal, yaitu pelayanan air bagi masyarakat setempat. Organisasi
pelaksananya pun sangat sederhana, dibawah komando Kepala Desa setempat, yaitu
dengan 1 orang kordinator, 1 orang pelaksana juru tagih dan 1 orang pelaksana teknik,
umumnya pemeliharaan sistem ini pun sangat sederhana, dan dikerjakan secara swadaya
dan gotong royong. Dalam hal ini fungsi PDAM adalah sebagai pembimbing teknik
pengelolaan dalam sistem pelayanan air minum pedesaan ini.

9 - 10

Anda mungkin juga menyukai