RENCANA INDUK
PENGEMBANGAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM
REVIEW TAHUN KABUPATEN BUTON UTARA
2019 TAHUN 2015 - 2035
PEMERINTAH
KABUPATEN BUTON UTARA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
i
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Buton Utara merupakan
implementasi Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum. Penyusunan Rencana Induk SPAM ini mengacu kepada Permen PUPR No.
27/PRT/M/2016. Arah studi ini memberikan gambaran kebutuhan air minum, potensi air
baku dan menyusun skenario/ progam pengembangan RISPAM di Kabupaten Buton Utara
sampai akhir tahun 2035.
Sampai tahun 2035 Kebutuhan air minum Kabupaten Buton Utara diperkirakan
sebesar 220.86 lt/det dengan tingkat pelayanan sebesar 80%. Sumber air baku yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM di Kabupaten Buton Utara adalah Mata Air.
Oleh karena itu masih diperlukan kerja keras dalam pemenuhan kebutuhan air
minum di Kabupaten Buton Utara. Permasalahan utama dalam pengembangan SPAM
Kabupaten Buton Utara adalah regulasi yang mendukung kegiatan pengelolaan SPAM,
SDM dan Jaringan Perpipaan Namun permasalahan ini dapat diatasi bila ada dukungan dan
kerjasama dari semua pihak baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.
Ketua Tim
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
1
DAFTAR TABEL
2
DAFTAR TABEL
3
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu target Millenium Development Goals (MDG’s) yang dicetuskan pada
tahun 2000 oleh PBB adalah pengurangan setengah dari jumlah penduduk bumi yang
belum memiliki akses yang layak terhadap air minum, dan untuk mencapai universal akses
100% air minum, 0% Permukiman Kumuh, 100% Stop BABS pada tahun 2019. Hal ini sangat
penting karena air minum sangat dibutuhkan dalam rangka pembangunan yang
berkelanjutan terkait dengan ketahanan sosial, derajat kesehatan dan pengurangan
tingkat kemiskinan. Pelayanan air minum sendiri merupakan salah satu sektor yang saat ini
menjadi prioritas pemerintah karena terkait dengan peningkatan pelayanan sektor lainnya,
diantaranya ialah sektor sanitasi. Salah satu upaya dalam pencapaian target pelayanan
dibidang sanitasi adalah terpenuhinya kebutuhan dasar air minum masyarakat.
4
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat, langkah pertama sebelum
pembangunan dan atau pengembangan infrastruktur seperti instalasi pengolahan sampai
pada jaringan distribusi dan perpipaan adalah pemetaan dan pengintegrasian potensi dan
kebutuhan dalam suatu masterplan atau rencana induk yang menjadi dasar perencanaan
dan pembangunan selanjutnya. Rencana induk ini berupa suatu sebagaimana tercantum
pada PP 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk memenuhi
kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya merupakan wewenang dan tanggung
jawab pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah pusat dan pemerintah propinsi dapat
memfasilitasi kegiatan pengembangan SPAM sesuai kewenangannya. Secara lebih jelas
wewenang pemerintah dalam kaitannya dengan pengembangan SPAM adalah
memfasilitasi pemenuhan air baku dan bantuan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan
SPAM.
Dilihat dari potensi sumber air baku yang ada seharusnya masih terjadi idle
capacity dan masih dimungkinkan untuk dilakukan perluasan jaringan ataupun
penambahan sambungan. Pada kenyataannya hampir diseluruh sambungan yang ada,
sistem penyediaan air minum tidak berjalan secara kontinyu. Ini membuktikan ada yang
tidak tepat dalam pelaksanaan sistem penyediaan air minum yang ada ataupun kebocoran
baik teknis/administrasi yang berlebihan atau tidak tercatat. Untuk itu diperlukan adanya
review terhadap kondisi eksisting sistem penyediaan air minum yang ada di Kabupaten
Buton Utara sekaligus juga untuk mendata kembali kapasitas produksi dan kapasitas dari
masing-masing sumber air baku yang dimanfaatkan. Di dalam review ini sekaligus juga
dilakukan perencanaan sampai tahun 2035 dengan berdasarkan pada pertumbuhan
penduduk.
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penyusunan dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) di Kabupaten Buton Utara ini adalah sebagai berikut :
5. Mengoptimalkan Dokumen RISPAM yang telah ada sesuai dengan petunjuk teknis
berdasarkan Permen PU no 27 Tahun 2016 untuk mempersiapkan kegiatan
pembangunan pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi di Kabupaten
Buton Utara melalui suatu kajian dan analisa yang mendalam terhadap semua aspek
yang dibutuhkan dalam peningkatan pelayanan air minum dengan tetap
memperhatikan aspek lingkungan dan azas keberlanjutan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kabupaten Buton Utara ini adalah tersusunnya dokumen RISPAM di Kabupaten
Buton Utara, dengan menghasilkan program investasi pengembangan sistem sampai
tahun 2035, yang diharapkan secara operasional akan memberikan pedoman dalam
menentukan komposisi pembiayaan program dan pelaksanaan pembangunan serta
pemeliharaan prasarana dan sarana air minum di wilayah Kabupaten Buton Utara.
1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah tersedianya dokumen pengembangan sistem
penyediaan air minum yang bisa menjadi pedoman dalam menentukan komposisi
pembiayaan program dan pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan prasarana dan
sarana air minum di Kabupaten BButon Utara.
6
PENDAHULUAN
1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Rencana Induk SPAM Kabupaten
Buton Utara yang siap ditindaklanjuti oleh Penyelenggara SPAM Pemerintah untuk
menjadi dokumen Legal Pemerintah Kabupaten Buton Utara mengenai Rencana Induk
SPAM.
7
PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan, sasaran, lingkup kegiatan dan lokasi kegiatan serta keluaran yang
diharapkan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum Kabupaten Buton Utara.
Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi kondisi fisik
dasar, rumah dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi sosial
ekonomi budaya Kabupaten Buton Utara.
Bab ini menguraikan kondisi eksiting SPAM Kabupaten Buton Utara yang
meliputi aspek teknis, permasalahan aspek teknis, skematik SPAM eksisting
serta aspek non teknis (keuangan, institusional, dan kelembagaan).
Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar pengembangan SPAM
yang meliputi periode perencanaan, standar pemakaian air, kebutuhan air,
kehilangan sistem serta metoda proyeksi penduduk.
8
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan rencana pola pemanfaatan ruang dan kawasan Kabupaten
Buton Utara, pengembangan daerah pelayanan, rencana pentahapan
pengembangan dan skenario/konsep pengembangan SPAM Kabupaten Buton
Utara.
Bab ini menjelaskan biaya investasi serta pola investasi yang dilakukan dengan
pentahapan serta sumber pendanaan disesuaikan dengan kondisi kinerja
BUMD /UPTD. Selain itu juga menjelaskan gambaran asumsi-asumsi yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil
perhitungan proyeksi finansial. Bab ini juga mencakup hasil perhitungan
kelayakan finansial (termasuk analisisnya) dan besaran tarif.
Bab ini menjelaskan mengenai bentuk badan pengelola yang akan menangani
SPAM Kabupaten Buton Utara, sumber daya manusia, baik jumlah maupun
kualifikasinya, program pelatihan untuk mendukung pengelolaan SPAM,
perjanjian kerjasama yang mungkin untuk dilakukan.
9
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BUTON UTARA
10
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
11
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 2. 1 Nama dan Luas Wilayah Per-Kecamatan Serta Jumlah Kelurahan Kabupaten
Buton Utara
Luas Wilayah
Jumlah Desa/ Administrasi Terbangun
Kecamatan
Kelurahan (%) thd total (%) thd luas
(Ha) (Ha)
Administrasi administrasi
Kulisusu 23 17,278 9 362.84 9
Kambowa 11 30,344 16 637.22 16
Bonegunu 15 49,144 26 1,032.02 26
Kulisusu Barat 14 37,047 19 777.99 19
Kulisusu
14 33,964 18 713.24 18
Utara
Wakorumba
13 24,526 13 515.05 13
Utara
Jumlah 90 192,303 100 4038.36 100
Sumber : BPS Kabupaten Buton Utara, 2018
2.1.1 Iklim
Seperti sebagian besar daerah di Indonesia, Kabupaten Buton Utara mempunyai
iklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25ºC – 27ºC dan memiliki dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau . Seperti halnya daerah lain pada bulan November
sampai Juni angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap
air yang menyebabkan. terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk
Kabupaten Buton Utara. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan oktober,
dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit
mengandung uap air.
Pola angin yang berperan di Kabupaten Buton Utara secara umum sama dengan
pola angin yang berlaku di Kepulauan Indonesia, yaitu angin musim (monsoon). Angin
musim bertiup secara mantap kearah tertentu pada satu periode sedangkan periode
lainnya angin bertiup secara mantap dengan arah yang berlainan. Pada bulan Desember –
Februari terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan
bumi Selatan, sehingga angin akan berhembus dari daratan Asia ke Australia. Keadaan ini
di Indonesia dikenal sebagai musim barat (west monsoon). Begitu pula sebaliknya, pada
bulan Juli hingga Agustus, dikenal sebagai musim timur (east monsoon). Sistem ini begitu
tetap bertiup sepanjang tahun sehingga menyebabkan angin musim bertiup secara stabil
terutama di atas lautan. Sifat ini dimanfaatkan oleh pelaut dan nelayan utamanya yang
12
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
menggunakan perahu layar. Angin musim dapat mempengaruhi angin laut dan angin darat.
Kecepatan angin (isovent) rata-rata di perairan Sulawesi Tenggara khususnya di Pulau
Buton bagian utara pada umumnya berkisar 2 – 5 m/det.
Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Juli, dimana angin yang
mengandung banyak uap air bertiup dari benua Asia dan samudra pasifik sehingga
menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Agustus dan bulan
September. Pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan
mengandung uap air yang relatif sedikit.
Tabel 2. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Buton Utara, 2018
13
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
14
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
15
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
2.1.4 Geologi
Kondisi wilayah Kabupaten Buton Utara ditinjau dari sudut geologis, pada
umumnya wilayah Kabupaten Buton Utara yang berada di Pulau Buton bagian Utara
memiliki jenis tanah Mediteran, Rensiana dan Litosol. Sedangkan pada wilayah Kabupaten
Buton Utara bagian selatan memiliki tanah Podsolik Merah Kuning.
Berdasarkan jenis batuan, seluas 94.457 Hektar atau 49,12 persen wilayah
Kabupaten Buton Utara memiliki jenis batuan dengan kategori TMC, disusul TMS dan KTC
dengan luas masing-masing 39.005 Hektar (20,28 persen) dan 27.718 Hektar atau 14,41
persen dari total luas wilayah Kabupaten Buton Utara.
16
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
17
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
2.1.5 Hidrologi
Letak dan Keberadaan sumber air yang sulit terjangkau merupakan salah satu
masalah yang dihadapi oleh sebagian masyarakat Kabupaten Buton Utara dalam
memenuhi kebutuhannya. Hal ini disebabkan oleh faktor alam, dimana Kabupaten Buton
Utara sebagian besar wilayahnya merupakan daerah karst, Pada umumnya sebagian
wilayahnya cepat kering pada saat terjadi hujan
Selain dari faktor alam tersebut, sumber air ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor
masyarakat yang kurang menyadari pentingnya keberadaan hutan, sehingga terjadi
pengrusakan hutan yang dijadikan lahan pertanian tradisional. Hal ini, menyebabkan
banyaknya sungai dan mata air yang kering atau debit air yang menurun.
Walaupun demikian, masih ada sungai dan mata air yang masih layak digunakan
sebagai sumber air Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Buton Utara, antara lain :
Mata Air Ma”Uso di kecamatan Kulisusu Barat dan sungai Lakantredu kecamatan
Bonegunu.
Ditinjau dari keberadaan sungai, beberapa sungai yang cukup besar dan telah
melalui penelitian teknis di Kabupaten Buton Utara antara lain Sungai Lambale, Sungai
Langkumbe, Sungai Kioko, Sungai Bubu, Sungai Kambowa, Sungai Lahumoko dan Sungai
Lagito. Sungai-sungai tersebut selain sebagai jalur transportasi yang membawa hasil
pertanian dan hasil hutan dari Kabupaten Buton Utara, juga sangat potensial sebagai
sumber air irigasi bagi usaha pengembangan pertanian di Kabupaten Buton Utara.
18
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
19
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Lanjutan Tabel 2. 4
20
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
21
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
a. Sistem pembuangan air limbah setempat (on site) secara individual tersebar pada
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di seluruh wilayah Kabupaten Buton
Utara;
b. Sistem pembuangan air limbah terpusat (off site) dilakukan secara kolektif melalui
jaringan pengumpul, diolah dan dibuang yang terdapat pada kawasan perkotaan Raha
di Kecamatan Katobu; dan
c. Pengelolaan limbah cair non domestik berupa rencana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) pada Rumah Sakit Umum Daerah di Kecamatan Kulisusu.
Cakupan layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Buton Utara Klasifikasi
Wilayah Perkotaan, dengan jumlah penduduk 2.894 dengan tanpa akses yang masih BABS
terdapat 159 KK, pada akses dasar cubluk/tangki septik individual tidak layak 946 KK, SPALD
Setempat skala individual terdapat 1.385 KK dan skala komunal 253 KK.
Sedangkan cakupan layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Buton Utara
Klasifikasi Wilayah Perdesaan, dengan jumlah penduduk 12.002 dengan tanpa akses yang
masih BABS terdapat 766 KK, pada akses dasar cubluk/tangki septik individual tidak layak
4.065 KK, SPALD Setempat skala individual terdapat 5.610 KK dan skala komunal 992 KK.
22
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
B. Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Buton Utara saat ini belum optimal. Dari 6
Kecamatan yang ada, hanya Kecamatan Kulisusu sebagai ibukota Kabupaten yang
persampahannya dikelola.
Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi terkait pengelolaan sampah
khususnya di Kecamatan Kulisusu. Pengelolaan ini terkendala pada :
C. Drainase
1. Beberapa titik drainase tersumbat, akibat penumpukan limbah rumah tangga dan
sampah, maupun oleh sedimentasi yang berasal dari longsor tebing atau sisa pekerjaan
masyarakat atau swasta.
23
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
4. Di beberapa titik, dimensi drainase sudah tidak sesuai, sehingga aliran air menjadi tidak
lancar, dan mengakibatkan genangan yang kadang bertahan cukup lama. Bahkan bisa
pula mengakibatkan banjir.
5. Konstruksi drainase yang kurang tepat. Seringkali drainase dibangun dengan kemiringan
diatas 50°, sehingga percepatan air beserta lumpur yang jatuh semakin besar.
7. Masih banyak rumah tangga yang tidak membuat daerah resapan untuk drainase lokal
mereka.
D. Listrik
Jumlah pelanggan lstrik dan daya terpasang di Kabupaten Buton Utara sejak tahun
2014 – 2018 di uraikan pada tabel di bawah ini.
24
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
E. Jalan
Panjang jalan menurut jenis permukaan, kondisi dan kelas jalan di Kabupaten Buton
Utara sampai pada tahun 2017 diuraikan pada tabel berikut ini :
Tabel 2. 6 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten
Buton Utara (Km), 2016-2017
25
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
F. Obyek Wisata
Kabupaten Buton Utara memiliki potensi obyek dan daya tarik wisata yang
bervariasi. Banyaknya jenis obyek dan daya tarik wisata ini cukup potensial untuk
menunjang pembangunan daerah. Beberapa potensi pariwisata yang dimiliki
Kabupaten Buton Utara antara lain :
1. Potensi obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Buton Utara terdiri dari wisata alam,
wisata budaya, dan wisata belanja. Sebagian besar jenis pariwisata yang
diunggulkan adalah wisata alam. Beberapa potensi obyek wisata yang ada di
Kabupaten Buton Utara antara lain :
a. Wisata alam. Yang dimaksud dengan wisata alam adalah objek wisata yang
penekanan objeknya didasarkan kepada keadaan alam fisik, flora dan
faunanya. Potensi wisata alam yang dimiliki antara lain:
Pantai Membuku dan wisata Pulau Karang Labuan yang cocok untuk wisata
pantai dan menyelam,
Mata air panas Buranga. Mata air ini terletak di Desa Waode Kalowo daerah
Buranga, kecamatan Bonegunu. Mata air ini masih alami dan belum
dikembangkan sebagaimana layaknya tujuan wisata. Oleh masyarakat
sekitar, mata air ini dimanfaatkan sebagai tempat pemandian. Karena
mengadung belerang, diyakini bahwa mata air panas ini dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
b. Wisata budaya. Yang dimaksud dengan budaya adalah budaya dalam arti luas,
tidak hanya meliputi kebudayaan tingkat tinggi seperti kesenian atau
perikehidupan keraton dan sebagainya, tetapi juga meliputi adat istiadat dan
segala kebiasaan yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat. Potensi wisata
budaya yang dimiliki antara lain :
Tradisi Posua (pingitan) bagi anak perempuan selama delapan hari yang
bertujuan untuk menempa diri.
26
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
c. Wisata minat khusus. Yang dimaksud dengan wisata minat khusus yaitu jenis
objek dan daya tarik wisata yang dapat menimbulkan keinginan/minat khusus
dari para wisatawan. Potensi wisata minat khusus yang dimiliki antara lain :
Benteng Lipu. Benteng ini berada di dekat keindahan alam pantai, laut dan
pegunungan. Benteng ini dan daerah di sekitarnya merupakan panorama
yang sangat menarik untuk dinikmati oleh para wisatawan. Pantai berpasir
putih Labuan Belanda merupakan saksi sejarah berlabuhnya kapal-kapal
VOC yang akan mengambil rempah-rempah dari Buton dan Maluku.
2. Sektor jasa pariwisata alam yang dimiliki yaitu pegunungan, hutan, pemandian air
panas memiliki potensi memberikan kesempatan kerja yang cukup besar dengan
tumbuhnya kegiatan lain di sektor pariwisata, misalnya tumbuhnya jasa
hotel/penginapan, restoran, dan toko souvenir/cinderamata di sekitar obyek
wisata.
2.4.1 Kependudukan
Berdasarkan Hasil Proyeksi Penduduk 2018, Penduduk Kabupaten Buton Utara
berjumlah 63.066 jiwa.
27
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Kepadatan penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2018 adalah 33 jiwa/Km2.
Kepadatan Penduduk di 6 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk
tertinggi terletak di Kecamatan Kulisusu dengan kepadatan sebesar 136 jiwa/km2 dan
terendah di Kecamatan Kulisusu Barat sebesar 17 jiwa/Km2.
28
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 2. 8 PDRB Kabupaten Buton Utara Atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2010-2018
Distribusi PDRB Kabupaten Buton Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Kategori Lapangan Usaha PDRB
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 44.67 43.13 42.1 41.52 40.23 39.47 38.24 38.74 38.64
B. Pertambangan dan Penggalian 4.77 5.11 5.59 5.6 5.96 6.67 7.41 7.35 7.38
C. Industri Pengolahan 4.21 4.22 4.13 4.21 4.53 4.64 4.8 4.88 4.71
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 12.34 13.37 14.45 15.18 15.87 15.96 16.05 15.84 16.12
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
11.87 12.6 13.06 13.04 12.9 12.9 13.27 13.42 13.67
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 1.42 1.35 1.33 1.38 1.32 1.34 1.54 1.51 1.53
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
0.25 0.26 0.27 0.27 0.27 0.28 0.3 0.3 0.29
Minum
J. Informasi dan Komunikasi 0.94 0.81 0.79 0.8 0.78 0.81 0.86 0.87 0.88
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.49 0.52 0.6 0.58 0.7 0.71 0.78 0.79 0.78
L. Real Estate 2.34 2.3 2.22 2.15 1.98 1.93 1.84 1.79 1.71
M,N. Jasa Perusahaan 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
O. Administrasi Pemerintahan,
9.49 9.25 8.65 8.54 8.7 8.38 7.95 7.67 7.53
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 4.31 4.2 3.99 3.92 4.02 4.11 4.18 4.17 4.16
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.5 1.43 1.4 1.42 1.4 1.42 1.44 1.39 1.36
R,S,T,U. Jasa lainnya 1.29 1.3 1.29 1.25 1.22 1.25 1.21 1.17 1.14
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100 100 100 100 100 100 100 100 100
29
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Buton Utara yang dibentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2014
di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara masih disatukan dengan
Kabupaten Buton dengan pusat kegiatannya berada di Pasarwajo (ibukota Kabupaten
Buton) dan statusnya sebagai PKWP (Pusat Kegiatan Wilayah promotif), sehingga
keberadaan Buranga selaku ibukota Kabupaten Buton Utara dapat dikategorikan PKLp
(Pusat Kegiatan Lokal Promotif) yang belum tercatat di Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
Terdapat beberapa ruas jaringan jalan yang berstatus baik itu jalan Nasional
maupun jalan Provinsi Sulawesi Tenggara di Kabupaten Buton Utara yang diuraikan pada
tabel berikut ini.
1. Jalan Nasional
No. Ruas Jalan Nama Ruas Jalan Kolektor Primer (K1) Panjang (Km.)
TOTAL 39,65
2. Jalan Provinsi
30
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Beberapa rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di Kabupaten Buton Utara
yang terdapat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
sebagai berikut :
4. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sulawesi; dan
Berdasarkan RTRWN (PP–RI No. 26/2008), telah ditetapkan hirarki Sistem pusat–
pusat kegiatan diProvinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
31
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), antara lain:
(a). Kota Unaaha (II/C/1),
(b). Kota Lasolo (II/C/1),
(c). Kota Baubau (I/C/1),
(d). Kota Raha (II/C/1), dan
(e). Kota Kolaka (II/C/1).
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari : Pendapatan Pajak Daerah, Hasil Retribusi
Daearah;
32
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
Dana Perimbangan terdiri dari : Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Umum;
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terdiri dari : Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya. Penerimaan Daerah Kabupaten Buton Utara
selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini.
33
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
34
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
BELANJA 5.1.2
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 5.1.2.1 182,367,166,500.02 169,873,274,164.00 93.15 169,236,971,305.00 179,970,010,381.00
Belanja Barang 5.1.2.2 189,367,450,355.00 180,930,045,845.00 95.54 157,171,810,131.00 148,310,163,861.00
Belanja Hibah 5.1.2.3 2,960,800,000.00 2,960,800,000.00 100.00 3,172,654,000.00 973,662,400.00
Belanja Bantuan Sosial 5.1.2.4 600,000,000.00 564,437,500.00 94.07 546,820,000.00 1,303,220,619.00
Jumlah Be lanja Ope rasi 375,295,416,855.02 354,328,557,509.00 94.41 330,128,255,436.00 330,557,057,261.00
BELANJA MODAL
Belanja Tanah 5.1.2.5 2,134,261,000.00 2,247,055,000.00 105.28 5,759,960,000.00 8,511,211,000.00
Belanja Peralatan dan Mesin 5.1.2.5 30,192,203,466.00 29,286,445,465.00 97.00 30,903,988,367.00 39,648,800,344.00
Belanja Bangunan dan Gedung 5.1.2.5 33,313,930,707.00 33,005,282,800.00 99.07 49,242,662,727.00 59,199,709,281.00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 5.1.2.5 100,111,013,108.00 97,973,565,447.00 97.86 97,408,906,549.00 119,992,175,475.00
Belanja Aset Tetap Lainnya 5.1.2.5 4,786,535,660.00 4,641,597,700.00 96.97 4,146,809,993.00 1,982,009,500.00
Jumlah Be lanja Modal 170,537,943,941.00 167,153,946,412.00 98.02 187,462,327,636.00 229,333,905,600.00
TRANSFER 5.1.3
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5.1.3.1 442,780,000.00 412,759,000.00 93.22 406,370,000.00 -
JUMLAH TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 442,780,000.00 412,759,000.00 93.22 406,370,000.00 -
35
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KABUPATEN BUTON UTARA
PEMBIAYAAN 5.1.4
Penerimaan Pembiayaan 5.1.4.1
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 10,427,570,283.02 10,523,545,733.02 100.92 21,786,801,921.02 45,434,629,953.02
Penerimaan Piutang Daerah 0.00 0.00 0.00 0.00 -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah 10,427,570,283.02 10,523,545,733.02 100.92 21,786,801,921.02 45,434,629,953.02
36
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
BAB III
KONDISI SPAM EKSISTING KABUPATEN BUTON UTARA
3.1 Umum
Berdasarkan data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten Buton
Utara, diperoleh bahwa sampai pada tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Buton
Utara adalah 63.066 jiwa, yang tersebar di 6 kecamatan. Sampai saat ini belum terbentuk
UPTD SPAM / PDAM di Kabupaten Buton Utara namun telah dibentuk UPTD SPAM (Unit
Pelayan Teknis Daerah) yang membidangi air minum. Selain itu terdapat pula Badan Usaha
Milik Swasta (BUS) yang mengelola air minum di Kabupaten Buton Utara, yaitu PT. IDRAP.
Beberapa sistem penyediaan air minum telah terbangun di Kabupaten Buton Utara, baik
yang didanai oleh APBN, PNPM, PAMSIMAS dan juga Swasta (PT. IDRAP).
37
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Sumber air di IKK Wakorumba di kecamatan Wakorumba adalah adalah Mata Air
Labuan dengan kapasitas sumber 85 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan sistem
gravitasi dari sumber ke reservoar lalu kepelanggan selain di gunakan untuk air baku juga
digunakan sebagai pembangkit listrik (PLTA). Adapun kondisi sumber air baku di IKK Labuan
Kecamatan Wakorumba dapat dilihat pada gambar berikut.
38
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Sumber air di IKK Kulisusu Utara di kecamatan Kulisusu Utara adalah Mata Air
Emokula dengan kapasitas sumber 32 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan
pompanisasi ke bak penampungan, kemudian dari penampungan dialirkan secara gravitasi
ke pelanggan. Adapun kondisi sumber air baku di IKK Kulisusu Utara dapat dilihat pada
gambar berikut.
39
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
40
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 3. 1 Jumlah rumah tangga yang terlayani SPAM Jaringan Perpipaan (JP) di Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Buton Utara
SPAM
Jumlah
Penduduk Unit Air Baku Unit Produksi Unit Pelayanan Tingkat
No Lokasi IKK
Thn 2015 Tingkat Kebutuhan
(Jiwa) Kapasitas Kapasitas Kelurahan Pelayanan
Jenis Jenis Jumlah SR
(liter/det) (liter/det) Terlayani
1 Kel. Kambowa : 813 Pipa PVC = 3 Inchi 0,565 203 Kel. Kambowa 100% ++
Menggunakan mata 937 Mata Air dan Bak 0,651 Ds. Pongkowulu
18,2
air Kasisi di desa 489 Kasisi Penampungan 0,339 Ds. Morindino
Baluara 520 (15x10x2) m3 0,361 Ds. Baluara
41
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 3. 2 Deskripsi Unit air baku, unit distribusi dan unit pelayanan SPAM Ibu Kota
Kabupaten Buton Utara
No Item Penjelasan
42
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
No Item Penjelasan
43
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
No Item Penjelasan
Dari survei lapangan diperoleh kondisi eksiting unit air baku, instalasi pengilahan air
dan reservoar SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara seperti yang diperlihatkan pada
gambar-gambar berikut ini.
(a). Kondisi intake 1 sungaai Buranga (b). Kondisi intake 2 sungaai Burang
44
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
45
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Gambar 3. 6 Peta skematis pelayanan SPAM Buranga Ibu Kota Kabupaten Buton Utara
46
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Kondisi Intake milik IDRAP Kondisi Bangunan Mesin Listrik Milik IDRAP
Gambar 3. 7 Kondisi Sumber Air Mata Air Emokula di IKK Kulisusu Utara
47
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Utara terdiri dari SPAM Gunung Sari terdapat di Kecamatan Bonegunu memiliki kapasitas
32,43 liter/detik dengan jumlah sambungan rumah 434 rumah, SPAM Ngapa Ea terdapat di
Kecamatan Bonegunu dengan kapasitas 91 liter/detik dan sambungan rumah 199 rumah,
SPAM Mata di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 8 liter/detik dan dan sambungan
rumah 111, SPAM Bente terdapat Di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 18 liter/ detik
dan jumlah sambungan 53 rumah, SPAM Konde terdapat di Kecamatan Kambowa dengan
kapasitas 18 liter/detik dengan sambungan rumah 146 rumah, SPAM Lahumoko terdapat di
Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 18 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 144
rumah , SPAM Labuan Wolio terdapat di Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 41
liter/detik dan jumlah sambungan rumah 219 rumah, SPAM Wamorapa terdapat di
Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 16 liter/detik jumlah sambungan rumah 78
rumah, SPAM Wontulasi terdapat di Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 136
liter/detik dan sambungan rumah 1,35 liter/detik, SPAM Lakansai dengan kapasitas 200
liter/detik dan sambungan rumah 250 rumah dan SPAM Lamoahi terdapat di Kecamatan
Kulisusu Utara dengan kapasitas 8 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 71 rumah,
adapun sumber air baku, unit produksi, unit pelayanan dan tingkat pelayanan spam
pedesaan dapat di lihat pada tabel berikut.
48
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 3. 3 Sumber Air Baku, Produksi, Unit Pelayanan Dan Tingkat Pelayanan SPAM Perdesaan Kabupaten Buton Utara.
Parameter
Dibangun oleh
M.A. Pipa PVC = 4 Inchi dan Bak
1 Waode Ungkalo 383 32,43 0,27 96 100% PNPM dan dikelola
Wawoncuna Penampungan (4x3x1) m3
oleh masyarakat
Dibangun oleh
M.A. Pipa PVC = 4 Inchi dan Bak
2 Gunung sari 470 32,43 0,33 117 100% PNPM dan dikelola
Wawoncuna Penampungan (4x3x1) m3
oleh masyarakat
Dibangun oleh
M.A. Pipa PVC = 4 Inchi dan Bak
3 Ronta 387 32,43 0,27 97 100% PNPM dan dikelola
Wawoncuna Penampungan (4x3x1) m3
oleh masyarakat
Dibangun oleh
M.A. Pipa PVC = 4 Inchi dan Bak
4 Rante Gola 497 32,43 0,34 124 100% PNPM dan dikelola
Wawoncuna Penampungan (4x3x1) m3
oleh masyarakat
49
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Dibangun oleh
Pipa PVC = 2 Inchi dan Bak
1 Mata 445 M.A. Mata 8 0,31 111 100% PNPM dan dikelola
Penampungan (2x2x1) m3
oleh masyarakat
Dibangun oleh
Pipa PVC = 3 Inchi dan Bak PAMSIMAS dan
6 Bente 213 M.A. Bente 18 0,15 53 100%
Penampungan (2x2x1) m3 dikelola oleh
masyarakat
50
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Dibangun oleh
M.A. Pipa PVC = 3 Inchi dan Bak
3 Wamorapa 314 0,22 78 100% PNPM dan dikelola
Wamorapa 16 Penampungan (2x1x1) m3
oleh masyarakat
Kec. Kulisusu
D. 2.221 1,54 555
Utara
51
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Adapun kondisi masing masing SPAM Pedesaan dapat dilihat pada gambar berikut.
(a). Kondisi Intake SPAM Gunung Sari. (b). Kondisi Intake SPAM Ngapa Ea
(c). Kondisi Intake SPAM Mata (d). Kondisi Intake SPAM Konde
(e). Kondisi Intake SPAM Lahumoko (f). Kondisi Intake SPAM Bente
52
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
(g). Kondisi Intake SPAM Labuan Wolio (h). Kondisi Intake SPAM Wantulasi
(i). Kondisi Intake SPAM Wamorapa (j). Kondisi Intake SPAM Langosangia
53
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
54
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
55
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
56
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
57
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
58
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
59
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
60
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
61
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
62
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
63
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
64
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Tabel 3. 4 Jumlah rumah tangga yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di
Kabupaten Buton Utara, 2017
65
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
66
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa penduduk Kabupaten Buton Utara 65,41
% terlayani oleh SPAM bukan jaringan pepipaan (BJP). Adapun sumber air masyarakat Ibu
Kota Kabupaten Buton Utara Bukan Jaringan Perpipaan berupa sumur gali terbuka yang
digunakan masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut.
67
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Sementara itu untuk pengelolaan air oleh lembaga pengelola SPAM milik swasta
(PT. IDRAP) dengan sistem gravitasi biaya air berdasarkan jumlah pemakain (kubik),
dengan rincian seperti berikut :
68
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
Pengadaan air oleh PT. IDRAP dengan sistem pompanisasi, rincian biaya dan beban
air adalah sebagai berikut :
1. Untuk pemakaian air 1 – 5 m3 biaya perkubiknya adalah Rp. 3000/m3 ditambah
biaya beban Rp.18.000
2. Untuk pemakaian air 5-10 m3 biaya perkubiknya adalah Rp.5000 ditambah biaya
beban Rp.18.000
3. Untuk pemakaian air 11-15 m3, biaya beban perkubiknya adalah Rp.7000 ditambah
biaya beban Rp.18.000
4. Pemakaian air diatas 15 m3, biaya beban perkubiknya adalah Rp.10.000 ditambah
biaya beban Rp.18.000
Jumlah petugas yang dipekerjakan untuk sistem gravitasi adalah 1 orang (2 orang
untuk 2 sumber). Sedangkan untuk sistem pompanisasi menggunakan petugas 2 orang
(untuk 1 sumber). Gaji dari dari setiap petugas adalah Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah).
Total pelanggan PT. IDRAP dengan sistem pompanisasi adalah 500 SR. Sedangkan dengan
sistem gravitasi adalah 1.017 sambungan rumah (SR).
Selain pengelolaan air yang dibawahi oleh UPTD SPAM, terdapat pula sistem
pengelolaan air minum yang dikelola dan diusahakan oleh pihak swasta dalam hal ini PT.
IDRAP. Berdasarkan hasil survey lapangan diperolah bahwa terdapat beberapa lokasi
sumber air yang pengelolaan dan pengusahaanya dilakukan oleh swasta, yaitu mata air
Lakansai di Kecamatan Kulisusu Utara, mata air Emokula di Kecamatan Kulisusu Barat,
mata air Kasisi di Kecamatan Kambowa, dan mata air Wantulasi di Kecamtan Wakorumba
Utara.
69
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
1. Belum adanya regulasi yang mengatur terkait tarif penyediaan air minum
70
KONDISI SPAM EKSISTING
KABUPATEN BUTON UTARA
2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ditugaskan dalam pengelolaan SPAM sangat
sedikit
3. Dibutuhkan peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan SPAM.
71
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
BAB IV
STANDAR/KRITERIA PERENCANAAN
Target pelayanan yaitu rasio pelayanan air minum yang diperhitungkan berdasarkan
jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan air minum sesuai dengan
anjuran pemerintah.
Fasilitas siosial
Fasilitas perdagangan
Industri
Kebutuhan khusus
72
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Berkaitan dengan target pelayanan, maka penyediaan prasarana air minum selain
untuk memenuhi kebutuhan domestik atau kebutuhan rumah tangga bagi warga
masyarakat baik melalui sambungan langsung maupun melalui kran umum, juga
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air pada berbagai fasilitas perkotaan seperti
fasilitas umum, fasilitas bisnis/perdagangan maupun untuk memenuhi kebutuhan industri
dan kebutuhan khusus.
Dalam menentukan daerah pelayanan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Mengingat bahwa prasarana penyediaan air minum harus dapat melayani sejak
perencanaan hingga suatu kurun waktu tertentu, maka perencanaannya harus
mengacu pada skenario perkembangan kota yang telah dibuat. Rencana
pengembangan daerah perkotaan dan rencana tata guna tanah yang mana daerah
pengembangan tersebut akan termasuk dalam daerah pelayanan.
73
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Tingkat
No Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem
Pemakaian Air
74
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Beberapa parameter yang dipakai dalam menentukan tingkat pelayanan air bersih yang
akan direncanakan meliputi:
75
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
1. Perkantoran 10 lt/or/hr
2. Pasar 10 lt/or/hr
3. Pertokoan 12 m3/hektar/hr
4. Rumah Sakit 65 lt/unit/hr
5. Hotel 200 lt/bed/hr
6. Puskesmas 2 m3/unit/hr
7. Masjid 2 m3/unit/hr
8. musholah 0,5 m3/unit/hr
9. gereja 0,5 m3/unit/hr
10 Terminal 1.000 lt/unit/hr
11 Taman 1.000 lt/unit/hr
Sumber: Literatur
Untuk mengidentifikasi ketersediaan air baku di suatu wilayah bagi kebutuhan air
minum diperlukan studi hidrologi dan studi hidrogeologi. Studi tersebut terutama
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai :
76
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
• Sungai, saluran
• Danau
• Air Tanah
• Air Hujan
b. Danau atau rawa, pengisiannya (in-flow) umumnya berasal dari satu atau
beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingkan dengan air
permukaan (sungai), apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran
sungai-sungai bermuara kedalamnya, sehingga waktu tempuh yang lama dari
aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses penjernihan alami.
c. Mata air sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang tinggi, yang mana
walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup
berpengaruh pada bahan pipa (korosi). Proses untukmenghilangkannya harus
dilakukan sedekat mungkin ke lokasi sumber.
77
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Prosedur pemilihan sumber air baku yang direkomendasikan mengikuti urutan sebagai
berikut :
c) Evaluasi finansial.
Rencana sumber dan alokasi air baku didasarkan pada kebutuhan air suatu
daerah/kawasan, dimana besaran alokasi air baku dihitung 110% dari kebutuhan air baku
rata-rata.
78
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Musim
Aliran Fluktuasi Musim basah Musim basah
Permulaan Akhir musim
L/det Musiman sesaat setelah > 2 hari yang
musim kemarau kemarau
hujan lalu
Kemungkinan
Hanya
Lebih tidak mencukupi,
Aliran cukup Aliran cukup Memungkin-
kurang pengukuran
kecil kecil jika lebih besar
konstan pada akhir
dari kebutuhan
musim kemarau
≤1
Hanya
Jelas
Aliran Memungkin-
berkurang Aliran cukup Aliran terlalu
cukup kan jika >50%
pada musim kecil kecil
kecil lebih besar dari
kemarau
kebutuhan
Kemungkinan Hanya
Jelas
Lebih Aliran terlalu kecil; memungkinkan
berkurang
kurang cukup pengukuran jika >50% lebih
pada musim
1-3 konstan kecil pada akhir besar dari
kemarau
musim kemarau kebutuhan
Jelas Aliran Aliran cukup Jelas berkurang Jelas
berkurang cukup kecil pada musim berkurang
79
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Musim
Aliran Fluktuasi Musim basah Musim basah
Permulaan Akhir musim
L/det Musiman sesaat setelah > 2 hari yang
musim kemarau kemarau
hujan lalu
pada musim kecil kemarau pada musim
kemarau kemarau
Hanya memung- Hanya memung-
kinkan jika 100% kinkan jika 50%
Hanya
lebih besar dari lebih besar dari
Lebih Aliran Memungkin-
kebutuhan; jika kebutuhan; jika
kurang cukup kan jika lebih
lebih kecil lebih kecil
konstan kecil besar dari
pengukuran pengukuran
kebutuhan
pada akhir pada akhir
musim kemarau musim kemarau
>3-5
Hanya memung-
kinkan jika 100% Hanya
Kemungkinan
Jelas lebih besar dari Memungkin-
Aliran terlalu kecil;
berkurang kebutuhan; jika kan jika >25%
cukup pengukuran
pada musim lebih kecil lebih besar
kecil pada akhir
kemarau pengukuran dari
musim kemarau
pada akhir kebutuhan
musim kemarau
80
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Dalam usaha pengolahan air baku, banyak sumber air baku yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air. Untuk mengetahui mutu air yang baik untuk air minum,
maka mutu air baku tersebut harus sesuai dengan standar kualitas mutu air, apabila
ternyata mutu air tersebut telah diperiksa tidak memenuhi standar yang ada, maka unsur-
unsur didalam air tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai air
minum, karena jika tidak diolah akan membahayakan kesehatan manusia dan akan
mempengaruhi peralatan-peralatan untuk mendistribusikan air.
Unsur-unsur tersebut baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun bakteriologis, tidak
diperkenankan melebihi standar yang dibuat berdasarkan percobaan-percobaan yang
telah dilakukan sebelumnya. Standar-standar (yang dibuat oleh organisasi dan instansi
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat baik internasional maupun nasional)
tersebut dibuat berdasarkan atas beberapa pertimbangan, seperti ketahanan tubuh
manusia, keadaan lingkungan dan sebagainya. Standar-standar yang banyak dikenal di
Indonesia adalah standar WHO dan Departemen Kesehatan RI.
Air mengandung senyawa pencemar baik sebatas yang dijinkan maupun sampai
pada kadar yang membahayakan. Kebanyakan air sungai mengandung sisa atau limbah
dari perumahan, pertanian dan industri. Apakah air tersebut kelihatan jernih atau keruh,
setiap air yang akan dikonsumsi sebagai air minum harus dibersihkan dan dimurnikan.
Pengolahan air ditujukan untuk memenuhi standar kualitas air minum sebagaimana
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yang merupakan
standar kualitas air minum di Indonesia.
Proses pengolahan air minum tergantung dari kualitas air baku asal air itu diperoleh
dari air tanah, air sungai, air danau, air laut, air hujan dan air limbah atau air buangan. Saat
ini pada umumnya masih digunakan air baku yang berasal dari air tanah dan air
permukaan. Hal ini dikarenakan biaya operasinya relatif murah jika dibandingkan dengan
pengolahan air hujan atau air laut. Parameter-parameter fisik seperti kekeruhan, warna,
bau dan sebagainya dibatasi atas dasar estetika. Sedang parameter kimia, biologis dan
radioaktif dibatasi atas dasar kesehatan manusia. Oleh karena itu Departemen Kesehatan
81
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
1. Syarat fisik
Dalam hal ini akan diperoleh pengertian yang lebih jauh mengenai unsur-
unsur yang terdapat pada syarat fisik kualitas air minum (suhu, warna, bau, rasa
dan kekeruhan), khususnya dalam hubungan dengan dicantumkannya unsur
tersebut dalam standar kualitas.
a. Suhu
Suhu air minum sama dengan suhu kamar (berkisar antara 20 C – 26 C). Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya toksitas bahan kimia dalam air dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air. Atas dasar itulah
suhu dijadikan sebagai salah satu standar kualitas air minum yang berguna untuk:
b. Warna
Intensitas warna dalam air diukur dengan satuan unit warna standar, yang
dihasilkan oleh 1 mg/lt platina cobalt dengan cara membandingkannya.
Berdasarkan sifat-sifat penyebabnya, warna dalam air dibagi dalam 2 jenis, yaitu
warna sejati dan warna semu.Warna sejati disebabkan oleh koloida-koloida organik
atau zat-zat terlarut.Sedang warna semu disebabkan oleh suspensi partikel-partikel
penyebab kekeruhan. Air yang berwarna dalam batas tertentu akan mengurangi
segi estetika dan tidak dapat diterima oleh masyarakat, sehingga menimbulkan
kemungkinan pencarian sumber air lain yang kurang aman. Penetapan standar
warna ini diharapkan bahwa semua air minum yang diperuntukkan masyarakat
akan dapat langsung diterima oleh masyarakat.
82
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Air yang memenuhi standar kesehatan harus terbebas dari bau yang biasanya
disebabkan oleh bahan-bahan organik yang membusuk serta karena senyawa kimia
seperti phenol. Biasanya bau dan rasa terjadi karena proses dekomposisi bahan
organik didalam air. Pengukuran bau biasanya dinyatakan dalam TON (Threshold
Odor Number), yaitu jumlah pelarutan suatu sampel dengan air yang bebas bau
untuk dideteksi dengan tes bau.Dalam pengolahan air, bau-bau biasanya berasal
dari sumber-sumber biologis seperti algae, pembusukan zat-zat organik dan
bakteri.
Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh adanya bau dan rasa dalam air ini
diantaranya adalah timbulnya kekhawatiran bahwa air yang berbau dan berasa ini
masih mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat toksis, sehingga hal ini akan
mendorong masyarakat untuk mencari sumber lain yang kurang terjamin
kesehatannya.
d. Kekeruhan (Turbidity)
Air dikatakan keruh jika air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini antara lain yaitu: tanah liat,
lumpur, bahan-bahan organik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya.
Kekeruhan biasanya disebabkan karena butiran-butiran halus yang melayang
(koloid). Penyimpangan terhadap standar kualitas kekeruhan akan menyebabkan
gangguan estetika dan mengurangi efektifitas desinfeksi air.
Jumlah zat padat terlarut dapat memberi rasa yang tidak enak pada lidah, rasa
mual yang disebabkan karena natrium sulfat, magnesium sulfat dan dapat
menimbulkan cardia disease toxemia pada wanita hamil.
2. Syarat kimia
Zat-zat kimia yang terlarut dalam air minum yang berlebihan selain akan
bersifat racun juga dapat merusak material beton, pipa alat-alat rumah tangga dan
83
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
lain-lain. Oleh sebab itu perlu adanya pembatasan kandungan zat-zat kimia yang
diantaranya yaitu :
pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau
basa suatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman air akan sangat
mempengaruhi aktifitas pengolahan yang akan dilaksanakan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air dan dalam pencegahan
korosi.
Sebagai suatu faktor lingkungan, derajat keasaman merupakan salah satu faktor
yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam
air. Sebagian besar mikroba akan tumbuh dengan baik dalam pH 6,0 – 8,0, selain itu
pH juga akan menyebabkan perubahan kimiawai dalam air. Apabila pH lebih besar
atau lebih kecil dari itu akan menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa-pipa air
yang terbuat dari logam.
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya tanah dan
pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah tanah lapis
atas (topsoil) tebal dan ada pembentukan batu kapur. Air lunak berasal dari daerah
lapisan tanah atas tipis dan tidak terjadi pembentukan batuan kapur. Kesadahan
total adalah kesadahan yang disebabkan karena air mengandung kation Ca ++ dan
Mg++ dalam jumlah yang berlebihan. Air sadah tidak enak diminum selain itu dapat
mengurangi efektifitas kerja sabun dan deterjen.
Zat organik yang terdapat dalam air diantaranya berasal dari alam (misalnya minyak
nabati, serat-serat minyak, lemak hewan, alkohol sellulose, gula, pati dan
sebagainya), dari sintesa (misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang
dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik), dari fermentasi (misalnya alkohol
acetone, glyserol, antibiotik, asama-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan
mikroorganisme terhadap bahan-bahan organik).
84
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Zat organik dalam air disebabkan karena air buangan dari rumah tangga, pertanian,
industri dan pertambangan seperti diterangkan diatas, keberadaannya dalam air
dapat diukur dengan angka permanganatnya (KMnO4).Pengaruh kesehatan yang
dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini adalah timbulnya bau
yang tidak sedap dan dapat menyebabkan sakit perut.
Hasil dari perombakan zat organik oleh bakteri tertentu akan menghasilkan zat
mineral yang salah satunya adalah CO2 agresif. Zat ini larut dalam air sehingga
dapat mengakibatkan korosif pada pipa-pipa air yang terbuat dari logam. Gas CO2
ini dapat dihilangkan dengan proses aerasi dan pembubuhan CaO atau kedua-
duanya.
d. Besi (Fe)
Unsur besi dalam air dalam jumlah tetentu sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
untuk pembentukan sel darah merah, akan tetapi kelebihan pada unsur ini akan
menimbulkan bau dan perubahan warna menjadi kemerah-merahan sehingga air
tidak enak diminum, selain itu juga dapat membentuk endapan pada pipa-pipa
logam dan bahan cucian.
e. Mangan (Mn)
Kandungan unsur mangan dalam air yang menyimpang dapat menimbulkan noda-
noda pada benda yang berwarna putih, menyebabkan bau dan rasa pada minuman
dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Keracunan kronis memberi gejala susunan syaraf : insomnia, kemidian lemah pada
kaki dan otot muka seerti beku sehingga tampak seperti topeng, bila terkapar terus
maka bicaranya lambat, monoton, terjadi hyper-refleksi, clonus pada platella dan
tumir, dan berjalan seperti penderita parkinsonism.
f. Fluorida (F)
Apabila jumlah fluor didalam air kecil (0,6 mg/lt) dapat dipakai sebagai pencegah
penyakit gigi yang paling efektif tanpa mengganggu kesehatan. Akan tetapi apabila
kadarnya terlalu tinggi (diatas 2 ppm), maka akan mengakibatkan timbulnya
85
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
fluorisitas pada gigi. Sedangkan bila terlalu rendah (dibawah 1 ppm), dapat
menimbulkan pengrusakan gigi pada anak-anak atau dental caries.
g. Tembaga (Cu)
Dalam jumlah kecil, unsur tembaga dibutuhkan oleh tubuh untuk proses
metabolisme dan pembentukan sel darah merah, namun dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah dan kerusakan pada hati.
h. Arsen (As)
i. Timbal (Pb)
j. Cyanida (CN)
86
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Kandungan air raksa dalam air yang melebihi standar maksimum dapat meracuni
sel-sel tubuh, merusak ginjal, hati dan saraf. Selain itu dapat juga menyebabkan
keterbelakangan mental dan serebral palsy pada bayi. Konsentrasi maksimum yang
diperbolehkan oleh Depkes RI yaitu sebesar 0,001 mg/lt.
Air minum yang mengandung nitrat, nitrit dan amoniak menunjukkan bahwa air
tersebut tercemar oleh kotoran. Kelebihan unsur-unsur tersebut akan
mengakibatkan terbentuknya methalmoglobine yang dapat menghalangi peredaran
oksigen dalam tubuh.
m. Sulfat
Ion-ion sulfat yang terdapat dalam air bersih dapat bersenyawa dengan kalsium,
membentuk kalsium sulfat.Sulfat dalam air bersih umumnya berasal dari buangan-
buangan industri.
n. Chlorida
Kadar chlorida lebih besar dari 200 ppm dapat menimbulkan rasa asin jika air
tersebut diminum.Kehadiran zat chlor yang tinggi secara tiba-tiba dalam air
menandakan masuknya air kotor (sewage).
3. Syarat radioaktif
4. Syarat mikrobiologi
87
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Bakteri typhsum
Vibrio colerae
Bakteri dysentriae
Entamoeba hystolotica
Bakteri enteritis
88
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
3) Silinder
3) Nilai G (Gradien hidrolis) 80 – 20 (1/det)
4) Waktu Tinggal 40 – 20 menit
3 Bak pengendapan
1) Aliran Horizontal
2)Aliran Vertikal
1) Tipe Pembebanan Tinggi
2) Pembebanan permukaan 0.01 – 0.04 cm/det
3) Alur pengendapan :
(1) Kemiringan terhadap horizontal 450 -600
(2) Jarak antar plat 25 – 50 mm
89
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
Tekanan air dalam pipa:
- Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air
90
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
2.63 0.54
Q = 0.27853. C. D .S
2.63 1.85
S= [Q/(0.27853. C. D )]
Hƒ = S.L
0.54 0.38
D= [Q/(0.27853. C. S )]
V = Q/A
A = ¼ . Ꙥ. D2
Dimana :
Q = Debit pengaliran
3
(m /det)
S = Slope/kemiringan
hidrolis
2
A = Luas permukaan pipa (m )
91
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Dalam sistim distribusi terdapat aksesoris pipa dan bangunan pelengkap pipa antara lain :
1. Gate Valve
Berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Gate valve dapat menutup dan
membagi aliran ke bagian lainnya dalam pipa distribusi.
Valve ini berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran ketika ada
akumulasi udara atau memasukkan udara ketika tekanan air dalam pipa menjadi
negatif. Katup angin dipasang pada tiap bagian dari jalur pipa tertinggi dan
mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atm, karena udara cenderung terakumulasi
di tempat itu.
d. Posisinya harus lebih tinggi dari tinggi muka air tanah untuk mencegah
kemungkinan polusi.
Blow off biasanya dipasang pada titik mati atau titik terendah dari jalur pipa dan di
tempat-tempat sebelum jembatan untuk mengeluarkan kotoran atau endapan yang
terdapat pada jalur pipa. Masuknya kotoran dalam pipa antara lain dapat terjadi
pada saat pemasangan pipa, perbaikan pipa atau kotoran yang berasal dari karat
pipa. Jalur pipa setelah blow off dipasang valve.
4. Check Valve
Valve ini dipasang bila pengaliran diinginkan satu arah.Biasanya chek valve dipasang
pada pipa tekanan antara pompa dan gate valve, tujuannya bila pompa mati maka
pukulan akibat aliran balik tidak merusak pipa.
92
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Diperlukan bila jalur pipa harus memotong sungai, jalan kereta api dan pipa yang
memotong jalan, untuk memberikan keamanan pada pipa.
6. Thrust Block
Dalam perencanaan jaringan pipa distribusi thrust block diperlukan pada pipa yang
mengalami baban hidrolik yang tidak seimbang, misalnya pada pergantian diameter,
akhir pipa dan belokan. Gaya-gaya ini akan menggeser jaringan pipa dari kedudukan
semula, jika hal ini dibiarkan lama-lama dapat merusak pipa pada sambungan-
sambungannya.
Oleh karena itu gaya-gaya tersebut harus ditahan dengan cara memasang angker-
angker blok (thrust block) pada sambungan pipanya, menjaga agar fitting tidak
bergerak, umumnya lebih praktis memasang thrust block setelah saluran ditimbun
dengan tanah dan dipadatkan sehingga menjamin mampu menahan galian/gaya
hidrolik atau beban lain. Thrust Block hendaknya dipasang pada sisi pant untuk
menahan gaya geseran atau menggali sebuah lubang masuk ke dalam dinding parit.
Gaya gaya yang dibebankan pada thrust block diantaranya adalah:
a. Tumpuan Belokan
Selain harus dapat menahan gaya berat pipa dan isinya, juga harus dapat
menahan gaya yang berasal dari perubahan aliran fluida yang membelok.
Karena aliran zat cair menimbulkan gaya pada katup maka dapat diletakkan pipa
dekat katup. Pipa didekat katup harus dapat menahan berat pipa, berat katup,
berat fluida dalam pipa dari katup serta gaya F yang ditimbulkan tekanan zat
cair.
7. Meter Tekan
93
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan kerja pompa. Kontrol
perlu dilakukan untuk :
c. Menjaga kontinuitas
8. Meter Air.
Berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air dan juga sebagai alat
pendeteksi besarnya kebocoran.Meter air dipasang pada setiap sambungan yang
dipasang secara kontinyu.
9. Penyebrangan Sungai.
94
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
3. semua belokan pipa disarankan sudutnya lebih kecil dari 45o dan
belokan harus dipasang thrust block.
c. Siphon
10. Sambungan
Sambungan dan kelengkapan pipa yang sering digunakan untuk penyambungan pipa
antara lain:
Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam suatu bell (socket) pipa lainnya.Untuk
menghindari kebocoran, menahan pipa serta kemungkinan defleksi (sudut
sambungan berubah), maka sambungan dilengkapi dengan gasket.
b. Flange Joint
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan yang dekat dengan
instalasi pipa. Sebelum kedua flange disatukan dengan mur baut maka diantara
flange disisipkan packing untuk mencegah kebocoran.
c. Ball Joint
95
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Increacer digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter besar
(arah aliran dari diameter kecil ke besar). Reducer untuk menyambung dari diameter
besar ke diameter kecil.
Bend merupakan belokan dengan sudut belokan pipa sebesar 90°, 45 o, 22,5°, dan
11,5°, sedangkan Tee untuk menyambung pipa pada percabangan.
f. Tapping Band
Dipasang pada pipa yang perlu disadap untuk dialihkan ke tempat lain. Dalam hal ini
pipa distribusi dibor dan tapping dipasang dengan baut disekeliling dengan
memeriksa agar cincin melingkar penuh pada sekeliling lubang dan tidak menutup
lubang tapping.Apabila dimensi peyadapan terlalu besar, maka pipa distribusi dapat
dipotong selanjutnya dipasang tee atau perlengkapan yang sesuai.
Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran
umum harus dipasang alat ukur berupa meter air.
97
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
kepadatan penduduk
tingkat kesulitan dalam memperoleh air
kualitas sumber air yang ada
tata ruang kota
tingkat perkembangan daerah
dana investasi, dan
kelayakan operasi.
98
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Kawasan permukiman
Kawasan perdagangan
Kawasan pemerintahan dan pendidikan
Kawasan industri
Kawasan pariwisata
Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.
99
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
100
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
BAB V
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Adapun fungsi dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ini adalah sebagai kota pusat jasa,
pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten
atau beberapa kecamatan, dengan kriteria penentuan sebagai pusat jasa keuangan/bank
yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan, pusat pengolahan/pengumpul
barang untuk beberapa kecamatan, jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan,
bersifat khusus dalam arti mendorong perkembangan sektor strategis.
101
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
102
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
103
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
104
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
105
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Dengan demikian wilayah pelayanan untuk SPAM ini adalah seluruh wilayah
administrative kabupaten Buton Utara. Adapun peta wilayah pelayanan dapat dilihat pada
gambar berikut.
106
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Gambar 5.2. Peta rencana daerah pelayanan SPAM Kabupaten Buton Utara
107
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Dalam perencanaan kebutuhan air minum untuk masa yang akan datang di
perlukan proyeksi jumlah penduduk di wilayah perencanaan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah sehingga dapat di tentukan berapa besar jumlah air yang dibutuhkan
sampai dengan akhir tahun perencanaan.
Proyeksi jumlah penduduk akan dilakukan dalam periode 20 tahun ke depan atau akhir
tahun perencanaan yaitu tahun 2035.
1) Metode Aritmatika
2) Metode Logaritma
3) Metode Goemetri
1. Metode Aritmatik
Metode ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metode ini di
gunakan jika jumlah pertambahan jumlah penduduk relatif sama setiap tahunnya. Metode
ini merupakan metode Proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan Umunya adalah :
Y = a + bx
108
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
2. Metode Logaritma
Y = a + bx
Persamaan di atas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil logaritma
napirnya (Ln), dimana :
Y = a + b . Ln X
Apabila diambil X’ = Ln X, maka diperoleh bentuk linier Y = a + B . X’, dengan mengganti nilai
X = (∑Yi - bx ( ∑Ln (Xi) Ln X
n
a=
Dimana :
a = Kostanta
3. Metode Geometrik
Metode ini digunakan pada rasio pertambahan jumlah penduduk rata-rata tahunan. Sering
di gunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya melaju sangat cepat.
Persamaan Umunya adalah :
Y = a + Xb
Persamaan di atas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil logaritma
napirnya (Ln), dimana :
109
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Ln Y = Ln a + b . Ln X
a ∑ Ln (Yi) - b ∑ Ln (Xi) =
n
Dimana :
a = Kostanta
110
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
111
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
112
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
113
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
114
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Berikut ini adalah peta distribusi jumlah penduduk di Kabupaten Buton Utara.
115
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
1. Golongan Domestik
Rumah Tangga
Sosial
Perkantoran
Fasiltas Umum
Industri
Komersial
Sesuai dengan keperluan perencanaan sistem penyediaan air minum maka dilakukan
penetapan dua pengertian yang ada kaitannya dengan fluktuasi pelayanan air, yaitu :
= dpf x Qharirata-rata
116
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
= dpf x Qharirata-rata
Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM, faktor jam puncak yang digunakan sebagai
kriteria desain adalah hpf = 1,75
Tingkat Konsumsi Air untuk Sambungan Rumah (SR) Domestik, pada perencanaan ini
diasumsikan 100 lt/or/hr untuk 2 tahun pertama dan selanjutnya meningkat terus
sampai 130 lt/or/hr, pada tahun 2025.
Tingkat konsumsi untuk pelanggan Non Domestik di asumsikan sebesar 20% dari
kebutuhan air Domestik.
Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan
jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air. Kebutuhan air
terdiri dari domestik dan non domestik, Kebutuhan domestik adalah kebutuhan yang
berdasarkan jumlah penduduk dan pemakaian air per orang. Kebutuhan non domestik
adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial
yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah. Sebagai dasar dalam proyeksi kebutuhan air minum di
Kabupaten Buton Utara ditetapkan hal-hal seperti berikut :
117
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
3. Kebutuhan air non domestic (non rumah tangga) ditetapkan 15% dari
kebutuhan air domestikc untuk semua pentahapan
Berikut besar proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada
tabel berikut.
118
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
Kelurahan
1 1.20 2.20 2.36 2.72 2.65 2.84 3.26 3.86 4.14 4.76
Bonegunu
2 Desa Lanoipi 0.32 0.60 0.64 0.74 0.72 0.77 0.88 1.04 1.12 1.29
Desa Waode
3 0.356 0.66 0.70 0.81 0.79 0.84 0.97 1.15 1.23 1.41
Kalowo
4 Desa Buranga 0.193 0.36 0.38 0.44 0.43 0.46 0.53 0.62 0.67 0.77
Desa
5 0.502 0.92 0.99 1.14 1.11 1.19 1.37 1.62 1.73 1.99
Eensumala
6 Desa Ungkalo 0.634 1.17 1.25 1.44 1.40 1.50 1.73 2.04 2.19 2.52
Desa Gunung
7 0.437 0.80 0.86 0.99 0.97 1.04 1.19 1.41 1.51 1.74
Sari
8 Desa Ronta 0.36 0.66 0.71 0.82 0.79 0.85 0.98 1.16 1.24 1.43
Desa
9 0.728 1.34 1.44 1.65 1.61 1.72 1.98 2.35 2.51 2.89
Koepisino
10 Desa Langere 0.636 1.17 1.26 1.44 1.41 1.51 1.73 2.05 2.20 2.53
119
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
Desa
11 0.23 0.42 0.45 0.52 0.51 0.54 0.63 0.74 0.79 0.91
Koboruno
Damai
12 1.147 2.11 2.26 2.60 2.53 2.72 3.12 3.70 3.96 4.56
Labarona
Desa
13 0.165 0.30 0.32 0.37 0.36 0.39 0.45 0.53 0.57 0.65
Totomboli
14 Desa Ngapaea 0.384 0.71 0.76 0.87 0.85 0.91 1.04 1.24 1.33 1.52
Desa
15 0.462 0.85 0.91 1.05 1.02 1.09 1.26 1.49 1.60 1.84
Rantengola
Jumlah 7.76 14.28 15.31 17.60 17.13 18.37 21.12 24.98 26.79 30.80
120
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
1 Kelurahan Mata 0.42 0.77 0.83 0.95 0.93 0.99 1.14 1.35 1.45 1.67
2 Desa Konde 0.55 1.02 1.09 1.25 1.22 1.31 1.50 1.78 1.91 2.19
3 Desa Lagundi 0.80 1.48 1.59 1.83 1.78 1.91 2.19 2.59 2.78 3.20
Desa
4 0.88 1.63 1.74 2.01 1.95 2.09 2.41 2.85 3.05 3.51
Pongkowulu
5 Desa Kambowa 0.77 1.41 1.51 1.74 1.69 1.82 2.09 2.47 2.65 3.05
Desa
6 0.46 0.85 0.91 1.05 1.02 1.09 1.26 1.49 1.59 1.83
Marindinino
7 Desa Lahumoko 0.54 1.00 1.07 1.24 1.20 1.29 1.48 1.75 1.88 2.16
8 Desa Bubu 0.71 1.30 1.40 1.60 1.56 1.67 1.93 2.28 2.44 2.81
9 Desa Bente 0.20 0.37 0.40 0.46 0.44 0.48 0.55 0.65 0.69 0.80
10 Desa Bubu Barat 0.41 0.76 0.82 0.94 0.92 0.98 1.13 1.33 1.43 1.65
11 Desa Baluara 0.49 0.90 0.97 1.11 1.08 1.16 1.34 1.58 1.70 1.95
Jumlah 6.25 11.50 12.33 14.17 13.80 14.79 17.01 20.12 21.58 24.81
Sumber : Analisa Konsultan
121
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
Kelurahan
1 0.44 0.81 0.87 1.00 0.97 1.04 1.20 1.42 1.52 1.75
Matalagi
2 Desa Laeya 0.40 0.52 0.63 0.82 0.62 0.76 0.98 0.91 1.11 1.44
3 Desa Labaraga 0.24 0.44 0.48 0.55 0.53 0.57 0.66 0.78 0.83 0.96
4 Desa Lasiwa 0.61 1.12 1.20 1.38 1.34 1.44 1.65 1.96 2.10 2.41
5 Desa Lab. Bajo 0.56 1.03 1.11 1.27 1.24 1.33 1.53 1.81 1.94 2.23
6 Desa Lab. Wolio 0.82 1.50 1.61 1.85 1.80 1.93 2.22 2.63 2.82 3.24
7 Desa Labuan 1.10 2.03 2.17 2.50 2.43 2.61 3.00 3.54 3.80 4.37
8 Desa Wantulasi 0.93 1.71 1.84 2.11 2.06 2.20 2.53 3.00 3.22 3.70
9 Desa Labajaya 0.24 0.30 0.37 0.48 0.37 0.45 0.58 0.53 0.65 0.84
10 Desa Sumampeno 0.31 0.40 0.49 0.64 0.48 0.59 0.76 0.70 0.86 1.11
11 Desa Labuko 0.19 0.35 0.37 0.43 0.41 0.44 0.51 0.60 0.65 0.74
12 Desa Wamorapa 0.29 0.54 0.58 0.66 0.64 0.69 0.79 0.94 1.01 1.16
13 Desa Oengkapala 0.41 0.76 0.81 0.93 0.91 0.97 1.12 1.33 1.42 1.63
Jumlah 6.54 11.51 12.53 14.62 13.81 15.03 17.54 20.14 21.92 25.58
Sumber : Analisa Konsultan
122
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Puncak (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
1 Kel. Soloi Agung 0.25 0.46 0.49 0.56 0.55 0.59 0.68 0.80 0.86 0.99
2 Desa Rahmat Baru 0.51 0.93 1.00 1.15 1.12 1.20 1.38 1.63 1.75 2.01
3 Desa Katowo 0.40 0.73 0.78 0.90 0.88 0.94 1.08 1.28 1.37 1.58
4 Desa Bumi Lapero 0.21 1.37 1.47 1.69 1.65 1.77 2.03 2.40 2.58 2.96
5 Desa Dampala Jaya 0.51 0.95 1.01 1.17 1.13 1.22 1.40 1.65 1.77 2.04
6 Desa Kasulatombi 0.58 1.07 1.14 1.32 1.28 1.37 1.58 1.87 2.00 2.30
7 Desa Karya Bakti 0.42 0.78 0.83 0.96 0.93 1.00 1.15 1.36 1.46 1.68
8 Desa Marga Karya 0.47 0.86 0.93 1.07 1.04 1.11 1.28 1.51 1.62 1.87
9 Desa Lauki 0.21 0.39 0.42 0.48 0.47 0.50 0.58 0.68 0.73 0.84
10 Desa Lambale 0.63 1.15 1.24 1.42 1.38 1.48 1.71 2.02 2.16 2.49
11 Desa Mekar Jaya 0.30 0.55 0.59 0.68 0.66 0.71 0.82 0.96 1.03 1.19
12 Desa Labulanda 0.39 0.72 0.77 0.89 0.86 0.92 1.06 1.26 1.35 1.55
13 Desa Lapandewa 0.61 1.12 1.20 1.38 1.35 1.44 1.66 1.96 2.11 2.42
14 Desa Lapandewa 0.36 0.67 0.72 0.83 0.81 0.86 0.99 1.17 1.26 1.45
Jumlah 5.85 11.76 12.60 14.49 14.11 15.13 17.39 20.57 22.06 25.36
123
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
1 Kel. Bonelipu 1.19 2.19 2.35 2.70 2.62 2.81 3.24 3.83 4.10 4.72
2 Desa Lemo 0.76 1.40 1.50 1.73 1.68 1.80 2.07 2.45 2.63 3.02
3 Desa Rombo 0.85 1.57 1.68 1.94 1.89 2.02 2.32 2.75 2.95 3.39
4 Desa Linsowu 0.69 1.28 1.37 1.58 1.53 1.65 1.89 2.24 2.40 2.76
5 Desa Lakonea 0.64 1.19 1.27 1.46 1.42 1.53 1.76 2.08 2.23 2.56
6 Desa Lipu 1.68 3.09 3.32 3.81 3.71 3.98 4.58 5.41 5.81 6.68
7 Desa Bangkudu 2.14 3.94 4.22 4.85 4.72 5.06 5.82 6.89 7.39 8.49
8 Desa Loji 0.83 1.53 1.64 1.88 1.83 1.97 2.26 2.68 2.87 3.30
9 Desa Kalibu 0.77 1.42 1.53 1.76 1.71 1.83 2.11 2.49 2.67 3.07
10 Desa Eelahaji 0.69 1.28 1.37 1.58 1.53 1.65 1.89 2.24 2.40 2.76
11 Desa Jampaka 0.44 0.81 0.87 1.00 0.97 1.04 1.20 1.42 1.52 1.75
12 Desa Tomoahi 0.78 1.44 1.55 1.78 1.73 1.86 2.14 2.53 2.71 3.12
13 Desa Wacu Le'ea 0.40 0.73 0.78 0.90 0.87 0.94 1.08 1.27 1.36 1.57
14 Desa Triwacu-wacu 0.42 0.78 0.83 0.96 0.93 1.00 1.15 1.36 1.46 1.68
15 Desa Kadacua 0.69 1.27 1.37 1.57 1.53 1.64 1.88 2.23 2.39 2.75
Desa Banu-banua
16 0.69 1.27 1.37 1.57 1.53 1.64 1.88 2.23 2.39 2.75
Jaya
17 Desa Wasalabose 0.60 1.11 1.19 1.37 1.33 1.43 1.64 1.94 2.08 2.39
18 Desa Saraea 1.51 2.77 2.97 3.42 3.32 3.56 4.10 4.85 5.20 5.98
124
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
19 Desa Wandaka 2.67 4.91 5.27 6.06 5.90 6.32 7.27 8.60 9.22 10.60
20 Desa Laangke 0.63 1.17 1.25 1.44 1.40 1.50 1.72 2.04 2.19 2.52
21 Desa Lemo'ea 0.76 1.39 1.49 1.72 1.67 1.79 2.06 2.43 2.61 3.00
22 Desa Lantagi 0.51 0.94 1.00 1.16 1.12 1.21 1.39 1.64 1.76 2.02
23 Desa Malalanda 0.51 0.95 1.01 1.17 1.13 1.22 1.40 1.65 1.77 2.04
Jumlah 20.88 38.43 41.20 47.37 46.11 49.44 56.84 67.24 72.10 82.90
125
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Desa
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
1 Desa Ulunambo 0.82 1.50 1.61 1.85 1.80 1.93 2.22 2.63 2.82 3.24
2 Desa Waode Buri 1.59 2.93 3.14 3.61 3.51 3.77 4.33 5.13 5.50 6.32
3 Desa Lelamo 0.86 1.58 1.70 1.95 1.90 2.04 2.34 2.77 2.97 3.42
4 Desa Petea'a 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.05 0.06 0.06 0.07
5 Desa Pebaoa 0.64 1.19 1.27 1.46 1.42 1.53 1.76 2.08 2.23 2.56
6 Desa Lanosangia 0.75 1.37 1.47 1.69 1.65 1.77 2.03 2.40 2.58 2.96
7 Desa Lamoahi 0.26 0.48 0.52 0.60 0.58 0.62 0.72 0.85 0.91 1.04
8 Desa Torombia 0.47 0.87 0.93 1.07 1.04 1.11 1.28 1.52 1.63 1.87
9 Desa Kurolabu 0.53 0.97 1.04 1.20 1.17 1.25 1.44 1.70 1.83 2.10
10 Desa Eerinere 0.28 0.52 0.56 0.64 0.62 0.67 0.77 0.91 0.97 1.12
11 Desa Wanboule 0.43 0.80 0.86 0.99 0.96 1.03 1.18 1.40 1.50 1.72
12 Desa Labete 0.39 0.72 0.78 0.89 0.87 0.93 1.07 1.27 1.36 1.56
13 Desa Wowongajaya 0.41 0.76 0.81 0.94 0.91 0.98 1.12 1.33 1.42 1.64
14 Desa Bira 0.45 0.83 0.89 1.02 0.99 1.07 1.22 1.45 1.55 1.79
Jumlah 7.91 14.56 15.61 17.95 17.47 18.74 21.54 25.48 27.33 31.42
126
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Keb. Air Rata-rata (m/s) Keb. Air Hari Maksimum (m/s) Keb. Air Jam Puncak (m/s)
No Kecamatan
2015 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035 2016-2020 2021-2025 2026-2035
1 Bonegunu 7.76 14.28 15.31 17.60 17.13 18.37 21.12 24.98 26.79 30.80
2 Kambowa 6.25 11.50 12.33 14.17 13.80 14.79 17.01 20.12 21.58 24.81
3 Wakorumba 6.54 11.51 12.53 14.62 13.81 15.03 17.54 20.14 21.92 25.58
4 Kulisusu 20.88 38.43 41.20 47.37 46.11 49.44 56.84 67.24 72.10 82.90
5 Kulisusu Barat 5.85 11.76 12.60 14.49 14.11 15.13 17.39 20.57 22.06 25.36
6 Kulisusu Utara 7.91 14.56 15.61 17.95 17.47 18.74 21.54 25.48 27.33 31.42
Jumlah 55.18 102.03 109.58 126.21 122.43 131.50 151.45 178.54 191.77 220.86
127
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
128
POTENSI AIR BAKU
BAB VI
POTENSI AIR BAKU
- DAS Betao,
- DAS Jampaka,
- DAS Kalibu,
- DAS Kambowa,
- DAS Kampung Baru/DAS Ulunambo,
- DAS Kioko,
- DAS Kiru-Kiru,
- DAS Kurolabu,
- DAS Laborona,
- DAS Labuan Bajo,
- Das Labuan Tobelo,
- DAS Langkolome,
- DAS Labuna,
- Das Laea,
- DAS Laea Dalam,
- DAS Laea Luar,
- DAS Lagito,
- DAS Lagundi,
- DAS Lahumoko,
- DAS Lakansai,
- DAS Lamoahi,
- DAS Langkumbe,
129
POTENSI AIR BAKU
- DAS Lambale,
- DAS La Ogo,
- DAS Latambera,
- DAS Limbowa,
- DAS Ngapaea,
- DAS Ocintonga,
- DAS Oneonea,
- DAS Pasiena,
- DAS Pebaoa,
- DAS Petetea’a,
- DAS Pongkowulu,
- DAS Poandaria,
- DAS Ee Ngkoruru,
- DAS Pulau Kecil,
- DAS Ronta,
- DAS Tondaa,
- DAS Torombia,
- DAS Walue,
- DAS Winte- Winte,
- DAS Wamorapa,
- DAS Tompano,
- DAS Witamemea.
Potensi air permukaan dan air tanah yang telah disampaikan diatas, sebagian telah
dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Sebagai contoh, untuk pemanfaatan air tanah
sebagai sumber air baku tercatat bahwa hampir seluruh kecmatan di Kabupaten Buton
Utara memanfaatkan air tanah sebagai sumber air baku. Hanya daerah-daerah yang dekat
dengan pantai yang relatif sedikit yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air baku.
Terdapat pula beberapa potensi air permukaan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
130
POTENSI AIR BAKU
sebagai sumber air baku secara langsung tanpa melalui jaringan perpipaan dan juga
pengolahan air minum.
Selain itu, saat ini terdapat beberapa mata air yang telah dimanfaatkan sebagai
sumber air baku untuk beberpa IKK dan jaringan. Adapun beberapa sumber yang telah
dimanfaatkan saat ini dapat dilihat pada tabel berikut
1 M.A Anga 41
2 M.A Wamorapa 16
3 M.A Labuan 85
4 M.A Wantulasi 20,89
5 M.A Lamoahi 8
6 M.A Waleykela 200
7 M.A Emokula 32
8 M.A Enkoruru 22
9 M.A. Ma'Uso 127
10 M.A Dampala Jaya 18
11 M.A Wawoncuna 32,43
12 M.A. Ngapa Ea 91
13 M.A Lahumoko 18
14 M.A Kasisi 18,2
15 M.A Lalonami 18
16 M.A Bente 18
17 M.A Mata 8
Selain alternatif sumber air baku yang disampaikan pada tabel di atas, masih
terdapat alternatif yang dapat dijadikan sebagai sumber air baku. Berdasarkan hasil survey
lapangan diperoleh bebererapa alternative sumber untuk air minum di lokasi studi sebagai
131
POTENSI AIR BAKU
132
POTENSI AIR BAKU
133
POTENSI AIR BAKU
a. CAT utuh kabupaten meliputi CAT Labuhan Tobelo seluas 260 Km2 dan CAT
Ereke seluas 157 Km2; dan
1. CAT Buton Utara seluas 213 Km2 terdapat di Kabupaten Buton Utara dan
Buton;
2. CAT Lebo seluas 591 Km2 terdapat di Kabupaten Buton Utara dan Buton; dan
3. CAT Konde seluas 339 Km2 di Kabupaten Buton Utara dan Buton.
134
POTENSI AIR BAKU
135
POTENSI AIR BAKU
Water Reverse Osmosis (SWRO). SWRO adalah unit sistem desalinasi untuk merubah air
laut menjadi air tawar. Di negara maju dan berkembang unit ini sudah banyak sekali di
gunakan, karena dengan mengolah air laut menjadi air tawar, terdapat banyak sekali
manfaat bagi siklus kehidupan dan ramah lingkungan. Juga tetap mempertahankan air
tawar bawah tanah agar dapat memberi kehidupan tanaman pepohonan yg memberi
oksigen bersih bagi kehidupan.
136
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
BAB VII
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENYELENGGARAAN SPAM
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan subsistem/. Hal ini berarti akan meningkatkan kualitas urang
yang ada. Demikian pengelolaan subsistem yang satu akan berpengaruh terhadap subsistem
yang lainnya dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem
keterpaduan sebagai ciri utama. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan nasional
tentang penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.
Sesuai dengan maksud tersebut di atas, maka pelaksanaan pembangunan harus dilakukan
baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat haus dilakukan sesuai
dengan rencana tara ruang yang telah ditetapkan.
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi,
maupun sebagai sumber daya merupakan karunia Tuhan YME kepada Bangsa Indonesia
yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola secara berkesinambungan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945 serta makna yang terkandung dalam
falsafah dan dasar Negara Pancasila. Untuk mewujudkannya bahwa UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, yang pelaksanaan wewenangnya oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak privat / perorangan. Ruang yang
mencakup ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai
tempat dan makhluk hidup lain melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidupnya pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas.
Berkaitan dengan hal tersebut dan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF DAN BERKELANJUTAN berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Undang-Undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan
137
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
ruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan serta
yang dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. Kaidah penataan ruang ini
harus dapat diterapkan dalam setiap poses perencanaan tata ruang wilayah.
Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Tetapi
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berlandaskan wawasan dan ketahanan nasional, serta sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab, maka penataan ruang
menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi menjaga keselarasan,
keserasian, keseimbangan dan keterpaduan antar daerah, antar pusat dan daerah, antar
sektor, dan antar pemangku kepentingan. Di dalam undang-undang penataan ruang ini
dilakukan pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan
kawasan dan nilai strategis kawasan. Terkait dengan kebijakan otonomi daerah, maka
kewenangan penyelenggaraan penataan ruang oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan
penataan ruang yang didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah
administratif (nasional, provinsi dan Kabupaten / Kota) sebagai sistem dan sub sistem ruang.
138
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Selain berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah dan kebijakan RTRWP Sulawesi
Tenggara, secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Buton Utara
dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti berikut ini :
139
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
140
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Tabel 7. 1 Rencana Sistem Perkotaan Di Kabupaten Buton Utara Tahun 2012 - 2032
Wilayah /
No. Hirarki Fungsi Fungsi Utama
kawasan
Perkotaan Memiliki peran sebagai pusat pelayanan
PKL (Pusat Kegiatan
1 Buranga dan seluruh kabupaten/kota atau beberapa
Lokal)
sekitarnya kecamatan
Labuan, Waode
PPK (Pusat Pelayanan Merupakan sub pusat pelayanan
2 Buri, Kambowa,
Kawasan) wilayah kecamatan/antar kecamatan
Langkumbe
Pongkowulu,
Memiliki peran sebagai pendukung
Laano Ipi,
PPL (Pusat Pelayanan pelayanan kawasan / berperan
3 Matalagi, Labuan
Lingkungan) memberikan pelayanan tingkat
Bajo, Lamoahi,
kecamatan dan antar lingkungan
Petetea’a
Wilayah /
No. Hirarki Fungsi Fungsi Pengembangan
kawasan
141
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Penunjang agropolitan
Peternakan
Pongkowulu, Pertanian lahan basah dan lahan
6 PPL
Laano Ipi kering
Wisata Pantai
Perikanan laut
142
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Perikanan laut
Pelabuhan laut dan penyeberangan
Perikanan laut
Perkebunan
8 Petetea’a PPL
Pariwisata
Pelabuhan Laut
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Buton Utara, struktur ruang diarahkan
pada sistem perkotaan wilayah dan sistem jaringan. Sistem perkotaan dan arah
pengembangannya telah disampaikan pada Bab 5. Sistem jaringan yang dtuangkan dalam
RTRW Kabupaten Buton Utara adalah sebagai berikut :
143
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
144
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Gambar 7. 2 Peta rencana jaringan transportasi darat, laut dan udara Kabupaten Buton
Utara
145
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
146
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
147
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Rencana struktur pengembangan tata ruang Kabupaten Buton Utara terdiri atas :
Pola pemanfaatan tata ruang Kabupaten Buton Utara berdasarkan RTRW Kabupaten
Buton Utara Tahun 2012 – 2032 dijelaskan bahwa rencana pola ruang wilayah Kabupaten
Buton Utara meliputi rencana Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
Kebijakan Pola Ruang Nasional untuk Kabupaten Buton Utara; Secara substansial
Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan sangat berkaitan erat dengan Rencana Tata Ruang
Nasional (RTRWN). Berkaitan dengan kebijakan tersebut hal penting yang terkait dengan
148
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
arahan kebijakan bagi Kabupaten Buton Utara, yaitu dalam arahan pemanfaatan lahan
terutama untuk kawasan lindung nasional, Kabupaten Buton Utara ditetapkan memiliki
kawasan lindung nasional dalam bentuk suaka margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa Buton
Utara.
Kebijakan Pola Ruang Provinsi untuk Kabupaten Buton Utara; kebijakan rencana
hirarki kota-kota, yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Sulawesi Tenggara yakni salah satu pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Buton Utara yaitu
Perkotaan Buranga dan sekitarnya ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang
secara kontekstual bahwa Perkotaan Buranga dan sekitarnya memiliki fungsi dalam
pelayanan skala regional. Secara lebih rinci rencana pola ruang di Kabupaten Buton Utara
dijabarkan sebagai berikut :
149
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
150
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Prediksi cakupan pelayanan air bersih direncanakan secara bertahap dimana tahap awal
direncanakan 58% dan meningkat sampai akhir perencanaan 100% untuk perkotaan dan
perdesaan.
1 Kawasan hutan lindung ditetapkan seluas Kecamatan Kulisusu, Kulisusu Utara, Kulisusu
15.634 Ha Barat, Kambowa dan Bonegunu.
2 Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya :
Setiap kecamatan
Kawasan Hutan Konservasi (HSA)
ditetapkan seluas 83.668 Ha
151
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
- Benteng Pangilia
152
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
- Benteng Gantara
- Benteng Koburonoto
153
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
154
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
155
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
156
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
157
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
158
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
159
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
160
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
161
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
162
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
163
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
164
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Adapun lokasi sumber setiap sistem dan daerah pelayanan serta kebutuhan air
setiap tahapan pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
165
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Gambar 7. 8 Peta Sistem Pelayanan SPAM Kulisusu Utara (ZONA Pelayanan II)
166
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Gambar 7. 10 Peta Sistem Pelayanan SPAM Kulisusu Barat (ZONA Pelayanan IV)
167
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
168
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM ini dibuat analisa kebutuhan air
berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk sampai pada masa akhir perencanaan (Tahun
2035). Kondisi riil pada tahun 2019 cakupan pelayanan di Wilayah Kabupaten Buton Utara
adalah sebesar 0% (belum ada pencatatan khusus pelanggan), dikarenakan Kabupaten
Buton Utara belum memiliki regulasi yang mengatur soal tarif retribusi air bersih, sehingga
pelayanan SPAM masih bersifat gratis/tidak berbayar. Dengan demikian diharapkan agar
segera disiapkan regulasi yang mengatur soal tarif retribusi air bersih agar pengelolaan
SPAM di Kabupaten Buton Utara dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
169
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
- Intake 4 unit;
- Pipa Transmisi 12.636 meter;
b. Unit Produksi
- IPA 1 unit
- Reservoar 4 unit
c. Unit Distribusi
- Pipa Distribusi 29.468 meter
d. Unit Layanan
- Pembangunan Sambungan Rumah (SR) 3.919 unit
170
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
171
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
b. Unit Produksi
- IPA 1 unit
- Reservoar 2 unit
c. Unit Distribusi
- Pipa Distribusi 14.734 meter
d. Unit Layanan
Rumah Tangga
Sosial
Perkantoran
Fasiltas Umum
Industri
Komersial
172
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona I meliputi wilayah Kecamatan Wakorumba Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah
pelayanan Zona I adalah :
2020 sebanyak 20,14 lt/det
2025 sebanyak 21,92 lt/det
2030 sebanyak 23,70 lt/det
2035 sebanyak 25,58 lt/det
2) Kebutuhan air domestik untuk Zona Pelayanan II
Wilayah Layanan Zona II meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah
pelayanan Zona II adalah :
2020 sebanyak 25,48 lt/det
2025 sebanyak 27,33 lt/det
2030 sebanyak 29,18 lt/det
2035 sebanyak 31,42 lt/det
3) Kebutuhan air domestik untuk Zona Pelayanan III
Wilayah Layanan Zona III meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah pelayanan
Zona III adalah :
2020 sebanyak 67,24 lt/det
2025 sebanyak 72,10 lt/det
2030 sebanyak 76,96 lt/det
2035 sebanyak 82,90 lt/det
Wilayah Layanan Zona IV meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Barat. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah
pelayanan Zona IV adalah :
2020 sebanyak 20,57 lt/det
2025 sebanyak 22,06 lt/det
173
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona V meliputi wilayah Kecamatan Bonegunu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah pelayanan
Zona V adalah :
2020 sebanyak 24,98 lt/det
2025 sebanyak 26,79 lt/det
2030 sebanyak 28,60 lt/det
2035 sebanyak 30,80 lt/det
Wilayah Layanan Zona VI meliputi wilayah Kecamatan Kambowa. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air domestik untuk wilayah pelayanan
Zona VI adalah :
2020 sebanyak 20,12 lt/det
2025 sebanyak 21,58 lt/det
2030 sebanyak 23,04 lt/det
2035 sebanyak 24,81 lt/det
Wilayah Layanan Zona I meliputi wilayah Kecamatan Wakorumba Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah
pelayanan Zona I adalah :
174
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona II meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah
pelayanan Zona II adalah :
Wilayah Layanan Zona III meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah pelayanan
Zona III adalah :
Wilayah Layanan Zona IV meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Barat. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah
pelayanan Zona IV adalah :
175
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona V meliputi wilayah Kecamatan Bonegunu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah pelayanan
Zona V adalah :
Wilayah Layanan Zona VI meliputi wilayah Kecamatan Kambowa. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kebutuhan air non domestik untuk wilayah pelayanan
Zona VI adalah :
Wilayah Layanan Zona I meliputi wilayah Kecamatan Wakorumba Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona
I adalah :
176
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona II meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Utara. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona
II adalah :
Wilayah Layanan Zona III meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona III
adalah :
Wilayah Layanan Zona IV meliputi wilayah Kecamatan Kulisusu Barat. Berdasarkan hasil
proyeksi kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona
IV adalah :
177
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Wilayah Layanan Zona V meliputi wilayah Kecamatan Bonegunu. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona V
adalah :
Wilayah Layanan Zona VI meliputi wilayah Kecamatan Kambowa. Berdasarkan hasil proyeksi
kebutuhan air minum dapat dicermati kehilangan air untuk wilayah pelayanan Zona VI
adalah :
178
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
2020 2025 2030 2035 2020 2025 2030 2035 2020 2025 2030 2035
Zona I 20.14 21.92 23.70 25.58 3.02 3.29 3.56 3.84 4.03 4.38 4.74 5.12
Zona II 25.48 27.33 29.18 31.42 3.82 4.10 4.38 4.71 5.10 5.47 5.84 6.28
Zona III 67.24 72.10 76.96 82.90 10.09 10.82 11.54 12.44 13.45 14.42 15.39 16.58
Zona IV 20.57 22.06 23.55 25.36 3.09 3.31 3.53 3.80 4.11 4.41 4.71 5.07
Zona V 24.98 26.79 28.60 30.80 3.75 4.02 4.29 4.62 5.00 5.36 5.72 6.16
Zona VI 20.12 21.58 23.04 24.81 3.02 3.24 3.46 3.72 4.02 4.32 4.61 4.96
TOTAL 178.53 191.78 205.03 220.87 26.78 28.77 30.75 33.13 35.71 38.36 41.01 44.17
179
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
180
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
181
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
182
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Ada 3 (tiga) jenis kebocoran pipa, menurut cara-cara kebocoran yang muncul atau terjadi,
yaitu sebagai berikut;
a) “Background Leakage”
Kebocoran ini terjadi karena kebocoran halus (rembes) dari sambungan, atau
retakretak halus yang sangat kecil. Kebocoran jenis ini, sulit dideteksi menggunakan
peralatan akustik biasa (“noise stick”, microphone, dll), sehingga tidak terlaporkan.
Kebocoran jenis ini hanya bisa dideteksi dengan alat pendeteksi canggih, seperti
metode helium. Penanganan “back-ground leakage” relatif lebih sulit dan tidak
ekonomis untuk mendeteksi dan memperbaiki kebocoran satu per satu. Untuk
mengurangi “background leakage”, perlu mengupayakan menstabilkan dan
mengurangi tekanan yang berlebihan, perbaikan dan perawatan pipa, meminimalkan
jumlah sambungan pipa dan perlengkapannya. Jenis kebocoran ini mengakibatkan
kehilangan air fisik lebih sulit diturunkan daripada kehilangan komersial.
Kebocoran terjadi karena retak-retak atau sambungan yang menimbulkan celah cukup
besar, tetapi tidak cukup besar sehingga bisa muncul ke permukaan tanah. Jenis ini
bisa didteksi dengan peralatan akustik biasa. Karena ditemukan saat survey deteksi
kebocoran, sehingga waktu “awareness” (disadari) terjadinya kebocoran, menjadi
panjang (lama). Untuk mengurangi kebocoran tak terlaporkan perlu mengupayakan
menstabilkan dan mengurangi tekanan yang berlebihan, perbaikan dan perawatan
pipa, meminimalkan jumlah sambungan pipa dan perlengkapannya, serta
mengupayakan pengendalian kebocoran aktif.
c) Kebocoran terlaporkan
Kebocoran terjadi karena retak-retak atau sambungan yang menimbulkan celah cukup
besar, sehingga bisa muncul ke permukaan tanah. Jenis ini bisa dideteksi dengan
peralatan akustik biasa. Dilaporkan karena muncul dipermukaan. Untuk mengurangi
183
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Volume air yang hilang karena kobocoran pipa, merupakan fungsi dari waktu. Ketika
terjadi laporan kebocoran (pipa pecah, sambungan yang kurang baik, pipa dinas bocor
dll), maka akan dibutuhkan waktu menyadari (“awareness”) bahwa kebocoran perlu
ditanggulangi, kemudian menemukan atau melokalisir (“localized”), dan
memperbaikinya (“repair”).
Upaya ini jelas, sederhana dan murah, namun perlu pengorganisasian yang rapi,
prosedur, dan komitmen yang berkelanjutan serta kemampuan tanggap darurat dan
perbaikan yang cepat.
184
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Pembangunan DMA adalah untuk membagi wilayah pelayanan menjadi zone hidrolik yang
lebih kecil, dengan tujuan untuk;
DMA dipilih di wilayah-wilayah pelayanan yang mempunyai atau dicurigai kehilangan air
yang tinggi, dimana diharapkan terget penurunan yang tinggi. Wilayah geografis DMA
185
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
sebaiknya tidak terlalu luas sehingga memudahkan pemantauan. Jumlah sambungan ideal
antara 500 – 3.000. semakin kecil ukuran DMA, semakin mahal biayanya karena semakin
banyak meter dan valve yang harus dipasang. Tetapi keuntungannya, semakin mudah untuk
mendeteksi dan memperbaiki kebocoran di area yang lebih kecil.
Pembuatan DMA menyebabkan lebih banyak ujung pipa mati, akibat ditutup dengan valve
atau diputus pipanya. Biasanya akan menurunkan kualitas air karena terjadi endapan,
terutama di awal-awal operasional DMA. Keluhan pelanggan pun dapat meningkat. Hal ini
dapat diatasi dengan lebih sering melakukan pengglontoran/pengurasan (flushing) jaringan
distribusi. Pengoperasian atau pengamatan pola aliran dan tekanan dalam DMA
memerlukan tekanan tertentu. Dalam merencanakan DMA sebaiknya mempertimbangkan
dan memahami tekanan dalam jaringan distribusi. Tekanan yang semula terlalu rendah
dalam tahap awal pengoperasian mungkin akan mengakibatkan tekanan lebih rendah lagi,
apabila dibuat DMA. Namun dengan perbaikan-perbaikan kebocoran pipa,tekanan akan
meningkat. Tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah seringkali menimbulkan keluhan
pada pelanggan. Idealnya, perencanaan DMA menggunakan pemodelan jaringan distribusi
melalui komputer, namun tidak semua pengelola penyedia air minum memiliki sarana ini.
Sebagai pemutus hubungan antara satu jaringan DMA dengan jaringan di sebelahnya,
penggunaan valve lebih dianjurkan daripada pemutusan pipa, supaya lebih mudah dilakukan
perubahan bila dalam perkembangannya batasan DMA harus disesuaikan. Batas DMA tidak
perlu terlalu kaku, sehingga pada suatu saat diperlukan perubahan, mudah untuk
disesuaikan. Jumlah meter induk DMA yang digunakan dibatasi seminimal mungkin,
direncanakan setiap DMA menggunakan hanya 1 (satu) meter induk. Semakin banyak meter
induk yang digunakan, semakin rumit operasi DMA. Meter pelanggan besar, misalnya untuk
pelanggan industri atau niaga besar harus diperlakukan sebagai ekspor air dari jaringan
DMA.
186
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
• Memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat tentang perubahan katup
• Memonitor keluhan pelanggan, khususnya pada saat tekanan rendah atau tidak air.
Monitoring dan pencatatan aliran pada meter induk DMA secara teratur sangat penting
sebagai dasar pengelolaan pasokan dan pengendalian kebocoran. Pola aliran harian yang
tidak terlalu berbeda menjadi indikator tingginya kebocoran di DMA tersebut.
Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control) terutama pada malam hari harus
dilakukan secara periodik. Di wilayah yang relatif tidak terlalu besar, tentu akan lebih mudah
mendengarkan suara kebocoran atau melihat kebocorankebocoran yang muncul ke
permukaan hanya pada malam hari saat tekanan tinggi. Temuan harus segera
ditindaklanjuti.
187
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
perhitungan matematis akan didapatkan aliran minimum malam (dari bacaan meter induk)
dan konsumsi malam (dari bacaan meter pelanggan) secara total. Selisih antara aliran
minimum malam dan konsumsi malam adalah kebocoran atau nett night flow. Saat
melaksanakan pembacaan, biasanya memerlukan persiapan, terutama pemberitahuan
kepada para pelanggan yang akan menjadi sampel pembacaam meter supaya dapat
membaca meter pelanggan pada jam-jam tersebut. Pembacaan meter pelanggan dapat
dilakukan oleh para pembaca meter.
• Pengendalian tekanan.
Dengan area yang terbatas, tekanan lebih mudah dikendalikan. Dari pola harian tekanan
dapat diketahui kapan tekanan rendah dan tinggi sehingga dapat dilakukan penyesuaian.
Untuk kepentingan ini, setiap DMA dilengkapi dengan PRV (pressure reducing valve)
“double pilot”, untuk mengatur jam kerja PRV, sehingga penurunan tekanan bisa dilakukan
tanpa mengganggu pelayanan kepada pelanggan.
• Pengujian-pengujian.
Pengujian lain seperti step testing sangat penting dilakukan, terutama untuk melokalisir
kebocoran.
• komitmen manajemen dan kebulatan tekad seluruh jajaran UPTD SPAM / PDAM
Kabupaten Buton Utara
188
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Pencurian air, kadang-kadang berkaitan dengan budaya dan kepercayaan setempat. Air
minum perpipaan adalah benda niaga, bahkan apabila dianggap gratis (sesuai dengan
budaya dan kepercayaan lokal). Pencurian air tidak saja merugikan semua pihak, bahkan
dilarang oleh agama. Pencurian air bisa dilakukan oleh pelanggan, calon pelanggan atau
pelanggan dibantu oleh oknum petugas UPTD SPAM / PDAM. Memahamlan arti bahwa
pencurian air itu merugikan, sering tidak bisa dterima oleh masyarakat. Pencurian air
memiliki dimensi manajemen, sosio ekonomis dan politis. Pencurian air bisa diperangi
dengan sukses dan berkelanjutan apabila masyarakat bisa menerima. Lebih penting lagi
adalah apabila internal UPTD SPAM / PDAM secara keseluruhan bisa memahami betapa
merugikan akibat pencurian air. Oleh sebab itu, sosialisasi sangat diperlukan untuk
menyampaikan kerugian-kerugian akibat pencurian air ditujukan kepada 2 (dua) sasaran,
internal bertujuan untuk memberikan pemahaman dan menggalang dukungan karyawan
UPTD SPAM / PDAM, sasaran external bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap
pelanggan dan masyarakat luas pada umumnya.
Sosialisasi internal yang paling awal adalah memberikan pemahaman dan penggalangan
dukungan dari personel kunci UPTD SPAM / PDAM sendiri. Kelompok ini adalah kelompok
inti yang bias memberikan pengaruh kepada karyawan UPTD SPAM / PDAM yang lain.
Kesuksesan pemahaman dan dukungan pada kelompok ini merupakan kunci kesuksesan
sosialsiasi secara keseluruhan. Sosialsasi ke seluruh karyawan merupakan sasaran
selanjutnya, untuk memberikan pemahaman, menggugah kesadaran betapa merugikan
pencurian air, dan untuk memperoleh dukungan. Poster dan spanduk merupakan
penguatan dan untuk mengingatkan kepada seluruh karyawan UPTD SPAM / PDAM akan
komitmen mereka untuk membrantas pencurian air. Awal sosialisasi kepada masyarakat
adalah penyelanggaraan seminar tentang penurunan ATR, dan khususnya dampak
pencurian air terhadap keuangan UPTD SPAM / PDAM, dan kerugian terhadap sesama
pelanggan yang lain. Pada kesempatan ini diharapkan bisa mendapatkan umpan balik dan
dukungan terhadap program penurunan ATR. Melibatkan tokoh masyarakat informal atau
tokoh agama untuk memberikan pemahaman pada masyarakat merupakan strategi
189
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
komunikasi yang efektif. Selain itu untuk lebih luas tentang program penurunan air,
khususnya pencegahan dan penindakan terhadap pencurian air, digunakan beberapa media
lainnya, seperti media cetak yang akan meliput seminar, acara-acara talkshow baik di media
TV atau radio akan dilaksanakan untuk menguatkan pemahaman masyarakat terhadap
pencegahan dan penindakan pencurian air. Untuk mengetahui apakah pemahaman
masyarakat tentang program sosialisasi kegiatan pencegahaan dan penindakan secara
efektif diterima dan dipahami, dilakukan survey social dengan mengedarkan kuestioner.
Metode survey menggunakan “random stratified sampling”, terhadap lokasi-lokasi yang
dipekirakan sering terjadi pencurian air, jumlah sample diusulkan 5% dari jumlah pelanggan
atau responden. Survey dilakukan 2 (dua) kali, pertama dilakukan pada saat upaya
pencegahan dan penindakan pencurian air dimulai, kedua dilakukan pada menjelang akhir
program. Dari dua survey ini bisa diketahui seberapa efektif program sosialisasi.
Upaya ini merupakan pencarian pencuri air. Untuk mengefektifkan upaya pencarian pencuri
air, indikasi pertama adalah :
• pelanggan dengan meter tidak terbaca, rusak dan kasus “tampering water meter”
Lokasi pencurian air juga didapatkan dari hasil kampanye/sosialisasi, dimana didapatkan dari
laporan masyarakat atau petugas pengelola SPAM sendiri. Penindakan pencurian air
melibatkan aparat penegak hukum (kepolisian, kepolisian militer dan kejaksaan), dimana
penindakan ditujukan kepada :
pelanggan/masyarakat, dengan sangsi denda dan apabila kasusnya sangat berat (misal
pencurian air dalam jumlah besar oleh pelanggan niaga), dilanjutkan dengan proses
hukum pidana.
oknum petugas, dengan sangsi teringan adalah peringatan dan penundaan kenaikan
pangkat dan pemotongan jasa produksi/bonus. Sedangkan sangsi terberat adalah
dengan pemecatan tidak hormat, kalau perlu dengan proses hukum pidana. Kegiatan
penindakan ini sebaiknya diliput oleh media massa, khususnya untuk pelanggaran
190
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
berat, sehingga menimbulkan efek jera dan “social punishment”. Perlu dipikirkan
suatu peraturan daerah pelayanan air minum, yang antara lain memuat denda
terhadap pencurian air. Bagi pelanggan/masyarakat yang sudah melunasi denda, dan
berminat menjadi pelanggan resmi UPTD SPAM / PDAM, harus diberlakukan sebagai
pelanggan baru.
3. Perbaikan Meter Induk
Pengukuran kapasitas produksi yang memasuki sistem distribusi sangat penting, untuk
mengukur seberapa besar ATR dengan teliti. Meter air induk telah dipasang di beberapa unit
produksi, khususnya sumur bor, namun kesemua meter induk ini tidak bisa diverifikasi dan
ditera seberapa ketelitian masing-masing meter induk. Semua meter induk yang ada tidak
memenuhi persayaratan pemasangan sesuai dengan SNI 2418 - 2008 (ISO 4064), dimana
pada bagian hilir water meter harus terdapat pipa pelurus 5D, dan pada bagian hulu harus
terdapat pipa pelurus 10D, D adalah diamater meter air.
Unit produksi dengan kapasitas besar sebagai contoh Instalasi Pengolahan Air dan mata air
dipasang meter induk jenis electromagnetic yang dipasang tetap. Meter air jenis
electromagnetic yang dipasang tetap harus mempunyai spesifikasi ketelirtian +/- 0,5%.
Sebagian lagi untuk unit produksi dengan kapasitas kecil dipasang meter induk mekanikal
dengan ketelitian lebih kasar (+/- 5%), namun akan diverifikasi dengan alat ultra sonic flow
meter (USFM), yang mempunyai ketelitian sebesar +/- 1%, sehingga ketelitiannya terkendali.
Semua reservoar akan dipasang mater air mekanikal, sehingga efektifitas penggunaaan
reservoar bisa dievaluasi, selain bisa mengukur dengan akurat volume input sistem yang
memasok air pada setiap zona.
Semua meter induk akan diverifikasi dan dikalibrasi keakuratannya setiap tahun, sekurang-
kurangnya sekali, menggunakan ultra sonic flow meter (USFM), selain itu bisa digunakan
untuk berbagai keperluan pengechekan debit pada pipa. Akan disediakan 4 set ultrasonic
flow meter, untuk keperluan ini.
Berikut bisa dilihat kebutuhan meter induk dan lokasi pemasangannya, sedangkan pada
gambar bisa dilihat secara skematik pemasangan meter induk mekanikal dan
elektromagnetic.
191
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
ATR adalah selisih antara volume yang memasuki sistem dan konsumsi air yang digunakan
oleh pelanggan. Oleh karena itu akurasi meter pelanggan dan pembacaan meter yang baik
sangat diperlukan untuk memperoleh nilai ATR yang akurat. Salah satu penyebab kehilangan
air komersial yang paling banyak ditemui adalah akurasi meter. Meter air mekanikal, yang
didalamnya terdapat roda atau gigi yang terbuat dari bahan plastik, seiring dengan usia akan
aus, dan menyebabkan meter air mencatat lebih rendah dari pemakian semestinya. Oleh
sebab itu meter harus secara berkala diteraulang (re-kalibrasi) Meter air jenis ultra sonic dan
magnetic tidak terlalu terpengaruh ketelitiannya oleh usia meter.
Salah satu faktor penting dalam pembacaan meter yang akurat adalah seberapa jauh kita
mengnal dan mengetahui pelanggan. Tidak ada penandaan pada pelanggan UPTD SPAM
Kabupaten Buton Utara, pada setiap bangunan pelanggan, yang menandakan apakah
sebuah rumah/bangunan merupakan pelanggan atau bukan.
Langkah awal dalam perbaikan database pelanggan adalah melakukan penandaan (tagging)
setiap rumah/bangunan yang menjadi pelanggan. Setiap pelanggan akan diberi tanda sticker
pada bagian rumah/bangunan yang mudah dilihat oleh petugas. Penandaan ini akan
memudahkan pembacaan meter, dan untuk memudahkan petugas mencari atau
menemukan pencurian air, apabila terdapat sambungan pipa dinas tanpa memeiliki sticker
kemungkinan adalah pencuri air.
192
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Database pelanggan akan selalu dijaga kemutakhirannya, untuk setiap tahun sekali akan
dimutakhirkan (diupdate). Apabila terjadi penggantian nama pelanggan atau perubahan
peruntukan penghunian, akan diketahui, karena akan berpengaruh pada jenis tarif dan
pendapatan.
Manajemen pembacaan meter yang ada selama ini diusulkan untuk perbaikan, dengan
tujuan untuk menekan angka kehilangan komersial. Secara garis besar operasi pembacaan
meter diuraikan dibawah ini.
Setiap hari seorang petugas mendapat surat penugasan pelanggan yang ditentukan
oleh UPTD SPAM / PDAM
Pembaca meter membaca meter pelanggan dari jam 0700 – 1200
Pembaca meter dilengkapi dengan camera digital
Meter beserta bar code yang ditempel dibalik tutup meter difoto
Jam 12:00 hasil foto diserahkan ke pengolahan data, diolah dengan komputer
Target pembacaan meter 100 sd 150 pelanggan/hari/petugas
Pemakaian yang mencurigakan/bermasalah ditampilkan (pemakaian 0, < 10 m3, tidak
terbaca dll)
10% hasil pembacaan + pembacaan mencurigakan (bermasalah), dibaca oleh
supervisor
Apabila terjadi kesalahan yang disengaja oleh pembaca meter diberikan sanksi.
Setiap 3 bulan sekali dilakukan rotasi pembaca meter.
Untuk menunjang operasi pembacaan meter, perbaikan database pelanggan dan penerbitan
rekening, diperlukan pengadaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Perangkat keras semuanya peralatan teknologi informasi biasa yang tersedia
dipasar, diuraikan dibawah ini;
193
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
194
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Pada umumnya sumber air baku yang akan digunakan untuk rencana pengembangan
SPAM Kabupaten Buton Utara tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan lain selain air minum,
namun demikian debit yang tersisa masih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat di sekitar lokasi.
Dalam penyediaan air minum, nilai ambang batas suatu unsur ditetapkan tidak hanya
untuk keperluan melindungi peralatan dalam instalasi penyediaan air dan untuk
keperluan estetika saja, tetapi yang paling penting adalah untuk melindungi
195
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
pemakaian air terhadap gangguan kesehatan yang mungkin timbul. Dalam batas-batas
tertentu, beberapa unsur kimia yang terkandung dalam air mungkin tidak berbahaya
bagi manusia atau bahkan dalam jumlah tertentu unsur tersebut diperlukan oleh
tubuh manusia untuk menjaga kesehatannya. Sebagai contoh unsur tembaga, dalam
jumlah kecil diperlukan oleh tubuh manusia untuk pembentukan sel-sel darah merah,
tetapi pada konsentrasi yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan kerusakan
pada hati disamping timbulnya rasa yang tidak enak pada air minum. Unsur besi dalam
jumlah kecil diperlukan oleh tubuh manusia untuk pembentukan sel-sel darah merah,
tetapi pada konsentrasi yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan air
berwarna kemerah-merahan, memberikan rasa yang tidak enak pada minuman,
menimbulkan noda merah pada bahan cucian, dan apabila teroksidasi akan
menimbulkan endapan besi pada pipa jaringan air minum.
Bahan-bahan kimia yang bersifat racun seperti logam berat dan pestisida merupakan
bahan berbahaya dan harus dihindari adanya di dalam air minum. Organisme patogen
juga tidak boleh terdapat di dalam air minum karena dapat menimbulkan penyakit.
Ditinjau dari parameter fisik, dampak penyimpangan kualitas lebih banyak mengarah
pada faktor estetika yaitu keengganan manusia menggunakan air yang keruh,
berwarna, bau, dan kekeruhan mungkin disebabkan adanya bahan-bahan kimia dan
bahan-bahan pencemaran lain yang melebihi ambang batas.
196
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Selanjutnya ditinjau dari parameter biologi, tersedianya air minum yang memenuhi
syarat mempunyai peranan dalam mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit.
Gangguan kesehatan timbul apabila air mengandung kuman kuman patogen.
Beberapa jenis penyakit menular menyebar melalui air (water borne disease) artinya
air berfungsi sebagai media pembawa dan media perkembangbiakan/penyebaran
kuman penyakit, seperti tipus, kolera, disentri. Jenis penyakit yang menjangkit apabila
kondisi sanitasi sangat buruk. Disamping itu terdapat jenis penyakit yang menjangkit
apabila jumlah air yang dipergunakan untuk memelihara kebersihan tubuh kurang,
misalnya beberapa jenis penyakit kulit, penyakit mata dan diare. Jenis penyakit ini
digolongkan sebagai penyakit karena kurang air (water washed disease).
197
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
198
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
199
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Secara kasat mata dapat dinyatakan bahwa air sumber-sumber air baku yang
direkomendasikan untuk dimanfaatkan mempunyai kualitas yang cukup baik terutama bila
dilihat dari kondisi fisik air baku tersebut yaitu jernih, bening, tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak berasa. Secara teoritis, kualitas air yang berasal dari mata air dan air permukaan
memang mempunyai kualitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sumber-sumber
yang lain seperti air tanah dangkal, air tanah dalam, maupun air hujan (Joetata, 1997).
3. Perizinan Pemanfaatan Sumber Air Baku
Pengguna air dan atau sumber air yang dikenakan izin yang diamksud diantaranya
adalah penyediaan air bersih/air minum. Permohonan izin penggunaan air dan atau
sumber air diajukan secara tertulis kepada pihak yang berwenang, dengan mengisi
formulirpermohonan serta melampirkan persyaratan yang telah ditetapkan.
200
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Oleh karena itu, setiap pengguna air berkewajiban untuk mengganti nilai air yang
digunakanya. Hal ini dilakukan dengan memasukan komponen nilai perolehan air ke
dalam perhitungan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah, baik itu
industri maupun badan usaha lainya. Dengan demikian pajak air bawah tanah tidak
hanya diartikan sebagai sumber Pendapatan Asli Air Daerah semata, tetapi lebih
ditempatkan pada upaya konservasi yang akan menjamin berkelanjutan ketersedian
air.
Rekomendasi kebijakan untuk menjaga serta meningkatkan kuantitas dan kualitas air
melalui :
201
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
202
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Pengaturan titik pembuangan limbah cair pada daerah ruas sungai sesuai dengan
kapasitas daya tampung sungai pada titik tersebut. Untuk ini diperlukan pengkajian
yang lebih rinci mengenai daya tamping sungai serta alokasi beban pencemaran yang
masih ada dengan menggunakan pendekatan model numerik kualitaas air.
c. Pembatasan Perijinan
Pembatasan perijinan pembuangan limbah yang baru pada daerah ruas sungai yang
sudah tidak memiliki daya tampung lagi. Pada daerah ini dibatasi hanya kegiatan
yang tidak memiliki potensi limbah cair, misalnya industri kering dan lain – lain.
203
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Peningkatan partisipasi masyarakat untuk memiliki sungai. Selain itu masyarakat juga
dapat menjadi alat control pelaksanaan pengendalian pencemaran yang cukup
efektif.
e. Pengelolaan Sampah
204
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Salah satu hal penting dalam strategi pegangan permasalahan persampahan adalah
menumbuhkan dan meningkatkan peran aktif masyarakat, upaya apappun yang
dikembangkan tidak akan berkesinambungan dan terintegrasi dengan program
pemberdayaan masyakat dalam pengelolaan lingkungan secara umum.
Pemberdayan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu kunci
keberhasilan, yang tidak terlepas dari berbagai upaya, baik aksi maupun regulasi
yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemampuan
finansial masyarakat dalam pengeloaan sampah.
205
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
206
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Menghadirkan suatu wilayah binaan yang akan menjadi contoh bagi wilayah
lainnya. Binaan dilakukan dengan target terjadinya perubahan perilaku masyarakat
terhadap sampah. Perilaku yang diharapkan muncul adalah dengan tahapan sebagai
berikut : komunitas yang telah mengerti arti pentingnya kebersihan lingkungan, akan mulai
berperilaku dengan arif dengan berusaha mengurangi sampah yang dihasilkannya,
kemudian mulai melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Sedangkan
komunitas masyarakat dengan taraf pemahaman rendah terhadap kebersihan lingkungan,
diajak untuk turut serta memikirkan pemecahan masalah pengelolaan sampah yang
dihadapinya.
207
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Tabel 7. 6 Kebutuhan Investasi Pengembangan SPAM Kabupaten Buton Utara berdasarkan Komponen
Tabel 7. 7 Kebutuhan Investasi Pengembangan SPAM Kabupaten Buton Utara berdasarkan Tahapan
Tahapan Sambungan
Intake Pipa Transmisi IPA Reservoar Pipa Distribusi Total
Pendanaan Rumah
208
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
BAB VIII
ANALISIS KEUANGAN
209
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
210
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
211
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
212
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
213
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
214
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
215
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
perencana Rencana Induk SPAM untuk mencari alternatif sumber pendanaannya dengan
tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila sumber dana
didapatkan dan dipakai dalam investasi air minum.
Atas dasar pemikiran tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber
pendanaan, diperlukan berbagai kajian tentang sumber-sumber dana investasi dan
alternatif-alternatif/opsi-opsi sumber pendanaan, dengan mempertimbangkan aturan dan
tata tertib yang ada. Alternatif sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah:
1. Internal Cash
Alternatif ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan didanai
dengan keuangan dari hasil operasional.
216
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
217
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
218
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
219
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
220
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
221
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Tahapan Sambungan
Intake Pipa Transmisi IPA Reservoar Pipa Distribusi Total
Pendanaan Rumah
Tahap I
(Jangka 971,994,100 28,119,628,667 12,149,926,255 23,619,456,640 25,277,024,375 17,786,847,965 107,924,878,002
Pendek)
Tahap II
(Jangka 72,047,707 2,084,328,264 900,596,341 1,750,759,287 1,873,624,184 1,318,425,303 7,999,781,087
menengah)
Tahap III
(Jangka 158,409,999 4,582,775,088 1,980,124,987 3,849,362,976 4,119,503,816 2,898,798,014 17,588,974,880
Panjang)
Kebutuhan investasi pengembangan air minum yang besar tapi sulit untuk
mendapatkan pendanaanya. Namun di lain pihak harus dipenuhi mendorong bagi
perencana Rencana Induk SPAM untuk mencari alternatif sumber pendanaannya dengan
tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila sumber dana
didapatkan dan dipakai dalam investasi air minum.
Atas dasar pemikiran tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber
pendanaan, diperlukan berbagai kajian tentang sumber-sumber dana investasi dan
alternatif-alternatif/opsi-opsi sumber pendanaan, dengan mempertimbangkan aturan dan
tata tertib yang ada.
222
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Proyeksi keuangan juga digunakan untuk melihat suatu nilai investasi dari proyek
yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan
terhadap investasi yang dikeluarkan, dengan melihat indikasi biaya dan pola investasi yang
dihitung dalam bentuk nilai sekaran (present value) dan harus dikonversikan menjadi nilai
masa datan (future value), berdasarkan metode analisis financial, serta sudah menghitung
kebutuhan biaya untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dalam
perhitungan proyeksi keuangan diperlukan asumsi-asumsi yang akan berpengaruh
langsung maupun tidak terhadap hasil perhitungan/analisis. Kelayakan suatu
proyek/investasi yang juga diperlukan sebagai gambaran dari dampak pengguna sejumlah
investasi. Dimana dengan melihat nilai IRR (Internal Rate Return) dan NPV (Net Present
Value) yang dibandingkan dengan Discount Factor (DF) atau tingkat bunga acuan antar
bank.
1. Porsi pinjaman yang paling mungkin ditawarkan adalah 70% pada unit produksi dan
75% pada unit distribusi
2. Jangka waktu pinjaman tidak melebihi jangka waktu perencanaan Rencana Induk
SPAM
3. Untuk menjaga intensitas air baku, masa kerja operasional pendistribusian (dalam
hal jaringan Distribusi Utama) adalah 8 (delapan) sampai 9 (Sembilan) jam per hari
6. Masa tenggang pembayaran bunga dan cicilan adalah tahun ke-3 atau tahun ke-5
7. Tingka suku bunga adalah 7% lebih tinggi dari tingkat bunga acuan
223
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
9. Kenaikan harga air curah mengikuti penyesuaian kenaikan tariff yaitu 20% setiap 2
tahun, yang dimulai pada tahun 2016
10. Harga Pokok Produksi (HPP) tahun ke-1 antara Rp 1.100,- sampai dengan Rp 3.500,-
11. Tingkat penyesuaian harga pokok produksi (HPP) setiap 2 tahun diperhitungkan
sebesar 10%-20%
12. Harga air diperoleh per periode pentahapan yaitu per 5 tahunan
Jenis dan bentuk kelembagaan sebagai pengelola SPAM dari sebuah sistem
penyediaan air minum yang dibangun sangat bergantung pada kemampuan karakteristik
daerah. Dengan kata lain kelembagaan SPAM pada suatu daerah adalah bersifat
224
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
kondisional sehingga jenis dan bentuk lembaga pengelola dari suatu daerah dengan
daerah lain tidak selalu sama. Namun ada hal sangat mendasar yang harus dipenuhi untuk
setiap pilihan yang diambil. Lembaga pengelola harus dapat beroperasi dengan baik dan
berkelanjutan dalam melaksanakan layanan air minum pada konsumen atau pelanggan.
1. Terpenuhinya kebutuhan air minum bagi pelanggan sesuai prinsip tepat kuantitas,
kualitas dan kontinuitas
2. Memaksimakan pelayanan bagi pelanggan.
3. Meminimalkan biaya operasi dan pemeliharaan SPAM.
4. Memajukan kesejahteraan pelanggan pada khususnya dan masyarakat umunya.
5. Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur.
F = P ( 1 + i )n
Dimana :
225
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
i = Tingkat bunga
n = Jumlah tahunan
Kalau ditinjau dari rencana pendanaan pembangunan, maka dalam aliran biaya dan
manfaat proyek terlihat bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya tidak
sama, demikian juga dengan manfaat yang diperoleh setiap tahunnya juga tidak sama,
oleh karena itu untuk menghitung PV (Present Value) perlu dilakukan satu per satu.
Apabila biaya yang dikeluarkan atau manfaat yang diperoleh pada tahun yang akan datang
akan dinilai untuk saat sekarang, maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
F
P
(1 i) n
Bila biaya yang dikeluarkan atau manfaat yang diperoleh tiap tahun jumlahnya sama besar
(Annuity), maka untuk mendapatkan nilai saat ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
(1 i) n 1
P A.
i(1 i) n
Dimana :
A = Nilai Annuity
i = Suku Bunga
226
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Bila discount rate yang berlaku lebih kecil dari EIRR, maka proyek dinyatakan memadai
untuk dilaksanakan, tetapi bila terjadi sebaliknya maka sebaliknya proyek tidak
dilaksanakan.
1. Analisa Finansial
Untuk pembangunan penyediaan air baku, analisis finansial hanya dilakukan untuk
melihat dampak proyek terhadap pendapatan penerima manfaat yaitu pendapatan
petani dengan dan tanpa proyek.
2. Cash Flow
b. Cash Flow
Cash Flow adalah tata aliran uang masuk dan keluar per periode waktu pada
suatu perusahaan. Dalam ekonomi teknik, cash flow investasi bersifat
estimasi/prediktif, karena kegiatan evaluasi investasi pada umumnya dilakukan
sebelum investasi tersebut direalisasikan. Dalam suatu investasi cash flow terdiri
dari empat komponen utama, yaitu ;
- Investasi
- Operasional cost
- Maintenence cost
- Benefit/manfaat
Biaya
227
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
228
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Dalam analisis ekonomi untuk kelayakan suatu proyek SPAM yang digunakan
sebagai indikator adalah sebagai berikut :
Return On Investment
229
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Atau
Indeks Profitabilitas
Indeks profitabilitas menunjukan kemampuan mendatangkan
laba per satuan nilai investasi:
S (C)t
t=0
(1+i)t
n
S (Co)t
t=0
(1+i)t
Jika: IP > 1 --> Usulan diterima
IP < 1 --> Usulan ditolak
230
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
0 2015 Studi
500,000,000 - - -
1 2016
150,000,000 - - 150,000,000
2 2017
- 3,370,375,873 674,075,175 4,044,451,047
3 2018
- 3,707,413,460 741,482,692 4,448,896,152
4 2019
- 4,078,154,806 815,630,961 4,893,785,767
Konstruksi
5 2020
Tahap I 107,924,878,002 4,485,970,287 897,194,057 5,383,164,344
6 2021
- 32,377,463,401 9,801,072,443 1,960,214,489 44,138,750,332
7 2022
- 10,781,179,687 2,156,235,937 12,937,415,624
8 2023
- 11,859,297,655 2,371,859,531 14,231,157,187
9 2024
- 13,045,227,421 2,609,045,484 15,654,272,905
231
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Konstruksi
10 2025
Tahap II 7,999,781,087 14,349,750,163 2,869,950,033 17,219,700,196
11 2026
- 2,399,934,326 9,089,852,135 1,817,970,427 13,307,756,888
12 2027
- 9,998,837,349 1,999,767,470 11,998,604,819
13 2028
- 10,998,721,084 2,199,744,217 13,198,465,300
14 2029
- 12,098,593,192 2,419,718,638 14,518,311,831
Konstruksi
15 2030
Tahap III 8,794,487,440 13,308,452,511 2,661,690,502 15,970,143,014
16 2031
2,638,346,232 14,639,297,762 2,927,859,552 20,205,503,547
17 2032
16,103,227,539 3,220,645,508 19,323,873,046
18 2033
17,713,550,293 3,542,710,059 21,256,260,351
19 2034
232
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
20 2035
2,638,346,232 21,433,395,854 4,286,679,171 28,358,421,257
21 2036
23,576,735,439 4,715,347,088 28,292,082,527
22 2037
25,934,408,983 5,186,881,797 31,121,290,780
23 2038
28,527,849,882 5,705,569,976 34,233,419,858
24 2039
31,380,634,870 6,276,126,974 37,656,761,844
25 2040
2,638,346,232 34,518,698,357 6,903,739,671 44,060,784,260
Total Manfaat
479,985,159,263
8.3.4 Affordability
Tingkat Affordability adalah tingkat kemampuan masyarakt dalam pembayaran
pembebanan langsung atas jasa yang diterima dari komponen air bersih. Hal ini akan
dikatakan layak apabila pembebanan maksimum yang terjadi pada komponen air bersih
masih tetap dapat ditanggung oleh pengguna jasa (rumah tangga), dengan parameter
besarnya tagihan bulanan masih dibawah 4% dari pendapatan rumah tangga.
233
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Untuk dapat mengevaluasi layak tidaknya investasi ini, maka terlebih dahulu
ditetapkan komponen biaya dan komponen manfaat. Komponen beiaya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk studi-studi (Master Plan SMAP dan DED), biaya konstruksi
pengembangan SDM, biaya operasi dan pemeliharaan (O dan M). Sedangkan komponen
manfaat adalah manfaat yang diperhitungkan adalah manfaat pada saat pelaksanaan
proyek yang terdirid dari pajak asuransi, bunga bank yang tertanam, fee administrasi
proyek, fee transaksi perdagangan upah pekerja keahlian, upah pekerja tenaga buruh, fee
keuntungan perusahaan, dan fee kegiatan konsumsi. Manfaat ini diasumsikan 30% dari
biaya konstruksi dan diposkan pada tahun pertama setelah konstruksi setiap pentahapan.
Adapun komponen biaya investasi dan manfaat dapat dilihat pada tabel berikut.
1 2016 21,584,975,600
21,584,975,600
2 2017 21,584,975,600
21,584,975,600
234
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Biaya
Tahun Ke- Tahun
Studi (Rp) Konstruksi (Rp) O&M (Rp) Total (Rp)
3 2018 21,584,975,600
21,584,975,600
4 2019 21,584,975,600
21,584,975,600
5 2020 21,584,975,600
21,584,975,600
21 2036 5,500,471,884
22 2037 -
23 2038 -
24 2039 -
Adapun hasil perhitungan analisis kelayakan investasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
235
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
236
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
Disc Fac
O&M TOTAL C TOTAL B PVC PVB Net B-C
THN 12%
THN INVESTASI NPV B/C IRR
KE
Benefit
0 2015 500 0 500 150 1.000 500 150 -350.0 (350) 0.30
1 2016 21585 0 21585 4044 0.926 19986.09 3744.862 -16241.2 (16,591) 0.19
2 2017 21585 0 21585 4449 0.857 18505.64 3814.211 -14691.4 (31,283) 0.20
3 2018 21585 0 21585 4894 0.794 17134.85 3884.845 -13250.0 (44,533) 0.23 -
4 2019 21585 0 21585 5383 0.735 15865.6 3956.786 -11908.8 (56,441) 0.22
5 2020 21585 0 21585 44139 0.681 14690.37 30040.09 15349.7 (41,092) 0.53
6 2021 1600 1619 3219 12937 0.630 2028.409 8152.766 6124.4 (34,967) 0.61
7 2022 1600 0 1600 14231 0.583 933.5591 8303.744 7370.2 (27,597) 0.69
8 2023 1600 0 1600 15654 0.540 864.4066 8457.517 7593.1 (20,004) 0.78
9 2024 1600 0 1600 17220 0.500 800.3764 8614.137 7813.8 (12,190) 0.87
10 2025 1600 0 1600 13308 0.463 741.0893 6164.066 5423.0 (6,767) 0.93
11 2026 1759 2898 4657 11999 0.429 1997.313 5145.996 3148.7 (3,619) 0.96
12 2027 1759 0 1759 13198 0.397 698.4824 5241.292 4542.8 924 1.01
13 2028 1759 0 1759 14518 0.368 646.743 5338.353 4691.6 5,616 1.06
14 2029 1759 0 1759 15970 0.340 598.8361 5437.212 4838.4 10,454 1.11 2.9%
15 2030 1759 0 1759 20206 0.315 554.4778 6369.617 5815.1 16,269 1.17 4.0%
16 2031 1759 3742 5500 19324 0.292 1605.535 5640.454 4034.9 20,304 1.21 4.6%
17 2032 1759 0 1759 21256 0.270 475.3754 5744.907 5269.5 25,924 1.26 5.4%
18 2033 1759 0 1759 23382 0.250 440.1624 5851.294 5411.1 30,835 1.31 6.0%
19 2034 1759 0 1759 28358 0.232 407.5578 6570.988 6163.4 37,148 1.37 6.6%
20 2035 1759 3742 5500 28292 0.215 1180.116 6070.016 4889.9 42,038 1.42 6.9%
25 2040 0 3742 3742 479985 0.146 546.3369 70086.43 69540.1 137,769 2.37 10.3%
237
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENYELENGGARAAN SPAM
NPV = 60,931,000,000
B/C = 1.61
IRR = 8.0%
1. Nilai NPV sebesar Rp. 60,931,000,000 adalah lebih besar dari nol artinya proyek
menguntungkan
2. Nilai B/C sebesar 1,61 adalah lebih besar dari 1, yang artinya proyek layak
dilaksanakan karena menguntungkan
Nilai IRR sebesar 8.0% yang berarti proyeksi ini menguntungkan dari segi investasi pada
tahun ke-23.
238
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
BAB IX
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR MINUM
9.1 Organisasi
9.1.1 Bentuk Badan Pengelola
Untuk lebih jelasnya tentang lembaga penyelengara SPAM dapat dilihat dari uraian
di bawah ini.
BLUD merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit kerja SKPD yang
ada di lingkungan Pemerintah Daerah. BLUD dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dan
239
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
FLEKSIBILITAS BLUD
DIBANDINGKAN DENGAN
SKPD BIASA
PENDAPATAN DISETOR KE
1 PENDAPATAN REKENING KAS UMUM PENDAPATAN DISETOR KE
REKENING KAS BLUD
DAERAH
PENERIMAAN TIDAK DAPAT PENERIMAAN DAPAT
DIGUNAKAN LANGSUNG DIGUNAKAN LANGSUNG
Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan daerah yang didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah dimana seluruh modal atau sebagiannya dimiliki
oleh daerah yang merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. BUMD bersifat
semi profit karena selain bersifat komersial segi sosial juga mendapat perhatian
240
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
yang sangat besar, sehingga dalam penetapan tarif biasanya menggunakan prinsip
subsidi silang.
Edaran Dirjen Cipta Karya No. 01/SE/DJCK/2008,bagi SPAM IKK yang dibangun di
kabupaten yang mempunyai UPTD SPAM / PDAM sehat, maka pengelolaannya
diarahkan ke PDAM. Namun bagi SPAM IKK yang dibangun di kabupaten dengan
PDAM kurang sehat/sakit dan daerah kabupaten pemekaran yang belum
terbentuk PDAM maka diperlukan alternatif lembaga penyelenggara.
Perbandingan PDAM, UPTD dan BLUD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
241
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
242
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
Tabel 9. 3 Perbandingan UPTD SPAM / PDAM,UPTD dan BLUD dalam pengembangan SPAM
(lanjutan)
Badan usaha milik Negara (BUMN), mirip dengan BUMD, yang membedakannya
adalah bahwa perusahaan ini adalah perusahaan nasional yang didirikan
berdasarkan Peraturan pemerintah pusat dimana seluruh modal atau sebagiannya
dimiliki oleh negara yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN pun
bersifat semi profit karena selain bersifat komersial segi sosial juga mendapat
perhatian yang sangat besar, dan dalam penetapan tarifnya pun biasanya
menggunakan prinsip subsidi silang, BUMN untuk pengelolaan SPAM di Indonesia
belum ada, akan tetapi layanan umum sejenis lainnya seperti listrik (PLN) , telpon
243
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
(Telkom), Gas (PGN), Jalan bebas hambatan (Jasa marga) merupakan layanan
umum dalam bentuk BUMN.
Wilayah pelayanan SPAM jauh dari jangkauan pengelola air minum kabupaten,
sehingga leih efesien jika dikelola oleh masyarakat dengan pengawasan dan
pembinaan dari pemerintah daerah.
Sistem SPAM yang skalanya terlalu kecil untuk dikelola langsung oleh
pemerintah daerah, sistem ini banyak diimplementasikan melalui program
program pemerintah pusat seperti : Pamsimas, PMPN Mandiri, WSSLIC, CWSHP
dan sebagainya.
Sistem SPAM yang dibangun melalui dana dana LSM , yang memang tujuan
utamanya adalah program pemberdayaan masyarakat.
Sistem SPAM yang dibangun dengan peinsip CSR dari perusahaan profit, yang
memang tujuannya memberi dana konpensasi kepada masyarakat, khususnya
di sekitar lokasi perusahaan.
Fungsi organisasi pengelola SPAM pemerintah daerah dalam kasus seperti ini
sebaiknya di fungsikan sebagai pembina yang secara berkala melakukan berbagai
pembinaan terhadap KSM pengelola SPAM, selain pembinaan SDM, tugas untuk
monitoring sistem SPAM berbasis masyarakat ini harus rutin dilakukan, sehingga
funsi yang ada akan berjalan optimal, dan antisipasi jika terjadi masalah teknis /
non teknis dapat segera diatasi.
244
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
antara 25-50 tahun. Swasta diberikan hak untuk memungut biaya atas jasa yang
diberikan, namun hak atas tanah, air dan aset lainnya tetap dikuasai oleh Negara
setelah jangka waktu konsesi berakhir. Penguasaan selamanya oleh pihak swasta
sulit dilakukan, karena dengan alasan dan bertentangan dengan UUD 45 pasal 33
ayat 3, yang menyatakan bahwa bumi, air, tanah dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan rakyat. Badan usaha swasta yang mendapatkan hak
berdasarkan pelelangan, mengadakan perjanjian dalam penyelenggaraan SPAM
dengan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya. Perjanjian penyelenggaraan
SPAM paling kurang memuat ketentuan sebagai berikut :
Kemitraan atau KPS ini bisa dilakukan apabila investasi yang ditanamkan untuk
pembangunan SPAM Kabupaten ditanggung bersama swasta. Dalam hal ini kedua
pihak bisa membuat perjanjian atau kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian
kerjasama, dimana tanggung jawab dan kepemilikan sarana, prasarana, fasilitas
lainnya serta penyediaan pelayanan ditanggung bersama. Dalam kerjasama ini yang
perlu diperhatikan adalah kepemilikan saham, karena akan sangat berpengaruh
terhadap posisi masing-masing pihak dalam mengambil suatu kebijakan
perusahaan. Kerjasama seperti ini bertujuan untuk memadukan keunggulan dan
kemampuan sumberdaya masing-masing pihak. Swasta biasanya unggul dalam hal
permodalan, teknologi dan kemampuan manajemen, sehingga pengelolaan lebih
efisien. Sedangkan dari pihak Pemerintah Provinsi mempunyai kelebihan dalam hal
245
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
Pengelolaan seperti ini bisa dilakukan bila Pemerintah Daerah tidak berniat
melaksanakan pengelolaan SPAM. Sehingga sebagian atau seluruh dari kegiatan ini
diberikan kepada swasta dengan sistem kontrak kerja (bisa berupa kontrak
pelayanan, operasi dan perawatan). Swasta diberikan wewenang dan
tanggungjawab oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan kegiatan pelayanan,
dengan prasarana serta fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
standar pelayanan, harga dan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian kontrak kerja.
Saat ini pengelolaan SPAM Kabupaten Buton Utara dilaksanakan oleh 3 lembaga
pengelola yaitu : UPTD SPAM Kabupaten Buton Utara, Badan Pengelola Swasta dan
Kelompok Masyarakat.
Kondisi pelayanan SPAM Kabupaten Buton Utara saat ini masih jauh dari harapan,
karena sebagian besar masyarakat belum terlayani oleh sistem pelayanan air minum
secara perpipaan. Untuk itu perlu diambil langkah nyata agar pelayanan air minum kepada
masyarakat dapat berjalan sesuai yang diamanatkan oleh Pemerintah baik dari segi
kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
246
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
dengan job deskripsi dari struktur organisasi yang dibentuk. Sebagai referensi untuk
menghitung jumlah pegawai yang dibutuhkan adalah dengan menghitung rasio 8 per
1000 pelanggan atau 1 pegawai melayani 125 sambungan rumah (SR). Dalam RI SPAM ini
diasumsikan bahwa 1 pegawai melayani 125 sambungan rumah. Berdasarkan sistem yang
ada pada bab 7 dan jumlah penduduk setiap sistem, maka kebutuhan pegawai sesuai
dengan pentahapan pengembangan dapat dihitung. Adapun jumlah pegawai yang
dibutuhkan untuk pengelolaan SPAM di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Tabel
9.3. Berdasarkan Tabel 9.3, diperoleh bahwa jumlah pegawai yang dibutuhkan pada tahun
2020-2025, 2020-2030, dan 2020-2035 masing-masing adalah 127 orang, 136 orang, dan
157 orang.
247
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
Manager:
General Manager S1 Teknik Lingkungan
Manager Teknik S1 Teknik Lingkungan
Manager Keuangan S1 Ekonomi
Bagian Perencanaan Teknik
Kepala Bagian S1 Teknik Lingkungan
Staf (engineer) D3 Teknik Lingkungan
Staf (teknisi) SMK Mesin/Elektro
Bagian Sistem B.Selatan
Kepala Bagian S1 Teknik Lingkungan
Kasub bag IPA S1 Teknik Lingkungan
Staf (engineer) D3 Teknik Lingkungan
Staf (teknisi) SMK Mesin
Kasub bag Jaringan S1 Teknik Lingkungan
Staf (teknisi) SMK Mesin
Bagian Penelitian & Laboratorium
Kepala Bagian S1 Teknik Lingkungan/Kimia
Staf (engineer) D3 Teknik Lingkungan/Kimia
Staf (teknisi) Sekolah Analis Kimia
Bagian administrasi:
Kepala bagian S1 Hukum/Sosial/Ekonomi
Staf D3 Hukum/Sosial/Ekonomi
Bagian Keuangan & Pembukuan:
Kepala Bagian S1 Ekonomi (Akuntansi/Perusahaan)
Staf D3 Ekonomi (Akuntansi/Perusahaan)
Bagian Hubungan Langganan:
Kepala bagian S1 Sosial/Hukum/Ekonomi
Staf D3 Sosial/Hukum/Ekonomi
1. Persyaratan Umum
Semua calon karyawan harus mempunyai kualifikasi umum sebagai berikut :
- Warga Negara Indonesia
- Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Sehat jasmani dan rohani
248
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
2. General Manager
a) Uraian tugas:
- Menyusun rencana kerja perusahaan;
- Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan;
- Melaksanakan dan menindaklanjuti program kerja;
- Mengelola kekayaan perusahaan dan membina karyawan;
- Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan;
- Mewakili perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan;
- Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk
penerimaan dan pengeluaran kepada direksi.
b) Persyaratan khusus:
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
air minum/bersih minimal 10 tahun dan menguasai dibidang teknik, ekonomi,
keuangan, hukum dan kelembagaan;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan /Sipil;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
3. Manager Teknik
a) Uraian tugas:
- Merencanakan dan mengendalikan kegiatan operasi dan pemeliharaan serta
perbaikan yang meliputi IPA, sistem jaringan perpipaan serta fasilitas penunjang
lainnya;
- Merencanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan teknik yang meliputi
IPA, sistem jaringan perpipaan serta fasilitas penunjang lainnya;
- Merencanakan dan mengendalikan kualitas air baik yang masuk ke IPA maupun
yang keluar dari IPA sehingga menjadi air minum yang layak/bisa langsung di
minum;
249
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
b) Persyaratan khusus:
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
teknik air minum/air bersih minimal 7 tahun;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
4. Kabag Perencanaan
a) Uraian tugas:
- Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penelitian, evaluasi serta rencana
pengembangan pelayanan yang meliputi PDAM yang akan dilayani,
pengembangan intake & air baku, IPA, sistem jaringan perpipaan beserta
fasilitas penunjang lainnya;
- Merencanakan, mengelola serta mengembangkan sistem informasi jaringan
perpipaan;
- Membuat standarisasi yang meliputi mutu air minum, peralatan, penggunaan
bahan kimia, listrik, dan alat teknik lainnya;
- Membuat sistem pemantauan dan pengendalian terhadap air minum yang
diproduksi dan didistribusikan ke PDAM;
- Melakukan pengedalian terhadap mutu bahan, peralatan serta bangunan
lainnya;
- Melakukan survey rencana pengembangan dan membuat gambar rencana
beserta perhitungan biaya;
- Membuat laporan bulanan ditujukan kepada Manager Teknik.
b) Persyaratan khusus:
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
teknik air minum/air bersih khususnya dibidang perencanaan minimal 5 tahun
untuk Kepala Bagian dan 2 tahun untuk staf;
250
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
5. Kabag Sistem
a) Uraian tugas:
- Menyusun rencana kegiatan operasi dan pemeliharaan serta perbaikan intake
di sumber air baku, IPA dan Jaringan;
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi operasi dan pemeliharaan serta
perbaikan intake, IPA dan jaringan perpipaan;
- Mengawasi penggunaan bahan-bahan kimia, suku cadang dan peralatan yang
berhubungan dengan alat-alat teknik lainnya;
- Membuat laporan bulanan ditujukan kepada Manager Teknik.
b) Persyaratan khusus:
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
teknik air minum khususnya dibidang operasi dan pemeliharaan IPA dan
jaringan air minum/air bersih, minimal 5 tahun untuk Kepala Bagian dan 2
tahun untuk staf;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan untuk Kepala Bagian, dan
D3 untuk staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
251
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
b) Persyaratan khusus :
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
teknik air minum khususnya dibidang operasi dan pemeliharaan IPA, minimal 3
tahun untuk Kepala Sub bag dan 1 tahun untuk staf;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan untuk Kepala Sub bag,
dan D3 untuk staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
b) Persyaratan khusus :
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
teknik air minum khususnya dibidang operasi dan pemeliharaan jaringan pipa
air minum/bersih, minimal 3 tahun untuk Kepala Sub bag dan 1 tahun untuk
staf;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan untuk Kepala Sub bag, dan
D3 untuk staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
252
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
b) Persyaratan khusus :
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
laboratorium khususnya dibidang air minum/bersih, minimal 5 tahun untuk
Kepala Seksi dan 2 tahun untuk staf;
- Berpendidikan minimal S1 bidang Teknik Lingkungan/Kimia Analis untuk Kepala
Bagian dan D3 untuk staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
9. Manager Keuangan
a) Uraian tugas:
- Merencanakan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, keuangan, dan
kepegawaian;
- Merencanakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan perlengkapan kantor
dan barang milik perusahaan;
- Merencanakan dan mengendalikan anggaran sesuai dengan program dan
rencana kerja perusahaan;
- Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan dan
pengeluaran perusahaan;
- Melakukan penilaian dan persetujuan samua pembelian untuk keperluan
operasional perusahaan;
- Membuat laporan bulanan ditujukan kepada General Manager;
b) Persyaratan khusus :
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman minimal 7
tahun dibidang Administrasi dan keuangan air minum;
- Berpendidikan minimal S1 Ekonomi bidang Accounting/Management;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
253
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
b) Persyaratan khusus
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
Administrasi, minimal 5 tahun untuk kepala bagian dan 2 tahun untuk staf;
- Berpendidikan minimal S1 hukum/soSial untuk Kepala Bagian dan D3 untuk
staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
254
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
b) Persyaratan khusus:
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
Keuangan air minum minimal 5 tahun untuk kepala bagian dan 2 tahun untuk
staf;
- Berpendidikan minimal S1 ekonomi bidang Accounting atau perusahaan untuk
Kepala Bagian dan D3 untuk staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk oleh perusahaan.
b) Persyaratan khusus :
- Mempunyai kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dibidang
sosial dan ekonomi, minimal 5 tahun untuk Kepala Bagian dan 2 tahun untuk
staf;
- Berpendidikan minimal S1 sosial/komunikasi untuk Kepala Bagian dan D3 untuk
staf;
- Lulus tes yang dilakukan oleh tim seleksi calon karyawan dari perusahaan atau
dari tim independence yang ditunjuk perusahaan .
255
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
9.3 Pelatihan
Untuk menyiapkan dan mendapatkan SDM yang handal khususnya dalam bidang
air minum, dibutuhkan program pelatihan yang teratur dan terprogram seperti mengikuti
pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang sangat konsen terhadap
pengembangan air minum, seperti yang dilaksanakan oleh departemen PU, BPPSPAM,
Perpamsi atau dari lembaga donor/asing. Selain itu kegiatan studi banding dan mengikuti
On Job Training ke UPTD SPAM / PDAM yang lebih maju sangat membantu untuk
meningkatkan kemampuan SDM. Usulan Kebutuhan Pelatihan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
256
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang mendukung
keberhasilan kinerja suatu organisasi kedepannya. Rencana pengembangan sumber daya
manusia yang dirumuskan diharapkan akan mendukung strategi pengembangan pelayanan
pelanggan di wilayah operasional. Pengembangan SDM dapat berupa pelatihan-pelatihan
di bidang teknik, kelembagaan, keuangan, manajemen dan teknologi informasi yang
berkerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan /pelatihan, mengirim staf untuk
mengikuti seminar, workshop, lokakarya dan sejenisnya untuk meningkatkan pemahaman
dan layanan, dan melakukan transfer pengetahuan oleh pegawai/staf yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan kepada pegawai lain. Rencana Pengembangan SDM
penyelenggara SPAM di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Anggaran ( Rp. )
Isu / Kondisi Sumber
Permasalahan Sasaran Program Tahun
Eksisting Biaya
2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksanaan
Menjamin Program
Pengelolaan
Tercukupinya Pelatihan
Kualitas Sumber SPAM Belum
Pengetahuan Dengan
Daya Manusia Di Dapat
Karyawan Dan Lembaga √ APBD
Bidang Teknik Memenuhi
Meningkatkan Pendidikan
Kurang Memadai Standar Yang
Motivasi Dalam Khusus Di Bidang
Berlaku Operasional
Bekerja
Atau Teknik
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Belum Menjamin Program
Kualitas Sumber Pelatihan
Transparansi Tercukupinya
Daya Manusia Di
Dan Pengetahuan Dengan
Bidang
Akuntabilitas Karyawan Dan Lembaga √ APBD
Manajemen Dan
Sesuai Dengan Meningkatkan Pendidikan
Keuangan Kurang
Kaidah Motivasi Dalam Khusus Pada
Memadai Bidang
Akuntasi Bekerja
Manajemen
Atau Akuntasi
257
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
Anggaran ( Rp. )
Isu / Kondisi Sumber
Permasalahan Sasaran Program Tahun
Eksisting Biaya
2020 2021 2022 2023 2024
Penggambaran
Peta
Terbatasnya Peningkatan
Pertambahan
Pengetahuan Kualitas SDM
Pelayanan
Akan Teknologi Demi
Khusunya Pelaksanaan
Informasi Atau Menunjang
Distribusi Program √ APBD
Penguasaan Kinerja
Untuk Pelatihan GIS
Software Operasional
Menunjang
Penunjang UPTD SPAM /
Data Eksisting
Seperti Autocad Pelayanan PDAM
UPTD SPAM /
PDAM
Peningkatan Pelaksanaan
Terbatasnya
Kualitas SDM Program
Keuangan
Demi Pendidikan Dan
Kualitas Sumber Untuk
Menunjang Latihan Untuk
Daya Di Bidang Pemeliharaan √ APBD
Kinerja Pegawai Dengan
Pemasaran Sarana Dan
Operasional Materi
Prasarana Air
UPTD SPAM / Pelayanan Dan
Minum
PDAM Pemasaran
Penyelesaian Pelaksanaan
Masalah Program
Hanya Pelatihan
Peningkatan
Diselesaikan Dengan
Sumber Daya Peningkatan
Dengan Lembaga
Manusia Dalam Pelayanan √ APBD
Berdasarkan Pendidikan
Pengelolaan PAMDES
Pengetahuan Khusus Di Bidang
Sarana Pemeliharaan
Dan
Pengalaman Sarana Dan
Yang Ada Prasarana Air
Minum Pamdes
258
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
meningkatkan sistem fisik (tehnik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Tujuan perjanjian kerjasama adalah sebagai jamiwa investasi yang ditanam dapat
bermanfaat dan berkesinambungan pelayanannya. Sedangkan bagi mitra kerjasama dapat
memberikan jaminan adanya pegembalian terhadap investasi yang ditanamkan sesuai
dengan kesepakatan. Wilayah yang dikerjasamakan umumnya wilayah baru yang belum
mendapatkan pelayanan air minum
MEKANISME KPBU
259
PENYELENGGARAAN KELEMBAGAAN
PELAYANAN AIR MINUM
kerjasama SPAM hanya menjadi beban para pihak yang melakukan kerjasama (tidak
membebankan risiko kepada pihak lain)
260
LAMPIRAN
LAMPIRAN
261
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN