tp
s:
//lo
m
bo
kt
im
ur
ka
b.
bp
s.
go
.id
Katalog BPS: 4102004.5203
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
ps
.g
o.
id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2017
ISBN:-
No. Publikasi/Publication Number: 5203.18xx
Katalog/Catalog: 4102004.5203
id
o.
Naskah/Manuscript:
.g
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur
ps
BPS-Statistics of Lombok Timur Regency
b.b
Desain Kover/Cover Design by: ka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur
ur
id
o.
.g
Pengarah : Drs. M. Saphoan
ps
.b
Penulis : Eni Handayani, S.ST
b
I Putu Surya Dhyatmika, S.ST
ka
M. Ahzan Sofyan, S.ST
ur
im
id
Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola Konsumsi, Perumahan dan
o.
.g
Lingkungan, Kemiskinan, serta Sosial Lainnya yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan
ps
kualitas hidup. Sumber data yang digunakan dalam publikasi ini antara lain, hasil pendataan
b .b
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan
ka
data sekunder dari berbagai dinas/instansi/SKPD terkait.
ur
im
Publikasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat maksimal kepada semua pihak
kt
terutama para pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait lainnya. Ucapan terima kasih dan
bo
om
apresiasi yang sebesar-besarnya diberikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan
//l
memberikan konstribusinya dalam penyusunan publikasi ini. Saran dan masukan yang
s:
id
o.
19 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio
Jenis Kelamin
.g
20 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
ps
22 Beban Ketergantungan
.b
24 Usia Kawin Pertama dan Fertilitas
b
25
ka
Penggunaan Alat/Cara KB
KESEHATAN DAN GIZI 27
ur
31 Penolong Persalinan
kt
32 Mordibitas
bo
PENDIDIKAN 37
om
41 Tingkat Pendidikan
tp
KETENAGAKERJAAN 45
47 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
49 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
TARAF DAN POLA KONSUMSI 51
PERUMAHAN DAN 57
LINGKUNGAN
59 Kualitas Rumah Tinggal
62 Fasilitas Rumah Tinggal
KEMISKINAN 65
68 Perkembangan Penduduk Miskin
69 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan
SOSIAL LAINNYA 71
73 Perjalanan Wisata
74 Kepemilikan Telepon Genggam dan Akses Terhadap
Internet
76 Akses Pengobatan Gratis
78 Tindak Kejahatan
id
(Jiwa)
o.
.g
TABEL 4 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut 30
ps
Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Timur
Tahun 2017
b .b
TABEL 5 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan
ka 33
Terakhir Menurut Hari Sakit dan Jenis Kelamin Tahun 2017
ur
TABEL 6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan 34
im
43
bo
Tahun 2014,2015,2017
tp
id
Tahun 2017
o.
GAMBAR 4 Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Menurut 26
.g
Alat/Cara KB Kabupaten Kabupaten Lombok Timur Tahun
ps
2017
.b
GAMBAR 5 Persentase Baduta yang Diberikan ASI di Kabupaten Lombok 30
b
Timur Tahun 2017 ka
GAMBAR 6 Persentase Kelahiran Menurut Tempat Persalinan 31
ur
id
GAMBAR 22 Persentase Penduduk 5 Tahun Ke Atas yang Menggunakan 75
o.
Komputer/Laptop dan Mengakses Internet dalam 3 Bulan
.g
Terakhir Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Timur
ps
Tahun 2017 (persen)
.b
GAMBAR 23 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses 76
b
Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Tujuan Kabupaten
ka
Lombok Timur Tahun 2017
ur
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
1
BAB PENDAHULUAN
Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga
melalui (a) tingkat pendapatan, (b) komposisi pengeluaran rumah tangga
untuk makanan dan non-makanan, (c) tingkat pendidikan anggota rumah
tangga, (d) tingkat kesehatan dan kondisi perumahan serta fasilitas yang
dimiliki rumah tangga
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam
id
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Suryono (2014) mengemukakan empat pengertian
o.
.g
kesejahteraan, yakni (1) dalam istilah umum, sejahtera berarti keadaan manusia yang baik,
ps
makmur, sehat dan damai; (2) dalam tujuan ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
b .b
keuntungan atau manfaat suatu hal dalam menunjang kesejahteraan; (3) dalam tinjauan
ka
ur
kebijakan sosial, sejahtera berkaitan dengan jangkauan pelayanan untuk memenuhi
im
kebutuhan masyarakat; (4) dalam tinjauan lain, sejahtera identik dengan aspek keuangan
kt
yang dibayarkanoleh pemerintah kepada orang yang memiliki kebutuhan finansial, tetapi
bo
om
terencana, terpadu dan memiliki perspektif jangka panjang. Program tersebut kemudian
tp
ht
Tujuan penulisan publikasi ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai gambaran
serta perkembangan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur yang diukur dari
beberapa aspek kesejahteraan. Adapun aspek-aspek tersebut adalah kependudukan,
kesehatan dan gizi, ketenagakerjaan, pendidikan, konsumsi dan perumahan dan kemiskinan.
id
o.
1.3 Manfaat Penulisan
.g
ps
Penulisan publikasi ini bertujuan untuk:
.b
a. Memberikan informasi mengenai gambaran kesejahteraan masyarakat di
b
ka
Kabupaten Lombok Timur.
ur
Penulisan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017 inii
dibagi dalam beberapa bab. Bab pertama menguraikan latar belakang, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan. Bab kedua menyajikan metodologi yang digunakan dalam penulisan
ini mencakup ruang lingkup, sumber data, serta konsep dan definisi indikator kesejahteraan.
Bab ketiga berisi gambaran umum penduduk, seperti jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, rasio ketergantungan, kepadatan penduduk dan sebagainya. Selanjutnya bab
keempat membahas indikator kesejahteraan dari sisi kesehatan dan gizi, diantaranya
imunitas dan gizi balita, penolong persalinan dan morbiditas penduduk. Bab kelima
memberikan gambaran mengenai pendidikan, dengan menyajikan indikator melek huruf dan
partisipasi sekolah. Bab keenam menyajikan kesejahteraan penduduk dari sisi
id
o.
pengobatan gratis, dan tindak kejahatan.
.g
ps
.b
b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
2
BAB METODOLOGI
Beberapa aspek kesejahteraan yang akan disajikan adalah aspek
kependudukan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi rumah
tangga, perumahan dan lingkungan, kemiskinan, serta aspek sosial
lainnya
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Ruang Lingkup
id
Publikasi ini hanya menyajikan indikator kesejahteraan yang dapat diukur yang diperoleh
o.
.g
dari berbagai survei yang dilakukan oleh BPS dan sumber-sumber data sekunder lainnya..
ps
Beberapa aspek kesejahteraan yang akan disajikan adalah aspek kependudukan kesehatan,
b .b
pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi rumah tangga, perumahan dan lingkungan,
ka
ur
kemiskinan, serta aspek sosial lainnya.
im
kt
Sumber data yang digunakan untuk publikasi ini adalah hasil Survei Sosial Ekonomi
om
Nasional (Susenas) Maret 2016, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2016 dan
//l
s:
Sensus Penduduk 2010. Meskipun Susenas dan Sakernas telah mencakup beberapa aspek
tp
kesejahteraan, beberapa indikator penunjang juga diperoleh melalui sumber lainnya seperti
ht
Kabupaten Lombok Timur Dalam Angka, maupun publikasi lainnya yang telah dirilis terlebih
sebelumnya.
id
dibagi dengan luas wilayah. Dihitung menggunakan formula:
o.
.g
ps
𝑗𝑖𝑤𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝑗𝑖𝑤𝑎)
.b
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 ( 2
)=
𝑘𝑚 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝑘𝑚2 )
b
ka
ur
d. Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
im
kt
laki-laki dan perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Dihitung
bo
dengan cara:
om
2. Indikator Kesehatan
a. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan perbandingan antara jumlah bayi
(kurang dari 1 tahun) yang meninggal dengan jumlah kelahiran hidup dalam
kurun waktu satu tahun. Atau rata-rata banyaknya bayi yang meninggal
setiap seribu kelahiran hidup. Dihitung dengan formula:
id
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝐾𝐾 = 𝑥100
o.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
.g
d. Angka Morbiditas (AM) disebut juga sebagai angka kesakitan merupakan
ps
.b
persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan
b
ka
terganggunya kegiatan sehari-hari (sakit). Dihitung dengan menggunakan
ur
rumus:
im
𝐴𝑀 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
bo
e. Rata-rata Lama Sakit (RrLS) adalah rata-rata lamanya terganggu kesehatan (dalam
om
mengalami keluhan kesehatan. Menunjukkan rata-rata lama hari sakit yang dialami
s:
tp
penduduk. Rata-rata lama sakit dimaksud selama satu bulan terakhir (maksimal 30
ht
3. Indikator Pendidikan
id
a. Bersekolah adalah terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar di suatu
o.
.g
jenjang pendidikan formal, baik yang di bawah pengawasan Depdiknas
ps
maupun departemen/instansi lain.
.b
b. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan perbandingan jumlah penduduk usia
b
ka
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
ur
im
perhitungannya adalah:
bo
𝐴𝑀𝐾 = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 15 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝐴𝑡𝑎𝑠
//l
c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan rata-rata jumlah tahun yang telah
s:
tp
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
id
yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Dihitung dengan:
o.
.g
ps
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝐾𝐾 = 𝑥100
.b
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
b
ka
ur
h. Jumlah jam kerja adalah waktu yang digunakan untuk bekerja dari seluruh
pekerjaan yang dilakukan selama seminggu terakhir.
i. Lapangan usaha/pekerjaan adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja, atau yang
dihasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja.
j. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan yang
meliputi berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh
id
bagiantempat tinggalyang ditempati olehanggota rumah tangga
o.
.g
dandipergunakanuntuk keperluanhidup sehari–hari
ps
b. Atap layak termasuk atap selain daun-daunan, yakni beton, genteng, sirap,
.b
seng dan asbes
b
ka
c. Dinding layak merupakan dinding yang teruat dari susunan bata merah atau
ur
im
e. Jamban sehat adalah jamban yang digunakan oleh rumah tangga dengan
om
memiliki fasilitas jamban sehat baik milik sendiri maupun milik bersama.
ht
7. Kemiskinan
a. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
rumah tangga sebulan di bawah garis kemiskinan.
b. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah yang dibutuhkan seseorang yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar makanan selama sebulan sebanyak 2.100
kkal/kapita/hari ditambah kebutuhan dasar non makanan khususnya untuk
sandang dan papan.
“sengaja dikosongkan...”
.b
ps
.g
o.
id
3
BAB KEPENDUDUKAN
Secara garis besar dependency ratio Kabupaten Lombok Timur mencapai
54,78 pada tahun 2017. Angka ini terus mengalami penurunan dari tahun
2011 sebesar 57,05 persen. Jika penurunan ini terus terjadi, diperkirakan
beberapa tahun ke depan Kabupaten Lombok Timur akan mengalami
Bonus Demografi
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 3
KEPENDUDUKAN
Masalah kependudukan bukan merupakan hal yang baru, terutama pada negara
berkembang seperti Indonesia. Oleh sebab itu, masalah ini perlu mendapat perhatian
khusus karena berkaitan dengan indikator kehidupan lainnya seperti ketersediaan fasilitas
id
pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan yang berdampak kepada kesejahteraan
o.
.g
penduduk itu sendiri. Besarnya jumlah penduduk dapat menjadi potensi untuk penyediaan
ps
sumber daya manusia (SDM). Namun pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak
.b
tidak menjamin kelancaran pembangunan suatu daerah. Pembangunan dalam masalah
b
ka
kependudukan bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. SDM yang banyak juga harus
ur
im
diimbangi dengan kemampuan yang memadai untuk bersaing pada era milineal seperti
kt
sekarang ini. Beberapa indikator kependudukan yang akan disajikan dalam publikasi ini
bo
adalah jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, rasio jenis kelamin, kepadatan dan
om
3.1 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
tp
ht
Dalam lima tahun terakhir jumlah penduduk Lombok Timur terus mengalami
peningkatan. Laju pertumbuhan penduduk dalam lima tahun terakhir berkisar antara 0,8 –
0,98 persen. Lombok Timur merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mencapai 1.183.204 jiwa pada tahun 2017. Sementara
itu kepadatan penduduk sekitar 737 jiwa/km2 masih jauh di bawah Kota Mataram sebagai
ibukota Provinsi. Ini merupakan hal yang wajar mengingat luas Kota Mataram hanya 0,3
persen dari luas NTB sedangkan Lombok Timur merupakan Kabupaten dengan luas wilayah
1.605,55 km2 atau 7,97 persen dari luas NTB.
id
Sumber: BPS, Proyeksi SP2010
o.
.g
3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
ps
.b
Hal yang tidak kalah penting dalam masalah kependudukan adalah sebaran dan
b
ka
kepadatan penduduk. Jika dilihat persebaran penduduk berdasarkan administrasi
ur
dengan jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2017. Sedangkan jumlah penduduk terendah
kt
bo
Sementara itu, dilihat dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah
//l
perempuan cenderung lebih banyak dari pada laki-laki. Perbedaan ini sangat signifikan,
s:
tp
dilihat dari sex ratio hanya sebesar 87,14 pada tahun 2017 artinya hanya ada sekitar 87
ht
penduduk laki-laki diantara 100 perempuan. Jika dilihat menurut kecamatan, maka Sikur
memiliki sex ratio terkecil. Sedangkan Sambelia memiliki sex ratio terbesar yang mencapai
94,93. Sementara itu sex ratio Selong yang merupakan ibukota kabupaten adalah sebesar
89,88.
Data kepadatan penduduk menurut kecamatan yang disajikan dalam publikasi ini
bertujuan untuk melihat ketimpangan sebaran penduduk. Sebagai ibukota kabupaten,
Kecamatan Selong memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi mencapai 2.888
jiwa/km2. Di samping itu, beberapa kecamatan di sekitar Selong juga memiliki kepadatan
penduduk yang relatif tinggi, seperti kecamatan Masbagik, Sukamulia dan Sakra. Sedangkan
kecamatan dengan wilayah terluas justru memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah
dibandingkan yang lainnya, seperti Kecamatan Sembalun dan Sambelia. Hal ini disebabkan
Jumlah Penduduk , Sex Ratio dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Timur
TABEL 2
menurut Kecamatan Tahun 2017
PENDUDUK KEPADATAN
SEX RATIO
KECAMATAN PENDUDUK
JUMLAH(JIWA) PERSENTASE (%) (L/P)
(JIWA/KM2)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Keruak 52.778 4.46 89.21 1.303
o.
Jerowaru 59.880 5.06 92.54 419
.g
Sakra 56.882 4.81 85.02 2.267
ps
Sakra Barat 50.822 4.30 83.55 1.573
b .b
Sakra Timur 44.176 3.73
ka 81.37 1.193
Terara 68.979 5.83 89.79 1.666
ur
Ditinjau dari komposisi penduduk menurut kelompok umur, jumlah laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan pada kelompok umur muda, yakni 0-14 tahun.
Pada kelompok umur produktif, 15-64 tahun perempuan lebih dominan daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena banyaknya penduduk laki-laki Kabupaten Lombok Timur yang
mencari pekerjaan atau bersekolah ke luar daerah. Sementara itu, pada kelompok umur tua,
21 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2017
jumlah penduduk perempuan juga lebih banyak daripada laki-laki, sejalan dengan angka
harapan hidup wanita yang lebih tinggi daripada laki-laki.
75 +
70 – 74
65 – 69
60 – 64
id
55 – 59
50 – 54
o.
45 – 49
40 – 44
.g
35 – 39
ps
30 – 34
25 – 29
.b
20 – 24
15 – 19
b
10 – 14 ka
5–9 Ribu
0–4 Jiwa
ur
70 60 50 40 30 20 10 0 10 20 30 40 50 60 70
im
menunjukan besar beban tanggungan kelompok usia produktif (15-64 tahun) atas usia non
tp
produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Semakin tinggi persentase dependency ratio
ht
id
o.
47,10 persen, kemudian Terara 50,31 persen dan Masbagik 51,66. Sedangkan kecamatan-
.g
kecamatan lainnya memiliki dependency ratio yang masih relatif tinggi mencapai 61,98 pada
ps
Kecamatan Sambelia.
b .b
ka
Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Non Produktif di Kabupaten
ur
TABEL 3
Lombok Timur Menurut Kecamatan Tahun 2017 (Jiwa)
im
Usia kawin pertama (UKP) merupakan umur seorang wanita ketika melangsungkan
perkawinan pertama kali. Semakin muda UKP seseorang berarti semakin lama masa
reproduksinya berlangsung yang berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Seorang wanita
id
o.
yang mengalami masa reproduksi yang lama, besar kemungkinan wanita tersebut
.g
melahirkan banyak anak. Hal ini menyebabkan tingginya angka pertumbuhan penduduk di
ps
suatu daerah.
b .b
ka
Undang-Undang perkawinan No.1 Tahun 1974 menyebutkan batas usia minimal
ur
perlindungan anak menyebutkan batas usia minimal perempuan untuk menikah adalah 18
kt
bo
tahun. Di sisi lain Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus
om
menggalakan usia perkawinan ideal perempuan adalah pada saat berumur 21 tahun.
//l
s:
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Menurut Umur Kawin
GAMBAR 2
tp
18.38
27.42
≤16
17-18
19-20
27.87
21+
26.33
UKP Kabupaten Lombok Timur masih relatif rendah. Lebih dari 50 persen wanita
pernah kawin melangsungkan perkawinan pada usia sekolah. Persentase penduduk yang
id
o.
melihat rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan pada masa reproduksinya
.g
ps
disebut dengan Total Fertility Rate (TFR). Target TFR nasional Indonesia adalah 2,1 yang
.b
berarti setiap perempuan diharapkan untuk melahirkan hanya dua orang anak selama masa
b
reproduksinya.
ka
ur
im
TFR Lombok Timur pada tahun 2017 adalah sebesar 2,47 berarti rata-rata anak yang
kt
dilahirkan setiap wanita di Kabupaten Lombok Timur adalah sebanyak 2 sampai dengan 3
bo
anak. Meskipun jumlah tersebut masih jauh dari target nasional, namun dari tahun 2011 TFR
om
Lombok Timur selalu lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
//l
s:
Diharapkan beberapa tahun ke depan TFR Lombok Timur dapat terus ditekan sehingga dapat
tp
mencapai target nasional. Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) juga dapat diukur
ht
GAMBAR 3 Total Fertility Rate Kabupaten Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017
2.70
2.67
2.65
2.64
2.60 2.61
2.57
2.55 2.54
2.50 2.51
2.49
2.45 2.47
2.40
2.35
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Penurunan tingkat fertilitas tidak terlepas dari peranan pemerintah melalui program KB
yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, mengurangi angka kelahiran
dan kematian ibu. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selaku
instansi pemerintah yang menangani program KB mengharapkan akseptor KB nasional terus
meningkat. Terutama untuk pengguna KB dengan metode kontrasepsi jangka panjang seperti
IUD dan Implant.
id
Berdasarkan data Susenas 2017, sebanyak 40,97 persen wanita usia subur yang pernah
o.
kawin masih menggunakan alat/cara KB. Alat/cara KB yang paling banyak digunakan di
.g
ps
Kabupaten Lombok Timur adalah suntikan. Hal yang wajar mengingat suntikan merupakan
.b
alat/cara KB yang paling mudah dan murah diperoleh. Sementara itu persentase penggunaan
b
ka
metode kontrasepsi jangka panjang, yakni Implant dan IUD sudah cukup tinggi mencapai 18
ur
GAMBAR 4
Alat/Cara KB Kabupaten Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017
om
//l
2.44
s:
tp
4.44
ht
14.12 Suntikan
Pil
10.06 Implan
68.94 IUD
Lainnya
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 4
KESEHATAN DAN GIZI
Salah satu indikator yang dapat menunjukan kualitas sumber daya manusia adalah
indikator bidang kesehatan. Tingkat kualitas kesehatan merupakan salah satu indikator
untuk menggambarkan mutu pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu, berbagai
program terkait peningkatan kesehatan masyarakat perlu terus diperbaiki dan
id
o.
disempurnakan. Untuk pemenuhan anggaran kesehatan digunakan dana APBN sebesar 10
.g
persen. Anggaran ini akan diarahkan dalam bentuk peningkatan status kesehatan gizi ibu dan
ps
anak, pengendalian penyakit, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar,
b .b
peningkatan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS).
ka
ur
Usia di bawah lima tahun merupakan masa emas pertumbuhan anak. Oleh karena itu
bo
kulitas kesehatan balita perlu menjadi perhatian. Salah satu indikator untuk melihat tingkat
om
kualitas kesehatan balita dapat dilihat dari imunitas dan gizi. Tingkat imunitas diukur dari
//l
s:
persentase anak usia 12-59 bulan yang pernah mendapatkan imunisasi menurut jenis
tp
imunisasi. Sementara itu karena keterbatasan data yang tersedia, status gizi dalam publikasi
ht
ini diukur dengan indikator persentase anak usia kurang dari dua tahun yang pernah dan
masih mendapatkan ASI.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah
penyakit tertentu. Dengan diberikan imunisasi diharapkan tingkat kematian bayi menurun
dan meningkatkan harapan hidup bagi bayi yang dilahirkan. Berdasarkan tabel 4, sebagian
besar balita di Lombok Timur telah mendapatkan imunisasi yang diwajibkan pemerintah,
antara lain BCG (Bacille Calmette-Guerin), DPT (Diphteria, Tetanus, Pertussis), Polio, Campak
dan Hepatitis B. Akan tetapi, untuk beberapa imunisasi seperti DPT, Hepatitis B dan Campak
belum memenuhi target pencapaian imunisasi nasional yakni sebesar 93 persen dari jumlah
seluruh balita di suatu wilayah. Sementara itu, jika ditinjau menurut jenis kelamin maka
id
o.
Campak/Morbili 62,21 63,59 62,89
.g
Hepatitis B 90,42 89,94 90,19
ps
Sumber: Susenas Maret 2017
b .b
Persentase capaian imunisasi tertinggi adalah untuk jenis imunisasi Polio dan BCG.
ka
Sekitar 95 persen balita laki-laki memperoleh imunisasi Polio, sedangkan perempuan
ur
im
melebihi 90 persen. Hal ini tidak terlepas dari program pemerintah yang mencanangkan
kt
Indonesia Bebas Polio. Di sisi lain, pemberian imunisasi campak cenderung masih rendah
bo
dibandingkan dengan jenis imunisasi lainnya baik untuk balita perempuan maupun laki-laki.
om
Imunisasi campak pada perempuan bahkan tidak mencapai angka 80 persen pada tahun
//l
s:
2017. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi maupun penyuluhan mengenai bahaya campak
tp
ht
jika tidak diatasi secara dini kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan.
100.00
100.00 98.21
96.48
95.00
90.00 Laki-laki
84.75 85.50 85.13 Perempuan
85.00
Total
80.00
75.00
Pernah Masih
Sumber: Susenas Maret 2017
Indikator lain untuk melihat kesehatan anak adalah persentase anak di bawah dua
tahun yang masih dan pernah diberi ASI.Idealnya, lama pemberian ASI kepada anak adalah
id
o.
Salah satu indikator yang dapat memengaruhi kematian bayi dan kematian ibu saat
.g
ps
melahirkan adalah tenaga penolong persalinan. Kualitas persalinan yang baik dapat
.b
menurunkan peluang kematian bayi saat dilahirkan. Dilihat menurut tempat persalinan anak
b
ka
terakhir, lebih dari 50 persen ibu memilih untuk melahirkan di Puskesmas/Poskesdes.
ur
Persentase kelahiran di Rumah Sakit pada 2017 hampir mencapai 20 persen, angka tersebut
im
kt
lebih tinggi dibandikan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 16 persen. Hanya saja masih
bo
terdapat 2,79 persen proses kelahiran yang terjadi bukan di fasilitas kesehatan seperti di
om
rumah.
//l
s:
2.79
7.12
9.90
38.30
19.43
22.46
Polindes/Poskesdes Puskesmas/Pustu
RS Pemerintah/Swasta/RSIA Praktek nakes
Rumah bersalin/klinik Rumah
Sumber: Susenas Maret 2017
0.70
id
18.19
o.
.g
ps
Dokter
.b
Bidan
b
ka Lainnya
ur
81.11
im
kt
bo
om
4.3 Mordibitas
tp
ht
Tingkat kesakitan atau morbiditas dihitung dari jumlah penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan hingga terganggunya aktivitas. Yang dimaksud dengan keluhan kesehatan
adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan atau hal
lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Pada umumnya keluhan
kesehatan yang sering terjadi pada penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare,
asma/sesak nafas, dan sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis dianggap
mempunyai keluhan kesehatan, walaupun pada waktu survei penyakitnya tidak kambuh.
Berdasarkan data Susenas Maret 2017 sebanyak 32,06 persen penduduk mengalami
keluhan kesehatan sebulan terakhir sebelum waktu pencacahan. Jika dirinci menurut jenis
kelamin, persentase penduduk perempuan yang mengalami keluhan kesehatan adalah 32,91
persen, sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki 31,08 persen.
id
15–21 2,43 1,00 1,69
o.
.g
22–30 5,74 5,43 5,58
ps
.b
Jumlah 100,00 100,00 100,00
b
Rata–rata Lama Sakit (Hari)
ka 6,00
ur
Dilihat dari jumlah hari sakit, sebagian besar penduduk mengalami gangguan
bo
kesehatan tidak lebih dari 7 hari, sekitar 46,53 persen mengalami gangguan kesehatan
om
kurang dari atau sama dengan 3 hari, dan sekitar 38,86 persen mengalami gangguan
//l
kesehatan antara 4-7 hari. Terdapat kecenderungan penurunan persentase penduduk yang
s:
tp
menderita sakit dengan semakin banyaknya hari sakit. Walaupun demikian masih terdapat
ht
5,58 pesen penduduk yang sakit lebih dari 3 minggu. Lama hari sakit ini berdampak pada
berkurangnya hari produktif. Karena semakin lama seseorang sakit, maka ia akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihan agar dapat kembali bekerja.
Meskipun rata-rata lama sakit penduduk masih tinggi, namun tidak semua penduduk
berobat pada fasilitas kesehatan maupun tempat berobat lainnya. Hal ini disajikan dalam
gambar 8 mengenai alasan penduduk tidak berobat jalan. Sebagian besar penduduk
melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat-obatan tradisional maupun obat herbal
yang dapat diperoleh dengan mudah dan relatif lebih murah.
Di samping itu, sekitar 20,93 persen penduduk merasa tidak perlu untuk berobat ke
fasilitas kesehatan tertentu ketika merasakan keluhan kesehatan. Kondisi ini terjadi pada
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dalam waktu yang pendek atau kurang dari
Persentase Penduduk yang Sakit Tetapi Tidak berobat Jalan Selama Sebulan
GAMBAR 8
Terakhir Menurut Alasan Utama Tidak Berobat Jalan Tahun 2017
id
Lainnya 1.79
o.
.g
Tidak Punya Biaya Berobat 2.77
ps
Merasa Tidak Perlu 20.93
b .b
Mengobati Sendiri ka 73.77
ur
0 20 40 60 80
im
TABEL 6
Terakhir Menurut Tempat Berobat Jalan Tahun 2017
//l
s:
(1) (2)
Rumah Sakit Pemerintah 2,68
Rumah Sakit Swasta 1,16
Prakter Dokter/Bidan 44,82
Klinik/Praktek Dokter Bersama 8,09
Puskesmas/Pustu 30,33
UKBM* 4,87
Praktek Pengobatan Tradisional 9,2
Lainnya 5,15
Sumber: Susenas Maret 2017
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
5
BAB PENDIDIKAN
Tahun 2017 menurut hasil Susenas 2017 masih terdapat 14,34 persen
penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. AMH penduduk
perempuan masih jauh dari harapan yaitu 82,77 persen. Masih terdapat
gap yang cukup jauh dibandingkan dengan penduduk laki-lakinya yang
capaian AMHnya hampir 90 persen.
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 5
PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
sehingga dapat berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Kualitas pendidikan yang baik
dibutuhkan untuk mencapai bangsa yang bermoral dan sejahtera. Setiap warga negara
id
o.
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu, tanpa memandang status sosial, ekonomi,
.g
budaya, agama, dan karakteristik lainnya.
ps
.b
Hak dan kewajiban warga negara dalam dalam pendidikan tertuang dalam pasal 31
b
ka
UUD 1945. Ayat 1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; 2) Setiap warga
ur
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pemenuhan
im
atas hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak dan bermutu
kt
bo
Beberapa indikator pendidikan yang disajikan dalam bab ini antara lain adalah Angka
//l
s:
Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka
tp
Partisipasi Sekolah (APS), Angk Partisipasi Kasar (APK) dan Pendidikan Tertinggi yang
ht
ditamatkan penduduk Kabupaten Lombok Timur tahun 2016. Nilai-nilai indikator tersebut
diperoleh dari hasil Susenas yang dilakukan BPS pada bulan Maret 2016.
100
89.23
82.77 85.66
80
60
id
o.
40
.g
ps
17.23 14.34
20 10.77
b .b
0 ka
Laki Perempuan Total
ur
Aksara Nol (Absano). Program tersebut ditujukan agar semua warga bisa membaca dan
//l
menulis huruf latin, terutama bagi kelompok usia tua yang pernah bisa membaca atau tidak
s:
tp
pernah sama sekali bisa membaca. Program ini sulit mencapai goal karena sulit menjaga agar
ht
para penduduk usia lanjut yang menjadi sasaran program bisa terus membaca tulis. Pada
kenyataannya, hingga pada tahun 2017 menurut hasil Susenas 2017 masih terdapat 14,34
persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. AMH penduduk perempuan masih
jauh dari harapan yaitu 82,77 persen. Masih terdapat gap yang cukup jauh dibandingkan
dengan penduduk laki-lakinya yang capaian AMHnya hampir 90 persen.
Rata-rata lama sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun belajar yang telah
diselesaiakan dalam pendidikan formal, tidak termasuk tahun mengulang. Indikator lama
sekolah penting untuk dianalisis karena terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dalam sektor pendidikan. RLS dihitung dari penduduk berusia 25 tahun ke atas. Diasumsikan
pada usia tersebut seseorang telah menyelesaikan proses belajar dalam pendidikan formal.
16
13.1 13.12 13.3 13.35
14 12.47 12.77
11.82 12.04
12
10
8 6.06 6.26 6.32
5.61 5.78 5.94 6.15
5.14
6
id
4
o.
2
.g
ps
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
b .b
ka
RLS (tahun) HLS (tahun)
ur
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas Kabupaten Lombok Timur
bo
tahun 2017 adalah sebesar 6,32 tahun. Artinya rata-rata penduduk mampu menempuh
om
pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar atau putus sekolah sebelum melanjutkan ke Sekolah
//l
s:
Menengah Pertama. Namun jika dilihat perkembangan RLS dalam enam tahun terakhir,
tp
angka ini terus meningkat. Hal ini mencerminkan keberhasilan dari program peningkatan
ht
Hal lain yang tidak kalah penting daripada RLS adalah indikator Harapan Lama
Sekolah (HLS). Indikator ini menangkap peluang pendidikan yang dapat diperoleh anak usia
sekolah, yakni 7 tahun ke atas dilihat dari fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia saat ini.
Sejalan dengan RLS, dalam kurun waktu enam tahun terakhir HLS juga mengalami
peningkatan. HLS pada tahun 2017 adalah 13,35 artinya penduduk yang berusia 7 tahun ke
atas berpeluang sekolah sampai 13 tahun atau hingga tahun pertama perguruan tinggi
dengan kondisi sekarang ini.
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan memperbaiki kualitas
id
o.
.g
14.11 16.32
19.06
ps
.b
21.71 21.59
b
21.44 ka
ur
im
32.84
33.36
34
kt
bo
om
27.71 24.44
20.39
//l
s:
tp
Diploma IV/S1/S2/S3
Pada tahun 2017, tercatat rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas
sebesar 7,22 tahun. Rendahnya angka ini salah satunya adalah masih tingginya angka
penduduk yang tidak memiliki ijazah. Hampir sepertiga penduduk usia 15 tahun tidak
memiliki ijazah. Persentase penduduk perempuan yang tidak memiliki ijazah lebih tinggi
dibanding laki-laki. Selain itu, pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk usia 15
tahun ke atas kabupaten Lombok Timur masih didominasi oleh jenjang pendikan SD (33,36
persen) dan SMP (21,59 persen). Pada umumnya persentase perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki pada jenjang pendidikan yang lebih rendah kurang dari SMA.
Tingkat partisipasi sekolah yang dikaji dalam bab ini adalah Angka Partisipasi Sekolah
dan Angka Partisipasi Murni. Kedua indikator tersebut mencerminkan jumlah penduduk usia
sekolah yang menerima manfaat fasilitas pendidikan. Peningkatan nilai kedua indikator
id
tersebut menunjukan semakin banyak masyarakat yang memperoleh layanan pendidikan
o.
.g
yang bermutu.
ps
.b
Angka Partisipasi Sekolah
b
ka
Angka Partisipasi Sekolah (APS) diartikan sebagai perbandingan jumlah anak yang
ur
masih bersekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap jumlah seluruh penduduk
im
kt
pada kelompok umur yang sesuai. Dalam hal ini kelompok umur anak dibagi menjadi 4
bo
menurut usia pada jenjang pendidikan tertentu. Kelompok umur tersebut yaitu 7-12 tahun
om
(usia SD), 13-15 tahun (usia SMP), 16-18 tahun (usia SMA) dan 19-24 tahun (usia PT).
//l
s:
KELOMPOK LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN
UMUR PEREMPUAN
(1) (2) (3) (4)
7–12 99,49
99,40 99,45
13–15 99,48
98,06 98,78
16–18 79,99
70,95 75,35
Sumber: Susenas Maret 2017
APS penduduk laki-laki lebih tinggi daripada penduduk perempuan pada semua
kelompok umur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah laki-laki yang bersekolah lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan pada semua kelompok umur. APS yang tinggi
menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan.
id
o.
waktu.
.g
ps
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Menurut Tingkat
.b
GAMBAR 12 Pendidikan Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Timur Tahun
b
2017 ka
ur
120.00
im
96.25
100.00
kt
81.11
bo
80.00
om
64.94
60.00
//l
s:
40.00
tp
ht
20.00
-
APM formal SD APM formal SMP APM formal SMA
Pada tahun 2017, capaian APM SD/Sederajat telah mencapai 96,25 persen.
Sementara itu, APM SMP/Sederajat baru mencapai 81,11 persen yang memberikan
gambaran bahwa hampir seperlima anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah pada jenjang
SMP. Demikian pula, APM SMA/Sederajat tercatat masih belum optimal, sebesar 64,94
persen pada tahun 2017. Jika ditelaah berdasarkan jenis kelamin, APM laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan APM perempuan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 6
KETENAGAKERJAAN
6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
id
o.
tingkat pengangguran terbuka merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap
.g
ps
jumlah angkatan kerja. TPT memberikan gambaran jumlah penduduk yang tergolong
.b
angkatan kerja, tetapi tidak mampu diserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia. Sumber
b
ka
data TPAK adalah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Publikasi ini hanya akan
ur
mencakup TPAK dan TPT penduduk tahun 2014, 2015 dan 2017, karena pada tahun 2016
im
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
TABEL 8
di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014,2015,2017
//l
s:
tp
Untuk melihat jumlah angkatan kerja yang tidak mampu diserap oleh lapangan kerja
yang tersedia dilihat melalui Tingkat Pengangguran Terbuka. TPT penduduk Lombok Timur
id
o.
dalam tiga tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan walaupun relatif rendah.
.g
ps
Kondisi demikian dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan penduduk
.b
yang memasuki angkatan kerja tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja.
b
ka
Sementara itu dilihat menurut jenis kelamin, sama halnya dengan TPAK, TPT laki-laki juga
ur
lebih besar dibandingkan dengan perempuan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
im
kt
Berdasarkan jam kerja, penduduk dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yakni
om
sementara tidak berkeja, setengah menganggur dan pekerja penuh. Yang dimaksud dengan
//l
s:
setengah pengangguran adalah pekerja yang bekerja kurang dari jam kerja normal, yakni 35
tp
ht
id
0 2,05 1,69 1,89
o.
1-9 4,37 10,28 7,05
.g
10-24 17,11 28,75 22,39
ps
25-34 12,36 17,24 14,57
.b
35-44 18,80 17,31 18,12
b
45+ 45,31
ka 24,73 35,97
Jumlah 2,05 1,69 1,89
ur
penyerapan tenaga kerja dan kemampuan daya serap masing-masing lapangan usaha.
s:
tp
Lapangan usaha sektor pertanian masih menjadi usaha yang mampu menyerap tenaga kerja
ht
paling besar di Lombok Timur, berkaitan dengan sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok
Timur merupakan lahan pertanian. Lebih dari sepertiganya, tenaga terserap di sektor
pertanian. Pada urutan kedua, sektor Perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 20,17
persen Sedangkan sektor keuangan, serta pertambangan dan penggalian merupakan sektor
dengan jumlah pekerja terkecil. Berdasarkan jenis kelamin, persentase pekerja laki-laki yang
bekerja di sektor pertanian, jasa dan lainnya jauh lebih banyak dibandingkan perempuan.
Hanya terdapat 2 persen dari total pekerja perempuan yang bekerja di sektor lainnya.
Sementara itu, pada sektor-sektor tertentu seperti perdagangan dan industri persentase
pekerja perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Jenis Kelamin
Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
id
Jasa 13,19 13,49 13,33
o.
.g
Lainnya 21,50 2,20 12,75
ps
Jumlah 100,00 100,00 100,00
.b
Sumber: Sakernas 2017
b
ka
Berdasarkan status pekerjaan pada lapangan usaha utama, secara umum pilihan
ur
untuk berusaha sendiri dan menjadi pekerja bebas meiliki jumlah tertinggi dibandingkan
im
kt
dengan status pekerjaan lainnya. Berkaitan dengan perilaku manusia yang umumya lebih
bo
senang untuk bekerja dengan jam kerja yang diatur sendiri. Berdasarkan jenis kelamin,
om
pekerja laki-laki jauh lebih banyak untuk semua jenis status pekerjaan selain pekerja
//l
keluarga. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih cenderung untuk menjadi pekerja
s:
tp
keluarga dibandingkan laki-laki. Karena perempuan pada umumnya lebih banyak yang
ht
membantu pekerjaan/usaha yang dilakukan suaminya. Sementara itu laki-laki yang menjadi
pekerja keluarga cenderung berstatus anak dari pemilik usaha.
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan Utama
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Berusaha 46,99 38,25 43,03
Buruh/Karyawan/Pegawai 19,09 16,55 17,94
Pekerja Bebas 26,40 23,99 25,30
Pekerja Keluarga 7,51 21,21 13,73
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Sakernas 2017
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 7
TARAF DAN POLA KONSUMSI
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari gambaran jumlah pendapatan
yang diterima, akan tetapi data mengenai pendapatan masyarakat sangat sulit diperoleh.
Oleh karena itu, data pendapatan rumah tangga diperkirakan nilainya melalui pendekatan
pengeluaran. Sesuai dengan teori ekonomi bahwa tingkat pendapatan dapat memengaruhi
id
o.
tingkat pengeluaran, semakin tinggi pendapatan seseorang maka pengeluarannya juga akan
.g
semakin banyak.
ps
.b
Pola pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan.
b
ka
Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi
ur
dikatakan sejahtera apabila proporsi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil
kt
bo
Jika pendapatan seseorang berubah, maka pola konsumsinya akan berubah. Semakin
//l
s:
tinggi pendapatan, maka proporsi pengeluaran untuk makanan akan jauh lebih sedikit
tp
daripada untuk non makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas
ht
id
Pakaian 21.328 3,20
o.
Barang tahan lama 31.441 4,72
.g
Lainnya 17.645 2,65
ps
Jumlah 665.910 100,00
b .b
Sumber: Susenas Maret 2017 ka
ur
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
8
BAB PERUMAHAN DAN
LINGKUNGAN
Keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik akan
mampu secara finansial untuk membangun sebuah rumah yang
berkualitas, sehingga memiliki kriteria layak huni
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 8
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman
menyebutkan bahwa rumah merupakan bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan mertabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. UU ini juga mencantumkan salah satu tujuan
id
o.
diselenggarakan perumahan dan kawasan permukiman yaitu untuk menjamin terwujudnya
.g
rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
ps
terencana, terpadu dan berkelanjutan. Sementara itu, perumahan dapat diartikan sebagai
b.b
kumpulan rumah dalam suatu pemukiman, baik di perkotaan maupun pedesaan yang
ka
ur
dilengkapi dengan sarana, prasarana dan fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan
im
dapat memenuhhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
//l
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. Kemudian, dapat memenuhi
s:
kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
tp
ht
Kualitas rumah merupakan cerminan kualitas hidup orang yang tinggal di dalamnya.
Rumah dengan kualitas yang baik akan membuat penghuninya merasa aman, terlindung dan
id
Persentase Rumah Tangga Menurut Atap, Dinding dan Lantai
GAMBAR 13
o.
Terluas Di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017
.g
ps
120.00
b .b
lainnya; 4,24
ka
lainnya; 5,10 lainnya; 4,87
100.00
ur
keramik;
80.00 24,43
kt
bo
60.00
om
genteng; tembok;
//l
semen; 70,70
tp
20.00
ht
-
atap dinding lantai
Sumber: Susenas 2017
Secara umum, kualitas rumah di kabupaten Lombok Timur sebagian besar dapat
dikategorikan ke dalam rumah layak huni. Berdasarkan Susenas Maret 2017, persentase
rumah tangga yang memiliki rumah dengan atap terluas layak adalah sebesar 95,03 persen
yang terdiri dari 11,35 persen beratapkan asbes dan 84,41 persen dengan atap genteng.
Sementara itu, ditinjau dari jenis dinding, sebanyak 86,15 persen rumah tangga memiliki
rumah berdinding tembok. Hampir seluruh rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur
memiliki rumah dengan kriteria lantai layak huni. Sebagian besar lantai rumah adalah semen
dan bata, sebesar 24,43 persen rumah tangga memiliki rumah dengan lantai keramik.
id
o.
per kapita.
.g
Berdasarkan klasifikasi WHO, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Lombok
ps
Timur telah memiliki luas lantai yang memadai untuk seluruh anggota rumah tangga. Sebesar
b .b
73,40 persen rumah tangga memiliki luas lantai per kapita minimal 10 meter persegi sesuai
ka
ur
standar WHO. Sementara itu, kurang dari 10 persen rumah tangga memiliki luas hunian
im
kurang dari 7,3 meter persegi dan sebesar 18,73 persen memiliki luas hunian perkapita
kt
7.87
Secara umum, kondisi perumahan yang dilihat dari beberapa indikator sebelumnya
dapat dikatakan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Lombok Timur memiliki
rumah yang memadai dan layak huni. Namun beberapa rumah tangga mungkin perlu
61 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2017
mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat, karena masih ada rumah tangga
yang memiliki rumah tidak layak huni, dilihat dari jenis atap, dinding dan lantai maupun luas
hunian per kapita.
id
air bersih, sanitasi layak, serta penerangan yang baik.
o.
Indikator utama untuk melihat fasilitas rumah tangga yang baik adalah akses
.g
ps
terhadap air bersih, khususnya untuk air minum. Yang dimaksud dengan air minum bersih
.b
adalah air yang bersumber dari ledeng, air kemasan, air pompa, sumur terlindungi dan mata
b
ka
air terlindungi yang jarak ke tempat pembuangan limbah lebih dari 10 meter. Sedangkan air
ur
dari penjual keliling, air yang dijual melalui tangki, air sumur dan mata air tidak terlindung
im
kt
(1) (2)
Sebagian besar rumah tangga di Lombok Timur sudah memiliki sumber air minum
yang bersih dan layak. Sebesar 45,19 persen rumah tangga minum dari air sumur yang
terlindungi dan 16,37 persen yang minum dari air ledeng. Akan tetapi, persentase rumah
Indikator selanjutnya adalah fasilitas tempat buang air besar. Penyediaan sarana
jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang tidak kalah penting peranannya. Jamban
yang memenuhi syarat kesehatan merupakan jamban yang pembuangan akhirnya
menggunakan tangki septik/leher angsa. Ditinjau dari pandangan kesehatan, tempat buang
air yang tidak memadai akan mencemari lingkungan terutama sumber air.
id
o.
.g
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang
ps
GAMBAR 15 Air Besar dan Penampungan Akhir Tinja Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2017
b.b
ka lubang tanah
tidak 9,56
100.00
ur
menggunaka
im
n 27,10 kolam/
80.00 sungai 6,28
kt
bersama,
bo
60.00 14,44
om
septik tank
40.00
//l
sendiri, 84,17
s:
58,46
tp
20.00
ht
-
Fasilitas BAB Penampungan Akhir
Dilihat dari fasilitas buang air besar (BAB), sebanyak 27,10 rumah tangga tidak
memiliki atau menggunakan fasilitas BAB, baik milik sendiri maupun bersama. Sedangkan
yang menggunakan fasilitas bersama sebanyak 14,44 persen. Selanjutnya adalah fasilitas
tempat penampungan akhir tinja, sebanyak 84,17 persen rumah tangga memiliki fasilitas
yang memadai untuk pembuangan akhir. Sisanya sebanyak 15,83 persen membuang limbah
tinja pada lubang tanah dan lainnya.
Dilihat dari nilai tersebut, pemerintah masih perlu mengupayakan berbagai program
untuk meningkatkan fasilitas BAB memadai sehingga dapat mengurangi penduduk yang BAB
id
o.
antara lain masih terdapat beberapa daerah yang sulit dijangkau untuk mengaliri listrik.
.g
ps
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan
.b
GAMBAR 16
Utama Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017
b
ka
ur
im
0.11
kt
bo
om
25.57
Listrik PLN dengan
//l
meteran
s:
meteran
ht
Lainnya
74.32
id
o.
.g
ps
b .b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 9
KEMISKINAN
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan
yang diukur dari pengeluaran. Kemiskinan di suatu wilayah dapat dijelaskan melalui
beberapa indikator antara lain garis kemiskinan, jumlah penduduk miskin, persentase
id
o.
penduduk miskin (P0), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan
.g
(P2).
ps
Metode yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat kemiskinan di suatu wilayah
b .b
adalah Head Count Index (HCI). Penduduk miskin merupakan penduduk yang berada di
ka
ur
bawah suatu batas, yang disebut sebagai garis kemiskinan. Yang dimaksud dengan garis
im
kemiskinan adalah jumlah rupiah yang dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
kt
hidup minimum di suatu daerah. Kebutuhan hidup tersebut dibagi dalam dua kelompok,
bo
om
transportasi, dan sebagainya. Untuk kebutuhan makanan, nilai rupiah minimum yang
tp
ht
dibutuhkan adalah untuk memenuhi kebutuhan energi minimal 2100 kkal/kapita/hari. Batas
kebutuhan minimum untuk makanan ditambah non makanan itulah yang disebut dengan
garis kemiskinan.
Garis kemiskinan Kabupaten Lombok Timur mengalami peningkatan yang bertahap
dari tahun 2005 hingga 2017. Peningkatan yang tajam terjadi antara tahun 2007 hingga
2012. Garis kemiskinan pada tahun 2007 sebesar Rp. 156.509,- meningkat hingga dua kali
lipat menjadi Rp. 321.249,- pada tahun 2013. Angka tersebut terus meningkat hingga
mencapai Rp 396.668,- pada tahun 2017. Meningkatnya garis kemiskinan ini dipengaruhi
oleh meningkatnya gaya hidup penduduk serta meningkatnya harga kebutuhan pokok
(inflasi) dari tahun ke tahun.
500,000
396,668
400,000 359,235
321,249
382,861
300,000 278,118
335,651
298,796
218,854
id
252,354
200,000 156,509
o.
137,050
.g
183,325
ps
100,000 150,688
b .b
0
ka
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*) 2013 2014 2015 2016 2017
ur
im
kt
Lombok Timur masih cukup tinggi, walaupun cenderung menurun dari tahun ke tahun.
ht
Dalam kurun waktu 12 tahun, kemiskinan berhasil ditekan hingga 8 persen dari jumlah
penduduk, walaupun jumlah penduduk selalu meningkat setiap tahunnya. Penurunan yang
signifikan dapat dilihat antara tahun 2010 hingga 2013. Dalam waktu tersebut, kemiskinan
menurun hampir 5 persen dari total penduduk tiap tahunnya. Semetara itu, persentase
penduduk miskin tahun 2017 adalah sebanyak 18,28 persen. Angka ini menurun dari tahun
2016 sebesar 18,46 persen. Penurunan penduduk miskin pada tahun 2017 bisa dikatakan
cukup lambat dibandingkan penurunan yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Penurunan persentase penduduk miskin di Lombok Timur tidak terlepas dari
program pengentasan kemiskinan dari pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.
Adapun program-program pengentasan kemiskinan tersebut diantaranya Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), beasiswa bagi penduduk miskin untuk melanjutkan pendidikan,
bantuan beras miskin (Raskin), dan sebagainya.
30.00
27.74
25.43
27.01 23.82
25.00
25.60
23.96 20.08
19.00
20.00 21.71 18.46
19.16
id
19.14 18.28
o.
15.00
.g
ps
10.00
.b
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*) 2013 2014 2015 2016 2017
b
ka
ur
Sumber: Susenas Maret 2017
im
kt
Semakin tinggi nilai indeks maka semakin besar kesenjangan pengeluaran penduduk miskin
tp
ht
Nilai P1 pada tahun 2007 adalah 5,07, turun hampir setengahnya pada tahun 2017
menjadi 3,03. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
semakin dekat dengan garis kemiskinan. Meningkatnya garis kemiskinan yang diikuti dengan
menurunnya nila P1 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin
bertambah setiap tahunnya, yang berarti semakin besar jumlah uang yang dibelanjakan.
6.00
5.07
5.00
4.34
4.00 3.54 3.57 3.40 3.36
3.25 3.03
2.88
3.00 2.58
id
2.78
o.
2.00
.g
1.44
ps
1.04 0.81 0.76 0.77 0.87 0.79
1.00 0.81 0.68
.b
0.54 0.59
b
ka
-
ur
2007 2008 2009 2010 2011 2012*) 2013 2014 2015 2016 2017
im
Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga menurun dari tahun 2007
om
sebesar 1,44 menjadi 0,79 pada tahun 2017. Kondisi ini mencerminkan bahwa ketimpangan
//l
pengeluaran per kapita antar penduduk miskin semakin menurun. Dalam artian lain
s:
tp
kesenjangan antara penduduk miskin dari tahun ke tahun semakin kecil (homogen).
ht
id
o.
.g
ps
b.b
ka
ur
im
kt
bo
om
//l
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//l
om
bo
kt
im
ur
ka
b.b
“sengaja dikosongkan...”
ps
.g
o.
id
BAB 10
SOSIAL LAINNYA
Selain ketujuh aspek sebelumnya, kesejahteraan rakyat juga dapat dijelaskan dengan
aspek lainnya yang dapat dikategorikan sebagai kebutuhan sekunder manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah perjalanan wisata, akses
pada teknologi komunikasi dan informasi, dan pelayanan kesehatan gratis serta tindak
id
o.
kejahatan.
.g
Semakin banyak penduduk yang melakukan perjalanan wisata menunjukkan tingkat
ps
kesehteraan yang semakin membaik. Sama halnya dengan semakin sejahtera penduduk
b .b
maka kebutuhan sekunder akan hiburan dan wisata semakin mudah diperoleh. Begitu pula
ka
ur
dengan kemudahan akses informasi yang mengindikasikan semakin maju teknologi yang
im
penduduk yang memperoleh manfaat dari program penjamin kesehatan dari masyarakat.
bo
om
Sedangkan aspek tindak kejahatan mencerminkan semakin sedikit pendduk yang pernah
//l
mengalami tindak kejahatan dalam suatu daerah maka tingkat kesejahteraan penduudk
s:
semakin baik.
tp
ht
Konsep perjalanan wisata yang digunakan dalam Susenas adalah perjalanan yang
dilakukan penduduk dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan
dan bukan bertujuan untuk memperoleh upah/gaji di tempat yang dikunjungi. Mudahnya
memperoleh informasi mengenai tempat-tempat wisata didukung oleh akomodasi yang
mudah dan murahmenimbulkan keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Berdasarkan hasil Susenas Maret 2017, sebanyak 18,69 persen penduduk Lombok
Timur yang melakukan kegiatan bepergian dalam periode 1 Januari-31 Desember 2016 yang
terdiri dari 20.63 persen penduduk laki-laki dan 17,24 persen penduduk perempuan. Lebih
dari setengahnya melakukan perjalanan hanya 1 kali dalam periode tersebut. Menurut
120
100
17.03 22.31
id
27.44
80
o.
21.19
.g
21.63
22.06
ps
60
61.78
.b
56.06
b
50.51
40 ka
ur
20
im
kt
bo
0
Laki-laki Perempuan Total
om
Susenas 2017 merangkum persentase penduduk yang memiliki telepon selular atau
handphone (HP), komputer, dan mengakses internet serta tujuannya. Statistik mencatat
bahwa sebanyak 47,02 persen penduduk kabupaten Lombok Timur memiliki HP. Persentase
laki-laki yang memiliki HP jauh lebih banyak dibandingkan perempuan, sekitar 51,81 persen
untuk laki-laki dan 42,93 persen untuk perempuan.
51.81 48.19
43.93 56.07
id
o.
47.02 52.98
.g
ps
.b
Sumber : Susenas Maret 2017
b
ka
ur
persen dari total penduduk. Sedangkan persentase penduduk yang mengakses internet
kt
bo
dalam 3 bulan terakhir adalah 19,33 persen dari total penduduk Lombok Timur. Sama halnya
om
dengan kepemilikan HP, persentase penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
//l
perempuan baik dalam menggunakan komputer maupun dalam mengakses internet dalam 3
s:
tp
bulan terakhir.
ht
20.44
12.66
18
Internet
10.71
Komputer
19.33
11.61
id
o.
.g
ps
70 65.64
.b
60
b
52.34 ka
50
ur
im
40
kt
bo
30 27.3 26.42
om
20
//l
9.87
s:
10 7.2 6.43
tp
0.24
ht
0
Informasi Tugas Email Sosial Perniagaan Hiburan Finansial Lainnya
Sekolah Media
Sumber : Susenas Maret 2017
Menurut data Susenas 2017, persentase penduduk yang yang tidak mempunyai
kartu jaminan kesehatan melebihi 50 persen, dan jika tinjau menurut jenis kelamin
persentase penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Padahal kita
tahu bahwa laki-laki lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan daripada perempuan,
terutama disebabkan oleh risiko pekerjaan yang lebih berat.
id
Sebagian besar masyarakat yang memiliki kartu jaminan kesehatan adalah kartu
o.
Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Jamkesmas. Selain itu hanya sebagian
.g
ps
kecil masyarakat yang memiliki BPJS Ketenagakerjaan, Askes/Asabri/Jamsostek dan
.b
Jamkesda.
b
ka
ur
Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Jaminan Kesehatan
GAMBAR 24 untuk Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok
im
Perusahaan/kantor 1.08
tp
ht
Jamkesda 1.66
Demikian pula ketika berobat jalan, sebanyak 87,30 persen yang tidak menggunakan
jaminan kesehatan. Persentase pengguna jaminan kesehatan masing-masing tidak sampai 10
persen. Hanya sekitar 9 persen pasien berobat jalan yang menggunakan BPJS Kesehatan PBI,
padahal pemilik BPJS Kesehatan PBI sebanyak 37,72 persen dari total penduduk.
Laki–laki +
Jenis Jaminan Kesehatan Laki–laki Perempuan
Perempuan
(1) (2) (3) (4)
BPJS kesehatan PBI 9,02 9,63 9,35
BPJS kesehatan non PBI 2,06 1,66 1,84
Jamkesda
id
1,07 1,52 1,31
o.
Asuransi swasta atau
0,08 0,29 0,20
.g
perusahaan/ kantor
ps
Tidak Menggunakan 87,77 86,90 87,30
.b
Sumber: Susenas Maret 2017
b
ka
10.4 Tindak Kejahatan
ur
im
keamanan dalam suatu wilayah yang diukur melalui persentase penduduk yang pernah
bo
om
mengalami tindak kejahatan. Semakin sejahtera suatu wilayah, diasumsikan semakin rendah
//l
tindak kejahatan yang terjadi. Selama periode waktu Maret 2016 sampai Maret 2017,
s:
sebanyak 1,8 persen penduduk pernah menjadi korban kejahatan. Dirinci menurut jenis
tp
ht
3 2.4
2.5
1.8
2
1.28
1.5
0.5