Anda di halaman 1dari 14

YAYASAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI NASIONAL

STTNAS
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


STUDIO KOTA
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kampus Terpadu: Jl. Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta (55281)


Telp. (0274) 485390, 487540, 486986, Fax. (0274) 487249
Homepage: s nas.ac.id; Email: info@s nas.ac.id
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

I. LATAR BELAKANG
Ruang memiliki kemampuan, keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak
sama. Sementara itu desakan permintaan akan lahan sebagai akibat pesatnya pertumbuhan
fisik dan transformasi sosial ekonomi masyarakat seringkali tidak sejalan dengan kesiapaan
pemerintah kabupaten dalam mewadahinya sehingga mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih dalam pemanfaatan lahan. Oleh karena itu, pemanfaatan ruang kabupaten perlu
dikendalikan. Pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten pada umumnya dilaksanakan
dengan berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten, Akan tetapi sesuai dengan tingkatan hierarki, skala dan kedalaman materi yang
diatur di dalamnya, produk RTRW Kabupaten pada umumnya hanya mengatur struktur dan
pola pemanfaatan lahan dalam skala makro, dan tidak cukup rinci untuk dijadikan landasan
operasional pengendalian-pemanfaatan ruang untuk pembangunan sarana dan prasarana
lingkungan kabupaten.

Perencanaan tata ruang wilayah kawasan tertentu, yang secara terperinci mendekati
persil kepemilikan lahan, diwadahi dalam rencana detail tata ruang (RDTR). Menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 15/PRT/M/2009,
16/PRT/M/2011, dan 20/PRT/M/2011, bagian dari wilayah yang harus disusun RDTR atau
peraturan zonasi adalah dua kawasan; (1) Kawasan yang memiliki ciri perkotaan atau
direncanakan menjadi kawasan perkotaan, misalnya kawasan pedesaan yang direncanakan
menjadi kawasan fungsional dan strategis. Kawasan ini memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali
yaitu dibatasi oleh batas administrasi setingat kecamatan atau kelurahan. (2) Kawasan
dengan kriteria lingkup wilayah, yaitu kawasan yang tidak dibatasi oleh batas administrasi
setingat kecamatan atau kelurahan. Kawasan tersebut sudah diamanatkan RTRW untuk
disusun RDTR atau peraturan zonasi, sehingga sebagai acuan pelaksanaan dan
pengendalian pemanfaatan ruang perlu dibuat peta dengan tingkat ketelitian peta 1 :
5000. Dengan kata lain, semua kawasan administrasi setingkat kecamatan atau kelurahan
harus disusun RDTR atau peraturan zonasi, kalaupun terdapat kawasan strategis lintas batas
administrasi, maka penyusunan RDTR atau peraturan zonasi-nya menyesuaikan batas
administrasi tersebut.

Di dalam RDTR atau peraturan zonasi ditetapkan blok kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang, penjabaran ini memerhatikan keterkaitan antar
kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan
utama dan kegiatan penunjang. Diharapkan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan
RDTR atau peraturan zonasi sebagai peraturan pelaksanaan pembangunan fisik
kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta,
dan/atau masyarakat dapat dilakukan dengan rinci sampai tingkat persil tanah.

Halaman 1 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

Ilustrasi Kegiatan Studio Kota:

Pemerintah Kabupaten A pada tahun 2017 telah menyusun RTRW Kabupaten di


mana Kecamatan A ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan sekaligus sebagai
kawasan strategis kabupaten dan merupakan kawasan prioritas.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang, bahwa pemerintah daerah kabupaten A mempunyai kewenangan untuk
menyusun RDTR didalam wilayahnya. Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,
setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten
yang perlu disusun RDTR-nya.

Untuk itu maka pemerintah kabupaten A dalam APBD tahun 2017 melalui Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Badan Perencenaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
tahun anggaran 2017 telah mengalokasikan dana untuk pekerjaan Penyusunan
RDTR Kecamtan A (secara substansi merupakan RDTR Kecamatan), yang
pelaksanaanya diberikan kepada pihak ketiga. Untuk mewujudkan pekerjaan RDTR
Kecamatan yang bermutu maka dianggap penting melakukan proses seleksi yang
ketat untuk memilih konsultan perencana yang profesional, yang mampu
mengembangkan analisis mendalam guna memperoleh produk RDTR Kecamatan
yang bermutu.

II. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN


A. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan A, antara lain:
1) Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program
pembangunan kawasan pusat pertumbuhan dan Pengembangan Kecamatan A
sebagai Pusat Kegiatan Lokal berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan sekaligus sebagai kawasan strategis
kabupaten dan merupakan kawasan prioritas.
2) Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan
strategis dengan RTRW Kabupaten;
3) Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien;
4) Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian program-
program pembangunan kawasan;
5) Mewujudkan ruang kawasan yang indah, berwawasan lingkungan, efisien dalam
alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
program pembangunan;

Halaman 2 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

6) Menentukan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan kondisi


fisik, aspek administrasi pemerintahan, aspek ekonomi, aspek sosial
kependudukan dan aspek pengurangan resiko bencana;
7) Menyusun rencana peruntukan jenis dan besaran fasilitas (perumahan dan
permukiman, perdagangan, pemerintahan dan sebagainya) dan utilitas (jalan,
drainase, kelistrikan, telekomunikasi, limbah dan persampahan);
8) Menyusun pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi sebagai pedoman
untuk penyusunan rencana rinci tata ruang/rencana teknik ruang kawasan
kecamatan atau rencana tata bangunan dan lingkungan, dan pemberian
perizinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dan peruntukan lahan;
9) Menyusun arahan, strategis dan skala prioritas program pembangunan serta
waktu dan tahapan pelaksanaan pengembangan kawasan.
B. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan A, antara lain:
1) Tersajinya data dan informasi ruang kawasan yang akurat dan aktual.
2) Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan sebagai masukan dalam
proses penentuan arah struktur dan pola ruang kawasan.
3) Terwujudnya keterpaduan program pembangunan antar sub-kawasan dalam
kawasan perkotaan maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten.
4) Tersusunnya arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan.
5) Tersusunnya pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan
zonasi, pemberian advice planning, pengaturan bangunan setempat dan
lingkungannya (RTBL) serta pemberian perizinan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang.
6) Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman dalam kawasan.
7) Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten, baik
yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
8) Terciptanya percepatan investasi masyarakat dan swasta di dalam kawasan.
9) Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.

Halaman 3 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

III. DASAR HUKUM


Kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan A ini didasarkan pada beberapa peraturan
perundangan sebagai berikut:

A. Undang-undang:
1) Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangan;
3) Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;
4) Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
5) Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6) Undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
8) Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan;
9) Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
10) Undang-undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
11) Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
B. Peraturan Pemerintah:
1) Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau
Kecil Terluar;
4) Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
C. Peraturan Presidan dan Keputusan Presiden:
1) Keputusan Presiden No. 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;
Kerangka Acuan Kerja Penyusunan Rencana; dan
2) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Halaman 4 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

D. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri:


1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Evaluasi
Rancangan Peraturan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
2) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 6 tahun 2017 Tentang Tata
cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah;
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
4) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2017
Tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional;
5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun 2017;
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan kabupaten/ Kota; dan
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

IV. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Adapun ruang lingkup kegiatan Penyusunan RDTR Kecamatan A, meliputi:

1) Menentukan dan menetapkan kawasan perencanaan Kecamatan A.


2) Pengumpulan dan pengolahan data;
a. Persiapan survey lapangan;
b. Persiapan peralatan dan perlengkapan survei lapangan;
c. Metode dan program survei lapangan; terdiri atas pengambilan data
sekunder, pengambilan data primer, dan identifikasi lapangan. Adapun
muatan data dan informasi yang harus didapatkan di lapangan adalah
sebagai berikut;
1) Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data: topografi, hidrologi,
geologi, klimatologi, oceonografi, dan tata guna lahan;
2) Kependudukan, meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut
ukuran keluarga, umur, agama, pendidikan, dan mata pencaharian;
3) Perekonomian; meliputi data investasi, perdagangan, jasa, industri,
pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, pendapatan daerah, dan
lain-lain;

Halaman 5 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

4) Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang


diataranya meliputi: permukiman, perdagangan dan jasa, industri,
pariwisata, pertambangan, pertanian dan kehutanan dan lain lian;
5) Tata bangunan dan lingkungan: Tata bangunan meliputi: intensitas
bangunan (KDB, KLB, KDH), bentuk bangunan, arsitektur bangunan,
pemanfaatan bangunan, bangunan khusus, wajah lingkungan, daya
tarik lingkungan (node, landmark, dll), garis sempadan (bangunan,
sungai, danau, pantai, SUTT).
6) Prasarana dan utilitas umum:
a. Jaringan transportasi:
i) Jaringan; jalan dan jalur pelayaran;
ii) Fasilitas umum lainya (pelabuhan dll)
iii) Pola pergerakan (angkutan penumpang dan barang).
b. Air minum (sistem jaringan, bangunan pengolah, hidran);
mencakup kondisi dan jaringan terpasang menurut pengguna,
lokasi bangunan dan hidran, kondisi air tanah dan sungai, debit
terpasang, dll;
c. Sewarage; air limbah rumah tangga;
d. Sanitasi (sistem jaringan, bak kontral, bangunan pengolah); jaringan
terpasang, prasarana penunjang dan kapasitas;
e. Drainase; sistem jaringan makro dan mikro, dan kolam penampung;
f. Jaringan listrik; sistem jaringan (SUTT, SUTM, SUTR), gardu (induk,
distribusi, tiang/ beton), sambungan rumah (domistik, non
domistik);
g. Jaringan komunikasi; jaringan, rumah telepon, stasiun otamat,
jaringan terpasang (rumah tangga, non rumah tangga, umum);
h. Pengolahan sampah; sistem penanganan (skala individual, skala
lingkungan, skala daerah), sistem pengadaan (masyarakat,
pemerintah daerah, swasta).
7) Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber bencana,
besaran dampak, kondisi lingkungan fisik, kegiatan bangunan yang ada,
fasilitas dan jalur kendali yang telah ada.
8) Data yang diperlukan :
a. Peta:
i) Peta-peta kondisi fisik (geologi, jenis tanah, hidrologi dll)
ii) Peta RBI
iii) Peta citra satelit
iv) Peta potensi sda
v) Peta potensi kebencanaan

Halaman 6 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

b. Data dan informasi:


i) Kebijakan penataan ruang terkait
ii) Kebijakan sektoral
iii) Wilayah administrasi
iv) Kondisi fisik lingkungan
v) Kondisi prasarana dan sarana
vi) Kependudukan
vii) Perekonomian dan keuangan
viii) Peruntukan ruang
ix) Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang
x) Kualitas kawasan maupun kualitas bangunan.
xi) Kelembagaan
xii) Peraturan Perundang-undangan terkait
d. Elaborasi
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan yang meliputi: (i) elaborasi penduduk
dan (ii) elaborasi kebutuhan sektoral. Kegiatan ini memperhitungkan
kemampuan lokasi perencanaan menampung penduduk dalam kawasan
perencanaan.
3) Analisa kawasan perencanaan, meliputi;
a. Analisa struktur kawasan perencanaan, yang meliputi analisis penduduk,
analisis fungsi ruang, analisis sistem jaringan pergerakan.
b. Analisa peruntukan blok rencana, yang meliputi analisis pembagian blok,
analisis peruntukan lahan, analisis fasilitas lingkungan, analisis mitigasi
bencana.
c. Analisa prasarana transportasi, meliputi analisis angkutan jalan raya,
angkutan air, angkutan udara.
d. Analisa utilitas umum, meliputi analisis air minum, drainase, air limbah,
persampahan, kelistrikan, telekomunikasi dan gas.
e. Analisa amplop ruang, meliputi analisis ;
i) Intensitas pemanfaatan ruang terdiri atas (i) Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), (ii) Koefisien Lantai Bangunan (KLB), (iii) Koefisein Dasar Hijau
(KDH), (iv) Koefisien Tapak Basement (KTB), (v) Koefisien Wilayah
Terbangun (KWT), (vi) Kepadatan Bangunan dan Penduduk.
ii) Tata Massa Bangunan, meliputi (i) pertimbangn garis sempadan
bangunan (GSB), (ii) garis sempadan sungai (GSS) dan jarak bebas
bangunan, (iii) pertimbangan garis sempadan danau dan waduk, (iv)
pertimbangan tinggi bangunan, (v) pertimbangan selubung bangunan,
(vi) pertimbangan tampilan bangunan.
f. Analisa kelembagaan dan peran masyarakat, meliputi (i) identifikasi aspirasi
dan analisis permasalahan aspirasi masyarakat, (ii) analisis perilaku

Halaman 7 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

lingkungan, (iii) analisis perilaku kelembagaan, (iv) analisis metoda dan


sistem.
g. Analisis Karakteristik Wilayah
i) Kedudukan dan peran kawasan perkotaan/perdesaan dalam wilayah
yang lebih luas (kabupaten/kota)
ii) Keterkaitan antarwilayah dan antara kawasan perkotaan/perdesaan.
iii) keterkaitan antarkomponen ruang kawasan
iv) Karakteristik fisik kawasan perkotaan/perdesaan
v) Karakteristik sosial kependudukan
vi) Karakteristik perekonomian
vii) Kemampuan keuangan daerah
h. Analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan perkotaan/perdesaan
i) Analisis pusat-pusat pelayanan
ii) Analisis kebutuhan ruang
iii) Analisis daya dukung
iv) Analisis daya tampung
v) Analisis perubahan pemanfaatan ruang
i. Analisis daya dukung dan daya tamping termasuk prasarana/infrastruktur
dan utilitas) dan daya tampung lingkungan hidup yang ditentukan melalui
kaijan lingkungan hidup strategis kawasan perkotaan/perdesaan/blok,
meliputi:
i) karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi wilayah, dan
sebagainya);
ii) potensi rawan bencana alam(longsor, banjir, tsunami dan bencana alam
geologi);
iii) potensi sumberdaya alam (mineral, batubara, migas, panas bumi dan
air tanah); dan,kesesuaian penggunaan lahan.
iv) kesesuaian intensitas pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan
daya dukung prasarana/ infrastruktur dan utilitas pada Blok/ kawasan
perkotaan/ perdesaan.
j. Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan
4) Perumusan Konsep Rencana dan ketentuan teknis rencana detail
a. Konsep rencana, pengembangan struktur ruang kawasan, peruntukan lahan
blok-blok serta indikasi hirarki pelayanan.
b. Perumusan konsep pengembangan wilayah
i) Rumusan tujuan, kebijakan dan strategi
ii) Konsep pengembangan bagian dari wilayah kabupaten/kota
c. Perumusan RDTR kawasan perkotaan dan perdesaan

Halaman 8 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

d. Tujuan, kebijakan dan strategi


i) Rencana Detail Struktur Ruang
ii) Rencana Detail Pola Ruang
iii) Rencana Pemanfaatan Ruang
iv) Pengendalian dan Pemaanfaatan Ruang

Konsepsi RDTR kecamatan dilengkapi dengan peta-peta dengan tingkat


ketelitian skala 1:5.000.

5) Penyusunan produk RDTR


a. Rencana struktur ruang kawasan, meliputi (i) rencana persebaran penduduk
yaitu jumlah dan kepadatan penduduk; (ii) struktur kawasan perencanaan
yaitu struktur fungsi dan peran kawasan; (iii) rencana blok kawasan; (iv)
rencana skala pelayanan; (v) rencana system jaringan yang meliputi jalan
raya, fasilitas jalan raya, angkutan air; (vi) rencana system jaringan utilitas,
meliputi jaringan air minum, listik, gas, drainase, air limbah, persampahan.
Muatan RDTR terdiri atas:
i) Tujuan penataan BWP;
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta
apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan
penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.
ii) Rencana pola ruang;
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona
peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang
memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona
perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, industri, dan RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola
ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning map bagi
peraturan zonasi.
iii) Rencana jaringan prasarana;
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem
jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang
termuat dalam RTRW kabupaten. Rencana Pengembangan Jaringan
Pergerakan, Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan,
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi, Rencana
Pengembangan Jaringan Air Minum, Rencana Pengembangan Jaringan
Drainase, Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah, Rencana
Pengembangan Prasarana Lainnya.

Halaman 9 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

iv) Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;


Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan
upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang
diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang
diprioritaskan.
v) Ketentuan pemanfaatan ruang;
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya
mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan.
vi) Peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RDTR. Peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat
operasional pengendalian pemanfaatan ruang; acuan dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right development
dan pemanfaatan ruang di bawah tanah; acuan dalam pemberian
insentif dan disinsentif; acuan dalam pengenaan sanksi; dan rujukan
teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.
b. Rencana peruntukan blok, meliputi perumahan, perdagangan dan jasa,
industry dan perdagangan, pertambangan, pariwisata, agropolitan/
pertanian, ruang terbuka hijau, ruang terbuka non hijau,
c. Rencana penataan bangunan dan lingkungan (amplop ruang), meliputi tata
kualitas lingkungan, tata bangunan, arah garis sempadan,
d. Indikasi program pembangunan, meliputi lokasi, jumlah, waktu dan
pembiayaan terhadap (i) bangunan/ jaringan/ lingkungan baru yang akan
dibangun, (ii) bangunan/ jaringan/ lingkungan yang akan ditingkatkan, (iii)
bangunan/ jaringan/ lingkungan yang akan diperbaiki, (iv) bangunan/
jaringan/ lingkungan diperbaharui, (v) bangunan/ jaringan/ lingkungan yang
akan dipugar, (vi) bangunan/ jaringan/ lingkungan yang akan dilindungi.
6) Proses Pendampingan Legalisasi RDTR
7) Pengendalian rencana detail meliputi aturan zonasi, aturan insentif dan
disinsentif, perijinan dan pengendalian pemanfaatan ruang
8) Kelembagaan dan peran serta aktif masyarakat meliputi Peran kelembagaan,
dan Peran masyarakat.

Halaman 10 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

V. KELUARAN
Keluaran dari Pekerjaan Penyusunan RDTR Kecamatan A, adalah :
1) Dokumen Laporan Pendahuluan;
2) Dokumen Data Fakta dan Analisa (Antara);
3) Dokumen RDTR Kecamatan A;
4) Album peta (A3) dengan skala 1:5000
Album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000
dalam format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi
ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang. Lampiran yang terdiri atas peta rencana pola ruang, rencana
jaringan prasarana, penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya dan
peta zona-zona khusus, serta tabel indikasi program pemanfaatan ruang
prioritas.

VI. METODOLOGI
Metode pendekatan yang akan dipakai untuk melaksanakan pekerjaan adalah:
1) Menyusun rencana kerja, desk study, termasuk jadwal survei
2) Menyediakan data spasial, berupa peta tematik sesuai dengan kebutuhan, yang
mempunyai tingkat ketelitian sekurangnya dengan skala 1 : 5.000.
3) Melakukan tinjauan terhadap studi yang telah ada sebelumnya.
4) Melakukan survey dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang
berkaitan dengan kegiatan.
5) Mengadakan studi literatur untuk menambah dan memperkaya pemahaman
terhadap substansi pekerjaan.
6) Melakukan tinjauan kebijakan terkait wilayah perencanaan.
7) Melakukan diskusi intensif dengan pemerintah kecamatan, kabupaten, dan
seluruh pemangku kepentingan dalam setiap tahapan proses penyusunan RDTR
dan Peraturan Zonasi.
8) Menyelenggarakan koordinasi dengan semua instansi pemerintah daerah
Kabupaten A.

VII. PELAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan dibuat 3 pekan setelah dimulainya pekerjaan, sebanyak 1
buah menggunakan kertas A4. Laporan Pendahuluan berisi latar belakang
kegiatan, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan metodologi kegiatan
serta rencana kerja pelaksanaan kegiatan.

Halaman 11 dari 12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Studio Kota
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota STTNAS Yogyakarta

2) Laporan Antara
Laporan Antara dibuat 8 pekan setelah dimulainya pekerjaan sebanyak 1 buah
menggunakan kertas A4. Laporan Antara Laporan antara berisikan hasil dari
pengamatan lapangan, kajian literatur, kebijakan, ketentuan perundangan dan
produk-produk tata ruang, serta standar-standar teknis yang berlaku, hasil
identifikasi program-program per sektor, serta studi kasus yang terkait dengan
mekanisme pemberian insentif dan disinsentif, serta hasil diskusi.
3) Laporan Akhir
Laporan akhir dari seluruh kegiatan penyusunan RDTR Kecamatan A sebanyak 1
buah dan diserahkan setelah presentasi laporan akhir.dibuat di kertas A3
berwarna.
4) Album Peta
Album peta dibuat dalam dua format yaitu format peta A3 untuk skala 1:5.000,
sebanyak 1 buah dan diserahkan bersamaan dengan laporan akhir/setelah
presentasi laporan akhir dibuat di kertas A3 berwarna..
5) Dokumentasi Compact Disc (CD)
Berisi data digital laporan pendahuluan, antara, akhir, album peta dan data
digital lainnya. File peta selain dalam extension JPG, juga dalam extension SHP.
Dibuat didalam compact disc (CD) sebanyak 1 buah dan diserahkan bersamaan
dengan laporan akhir/setelah presentasi laporan akhir.

VIII. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA


Pengguna Jasa untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah Perangkat Daerah Dinas
Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten A. Pekerjaan ini akan dilaksanakan oleh pihak
ketiga (konsultan perencana), dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
dalam prosesnya.

IX. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


Jangka waktu yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan seluruh kegiatan dalam
Penyusunan RDTR Kecamatan A adalah 4 bulan atau 16 pekan.

Halaman 12 dari 12
Kebijakan Sektoral Analisis Kedudukan
dan Peran Kawasan dalam
Kebijakan Pembangunan Tujuan Pembangunan Wilayah yang Lebih Luas
& Penataan Ruang Kabupaten/Kota
Analisis Keterkaitan
Kebijakan Pembangunan Antar Wilayah dan Antar Fungsi & Peran
Analisis Kawasan Kawasan Perencanaan: Tujuan
Karakteristik
Wilayah Pelayanan Internal dan Penataan Ruang
Komposisi Penduduk Analisis Keterkaitan
Karakteristik Sosial Eksternal
Antar Komponen Ruang
Kependudukan Kawasan
Sosial Budaya
Analisis Karakteristik
Karakteristik Perekonomian dan Sosial Kependudukan
Perekonomian Keuangan
Analisis Pusat-Pusat
Pelayanan
Administrasi

Fisiografi Analisis Potensi


Rawan Bencana Alam

Topografi
Analisis
Daya Dukung Peraturan Zonasi
Geologi

Analisis Potensi & Analisis


Karakter Fisik Daya Tampung Rencana Kawasan
Kawasan Tanah Masalah Pengembangan
Kawasan Lindung: Sesuai Tipologi
KRB
Iklim Analisis Ketentuan
Kebutuhan Ruang Pemanfaatan Ruang
Hidrologi
Analisis Perubahan
Pemanfaatan Ruang
Rencana Kawasan
Perkembangan Kab/Kota Budidaya: Sesuai Tipologi Rencana Rencana
Analisis Kesesuaian KRB Pola Ruang Jaringan Prasara Sub BWP Prioritas
Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan
Eksisting
Analisis
Karakteristik Sumber Karakteristik Umum
Perekonomian Daya Alam Fisik Wilayah
(Geografis, Morfologi,
& sebagainya)
Transportasi
Analisis Potensi
SDA (Mineral, Batubara,
Drainase Migas, Panas Bumi,
Air Tanah
Pengendalian
Banjir, Lahar Hujan, dan
Sempadan Sungai Air Bersih

Prasarana
Lingkungan Air Bersih Analisis Daya
Dukung & Daya Drainase
Tampung (Prasarana &
Air Limbah dan Sanitasi Utilitas) & Daya
Tampung Lingkungan
Hidup Jaringan Limbah
Persampahan
Rencana Sistem
Jaringan Prasarana
Listrik dan Telekomunikasi Pengelolaan Sampah

Pengembangan
Telekomunikasi

Jaringan Listrik

Analisis
Prasarana Transportasi

Data & Informasi Analisis Keluaran Muatan RDTR Normatif

Gambar. 1 Kerangka Substansi Proses Penyusunan RDTR Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011
Sumber: Proses Penyusunan RDTR KRB Gunungapi Merapi Di Sleman D.I. Yogyakarta (Efendi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai