Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Kawasan Jalan Hertasning merupakan kawasan campuran yang terdiri dari kawasan
perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan, RTH, permukiman, dan sarana ibadah.
Perkembangan kawasan yang begitu cepat kurang diimbangi dengan penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai dan mendukung aktifitas yang ada sehingga menimbulkan
beberapa permasalahan. Kondisi lalu lintas yang ada di kawasan ini kurang lancar karena
parkir kendaraan yang kurang teratur. Pada kawasan ini tidak ada pemisahan antara parkir
kendaraan roda 2, kendaraan roda 4 maupun kendaraan yang melakukan bongkar muat
barang. Terminal angkot yang ada juga kurang berfungsi optimal. Kegiatan Penataan
Bangunan dan Lingkungan sendiri bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan
menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas
ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL, selain
sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang
serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen
panduan/pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan
lingkungan yang berkelanjutan. RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya
pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna,
spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi
peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan
meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan
pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan
lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan
pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil
pembangunan. RTBL adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat
mensinergikan seluruh perencanaan yang ada di kawasan sehingga dapat mendukung dan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan perencanaan yang diidetifikasi sebagai kawasan campuran merupakan kawasan yang
diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan campuran bangunan umum dengan
permukiman beserta fasilitasnya yang dirancang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masyarakat dimana kawasan bangunan tersebut dibangun dan dikelola serta dipelihara dengan
baik.
Kawasan perencanaan memiliki luas 27,59 ha dengan batas -batas sebagai berikut:
Kondisi eksisting kawasan perencanaan akan membahas fakta lapangan tentang delapan aspek
yang akan direncanakan di dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ini. Pembahasan
akan meliputi kajian spasial, kuantitas, dan kualitas setiap aspek-aspek tersebut.
Kawasan RTBL merupakan area dataran dengan karakter dataran rendah. Untuk area
permukiman merupakan kawasan dengan karakter dataran rendah. Sehingga variabel topografi
merupakan salah satu variabel yang penting dalam menetukan konsep pengembangan kawasan.
View hanya dapat dibatasi oleh sesuatu yang menghalangi. View merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam perencanaan kawasan. Bagaimana suatu kawasan mempunyai nilai
estetika yang baik sangat ditentukan oleh faktor view. Hal ini berhubungan dengan kontur,
sudut pandang, dan elemen-elemen lain sebagai pelengkap citra dan image kawasan.
Oleh karena itu dalam perencanaan kawasan RTBL mempertimbangkan kemiringan lahan
dalam peruntukan lahan, seperti terlihat pada tabel berikut.
Secara umum kondisi peruntukan lahan di dalam delineasi RTBL-KSK Perencanaan adalah
wilayah permukiman, Pelayanan umum, Zona RTH, perkantoran atau pelayanan public dan
Zona Perdagangan. Zona-zona tersebut berada di sepanjang koridor Jln. Letjen Hertasning.
Penggunaan lahan di kawasan ini menciptakan keberagaman yang memberikan citra khas
(identitas) kawasan dibandingan dengan kawasan lainnya. Penggunaan lahan di kawasan
RTBL dapat dikelompokkan berdasarkan zona fungsi penggunaan lahan, antara lain :
1) Zona Pelayanan Umum Berada pada pusat simpul utama kawasan, berpotensi
menciptakan image kawasan pada bentukan tema kawasan.
3) Zona Perdagangan dan Jasa Meliputi koridor Jalan Tamalate – Hertasning. Peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat
berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya.
4) Zona Perkantoran
5) Zona Rekreasi
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat
berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya.
A. Permukiman
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011. Permukiman
adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan
yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Menurut Tony
atyanto (dalam Budihardjo, 2009), permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat
atau lingkungan dimana manusia tinggal, berkembang serta melangsungkan hidupnya.
Sehingga hakekat permukiman adalah lingkungan, sekurang-kurangnya merupakan
lingkungan fisik dimana sekelompok masyarakat mempengaruhi dan memanfaatkan
lingkungan tersebut. Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk
menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan
fasilitas untuk pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
Karakteristik Permukiman yang terdapat diwilayah RTBL adalah kawasan permukiman
perkotaan. Kawasan Pemukiam Perkotaan adalah kawasan yang digunakan untuk
kegiatan pemukiman dengan ditunjang oleh sarana prasarana transportasi yang
umumnya memadai, fasilitas peribadatan, pendidikan, perdagangan, perkantoran, dan
pemerintahan, serta jasa. Fungsi dari kawasan ini adalah sebagai pusat pemerintahan
dan sekaligus sebagi pusat atau sentra kegiatan perekonomian. Zona Permukiman
perkotaan yang berada di kawasan RTBL adalah:
1. Permukiman Informal (Kampung)
Karakter permukiman informal di kawasan permukiman perkotaan pada umumnya
memiliki kepadatan yang cukup tinggi, dengan pola tatanan rumah mengelompok, dan
akses untuk menuju ke pusat pelayanan cukup memadai, dengan kepadatan yang cukup
tinggi dan kurang memiliki bahkan tidak memiliki halaman rumah (pekarangan) yang
cukup luas, dengan pola tatanan komunal atau mengelompok pada titik tertentu.
Permukiman Informal di kawasan RTBL memiliki pola memanjang (linear) mengikuti
bentuk jalan dengan pola grid menerus sebagai sarana mobilisasi masyarakat sekitar
Jalan Toddoppuli II
Griya Hertamas
Nama Alamat
TK Nurkarya Tidung (Tahfiz Putri Markaz
Jalan Hertasning No.106 Makassar
Putri Markaz Nurkarya Al-Islami)
TK Khalifah 1 Jalan Hertasning Barat
TK Katolik ST. FRASSISI - SD Katolik
Jalan Hertasning No.102 Makassar
Santo Aloysius Terakreditasi A
TK Perumahan Bulog Jalan Bonto Dg. Ngirate
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Jalan Adiyaksa
(PAUD) “Paud Ceria”
Kawasan yang menjadi lokasi pendidikan dominan terdapat pada Jl. Hertasning. Sarana
pendidikan yang terdapat pada kawasan perencanaan merupakan fasilitas pendidikan
bagi penduduk setempat.
C. Peribadatan
Nama Alamat
Kantor Lurah Bonto Makkio Jalan Tamalate
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Jalan Adiyaksa
Pendidikan Masyarakat dan Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BPPAUD &
DIKMAS) Sulawesi Selatan
Persebaran fasilitas perkantoran yang ada di kawasan perencanaan umumnya
menyebar pada sepanjang jalan utama kota atau kawasan yang memiliki aktivitas
tinggi dan menyebar di masing-masing di pusat lingkungan untuk kantor kelurahan.
Nama Alamat
Kantor PLN UP3 Makassae Selatan Jalan Letjen Hertasning No. 99
G. Kesehatan
Nama Alamat
Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
Tingginya kebutuhan ruang dan nilai lahan di Kawasan Perencanaan terutama pada koridor
jalan Hertasning. Jalan lokal menjadikan kebutuhan mendasar pengembangan ruang pada
kawasan ini. Keragaman fungsi ruang dengan intensitas ruang perlu dipertimbangkan guna
memperoleh manfaat guna lahan maksimal. Kondisi intensitas pemanfaatan lahan pada koridor
Jl. Hertasing – Jalan Tamalate di dominasi oleh tutupan lahan terbuka masive yang belum
termanfaatkan, permukiman dengan ketinggian 1- 4, perdagangan dan jasa dengan ketinggian
1-5 lantai, perkantoran 1-3 lantai, dan kegiatan pendidikan dengan ketinggian 1-3 lantai.
Pemanfaatan lahan lebih didominasi oleh tutupan lahan non terbangun. Sedangkan untuk
tutupan lahan kawasan terbangun, memiliki intensitas dengan kepadatan rendah dan tinggi.
Orientasi tehadap matahari menentukan suatu pola bangunan terlebih lagi pada negara
Indonesia yang beriklim tropis dengan cahaya matahari sepanjang hari menyinari dari ujung
timur sampai ujung barat. Orientasi matahari dapat berhasil apabila sinar matahari dapat masuk
kedalam bangunan terlebih lagi pada pagi hari. Orientasi-orientasi dari struktur dan tapak
dalam hubungan dengan angin yang berpengaruh dapat mempunyai suatu dampak pemanasan
dan penyejukan yang penting. Suatu struktur atau ruang yang ditempatkan dengan dimensi
terpanjangnya tegak lurus terhadap angin akan menerima bagian terberat dari kekuatan angin.
A. Tata Bangunan
1. Perencanaan bangunan harus memiliki fungsi dan bentuk yang jelas agar kualitas
lingkungan dapat dioptimalkan.
2. Dari deretan bangunan, belum ada karakter yang jelas dari koridor Jl. Hertasning
- Tamalate.
3. Pembentukan ruang luar bangunan baik itu ruang statis maupun dinamis masih
terbentuk sebagai akibat dari bangunan, belum memperhatikan rancangan baku
dari ruang tersebut.
4. Identitas kawasan melalui interaksi ruang positif (bangunan) dan negatif (koridor
dan terbuka) belum ada. Gaya arsitektur vernakular, modern, dan kontemporer
masih bercampur tanpa keserasian dalam satu kawasan atau pun satu koridor
tertentu.
Kawasan permukiman, secara umum sudah tidak masih memiliki kaidah arstitektur lokal,
walaupun di beberapa titik terdapat kepadatan yang cukup tinggi. Beberapa rumah memiliki
fungsi tambahan seperti perdagangan mikro. Dari tema tentang kawasan industi, belum terlihat
secara jelas peruntukan dan penetapan tema kawasannya, hanya terdapat sedikit pembentuk
citra bahwa kawasan tersebut berada pada zona-zona tertentu.
B. Tata Lingkungan
Sebagai salah satu elemen pembentuk karakter tematis suatu kawasan, kondisi lingkungan yang
berkembang akan mempengaruhi bentukan tata lingkungan berdasarkan elemen-elemen
pembentuk seperti landmark, path, node, edge dan district. Adapun kondisi tata lingkungan di
kawasan perencanaan sebagai berikut:
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung di kawasan perencanaan terdiri dari jaringan
penghubung, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sistem transit, dan
sirkulasi pejalan kaki.
A. Jalur Penghubung
Sistem jaringan jalan dan pergerakan secara kualitas dan fungsi prasarana sirkulasi pada
koridor Hertasning sangat memadai, dikarenakan berstatus jalan provinsi, merupakan salah
satu jalan berkelas arteri primer. Sedangkan untuk jalan lokal dan jalan lingkungan di
kawasan banyak yang tidak memadai di kawasan, terkait dimensi dan kualitas
perkerasannya.
Dimensi jalan terkait ketersediaan lahan bagi pengembangan dan peningkatan kualitas
pergerakan di dalam kawasan, perlu dikaji sebagai dasar untuk rencana pengembangan
jalur penghubung ke depan. Kondisi jalur penghubung yang ada di kawasan perencanaan
di lintasi dan berporos pada jalur utama yaitu Jl. Hertasning, yang memiliki lebar badan
jalan ± 15,07 Meter (rumija), dengan Rumaja dan Ruwasja-nya bervariasi, yang
dipengaruhi oleh kompleksitas pemanfaatan ruang di sekitar jalur pengubung ini. Jalur
penghubung masih bersifat contra-flow dan pada jalur penghubung dalam lingkungan,
terdapat akses keluaran yang terintegrasi langsung pada jalur penghubung primer.
Sistem Sirkulasi kendaraan pribadi di kawasan perencanaan melewati seluruh Koridor yang
ada terutama pada jalan serta jalan lokal dan lingkungan.
Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki secara umum dapat dilihat terlihat sebagai berikut :
Selain itu manajemen atau pengaturan lalu lintas yang kurang memadai mengakibatkan
pengguna jalan menjadi sembarangan sehingga terjadi ‘crossing’ antara sirkulasi kendaraan
dan pejalan kaki.
3.2.1. Listrik
Jaringan listrik telah menjangkau keseluruhan wilayah yang ada di kawasan perencanaan,
terdiri dari Saluran Udara Tegangan Tinggi, Menengah dan Rendah. Fasilitas listrik yang
terdapat dikawasan perencanaan adalah:
Jaringan air bersih di kawasan RTBL sudah ada, namun perlu diperhatikan hal-hal sebagai
3.2.3. Drainase
Jaringan drainase pada prinsipnya perlu mengalirkan banjir/genangan dari daerah yang saat ini
selalu tergenang serta mengendalikan banjir dari daerah yang akan dikembangkan. Kawasan
Perencanaan dilewati oleh beberapa saluran drainase primer dan skunder yang melewati
tengah-tengah kawasan hunian dan juga dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ruang terbuka dan tata hijau di kawasan perencanaan didominasi oleh sebaran Ruang terbuka
Hijau Publik yakni Lapangan Emmy Saelan, Lappangan Olahraga, dan beberapa ruang terbuka
yang belum dimanfaatkan secara optimal (lahan tidur). Perlu diarahkan penggunaan ruang
terbuka bagi kegiatan sosialisasi masyarakat untuk menunjang kegiatan terkait pengembangan
di kawasan ini, berupa kegiatan penunjang pengembangan sektor perdagangan, pariwisata dan
kegiatan transportasi.
Mengetahui potensi dan masalah dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban alasan kebutuhan
pengembangan yang dilakukan. Elemen yang diidentifikasi meliputi elemenelemen
perancangan antara lain:
1. Guna Lahan
2. Tata Masa Bangunan
3. Sirkulasi
4. Parkir
5. Jalur Pedestrian
6. Jaringan Listrik
7. Jaringan Telekomunikasi
8. Jaringan Drainase
9. Ruang Terbuka, dan
10. Tata Informasi
Untuk penelahaan lebih lanjut terkait potensi dan masalah kawasan, maka dilakukan dengan
metode SWOT. Adapun potensi dan masalah dalam kawasan yang terindentifikasi berdasarkan
elemennya masing-masing antara lain:
Tata Informasi Jumlah papan reklame dan • Tata letak dan desain papan
spanduk cukup sedikit sehingsa reklame belum cukup baik
belum menggangu estetika • Papan informasi (signage)
kawasan mengganggu visual
• Penanda kawasan
(landmark)belum optimal
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang telah digunakan sejak lama
untuk proses perencanaan dalam berbagai konteks. Dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan, serta kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini
memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
sebuah strategi.
Instrumen ini menolong para perencana terkait apa yang dapat dicapai, dan hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan dalam mengatasi suatu persoalan. Tabel berikut akan
menjelaskan analisis SWOT yang dirinci berdasarkan aspek pembangunan perkotaan dan
elemen perancangan kota. Adapun Matrik analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 3.2 di
halaman selanjutnya
Secara kategoris, Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) dapat dikelompokkan menjadi:
• DPRD
• Pers/Media Massa
• LSM
• Forum Warga
4. Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Interest dan pressure group yang terkait kebijakan:
Isu Strategis dalam kegiatan penyusunan RTBL ini menekankan pada proses yang
digunakan dalam perencanaan dan perancangan untuk memantau kondisi lingkungan
dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap suatu pertumbuhan kawasan tersebut.
Analisis melibatkan sejumlah pendekatan secara utuh menjadi bagian untuk mengetahui
sifat dasar, fungsi dan hubungannya. Dengan mengadakan Analisis, suatu perencanaan
memiliki kesempatan untuk mengantisipasi peluang dan membantu perencana dalam
mengantisipasi peluang dan tantangan serta membuat rencana guna melakukan pilihan
terhadap peluang dan menghadapi tantangan yang ada.
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2022
Berdasarkan pada potensi, permasalahan, peluang, dan ancaman yang ada sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa isu-isu strategis Kawasan
Perencanaan, khusunya dalam konteks penataan bangunan dan lingkungan. Isu-isu
strategis tersebut meliputi:
Visi dipahami sebagai sesuatu yang didambakan untuk dimiliki di masa depan. Visi
menggambarkan aspirasi masa depan tanpa menspesifikasi cara-cara untuk mencapainya.
Dalam konteks pengembangan kawasan, khususnya dalam penataan bangunan dan
lingkungan, visi dipahami sebagai gambaran kawasan yang ingin dicapai di masa depan
melalui intervensi penataan bangunan dan lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan mengacu pada kerangka perumusan visi,
serta berdasarkan kesepakatan yang diperoleh dari seluruh pemangku kepentingan, maka
disepakati dan ditetapkan visi penataan bangunan dan lingkungan Kawasan Perencanaan,
yaitu:
“Menciptakan Pusat Kota Baru (New Down Town) melalui pengembangan kawasan
pelayanan umum, permukiman dan komersial, serta kegiatan sektor pariwisata secara
terpadu”
Value Makna
Pusat Kota Baru Menciptakan kawasan pengembangan
kawasan berkelanjutan
Kawasan Pelayanan Umum Penataan Bangunan & Lingkungan
diselenggarakan untuk mendukung kawasan
Perencanaan sebagai kawasan pelayanan
umum di Kota Makassar
Fungsi Permukiman, Komersial & Penataan bangunan & lingkungan
Pariwisata mendukung untuk pengembangan fungsi
zona komersial dan pendukung pariwisata
dengan penataan fungsi permukiman yang
layak huni
Terpadu Penataan bangunan & lingkungan bersifat
saling melengkapi (complimentary) dan
dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi
satu kesatuan kawasan yang memiliki
identitas, citra, dan daya tarik
Pembagian segmen untuk menentukan arahan dan konsep Pembagian segmen untuk
menentukan arahan dan konsep perancangan berdasarkan potensi dan karakteristik dari
masing-masing segmen
1. Pola Penataan
Pola pendekatan teknis perencanaan pada area ini adalah dengan PENATAAN,
berdasarkan kondisi eksisting lapangan secara aktual, kebutuhan penanganan skala
kawasan serta arahan aturan yang telah termuat dalam rencana spatial lainnya
2. Pola Penyesuaian
Pola pendekatan teknis perencanaan pada koridor ini dengan PENYESUAIAN,
berdasarkan arahan rencana spatial yang telah ditetapkan (direncanakan) sebelumnya,
yang akan dikombinasikan dengan kecenderungan perkembangan koridor ini, terhadap
keberadaan kawasan secara umum.
3.7.4. Konsep Umum Pengembangan Kawasan
Mengingat kondisi kawasan perencanaan yang berada pada 2 (dua) kutub utama kawasan
berdasarkan pola umum penataan kawasannya. 2 (dua) pendekatan yang dipergunakan
tersebut adalah:
1. Accupunture Area
Area Acupuncture hadir sebagai suatu pendekatan untuk memberikan solusi penataan
untuk mendapatkan dampak yang signifikan (sensitive effect) dalam waktu singkat
dengan tetap berdasarkan pada aturan perencanaan (planning) yang telah dirumuskan
sebelumnya. Penataan dilakukan dalam skala kecil namun mampu menghasilkan dampak
dan kualitas yang baik. Area Acupuncture menghasilkan reaksi berantai (chain react),
dimana penataan satu spot akan memberikan pengaruh pada spot lain dan akhirnya akan
berdampak luas bagi kota tersebut.
2. Area Catalyst
Dalam mengembangkan kawasan, terdapat suatu konsep yang disebut sebagai Area
catalyst atau katalisator areal. Konsep ini membawa pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan kawasan secara lebih luas. Konsep Area Catalyst juga mampu menjadi
penggerak perekonomian suatu kawasan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat yang tinggal. Pengertian catalyst didapat melalui ilmu kimia yang artinya
katalisator (katalis). Katalis merupakan elemen yang mempercepat proses suatu reaksi,
tapi ia sendiri tidak bereaksi. Dalam proses reaksi kimia, katalis tetap pada akhir reaksi
dan tidak hilang. Katalis bukanlah merupakan satu tujuan akhir, tetapi merupakan elemen
yang mendorong dan mengarahkan pada perkembangan berikutnya.
BAB IV
RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANG
Rencana peruntukan lahan makro Kawasan ditegaskan sebagai upaya aktualisasi visi
kawasan yaitu “Menciptakan Pusat Kota Baru (New Down Town) dengan Konsep
Transit Oriented Development melalui pengembangan kawasan pelayanan umum,
permukiman dan komersial, serta kegiatan sektor pariwisata secara terpadu”.
Perencanaan penataan kawasan ini menjadikan Koridor Jl Hertasning sebagai karakter
utama dengan memberi bentuk dan karakter Fungsional, Karakter Sosial dan Budaya,
serta karakter Fisik dan Visual, serta menjadikannya sebagai area depan kawasan.
Peruntukan lahan mikro yaitu peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan
yang lebih rinci, termasuk secara vertikal berdasarkan prinsip keragaman fungsi yang
seimbang dan saling menentukan. Rencana peruntukan lahan dengan jumlah lantai 2-3
(dua-tiga), sangat efektif guna menjaga kesetabilan lingkungan yang tentunya,
membutuhkan ruang terbuka sebagai tempat interaksi – sosial maupun menjaga kualitas
fisik lingkungan. Arahan peruntukan lahan mikro mengarahkan Kawasan terutama pada
koridor jalan arteri Jl. Hertasning adalah:
• Toko dua-tiga lantai yaitu memanfaatkan ruang di lantai pertama untuk perdagangan
dan memanfaatkan ruang di lantai kedua untuk kantor atau kegiatan lainnya
• Fasilitas Pelayanan umum, direncanakan dengan fungsi ruang fleksibel,
dimanfaatkan dengan ketinggian maksimal 2 lantai dengan KDB 50-60%, sebagai
fungsi pelayanan bagi masyarakat (perkantoran, kesehatan dll).
• Permukiman 1 – 2 lantai di lapis kedua pada koridor utama dengan penataan
bangunan dan intensitas ruang
Intensitas pemanfaatan lahan perlu diatur sedemikian rupa dalam bentuk pengaturan
pengelolan area peruntukan yakni penetapan distribusi presentase jenis peruntukan lahan
mikro yang akan dikelola dan dikendalikan oleh pemerintah daerah, antara lain ruang
terbuka hijau, daerah milik jalan, fasilitas umum dan lain sebagainya. Selanjutnya
pengaturan kepadatan pengembangan kawasan dengan pertimbangan-pertimbangan antara
lain:
Penetapan pengendalian peruntukan yang mendukung karakter khas kawasan dan tujuan
yang ingin dibentuk sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional; juga yang
dijadikan kriteria penyusunan komponen dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan
Kawasan adalah nilai nilai budaya dan estetika yang ada. Pertimbangan untuk memperoleh
keseimbangan Kawasan ini dengan sekitarnya merupakan salah satu aspek pokok untuk
mendapatkan karakter lingkungan yang tanggap dan terintegrasi dengan karakter
peruntukan eksisting sekitarnya.
1. Rencana pengaturan KDB sesuai dengan aturan yang telah ada; dan
2. Pengembangan citra dan wajah kota melalui Rencana orientasi bangunan dan view
bangunan yang mengutamakan areal lahan kosong, dimana Rencana arah pandang
(view) atau orientasi bangunan yang dikembangkan di kawasan ini didasarkan pada
pembentukan karakter ruang, pengalaman ruang, dan menciptakan impresi ruang yang
menarik.
Pengembangan Rencana GSB, GSS sesuai dengan dokumen tata ruang yang ada, peraturan
bupati dan peraturan terkait lainnya dan diperkuat dengan rencana setback bangunan pada
koridor-koridor jalan dengan fungsi ruang terbuka untuk parkir dan jalur pejalan kaki.
Secara khusus untuk rencana koridor Jalan Hertasning, diberlakukan penetapan GSB yang
disesuaikan dengan upaya menciptakan frontage aktif yang memberikan karakter khusus
yang kuat pada bangunan dengan fungsi perdagangan/jasa yang difokuskan pada nuansa-
nuansa religi islam
Dengan melihat kondisi tapak kawasan perencanaan berupa Pemanfaatan lahan lebih
didominasi oleh tutupan lahan non terbangun. Sedangkan untuk tutupan lahan kawasan
terbangun, memiliki intensitas dengan kepadatan rendah dan tinggi. Terdiri dari :
Pengaturan Koefisien Daerah Hijau (KDH) diatur untuk peruntukkan penghijauan dan
luas perpetakan/daerah di luar bangunan gedung. Adapun rencana pengaturan KDH
adalah:
Area jalur hijau yang cukup kuat akan direncanakan berada di jalur koridor utama Jl.
Hertasning, dan pada areal-areal yang memiliki intensitas aktivitas ruang yang tinggi,
seperti industri dan wisata. Jalur hijau pada pemanfaatan ruang yang memiliki aktivitas
tinggi dimaksudkan sebagai barrier dalam pemisahan antar kegiatan. Sedangkan di
koridor pada jalur-jalur jalan lingkungan, jalur pohon tidak begitu rapat karena koridor
yang kecil dan pembentukan karakter ruang yang memang dibentuk oleh bangunan.
Fungsi dari pepohonan di jalur hijau ini adalah meningkatkan kenyamanan pejalan kaki
di trotoar yang mendapatkan perlindungan dari panas matahari pada siang hari oleh tajuk
pohon yang cukup lebar
3.3 Tata Bangunan
Sesuai dengan konsep yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, yaitu pengaturan akan
lebih besar diterapkan pada koridor jalur utama, akan diatur untuk menjadi koridor
Pelayanan Umum berskala regional yang mengoptimalkan penggunaan ruang dan kualitas
infrastruktur. Penataan bangunan ini merupakan bentuk dasar dari gabungan pengaturan
tentang peruntukan lahan dan intensitas pemanfaatan lahan, sehingga perwujudan visi
perencanaan kawasan dapat tercapai. Kemudian RTBL ini akan mengatur tata bangunan
melalui gaya / karakter, teknis, luas, ketinggian, dan tampak berdasarkan fungsi-fungsi
tertentu.
Kawasan RTBL akan dibagi menjadi 4 segmen dengan memiliki ciri khas karakteristik
pada masing-masing segmen. Pembagian segmen ini didasarkan kumpulan bangunan yang
memiliki fungsi dominan yang sama sehingga karakter segmen menjadi sama dengan
memudahkan dalam pengaturan bangunan yang ada di dalamnya dan sesuai dengan
perencanaan.
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2022
Dari pembagian segemen yang telah ditetapkan akan terdapat perubahan yang
menyesuaikan rencana segmen. Perubahan akan banyak terjadi dari penggunaan
permukiman menjadi perdagangan dan jasa, sedangkan untuk lahan kosong (bagian dari
lain-lain) akan langsung berubah menjadi permukiman atau perdagangan menyesuaikan
lokasi dalam segmen tersebut.
Garis cakrawala & koridor pandang (skylines dan view corridor), seperti pengendalian
terhadap ketinggian bangunan dan pengarah pandangan terhadap view dan vista yang
baik. Untuk menyeimbangkan estetika dari keselarasan skyline bangunan di kawasan ini,
maka bangunan lain yang ada disekitarnya diarahkan untuk tidak menghalangi garis
pandang pada bentukan morfologi kawasan yang telah terbentuk.
Penampilan bangunan merupakan cerminan dari karakter bangunan sangat terkait dengan
perletakan bangunannya, dengan demikian rencana penampilan bangunan pada kawasan
perencanaan ditandai dengan terbentuknya dinding jalan (street-wall) sepanjang jalur
jalan. Bangunan batas ini terdapat pada daerah-daerah yang berhadapan dengan jalur jalan
atau ruang terbuka.
Karakter bangunan di sepanjang Jalan Raya Perencanaan akan didominasi oleh deretan
vegetasi dengan pola yang teratur (jalur hijau). Selain itu ruang publik yang merupakan
bagian dari damija, menggunakan desain yang berkarakter sama dengan kawasan fasilitas
pelayanan umum, yaitu bentukan formal pola standar, tempat sampah, dan tambahan
berupa kursi yang mengikuti garis desain. Karakter arsitektur bangunan mencerminkan
kawasan formal dengan bentukan sederhana dengan memperhatikan fungsi utama, yang
menggunakan material efektif, dan tepat.
A. Potongan Lahan
Ketinggian bangunan dua lantai maksimal 20 m dan jarak antar bangunan sekitar 3-
5m menciptakan perbandingan 1:1. Sehingga karakter koridor menjadi kuat, akrab,
dan nyaman untuk pejalan kaki.
B. Kaveling Lahan
GSB antar bangunan tetap rapat tetapi efektif. Menciptakan karakter koridor yang kuat
dan lahan komersial menjadi optimal dalam pemanfaatannya.
C. Street Furniture
Dikerjakan secara bertahap dan menyesuaikan standar baku yang telah ada
sebelumnya. Untuk menunjang karakter khusus kawasan.
D. Pola Street Fasade
POLA STREET FACADE: Modern + Ethnic
1. Fasade bangunan tetap mempertahankan fasade bangunan asli dan arsitektur
kawasan, ditambahkan dengan kesan arsitektur gambaran kawasan lokal
2. Untuk hunian diatur dengan peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan
sempadan bangunan terhadap jalan.
POLA INNER FACADE: Intervensi yang diterapkan pada gang permukiman
diterapkan dengan pendekatan penataan kawasan lingkungan yang rapi, efisien dan
aman, berupa penataan jalan lingkungan dan pagar rumah. Material pagar
mencerminkan material alami dengan ditambahkan motif tradisional (lokal).
1. Sirkulasi lalu lintas kendaraan bermotor direncanakan untuk tetap dua arah dengan
pemisah jalur berupa median jalan untuk. Jl. Hertasning
2. Sirkulasi lalu lintas untuk kendaraan bermotor masih tetap dipertahankan untuk dua
arah dengan memanfaatkan dimensi jalan lebih efektif, dengan penataan GSB terhadap
jalan
3. Sirkulasi jalan lingkungan direncanakan dengan penataan jalan lingkunagn, sehingga
lebih rapi dan memberikan nuansa lokal dipadukan dengan bentukan cosmo modern,
sesuai dengan tema kawasan sebagai kawasan industry
4. Sirkulasi angkutan umum yang melalui kawasan, adalah pada Jl. Hertasning, Jalan
Tamalate.
5. Sirkulasi pejalan kaki (pedestrian) diarahkan pada dua sisi jalan yang berupa trotoar
(pedestrian ways). Untuk memberi kenyamanan dan keamanan bagi pedestrian, maka
jalur-jalur pedestrian dilengkapi dengan elemen-elemen petunjuk jalan (rambu-=rambu
lalulintas), elemen-elemen pengarah, elemen perabot ruang luar (street furniture) serta
elemen vegetasi peneduh.
Arahan Jalur Penghubung Utama
3.5. Rencana Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Area jalur hijau yang cukup kuat berada di jalur koridor utama Jalan Hertasning.
Sedangkan di koridor pada jalur-jalur jalan lingkungan, jalur pohon tidak begitu rapat
karena koridor yang kecil dan pembentukan karakter ruang yang memang dibentuk oleh
bangunan. Fungsi dari pepohonan di jalur hijau ini adalah meningkatkan kenyamanan
pejalan kaki di trotoar yang mendapatkan perlindungan dari panas matahari pada siang
hari oleh tajuk pohon yang cukup lebar.
A. Sistem Ruang Terbuka Umum
3. Fungsi Sosial Budaya, yaitu:
a. Untuk mewadahi aktivitas warga yang adaptif untuk berbagai kegiatan,
nyaman, aman, dan sehat.
b. Untuk ruang sosialisasi warga dalam merencanakan, memelihara, dan
mengembangkan lingkungannya.
c. Untuk ruang pertunjukan atau ritual budaya masyarakat.
4. Fungsi utilitas, yaitu:
a. Untuk zona area pengaman pesisir.
b. Untuk area resapan air.
5. Fungsi ekonomi, yaitu sebagai ruang aktif pendukung sektor perdagangan dan
jasa yang bersifat lebih informal.
6. Fungsi sirkulasi, yaitu sebagai ruang aktif pendukung sirkulasi kendaraan dan
pejalan kaki untuk kenyamanan.
B. Sistem Ruang Terbuka Private
Ruang terbuka pribadi diterapkan pada bangunan permukiman. Pola arsitektur
lokal ddiharapkan dapat menunjukkan adanya ruang terbuka pribadi yang cukup
luas jika dibandingkan dengan luas area terbangun. Fungsi ruang ini untuk interaksi
intra-ekstra komunitas rumah dan perumahan tersebut.
C. Area Jalur Hijau
Area jalur hijau yang cukup kuat akan direncanakan berada di jalur koridor utama
Jl. Hertasning, dan pada areal-areal yang memiliki intensitas aktivitas raung yang
tinggi, seperti industri dan wisata. Jalur hijau pada pemanfaatan ruang yang
memiliki aktivitas tinggi dimaksudkan sebagai barrier dalam pemisahan antar
kegiatan. Sedangkan di koridor pada jalur-jalur jalan lingkungan, jalur pohon tidak
begitu rapat karena koridor yang kecil dan pembentukan karakter ruang yang
memang dibentuk oleh bangunan.
Fungsi dari pepohonan di jalur hijau ini adalah meningkatkan kenyamanan pejalan
kaki di trotoar yang mendapatkan perlindungan dari panas matahari pada siang hari
oleh tajuk pohon yang cukup lebar.
3.6 Tata Kualitas Lingkungan
A. Konsep Identitas Lingkungan
Komponen dari identitas lingkungan adalah tata karakter bangunan, tata identitas
bangunan, dan tata kegiatan informal dan formal yang saling berinteraksi. Secara umum
terdapat lima karakter yang akan dibangun di dalam kawasan ini, yaitu tema wisata,
industri, elayanan umum, komersial dan hunian. Penekanan lebih diarahkan pada
segmen 1 sebagai core dari keseluruhan kawasan perencanaan.
B. Konsep Orientasi Lingkungan
Konsep orientasi memperhatikan kemudahan dari pengguna jalan dalam mengenal
kawasan yang sedang dimasukinya. Orientasi lingkungan kawasan Perencanaan dicapai
dengan beberapa konsep yaitu:
• Penegasan Node persimpangan utama, dilakukan melalui Penataan ruang-ruang
terbuka di daerah node seperti daerah persimpangan, koridor jalan dengan cara
memberikan kejelasan, membebaskan pandangan, memberikan ruang untuk
menanggap obyek penanda pada persimpangan, sebagai landmark kawasan;
• Menata node bukaan untuk identitas mikro
• Menata Perabot Jalan (street furniture) dan sistem penanda (signage system)
yangdirancang khas.
C. Wajah Jalan
Wajah jalan merupakan kombinasi dan interaksi dari bangunan melalui fasadnya baik
itu aspek material, gaya arsitektur, solid, void, dan papan identitas, dengan ruang luar
melalui pola vegetasi, rambu-rambu penunjuk arah dan informasi, street furniture. Agar
kenyamanan dalam menggunakan ruang luar pengaturan street furniture dimulai dari
kelengkapannya, yaitu tempat sampah, kursi taman, pot vegetasi, lampu penerangan,
dan papan reklame (signage). Secara umum pengaturan street furniture ini adalah tidak
mengganggu sirkulasi pejalan kaki dan pengendara.
Panduan Rancangan
Panduan rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana Umum yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalui pengembangan
komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana
kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas minimal
tata kawasan.
1. Pelestarian
Penataan kawasan tempat tinggal yang didasarkan pada khasanah dan kearifan lokal,
dan masih memegang teguh nilai sosial yang masih dianut secara kuat, sehingga
mengurangi dampak negatif dari modernisasi yang terus berkembang.
2. Kesehatan
Lingkungan Kawasan terbangun dengan prasarana dasar dan utilitas yang menunjang
kesehatan lingkungan; kawasan terbangun yang memiliki tata bangunan yang
memenuhi persyaratan kesehatan; perumahan yang dapat mengurangi kebutuhan
infrastruktur dasar, pemakaian kendaraan, polusi dan dapat mewadahi publik transit.
3. Keselamatan
Kawasan terbangun yang memperhatikan keselamatan bagi para penghuni di kawasan
tersebut dan sekitarnya dari kemungkinan bahaya kebakaran, air pasang dan gangguan
lainnya.
4. Keamanan
Mempertimbangkan penyediaan ruang umum yang nyaman akan menyebabkan
masyarakat dalam kawasan saling bersosialisasi dan saling menjaga keamanan
lingkungannya, menghindari tindak kejahatan dan hal-hal yang dapat membahayakan
keamanan penghuni.
5. Kenyamanan
Mempertimbangkan kemudahan untuk berinteraksi diantara penghuni dan masyarakat
sekitarnya; kemudahan aksesibilitas; keleluasaan gerak; perletakanfasilitas
lingkungan dalam jangkauan pejalan kaki; keindahan kawasan dan penataan
bangunan dan lingkungannya.
6. Kesejahteraan
Penyediaan tipe rumah dan tempat kerja yang beragam sehingga dapat menyatukan
perbedaan kelas ekonomi dan usia penghuninya; peran fasilitas umum dalam menjaga
keseimbangan sosial yang dapat menimbulkan sifat gotong royong dan rasa
kekeluargaan
1. Menciptakan ruang antara bangunan dengan badan jalan sebagai fungsi pedestrian,
street landscape dan lahan parkir
2. Bangunan harus menciptakan interaksi terhadap lingkungan
3. Pemanfaatan fasade bangunan sebagai media citra pembentuk kawasan permukiman
dengan desain yang representatif terhadap konsep kawasan
• Menghadap jalan apabila bangunan berada pada tapak yang berbatasan dengan jalan
raya.
• Dalam hal ini posisi bangunan akan tegak lurus dengan arah kedatangan/arah masuk.
Menghadap halaman utama/halaman bersama apabila bangunan berbentuk cluster.
Posisi bangunan tegak lurus dari arah ruang terbuka.
• Menghadap ke salah satu jalan yang dianggap paling besar dimensinya, apabila terdapat
dua buah jalan di depan dan sampingnya (bangunan pojok).
• Dalam kasus bangunan pojok, apabila ukuran fisik jalan hampir sama, maka komposisi
bangunan memanfaatkan posisi dan potensi pojok. Sebagai bangunan pojok,
• bangunan dapat berfungsi sebagai gerbang memasuki jalan yang diapitnya. Untuk
memperkuat kesan bangunan pojok, dapat diberikan penanda berupa peninggian massa
bangunan, memberikan bentuk yang berbeda pada massa bangunan dan lain-lain.
• Menghadap ke ruang terbuka apabila kavling mengelilingi suatu ruang terbuka tersebut.
Konsep Identitas Lingkungan adalah perancangan karakter (jati diri) suatu lingkungan yang
dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik
lingkungan atau sub-area tertentu. Pengaturan ini terdiri dari:
1. Tata Karakter Bangunan & Lingkungan (Built-in Signage and Directional System)
Tata karakter bangunan dan lingkungan adalah pengolahan elemen-elemen fisik
bangunan dan lingkungan untuk mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu
lingkungan dan bangunan, sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan
yang dikunjungi atau dilaluinya sehingga memudahkan pengguna kawasan untuk
berorientasi dan bersirkulasi.
Karakter lingkungan di kawasan rencana berbeda-beda dan sangat beragam, diwakili
oleh karakter bangunan dan lingkungan. Masing-masing karakter tersebut memberikan
penampilan dan performance yang sangat berbeda. Untuk mempertegas karakter tata
bangunan dan lingkungan, akan ditempuh beberapa cara antara lain : upaya pencitraan,
merumuskan acuan desain tipologi (sesuai karakter) dan pengolahan elemen bangunan
dan lingkungan.
2. Tata Penanda Identitas Bangunan
Tata penanda identitas bangunan adalah pengolahan elemen-elemen fisik bangunan dan
lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu bangunan sehingga
pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi tujuannya. Selain dengan
menggunakan acuan rancangan tipologi, identitas bangunan dapat dibentuk dengan
menambahkan beberapa detail-detail khusus, untuk memperkuat karakter.
B. Konsep Oientasi Lingkungan
Konsep Orientasi Lingkungan adalah perancangan elemen fisik dan nonfisik guna
membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk
berorientasi dan bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri atas.
1. Sistem Tata Informasi
Sistem Tata Informasi adalah pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
menjelaskan berbagai informasi mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya. Beberapa rancangan
sistem tata informasi di kawasan rencana adalah:
• Desain Gang dirancang dengan ketentuan, bebas, ekspresif dan menunjukkan jati
diri dan karakter yang diinginkan. Menyertai rancangan desain gang, dirancang
pula desain gardu jaga, papan nama jalan, gazebo, lampu jalan, papan
pengumuman/informasi. Rancangan bersifat sedikit monumental, terbuka dan
mengundang.
• Desain Gapura diharapkan mampu mewakili identitas tempat yang dimaksud.
Rancangan dibuat vertikal dengan papan nama kawasan yang mudah dibaca dan
jelas terlihat. Desain gapura dibuat kontekstual dengan lingkungan sekitarnya.
2. Sistem Tata Rambu Pengarah (Directional Signage System)
Sistem Tata Rambu Pengarah adalah pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya. Beberapa tempat yang memerlukan sistem tata
rambu pengarah adalah:
• Setiap menjelang belokan/perempatan jalan, perlu diberi rambu pengarah untuk
menunjukkan arah tertentu.
• Tempat-tempat penting di Kawasan Perencanaan namun berada di luar wilayah
rencana perlu diberikan rambu-rambu pengarah.
• Bangunan-bangunan penting di kawasan rencana perlu diberi rambu pengarah.
C. Garis Langit
Garis langit di kawasan perencanaan merupakan lokasi penting yang perlu diperhatikan
sebagai suatu estetika kawasan. Sebaiknya garis langit dan pemandangan atap bangunan
dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang di dalam kawasan secara umum.
D. Wajah Jalan
Wajah jalan adalah perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan
berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan
memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. Model penataan wajah
jalan di kawasan rencana dapat diatur sebagai berikut:
1. Wajah penampang jalan dan bangunan. Mempunyai hubungan yang erat. Suasana
ruang jalan dapat ditentukan oleh desain tampang bangunan. Desain tampang bangunan
di kawasan rencana dapat berupa bangunan dengan tampang yang berada tepat di garis
batas kavling atau bangunan dengan tampang yang berada pada jarak tertentu dari garis
batas kavling. Tampang bangunan dapat dirancang sesuai dengan fungsi, kegiatan dan
pesan yang akan disampaikan oleh setiap bangunan. Untuk bangunan dengan tampang
klasik/tradisional dapat dipertahankan untuk memperkuat citra kawasan.
2. Perabot jalan yang dirancang untuk kawasan rencana adalah rambu lalu lintas,
penerangan umum lampu jalan, kotak sampah, bus surat, telepon umum, papan
informasi, pot dan bangku.
3. Jalur dan ruang bagi pejalan kaki disediakan dengan lebar antara 2,5 - 3 m. Jalur
pedestrian ini juga dirancang untuk para difabel melalui pemakaian paving dengan
tekstur tertentu sebagai penanda/penunjuk arah.
4. Tata hijau pada penampang berupa jalur penghijauan di sepanjang trotoar dapat berupa
tanaman dalam pot atau pohon. Pohon yang dipilih untuk jalur hijau adalah glodokan
tiang, angsana, akasia. Pohon sebaiknya diletakkan pada jarak 1 m dari pagar bangunan,
dan tidak mengganggu saluran drainase.
5. Elemen tata informasi dan rambu pengarah dapat diletakkan pada ruang trotoar,
sedemikian rupa sehingga informasi yang akan disampaikan menjadi jelas terlihat dan
terbaca. Di samping itu, perletakan papan tersebut tidak boleh mengganggu sirkulasi,
view dan estetika lingkungan.
6. Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan hanya dapat dipasang pada
fasade bangunan dengan cara tegak lurus atau sejajar dengan fasade, dan tidak boileh
menutupi wajah bangunan sampai 75%. Apabila papan reklame akan didirikan
tersendiri, maka bangunan papan tersebut tidak boleh dibangun di atap bangunan atau
menggunakan ruang pada trotoar jalan. Bangunan papan reklame harus didirikan di
dalam suatu kavling bangunan atau pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
Konsep 3D Penataan Kawasan
Nurfitriati, I. (2015). Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (Rtbl) dalam Menata Ruang
Kota. Veritas et Justitia, 1(2).
Purwanto, E. H., & Kamilah, N. (2013). Penerapan Kawasan KKOP Berdasarkan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tanatoraja. GEOMATIKA, 19(2), 147-153.
Umum, P. M. P. (2007). Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Jati, A., Widayati, W., & Astuti, P. (2015). Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
Kawasan Kota Lama Semarang. Journal of Politic and Government Studies, 5(4), 141-150.