Anda di halaman 1dari 16

Bab 1

1. PENDAHULUAN
Pendahuluan

K
1.1. Latar Belakang
egiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang bertujuan
mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata,
berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan
masyarakat.
Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL, selain sebagai pemenuhan aspek legal-
formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan
lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan
dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi
kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi: pemenuhan
persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui
perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta
peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya
pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah
tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan
gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan,
menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil
pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua
hasil pembangunan.
Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun dengan tidak
mengorbankan aset kota, melainkan terus menerus memupuk semua kelompok aset meliputi
manusia, lingkungan terbangun, sumber daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan.
Kota hijau juga dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan berdasarkan perencanaan

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara
lain dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi
limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan
mensinergikan lingkungan alami dan buatan.
RTBL merupakan bagian dari rencana rinci penataan ruang seperti yang diamatkan UU
Penataan Ruang. Perencanaan yang bersifat rinci harus bisa memberikan rincian detail teknis
sehingga benar-benar bisa memberikan pedoman bagi pembangunan dalam memanfaatkan
ruang. Dengan mengacu pada rencana tata ruang kota yang berlaku, selanjutnya disusun Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan
ruang dan menindaklanjuti rencana rinci tata ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan
dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya.
Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan,
ragam arsitektural dari bangunan-bangunan sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan
(building design), terutama pada kawasan/daerah tertentu yang memiliki karakter khas seperti
dimaksud diatas. Dengan arahan tersebut, konsultan perencana kawasan dan bangunan (urban
designer dan arsitek) akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik
dari Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum,
citra dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan
lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasan. Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan dokumen pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/kawasan tertentu
sehingga dapat memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang
berkelanjutan.
RTBL adalah juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam
dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut
diharapkan tercapai dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan
yang :

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


a. Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan gedung hijau;
b. Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak
terbarukan/fossil fuel; dan
c. Pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk mencapai target
sasaran ‘hijau’di wilayahnya.
Berdasarkan pemahaman di atas tentang RTBL dan manfaat RTBL, maka penataan
bangunan dan lingkungan di Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo perlu dilakukan. Kawasan Telaga
Ngebel Ponorogo merupakan salah satu kawasan wisata potensial yang menjadi andalan di
Ponorogo. Terletak di kaki gunung Wilis, bukit yang mendominasi kawasan, ditambah dengan
suasana yang sejuk di sekitar telaga yang berada di kawasan ini, sehingga kawasan ini menjadi
salah satu kekayaan alam yang dapat mendukung potensi ekonomi pada sektor pariwisata. Untuk
mengoptimalkan pembangunan kawasan, maka pada Tahun Anggaran 2020 ini melalui Dinas
Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur melakukan
penyusunan RTBL Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen sebagai panduan spesifik yang
menyeluruh dan memiliki kepastian hukum mengenai sutu perencanaan penataan bangunan dan
lingkungan pada Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo.

1.2.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/kawasan tertentu
supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
meliputi:
a. Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang
publik;
c. Perwujudan perlindungan lingkungan; serta
d. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


1.3. Sararan
1. Tersusunnya Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kawasan Telaga
Ngebel, dengan luas total kawasan maksimal 60 Ha, sesuai dengan Pedoman Penyusunan
RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007,
yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan
lingkungan di area tersebut ;
2. Tersusunnya Naskah Rancangan Peraturan Bupati Ponorogo tentang penetapan Dokumen
RTBL pada Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo sebagai produk pengaturan yang legal di
kawasan tersebut.

1.4. Ketentuan Penyusunan RTBL


1.4.1. Kedudukan RTBL Dalam Penataan Ruang
Berdasarkan UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, rencana tata ruang bersifat lebih
rinci dan detail, dimaksudkan agar bisa dijadikan pedoman jelas terutama dalam arahan
pemanfaatan ruang serta pedoman rencana pembangunan melalui program-program
pembangunan dan investasi yang jelas waktu capaiannya. Untuk itu hierarki, legalitas maupun
substansi rencana tata ruang berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tersebut mengalami beberapa
penyesuaian agar maksud rencana tata ruang sebagai pedoman pemanfaatan dan pengendalian
ruang dapat tercapai.
Hierarki rencana tata ruang sesuai UU No. 26 tahun 2007 adalah Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
Dalam konteks perencanaan ruang tingkat daerah kota memiliki kedalaman peta 1:25.000 atau
1:10.000 menjadi pedoman bagi Rencana Rinci Ruang Kota. Rencana Rinci Ruang Kota tersebut
terdiri dari Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Kawasan Strategis dengan skala
kedalaman peta 1:5.000. Kemudian sebagai pedoman/aturan pemanfaatan maupun
pengendalian tata ruang terutama dalam perijinan, Rencana Tata Ruang lebih operasional adalah
RTBL dengan skala peta 1:1.000.
 RTBL disusun didasarkan pada Rencana Rinci Tata Ruang Kota/kabupaten, sehingga harus
mengacu pada Rencana Detai Tata Ruang Kota.(Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang).
 Dokumen RTBL ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota. (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 06/PRT/2007).

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berupa :
a. Rencana aksi/kegiatan komunitas (community – action plan/CAP)

b. Rencana penataan lingkungan (neighbourhood – development plan/NDP)


c. Panduan rancang kota (urban – design guidelines/UDGL)
Seluruh rencana, rancangan, aturan dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL
harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota
maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian banguan gedung dan lingkungan
digambarkan pada diagram berikut ini :

Gambar 1.1 Kedudukan RTBL Dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan

1.4.2. Kriteria dan Lingkup Wilayah RTBL


Permen PU No. 6/PRT/M/2007 tentang pedoman umum rencana tata bangunan dan
lingkungan menyebutkan bahwa penyusunan dokumen RTBL dilaksanakan pada suatu
kawasan/lingkungan bagian wilayahn kabupaten /kota, kawasan perkotaan, dan / atau
perdesaan, meliputi :
 Kawasan baru berkembang cepat
 Kawasan terbangun
 Kawasan dilestarikan
5

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


 Kawasan rawan bencana
 Kawasan gabungan / campuran dari keempat jenis kawasan pada poin tersebut di atas
Kawasan perencanaan RTBL mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5 – 60 hektar (Ha)
dengan ketentuan :
 Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 ha
 Kota besar/sedang dengan luasan 15 – 60 ha
 Kota kecil/desa dengan luasan 30 – 60 ha
Sedangkan penentuan batas kawasan perencanaan (delineasi) sesuai Permen PU No.
6/PRT/M/2007 berdasarkan satu atau kombinasi butir – butir dibawah ini :
1. Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan dan bagian wilayah kota/desa
2. Non administratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional cultural – spatial
units) seperti desa adat, gampong dan nagari
3. Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama, lingkungan
serta perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional
4. Kawasan yang memiliki sifat campuran seperti kawasan campuran antara fungsi hunian,
fungsi usaha, fungsi sosial budaya dan/atau keagamaan secara fungsi khusus, kawasan sentra
niaga (central bussiness district), industri dan kawasan bersejarah
5. Jenis kawasan seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang
memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana dan kawasan
gabungan atau campuran.

1.4.3. Pengertian Terkait


Pengertian-pengertian mengenai Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan berdasarkan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, sebagaimana berikut :
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
3. Penataan ruang adalah suatu system proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


4. Perencanaan kota adalah: kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun
peninjauan kembali atas rencana yang telah ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan
situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu.
5. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan
lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi
pembangunan/penataan kawasan yang telah ditetapkan.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur ruang dan pola ruang wilayah serta
kriteria dan pola pengeloalaan wilayah
7. Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan serta materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum
dan panduan rancangan, rencana invstasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan
8. Peran serta masyarakat adalah: keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses
perumusan kebijakan dan pelaksanaan kepuusan dan/atau kebijakan yang berdampak
langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan
(perencanaan, desain, implementasi dan evaluasi)

1.5. Dasar Hukum


Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Telaga Ngebel,
Kabupaten Ponorogo didasarkan pada :
1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
3. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
7

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
10. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan
Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-
Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas
Selatan;
12. Peraturan Presiden No 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangungan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
13. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
14. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan;
18. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/SE/M/2009 tentang Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
19. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
20. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031;
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 7 Tahun 2019 tentang Rencana Program
Jangka Menengah Derah Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2024
23. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo No. 9 Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032;
8

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


25. Peraturan Bupati Ponorogo No. 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Ponorogo No. 3 Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung;

1.6. Ruang Lingkup


1.6.1. Lingkup Wilayah
Lokasi dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini
adalah Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo

1.6.2. Lingkup Kegiatan


Lingkup kegiatan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dalam penyusunan RTBL Kawasan
Telaga Ngebel, antara lain :
A. Survey Lokasi dan Pendataan
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan
analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini akan diperoleh identifikasi
kawasan dari segi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah
sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan perencanaan. Data tersebut meliputi: peta (peta
regional, peta kota, dan peta kawasan perencanaan dengan skala 1:1.000 serta
memperlihatkan kondisi topografis/garis kontur), foto-foto (foto udara/citra satelit dan foto-
foto kondisi kawasan perencanaan, peraturan dan rencana-rencana terkait, sejarah dan
signifikansi historis kawasan, kondisi sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan ekonomi,
kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas, dan data lain yang
relevan.
B. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah dikumpulkan. Analisis
dilakukan secara berjenjang dari tingkat kota, tingkat wilayah, sampai pada tingkat kawasan.
Komponen analisis yang diperlukan antara lain analisis perkembangan sosial kependudukan,
prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan lingkungan, aspek legal konsolidasi
lahan perencanaan, daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan, kajian aspek signifikansi
historis kawasan.
Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas
permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataan.
C. Penyusunan Konsep Program Bangunan dan Lingkungan

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


Hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan akan memuat gambaran dasar
penataan pada lahan perencanaan yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan konsep
dasar perancangan tata bangunan yang merupakan visi pengembangan kawasan. Penetapan
konsep disesuaikan dengan karakter wilayah kajian dan hasil analisis.
Komponen dasar perancangan berisi: visi pembangunan, konsep perancangan struktur tata
bangunan dan lingkungan, konsep komponen perancangan kawasan, blok-blok
pengembangan kawasan dan program penanganannya.

D. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan


Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan
lingkungan pada suatu kawasan yang bersifat lebih detail dan bersifat sebagai panduan atau
arahan pengembangan. Panduan rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara
lebih rinci rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi ketentuan dasar
implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan kawasan.
Adapun komponen rancangan meliputi: struktur peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan
lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur penghubung, sistem ruang terbuka dan tata
hijau, tata kualitas lingkungan, sistem prasarana dan utilitas lingkungan. Ketentuan dasar
implementasi rancangan dapat diatur melalui aturan wajib, aturan anjuran utama, dan
aturan anjuran pada kawasan perencanaan dimaksud.
E. Penyusunan Rencana Investasi
Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan
nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan
dalam penataan lingkungan/kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku
kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan besaran biaya suatu program
penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan investasi. Secara umum
rencana investasi mengatur tentang besaran biaya yang dikeluarkan dalam suatu program
penataan kawasan dalam suatu kurun waktu tertentu, tahapan pengembangan, serta peran
dari masing-masing pemangku kepentingan.
F. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan untuk mengendalikan berbagai rencana kerja,
program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan
pelaksanaan penataan suatu kawasan, dan mengatur pertanggungjawaban semua pihak
yang terlibat dalam mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan
10

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


lingkungan. Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan
RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak
langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan
Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa). Ketentuan Pengendalian Rencana
menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa
pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem
yang disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan
untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan.
G. Penyusunan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan
pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL,
dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan.
Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola
teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh kelembagaan
pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan
para pemangku kepentingan. Pedoman pengendalian pelaksanaan dapat ditetapkan dan
berupa dokumen terpisah tetapi merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL,
berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan, setelah mempertimbangkan
kebutuhan tingkat kompleksitasnya.

1.6.3. Lingkup Materi


Materi pokok dalam Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, adalah sebagai berikut :
A. Program Bangunan Dan Lingkungan
1. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
a) Perkembangan Sosial Kependudukan
- Tingkat pertumbuhan penduduk
- Jumlah keluarga
- Kegiatan sosial penduduk
- Tradisi budaya lokal
- Perkembangan yang ditentukan secara kultural tradisional
11

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


b) Prospek Pertumbuhan Ekonomi
- Sektor pendorong perkembangan ekonomi
- Kegiatan usaha
- Prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah
- Produktivitas kawasan
- Kemampuan pendanaan pemerintah daerah
c) Daya Dukung Fisik dan Lingkungan
Kemampuan fisik, ligkungan dan lahan potensial baik pengembangan kawasan
selanjutnya.
- Kondisi tata guna lahan
- Kondisi bentang alam kawasan
- Lokasi geografis
- Sumber daya air
- Status dan nilai tanah
- Izin lokasi
- Kerawanan kawasan terhadap bencana alam
d) Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan
Kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukumnya
e) Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan
- Jenis infrastruktur
- Jangkauan pelayanan
- Jumlah penduduk yang terlayani
- Kapasitas pelayanan
f) Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan
Kaitan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya
sebagai aset pelestarian pada skala kota/regional bahkan pada skala nasional.
2. Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat
a) Identifiksi Aspirasi dan Analisis Permasalahan
b) Analisis Perilaku Lingkungan
c) Rencana Pengembangan
d) Strategi Pengembangan dan Publikasi
3. Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan
a) Visi Pembangunan
12

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


b) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan
c) Konsep Komponen Perancangan Kawasan
d) Blok – Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

B. Rencana Umum Dan Panduan Rancangan


1. Rencana Umum
a) Struktur Peruntukan Lahan
- Peruntukan lahan makro
- Peruntukan lahan mikro
- Peruntukan lantai dasar, lantai atas maupun lantai besmen
- Peruntukan lahan tertentu
b) Intensitas Pemanfaatan Lahan
- Koefisien dasar bangunan (KDB)
- Koefisien lantai bangunan (KLB)
- Koefisien dasar hijau (KDH)
- Koefisien tapak besmen (KTB)
- Sistem insentif – disinsentif pengembangan
- Sistem pengalihan nilai koefisien lantai bangunan
c) Tata Bangunan
- Pengaturan blok lingkungan
- Pengaturan kaveling/petak lahan
- Pengaturan bangunan
- Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan
d) Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
- Sistem jaringan jalan dan pergerakan
- Sistem sirkulasi kendaraan umum
- Sistem sirkulasi kendaraan pribadi
- Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat
- Sistem pergerakan transit
- Sistem parkir
e) Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

13

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


f) Tata Kualitas Lingkungan
g) Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
2. Panduan Rancangan

C. Rencana Investasi
1. Skenario Strategi Rencana Investasi
2. Pola Kerja Sama Operasional Investasi
D. Ketentuan Pengendalian Rencana
1. Strategi Pengendalian Rencana
2. Arahan Pengendalian Rencana
E. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
1. Pengendalian Pelaksanaan
2. Pengelolaan Kawasan

14

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


Gambar 1.2 Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

1.7. Sistematika Pembahasan


Dalam laporan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Telaga Ngebel Ponorogo ini, sistematika pembahasan diatur sesuai dengan tatanan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan; maksud dan tujuan; dasar
hukum yang digunakan; Ruang Lingkup; lingkup serta sistematika Penyusunan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN WILAYAH
15

Laporan Pendahuluan Pendahuluan


Bab ini berisikan uraian mengenai Kebijakan wilayah perencanaan yang meliputi
kebijakan RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten Ponorogo dan Studi serta Kajian Strategis
Pembangunan.
BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum kawasan perencanaan yang meliputi
delineasi kawasan perencanaan, fungsi dan kedudukan kawasan dalam lingkup makro,
isu perkembangan, kondisi fisik lingkungan dan kondisi kawasan dan wilayah
perencanaan yang meliputi perkembangan sosial-kependudukan, aspek legal konsolidasi
lahan perencanaan, struktur peruntukan lahan, kondisi intensitas lahan, kondisi tata
massa bangunan, kondisi sirkulasi dan jalur penghubung, daya dukung prasarana dan
fasilitas lingkungan
BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini berisikan uraian tentang pendekatan perencanaan yang dilakukan dalam
pekerjaan, metode tahapan yang digunakan dalam penyusunan, dan juga metode
analisa yang dipakai dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo
BAB V RENCANA KERJA & ORGANISASI PROYEK
Bab ini berisikan rencana kerja Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Telaga Ngebel Ponorogo yang menjabarkan tentang tahapan
pelaksanaan kegiatan serta organisasi pelaksanaan pekerjaan.

16

Laporan Pendahuluan Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai