Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA ACUAN KERJA

PAKET PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA KEBIJAKAN, STRATEGI DAN TEKNIS SISTEM


PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

I. LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari lingkungan kota, beberapa kawasan diantaranya memiliki


pertumbuhan fisik yang cepat namun berkembang kurang tertib tidak selaras dan serasi
dengan lingkungannya, sehingga kawasan tersebut menjadi tidak produktif. Suatu kawasan
yang berkembang dengan pola demikian memerlukan pengaturan lebih khusus terutama
dari segi tata bangunan dan lingkungannya. Pengaturan khusus tersebut berupa penataan
melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), selain untuk mencapai kualitas
lingkungan yang lebih baik, sekaligus juga dapat memberikan arahan terhadap
pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/ kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan. RTBL tersebut juga merupakan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan
setempat agar lebih melengkapi peraturan bangunan yang ada. Mengingat potensi serta
kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi di daerah perkotaan/urban,
maka prioritas penanganan/penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat,
daerah pusat perdagangan, permukiman campuran, atau pada kawasan yang kondisi
geografisnya memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta
keserasiannya terhadap lokasi setempat.

Pertumbuhan kota yang pesat berpengaruh pada semakin tingginya harga tanah di
perkotaan, sehingga optimalisasi pemanfaatan lahan untuk pembangunan perumahan dan
permukiman menjadi suatu hal yang tak terelakkan. Di sisi yang lainnya, potensi
masyarakat yang mampu untuk memliki rumah pribadi cenderung menurun, sehingga di
perkotaan banyak diantara masyarakat tinggal di kawasan padat, meskipun dalam kondisi
kumuh dan kurang sehat. Suatu kota yang baik harus merupakan satu kesatuan sistem
organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya,

1
memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan
terancang secara terpadu. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali,
suatu produk tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungannya (RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap Persyaratan
Tata Bangunan. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) diperlukan sebagai
perangkat pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud bangunan
dan lingkungan pada suatu kawasan. Rencana Tata Bangunan Lingkungan (RTBL) tidak
terlepas dari perlunya penyusunan kebijakan, strategi dan teknis sistem penataan
bangunan dan lingkungan, agar harapan terciptanya ruang yang aman nyaman dan efisien
dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat.

Menimbang penyelenggaraan pembangunan fisik di Kota Bogor yang memiliki kepadatan


penduduk kurang lebih mencapai 9.500 jiwa/km2, dan juga memiliki peranan sebagai salah
satu kota penyangga Ibukota Negara. Salah satu kawasan padat penduduk dengan ragam
aktivitas serta masuk ke dalam kawasan perdagan dan jasa yaitu pada Koridor Jalan utama
Kota Bogor. Sehingga dalam upaya penataan kawasan pada koridor Jalan. Koridor Jalan
Utama Kota Bogor diperlukan penyusunan rencana kebijakan, strategi dan teknis sistem
penataan bangunan dan lingkungannya. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan
arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, ragam arsitektural dari bangunan-bangunan
sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan (building design), terutama pada
kawasan/daerah tertentu yang memiliki karakter khas seperti dimaksud di atas, dengan
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau Rencana Detail Tata Ruang Wilayah
yang berlaku, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang memberikan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Rinci Tata Ruang, serta
sebagai panduan rancangan kawasan.

Dengan arahan tersebut, perencanaan kawasan dan bangunan (urban designer dan arsitek)
akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari
Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan
umum, citra, dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan
bangunan dan lingkungan yang dirancang akan dapat memberikan kontribusi positif
terhadap perwujudan kawasan yang diharapkan di Koridor Jalan Utama Kota Bogor.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum


Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan mengamanatkan bahwa kawasan dapat dipahami

2
tidak hanya dari fungsinya namun juga dari ragam, karakter, dll. Ragam kawasan tersebut
adalah:

KAWASAN BARU BERKEMBANG CEPAT adalah kawasan dengan kriteria sebagai berikut:
a. memiliki potensi untuk cepat tumbuh; dan/atau;
b. mengalami pertambahan densitas penduduk maupun fisik terbangun dalam waktu
yang singkat;
c. mengalami pertambahan intensitas volume kegiatan;
d. mengalami pertambahan densitas penduduk maupun densitas bangunan dalam
waktu relatif singkat maupun pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam waktu yang
singkat.
KAWASAN TERBANGUN memiliki kriteria:
a. sebuah kawasan yang didominasi oleh fisik terbangun;
b. memiliki sarana dan prasarana lingkungan;
c. memiliki pertumbuhan densitas, jumlah dan kualitas lingkungan binaan;
d. memiliki perubahan jumlah dan struktur penduduk, struktur ekonomi dan budaya;
e. telah terbangun dalam waktu yang cukup lama (antara 10 sampai 50 tahun).

KAWASAN DILESTARIKAN merupakan kawasan dengan nilai kesejarahan, dan/atau


keunikan dan/atau karakter khusus yang langka sehingga dipandang perlu untuk
dilestarikan. Kawasan dilestarikan dapat berada pada beberapa jenis kawasan, seperti
kawasan cagar budaya dan kawasan revitalisasi. Sebuah kawasan dapat dikategorikan
dilestarikan, bila memiliki penetapan sebagai kawasan cagar budaya dan/atau bersejarah
dan atau revitalisasi.
KAWASAN RAWAN BENCANA adalah kawasan yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sebagai kawasan yang pernah mengalami atau mengandung atau diduga dapat
menimbulkan bencana alam atau non alam. Ragam kawasan rawan bencana antara lain
adalah kawasan rawan gempa, kawasan rawan banjir, kawasan rawan longsor, kawasan
rawan tsunami, kawasan rawan kebakaran, dll.

Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang bertujuan


mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata,
berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal,
yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan
lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen panduan/pengendali

3
pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan
terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang
berkelanjutan meliputi: pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan,
peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang
publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi
lingkungan.

Oleh karena itu pada tahun 2023, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Bogor
memiliki tugas untuk melakukan kegiatan penyusunan rencana kebijakan, strategi dan
teknis sistem penataan bangunan pada Koridor Jalan Utama Kota Bogor. Melalui upaya
tersebut diharapkan dapat mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan
pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan
gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan
lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/ kawasan,
menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin
terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari
masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

II. LANDASAN HUKUM


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;

4
i. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja;
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
m. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
n. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa;
o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah beserta petunjuk teknisnya;
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
r. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
s. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan;
t. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
u. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
v. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/PRT/M/2018
tentang Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis, dan Penilik Bangunan;
w. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

5
x. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031;
y. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 2 Tahun 2019 tentang Bangunan Gedung dan Izin
Mendirikan Bangunan; dan
z. Peraturan terkait lainnya.

III. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


1. URAIAN KEGIATAN
a. Pendataan
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk
melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini akan
diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi, serta
identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan
perencanaan. Data tersebut meliputi: peta (peta regional, peta kota, dan peta
kawasan perencanaan dengan skala 1:1.000 serta memperlihatkan kondisi
topografis/garis kontur), foto-foto (foto udara/citra satelit dan foto-foto kondisi
kawasan perencanaan, peraturan dan rencana-rencana terkait; sejarah dan
signifikansi historis kawasan, kondisi sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan
ekonomi, kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan
fasilitas, dan data lain yang relevan.
b. Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berhasil
dikumpulkan. Analisis dilakukan secara berjenjang dari tingkat kota; tingkat
wilayah sekitar kawasan; sampai pada tingkat kawasan, dengan komponen analisis:
sosial-kependudukan, prospek pertumbuhan ekonomi, daya dukung fisik dan
lingkungan, aspek legal konsolidasi lahan, daya dukung prasarana dan fasilitas,
kajian aspek historis. Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep
perencanaan atas permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataan.
c. Penyusunan Konsep Program Bangunan Dan Lingkungan
Hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan akan memuat gambaran
dasar penataan pada lahan perencanaan yang akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan konsep dasar perancangan tata bangunan yang merupakan visi
pengembangan kawasan. Penetapan konsep disesuaikan dengan karakter wilayah
kajian dan hasil analisis. Komponen dasar perancangan berisi: visi pembangunan,

6
konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan, konsep komponen
perancangan kawasan, blok-blok pengembangan kawasan dan program
penanganannya.
d. Penyusunan Rencana Umum Dan Panduan Rancangan
Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan
lingkungan pada suatu kawasan yang bersifat lebih detail dan bersifat sebagai
panduan atau arahan pengembangan. Panduan rancangan bersifat melengkapi dan
menjelaskan secara lebih rinci rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya,
meliputi ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip
pengembangan rancangan kawasan.
Adapun komponen rancangan meliputi: struktur peruntukan lahan, intensitas
pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur penghubung, sistem
ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas lingkungan, sistem prasarana dan utilitas
lingkungan. Ketentuan dasar implementasi rancangan dapat diatur melalui aturan
wajib, aturan anjuran utama, dan aturan anjuran pada kawasan perencanaan
dimaksud.
e. Penyusunan Rencana Investasi
Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan
kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi
dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/kawasan. Rencana ini menjadi rujukan
bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan
besaran biaya suatu program penataan, ataupun sekaligus menjadi tolak ukur
keberhasilan investasi. Secara umum rencana investasi mengatur tentang besaran
biaya yang dikeluarkan dalam suatu program penataan kawasan dalam suatu kurun
waktu tertentu, Cost Benefit Rasio (CBR) analisis, tahapan pengembangan, serta
peran dari masing-masing pemangku kepentingan.
f. Penyusunan Ketentuan Pengendalian Rencana
Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan untuk mengendalikan berbagai rencana
kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan
dalam RTBL dan pelaksanaan penataan suatu kawasan, dan mengatur
pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTBL pada
tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan. Ketentuan pengendalian
rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan
masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung

7
melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan
Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa). Ketentuan Pengendalian
Rencana menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada
masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya
dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para
pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan
pentahapan pelaksanaan pembangunan.
g. Penyusunan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan
pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan
dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas,
meningkat, dan berkelanjutan. Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas
teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan
yang ditetapkan oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat
ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan.
Pedoman pengendalian pelaksanaan dapat ditetapkan dan berupa dokumen
terpisah tetapi merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL, berdasarkan
kesepakatan para pemangku kepentingan, setelah mempertimbangkan kebutuhan
tingkat kompleksitasnya.
2. BATASAN KEGIATAN
Batasan kawasan perencanaan merujuk pada ketentuan/kriteria sebagai berikut:
 Kawasan baru yang berkembang cepat/pesat;
 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
 Kawasan dilestarikan;
 Kawasan rawan bencana;
 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/
budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central
business district), industri, dsb.;
 Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kota lama, lingkungan
sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman
tradisional;
 Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/ kawasan dengan luas 5 – 60
hektar (HA), dengan ketentuan :
- Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha;

8
- Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha; dan
- Kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.
Jenis fisik yang dapat dibangun untuk rencana tindak dari RTBL, adalah prasarana dan
sarana yang mendukung aktivitas masyakarat di kawasan tersebut, guna terwujudnya
peningkatan dan pengembangan nilai kawasan, seperti:
 pembangunan/peningkatan jalan lingkungan, dengan lebar jalan maksimal 3 meter.
 pembangunan/peningkatan saluran lingkungan, dengan dimensi penampang
saluran drainase ± 40x60 cm disesuaikan dengan intensitas curah hujan.
 pembangunan/peningkatan ruang terbuka publik (plaza) beserta sarana/prasarana
pendukungnya (gazebo, lampu taman/pedestrian, tugu/monumen, dll)
 pembangunan/peningkatan jalan pedestrian
 pembangunan/peningkatan gerbang kawasan
 rehabilitasi (konservasi) bangunan adat/tradisional milik umum (Pemerintah
Daerah) dan/atau masuk ke dalam Daftar Bangunan Cagar Budaya, sesuai dengan
persyaratan pelestarian bangunan.
 Taman Kota atau Taman Bermain beserta kelengkapan sarana dan prasarana-nya,
seperti:
- lapangan olah raga,
- badan air,
- ram aksesibilitas,
- jogging track, pedestrian ways
- sitting group
- gazebo
- wc umum
- lampu taman
- rumah pompa dan sebagainya
IV. MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Rencana Tata Bangunan Lingkungan
(RTBL) sebagai panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang
perencanaan tata bangunan dan lingkungan di Kawasan Koridor Jalan utama Kota Bogor.
V. TUJUAN
Terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Koridor Jalan
Utama Kota Bogor sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007

9
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
VI. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN PEKERJAAN
1. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Koridor Jalan
Utama Kota Bogor sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL, yang dapat digunakan
sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan.
2. Keluaran (Kuantitatif)
Keluaran laporan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah bahwa Konsultan
memberikan Laporan Pendahuluan sebanyak 5 eksemplar, Laporan Antara sebanyak 5
eksemplar, Laporan Akhir sebanyak 5 eksemplar. Adapun laporan tersebut memuat hal-
hal dibawah ini:
 LAPORAN PENDAHULUAN, minimal memuat:
a. Pemahaman dan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja.
b. Rencana pencapaian sasaran, mencakup jadwal kerja, target/ sasaran, alokasi
tenaga ahli, dsb.
c. Metodologi dan pendekatan pelaksanaan, termasuk pembuatan kuesioner,
metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data, termasuk kajian kepustakaan
dan kajian teoritis serta studi kasus.
d. Gambaran umum daerah perencanaan. Diserahkan maksimal 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak SPMK dikeluarkan.
 LAPORAN ANTARA, minimal memuat:
a. Tinjauan kebijakan program pembangunan yang terdapat pada kawasan
perencanaan, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang/Menengah Daerah.
b. Gambaran Umum Daerah Perencanaan
c. Analisis terhadap seluruh potensi dan masalah terhadap elemen perancangan
RTBL, meliputi: Analisis Daya Dukung Lahan, Analisis Kesesuaian Lahan, Analisis
Intensitas Bangundan dengan menggunakan kriteria terukur dan tidak terukur,
serta analisis untuk menentukan prioritas program pembangunaan dilakukan
terhadap masing-masing elemen rancang RTBL dengan menggunakan metode
SWOT.
d. Perhitungan Benefit Cost Rasio Analysis terhadap program pembangunan
fisik yang diusulkan.

10
e. Konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
f. Konsep Program Bangunan dan Lingkungan.
g. Diserahkan maksimal 60 (enam puluh) hari kalender sejak SPMK dikeluarkan.
 LAPORAN AKHIR, mencakup:
a. Program bangunan dan lingkungan
b. Rencana umum dan panduan rancangan, meliputi: Rencana Umum (Design Plan),
Rencana Detail (Design Guidlines) dan Administrasi pngendalian profram dan
rencana (Administrasi Guidliness)
c. Draft Usulan Lokasi Prioritas untuk DED
d. Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana (development guidelines)
e. Dokumen Program Investasi Jangka Menengah (5 Tahun)
f. Pembinaan Pelaksanaan
g. Gambar Perspektif (3D) dari bird eye view kawasan prioritas dan detail desain
perencanaannya.
h. Peta Foto Udara, Merupakan hasil pengambilan gambar/foto berupa maping
udara
i. Draft Peraturan Walikota tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Laporan Akhir, Gambar Perspektif (3D), Peta foto Udara dan Draft Peraturan Walikota
Diserahkan maksimal 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak SPMK dikeluarkan.

VII. METODE PELAKSANAAN


Secara garis besar pendekatan dan metode pelaksanaan dijabarkan sebagai berikut:
a. Koordinasi dan Konsultasi
Pelaksana diwajibkan secara aktif melakukan koordinasi dengan Tim Teknis dan Instansi
Teknis Provinsi dan Kota Bogor terkait sehingga dapat dicapai keluaran yang memadai,
dengan dimungkinkan pula untuk melakukan konsultasi dengan asosiasi profesi terkait
dan instansi pemerintah setempat/SKPD atau instansi lain.
b. Pengumpulan data
 Melakukan review peraturan-peraturan yang sudah ada terkait dan ada
hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya baik berupa UU, PP, Perpres,
Permen, Juknis, Juklat, SNI, RTRW dan lain-lain.
 Mengumpulkan dan berkonsultasi secara aktif kepada Tim Teknis, PPTK dan KPA
Kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Koridor Jalan Utama Kota Bogor.

11
 Data harus valid dan dapat dipertanggung jawabkan dan apabila terdapat perbedaan
dari satu sumber dengan sumber lainnya, maka harus dilakukan cross check pada
sumber yang dapat dipercaya.
 Melakukan pemrosesan data kuantitatif dan kualitatif yang terdapat pada kawasan
perencanaan.
 Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.

VIII. TAHAPAN KEGIATAN


Secara garis besar tahapan kegiatan yang perlu dilakukan antara lain adalah:
a. Penetapan strategi dan program pencapaian sasaran kegiatan.
b. Pengumpulan data dan informasi terutama referensi peraturan tentang
penyelenggaraan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di tingkat kota dan provinsi,
serta peraturan perundang-undangan yang bersifat nasional yang berkaitan dengan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di daerah.
c. Pengolahan data dan pengembangan alternatif konsep pola pikir dan struktur materi
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Koridor Jalan Utama Kota Bogor
serta penyusunan Rancangan/Konsep Peraturan Walikota dan/atau Peraturan
Daerahnya.
d. Pembahasan di tingkat Kota dan Provinsi bersama dengan Tim Teknis dan instansi teknis
terkait.

IX. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Kegiatan Penyusunan Rencana Kebijakan dan Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
pada Koridor Jalan Utama Kota Bogor ini dilaksanakan di Kota Bogor, dengan ketentuan
deliniasi kawasan sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan.

X. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu penyelesaian kegiatan ini diperkirakan mencapai 3 (tiga) bulan atau 90
(sembilan puluh) hari kalender secara berturut-turut untuk tahun anggaran 2023 dengan
jadwal sebagai berikut,
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

12
BULAN KE
NO URAIAN
1 2 3
1 Persiapan
2 Koordinasi dan Konsultasi
3 Pembahasan Laporan Pendahuluan
4 Pengumpulan Data dan Informasi
5 Pengolahan dan Analisis Data
6 Perumusan Konsep Rencana
7 Pembahasan Laporan Antara
8 Penetapan Strategi dan Program
9 Perumusan Rencana
 Program Bangunan dan Lingkungan
 Rencana Umum dan Panduan Rancangan
 Draft Usulan Lokasi Prioritas untuk DED
 Ketentuan dan Pedoman Pengendalian
 Rencana (development guidelines)
 Dokumen Program Investasi Jangka
 Menengah (5 Tahun)
 Pembinaan Pelaksanaan

10 Gambar Perspektif (3D)


11 Penyusunan Draft Peraturan Walikota
12 Pembahasan Laporan Akhir
13 Penyempurnaan Dokumen dan Kajian

XI. PERSYARATAN KUALIFIKASI


Penyedia Jasa memiliki:
1. SBU dengan Klasifikasi PR101 (Jasa Perencanaan dan Perancangan Perkotaan), atau
PR102 (Jasa Perencanaan Wilayah), atau PR103 (Jasa Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Bangunan dan Lansekap) atau PR104 (Jasa Pengembangan Pemanfaatan
Ruang) atau AL101 (Jasa Pengembangan Pemanfaatan Ruang), atau AL02 (Jasa
Pengembangan Wilayah), atau AL03 (Jasa Pengembangan Perkotaan) atau AL04 (Jasa
Pengembangan Lingkungan Bangunan dan Lansekap) yang masih berlaku;
2. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban pelaporan perpajakan SPT Tahunan
tahun pajak 2022;
3. Mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil konfirmasi status
wajib pajak;
4. Mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan alamat yang benar, tetap dan
jelas, milik sendiri ataupun sewa.

13
XII. PERSYARATAN PENGALAMAN
a. Memiliki pengalaman paling kurang 1 (satu) pekerjaan jasa konsultansi konstruksi dalam
kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah atau swasta
termasuk pengalaman subkontrak;
b. Memiliki pengalaman mengerjakan pekerjaan sejenis berdasarkan subklasifikasi;
c. Memiliki pengalaman mengerjakan pekerjaan sejenis dalam waktu 10 (sepuluh) tahun
terakhir;
d. Penyedia dengan kualifikasi usaha kecil yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun dan
belum memiliki pengalaman dikecualikan dari ketentuan pengalaman sebagaimana
dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 3 untuk nilai paket pengadaan sampai
dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

XIII. PERSONIL/ TENAGA AHLI


Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Ketua Tim (Team Leader) - Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (SKA 502)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana Perencanaan Wilayah dan
Kota yang dibuktikan dengan ijazah S1 di bidang tersebut dengan pengalaman
profesional di bidang desain kota dan perkotaan sekurang-kurangnya 1 tahun atau 12
bulan kalender. Memiliki SKA Ahli Madya.
2. Ahli Teknik Bangunan Gedung (SKA 201)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana teknik Sipil Bangunan
Gedung yang dibuktikan dengan ijazah S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman
profesional sebagai tenaga Ahli Muda Bangunan Gedung sekurang-kurangnya 2 tahun
atau 24 bulan kalender. Memiliki SKA Ahli Madya.
3. Arsitek (SKA 101)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana arsitektur yang dibuktikan
dengan ijazah S1 di bidang tersebut dengan pengalaman profesional di bidang
arsitektur sekurang-kurangnya 1 tahun atau 12 bulan kalender. Memiliki SKA Muda.
4. Ahli Teknik Lingkungan (SKA 501)

14
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya S1 Teknik Lingkungan yang yang
dibuktikan dengan ijazah S1 di bidang tersebut dengan memiliki pengalaman pekerjaan
menyusun dokumen lingkungan sekurang-kurangnya 1 tahun atau 12 bulan kalender.
Memiliki SKA Ahli Muda.

5. Ahli Geodesi (SKA 217)


Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana teknik Geodesi yang
dibuktikan dengan ijazah S1 di bidang tersebut, dengan pengalaman profesional di
bidang survey dan pemetaan dan menguasai Sistem Informasi Geografis sekurang-
kurangnya 1 Tahun atau 12 bulan kalender. Memiliki SKA Ahli Muda.
6. Ahli Ekonomi (Non SKA)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana ekonomi yang dibuktikan
dengan ijazah S1 di bidang tersebut dengan memiliki pengalaman pekerjaan di bidang
ekonomi sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
7. Ahli Hukum (Non SKA)
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya sarjana hukum yang dibuktikan
dengan ijazah S1 di bidang tersebut dengan memiliki pengalaman pekerjaan di bidang
hukum sekurang-kurangnya 3 tahun atau 36 bulan kalender.
Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan, juga dibutuhkan tenaga penunjang
yang meliputi:
1. Sekretaris/Administrasi Proyek
Jenjang Pendidikan minimal SMA / Sederajat dan berpengalaman di bidangnya.
2. Drafter GIS dan 3D
Jenjang Pendidikan minimal SMA / Sederajat dan berpengalaman di bidangnya.
3. Operator Komputer
Jenjang Pendidikan minimal SMA / Sederajat dan berpengalaman di bidangnya.
XIV. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA
Nama dan organisasi pengguna jasa adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Bogor.
XV. SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan dalam kegiatan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Bogor Tahun Anggaran 2023.

15
XVI. KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KELUARAN
Seluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana yang tercantum di dalam
kerangka acuan kerja ini diserahkan kepada organisasi pengguna jasa, yaitu Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Bogor.

Bogor, 10 Juli 2023


Pejabat Pembuat Komitmen,

Dadan Hamdani, ST. M.Si.


NIP. 19760922 200501 1 011

16

Anda mungkin juga menyukai