BAB I
PENDAHULUAN
Tata ruang dalam wujud struktural adalah tata ruang yang mengarahkan pengelolaan
ruang berdasarkan kondisi dan struktur ruang yang ada, dimana dalam artian arah
pengembangan dan rencana tata ruang bertumpu pada kemampuan daya dukung
ruang dalam memberikan optimalisasi kepada masyarakat sebagai pengguna (user).
Sementara pola pemanfaatan ruang adalah sebagai suatu arahan bagi masyarakat
(user) dalam mengelola dan memanfaatkan ruang.
Terkait pada dua komponen diatas tersebut, maka tata ruang yang terkait secara
hirarkis tidak hanya sebagai ukuran kualitas yang menggambarkan mutu tata letak
semata tapi juga harus menggambarkan mutu komponen penyusunan ruang. Mutu
ruang itu sendiri ditentukan oleh terwujudnya keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan pemanfaatan ruang yang mengindahkan faktor daya dukung lingkungan,
Halaman 1
Beberapa tahun belakangan ini pola hirarkis tata ruang mengalami pergeseran, dimana
pergeseran tersebut secara nyata telah mampu menjadi hirarkis tata ruang yang
semula hanya berfungsi sebagai pola arahan dalam pengelolaan dan pengembangan
suatu kawasan menjadi pedoman yang memberikan kepastian hukum tetap dalam
pengelolaannya. Berkenaan dengan perubahan tersebut, maka suatu produk tata ruang
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
sebelum dikelola harus melibatkan masyarakat secara nyata tidak hanya sebagai objek
teliti seperti yang berlaku pada beberapa dasawarsa yang lalu. Pola pergeseran
rencana tata ruang secara hirarkis tersebut tidak hanya merubah bentuk dan komponen
penataan ruang akan tetapi juga peran dan partisipasi masyarakat juga berubah, kalau
dulu masyarakat dalam penataan ruang dipandang sebagai user, maka sekarang
masyarakat berperan dan aktif dalam menyusun tata ruang. Hal tersebut dapat dilihat
dari adanya sosialisasi dan pelatihan dalam menyusun suatu tata ruang.
Kembali pada hakekat pusat pusat kegiatan, baik pusat kegiatan ekonomi, sosial
serta budaya yang terdapat di kawasan kawasan perkotaan, maka pengelolaan
kawasan perkotaan dikaitkan dengan pola penataan ruang yang partisipatif tersebut,
perlu diadakan suatu perwujudan perencanaan yang melibatkan semua unsur dalam
memberikan pola arahan pemanfaatan ruang dalam wujud perencanaan kawasan
perkotaan yang terhirarkis dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota, Rencana
Strategis (RENSTRA), aspek legitimasi Pengelolaan Perkotaan, dan yang paling pasti
adalah keinginan masyarakat.
Dalam memberikan nuansa yang berbeda pada penataan ruang dalam era reformasi
ini, maka pihak pemerintah dengan mitra kerja menyusun tata ruang dalam bentuk
berkesinambungan sesuai dengan hirarki tata ruang yang berlaku serta adanya
kontinusitas dengan masayarakat tentang pola penyusunan tata ruang lingkungan
mereka dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan penataan ruang.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan penjabaran dari Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRK) berupa rencana geometrik
pemanfaatan ruang perkotaan yang disusun untuk perwujudan ruang perkotaan dalam
rangka pelaksanaan pembangunan kota. Pola pemanfaatan ruang yang cenderung
mengikuti mekanisme pasar, sehingga pembangunan tidak lagi mengindahkan
keselarasan dan keserasian mutu dan komponen penyusunan ruang. Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan diperlukan untuk mewujudkan keselarasan tersebut, akan
tetapi bila berpola pada penyusunan tata ruang semata tanpa adanya sosialisasi yang
memadai, maka rencana tata ruang akan berulang seperti rencana rencana
Halaman 2
sebelumnya.
Dari RTRW Kabupaten Buol, Kecamatan Biau ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW). Berdasarkan dari penetapan pusat kegiatan ini, maka Kabupaten Buol
perlu di pusatkan suatu kegiatan perdagangan yang akan menjadi pusat kegiatan
wilayah perdagangan di Kabupaten Buol, sebagaimana diamanatkan dalam RTRW
Kabupaten Buol tahun 2011 2030.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Suatu kota yang baik harus merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu
mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun
non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu.
Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali, suatu produk tata ruang
kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya. Hal
tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap Persyaratan Tata Bangunan seperti
tersirat dalam Undang Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal
9.
Peraturan Bangunan Setempat yang bersifat khusus yang diperlukan sebagai pengarah
perwujudan arsitektur lingkungan perkotaan (urban architecture) terutama pada
kawasan atau bagian kota yang tumbuh cepat dan berkembang secara tidak teratur
baik dari segi tertib bangunan, keselamatan bangunan maupun keserasian bangunan
terhadap lingkungannya. Peraturan yang bersifat khusus ini disebut juga Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersifat melengkapi peraturan bangunan
setempat yang telah ada. Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang
berlaku, selanjutnya disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang
memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana
Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka
perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL
akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, ragam arsitektural dari
bangunanbangunan sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan (building design),
terutama pada kawasan/daerah tertentu yang memiliki karakter khas seperti dimaksud
di atas
Halaman 3
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
I.2.1. Maksud
I.2.2. Tujuan
I.2.3. Sasaran
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Pengumpulan data:
Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer
maupun sekunder sebagai bahan analisis.
Mengadakan peta /foto udara kawasan skala 1:5.000
2. Analisis, melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar
penyusunan RTBL.
3. Penyusunan potensi dan masalah, berdasarkan analisa di lapangan perlu
dirumuskan potensi dan masalah yang pemecahannya dapat didekati dengan
SWOT untuk penyusunan RTBL.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Ruang lingkup wilayah perencanaan di Kawasan Jalan Ir. Karim Mbow, dengan
batasan kawasan perencanaan merujuk pada ketentuan/kriteria sebagai berikut:
1. Kawasan perencanaan merupakan bagian dari kawasan perkotaan yang
ditetapkan oleh peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai:
a. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN, yaitu kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional atau beberapa provinsi, atau
b. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutn disebut PKSN, Yaitu
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan Negara, atau
c. Kawasan Strategis Nasional, yaitu wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena memepunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan Negara. Pertahanan dan keamanan Negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan hidup, termasuk wilayah
yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
2. Kawasan perencana dengan ragam dan karakter sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 06/PRT/M/2007 tentang pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Yaitu Kawasan baru berkembang
cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, dan/atau kawasan Rawan
Bencana.
3. Delineasi (batasan kawasan perencanaan) ditentukan berdasarkan rencana
tata ruang kota yang bersangkutan, rencana tata ruang kawasan strategis
yang bersangkutan, dengan luas kawasan antara 5-60 Ha sesuai dengan
arahan pedoman Umum RTBL dan amanat UU RI No. 28/2002 tentang
bangunan gedung, dengan mempertimbangkan konteks geografis, bangunan
Halaman 7
dan lingkungan, daya dukung lahan dan ekonomi serta ragam aktivitas sosial
budaya masyarakat setempat.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
tentang Penataan Ruang, menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, yaitu sebagai berikut:
12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek/pengamatan administratif dan atau aspek/pengamatan fungsional.
13. Wilayah Perencanaan adalah wilayah yang diarahkan pemanfaatan ruangnya
sesuai dengan masing-masing jenis rencana tata ruang.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
14. Kawasan adalah suatu wilayah yang mempunyai fungsi dan atau
aspek/pengamatan fungsional tertentu.
15. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
16. Kawasan Hutan Lindung kawasan hutan (dapat dalam bentuk hutan bakau di
pesisir) yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan
dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna
kepentingan pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan
maupun kawasan di sekitarnya dan kawasan bawahannya.
17. Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu,
yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
18. Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata alam.
19. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai fungsi kawasan
pelestarian/perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
20. Kawasan Tangkapan Air adalah kawasan atau areal yang mempunyai pengaruh
secara alamiah atau binaan terhadap keberlangsungan badan air seperti waduk,
situ, sungai, kanal, pengolahan air limbah, dan lain-lain.
21. Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
22. Kawasan Sekitar Waduk, Danau, dan Situ adalah kawasan di sekeliling waduk,
danau, dan situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi waduk, danau, dan situ.
23. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
Halaman 10
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
25. Kawasan Industri dan atau Pergudangan adalah kawasan yang diarahkan dan
diperuntukkan bagi pengembangan industri dan atau pergudangan beserta fasilitas
penunjangnya.
26. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
27. Kawasan atau Ruang Terbuka Hijau adalah ruang-ruang dalam Kabupaten atau
wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada
dasarnya tanpa bangunan. Dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH) pemanfaatannya
lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah
ataupun budidaya tanaman.
28. Kawasan Sistem Pusat Kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan
berbagai kegiatan campuran maupun spesifik, memiliki fungsi strategis dalam
menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta
kegiatan pelayanan daerah menurut hirarki, terdiri dari sistem pusat kegiatan utama
yang berskala daerah, regional, nasional, dan internasional dan sistem pusat
penunjang yang berskala lokal.
29. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
30. Bagian Wilayah Kabupaten adalah suatu kesatuan wilayah dari kabupaten yang
bersangkutan dan merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional dan
administrasi dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan kegiatan daerah.
31. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam.
32. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai
nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Halaman 11
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
34. Kawasan Terbangun adalah ruang dalam kawasan permukiman yang mempunyai
ciri dominasi penggunaan lahan secara terbangun atau lingkungan binaan untuk
mewadahi kegiatan daerah.
35. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan atau kanal atau saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
36. Sempadan Pantai adalah kawasan sepanjang kiri kanan pantai, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
37. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang
tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang diitetapkan dalam
rencana ruang kabupaten.
38. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adalah garis rencana jalan
yang ditetapkan dalam rencana ruang kabupaten.
39. Garis Sempadan Pantai yang selanjutnya disebut GSP adalah areal pantai yang
dihitung mulai dari batas air laut tertinggi ke arah daratan pulau yang harus bebas
dari bangunan beratap. GSP ditentukan berdasarkan lebar pulau, dan dimaksudkan
untuk pencegahan pengrusakan pertumbuhan pulau, perlindungan bangunan dari
terjangan gelombang laut, serta untuk mendapatkan ruang terbuka yang cukup di
depan bangunan yang menghadap ke perairan laut.
40. Intensitas Bangunan adalah perbandingan jumlah luas/seluruh lantai terhadap luas
tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana ruang kabupaten.
41. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas/seluruh lantai
bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang sesuai
dengan rencana ruang kabupaten.
42. Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan,
dan Ketinggian Bangunan tiap kawasan bagian wilayah kabupaten sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten.
43. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka perbandingan jumlah luas lantai
dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana daerah.
Halaman 12
44. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh
lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana daerah.
45. Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten adalah tata jenjang dan fungsi pelayanan pusat-
pusat kegiatan kabupaten yang meliputi pusat kabupaten, pusat bagian wilayah
kabupaten, pusat sub bagian wilayah kabupaten, dan pusat lingkungan perumahan.
46. Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten adalah penetapan lokasi besaran luas
dan arahan pengembangan tiap jenis pemanfaatan ruang untuk mewadahi
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
57. Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki potensi atau
permasalahan yang mendesak untuk ditangani dalam mewujudkan tujuan
perencanaan dan pengembangan kawasan.
58. Area adalah bagian (sub-sistem) dari kawasan fungsional.
59. Tipologi Kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai dengan karakter dan
kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan prasarana dan
sarana lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap, dinamis, dan peralihan.
60. Konservasi Sumber Daya Air adalah semua upaya untuk mengawetkan,
melindungi, mengamankan, mempertahankan, melestarikan, dan mengupayakan
keberlanjutan keberadaan sumber daya air yang serasi, seimbang, selaras dan
berguna sepanjang masa.
61. Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan tata ruang.
62. Ijin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau Badan
Hukum/Perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka
penanaman modal, yang berlaku pula sebagai ijin pemindahan hak atas tanah dan
untuk menggunakan tanah sesuai dengan tata ruang wilayah.
63. Prasarana dan Sarana adalah bangunan fisik yang terkait dengan kepentingan
umum dan keselamatan umum, seperti prasarana dan sarana perhubungan,
prasarana dan sarana sumber daya air, prasarana dan sarana permukiman, serta
prasarana dan sarana lainnya.
64. Tingkat Kerawanan adalah ukuran yang menunjukkan besarnya kemungkinan
suatu kawasan dapat mengalami bencana longsor, serta besarnya korban dan
kerugian yang terjadi akibat bencana longsor tersebut.
Halaman 14
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PENATAAN
BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
KAWASAN PERDAGANGAN KABUPATEN
BUOL
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Sementara itu strategi penataan ruang Kabupaten Buol terdiri dari 12 (dua belas)
strategi yang menyentuh semua kebijakan strategis yang berperan dalam menentukan
arah dan tujuan penataan Ruang Kabupaten Buol yang akan menjadi sandaran dalam
menentukan langkah langkah pembangunan wilayah Kabupaten Buol sebagai
berikut :
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap
kawasan perikanan; dan
terintegrasi;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
d. melakukan kajian kelayakan ekologi dan lingkungan, ekonomi dan sosial bila
Halaman 19
negara.
a. Pusat-pusat Kegiatan;
(2) Rencana Struktur Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000.
(2) PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) terdapat pada Perkotaan Buol yang
terletak di Kecamatan Biau
(3) PKL (Pusat Kegiatan Lokal) dalam wilayah Kabupaten Buol ditetapkan
pada:
Desa Lakea II Kecamatan Lakea;
Desa Air Terang Kecamatan Tiloan;
Desa Lokodidi Kecamatan Gadung;
Desa Lamadong Kecamatan Momunu;
Desa Bokat Kecamatan Bokat; dan
Desa Paleleh Kecamatan Paleleh.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(5) PPL (Pusat Pengembangan Lokal) ditetapkan pada desa desa sebagai
berikut:
Desa Lamadong Kecamatan Momunu;
Desa Boilan Kecamatan Tiloan;
Desa Winangun Kecamatan Tiloan;
Desa Bukall Kecamatan Bukall
Desa Kokobuka Kecamatan Bukall;
Desa Diat Kecamatan Bukall;
Desa Bulagidun Kecamatan Gadung ;
Desa Nantu Kecamatan Gadung;
Desa Matinan Kecamatan Gadung;
Desa Taat Kecamatan Gadung;
Desa Pandangan Kecamatan Gadung;
Desa Lokodoka Kecamatan Gadung;
Desa Labuton Kecamatan Gadung;
Desa Bulagidun Kecamatan Gadung;
Desa Diapatih Kecamatan Gadung;
Desa Timbulon Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Bodi Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Talokan Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Harmoni Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Lunguto Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Oyak Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Hulubalang Kecamatan Paleleh Barat;
Desa Paleleh Kecamatan Paleleh;
Desa Lintidu Kecamatan Paleleh;
Desa Dopalak Kecamatan Paleleh;
Halaman 22
Sistem Jaringan Prasarana Utama yang ada di Kabupaten Buol terdiri atas :
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. jaringan jalan;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Lakea Los;
2. Los Bugis;
3. Bugis Pogogul ;
4. Pogogul - Tiloan;
6. Bugis Bokat;
7. Bokat Lokodidi;
8. Lokodidi Paleleh;dan
Halaman 25
9. Bugis Unone.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. pelabuhan pengumpul;
c. terminal khusus.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(3) Jaringan Prasarana Energi, berupa jaringan pipa minyak dan gas
bumi terdapat di Depo BBM Bokat di Kecamatan Bokat.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(6) Jalur evakuasi bencana yaitu berada pada kawasan yang aman
dan mengikut ruas jalan yang ada.
Halaman 30
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah meliputi Rencana Kawasan Lindung Dan Kawasan
Budidaya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000
a. Kawasan bergambut
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(3) Kawasan Suaka Alam Laut, yaitu kawasan suaka alam laut
Halaman 33
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(7) Kawasan Cagar Alam Laut yaitu Kawasan Cagar Alam Laut
terdapat di Laut teluk Bilang Desa Mandaan Kecamatan Karamat,
seputaran Pulau Busak, Pulau Boki, Pulau Raja, Pulau Lesman,
Pulau panjang, Pulau Ringgit Kecamatan Paleleh dan Kecamatan
Paleleh barat.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. Cagar Biosfer;
b. Ramsar;
(6) Kawasan Koridor bagi Jenis Satwa dan Biota yang dilindungi
terdapat di Kecamatan Karamat, Paleleh, Lakea, Biau, Gadung,
dan Bunobogu.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. Ketentuan perizinan;
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola
ruang.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
Halaman 42
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah daerah
dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi.
d. Arahan sanksi.
Arahan sanksi merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang. Pengenaan sanksi dilakukan
terhadap :
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
Halaman 43
ruang;
Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW kabupaten;
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
II.7. KELEMBAGAAN
Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah, dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah dengan Keputusan Bupati.
izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang menimbulkan kerugian.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi. Seperti ;
Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buol
yang berlaku. Fungsi bangunan gedung ditetapkan oleh pemerintah daerah
dan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan. Perubahan fungsi
bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dan
Halaman 47
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. bangunan semi permanen yaitu bangunan gedung yang ditinjau dari segi
konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan
15 tahun;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. bangunan pemerintah;
b. bangunan swasta.
Untuk kawasan yang RTRK dan/atau RTBL untuk lokasi yang bersangkutan
belum ditetapkan, atau sudah memiliki RTRW atau RUTRK/RDTRK namun
Halaman 49
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
yang ditetapkan, kecuali untuk rumah tinggal tunggal dapat diberikan jangka
waktu tertentu.
d. Ketinggian Bangunan
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
e. Garis Sempadan
berikut:
b. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan
berfungsi sebagai jalur hijau.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Persyaratan tata bangunan untuk suatu kawasan lebih lanjut akan disusun dan
ditetapkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); RTBL
menindaklanjuti RTRW dan/atau RUTRK/RDTRK, RTRK, dan sebagai panduan
rancangan kawasan, dalam rangka perwujudan kesatuan karakter, kualitas
bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan. RTBL disusun oleh
Pemerintah Daerah atau berdasarkan kemitraan Pemerintah Daerah, swasta, dan/atau
masyarakat sesuai dengan tingkat permasalahan pada lingkungan/kawasan yang
bersangkutan.
Penyusunan RTBL didasarkan pada pola penataan bangunan gedung dan lingkungan
yang meliputi perbaikan, pengembangan kembali, pembangunan baru, dan/atau
pelestarian untuk:
a. kawasan terbangun;
Halaman 55
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
BAB III
KONSEP PERENCANAAN
III.1. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN
Penataan ruang wilayah Kota Buol bertujuan untuk mewujudkan ruang Kota Buol
sebagai kota teluk berwawasan lingkungan yang berbasis pada jasa dan
perdagangan, industri, yang didasari kearifan dan keunggulan lokal bagi
pembangunan berkelanjutan. visi pengembangan tata ruang Kawasan Kota Buol
pada masa yang akan datang adalah mencapai output spatial performance yang
optimal di masa datang yang mampu mendukung peran Kota Buol sebagai Pusat
Pengembangan Kawasan (PPK) sesuai dengan RTRW Kabupaten Buol . Perwujudan
dari hal tersebut adalah kemampuan Kawasan ini untuk mengembangkan kawasan
perkotaan yang layak huni, berkeadilan sosial, berkelanjutan sesuai dengan potensi
serta saling memperkuat dan mewujudkan pengembangan wilayah yang serasi dan
seimbang. Didasarkan pada visi diatas, maka tujuan pengembangan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perdagangan Kota Buol, adalah :
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Dari visi tersebut, dapat dirumuskan beberapa misi yang akan menjadi dasar bagi
penetapan kriteria-kriteria perancangan kawasan. Misi tersebut antara lain:
1. Menciptakan suatu kawasan yang memiliki nilai dan budaya Lokal
2. Mendorong percepatan aktivitas Kawasan Perdagangan melalui penataan
Kawasan Jalan Ir. Karim Mbow.
3. Menciptakan kondisi ruang kawasan yang mampu menciptakan keterikatan dan
pengembangan timbal balik dengan daerah sekitarnya.
4. Mengendalikan pemanfaatan ruang Kawasan kawasan hijau untuk mencapai
pembangunan yang berkelanjutan.
5. Membentuk citra kawasan yang maju dan berwawasan lingkungan dengan tidak
meninggalkan karakter lokal yaitu suatu kawasan lingkungan binaan yang
berkarakter khas Budaya Buol.
6. Menciptakan lingkungan kawasan yang aman, nyaman dan manusiawi baik bagi
pengguna maupun masyarakat sekitar kawasan, dalam hal ini khususnya
ditekankan mengenai kualitas lingkungan yang dapat mengantisipasi bahaya
bencana Banjir, dan kemungkinan Tsunami.
makro. Hal ini meliputi kebijaksanaan dan arahan-arahan tata ruang yang sudah ada,
potensi dan permasalahan serta kecenderungan perkembangan kawasan
perencanaan. Untuk mewujudkan misi tersebut dalam suatu kerangka rancang kota
maka perlu ditentukan aspek-aspek perancangan yang akan menjadi skenario
penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Jalan Ir. Karim Mbow.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Prinsip perancangan kota yang mendasar adalah adanya keterpaduan antar berbagai
elemen perancangan. Beberapa elemen perancangan kota tersebut merupakan suatu
perangkat fisik yang berfungsi sebagai alat dalam mewujudkan suatu lingkungan
binaan yang sesuai dengan visi-misi kawasan dan pembagian segmen perencanaan
kawasan. Beberapa skenario yang akan dilakukan adalah:
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. Segmen 1
Meliputi Pertigaan awal jalan Ir. Karim Mbow hingga menuju ke batas
sempadan sungai Buol yang berjarak 0,45 Km dengan luasan lahan sebesar
14.82 Ha dengan penggunaan lahan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Luas
No Guna Lahan (Ha)
1 Perdagangan dan Jasa 3.25
2 Permukiman 5.67
3 Pendidikan 0.97
4 Masjid Jami 0.72
5 Lahan Kosong Lainnya 4.21
Jumlah 14.82
Tabel 3.2
Luas
No Guna Lahan (Ha)
1 Sempadan Sungai 5
Halaman 60
2 Permukiman 1.25
3 Masjid 0.027
4 Kawasan Berawa 9.25
5 Pompa Bensin 0.85
Jumlah 16.377
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
c. Segmen 3
Segmen 3 dimulai dari batas Pompa Bensin kearah pertigaan disamping
terminal Buol yang meliputi luas kawasan segmen 3 adalah 25.15 Ha.
Tabel 3.3
Luas
No Guna Lahan (Ha)
1 Terminal 3
2 Kawasan Berawa 22.15
Jumlah 25.15
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
3. Sistem jaringan drainase dan air bersih yang dibangun disediakan manhole
dengan penempatan pada posisi yang rawan akan perbaikan dan pembersihan
seperi sambungan dan pencabangan jaringan. Posisi manhole berada pada
jalur pedestrian dan menggunakan bahan yang mudah untuk ditutup / dibuka
dan memiliki ketahanan yang cukup tahan lama.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
D. Persampahan
Bersumber dari aktivitas rumah dapur (dominan) serta aktifitas berumah tangga
lainnya. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah
kering/debu.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
2. Daerah Komersial
3. Daerah Institusi
Sampah kategori ini berasal dari kegiatan penyapuan jalanjalan dan trotoir,
taman, lapangan dan lain-lain. Jenis sampahnya didominasi sampah organis
(daun) serta debu.
6. Pewadahan Sampah
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah yang dikelola dengan baik oleh
setiap pemilik persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor
penunjang keberhasilan operasi pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan
akan tercapai apabila orang mau membuang sampah ke dalamnya dan
pewadahan tersebut mampu mengisolasi sampah terhadap segala sesuatu di
sekitarnya. Pewadahan sampah di masing-masing kapling bangunan dilakukan
dengan diwadahi pada kotak sampah yang tersedia di masing-masing bangunan
rumah.
7. Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari
sumber timbulan sampah sampai ke tempat pengumpulan sementara/stasiun
pemindahan atau sekaligus ke tempat pembuangan akhir. Pengambilan sampah
dilakukan setiap waktu sesuai dengan periode tertentu. Periode itu biasanya
ditentukan berdasarkan waktu pembusukan sampah, yaitu setelah berumur 2-3
hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali.
Pengumpulan umumya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau
swadaya masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan
oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah
persampahan kotanya. Termasuk dalam pekerjaan pengumpulan adalah
penyapuan jalan dan pembersihan selokan. Pengawasan akan mutu pekerjaan
Halaman 65
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
8. Pemindahan
b. Apabila pada saat gerobak datang truk sudah berada di lokasi maka proses
pemindahan dapat segera dilangsungkan.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. Tidak Langsung
b. Langsung
Sistem ini biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk
compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. Pembuangan Akhir
E. Jaringan drainase
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Struktur ruang Kawasan adalah pola pengaturan dari blok, jalan, bangunan,
ruang terbuka dan lansekap kawasan yang akan menciptakan kualitas
kawasan. Struktur ruang kota memberikan landasan bagi perancangan
elemen-elemen lebih detil dari kawasan, dengan menciptakan kerangka
kawasan. Tujuan pengembangan struktur ruang adalah:
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Jaringan jalan/pergerakan
3. Landmark Kawasan
4. Simpul
disesuaikan dengan daya dukung lahan, jenis kegiatan, jaringan jalan yang
menjadi orientasinya dan arahan kepadatan yang ditetapkan. Arahan
pencapaian dalam konsep peruntukan lahan ini adalah terwujudnya suatu
tata guna lahan yang mendorong kehidupan kawasan (Urban vitality and
street life). Untuk mencapai tujuan tersebut, konsep yang diterapkan pada
kawasan perencanaan adalah Fungsi Utama dan Penunjang.
Keanekaragaman tidak hanya sekedar menempatkan fungsi yang berbeda
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
3. Jalur Pedestrian
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
4. Sarana Penyeberangan
5. Parkir
d. Lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat.
Kawasan jalan Ir. Karim Mbow diarahkan dengan KDB 40-60% di kawasan
sekitarnya KDB 30-50%.
Yang dimaksud dengan jarak bebas bangunan adalah jarak minimum yang
diperkenankan dari bidang terluar suatu massa bangunan ke Garis
Sempadan Jalan, antar massa bangunan, pagar/batas lahan yang dikuasai
dan rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik dan jaringan pipa gas
dan sebagainya. Kriteria penetapan jarak bebas ini adalah:
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
a. Ruang terbuka antara GSB dan GSJ harus digunakan sebagai unsur
penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan
atau jalur pejalan kaki.
b. Letak garis sempadan dinding bangunan terluar tersebut ayat (3) pasal ini,
bilamana tidak ditentukan lain adalah separuh lebar Ruang Milik Jalan
(Rumija) ditambah 0,5 m sampai dengan 2 m dihitung dari as pagar;
c. Untuk rumija dengan lebar kurang dari 4 meter, letak garis sempadan
minimal 2 meter dihitung dari tepi jalan atau pagar;
jalan.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
B. Massa Bangunan
C. Orientasi bangunan
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
D. Facade bangunan
E. Arsitektur Bangunan
F. Landmark Kawasan
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
A. Ruang terbuka
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Kondisi topografi
2. Iklim
c. Masa bangunan
keruangan yang dibentuk oleh masing masing aktivitas dalam suatu kawasan.
Kawasan perdagangan merupakan aktivitas dengan dinamika tinggi. Sehingga
peranan ruang terbuka sebagai suatu jalur pergerakan akan sangat
berpengaruh pada efisiensi aktivitas. Pengaruh iklim terhadap implementasi
pengembangan ruang terbuka dalam kawasan perencanaan adalah dengan
penyediaan jalur jalur pejalan kaki yang nyaman. Penyediaan ruang untuk
pejalan kaki ini sekaligus untuk mendukung fungsi perdagangan yang akan
dikembangkan. Pada kawasan perencanaan, beberapa tipologi ruang terbuka
yang dapat diterapkan adalah:
a. water way and natural reserves, termasuk sungai dan saluran-saluran air
maupun IPAL yang ada di kawasan perlu diolah sebagai ruang terbuka
yang positif.
d. square, ruang terbuka aktif yang terdapat pada ruang-ruang antar massa
bangunan.
f. courtyard, ruang terbuka privat bagi servis, parkir terutama pada bangunan
hunian.
B. Vegetasi
ruang hijau. Wujudnya tidak hanya berupa taman dan pohon - pohon
peneduh disepanjang jalan, akan tetapi mencakup ruang ruang lansekap
dengan perencanaan yang terpadu didalam sistem blok kawasan yang
diharapkan dapat memberikan nilai ekologis dan menjadikannya suatu
kawasan yang berwawasan lingkungan dan bercitra. Sebagai elemen
penyelamatan pada waktu tsunami diarahkan berupa pohon-pohon tinggi
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
yang memiliki akar kuat seperti pohon asam, dsb nya. Dari arahan tersebut
maka konsep pengembangan vegetasi dilakukan untuk:
1. jaringan jalan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan besar dan kecil,
sehingga keberadaan tumbuhan tidak boleh mengganggu arus
kendaraan.
4. tumbuhan dapat ditanam di damija (pada jalur khusus atau trotoar) atau
diluar damija.
A. Tata Informasi
Yang perlu diperhatikan dalam tata informasi antara lain lokasi, cara
pemasangan, bentuk dan ukuran untuk menentukan pengaturan dan
pengelolaannya. Semua ini diarahkan dengan mempertimbangkan aspek
estetika, kepentingan dan kenyamanan, sehingga tercipta kawasan yang
bersih rapi dan berorientasi pada citra kawasan. Pentingnya tanda-tanda
dalam sebuah kota adalah untuk mewujudkan masyarakat mengenal
kawasan tersebut dan petunjuk bagi masyarakat yang baru mengenal
tempat tersebut. Khusus signage untuk jalur penyelamatan Tsunami, yang
perlu diperhatikan diantaranya:
Dalam peletakan tata informasi adalah area yang harus bebas dari segala tata
informasi yaitu:
Petunjuk nama bangunan dan rambu jalan merupakan media informasi tentang
nama dan arah jalan dan tempat, konsep pengembangan petunjuk nama
bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa adalah dengan menata ukuran
dan letak petunjuk informasi bangunan tersebut.
2. reklame
2. Perlu pembatasan terhadap ukuran, material, motif, lokasi dan tata letak
Penataan wajah jalan merupakan upaya untuk menata wajah daripada suatu jalur
jalan. Elemen yang termasuk didalamnya antara lain jalur tata hijau, jalur
pedestrian, dan penataan street furniture. Street furniture merupakan kelengkapan
jalan yang mendukung estetika, kenyamanan dan keselamatan, pemakai jalan
antara lain telepon umum, bangku jalan, gardu jaga polisi, tiang listrik (lampu
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
jalan), halte, tempat sampah dan sebagainya. Untuk kawasan perencanaan maka
wajah jalan dibentuk dengan:
1. peletakan vegetasi peneduh pada jalur pedestrian dan dalam kavling privat
Halaman 88
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
C. Aktivitas Pendukung
keberadaan suatu lokasi PKL dapat tetap bertahan dengan baik dan tidak
mengalami peningkatan intensitas. Praktek yang terjadi selama ini adalah
terjadi penjualan kavling/ruang oleh oknum yang mengatasnamakan
pemerintah sehingga suatu lokasi selalu mengalami peningkatan intensitas
pedagang. Penataan yang telah dilakukan sebelumnya lambat laun akan
menghilang dan menurun kualitasnya.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
3. melibatkan sektor privat untuk menampung kegiatan PKL sebagai salah satu
kegiatan penunjang dalam bangunan/kavlingnya, yang proporsi jumlah dan
luas disesuaikan berdasarkan intensitas pembangunan yang dibentuk. Alokasi
lahan untuk PKL baik dalam bangunan atau ruang terbukanya merupakan
perwujudan dari bentuk integrasi antara sektor formal dan informal, menuju
pengelolaan yang lebih baik.
Halaman 90
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
BAB IV
RENCANA UMUM DAN PANDUAN
RENCANA
Rencana umum merupakan rencana tata bangunan dan lingkungan berupa panduan
pengembangan kawasan secara umum. Rencana umum pengembangan kawasan
meliputi rencana terhadap elemen-elemen perancangan kawasan yang terdiri dari:
2. Rencana Perpetakan
3. Rencana Tapak
8. Rencana Utilitas
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
berada dalam wilayah perencanaan ini yang mempunyai nilai perekonomian yang
sangat tinggi.
Di dalam kerangka pengembangan Kota Buol , diidentifikasi kawasan Jalan Ir. Karim
Mbow yang merupakan wilayah yang masuk dalam Kelurahan Leok II dan Kampung
Bugis, Kecamatan Biau. Dalam konstelasi regional Kecamatan Biau merupakan
pusat Kabupaten Buol dan kawasan perencanaan merupakan pusat perdagangan
dan jasa dengan pelayanan Kabupaten.
1. Adanya jalan, gang atau saluran yang berpotensi untuk digunakan sebagai batas
fisik blok perencanaan.
Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami
Halaman 92
perubahan, yaitu sebagai kawasan transisi sekaligus sebagai bagian dari kawasan
pusat Kota Buol. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan
pengembangan kawasan Perdagangan Kabupaten Buol, maka perlu diciptakan
suatu karakter khas pada masing-masing segmen perencanaan. Hal yang dapat
dilakukan adalah:
wilayah lain di sekitarnya, sekaligus untuk mengurangi beban arus lalu lintas
koridor utama.
Sistem pergerakan terdiri atas jaringan jalan, jalur pedestrian, sarana transportasi
umum, sarana parkir dan sarana penyeberangan. Perencanaan sistem pergerakan
merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan permeabilitas kawasan
perencanaan. Kualitas permeabilitas ditentukan oleh kemudahan pencapaian
kawasan. Dalam perencanaan, semakin besar kemungkinan pencapaian ruang-
ruang tersebut, semakin tinggi permeabilitas ruang yang direncanakan.
IV.5.1. Sirkulasi
Halaman 93
Sesuai dengan konsep sirkulasi, maka prinsip utama rencana sirkulasi pada
kawasan perencanaan membedakan dengan tegas sirkulasi untuk kendaraan
dan sirkulasi pejalan kaki. Di samping itu, sirkulasi tersebut tetap dalam satu
sistem yang integratif antara sirkulasi internal dan eksternal bangunan, antara
pemakai (pelaku kegiatan) dan sarana transportasinya. Pertemuan antara
keduanya (pemakai dan alat transportasi) ada pada tempat parkir dan halte
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Sedangkan sirkulasi bagi pejalan pejalan kaki berada pada dua sisi jalan yang
berupa jaringan pedestrian ways. Untuk memberi kenyamanan dan
keamanan bagi pelaku kegiatan, maka jalur-jalur sirkulasi dilengkapi dengan
elemen-elemen petunjuk jalan (rambu-rambu lalu-lintas), elemen-elemen
pengarah, elemen perabot ruang luar serta peneduh pada fasilitas sirkulasi
pejalan kaki.
IV.5.3. Pedestrian
Pedestrian sebagai jalur pejalan kaki, keberadaannya tidak lepas dari seluruh
sistem pergerakan dari masyarakat kota. Pedestrian juga dapat memberi
karakter lingkungan dan ruang publik dengan rancangan yang menarik dan
Halaman 94
sesuai dengan fungsi kawasan dan bangunannya. Prinsip utama jalur pejalan
kaki ini adalah tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan, yang dapat
membahayakan kedua belah pihak. Jalur pejalan kaki harus menerus
sepanjang koridor blok perencanaan ini, khususnya pada pedestrian pada
setiap segmen di Jl. Ir. Karim Mbow. Jalur pedestrian di kawasan
perencanaan direncanakan dengan lebar 1 m dan dapat dilalui oleh
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
akibat adanya parkir yang tidak teratur di badan jalan. Untuk itu penataan
sistem parkir di kawasan perencanaan direncanakan dengan sistem parkir off
street. Parkir kendaraan direncanakan terletak di pelataran parkir dalam
lahan bangunan, baik di ruang terbuka maupun di dalam bangunan. Pelataran
parkir dapat disediakan baik di halaman depan bangunan maupun di samping
maupun di belakang bangunan dengan sudut parkir sebesar 450 dan 900.
sistem parkir juga dapat dilakukan dengan menyediakan kantong-kantong
parkir dengan aksesibilias ke segala arah dan dapat mengakses langsung ke
jalur pedestrian. Selain itu, pelataran parkir diluar bangunan menggunakan
material yang dapat menyerap air dan dilengkapi dengan tata vegetasi yang
teduh, serta dilengkapi dengan fasilitas parkir bagi penyandang cacat.
Tabel 4.1
Halaman 96
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. jaringan listrik
a. Pada tahap awal merapikan jaringan kabel udara di sepanjang tepi jalan
maupun yang menyeberangi jalan (antara lain penyeragaman posisi tiang,
merapikan kabel yang semrawut). Kabel udara yang menyeberangi jalan
disyaratkan mempunyai tinggi minimum 5 meter di atas permukaan jalan.
2. jaringan telepon
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
3. air bersih
Pada saat ini penyedian air bersih di kawasan perencanaan sebagian besar
berasal dari Air Tanah dan PDAM. Untuk itu rencana penyediaan air bersih dalam
kawasan perencanaan diarahkan dengan penyediaan air bersih melalui sistem
perpipaan sebagai bagian dari sistim penyediaan air bersih dalam Kota Buol.
Penyediaan jaringan air bersih di kawasan perencanaan diarahkan untuk
disediakan oleh jaringan PDAM. Sesuai konsep yang telah dirumuskan, penataan
jaringan air bersih di wilayah perencanaan diarahkan kepada penempatan
jaringan air bersih agar tidak berada dalam deretan yang sama dengan jaringan
listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah guna meminimalkan
gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga apabila suatu saat terjadi kebocoran
pipa maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan kabel tanah instalasi
yang lain. Untuk rencana jangka panjang pengembangan jaringan perpipaan
menggunakan konsep rumah tumbuh. Pada segmen ini pengembangan jaringan
pipa mengikuti ruas jalan agar mudah dalam pemeriksaan dan pemeliharaan,
dengan menggunakan pipa primer berdiameter 150-300 mm, pipa sekunder
Halaman 98
berdiameter 100-150 mm, dan pipa tersier berdiameter 75-100 mm, yang ditanam
dengan kedalaman 1 m dan lebar 1,5 m.
4. drainase
Dikawasan perencanaan sebagai kawasan yang rentan terhadap banjir, baik itu
banjir karena curah hujan yang tinggi, maupun karena pasang air laut (ROW)
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
5. saluran sanitasi
Secara umum air limbah di kawasan perencanaan diklasifikasikan atas air limbah
domestik (rumah tangga) dan air limbah nondomestik (fasilitas umum, sosial,
komersial, dll). Air limbah domestik terdiri dari sewerage dan sewage. Sewerage
merupakan air buangan yang berasal dari dapur dan kamar mandi, sedangkan
sewage merupakan air buangan yang berasal dari kotoran manusia (tinja).
Air limbah rumah tangga terbagi menjadi 2 yaitu air limbah aman yang dapat
dibuang langsung ke saluran drainase (grey water) seperti air bekas cucian, air
bekas mandi, dan air limbah yang harus melalui proses terlebih dahulu (black
water) seperti air dari wc. Sistem pengelolaan untuk grey water direncanakan
disalurkan ke bidang resapan. Sedangkan sistem pengelolaan untuk black water
di kawasan perencanaan direncanakan menggunakan sistem setempat (on site
sanitation), yang dikelola oleh masyarakat dan dikelola oleh pemerintah.
Halaman 99
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
6. jaringan sampah
Halaman 100
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 4.2.
Halaman 101
Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal harus dilindungi terhadap
bahaya kebakaran dengan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif terhadap
bahaya kebakaran. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dengan sistem
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 4.3
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
4) Lapis Perkerasan (hard standing) dan Jalur Akses masuk (access way).
meter. Bagian bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk
lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh kurang dari 4
meter.
Lapis perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi terdekat
tidak boleh kurang dari 2 meter atau lebih dari 10 meter dari pusat
posisi akses pemadam kebakaran diukur secara horizontal.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Lapis perkerasan harus dibuat dari metal, paving blok, atau lapisan
yang diperkuat agar dapat menyangga beban peralatan pemadam
kebakaran. Persyaratan perkerasan untuk melayani bangunan
gedung yang ketinggian lantai huniannya melebihi 24 meter harus
dikonstruksi untuk menahan beban statis mobil pemadam kebakaran
seberat 44 ton dengan beban plat kaki (jack).
Lapis perkerasan harus dibuat sedatar mungkin dengan kemiringan
tidak boleh lebih dari 1 : 8,3
Lapis perkerasan dan jalur akses tidak boleh melebihi 46 m dan bila
melebihi 46 harus diberi fasilitas belokan.
Radius terluar dari belokan pada jalur masuk tidak boleh kurang dari
10,5 m dan harus memenuhi persyaratan.
Tinggi ruang bebas di atas lapis perkerasan atau jalur masuk mobil
pemadam minimum 4,5 m untuk dapat dilalui peralatan pemadam
tersebut.
Jalan umum boleh digunakan sebagai lapisan perkerasan (hard-
standing) asalkan lokasi jalan tersebut sesuai dengan persyaratan
jarak dari bukaan akses pemadam kebakaran (access openings).
Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari
bagian lain bangunan gedung, pepohonan, tanaman atau lain tidak
boleh menghambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses
pemadam kebakaran.
d) Penandaan Jalur pada ke-4 sudut area lapis perkerasan untuk mobil
pemadam harus diberi tanda. Penandaan sudut-sudut pada permukaan
lapis perkerasan harus dari warna yang kontras dengan warna
permukaan tanah atau lapisan penutup permukaan tanah. Area jalur
masuk pada kedua sisinya harus ditandai dengan bahan yang kontras
dan bersifat reflektif sehingga jalur masuk dan lapis perkerasan dapat
terlihat pada malam hari.Penandaan tersebut diberi jarak antara tidak
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
melebihi 3 m satu sama lain dan harus diberikan pada kedua sisi jalur.
Tulisan JALUR PEMADAM KEBAKARAN JANGAN DIHALANGI
harus dibuat dengan tinggi huruf tidak kurang dari 50 mm.
5) Hidran Halaman
b) Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan
gedung harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila
hidran kota tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman.
c) Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka
hidran-hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil
pemadam sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut berada
dealam jarak radius 50 m dari hidran.
liter/detik pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal
selama 30 menit.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
satu sama lain diukur sepanjang dinding luar dari tengah bukaan
akses.
Bila luas ruangan sangat besar dibandingkan dengan ketinggian
normal langit-langit, maka diberikan bukaan tambahan yang
diletakkan pada permukaan atas bukaan dinding luar ke dalam
ruang atau area atas persetujuan instansi yang berwenang.
Pada bangunan gedung yang tinggi luarnya terbatas dan sulit
ditempatkan bukaan akses, maka harus dilengkapi dengan
instalasi pemadam kebakaran internal.
f). Setiap bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal harus dilindungi
terhadap bahaya kebakaran dengan sistem proteksi aktif dan sistem
proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran. Pengamanan terhadap bahaya
Halaman 107
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
i). Pada hutan kota disediakan jalur kuning untuk jalur proteksi kebakaran
minimal 4 m.
8. Instalasi Listrik
f. Apabila sumber daya dari PLN tidak memungkinkan, sumber daya utama
dapat menggunakan sistem pembangkit tenaga listrik sendiri, yang
penempatannya harus aman dan tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan serta harus memenuhi standar teknik yang berlaku;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
g. Pada bangunan tinggi atau bangunan besar lainnya harus memiliki sumber
daya listrik darurat, yang mampu melayani kelangsungan pelayanan utama
pada bangunan apabila terjadi gangguan listrik atau terjadi kebakaran
setelah mendapat izin dari Bupati;
l. Pada ruang panel hubung dan ruang panel bagi, harus terdapat ruang yang
cukup untuk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta
harus diberi ventilasi yang cukup.
b. Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan, termasuk manusia dan peralatan yang ada di dalamnya dari
bahaya yang diakibatkan oleh sambaran petir;
Halaman 109
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. Sarana perparkiran;
g. Toilet umum;
h. Musholla;
i. Tempat sampah;
j. Sarana penyelamatan;
lainnya;
o. Sarana Komunikasi.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Ruang terbuka umum pada kawasan perencanaaan meliputi tata hijau kawasan
sempadan sungai, tata hijau/jalur hijau tepi jalan dan taman/rekreasi kota. Pada
segmen 1 yang meliputi koridor Jalan Ir. Karim Mbow ruang terbuka umum
meliputi Tata hijau/jalur hijau tepi jalan pada blok ini di tempatkan menyatu pada
ruang yang menjadi jalur pedestrian. Untuk meningkatkan kenyamanan
pergerakan, kualitas visual, pengarah dan penyerap polusi, maka ruang ini
dilengkapi dengan tata hijau peneduh dan berm hijau sebagai pembatas antara
jalur pedestrian dengan jalur kendaraan. Selain itu pada segmen 1 juga terdapat
ruangterbuka umum yang bersifat sosial yaitu ruang terbuka umum yang
berbentuk taman taman disekitar sekolah dan Masjid Jami. Selain itu pada
segmen 1 terdapat tubuh air dengan sempadan sungainya ditetapkan sebesar
15 meter. Pada segmen 2 yang meliputi koridor Jalan Ir. Karim Mbow ruang
Halaman 111
Tata hijau/jalur hijau tepi jalan pada blok ini di tempatkan menyatu pada
ruang yang menjadi jalur pedestrian. Untuk meningkatkan kenyamanan
pergerakan, kualitas visual, pengarah dan penyerap polusi, maka ruang ini
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
dilengkapi dengan tata hijau peneduh dan berm hijau sebagai pembatas
antara jalur pedestrian dengan jalur kendaraan dan berm hijau pada median
jalan.
dan untuk sungai yang terdapat di sepanjang sungai hingga ke Laut lepas.
Pada kawasan perencanaan, ruang terbuka privat untuk umum adalah ruang
sempadan antara bangunan sampai dengan batas pagar atau halaman,
terutama ruang sempadan bangunan pada bangunan komersial/perdagangan
dan jasa yang mempunyai sempadan yang lebar. Ruang terbuka ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penunjang, seperti lahan parkir, taman
dsb. Apabila ruang terbuka ini tidak dikehendaki oleh akses publik, maka ruang
terbuka ini harus dibatasi dengan pembatasan parkir, pagar pembatas atau
dibatasi dengan tata hijau. Sedangkan apabila ruang terbuka ini dikehendaki
untuk diakses oleh publik maka pagar pembatas/tanaman pembatas disarankan
tidak terlalu tinggi untuk bidang masifnya, maksimal 1 m.
Ruang terbuka privat adalah ruang terbuka yang mempunyai akses terbatas bagi
umum. Ruang terbuka privat terdapat pada fungsi atau kegiatan yang
mempunyai privasi tinggi, seperti ruang terbuka pada kawasan perkantoran dan
permukiman. Ruang terbuka privat perkantoran dan permukiman di kawasan
Halaman 112
terbuka umum yaitu pada jalur hijau sisi pedestrian dengan jarak penanaman
setiap 10 m. Dengan lebar ini, maka jenis tanaman yang dimungkinkan untuk
ditanam adalah pohon-pohon peneduh dengan kanopi lebar, seperti pohon
eboni. Untuk median jalan ditanami dengan vegetasi dengan jarak
penanamannya 5 m. Selain peneduh, pola tata hijau dilakukan sebagai
pengarah, terutama pada median pembatas jalan. Vegetasi pengarah yang
dapat ditanam antara lain palem-paleman maupun cemara. Pada ruang terbuka
privat untuk umum, perlu ditanam pohon peneduh sebagai pembentuk iklim
mikro depan bangunan dan peneduh area parkir kendaraan. Pada tiap simpul
jalan direncanakan untuk dilakukan penataan ruang terbukanya dengan
penanaman vegetasi pengarah dan vegetasi perdu pembentuk estetika. Sisi
yang menghadap persimpangan jalan dianjurkan untuk tidak ditanami tanaman
tinggi untuk memperluas pandangan pengemudi. Pada area tepi sungai dan
area-area kritis dengan kemiringan curam juga perlu dikonservasi dengan
membentuk tata hijau sebagai area penyangga. Tanaman ini ditanam pada
ruang sempadan sungai, yang ditetapkan sebesar 15 m dari tepi sungai. Untuk
batas halaman/perkarangan dengan jalur pedestrian, rencana vegetasi tanaman
yang ditanam adalah tanaman teh-tehan pangkas (Acalypha sp.) dengan tinggi
maksimal 60-80 cm.
Halaman 113
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 4.4
Pilihan Tanaman untuk ruang terbuka hijau dan tepi jalan kawasan perencanaan
Halaman 114
Gambar 4.5: Ilustrasi RTH pada sempadan Sungai Buol Gambar 4.6: RTH Untuk Taman Kota
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Gambar 4.7: Ilustrasi RTH pada Tepi Jalan Gambar 4.8: Ilustrasi RTH pada Puja Sera
terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan lahan diisi
dengan fisik bangunan, namun agar masih menyisakan lahan ruang terbuka
untuk tata hijau sebagai bidang resapan air hujan, pengurangan suhu iklim
mikro dan secara umum adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan binaan. Berdasarkan faktor-faktor diatas maka koefisien dasar
bangunan pada kawasan perencanaan, direncanakan sebagai berikut.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 4.5 :
Garis sempadan bangunan merupakan Street line set back yang berarti
jarak bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam
mengatur tingkat keteraturan kedudukan masa bangunan pada jalan-jalan
diperkotaan, disamping itu kedudukan ini juga melindungi kepentingan
pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai
kendaraan bermotor. Garis sempadan bangunan direncanakan untuk
menunjang terciptakannya konsep tata letak bangunan dan ruang terbuka
yang telah dicanangkan agar tercapai tatanan bangunan yang teratur, serasi
dan membentuk estetika ruang terbuka lebih bernilai nyaman. Sesuai dengan
telaah yang telah dikakukan akan meliputi; garis sempadan muka bangunan,
garis sempadan samping, garis sempadan belakang bangunan dan jarak
bangunan.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Elevasi bangunan ditentukan berdasarkan titik ukur yang ditentukan dari titik
tertinggi as jalan dimana persil berada. Pada dasarnya dipertimbangkan
bahwa peil bangunan lebih tinggi minimum 50 cm dari badan jalan, sehingga
kelancaran pembuangan air hujan dari persil ke saluran pematusan kota
berfungsi secara optimal. Peraturan bangunan berkaitan dengan elevasi/peil
Halaman 117
bangunan pada lantai dasar untuk Kawasan perencanaan pada segmen ini
diklasifikasikan ke dalam pembagian sebagai berikut.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. bangunan peribadatan;
sinar matahari baik bahan alami maupun non alami. Dari segi aksesibilitas;
bangunan yang terletak sepanjang jalan utama orientasi bangunannya
mengarah pada jaringan jalan yang berada di depannya, Orientasi bangunan
di sepanjang kawasan perencanaan ditetapkan ke arah muka, atau tegak
lurus menghadap ke jalan. Bangunan yang terletak di atas kapling yang
miring terhadap jalan tetap dianjurkan agar membangun sisi muka yang
sejajar jalan. Untuk bangunan berada di sisi persimpangan jalan atau
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Bentuk balok horizontal bagi bangunan ruko, hunian rumah deret, dan
massa bangunan pada area komersial yang tidak berada pada bagian
sudut dengan mempertimbangkan konsep perancangan kota secara
keseluruhan terutama pada koridor utama Jl. Ir. Karim Mbow. Ketentuan
ini juga dibuat dengan mempertimbangkan jenis fungsi dan aktivitas
bangunan yang spesifik pada bangunan-bangunan tersebut.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Garis langit merupakan garis titik tertinggi bangunan yang terbentuk oleh
perbedaan ketinggian masing-masing bangunan pada tiap-tiap zona yang
direncanakan. Perbedaan ketinggian ini bertujuan untuk menciptakan
suasana ruang yang menarik dan tidak monoton. Karena dengan
terbentuknya garis langit yang tepat terjadi kesan ruangan yang dinamis.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
IV.8.11. Pertanda/Signage
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Halaman 124
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Halaman 125
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Jenis-jenis elemen yang harus terpenuhi dalam penataan tata informasi dan wajah
jalan mencangkup, sistem informasi yang terpadu, sistem informasi yang mengarah
pada tulisan dan grafis, papan nama dan street furniture (Perabot Jalan).
A. Tata Informasi
Dalam peletakan tata informasi adalah area yang harus bebas dari segala tata
informasi yaitu:
1. Petunjuk nama bangunan, dan rambu jalan, Petunjuk nama bangunan Petunjuk
nama bangunan merupakan media informasi tentang nama dan tempat, arahan
rencana pengembangan petunjuk nama bangunan dengan fungsi perdagangan
dan jasa adalah dengan menata ukuran dan letak petunjuk informasi bangunan
tersebut. Arahan untuk rencana peletakan nama bangunan pada setiap segmen
adalah menempel pada bangunan dan tidak diperkenankan menjorok dari batas
persil. Penggunaan bahan harus konsisten dan mempunyai potensi untuk
menarik perhatian masyarakat melalui rancangan atau permainan grafisnya.
Pengaturan sistem informasi harus informatif, sehingga dapat terlihat oleh
pengendara kendaraan maupun pejalan kaki. Untuk pemasangan penunjuk
nama bangunan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut.
Gambar 4.9 : Ilustrasi Rencana Petunjuk Nama Bangunan Pada Bangunan Komersil
b. Rambu Jalan
2. Reklame
Halaman 127
2) perlu pembatasan terhadap ukuran, material, motif, lokasi dan tata letak.
Untuk ukuran reklame umum dengan desain satu tiang maksimal adalah 24
m2. Tidak diperkenankan memasang reklame dua kaki dan reklame yang
melintang jalan (Bando).
Halaman 128
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
C. Wajah Jalan
Penataan wajah jalan merupakan upaya untuk menata wajah daripada suatu
jalur jalan. Elemen yang termasuk didalamnya antara lain jalur tata hijau, jalur
pedestrian, dan penataan street furniture. Street furniture merupakan
kelengkapan jalan yang mendukung estetika, kenyamanan dan keselamatan,
pemakai jalan antara lain telepon umum, bangku jalan, gardu jaga polisi, tiang
listrik (lampu jalan), halte, tempat sampah dan sebagainya. Untuk kawasan
perencanaan maka wajah jalan dibentuk dengan:
1. Peletakan vegetasi peneduh pada jalur pedestrian dan dalam kavling privat;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Sejauh ini belum ada halte yang dijumpai secara permanen di kawasan
perencanaan. Kalau dilihat dari segi aktivitas sirkulasi lalu lintas dan
pergantian intermoda perlu kiranya direncanakan pada tempat-tempat
tertentu untuk alokasi halte. Peletakan halte pada kawasan perencanaan
diarahkan pada setiap pusat kegiatan kawasan seperti kawasan perkantoran,
perdagangan dan pendidikan. Peletakan halte harus dibuat senyaman
mungkin dan tidak menggangu sirkulasi pejalan kaki. Pada bangunan halte
harus dilengkapi dengan nama halte dan diperkenankan untuk memasang
reklame. Bentuk halte harus bercirikan dan mencitrakan nuansa khas lokal
Buol. Rancangan shelter angkutan kota dapat mengikuti kaidah berikut ini:
1) Bentuk dan jenis shelter yang diusulkan ada tiga alternatif yaitu; shelter
yang beratap, shelter yang tidak beratap (tetapi dibuat dibawah
pepohonan yang rindang) dan berupa rambu-rambu saja.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
b. Tempat sampah
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
c. Pot bunga
Peletakan pot bunga ditempatkan pada setiap jarak 10 meter. Peletakan pot
bunga tidak boleh menggangu sirkulasi pejalan kaki. Bentuk pot bunga harus
bercirikan dan mencitrakan nuansa khas lokal.
Pada saat ini lampu penerangan jalan yang ada di kawasan perencanaan
baru terdapat pada segmen 1 atau baru terdapat sekitar 6 unit lampu
penerangan jalan, Kebutuhan penerangan lampu jalan di kawasan
perencanakan diperkirakan sebanyak 12 unit lampu penerangan jalan.
malam hari, juga dapat berfungsi sebagai elemen estetika dan pengarah pada
rancangan ruang luar. Hal ini berkaitan dengan rancangan tiang lampu,
lampunya sendiri dan perletakannya. Lampu penerangan umum di sepanjang
koridor dan taman kota perlu disediakan tersendiri, dan hendaknya tidak
mengandalkan pada penerangan kapling (perumahan, perkantoran,
perdagangan dan jasa) atau penerangan yang berasal dari lampu reklame.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Halaman 133
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
3. Perkerasan pada halaman depan bangunan harus dari bahan yang dapat
berfungsi sebagai penyerap air;
6. Dapat dipilih jenis pepohonan yang bersifat buffer kebisingan dan menyerap
polutan.
B. Pagar
4. Pagar harus transparan dengan motif bernuansa lokal baik dari warna
maupun bentuk ukiran khas Buol;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
11. Warna pagar dianjurkan tidak mencolok, sehingga berkesan teduh dan asri,
serta tidak menimbulkan kesan membatasi bangunan.
12. Melibatkan sektor privat untuk menampung kegiatan PKL sebagai salah
satu kegiatan penunjang dalam bangunan/kavlingnya, yang proporsi jumlah
dan luas disesuaikan berdasarkan intensitas pembangunan yang dibentuk.
Alokasi lahan untuk PKL baik dalam bangunan atau ruang terbukanya
merupakan perwujudan dari bentuk integrasi antara sektor formal dan
informal, menuju pengelolaan yang lebih baik.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
BAB V
RENCANA PEMANFAATAN DAN
PENGENDALIAN PROGRAM
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
4. Pengenaan Sanksi
Monitoring yang dilakukan secara rutin terhadap perubahan tata ruang dan
lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buol dengan
mempergunakan semua laporan yang masuk, baik yang berasal dari individu
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, aparat RT/RW, kelurahan/desa dan
kecamatan, hasil penelitian, statistik dan lain-lain. Pemantauan dan
pengawasan harus dilakukan dilakukan di lapangan untuk mencari bukti-bukti
penyimpangan pemanfaatan ruang yang ada, untuk seterusnya dicatat dan
Halaman 139
dituangkan ke dalam suatu peta yang berlaku sebagai potret tata ruang yang
termutakhir, dan kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan evaluasi. Dalam
rangka mencapai kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat
diandalkan, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap keefektifan proses
pengendalian pemanfaatan ruang oleh institusi yang berwenang saat ini,
sehingga dapat mengetahui kelemahan dalam proses pengendalian
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 5.1
Halaman 140
Pelaksana/Penanggung Priode
Kegiatan Keluaran Keterangan
Jawab Pelaksanaan
Pengumpulan data Informasi Instansi penerbit ijin dan Minimum Laporan dilakukan
dan informasi perubahan masyarakat (palapor) sekali dalam 3 secara berkala oleh
mengenai pemanfaatan bulan instansi terkait dan
perubahan ruang secara kontinyu
pemanfaatan lahan oleh masyarakat
sebagai kontrol
sosial.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 5.2
Priode
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Keterangan
Pelaksanaan
a. Penyusunan Tabel tipologi Bappeda/Lembaga yang Minimum Daftar ini hanya
daftar penyimpangan Terkait di Pemda Kab. sekali dalam 6 untuk
penyimpangan/ pemanfaatan Buol ataupun Prov. bulan penyimpangan
pelanggaran ruang. Peta Sulawesi Tengah persil atau kawasan
pemanfaatan sebaran yang dikuasai oleh
ruang persil penyimpangan satu kepemilikan
(individual ataupun
badan hukum)
b. Menyiapkan Kerangka acuan Bappeda/Lembaga yang Jika terjadi Penyiapan
kerangka pelaksanaan Terkait di Pemda Kab. pelanggaran kerangka acuan
acuan pekerjaan Buol ataupun Prov. dengan
pekerjaan monitoring Sulawesi Tengah memanfaatkan
monitoring hasil rekapitulasi
hasil pemantauan
perubahan
pemanfaatan
Halaman 141
ruang.
c. Pembentukan Keputusaan Bappeda/Lembaga yang Jika terjadi Tim monitoring
tim penyidik Ketua /badan Terkait di Pemda Kab. pelanggaran lapangan dapat
penyimpangan koordinasi Buol ataupun Prov. dilakukan secara
pemanfaatan tentang Sulawesi Tengah swakelola atau oleh
ruang pembentukan Tim konsultan.
Kecil terdiri dari
berbagai instansi
terkait
pelaksanaan
monitoring
d. Memeriksa dan Bukti pelanggaran Team penyidik Jika terjadi Pengumpulan bukti
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Berdasarkan kajian kepustakaan evaluasi yang dilakukan secara efektif adalah evaluasi
dengan melihat apakah tujuan suatu program dapat dicapai dengan baik dan
keefektifan dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan program di lapangan dengan
tujuan yang diharapkan. Evaluasi merupakan fungsi dan tugas rutin perangkat
Pemerintah Daerah (Dinas Perumahan dan Penataan Ruang Daerah, Dinas Pekerjaan
Umum dan instansi lainnya) dengan memperoleh masukan dan bantuan aktif dari
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Kegiatan utama evaluasi adalah
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
membandingkan antara temuan dari hasil pemantauan lapangan dengan rencana tata
ruang dan/atau petunjuk teknis penataan ruang dan bangunan yang ada. Inti evaluasi
adalah menilai kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan ruang (potret tata ruang
termutakhir) dalam mencapai tujuan rencana tata ruang, maka harus ditentukan di sini
apakah potret yang terjadi tersebut sesuai dengan tahapan dan/atau searah dengan
skenario tata ruang yang direncanakan secara keseluruhan atau tidak. Jika tidak sesuai,
harus diuji dan ditentukan apakah ketidaksesuaian tersebut cukup ditertibkan saja atau
perlu dilakukan tindakan peninjauan kembali terhadap rencana tata ruangnya. Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 5.3
Kegiatan evaluasi pelanggaran pemanfaatan ruang
Priode
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Keterangan
Pelaksanaan
Evaluasi temuan Rumusan tingkat Bappeda dan instansi Minimum sekali
penyimpangan penyimpangan terkait dalam 5 tahun
Halaman 143
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 5.4
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
penertiban
Pembentukan tim Keputusan Bupati Bupati Sesuai kebutuhan Bupati membentuk tim
khusus pelaksana tentang pembentukan khusus untuk
koordinasi tindakan tim khusus penertiban melakukan koordinasi
penertiban pelanggaran tindakan penertiban
pemanfaatan ruang yang melibatkan
bagian penertiban,
satpol pamong praja
dan instansi terkait
Koordinasi tindakan Pemberian sanksi Tim khusus penertiban Sesuai kebutuhan - Tim khusus dapat
penertiban administratif kepada menugaskan
pelanggaran aparat pemerintah anggotanya untuk
pemanfaatan ruang atau sanksi melaksanakan
administratif kepada tindakan penertiban
masyarakat sesuai dengan
perundang-
undangan.
- Tim khusus dapat
bekerja sama
dengan Polisi,
Kodim, dll untuk
melaksanakan
penertiban langsung
Pengawasan Daftar pelanggar yang Tim khusus penertiban Sesuai kebutuhan Apabila pelanggar
pelaksanaan sanksi tidak melaksanakan tidak menjalankan
sanksi. sanksinya maka tim
khusus wajib
mengajukan ke
pengadilan untuk
diproses secara
hukum
Pengajuan atau Berkas pengajuan ke - Tim khusus Sesuai kebutuhan Pengajuan ke lembaga
pengaduan ke pengadilan - Masyarakat atau peradilan dapat
lembaga peradilan badan hukum dilakukan oleh
masyarakat atau
badan hukum tertentu
apabila merasa
dirugikan oleh
pelanggar
Pengenaan sanksi Sanksi pidana atau Lembaga peradilan Sesuai kebutuhan Sanksi dikenakan
sanksi perdata apabila terbukti
bersalah secara
hukum oleh
pengadilan
Tabel 5.5
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi ruang, tetapi luasan tidak - Kegiatan/pembangunan dihentikan
sesuai dengan ketentuan dalam RTBL - Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan
- Denda
- Kurungan
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi - Kegiatan dihentikan
kondisi teknis pemanfaatan ruang (bangunan, proporsi - Memenuhi persyaratan teknis
pemanfaatan, dll) tidak sesuai dengan persyaratan teknis
yang ditetapkan dalam RTBL
Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi - Kegiatan dihentikan
bentuk atau pola pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan - Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang
yang telah ditetapkan dalam RTBL - Denda dan kurungan
Sebelum RTBL Diundangkan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang. a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap melalui :
Contoh terjadi alih fungsi Sempadan sungai menjadi - Pembatasan masa perijinan
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. jalan umum (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah
tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
- peringatan tertulis;
- penghentian sementara kegiatan;
- penghentian sementara pelayanan umum;
- penutupan lokasi;
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
- pencabutan izin;
- pembatalan izin;
- pembongkaran bangunan;
8. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
1. orang perseorangan;
Halaman 149
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Ijin Kegiatan
2. Izin Pertanahan
Dalam izin pertanahan dikenal dengan izin lokasi. Izin lokasi merupakan
persetujuan lokasi bagi pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang
menyatakan kawasan yang dimohon pihak pelaksana pembangunan atau
pemohon sesuai untuk pemanfataan bagi aktivitas dominan yang telah
memperoleh Izin Prinsip. Surat izin lokasi diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
3. Izin Perencanaan
Izin ini merupakan izin pemanfaatan ruang yang sebenarnya karena setelah izin
lokasi menyatakan kesesuaian lokasi bagi pengembangan aktivitas. Izin
perencanaan diterbitkan oleh Dinas Perumahan dan Penataan Ruang Daerah
kabupaten Buol.
4. Izin Mendirikan Bangunan
Halaman 150
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
5. Izin Lingkungan
Izin lingkungan pada dasarnya merupakan persetujuan yang menyatakan aktivitas
yang terdapat dalam kawasan yang dimohon layak dari segi lingkungan hidup.
Dalam izin pembangunan kawasan izin yang dikeluarkan ialah Izin HO atau
Undang-Undang Gangguan yaitu pemberian izin ini terutama untuk kegiatan
usaha yang tidak mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup (bukan
objek AMDAL). Izin ini umumnya diterbitkan Bupati melalui Sekda Kabupaten
Buol. Proses perizinan yang harus dilakukan dalam pembanguan kegiatan oleh
pihak pemohon adalah:
a. Mengajukan Izin Persetujuan Pemanfaatan Ruang (Izin Prinsip) kepada
BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah), sedangkan untuk ketentuan
lamanya penerbitan izin tidak memiliki batasan waktu.
b. Setelah penerbitan surat Izin Persetujuan Pemanfaatan Ruang (Izin Prinsip)
maka pihak pemohon berhak mengajukan permohonan untuk Izin
Lokasi/Penetapan Lokasi yang diajukan kepada Bappeda yang telah
melengkapi syarat untuk penerbitan Surat Izin Lokasi/Penetapan Lokasi yaitu
Surat Izin Lingkungan/Rekomendasi Lingkungan pada Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) dengan ketentuan penerbitan izin untuk UKL/UPL adalah 21 hari
kerja dan surat rekomendasi hasil pemeriksanaan sketsa TGT yang dilakukan
oleh pihak BPN dengan ketentuan penerbitan surat rekomendasi tidak
memiliki batasan waktu.
d. Apabila telah diperoleh Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah maka pihak
pemohon berhak untuk mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Dinas Perumahan dan Penataan
Halaman 151
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
1. Kemudahan pemberian ijin baik dalam administrasi, waktu maupun biaya untuk
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
yang sudah ditetapkan.
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Tabel 5.6
Perubahan Pengembangan
Insentif disinsentif
Perubahan bangunan di sekitar Kompensasi biaya, diberikan
tubuh air dan sungai menjadi kemudahan perijinan baik secara
kawasan sempadan sungai administrasi, waktu dan biaya.
Keringanan dalam pembayaran
Halaman 153
PBB
Ruko/perdagangan dan jasa, Kompensasi biaya, diberikan
perkantoran dengan Escape kemudahan perijinan baik secara
Building administrasi, waktu dan biaya.
Keringanan dalam pembayaran
PBB
Jasa komersil dengan Fasade Kompensasi biaya, diberikan
bangunan khas Buol kemudahan perijinan baik secara
administrasi, waktu dan biaya.
Keringanan dalam pembayaran
PBB
Ruko/fasilitas perdagangan dan Kompensasi biaya, diberikan
jasa dengan fasilitas umum dan kemudahan perijinan baik secara
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
Penggantian yang layak diberikan kepada orang yang dirugikan selaku pemegang hak
atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperfi hutan, tarmbang, bahan
galian, dan atau ruang, yang dapat membuktikan bahwa secara langsung yang
dirugikan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang, dan oleh perubahan nilai ruang, sebagai akibat penataan ruang.
Hak tersebut didasarkan atas ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum
adat dan kebiasaan yang, berlaku. Yang dimaksud dengan hak atas ruang adalah
hak-hak yang diberikan atas pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara. Hak atas pemanfaatan ruang daratan dapat berupa hak untuk memilih dan
menempati satuan ruang di dalam bangunan sebagai tempat tinggal; hak untuk
melakukan kegiatan usaha seperti perkantoran, perdagangan, tempat peristirahatan,
dan atau melakukan kegiatan sosial seperti tempat pertemuan di dalam satuan ruang
bangunan bertingkat; hak untuk membangun dan mengelola prasarana transportasi
seperti jalan, parkir dan sebagainya.
Halaman 154
Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau besar
penggantian itu tidak mengurangi tingkat kesejahteraan orang yang bersangkutan.
Penyesuaian pemanfaatan ruang, baik yang telah mempunyai izin maupun tidak, wajib
dilakukan sewaktu-waktu oleh yang bersangkutan bila terjadi ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang. Pelaksanaan kewajiban menaati
rencana tata ruang dilakukan sesuai dengan kemampuan setiap orang yang terkena
langsung akibat pemanfaatan Rencana Tata Ruang. Bagi orang yang tidak mampu,
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
maka sesuai haknya untuk mendapatkan penggantian yang layak, kompensasi diatur
melalui peraturan nilai tambah yang ditimbulkan sebagai akibat adanya perubahan
nilai ruang. Masyarakat selama ini tidak mengetahui ataupun diberi hak untuk
menegosiasikan penyelesaian konflik, ataupun aspek kompensasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi biaya dampak yang ditimbulkan oleh akibat diberlakukannya
Rencana Tata Ruang pada suatu kawasan, baik terhadap timbulnya dampak
lingkungan fisik ataupun sosial-ekonomi.
Halaman 155
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PERDAGANGAN
LAPORAN AKHIR