Abstrak
Sebagai bentuk proses pengembangan Lahan Kota Lubuksikaping yang saat ini masih merupakan kota
kecil dan masih banyak yang perlu dirancang, penelitian ini berusaha menerapkan konsep walkability
IPEN Project ke dalam perencanaan kawasan pusat kota Lubuksikaping. Konsep Walkability sendiri
merupakan turunan dari salah satu paradigma baru dalam perencanaan yaitu new urbanism.
Walkability ini dapat ditinjau dari berbagai perspektif, dan di dalam penelitian ini ditinjau dari perspektif
urban fom yang melihat walkability dari sisi guna lahan, dan aksesibilitas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji kesesuaian konsep dengan jenis kawasan. Metode penelitian menggunakan
mixed method dengan menggunakan CityEngine untuk memodelkan dan membuat simulasi serta
menghasilkan data dalam waktu singkat. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep ini dapat diterapkan
ke dalam rencana tata ruang dan cukup sesuai untuk diterapkan di Kawasan Pusat Kota Lubuk Sikaping
dan tidak akan banyak kendala dalam penerapannya ke lapangan kecuali kendala dana, namun
dikhawatirkan konsep tidak bisa menggambarkan kondisi kawasan secara komprehensif.
Namun sayangnya belum banyak studi mengenai Pertama adalah pengumpulan data sekunder
penerapan konsep walkable city ini di kota kecil. dilakukan dengan mengunduh data-data yang
Oleh sebab itu dilakukan penelitian ini guna tersedia oleh bps, dokumen-dokumen rencana
menguji penerapan konsep walkability dari sisi tata ruang dari pemerintah daerah Provinsi
urban form (IPEN Project) di dalam kawasan Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman, serta
Pusat Kota Lubuk sikaping untuk memahami Kecamatan Lubuk Sikaping. Adapun data yang
kelayakan penerapan kedepannya. Untuk dikumpulkan berupa profil wilayah seperti luasan
mencapai tujuan tersebut maka sasaran wilayah, data eksisting guna lahan, jumah
penelitiannya adalah: penduduk, peta blok bangunan kawasan, dan
juga rencana tata ruang kawasan studi pada
• Memahami penerapan walkability IPEN Project berbagai skala. Sedangkan pengumpulan data
di dalam rencana tata ruang Kawasan Pusat primer dilakukan dengan cara melakukan
Kota Lubuk Sikaping observasi langsung ke lapangan yang dilakukan
dengan mengumpulkan data tertulis hasil
• Melakukan analisa komprehensif walkability pengamatan dan foto-foto bangunan di dalam
index Kawasan Pusat Kota Lubuk Sikaping kawasan. Data juga dilengkapi dengan catatan
melalui konsep IPEN Project berupa jejak kegiatan pada suatu bangunan di
objek penelitian dan jenis aktivitas yang umum
• Melakukan simulasi model walkability index terjadi di kawasan. Adapun objek kawasan yang
IPEN Project mengunakan CityEngine diamati berupa persimpangan jalan yang ada di
kawasan, homogenitas penggunaan lahan, fungsi
Metode kegiatan di zona dasar dan zona atas pada tiap
bangunan. Pengambilan data observasi dilakukan
Penelitian mengenai penerapan konsep secara sistematik di tiap ruas jalan dan blok.
walkability IPEN Project di Kawasan Pusat Kota
Lubuk Sikaping dilakukan dengan Adapun metode yang digunakan untuk analisis
menggunakan metode kombinasi atau mixed kuantitatif menghitung nilai walkability index
methods research (metode campuran). Metode adalah menggunakan metode IPEN Project.
ini secara sederhana adalah suatu metode International Physical Activity and the
dimana peneliti mengkombinasikan penelitian Environment Network (IPEN) merupakan sebuah
kualitatif dan kuantitatif baik dari segi asosiasi peneliti yang bertujuan untuk
filosofi/paradigma, metodologi, teknik, mengembangkan penelitian mengenai kondisi
pendekatan, konsep, atau bahasa kedalam satu lingkungan tempat tinggal yang terkorelasi
studi penelitian atau beberapa studi yang dengan aktifitas fisik manusia. IPEN project
berhubungan (Johnson, 2014). sendiri merupakan program kolaborasi yang
mempelajari tentang gaya hidup pasif
Konsep walkability IPEN Project di dalam masyarakat perkotaan, faktor-faktor yang
penelitian ini dinilai secara komprehensif mempengaruhinya, serta mempromosikan gaya
dengan analisis kuantitatif dan kualitatif dimana
2 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
hidup aktif bagi masyarakat perkotaan. bahasan mengenai persebaran pola ruang
(Deboseva dan Krivka, 2012). Formula yang merata di dalam suatu kawasan. Konsep
Walkability Index sebagai berikut: walkability IPEN Project menuntut adanya
diversitas guna lahan. Konsep rencana kota
WAI = (2*(z-con)) + (z-ent) + (z-FAR) + (z- yang selama ini bersifat tersegmentasi harus
Hdens) diganti dengan konsep mixed-use agar
WAI : walkability index memiliki nilai entropy yang tinggi. Di dalam
z-con : standard value connectivity index rencana ruang perlu ditetapkan persentase
z-ent : standard value entropy (Shannon) yang merata antar guna lahan, namun tetap
index ada pengecualian dimana luas guna lahan
z-FAR : standard value FAR index komersial dan perumahan memiliki porsi yang
z-Hdens : standard value household density lebih diprioritaskan dibanding guna lahan
index lainnya meski tidak sampai mendominasi.
Hubungan walkability index ini berbanding lurus Keterhubungan wilayah (connectivity index)
dengan kemampuan lingkungan perkotaan berhubungan dengan struktur ruang, terutama
mempengaruhi warganya untuk berjalan kaki, pada jaringan jalan. Keterhubungan
dimana semakin tinggi nilainya akan semakin merupakan konsep utama di dalam walkability
kuat pengaruhnya dan sebaliknya. Formula ini dimana kawasan yang terhubung
akan digunakan dalam menyusun model memudahkan pergerakan masyarakat. Oleh
walkability kawasan yang menjadi objek karenanya konsep rencana perlu membuat
penelitian melalui rules yang dibuat kawasan yang memiliki jaringan jalan yang
menggunakan Esri Cityengine. baik dan tidak banyak terputus. konsep pola
jaringan dapat menyesuaikan dengan kondisi
Sedangkan analisis kualitatif adalah metode kawasan namun prisipnya adalah tidak
analisis yang menjabarkan hasil temuan membuat blok yang terlalu besar dan berusaha
penelitian berupa data kualitatif secara menghubungkan sebanyak mungkin antar
deskriptif. Pada penelitian yang serupa blok/kegiatan. Di dalam rencana tata ruang
diketahui bahwa evaluasi kondisi walkability perlu ditetapkan bentuk pola jaringan jalan
dengan hanya melakukan perhitungan pada berbagai skala.
matematis tidak mampu memberikan
keterangan terkait fenomena walkability Luas area lantai komersial (FAR index)
kawasan dengan utuh, oleh karena dilakukan berhubungan dengan pola ruang kawasan.
pula analisis secara kualitatif. analisis deskriptif Keberadaan kawasan komersial menjadi daya
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tarik bagi masyarakat untuk berpergian
hasil observasi langsung berupa hal-hal yang dengan berjalan kaki. Perlu menjadi kesadaran
berhubungan dengan walkability di dalam suatu dalam merencanakan ruang untuk tidak
kawasan seperti karakteristik kegiatan, tipologi memisahkan kawasan komersial dengan
bangunan, serta karakteristik sirkulasi perumahan agar tidak menimbulkan
kendaraan dan pejalan kaki. Dari hasil analisis pergerakan yang besar oleh masyarakat
ini digunakan sebagai complementarity bagi dengan jarak yang jauh. Keberadaan FAR
hasil evaluasi walkability yang dilakukan secara index di dalam rencana tata ruang dapat
kuantitatif untuk menghasilkan evaluasi yang ditetapkan dengan membuat standar minimal
komprehensif. persentase luas kawasan komersial.
2.5681
Semakin tinggi nilai Hdens semakin padat unit 0.0000
perumahan dan sebaliknya saat semakin rendah -0.6040 -0.2591
maka semakin rendah kepadatan pada grid. -2.6123 -4.0269
-5.2190
-10.0000 -6.8182
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Connectivity index di dalam rumusan walkability
menunjukan jumlah persimpangan jalan yang GRID KAWASAN
terdapat pada kawasan yang diteliti. Banyaknya
persimpangan diyakini akan menjadikan kawasan Gambar 3. Grafik Walkability Index
lebih terhubung. IPEN Project menyatakan bahwa
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 7
Penerapan Konsep Walkability di Kawasan Pusat Kota Lubuk Sikaping Dengan Menggunakan
Berdasarkan
Metode hasil perhitungan nilai walkability Kesimpulan
IPEN Project
inex seperti yang terlihat pada table dan grafik di
Hasil penelitian analisis penerapan konsep
atas, selanjutnya dilakukan analisis kualitatif
walkability ke dalam Kawasan Pusat Kota Lubuk
sebagai complementary untuk menjelaskan
sikaping menghasilkan beberapa kesimpulan.
keadaan di masing-masing grid dengan kriteria
Pertama adalah terkait posisi walkability di dalam
yang telah ditentukan sebagai berikut:
Rencana Tata Ruang. Pada penelitian ini
Parameter yang diamati disesuaikan dengan
pendekatan walkability ditekankan kepada
parameter analisis kuantitatif yang dibatasi
pendekatan yang melihat walkability disusun dari
dengan kemampuan pengamatan langsung di
aksesibilitas, tingkat kepadatan perumahan, dan
lapangan seperti karakteristik kegiatan, tipologi
area komersial. Parameter tersebut dikaji dengan
bangunan, dan kualitas sirkulasi kendaraan dan
beberapa variabel pengganti berupa connectivity
pejalan kaki. Adapun kawasan yang dijadikan
index, Hdens index, FAR index, serta entropy
sample dari analisis kualitatif adalah dua grid yang
index dari hasil report CityEngine.
masing-masing mewakili nilai walkability rendah
dan tinggi. Grid yang dipilih adalah grid 6 untuk Untuk melihat keterkaitan antara walkability
grid walkability tertinggi dengan alasan grid dengan rencana tata ruang, perlu dilihat posisi
tersebut memiliki dan grid 8 untuk mewakili grid vaiabel tersebut didalam rencana tata ruang.
yang memiliki grid terendah. Pada penelitian ini, Pertama connectivity index terdapat dalam
hasil pengamatan menunjukkan data yang penyusunan sistem jaringan jalan di dalam RTRW
membenarkan hasil perhitungan, dimana ketiga dan RDTR sehingga di dalam rencana RDTR dan
parameter yang diamati cukup baik di grid dengan RTRW tersebut bisa diatur rencana rute jalan dan
nilai walkability tinggi, dan buruk pada grid yang jumlah persimpangan jalan sesuai dengan
memiliki walkability index rendah. Oleh sebab itu konsep walkability.
langkah selanjutnya adalah melakukan simulasi
dengan beberapa skenario terhadap grid yang Kesimpulan kedua, dalam menggunakan
memiliki nilai rendah, dengan menambah guna Software CityEngini ini perlu latihan dan proses
laha perumahan (Hdens index), menambah area pembelajaran yang lebih lanjut lagi agar dapat
komersial (FAR index) serta menambah rute jalan memaksimalkan fungsi dari software CityEninge
atau persimpangan jalan (con index) dan itu sendiri. Sangat banyak hasil report dari
melakukan perhitungan ulang sehingga grid CityEngine yang jika dipelajari akan sangat
dengan nilai walkability rendah (negative) tadi menguntungkan bagi perencana dalam
berubah menjadi positif. melakukan proses perancangan kota. Namun
untuk variabel yang dilakukan khususnya pada
penelitian kali ini tidak dapat dijadikan acuan
untuk mengkaji walkability secara komprehensif
dan hanya berfokus pada area komersial,
perumahan serta persimpangan jalan saja yang
sangat besar mempengaruhi nilai yang
dihasilkan.
Meskipun parameter yang digunakan tidak
komprehensif, akan tetapi nilai yang dihasilkan
dari penelitian kali ini ditambah dukungan analisis
kualitatif sudah cukup mewakilkan karena kondisi
kawasan studi sendiri pada kondisi eksistingnya
Tabel 2. Nilai Simulasi Walkability Index memiliki kemiringan yang kecil atau landau, serta
kawasan studi juga banyak memiliki lahan yang
Berdasarkan table di atas apat dilihat bahwa nilai kosong sehingga jika simulasi walkability dari
walkability index pada grid 8 sudah berubah hasil penelitian ini diterapkan tidak akan
menjadi positif, yang artinya scenario yang menimbulkan banyak kendala dalam
diterapkan berhasil mengubah nilai walkability penerapannya.
index di kawasan tersebut. Terdapat asumsi
dalam simulasi tersebut, dimana saat mengubah Berdasarkan faktor yang telah dijelaskan di atas,
nilai connectivity index, FAR index, dan Hdens maka dari kesimpulan tersebut dapat menjawab
index diasumsikan nilai grid yang lain dianggap pertanyaan penelitian yang diajukan, bahwa
tetap. konsep walkability dapat diposisikan didalam
rencana tata ruang, yaitu dengan menerapkan
hasil perhitungan dari variable yang terdapat
8 | Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
pada simulasi CityEngine yang terdiri dari jumlah PREMIUM IN COMMERCIAL REAL ESTATE
persimpangan jalan, keragaman guna lahan, INVESTMENTS. REAL ESTATE ECONOMICS.
jumlah minimal kawasan komersial, dan Forsyth, A. N. N. (2015) What is A Walkable Place?
kepadatan perumahan, ke dalam sistem jaringan The Walkability Debate in Urban Design.
prasarana di dalam Rencana Umum , serta ke URBAN DESIGN International, 20(4), 274-
dalam Rencana Pengembangan Jaringan 292. doi:10.1057/udi.2015.22
Pergerakan, Zoning/Pola Ruang, Intensitas dan Glaeser, E. L. (2013). A WORLD OF CITIES: THE
Tata massa bangunan di dalam Rencana Detail. CAUSES AND CONSEQUENCES OF
URBANIZATION IN POORER COUNTRIES.
Kemudian untuk pengujian penerapannya pada
NBER WORKING PAPER SERIES.
kawasan studi Pusat Kota Lubuk Sikaping juga
Hirt, S. (2002). Postmodernism and Planning
menghasilkan perhitungan dan nilai simulasi Models . Critical Planning . JIBOYE, A. D.
yang cukup bagus serta pertimbangan kondisi (2011). Sustainable Urbanization: Issues and
eksisting lokasi studi yang mendukung sehingga Challenges for Effective Urban Governance in
konsep ini dapat dipertimbangkan untuk Nigeria . Journal of Sustainable Development
diterapkan. , 211-224.
Joe Cortright, Impresa, Inc.,. (2009). How
Walkability Raises Home Values in
Daftar Pustaka
U.S. Cities. CEOs for Cities.
Johnson, R. B. (2014). Mixed methods research
Alif, Gifari Rahmat (2016) Analisis Penerapan
design and analysis with validity: A primer.
Konsep Walkability IPEN Project di Kawasan
Department of Professional Studies,
Segitiga Emas Setiabudi Jakarta. Tugas Akhir
University of South Alabama, USA
Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Irving, A. (1993). 'The Modern/Postmodern Divide
Kota. Institut Teknologi Bandung
and Urban Planning', in The University of
Ihromi, Hafidh (2014) Aplikasi Evaluasi Walkability
Toronto Quareterly, vol. 62, no. 4, hal. 474–
Kawasan Pusat Kota Bandung Dengan
487.
Menggunakan CityEngine Berdasarkan
Park, Sungjin (2008). Defining, Measuring, and
Metode IPEN Project. Tesis Program Studi
Evaluating Path Walkability, and Testing Its
Magister Rancang Kota. Institut Teknologi
Impacts on Transit Users’ Mode Choice and
Bandung
Walking Distance to the Station. Dissertation
Alexander, S. M. (2005). The Rise of Modernism
of Doctor of Philosophy in City and Regional
and the Decline of Place: The Case of Surrey
Planning University of California, Berkeley
City Centre, Canada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15
Anga, I. O. (2015). Environmental Degradation
Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
And Sustainable Economic Development In
penataan ruang
Nigeria: A Theoretical Approach.
Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014
Researchjournali’s Journal of Economics .
Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Bicycle Federation of America Campaign to Make
Peraturan Zonasi
America Walkable. (1998). Creating Walkable
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.17 tahun
Communities. Washington, D.C.
2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Buckley, P. C. (2009). Urbanization and Growth:
Tata Ruang Wilayah
Setting the Context. Urbanization and
R, Yoppy (2013) Analisis Walkability Index Pada
Growth.
Kawasan Pendidikan Jalan Margonda Depok.
Cervero, Robert and Kara Kockelman. (1996).
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Travel Demand and the Three Ds: Density,
Universitas Indonesia
Diversity, and Design. Working Paper,
Toronto Public Health. The Walkable City:
Institute of Urban and Regional Development,
Neighbourhood Design and Preferences,
University of California, Berkeley, California.
Travel Choices and Health. April 2012
Creswell, J. W. (2013). Research Design.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
California: SAGE.
2007 Tentang Penataan Ruang
David Satterthwaite*, G. M. (2010). Urbanization
World Cities Report. (2016). URBANIZATION AND
and its implications for food and farming.
DEVELOPMENT Emerging Futures.
Esri. 2013. City Engine Example : Redlands
UNHABITAT
Redevelopment 2013. www.esri.com Esri.
2013. Tutorial 6 : Basic Shape Grammar.
www.esri.com
Esri. 2013. Tutorial 9 : Advanced Shape Grammar.
www.esri.com
FISHER, G. P. (2011). THE WALKABILITY
Jurnal PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 9
Penerapan Konsep Walkability di Kawasan Pusat Kota Lubuk Sikaping Dengan Menggunakan
Metode IPEN Project