Jalur pedestrian merupakan salah satu fasilitas bagi kegiatan atau pergerakan pejalan kaki.
Pembangunan jalur pedestrian saat ini sedang dilaksanakan di sisi ruas jalan utama di Kota
Pontianak. Pembangunan jalur pedestrian yang lebar, lengkap dengan atribut dan perabot dari
sebuah fasilitas pejalan kaki, menjadi pemandangan baru di beberapa sudut kota. Kegiatan berjalan
kaki di Kota Pontianak yang terletak di wilayah tropis khatulistiwa lembap menjadi tantangan
tersendiri bagi keberhasilan pembangunan sebuah fasilitas pejalan kaki. Keberhasilan pembangunan
akan dimaknai dengan tumbuhnya budaya berjalan kaki di fasilitas-fasilitas yang tersedia. Terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi keputusan bagi seseorang untuk memilih moda perjalanan, di
antaranya adalah faktor waktu, kenyamanan, ketersediaan kendaraan bermotor dan pola tata guna
lahan. Hal ini ditambah lagi oleh motivasi untuk melakukan kegiatan berjalan kaki, baik itu rekreatif,
fungsional hingga yang pragmatis. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan potensi pemanfaatan
jalur pedestrian di jalan utama Kota Pontianak, khususnya Jalan Ahmad Yani, dalam tinjauan teoritis
spasial. Pembahasan menggunakan pendekatan kuasi kualitatif dengan menggunakan analisis
spasial, yaitu radius perjalanan, street hits, dan walkscore. Perencanaan spasial yang heterogen
dalam jarak jangkau pejalan kaki dan perencanaan lebar jalur pedestrian yang efektif dapat menjadi
solusi peningkatan bangkitan pergerakan kawasan perkotaan di Kota Pontianak.
Kota Pontianak. Pedestrian yang lebar adalah Jalan Ahmad Yani yang merupakan
dengan kelengkapan atribut dan perabotnya jalan arteri dan penghubung antar pola ruang
telah menjadi faktor pembangkit dan daya perkotaan dengan dominasi peruntukan
tarik bagi para pejalan kaki, baik bagi warga perkantoran, pendidikan, dan perdagangan.
di sekitar jalur tersebut maupun bagi warga
kota secara keseluruhan. METODOLOGI
jalan, sedangkan kegiatan statis berupa kecepatan rendah dan jarak lebih panjang.
kegiatan berdiri, bersender, duduk, Sedangkan perjalanan rekreasi dilakukan
berjongkok atau berbaring. Selain itu dengan santai, menikmati pemandangan dan
kegiatan pejalan kaki memiliki kelebihan juga kegiatan statis lainnya.
dalam hal pengamatan terhadap lingkungan Terdapat empat alasan seseorang
di mana pejalan kaki berkegiatan, lebih detail berjalan kaki, yaitu pencapaian, visual,
dan bebas melakukan kontak dengan kesehatan dan efisiensi. Keempat alasan ini
lingkungannya. Kegiatan pejalan kaki kemudian di ringkas kembali menjadi tiga
menjadi bagian penting dalam sistem kelompok, yaitu rekreatif, fungsional dan
transportasi dan keterpaduannya dengan pragmatis (Sakinah, Kusuma, Tampubolon,
sistem tata ruang wilayah (Tanan, 2011). & Prakarso, 2018). Rekreatif dimaksudkan
Waktu, kenyamanan, ketersediaan kegiatan yang bersifat penyegaran kembali
kendaraan bermotor dan pola tata guna lahan badan dan pikiran, seperti menikmati
menjadi faktor yang mempengaruhi jarak pemandangan dan suasana kota. Kelompok
tempuh seseorang untuk berjalan kaki fungsional dimaksudkan untuk kegiatan yang
(Untermann dalam Tanan, 2011). terkait dengan kesehatan dan efisiensi waktu
Kecenderungan jarak yang lebih jauh dan dan biaya. Sedangkan kelompok pragmatis
waktu yang lama adalah pilihan untuk pejalan memiliki alasan pencapaian sebuah tempat
kaki yang berekreasi dan berbelanja, namun atau tujuan, seperti jarak dekat, pindah moda
tidak untuk keperluan bekerja. Ketersediaan transportasi dan aksesibilitas. Kelompok
koridor dengan peneduh dari kondisi iklim pragmatis cenderung melakukan perjalanan
dan perencanaan transportasi umum yang jarak pendek dibandingkan dengan kelompok
baik akan mendorong seseorang lebih aktif fungsional dan rekreatif.
berjalan kaki. Selanjutnya pola tata guna
lahan yang homogen menjadi salah satu Karakteristik Pejalan Kaki
resistan seseorang untuk berjalan kaki.
Beberapa studi tentang tujuan perjalanan Menurut Tanan (2011) dalam buku
yang disampaikan oleh Tanan (2011), Fasilitas Pejalan Kaki membagi karakteristik
menyatakan bahwa tujuan perjalanan bagi pejalan kaki menjadi empat kategori, yaitu
pejalan kaki lebih banyak (>14%) untuk berdasarkan kecepatan berjalan, kebutuhan
tujuan urusan personal, berbelanja, ruang, jarak berjalan, dan pejalan kaki yang
sosial/rekreasi dan sekolah. Sedangkan untuk berkebutuhan khusus. Kategori kecepatan
tujuan seperti bekerja atau terkait pekerjaan berjalan dan jarak berjalan menjadi kategori
cukup kecil menjadi pembangkit seseorang yang memiliki keterkaitan yang erat dengan
untuk berjalan kaki (<8%). Selain itu terdapat kondisi spasial dalam hal tata guna lahan.
tujuan dominan bagi pejalan kaki lainnya
adalah menuju pemberhentian angkutan Tabel 2: Kecepatan Pejalan Kaki dan Tata Guna
Lahan
umum, tujuan kesehatan ataupun tujuan
penghematan menjadi alasan seseorang NO TATA GUNA LAHAN KECEPATAN
berjalan kaki. (m/det)
Berdasarkan waktu dan tujuan berjalan 1 Perdagangan 1,07 - 1,31
2 Perkantoran 1,13 - 1,31
kaki, manusia dibedakan menjadi tiga 3 Kesehatan 1,07 - 1,59
(Tisnaningtyas, 2015), yaitu: berjalan kaki 4 Pendidikan 1,16
dengan tujuan fungsional, perjalanan tidak
terikat waktu, dan untuk keperluan rekreasi Sumber: (Tanan, 2011)
adalah yang tercepat dengan rata-rata 2,38 berjalan kaki berkisar antara 300 sampai 400
m/det. Selain itu kecepatan pejalan kaki juga meter atau yang terjauh bisa sampai 1,6 km.
dipengaruhi oleh gender dan usia. Rata-rata Namun untuk seseorang yang berkebutuhan
pejalan kaki tercepat dilakukan oleh remaja khusus jarak 50-200 meter masih dapat
dengan rata-rata 1,79 m/det dan paling rendah ditoleransi (Tanan, 2011).
oleh anak-anak dengan rata-rata 1,12 m/det
atau wanita bersama anak-anak di kecepatan Fasilitas Pejalan Kaki
0,72 m/det (Tanan, 2011).
Tabel 2 menjelaskan kecepatan Aktivitas berjalan dapat meningkatkan
perjalanan berdasarkan tata guna lahan penghematan terhadap biaya transportasi
berada di kecepatan rata-rata pejalan kaki warga kota maupun peningkatan infrastruktur
dalam kondisi normal, yaitu direntang 1,07 transportasi pemerintah, menghidupkan
m/det s.d. 1,59 m/det. Tata gula lahan dengan komunitas, meningkatkan status kesehatan
fungsi kesehatan mendorong pejalan kaki warga dan mendukung pembangunan
berjalan lebih cepat yaitu 1,59 m/det, namun ekonomi kota, guna lahan dan menegakkan
tata guna lahan dengan fungsi kesehatan dan keadilan sosial (Tanan, 2011). Terdapat dua
perdagangan juga menjadi fungsi dengan model kebijakan bagi pengembangan fasilitas
kecepatan rata-rata terendah. pejalan kaki, yaitu new urbanism dan
Karakteristik pejalan kaki juga complete street. Model new urbanism
dipengaruhi oleh jarak tempuh yang sangat menekankan penempatan fasilitas bagi
tergantung kepada tujuan perjalanan. Taman pejalan kaki untuk aktivitas bekerja dapat
umum menjadi jarak terjauh yang dijangkau diakses dalam waktu 10 menit, perancangan
oleh pejalan kaki, yaitu bisa sampai 60 menit yang ramah terhadap pejalan kaki dan bebas
perjalanan. Sedangkan pasar lokal dan dari kendaraan bermotor pada waktu yang
sekolah dasar menjadi jarak terpendek tujuan ditetapkan. Sedangkan model complete street
perjalanan, yaitu kurang lebih 10 menit. Hal memiliki konsep bahwa jalan lokal menjadi
ini lebih lanjut dapat dijelaskan dalam Tabel lengkap jika memberikan kesempatan yang
3. sama bagi seluruh moda transportasi,
termasuk berjalan dan bersepeda (Tanan,
Tabel 3: Jarak Berjalan Kaki Sesuai Tujuan 2011).
Perjalanan Di Indonesia penyediaan fasilitas bagi
NO PRASARANA JARAK DARI pejalan kaki di atur dalam UU Nomor 26
TEMPAT TINGGAL Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU
1 Pusat tempat kerja 20 sampai 30 menit No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
2 Pusat kota (pasar dsb) 30 sampai 45 menit
Angkutan Jalan. Pasal 28 ayat b UU 26 tahun
3 Pasar lokal 0,75 km atau 10 menit
4 Sekolah dasar 0,75 km atau 10 menit 2007 menyatakan bahwa rencana penyediaan
5 Sekolah menengah 1,5 km atau 20 menit dan pemanfaatan prasarana dan sarana
pertama pejalan kaki dimaksudkan untuk
6 Sekolah lanjutan atas 20 sampai 30 menit
7 Tempat bermain 0,75 km atau 20 menit
menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
anak/taman lokal pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
8 Tempat olah raga dan 1,5 km atau 20 menit pertumbuhan wilayah. Fasilitas untuk pejalan
pusat rekreasi
9 Taman untuk 30 sampai 60 menit
kaki juga menjadi kelengkapan wajib untuk
umum/cagar (kebun setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas
binatang dsb) umum, berupa trotoar, tempat penyeberangan
dan fasilitas lain (Pasal 25 UU 22 Tahun
Sumber: (Tanan, 2011)
2009).
Jarak rata-rata yang masih sanggup Secara teknis ketentuan perencanaan
ditempuh pejalan kaki untuk kondisi di fasilitas pejalan kaki diatur juga dalam
Indonesia adalah kurang lebih 500 meter. Pedoman Perencanaan Teknis Fasilitas
Sedangkan jarak umum seseorang mau Pejalan Kaki (SE Menteri PUPR Nomor
Keseragaman angka
kemampuan/peluang melakukan pergerakan
bagi pejalan kaki sangat dipengaruhi oleh
Sumber: (Analisis, 2021)
kedekatan bangunan dengan fasilitas
Gambar 19: Street Hits Segmen 3
pelayanan perkotaan. Angka ini di bawah 25
Bangkitan pergerakan pejalan kaki dari 100 adalah nilai yang sangat rendah bagi
cukup merata terlihat di Segmen 1. Walaupun membangkitkan pergerakan pejalan kaki atau
terlihat terdapat rentang 900 – 16.000 pejalan aktivitas berjalan kaki bagi penghuni
kaki, namun rata-rata potensi pejalan kaki bangunan. Perbandingan beberapa kota di
berada di angka 3 s.d. 7 pejalan kaki/menit. dunia yang memiliki peluang bangkitan
Potensi penumpukan pergerakan pejalan kaki pergerakan pejalan kaki yang tinggi dapat
diprediksi berada di sisi selatan Jalan Ahmad mencapai angka hingga di atas 70 dari 100.
Yani dekat area kawasan olah raga (GOR). Rendahnya angka ini sejalan dengan
Di Segmen 3, potensi bangkitan kegiatan beberapa studi bangkitan pergerakan yang
perjalanan kaki berkisar di antara 141 - ada saat ini. Dari beberapa hasil studi
17.500 pejalan kaki atau sampai dengan 24 pergerakan pejalan kaki di Jalur Pedestrian
pejalan kaki/menit. Pemusatan kegiatan Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak, diperoleh
terlihat berada di sekitar simpang Jalan BLKI angka 1 s.d. 2 pejalan kaki/menit (Riani,
(sisi utara Jalan Ahmad Yani) dan simpang Wulandari, & Ayuningtyas, 2018). Angka 2
Jalan Parit H. Husin 2 (sisi selatan Jalan pejalan kaki/menit diperoleh di area yang
Ahmad Yani) dengan fungsi kawasan sekitar terdapat fungsi perdagangan, peribadatan,
berupa fasilitas kesehatan dan dekat dengan dan fungsi pendidikan. Sedangkan di bagian
beberapa rumah makan/restoran. Sedangkan ruas jalur pedestrian kurang dari 1 pejalan
pada bagian lain jalur pedestrian di segmen kaki/menit. Distribusi waktu juga terlihat
ini hanya memiliki potensi pergerakan 7 s.d. hanya ramai di waktu sore hari di kawasan
9 pejalan kaki/menit. pendidikan dan komersial, atau siang hari di
kawasan fungsi peribadatan. Angka 7 pejalan
Walkscore kaki/menit dapat tercapai pada hari minggu
pagi, khususnya saat berlangsung car free
Pengukuran walkscore didasarkan day di kawasan di Segmen 1 dan Segmen 2.
kepada metode perhitungan walkscore.com
dari masing-masing bangunan. Skor peluang
melakukan perjalanan dari masing-masing
bangunan terlihat bahwa Segmen 1 memiliki