Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Spasial Vol. 6 No.

1, 2019
ISSN 2442-3262

URBAN WALKABILITY DI KOTA MANADO (STUDI KASUS: KEC. MAPANGET)


Vita Debora Wowor1, Veronica A. Kumurur², & Lucia I. R. Lefrandt3
1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi
2
Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi
3
Staf Pengajar Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

E-mail : 14021105046@student.unsrat.ac.id

Abstrak
Perkembangan kota yang pesat perlu diimbangi dengan penyediaan fasilitas pejalan kaki dalam
mendukung terwujudnya kota yang nyaman (Livable City) dan ramah bagi pejalan kaki (Walkable).
Berdasarkan pengamatan di beberapa kecamatan yang ada di Kota Manado nampak bahwa fasilitas
pedestrian yang ada sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini jelas akan
berpengaruh pada kenyamanan pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kenyamanan pejalan kaki di Kota Manado, khususnya Kecamatan Mapanget berdasarkan teori urban
walkability. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara tersturktur, selanjutnya
data diolah menggunakan Metode Likert. Parameter walkability yang digunakan terdiri dari enam
paramenter, yakni: ketersediaan jalur pejalan kaki, konflik jalur pejalan kaki dengan moda transportasi
lainnya, keamanan dari kejahatan, perilaku pengendara kendaraan bermotor, amenities (kelengkapan
pendukung), dan kendala/hambatan. Untuk menguji adanya korelasi dan konsistensi daripada parameter
tersebut digunakan uji statistik validitas dan realibilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan pejalan kaki di Kecamatan Mapanget berdasarkan
teori urban walkability dapat dikatakan masih tergolong nyaman. Hal ini berdasarkan hasil uji validitas
dan realibilitas terhadap parameter yang digunakan, ternyata memiliki korelasi signifikan, serta
dinyatakan konsisten atau reliabel untuk pengukuran walkability.

Kata Kunci : Urban Walkability, Walkable, Pedestrian, Kecamatan Mapanget

PENDAHULUAN dengan fasilitas yang ada atau sengaja


Dari perspektif urban design, menurut dirusak oleh orang yang tidak
Adkins (2012) berjalan yang nyaman tidak bertanggungjawab.
hanya diukur dengan jumlah atau durasi Kecamatan Mapanget merupakan
perjalanan berjalan, tetapi juga oleh kualitas salah satu kecamatan dimana memiliki
perjalanan tersebut dalam hal pengalaman perkembangan yang cukup pesat dari tahun
pengguna. Lebih lanjut dikatakan bahwa ke tahun. Perkembangan wilayah ini
suasana berjalan yang berkualitas adalah dinyatakan dengan dibangunnya beberapa
salah satu dari beberapa faktor yang pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang
mempengaruhi perilaku berjalan, beserta begitu menonjol seperti mall dan
dengan karakteristik demografi, sikap dan supermarket, diikuti juga dengan
adanya tujuan yang diinginkan. Untuk itu, pembangunan banyak kawasan perumahan.
perlu dipahami bagaimana karakteristik Perkembangan pusat kegiatan yang mulai
lingkungan binaan skala mikro yang terlihat perlu diimbangi juga dengan adanya
mempengaruhi persepsi kualitas yang dapat fasilitas pedestrian. Fasilitas pedestrian di
berpotensi mengarah pada peningkatan Kecamatan Mapanget masih kurang. Hal itu
pengalaman dan lebih banyak berjalan. ditandai dengan ditemukannya beberapa
Berdasarkan pengamatan di beberapa jalur pedestrian yang rusak, titik jalur
tempat, fasilitas pedestrian di Kota Manado pedestrian yang memiliki hambatan
belum bisa dikatakan layak. Fasilitas seperti sementara dan permanen, dan lebar trotoar
trotoar ditemukan dalam keadaan rusak dan yang tidak sesuai sehingga dapat
juga membahayakan bagi pejalan kaki. membahayakan pejalan kaki juga dapat
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal mengurangi kenyamanan dalam berjalan
antara lain kurangnya pemeliharaan, adanya kaki
pembangunan yang bersentuhan langsung Tujuan dari penelitian ini adalah

178
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

Untuk mengetahui tingkat kenyamanan elemen masyarakat (Lefrandt, 2016).


pejalan kaki berdasarkan teori urban Aktivitas berjalan adalah bentuk aktivitas
walkability di Kecamatan Mapanget. yang penting, baik sebagai moda
transportasi maupun sebagai aktivitas itu
TINJAUAN PUSTAKA sendiri. Para profesi perencana sejak awal
Pedestrian telah merancang model lingkungan
Pada awalnya istilah pedestrian berdasarkan walkability. Dalam Program
muncul pada masa pemerintahan Yunani Pembangunan Kota Hijau (P2KH)
kuno, berasal dari kata “pedos” yang berarti (Kementerian PU 2011), moda berjalan
kaki, dan sering diartikan sebagai pejalan menjadi salah satu indikator penting yang
kaki. Pedestrian juga berasal dari Bahasa perlu dipertimbangkan dalam kriteria kota
latin yaitu pedes-pedestris yang artinya layak huni (liveable city). Meskipun tidak
pejalan kaki atau secara harafiah pedestrian semua jalan memiliki trotoar dan tidak
berarti “person walking in the street”, orang semua jalur berjalan/pedestrian berdekatan
yang berjalan di jalan. Sedangkan menurut dengan jalan-jalan, jaringan jalan bisa
Washington State Law (dalam Kaliongga, menjadi wakil yang cukup akurat sebagai
2014) pedestrian adalah “setiap orang yang pengganti trotoar untuk berjalan di
mempunyai kaki atau yang menggunakan lingkungan (Schlossberg, 2004).
kursi roda atau sarana angkut yang didorong Krambeck (dalam Tanan, 2017)
oleh tenaga manusia selain sepeda. mengatakan bahwa walkability atau
kelayakan berjalan adalah interaksi antara
Fasilitas Pejalan Kaki fasilitas pejalan kaki dan dukungan
Walkability tidak terlepas dengan keseluruhan untuk lingkungan pejalan kaki.
fasilitas pejalan kaki, karena yang paling Tanan juga menambahkan bahwa berjalan
menentukan apakah suatu wilayah itu sebagai moda transportasi menjadi indikator
memiliki tingkat kenyamanan berjalan kaki penting dalam aksesibilitas dan penilaian
yang tinggi (walkable) adalah fasilitas liveable city.
pejalan kaki itu sendiri. Fasilitas pejalan
Walkable City
kaki adalah semua bangunan yang
Konsep walkable mungkin masih
disediakan untuk pejalan kaki guna
tergolong baru dan belum diketahui oleh
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki,
banyak orang, namun dapat ditelaah dari
sehingga dapat meningkatkan kelancaran,
pengertian itu sendiri. Walkable city
keamanan, kenyamanan serta keselamatan
(walkability) adalah salah satu gagasan
penggunanya. Fasilitas pejalan kaki
untuk menciptakan suatu kawasan yang
dibedakan menjadi (Tanan dalam Tanan,
ditunjang oleh fasilitas yang lengkap dan
2017):.
dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki.
a) Fasilitas utama, yakni berupa jalur Pengalaman berjalan kaki yang nyaman dan
pejalan kaki, misalnya trotoar dan menarik juga bisa berdampak positif dalam
penyebrangan baik sebidang maupun persepsi masyarakat mengenai sebuah kota,
tidak sebidang. karena kenyamanan bisa membuat gambaran
b) Fasilitas pendukung, berupa segala yang baik dan positif tentang suatu tempat.
sarana pendukung, misalnya: rambu, Mengembangkan dan membuat berjalan
marka, pengendali kecepatan, papan menarik melalui pengembangan aksesibilitas
informasi, lapak tunggu, lampu dan konektivitas pejalan kaki dapat
penerangan, pagar pengaman, mengoptimalkan kinerja trotoar dan
pelindung/peneduh, jalur hijau, tempat lingkungan pedestrian dimana bisa
duduk, tempat sampah, halte, meningkatkan daya tarik suatu kota.
drainase, bollard, dan lain sebagainya. Walkability menurut Land Transport
New, Pedestrian Planning and design guide
Pengertian Walkability (dalam Hafnizar, 2017) adalah suatu kondisi
Berjalan adalah transportasi yang yang menggambarkan sejauh mana suatu
bebas polusi dan terjangkau pada semua lingkungan dapat bersifat ramah terhadap

179
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

para pejalan kaki. Agar dapat mendukung menggunakan energi (kendaraan bermotor)
terciptanya lingkungan yang walkable, seperti jalan karena dapat meningkatkan
menurut Hafnizar (2017) terdapat empat hal mobilitas kota juga ekonomi perkotaan
yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Akses; 2) karena perpindahan manusia dan barang
Estetika; 3) Keselamatan dan keamanan, semakin efisien. Penelitian mengenai
dan; 4) Kenyamanan. Hafnizar juga walkability di perkotaan indonesia sangat
menambahkan adapun konsep untuk penting selain untuk mengembangkan kota
mendukung Walkable City antara lain: itu sendiri, negara juga akan dinilai lebih
Mixed use planning, Transportasi Umum berkembang dalam hal mewujudkan kota
dan Transite Oriented Development (TOD). yang layak huni.
Sedangkan menurut Ujang (2014) Leather et al. (2011) mengembangkan
terdapat lima belas elemen walkability pada GWI untuk kota-kota di Asia. Hasil dari
pedestrian/tempat berjalan kaki. Lima belas kerja mereka adalah daftar walkability index
elemen tersebut ialah: untuk beberapa kota di Asia. Penelitian oleh
1) Dekat dengan jalur kendaraan Leather et al. (dalam Tanan, 2017) yang
umum/halte bus (close to an mengkaji walkability di beberapa negara di
LRT/Bus/Taxi station) Asia, menggunakan parameter-parameter
2) Mudah untuk terhubung dengan yang dimodifikasi dari GWI. Parameter-
tujuan (Easy to connect with my parameter tersebut merupakan metode
destination) perolehan walkability index dari penelitian
3) Jalur trotoar yang jelas dan terarah Asian Development Bank (ADB) yang
(Directness of walkways/routes) memiliki perbedaan dengan GWI. GWI
4) Dekatnya jarak ke titik transit memasukkan jumlah pejalan kaki (dari hasil
(proximity to transit points) Pedestian count selama 15 menit) dan
5) Tersedianya rute alternatif panjang segmen jalan yang disurvei dalam
(Availability of alternative routes) perhitungan indeks, yang mengindikasi
6) Kelancaran jalur (Continuity of adanya pengaruh kedua faktor tersebut
walkways/routes) terhadap indeks. Berbeda dengan hal
7) Fasilitas pejalan kaki (Pedestrian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh
facilities) ADB tidak memasukkan dua faktor tersebut
8) Kondisi trotoar (Condition of dalam menghitung nilai indeks walau
pavement) sebenarnya dilakukan dalam survei. Suatu
9) Rambu jalur pejalan kaki (Walking segmen jalan dengan infrastruktur yang
routes signage) cukup dan lalu lintas pejalan kaki yang
10) Berjalan bebas hambatan (Walking sangat tinggi seharusnya tidak menerima
freely with less obstruction) peringkat lebih tinggi daripada segmen jalan
11) Rasa menyenangkan untuk berjalan dengan infrastruktur berkualitas tinggi
(Pleasantness of walking) dengan lalu lintas pejalan kaki yang rendah.
12) Daya tarik visual (Visual Tingkat penggunaan infrastruktur
attractiveness) pejalan kaki dengan sendirinya tidak boleh
13) Kenyamanan berjalan (Comfort of digunakan sebagai parameter untuk menilai
walking) walkability pada daerah tertentu, karena
14) Aman dari kejahatan (Safety of dirasa tidak adil pada daerah yang
crime) infrastruktur pejalan kaki-nya baik dengan
15) Aman dari gangguan arus lalu lintas tingkat penggunaan yang lebih rendah.
(Safety of traffic) Penghitungan jumlah pejalan kaki
digunakan dalam mengidentifikasi daerah-
Walkability di Perkotaan daerah prioritas yang membutuhkan
Untuk kota-kota di Indonesia, moda perbaikan (misalnya daerah dengan lalu
berjalan kaki belum diutamakan karena lintas pejalan kaki tinggi tetapi dengan
kurangnya fasilitas pejalan kaki (Wibowo, penilaian walkability rendah). Alasan yang
2015). Pemerintah cenderung fokus pada sama juga berlaku untuk jarak (Tanan,
pengembangan fasilitas transportasi yang 2017).

180
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada penelitian ADB tentang walkability


Parameter Penjelasan
1 Konflik jalur pejalan Tingkat konflik antara pejalan kaki dan mode lain di jalan,
kaki dengan moda seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil
transportasi lainnya
2 Ketersediaan jalur Kebutuhan, ketersediaan dan kondisi jalur berjalan.
pejalan kaki Parameter ini diubah dari parameter pemeliharaan dan
Kebersihan dalam GWI
3 Ketersediaan Ketersediaan dan panjang penyebrangan untuk menjelaskan
penyebrangan apakah pejalan kaki cenderung jaywalk ketika tidak ada
penyebrangan atau ketika penyebrangan terlalu jauh.
4 Keselamatan Arus lalu lintas moda lainnya saat melintasi jalan, waktu
penyebrangan yang dihabiskan menunggu dan menyeberang jalan dan
jumlah waktu yang diberikan kepada pejalan kaki untuk
menyeberang persimpangan dengan sinyal
5 Perilaku pengendara Perilaku pengendara terhadap pejalan kaki sebagai indikasi
kendaraan bermotor jenis lingkungan pejalan kaki
6 Amenities (kelengkapan Ketersediaan fasilitas pejalan kaki, seperti bangku, lampu
pendukung) jalan, toilet umum, dan pohon- pohon, yang sangat
meningkatkan daya tarik dan kenyamanan lingkungan
pejalan kaki, dan juga daerah sekitarnya
7 Infrastruktur penunjang Ketersediaan, posisi dan pemeliharaan infrastruktur untuk
kelompok penyandang penyandang cacat
cacat
8 Kendala/hambatan Adanya penghalang permanan dan sementara di jalur
pejalan kaki yang akan mengurangi lebar efektif jalur
pejalan kaki sehingga dapat menyebabkan
ketidaknyamanan bagi pejalan kaki
9 Keamanan dari Rasa aman yang umum terhadap kejahatan di jalan
kejahatan

METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mendapatkan sebuah data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara
ilmiah, maka data itu perlu di proses dengan
langkah-langkah atau metode penelitian
tertentu yang sesuai dengan hasil atau tujuan
yang akan dicapai. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Metode
deskriptif kuantitatif menurut Sugiyono,
(2003:14) ialah metode dimana memiliki
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Mapanget
data yang diperoleh dari sampel populasi Sumber: Penulis, 2019

penelitian, dianalisis sesuai dengan metode


statistik yang digunakan kemudian Batasan Masalah
diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan enam
parameter dari Sembilan parameter
Lokasi Penelitian walkability yang ada. Parameter walkability
Lokasi penelitian ini berada di yang digunakan yaitu; ketersediaan jalur
Kecamatan Mapanget. pejalan kaki, konflik jalur pejalan kaki

181
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

dengan moda transportasi lainnya, keamanan RR Ragu-Ragu 3


dari kejahatan, perilaku pengendara TS Tidak Setuju 2
kendaraan bermotor, amenities (kelengkapan
STS Sangat Tidak Setuju 1
pendukung), dan kendala/hambatan
Rating Scale dari penelitian ini adalah:
Jenis dan Sumber Data
10 – 20: merupakan Tidak Sangat
1. Data Primer.
Tidak Setuju
Data ini dilakukan melalui kegiatan
21 - 40 merupakan Tidak Setuju
wawancara terstruktur pada masyarakat
41 - 60 merupakan Ragu-ragu
di Kecamatan Mapanget untuk
61 - 80 merupakan Sering/Setuju
menanyakan bagaimana respon
81 - 100 merupakan Sangat Sangat
masyarakat terhadap walkability
Setuju
melalui enam parameter walkability
dari penelitian ADB. Kemudian, Dibawah ini merupakan contoh dari
dilakukan lagi dengan teknik observasi visualisasi rating scale yang dipakai
dimana peneliti melihat lokasi dalam penelirian.
penelitian untuk mengidentifikasi
fasilitas pedestrian yang ada.
2. Data Sekunder.
Data sekunder yang diambil dan
digunakan dalam penelitian ini
merupakan data yang didapat pada Gambar 2. Peta Contoh Rating Scale
Sumber: Penulis, 2019
jurnal literatur terdahulu dan artikel
ilmiah yang ada di internet dimana 2. Metode Slovin
berkaitan dengan judul penelitian. Metode slovin merupakan metode yang
digunakan dalam menentukan jumlah
Metode dan Teknik Analisis Data sampel kuesioner. Perhitungannya yaitu
Penelitian ini menggunakan
(Ryan., 2013):
wawancara terstruktur dan kuesioner dengan
metode penyebaran kuesioner cluster random n = N / (1 + (N  e²))
sampling, dimana jumlah sampel kuesioner
disesuaikan dengan populasi yang ada di Dimana : n = Jumlah Sampel
Kecamatan Mapanget, dan dipecah lagi per N= Jumlah Populasi
populasi di 10 Kelurahan yang ada sesuai e = Margin of error 10%
dengan rumus turunan Metode Slovin. Dengan menggunakan data BPS tahun
Pembagian kuesioner dilakukan secara acak, 2017 dimana jumlah penduduk
sedangkan wawancara terstruktur dilakukan Kecamatan Mapanget tahun 2016
didekat jalan utama disetiap Kelurahan yang
sebesar 51.660 jiwa, untuk margin of
ada di Kecamatan Mapanget dengan radius
error 10%, maka jumlah sampel
400 meter dari jalan utama.
kuesioner yang dibutuhkan yaitu:
1. Metode Likert
Metode likert merupakan metode yang n = 58806 / (1 + 58806  (0,1)2)
digunakan dalam penelitian ini dalam = 58806 / (1 + 588,06)
mengolah data kuesioner dengan = 58806 / 589,06
memberikan kelompok skala jawaban = 99,830 dibulatkan menjadi 100
dengan memiliki lima opsi, yaitu: Untuk menentukan jumlah kuesioner
Tabel 2. Nilai Skala Jawaban yang akan diberikan di setiap kelurahan
Skala
Keterangan Nilai
di Kecamatan Mapanget, penelitian ini
Jawaban menggunakan rumus dalam persamaan:
SS Sangat Setuju 5
S Sertuju 4
Jadi, jumlah kuesioner di setiap

182
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

kelurahan yang ada di Kecamatan


Mapanget yaitu:
 Kairagi Satu: 6
 Kairagi Dua: 18
 Paniki Bawah: 21
 Paniki Dua: 10
 Lapangan: 12
 Mapanget Barat: 9
 Kima Atas: 2 Gambar 5. Contoh Zebra Cross di Kecamatan Mapanget
Sumber: Penulis, 2019
 Bengkol: 2
 Buha: 16 Menurut Tanan (2017), walkability
 Paniki Satu: 4 secara umum mempunyai kulaitas jalur
pejalan kaki, konektivitas jaringan trotoar,
HASIL PENELITIAN keamanan, kepadatan dan aksesibilitas.
Walkability di Kecamatan Mapanget Semua hal itu dapat diindentifikasi langsung
Terdapat 3 jalur pedestrian yang ada di lokasi penelitian, dimana unsur-unsur
di Kecamatan Mapanget, yaitu trotoar, zebra yang diperoleh yakni:
cross, dan zona selamat sekolah (ZOSS). 1. Kualitas trotoar yang baik
2. Konektivitas jaringan pejalan kaki
3. Kepadatan dan aksesibilitas yang baik

Gambar 3. Unsur walkability secara umum di Kecamatan


Mapanget
Sumber: Penulis, 2019
Gambar 6. Zona Selamat Sekolah (ZOSS) di Kecamatan
Mapanget
Sumber: Penulis, 2019

Dari hasil data tersebut dapat


disimpulkan bahwa masyarakat setuju jika
mereka merasa nyaman untuk berjalan kaki
(walkable) di Kecamatan Mapanget dengan
rata-rata presentase walkability di
Kecamatan Mapanget adalah 72,4% dari
total nilai presentase 100%.

Gambar 4. Contoh Trotoar di Kecamatan Mapanget


Sumber: Penulis, 2019

Gambar 7. Nilai Presentase Parameter Walkability


Sumber: Penulis, 2019

183
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

2 Konflik Jalur Pejalan


Kaki dengan Moda 0,504 0,197 Reliabel
Transportasi Lainnya
3 Keamanan dari
Gambar 7. Nilai Presentase Walkability berdasarkan 0, 538 0,197 Reliabel
Kejahatan
Hasil Kuesioner
Sumber: Penulis, 2019 4 Perilaku Pengendara
0, 531 0,197 Reliabel
Kendaraan Bermotor
Uji Validitas 5 Amenities
Hasil uji validitas parameter (Kelengkapan 0,498 0,197 Reliabel

Walkability ternyata memiliki total skor Pendukung)


yang lebih besar dari r tabel, sebagaimana 6 Kendala/Hambatan 0,654 0,197 Reliabel

yang dirangkum pada tabel 3. Dengan


demikian dapat dikatakan bahwa keenam PENUTUP
pertanyaan yang diajukan pada responden Kesimpulan
memiliki korelasi signifikan untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
pengukuran walkability. telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Tabel 3. Hasil Uji Validitas walkability di Kecamatan Mapanget
Parameter berdasarkan teori urban walkability dapat
rxy rtabel Ket
Walkability dikatakan masih tergolong nyaman dengan
1 Ketersediaan Jalur presentase 72,4%. Pernyataan ini diperkuat
0,635 0,197 Valid
Pejalan Kaki dengan hasil uji statistik khususnya uji
2 Konflik Jalur Pejalan validitas dan realibilitas terhadap parameter-
Kaki dengan Moda 0,627 0,197 Valid parameter yang digunakan, dimana
Transportasi Lainnya parameter ketersediaan jalur pejalan kaki,
3 Keamanan dari konflik jalur pejalan kaki dengan moda
0, 539 0,197 Valid
Kejahatan transportasi lainnya, keamanan dari
4 Perilaku Pengendara kejahatan, perilaku pengendara kendaraan
0, 579 0,197 Valid
Kendaraan Bermotor bermotor, amenities (kelengkapan
5 Amenities pendukung), dan kendala/hambatan,
(Kelengkapan 0,691 0,197 Valid
memiliki korelasi signifikan, serta masing-
Pendukung)
masing parameter tersebut dinyatakan
6 Kendala/Hambatan 0,387 0,197 Valid
konsisten atau reliabel untuk pengukuran
walkability.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini
Saran
bertujuan untuk mengetahui apakah hasil
Untuk mengetahui tingkat
pengolahan data parameter walkability yang
kenyamanan pejalan kaki berdasarkan teori
data sudah reliabel atau konsisten.
urban walkability secara aktual maka
Hasil uji Reliabilitas pada 6 item
disarankan untuk untuk dapat dilakukan
kuesioner adalah 0,588. Hal ini
penelitian lanjut dengan menggunakan
menunjukkan bahwa keenam item parameter
semua kelengkapan parameter dalam teori
walkability yang digunakan dapat dikatakan
dimaksud.
reliabel atau konsisten karena Cronbach's
Alpha lebih besar dari r tabel (0,588 >
0,197).
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Adisasmita, H. R. (2005). Pembangunan
Parameter Ekonomi Perkotaan. Graha Ilmu.
α rtabel Ket Yogyakarta.
Walkability
1 Ketersediaan Jalur Adkins, A., Dill, J., Luhr, G., & Neal, M.
0,508 0,197 Reliabel
(2012). Unpacking walkability:
Pejalan Kaki
Testing the influence of urban design
features on perceptions of walking

184
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

environment attractiveness. Journal of Informatika, 1(1), 1-12.


Urban Design, 17(4), 499-510. Moudon, A. V., Lee, C., Cheadle, A. D.,
Black, J.A. 1981. Urban Transport Garvin, C., Johnson, D., Schmid, T.
Planning: Theory and Practice. L., ... & Lin, L. (2006). Operational
London: Cromm Helm. definitions of walkable neighborhood:
Bourne, Larry, S. 1971. Internal Structure of theoretical and empirical insights.
The City: Reading on Space and Journal of physical activity and
Environment. New York: Oxford health, 3(s1), S99-S117.
University Press. Mulley, C., Gebel, K., & Ding, D. (2017).
Hafnizar, Y., Izziah, I., & Saleh, S. M. Walking: Connecting Sustainable
(2017). Pengaruh Kenyamanan Transport with Health. Emerald
Terhadap Penerapan Konsep Group Publishing.
Walkable Di Kawasan Pusat Kota Ryan, T. (2013). Sample Size Determination
Lama. Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 271- and Power. John Wiley and Sons.
284. Sakinah, R., Kusuma, H. E., Tampubolon,
Hendarto, R. M. (1997). Teori A. C., & Prakarso, B. (2018). Kriteria
Perkembangan dan Pertumbuhan Jalur Pedestrian di Indonesia. Jurnal
Kota. Semarang: Makalah Diskusi Lingkungan Binaan Indonesia, 7(2),
Rutin Fakultas Ekonomi. 81-85.
Kaliongga, F. G., Kumurur, V. A., & Sarwono, J., Arikunto, M., & Arikunto, M.
Sembel, A. (2014). Kajian aspek S. (2006). Metode Penelitian.
kenyamanan jalur pedestrian Jl. Piere Kuantitatif Kualitatif.
Tendean di Kota Manado. SABUA, Schlossberg, M., & Brown, N. (2004).
6(2), 243-252. Comparing transit-oriented
Khisty, C. J. and Lall, B.K. 1998. development sites by walkability
Transportation Engineering an indicators. Transportation Research
Introduction edition 2. Englewood Record: Journal of the transportation
Cliffs. New Jersey: Prentice Hall, Inc. research board, (1887), 34-42.
Leather, J., Fabian, H., Gota, S., & Mejia, A. Sondakh, A. F. (2017). Metode Penilaian
(2011). Walkability and Pedestrian Walkability Permukiman di
Facilities in Asian Cities State and Perkotaan: Sebuah Kajian Literatur
Issues. Asian Development Bank. Sistematis. Journal RUAS, 15(1), 1-
Lefrandt, L., Sulistio, H., Wicaksono, A., 12.
Djakfar, L., & Otok, B. W. (2016). Tanan, N., Wibowo, S. S., & Tinumbia, N.
The Combination Of Importance (2017). Pengukuran Walkability Index
Performance Analysis And Structural Pada Ruas Jalan Di Kawasan
Equation Model For Modeling Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan,
Pedestrian Satisfaction In Manado. 34(2).
Journal of Theoretical & Applied Ujang, N., & Muslim, Z. (2014).
Information Technology, 90(2). Walkability and attachment to tourism
Limpong, Royke, Theo K. Sendow, and places in the city of Kuala Lumpur,
Freddy Jansen. "Pemodelan Fasilitas Malaysia. Athens journal of Tourism,
Arus Pejalan Kaki (Trotoar)." Jurnal 2(1), 53-65.
Sipil Statik 3.3 (2015). Wibowo, S. S. (2005). Modelling walking
Maryuliana, M., Subroto, I. M. I., & accessibility to public transport
Haviana, S. F. C. (2016). Sistem terminals (Doctoral dissertation).
Informasi Angket Pengukuran Skala Wibowo, S. S., Tanan, N., & Tinumbia, N.
Kebutuhan Materi Pembelajaran (2015). Walkability Measures for City
Tambahan Sebagai Pendukung Area in Indonesia (Case Study of
Pengambilan Keputusan Di Sekolah Bandung). Journal of the Eastern Asia
Menengah Atas Menggunakan Skala Society for Transportation Studies,
Likert. TRANSISTOR Elektro dan 11, 1507-1521.

185
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurnal Spasial Vol. 6 No.1, 2019
ISSN 2442-3262

Yunus, H. S. (2005). Manajemen kota:


perspektif spasial. Pustaka Pelajar.
Zulkifli, A. (2015). Pengelolaan Kota
Berkelanjutan. Graha Ilmu.

186
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota

Anda mungkin juga menyukai