Anda di halaman 1dari 9

Prinsip Pengembangan TOD di Kota

Dengan Keterbatasan Sistem Transit

Mohammad Jibril

Program Studi Rancang Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Abstrak
Pembangunan berkelanjutan adalah bagian dari impian masyarakat yang tinggal di perkotaan,
dan khususnya infrastruktur yang mendukung kegiatan di berbagai bidang seperti mobilitas dan
transportasi perkotaan harus “aman, nyaman, efisien, mudah dijangkau. Motto harus “ Dapat
Diakses ”. Permasalahan perkotaan mungkin timbul akibat tingginya penggunaan mobil pribadi
dibandingkan angkutan umum oleh masyarakat Indonesia. Perbaikan infrastruktur berkelanjutan
bertujuan untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi dengan memberikan alternatif lain, seperti
transportasi umum dan aktivitas transportasi tidak bermotor seperti berjalan kaki dan bersepeda.
Infrastruktur transportasi yang berkelanjutan tidak hanya mengurangi dampak ledakan terhadap
pengguna mobil pribadi, namun juga membantu meningkatkan kinerja perekonomian, yang dapat
terhambat oleh perencanaan tata ruang dan lalu lintas yang buruk. Untuk mengatasi faktor
permasalahan lalu lintas tersebut, konsep Transit Oriented Development (TOD) diusulkan sebagai
alternatif penataan ruang. Peraturan Menteri ATR BPN RI Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pusat Transportasi mewajibkan agar kawasan yang termasuk dalam sistem
transportasi dievaluasi untuk menentukan layanan mana yang dilaksanakan dan mana yang tidak
direkomendasikan. Penerapan konsep zona pembangunan berorientasi transit yang mulai
diperkenalkan di beberapa kawasan perkotaan di Indonesia merupakan salah satu cara untuk
mengatasi permasalahan transportasi perkotaan dan dapat menciptakan sistem transportasi yang
berkelanjutan. Konsep ruang berorientasi transportasi dapat diwujudkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berorientasi transportasi sesuai dengan standar minimal yang berlaku.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana prinsip TOD diterapkan sesuai
standar minimum TOD untuk mencapai transportasi berkelanjutan di Indonesia. Melalui delapan
variabel yaitu berjalan kaki, bersepeda, konektivitas, angkutan umum (transit), pencampuran,
kompresi, pemadatan, dan mobilitas.

Keywords: Transit Oriented Development (TOD), ekonomi, transportasi, Kawasan Berorientasi Transit,
Prinsip TOD dan Standar TOD

1. Pendahuluan Fokus transportasi umum mungkin di terminal


Secara umum perkembangan kawasan atau pelabuhan. Agar dukungan tersebut dapat
perkotaan dipengaruhi oleh lalu lintas, baik memberikan dampak positif bagi perkotaan,
melalui penggunaan mobil pribadi maupun maka kualitas fasilitas pendukung harus
angkutan umum. Meski mobil pribadi semakin memenuhi harapan perkotaan. Tujuan dari
populer di kalangan masyarakat, tidak dapat standar TOD adalah untuk memastikan setiap
dipungkiri bahwa transportasi umum juga orang mempunyai hak untuk mengakses tujuan
memegang peranan penting dalam mereka dengan aman dengan berjalan kaki atau
perkembangan kawasan perkotaan. bersepeda, dan untuk menggunakan transportasi
umum yang cepat dan sering untuk mencapai
tujuan mereka dengan mudah dan hemat biaya.
Contact Author: Mohammad Jibril, Yogyakarta
Tel: 0831XXXXXXXX Fax: - Standar TOD mendukung akses terhadap
e-mail: Blablabla@gmail.com peluang, pendidikan, fasilitas, dan semua

1
sumber daya yang tersedia melalui berbagai positif terhadap nilai real estate di sekitar
pilihan mobilitas gratis dan berbiaya rendah. stasiun transit. Hal ini menciptakan insentif
ekonomi bagi pengembang dan masyarakat
Manfaat penelitian ini adalah memberikan lokal untuk membantu mengubah kawasan
wawasan mengenai infrastruktur pendukung tersebut menjadi pusat transportasi.
apa saja yang dilaksanakan, apa yang belum
dilaksanakan, dan infrastruktur apa saja yang Dengan latar belakang ini, konsep
perlu dilaksanakan. pembangunan berorientasi transit menjadi
semakin penting sebagai pendekatan yang dapat
1.1. Latar Belakang Masalah mengatasi tantangan perkotaan secara
a. Urbanisasi yang pesat komprehensif dan berkelanjutan.
Kota-kota di seluruh dunia menghadapi
urbanisasi yang pesat karena pertumbuhan 1.2. Tujuan Penelitian
penduduk yang signifikan. Penyebab utama a. Mengevaluasi Implementasi TOD :
urbanisasi ini diperkirakan adalah perpindahan  Mengetahui seberapa baik konsep
penduduk dari pedesaan ke perkotaan untuk Pembangunan berorientasi transit
mencari pekerjaan dan kesempatan hidup yang diterapkan di kota atau wilayah
lebih baik. Akibatnya, perkotaan mengalami tertentu
peningkatan kepadatan penduduk dan  Mengevaluasi keberhasilan dana
kebutuhan akan infrastruktur perkotaan yang kendala yang dihadapi dalam proses
lebih baik. penerapan TOD
b. Masalah Lalu Lintas b. Menganalisis Dampak pada Mobilitas :
Meningkatnya populasi perkotaan sering kali  Mengkaji perubahan pola mobilitas
menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan masyarakat pasca penerapan TOD,
pribadi, yang dapat mengakibatkan kemacetan termasuk peningkatan penggunaan
lalu lintas, polusi udara, dan masalah mobilitas transportasi umum.
lainnya. Sistem transportasi tradisional  Menganalisa waktu perjalanan,
seringkali tidak mampu menangani lonjakan frekuensi perjalanan dan efisiensi
permintaan ini secara efisien. sistem angkutan massal dari perspektif
c. Perubahan Iklim dan Keberlanjutan TOD.
Penggunaan transportasi pribadi yang tidak c. Menganalisis Dampak pada
berkelanjutan dan model pembangunan daerah Pengembangan Wilayah :
tradisional dapat berdampak negatif terhadap  Mengamati perubahan pola
lingkungan. Hal ini termasuk peningkatan emisi penggunaan lahan dan peningkatan
gas rumah kaca, yang dapat menyebabkan kepadatan Pembangunan di sekitar
pemanasan global dan berkurangnya ruang stasiun transit
hijau perkotaan.  Menganalisis dampak penerapan TOD
d. Mendukung transportasi massal terhadap nilai real estate di wilayah
Ada kebutuhan yang semakin besar untuk sekitar transit.
mendukung dan mempromosikan penggunaan
transportasi massal sebagai solusi
berkelanjutan. Transportasi umum seperti kereta d. Menilai Keterlibatan Pemangku
bawah tanah, bus ekspres, dan kereta api Kepentingan :
merupakan alternatif yang efisien dan ramah  Menilai Tingkat keterlibatan dan
lingkungan dibandingkan mobil pribadi. dukungan dari pemangku kepentingan
seperti Pemerintah, Pengembang,
Masyarakat Lokal dan Perusahaan
e. Peningkatan nilai real estate Transportasi.
Berdasarkan pengalaman kota-kota lain,  Menilai keterlibatan pemangku
penerapan TOD dapat memberikan dampak kepentingan sebagai faktor penentu

2
keberhasilan penerapan TOD. merupakan suatu pendekatan dalam
e. Menyusun Panduan Implementasi pengembangan kota dengan konsep
TOD : memadukan desain ruang kota yang bertujuan
 Membuat pedoman dan rekomendasi untuk mengintegrasikan orang, kegiatan,
berdasarkan penelitian untuk bangunan, dan publik space yang dihubungkan
membantu kota lain menerapkan dengan jalur pedestrian dan jalur sepeda serta
konsep TOD. terjangkau oleh pelayanan angkutan umum ke
 Menyusun rekomendasi kebijakan seluruh kota-kota (ITDP, 2017).
yang dapat meningkatkan efektivitas Konsep Transit Oriented Development
penerapan TOD. (TOD) dilatarbelakangi dengan pemikiran
f. Menilai Keberlanjutan : bahwa titik-titik transit (halte, terminal, stasiun,
 Menilai dampak penerapan TOD dan sebagainya) tidak hanya berfungsi sebagai
terhadap kelestarian lingkungan, tempat untuk menaikkan dan menurunkan
termasuk pengurangan gas emisi penumpang, namun titik-titik transit tersebut
rumah kaca dan berkontribusi terhadap juga dapat berfungsi sebagai tempat
tujuan Pembangunan berkelanjutan. berlangsungnya aktivitas perkotaan
 Mengevaluasi keberlanjutan finansial (permukiman, perdagangan dan jasa,
proyek TOD. perkantoran, pendidikan, dan lainnya)
g. Mengevaluasi Kepuasan Pengguna : (Handayeni, 2014).
 Melakukan survey atau studi untuk Konsep TOD juga diawali dengan
menilai kepuasan pengguna terhadap konsep aktivitas pergerakan manusia, di mana
sistem anggkutan masal terkait TOD. pergerakan sebagai salah satu aktivitas yang
 Mengidentifikasi aspek yang perlu paling banyak dilakukan oleh manusia untuk
ditingkatkan atau disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dengan
memenuhi kebbutuhan pengguna. moda transportasi, kendaraan pribadi maupun
h. Menganalisa Adaptabilitas pada Konteks berjalan kaki.
Lokal :
 Menganalisa sejauh mana konsep TOD
dapat diadaptasi dan diterapkan dalam
konteks regional atau perkotaan
Pergerakan tersebut kemudian diwadahi
tertentu.
dengan penempatan pusat-pusat aktivitas yang
terintegrasi dengan titik-titik transit, sehingga
 Mengidentifikasi faktor-faktor kunci
diharapkan dapat meningkatkan pengguna
yang mempengaruhi keberhasilan
sistem transit (transit ridership) dan mengurangi
penerapan TOD di berbagai konteks
penggunaan kendaraan pribadi (Handayeni &
local.
Ariastita, 2014).
2. Kajian Pustaka
b. Prinsip Dasar TOD
2.1. Konsep Transit Oriented Development Prinsip dasar Transit Oriented
a. Defenisi TOD Development (TOD) bertujuan untuk
Transit Oriented Development (TOD) menciptakan lingkungan perkotaan yang
merupakan konsep pengembangan atau berkelanjutan dan ramah lingkungan, dengan
pembangunan kota yang memaksimalkan fokus pada angkutan massal. Berikut beberapa
penggunaan lahan yang bercampur dan contoh prinsip dasar TOD :
terintegrasi dengan mempromosikan gaya hidup  Walkability
yang sehat (berjalan kaki dan bersepeda) dan 1. Infrastruktur pejalan kaki aman, lengkap
penggunaan angkutan umum massal (TOD dan dapat diakses oleh semua;
guidebook, 2006) 2. Infrastruktur pejalan kaki aktif dan
Transit Oriented Development (TOD) hidup;

Magister Rancang Kota 4th (MRK 2023), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3. Infrastruktur pejalan kaki nyaman dan 3. Peningkatan penggunaan transportasi
terjaga temperaturnya. masal;
 Bersepeda (Cycle) 4. Integrasi moda transportasi;
1. Jaringan infrastruktur bersepeda tersedia 5. Pengurangan kemacetan lalu lintas;
lengkap dan aman; 6. Efisiensi waktu perjalanan;
2. Parkir sepeda dan lokasi penyimpanan 7. Peningkatan pejalan kaki dan pengguna
tersedia dalam jumlah cukup dan aman. sepeda;
 Menghubungkan (Connect) 8. Dukungan untuk mode transportasi
1. Rute berjalan kaki dan bersepeda berkelanjutan;
pendek, langsung dan bervariasi; 9. Pengurangan jarak temput.
2. Rute berjalan kaki dan bersepeda lebih Hubungan antara TOD dan mobilitas
pendek daripada rute kendaraan. menciptakan suatu lingkungan perkotaan yang
 Angkutan Umum (Transit) lebih efisien, berkelanjutan, dan dapat diakses
1. Angkutan umum berkualitas tinggi dapat oleh berbagai lapisan masyarakat.
diakses dengan berjalan kaki
(Persyaratan TOD).
 Pembauran (Mix)
1. Kesempatan dan jasa berada pada jarak
berjalan kaki yang pendek dari tempat
Dimana orang tinggal dan bekerja, dan Table 1. Variabel/Indikator TOD.
ruang publik aktif untuk waktu yang Sumber Variabel / Indikator
lama; Public
2. Demografi dan Tingkat pendapatan yang Transportation
beragam ada pada kalangan penduduk Station (Terminal
setempat. Transportasi)
 Memadatkan (Densify) Public Uses / Space
1. Kepadatan permukiman dan pekerjaan Calthrope (1993) (Ruang Publik)
mendukung angkutan berkualitas tinggi, Core Commercial
pelayanan lokal dan aktivitas ruang (Pusat Area
publik. Komersil)
 Merapatkan (Compact) Secondary Area
1. Pembangunan terjadi di dalam atau di (Area Sekunder)
sebelah area perkotaan yang sudah ada; Density (Kepadatan)
2. Perjalanan dalam kota yang nyaman. Diversity
 Beralih (Shift) Cervero (1997) (Keberagaman)
1. Pengurangan lahan yang digunakan Design (Desain
untuk kendaraan bermotor. Kawasan)
Walk (Berjalan Kaki)
Sumber : TOD Standard 3.0 Cycle (Bersepeda)
Connect
2.2. Hubungan antara TOD dan Mobilitas (Berhubungan)
Pembangunan berorientasi transit (TOD) erat ITPD (Institute For
Transit (Angkutan
kaitannya dengan mobilitas, karena bertujuan Transportation and
Umum)
untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan Development
Mix (Bercampur)
sistem transportasi di suatu wilayah. Berikut Policy); 2014
Densify
beberapa aspek hubungan TOD dan mobilitas :
(Memadatkan)
1. Pengurangan penggunaan kendaraan
pribadi; Compact (Kompak)
2. Aksesibilitas yang meningkat; Shift (Beralih)
Sumber Penulis, 2023

4
mengalami kemacetan akibat mobilitas
3. Metode penduduk yang tinggi. ( Arsyad & Handayeni,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini 2018). Kota Jakarta merupakan salah satu dari
adalah teknik kualitatif. Metode kualitatif kota metropolitan yang mengalami
merupakan prosedur penelitian yang pertumbuhan penduduk signifikan setiap tahun
menghasilkan data deskriptif berbentuk (BPS, 2017). Jakarta merupakan pusat kegiatan
tulisan/lisan tentang orang atau perilaku yang perekonomian dan kota dengan pusat
dapat diamati dengan menggunakan pendekatan pemerintahan serta pergerakan penduduk yang
deduktif. tinggi. Saat menjalankan tugas, masyarakat
memiliki dua preferensi dalam memilih moda
Cara pengumpulan datanya melalui wawancara transportasi. Moda transportasi yang digunakan
dan observasi (penelitian lapangan), yaitu antara lain angkutan pribadi dan angkutan
dengan mendatangi langsung lokasi sasaran umum.
penelitian untuk memperoleh informasi dan
data yang diperlukan untuk menjawab Di sisi lain, warga DKI Jakarta lebih memilih
pertanyaan penelitian. Metode pengumpulan mobil pribadi sehingga menimbulkan
data dibagi menjadi berikut : permasalahan lalu lintas seperti kemacetan lalu
lintas dan pencemaran udara (BPS, 2016).
a. Tinjauan Pustaka Permasalahan kemacetan lalu lintas dapat
Tinjauan Pustaka adalah uraian atau diminimalisir dengan mengalihkan penggunaan
penjelasan mengenai pustaka yang berkaitan dengan mobil pribadi ke angkutan umum yang dikenal
bidang atau topik tertentu , seperti yang terdapat dalam dengan Transit Oriented Development (TOD).
buku akademik atau artikel jurnal. Konsep pembangunan berorientasi transit di
b. Tinjauan Lapangan Penelitian Jakarta dituangkan dalam rancangan RTRW
Tinjauan Lapangan Penelitian lapangan Provinsi DKI Jakarta tahun 2030. Dalam
biasanya dilakukan untuk menentukan arah peraturan daerah disebutkan bahwa TOD atau
penelitian yang harus dilakukan berdasarkan pembangunan berorientasi transit adalah
situasi. kawasan yang mengintegrasikan berbagai
fungsi kegiatan perkotaan dan fungsi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian konektivitas antar daerah dengan konsep sistem
ini adalah :
a. Pemilihan Data
pusat kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan
Pemilahan data merupakan suatu bentuk tersebut.(Alvinsyah, 2016)
analisis yang mempertajam, mengkategorikan,
mengarahkan, memangkas, dan Beberapa wilayah di wilayah DKI Jakarta yang
mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik direncanakan pembangunannya menerapkan
kesimpulan akhir. konsep TOD. Wilayah tersebut antara lain
b. Penyajian Data wilayah Duku Atas, Manggarai, Halmoni,
Penyajian data dapat berbentuk table Senen, Blok M, dan Grogol (Siregar, 2015).
frekuensi, diagram, table dan bagan. Kawasan-kawasan ini direncanakan sebagai
stasiun kereta api terpadu dan titik perpindahan
Analisis penerapan TOD dilakukan dengan melihat berbagai moda transportasi. Sistem infrastruktur
studi kasus sesuai dengan review literatur yang TOD DKI Jakarta akan dikembangkan dengan
dilakukan, berikut merupakan hasilnya : pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan raya,
3.1. Kota Jakarta
ruang tunggu angkutan jalan massal dan
Sektor transportasi perkotaan menghadapi terminal/stasiun antarmoda yang terletak pada
berbagai tantangan yang disebabkan oleh terminal angkutan jalan umum, serta akan
pertumbuhan penduduk, dimana sekitar dua terintegrasi dengan pengembangan properti
pertiga penduduknya tinggal di wilayah disekitarnya.(Alvinsyah, 2016)
perkotaan dan aktivitasnya diperkirakan akan
berlangsung di wilayah yang kemungkinan akan 3.1.1 Aspek Transit Oriented Development

Magister Rancang Kota 4th (MRK 2023), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(TOD) (kolektor), adanya jalur difabel, PJU,
Penerapan TOD pada kawasan transit zebracross, kanopi, pohon peneduh, dan waktu
di kota Jakarta dapat dilihat pada grafik berikut tempuh 10 menit dengan berjalan kaki.

Pada kondisi eksisting, kawasan transit Blok M


memiliki ketersediaan jalur pedestrian dengan
prosentase 68,8%, adanya jalur difabel, lebar
jalur pedestrian sebesar 2,275m (arter) dan
2,2m (kolektor) serta konektivitas dan jarak
tempuh kawasan transit ke pusat kegiatan
selama 10,26 menit. Pada variabel transit
memiliki indikator tersedianya angkutan umum
yang berkualitas dan dapat diakses dengan
berjalan kaki. Kota Jakarta pada kondisi
eksisting sudah memiliki berbagai macam moda
tranportasi umum berupa KRL, BRT/Busway,
Trans Jakarta dan MRT.

Penerapan konsep TOD di sekitar titik transit di


Kota Jakarta, khususnya Blok M didominasi
oleh variabel density (kepadatan kawasan) dan
Gambar 1. Bagan Penerapan TOD di Kota Jakarta
Sumber : Jurnal PENERAPAN TRANSIT ORIENTED transit (angkutan umum), untuk selengkapnya
DEVELOPMENT (TOD) SEBAGAI UPAYA dapat dilihat pada gambar berikut
MEWUJUDKAN TRANSPORTASI YANG
BERKELANJUTAN, 2019

Variabel diversity (keberagaman) dalam


penerapan TOD di Kota Jakarta memiliki
indikator yaitu prosentase land use dengan
proporsi residensial 20% dan 80% non
residensial serta minimal terdapat 4 jenis
aktivitas. Pada kondisi eksisting kawasan transit
di Kota Jakarta terdapat 4-6 jenis aktivitas
dengan proporsi residensial 54% dan non
residensial 46%. Variabel density (kepadatan)
kawasan dengan indikator intensitas
pemanfaatan lahan KDB ≥70% KLB min 2.0, Gambar 2. Diagram Persentase Variabel TOD di Kota
Jakarta
kepadatan bangunan 40 bangunan/ha serta Sumber : Jurnal PENERAPAN TRANSIT ORIENTED
kepadatan pekerjaan 400 jobs/ha. Kawasan DEVELOPMENT (TOD) SEBAGAI UPAYA
transit Blok M di Kota Jakarta memiliki KDB MEWUJUDKAN TRANSPORTASI YANG
63,7% dengan KLB 1,83, kepadatan bangunan BERKELANJUTAN, 2019
25 bangunan/ha serta kepadatan pekerjaan 910
jobs/ha. Kota Jakarta pada kondisi eksisting memiliki
kepadatan horizontal yang tinggi belum
Variabel design (desain) kawasan memiliki mengembangkan kepadatan vertikal namun
indikator yang bertujuan untuk melihat kualitas pada pembangunannya terus mengalami
dan kuantitas jalur pedestrian dengan adanya improvisasi selain itu Kota Jakarta juga
jalur pedestrian sebesar 100%, lebar jalur memiliki banyak titik transit berupa stasiun dan
pedestrian minimal 1,8m (arteri) dan 1,2m stasiun dengan berbagai macam moda
transportasi yang melayaninya, yaitu KRT,

6
BRT/Busway, Trans Jakarta serta MRT penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki
sehingga konsep TOD pada kawasan semakin dan sepeda dianggap hal yang mewah.
terpenuhi. 4. Implementasi Transit Oriented
Pada variabel diversity (keberagaman Development
penggunaan lahan) dan design (desain kawasan)
pemerintah setempat juga terus melakukan 4.1. Perencanaan Infrastruktur Transportasi
perubahan yang positif karena TOD juga a. Pembangunan terminal transportasi
merupakan salah satu program pemerintah yang angkutan umum
tercantum dalam RTRW DKI Jakarta sehingga b. Integrasi moda transportasi
kawasan transit di Kota Jakarta sendiri menjadi
semakin ideal. 4.2. Zonasi dan Pengembangan Wilayah
a. Peningkatan keragaman fungsi wilayah
3.2. Tantangan Pengembangan TOD di sekitar terminal
Penerapan konsep Transit Oriented b. Dukungan kebijakan bagi
Development (TOD) pada beberapa kasus pengembangan property berorientasi
memiliki kekurangan atau tantangan dalam transit
pengembangannya, berikut merupakan
tantangan dalam penerapan pengembangan 5. Dampak pada Mobilitas dan
TOD pada kasus di Kota Jakarta : Pengembangan Wilayah

1. Kemudahan dalam kredit kendaraan di 5.1. Analisis Data Mobilitas


perkotaan menyebabkan pertumbuhan a. Perbandingan penggunaan transportasi
jumlah kendaraan pribadi yang terus umum sebelum dan sesudah TOD.
meningkat; b. Evaluasi waktu perjalanan dan
2. Lansekap kawasan pengembangan kepadatan transportasi
TOD sebagian besar telah dipadati oleh
permukiman. Perlu diadakan re- 5.2. Peningkatan Nilai Properti
planning atau perencanaan kembali a. Dampak perubahan penggunaan tanah
terkait perubahan penggunaan lahan terhadap nilai properti
dan kepadatan di sekitar kawasan b. Respon pasar terhadap Pembangunan
transit yang memungkinkan adanya berorientasi transit
sengketa dari pemilik lahan dan
bangunan pada lahan yang terkena 6. Panduan untuk Penerapan TOD di
perubahan ; Kota Lain
3. Pemahaman pengembangan TOD
masih berorientasi pada pembangunan 6.1. Faktor Kunci untuk Keberhasilan
real estate atau hunian untuk kalangan a. Keterlibatan penuh pemangku
elit bukan terkait konektivitas antar kepentingan
aktivitas; b. Konsistensi kebijakan dan perencanaan
4. Pola perancangan kawasan masih
menggunakan sistem zonasi yang 6.2. Adaptabilitas pada Konteks Lokal
memisahkan kawasan hunian, a. Penyesuaian konsep TOD dengan
komersial, industri membuat karakteristik unik setiap kota
masyarakat berjalan lebih jauh b. Fleksibilitas dalam penerapan strategi
sehingga tidak ada ketertarikan untuk TOD
berjalan kaki;
5. Besarnya biaya transportasi bagi
orang-orang yang tinggal di Jakarta
maupun sekitar Jakarta;
6. Mahalnya lahan perkotaan, sehingga

Magister Rancang Kota 4th (MRK 2023), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
7. Kesimpulan dan Saran Saran yang dapat diberikan terkait penerapan
TOD dalam upaya mencapai transportasi
7.1. Kesimpulan berkelanjutan yang diinginkan pemerintah dan
Transit Oriented Development (TOD) masyarakat. Adalah sebagai berikut :
merupakan suatu konsep yang diciptakan untuk
mengurangi kemacetan yang dapat memberikan  Bagi Pemerintah
landasan ekonomi, ekologi dan sosial untuk a. Pemerintah akan melaksanakan kampanye
pembangunan regional (Calthorpe, 1993). hubungan masyarakat yang tepat sasaran dan
Landasan ekonomi, ekologi dan sosial tersebut efisien untuk menggunakan transportasi
berkaitan dengan indikator transportasi umum guna mengurangi kemacetan,
mengurangi dampaknya terhadap lingkungan
berkelanjutan yang juga merupakan tujuan dari
dan perekonomian lokal dan dengan demikian
konsep TOD. Berdasarkan beberapa teori-teori memungkinkan terjadinya transportasi
menurut Calthorpe (1993), Cervero (1997), berkelanjutan;
ITDP (2014) terkait variabel konsep TOD yaitu b. Pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan,
tersedianya terminal/stasiun, ruang publik/ruang intensitas lahan dan desain lahan yang
terbuka, pusat perdagangan, pusat permukiman diperlukan;
dan fasilitas umum, density (kepadatan), c. Jenis penggunaan lahan non-perumahan
diversity (keberagaman), design (desain), dan pusat kota harus ditingkatkan untuk
berjalan kaki, bersepeda, saling terhubung, menyediakan akses jalan kaki yang
angkutan umum, percampuran penggunaan mudah;
lahan, memadatkan, kekompakan kawasan, dan d. Perlu peningkatan intensitas penggunaan
beralih atau beralihnya perilaku masyarakat lahan vertikal dan terintegrasi;
dalam berkendara menjadi berjalan kaki. e. Perlu adanya peningkatan kualitas dan
Berdasarkan teori-teori yang ada, variabel yang kuantitas jalur pejalan kaki yang aman
digunakan dalam penelitian ini merupakan dan nyaman serta jalur akses
variabel yang dicetuskan oleh Cervero (1997) penyandang disabilitas dengan peralatan
yaitu Density, Diversity dan Design dan ITDP pendukungnya;
(2014) Transit (angkutan umum) karena f. Peningkatan kualitas transportasi umum
variabel tersebut sudah menggambarkan seluruh perlu dilakukan agar masyarakat mau
prinsip utama dalam penerapan TOD secara menggunakannya dengan nyaman;
lebih singkat. g. Pengurangan fasilitas yang
memperbolehkan penggunaan
Berdasarkan variabel-variabel yang ditemukan kendaraan pribadi seperti: Kenaikan
dan ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa tarif parkir atau pajak kendaraan.
Kota Jakarta variabel kepadatan (kepadatan
kawasan) dan angkutan umum ( angkutan  Bagi Masyarakat
umum) lebih dominan. Pada studi kasus a. Mulai bertransisi menggunakan angkutan
terdapat perbedaan antara indikator teoritis dan umum yang disediakan pemerintah untuk
indikator studi kasus, dan masing-masing mengurangi kemacetan, permasalahan
lingkungan hidup dan perekonomian
indikator pada studi kasus juga mempunyai masyarakat terkait biaya transportasi;
parameter yang berbeda. Meskipun dapat b. Berjalan kaki atau bersepeda mulai menjadi
disimpulkan telah terjadi penyesuaian teori pilihan untuk menjadikan lingkungan lebih
penerapan TOD di Indonesia, namun terdapat asri;
perbedaan antar daerah karena indikator c. Masyarakat secara aktif bekerja sama
penerapan TOD juga disesuaikan dengan dengan pemerintah untuk memantau dan
karakteristik dan kebijakan daerah lain. menjaga kawasan tersebut agar kualitas
kawasan lebih terjaga dan terjaga.
d.
7.1. Saran
References

8
1) Peraturan Menteri ATR/BPN No. 16 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit
2) ITDP (2017), TOD Standard 3.0
3) Alvinsyah. (2018). Penerapan Konsep TOD Sebagai Instrumen
Penguatan Jaringan Angkutan Massal Perkotaan. Working paper
IUTRI 04, Februari 2016
4) Arsyad, M. A., & Handayeni, K. D. (2018). Pengukuran Kesesuaian
Kawasan Transit Blok M Terhadap Kriteria Konsep TOD. Jurnal
Teknik ITS Vol.7 No.1, 2337-3420
5) BPS. (2017). Jakarta dalam Angka 2016. DKI Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2016
6) BPS. (2016). Statistik Transportasi DKI Jakarta 2015-2016. DKI
Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2016
7) Brotodewo, N. (2010). Penilaian Indikator Transportasi
Berkelanjutan Pada Kawasan Metropolitan di Indonesia. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.21 No.3, Desember, 165-182.
8) Calthorpe, P. (1993). The Next American Metropolis: Ecology,
Community and The American Dreams. New York: Pricento
Architectural Press.
9) Cervero, R. (2004). Transit Oriented Development in The United
States: Experiences, Challenges, and Prospects. TCRP Report,
Washington: Transportation Research Board, 102.
10) Policy, I. f. (2014). TOD Standard. Retrieved from ITDP:
https://www.itdp.org/wp- content/uploads/2014/03/The-TOD-
Standard-2.1.pdf
11) Qodriyatun, S. N. (2012). Saatnya Beralih ke Sistem Transportasi
Berkelanjutan. Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial Vol.IV,
No.16/II/P3DI/Agustus, 9-12.
12) Siregar, Deliani Poetriayu. (2015). Perencanaan Transit Oriented
Development (TOD) Di Jakarta Pusat. Jurnal Arsitektur dan
Perencanaan Vol.7 No.2 April 2014, 51-71
13) Tamin, O. (2007). Menuju Terciptakanya Sistem Transportasi
Berkelanjutan di Kota-Kota Besar di Indonesia. Jurnal Transportasi
Vol.7 No.2 Desember, 87-104.

Magister Rancang Kota 4th (MRK 2023), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai