Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI DAN PRINSIP PERENCANAAN

“Kota Transit Oriented Development (TOD)”

Disusun oleh:
Anggota Kelompok 5A:
Muhammad Ghazi Ghifari S (D101221003)

Ash Shafaat Graha Putra (D101221007)

Faradilla (D101221023)

Ade Saniyyah (D101221027)

Aisha Sharfin Rafa (D101221029)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat, nikmat, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kota Transit Oriented Development
(TOD)” sebagai persyaratan memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Teori dan Prinsip Perencanaan sesuai harapan dan tepat pada waktunya.
Penulis mengharapkan karya tulis ini akan menambah wawasan dan
pengalaman bagi masyarakat.

Selesainya karya tulis ini tentunya tidak terlepas dari bantuan semua pihak
yang turut memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dari awal
pembuatan makalah hingga selesainya karya tulis, penulis ucapkan banyak
terima kasih. Tidak lupa juga, terima kasih pada anggota kelompok atas kerja
samanya yang telah berjuang dan saling memberikan saran serta kritik
sehingga makalah dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan


karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan walaupun segenap tenaga dan pikiran telah
tersalurkan. Segala kekurangan yang ada dikarenakan keterbatasan yang
peneliti miliki. Oleh karena itu, segala masukan, kritik, dan saran yang bersifat
membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan pada penulisan
selanjutnya.

Makassar, 16 September 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transit Oriented Development (TOD) adalah suatu pendekatan dalam


perencanaan perkotaan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
berfokus pada transportasi umum, terutama sistem kereta api, bus cepat,
atau sistem transit lainnya.

Pertumbuhan suatu wilayah di Indonesia yang semakin pesat bisa berdampak


terhadap meningkatnya jarak dan waktu perjalanan dalam melakukan
kegiatan atau aktivitas seharihari (Octarino, 2016). Sebagian besar
masyarakat di Indonesia masih gemar menggunakan kendaraan pribadi
dibandingkan menggunakan moda transportasi umum. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang
memadati jalan terutama pada kota-kota yang padat penduduk. Beberapa
wilayah perkotaan di Indonesia mulai mengadopsi konsep kawasan berbasis
TOD sebagai salah satu metode untuk mengatasi permasalahan transportasi
perkotaan.

Pentingnya implementasi TOD dalam perencanaan perkotaan karena dapat


meningkatkan aksesibilitas transportasi umum, TOD bertujuan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap transportasi publik, sehingga
dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan kemacetan lalu lintas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini dapat


dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja karakteristik Transit Oriented Development (TOD)?

2. Bagaimana prinsip Transit Oriented Development (TOD)?

3. Apa manfaat diterapkannya pendekatan Transit Oriented Development


(TOD)?
4. Apa saja tantangan yang bisa terjadi dalam penerapan Transit Oriented
Development (TOD)?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, kami memiliki beberapa tujuan


disusunnya makalah di antaranya ialah:

1. Untuk mendeskripsikan apa saja karakteristik Transit Oriented


Development (TOD)
2. Untuk menjelaskan apa saja prinsip terkait Transit Oriented
Development (TOD)
3. Untuk mengetahui manfaat dari diterapkannya Transit Oriented
Development (TOD)
4. Menjelaskan tantangan yang dapat terjadi dalam penerapan Transit
Oriented Development (TOD)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2017, pengembangan Kawasan
Berorientasi Transit atau Transit Oriented Development yang selanjutnya
disingkat TOD adalah konsep pengembangan kawasan di dalam dan di
sekitar simpul transit agar bernilai tambah yang menitikberatkan pada
integrasi antar jaringan angkutan umum massal, dan antara jaringan
angkutan umum massal dengan jaringan moda transportasi tidak bermotor,
serta pengurangan penggunaan kendaraan bermotor yang disertai
pengembangan kawasan campuran dan padat dengan intensitas
pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi.

TOD menurut Metropolitan Atlanta Rapid Transit Authority (MARTA) (2010)


adalah pembangunan di sekitar stasiun transit yang compact, vibrant, ramah
bagi pejalan kaki dan berintegrasi pada transit. Konsep TOD bertujuan untuk
memberikan sebuah alternatif dan pemecahan masalah bagi pertumbuhan
metropolitan yang cenderung memiliki pembangunan berorientasi.

Pengembangan kota berbasis TOD merupakan pola pembangunan terpadu


yang terintegrasi pada sistem transportasi agar terciptanya kota yang
beroperasi secara efisien. TOD dikembangkan di akhir 1980 oleh Peter
Calthorpe. Peter memperkenalkan konsep pedestrian pocket. Adapun
pedestrian pocket merujuk pada akses jalan yang dikhususkan untuk para
pejalan kaki yang bertujuan untuk memudahkan jangkauan penduduk ke
berbagai fasilitas dan layanan tanpa bergantung pada penggunaan
kendaraan pribadi.

TOD telah didefinisikan secara umum sebagai komunitas dengan tata ruang
campuran yang mendorong serta memusatkan aktivitas masyarakat di
fasilitas transit. Konsep dirancang dengan memadukan area perumahan yang
berkepadatan sedang sampai tinggi dengan perkantoran, perdagangan, jasa,
hingga ruang publik di dalam sebuah pengembangan campuran (mixed–use)
sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan
berjalan kaki, sepeda, maupun moda transportasi umum.

B. Karakteristik Kota TOD

TOD merupakan konsep yang diciptakan untuk mengubah kota menjadi


berkelanjutan, ramah lingkungan dan nyaman bagi penduduknya. TOD dapat
dianggap sebagai evolusi dari konsep yang telah ada sebelumnya, yaitu
konsep Twin Cities Rapid Transit (TCRT) oleh Thomas Lowry pada tahun
1891 mengutamakan sistem transit dalam suatu perkembangan real estate.
Namun TOD dikembangkan dengan memusatkan aktivitas masyarakat di
fasilitas transit.

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh kota TOD yang dikemukakan oleh
Peter Calthorpe (1992) dalam Taolin (2008) karakteristik fisik TOD ada 5 yaitu:

1. Kriteria Umum, bangunan harus memiliki akses langsung ke jalan dengan


entrance, balkon, serambi, untuk menciptakan lingkungan yang ramah
pejalan kaki, intensitas, orientasi dan bangunan harus mendukung
komersial yang aktif, mendukung penggunaan transit, dan memperkuat
ruang publik.
2. Area Komersial, tata guna lahan pada kawasan TOD dikembangkan
dengan prinsip mixed-used. Penggabungan fungsi retail dan perkantoran
menjamin kawasan yang aktif sepanjang hari tanpa terikat jam-jam sibuk.
3. Area Residensial, dengan perancangan dan lokasi area residensial yang
tepat, sebaiknya berdekatan dengan area komersial dan kawasan transit.
4. Pedestrian, jalan di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam
menentukan kualitas ruang publik dan ramah untuk pejalan kaki. Untuk
menciptakan yang demikian harus direncanakan berapa luas yang
diperlukan untuk pedestrian, untuk menciptakan ruang publik yang aktif,
sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parker, jalur
bersepeda dan pergerakan kendaraan.
5. Parkir, parkir on-street direkomendasikan untuk dapat membantu
mengurangi kecepatan mobil yang melintas karena membuat ruang jalan
lebih sempit secara visual, juga berfungsi sebagai buffer antara trotoar
dengan lajur mobil.
Termaktub dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2017 dalam Pasal 9 Nomor 2,
dijelaskan kawasan TOD kota sebagai berikut:

1. Berfungsi sebagai pusat ekonomi fungsi primer;

2. Dilayani oleh sistem transportasi massal dalam lingkup internal daerah


kabupaten/kota, regional antar kabupaten/antarkota, dan/atau
antarprovinsi;

3. Berada pada jalur utama angkutan umum massal berkapasitas tinggi


seperti halte bus antar kabupaten/antarkota dan/atau antarprovinsi,
stasiun Kereta dan Kereta Ringan;

4. Dilayani oleh sistem transit berkapasitas tinggi, sistem transit


berkapasitas sedang, sistem transit berkapasitas rendah sebagai
pengumpan, serta dimungkinkan moda transportasi air.

5. Merupakan kawasan dengan fungsi campuran komersial, blok


perkantoran dan hunian dengan intensitas tinggi yang terintegrasi dengan
sistem transportasi massal.

Karakteristik umum dari kota TOD: memiliki sistem angkutan massal


berkualitas tinggi, pengembangan dalam jarak berjalan kaki dari stasiun
transit, bauran penggunaan lahan yang tinggi (mixed use), pembangunan
yang kompak (compact development), dan desain yang ramah pejalan kaki
dan sepeda.

C. Prinsip Transit Oriented Development (TOD)

Transit Oriented Development dapat diartikan sebagai suatu konsep


perencanaan yang mengutamakan keterpaduan antara penggunaan lahan
dan aktivitas kota berdasarkan sistem transportasi dan berasal dari titik transit
misalnya terminal bus, halte bus, stasiun kereta api, dan sebagainya yang
selain memiliki fungsi sebagai titik menaik-turunkan penumpang tapi juga
dapat memiliki fungsi integrasi antara wilayah komersil, fasilitas umum
ataupun aktivitas kota lainnya (Chisholm, 2002 dalam (Narotama et al., 2021)).
Menurut Institute for Transportation and Development Policy (2017) dalam
Khairunnisa et al, (2021), ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam
pengembangan kawasan Transit Oriented Development yaitu sebagai berikut:

1. Berjalan kaki atau Walk ialah dengan membuat dan memprioritaskan


lingkungan pedestrian atau pejalan kaki yang sehat, aman dan nyaman.
2. Bersepeda atau Cycle yaitu dengan memprioritaskan dan mewujudkan
linkungan bebas kendaraan bermotor.
3. Menghubungkan atau Connect ialah membuat jaringan jalur pedestrian
yang padat.
4. Angkutan umum atau disebut dengan Transit yaitu dengan mewujudkan
pembangunan berkelas dan berkualitas di kawasan sekitar transportasi
umum.
5. Campuran atau Mix yaitu dengan membuat rancangan tata guna lahan
campuran dalam melakukan pengembangan dan pembangunan kota.
6. Memadatkan atau Densify yaitu dengan melakukan optimalisasi guna
lahan dan juga kapasitas pada transportasi-transportasi umum.
7. Merapatkan atau disebut juga Compact yaitu dengan cara membangun
suatu kawasan dalam ruang dengan estimasi jarak perjalanan yang
singkat.
8. Beralih atau Shift ialah dengan membangun fasilitas umum untuk moda-
moda transportasi dan berbagai pilihan untuk mobilitas bagi masyarakat.

Selain itu, ada juga prinsip-prinsip Transit-Oriented Development atau TOD


menurut Cervero (1997) dalam Wondama et al. (2019) yang juga disebut
sebagai 3D, yaitu sebagai berikut:

1. Density (Kepadatan) Dalam prinsip density ini kaitannya adalah


bagaimana mewujudkan guna lahan dalam suatu ruang dalam kawasan
Transit-Oriented Development sehingga dapat digunakan dan
dimanfaatkan dengan optimal sehingga dapat terwujud sebagai ruang
transit terpusat dan padat. Dengan ini diharapkan dapat mewadahi
kegiatan atau aktivitas masyarakat dengan kapasitas atau daya tampung
yang maksimal pula
2. Diversity (Keberagaman) Diversity dalam prinsip TOD ini menekankan
pada perwujudan dan penjaminan bagi berbagai jenis aktivitas dan
kegiatan masyarakat yang dapat ditampung di dalam ruang tersebut.

3. Design (Desain) Dalam prinsip desain yang dimaksud adalah cara untuk
menciptakan ruang-ruang di dalam kawasan Transit-Oriented
Development terlihat menarik, terasa nyaman dan aman, menjadi
kesatuan yang kompak, serta saling terhubung antara satu dengan yang
lain sehingga dapat dijangkau aksesibiltasnya terhadap ruang-ruang yang
lain (Gumano, 2020).

D. Implementasi Transit Oriented Development (TOD)

Bentuk Implementasi Transit Oriented Development (TOD) dan manfaatnya:

1. Pengembangan Stasiun Transportasi:

Manfaatnya ialah mendorong penggunaan transportasi umum yang lebih


tinggi, mengurangi kemacetan lalu lintas, mengurangi emisi gas rumah
kaca, dan memberikan kemudahan akses bagi penduduk ke berbagai
fasilitas dan layanan yang semuanya dapat dijangkau dengan mudah
tanpa perlu mengandalkan mobil pribadi.

2. Pengembangan Perumahan Terpadu:

Manfaatnya ialah terciptanya lingkungan yang lebih beragam dan inklusif.


pengembangan perumahan terpadu Ini seringkali menyertakan fasilitas
umum, taman, sekolah, dan pusat perbelanjaan dalam jarak berjalan kaki,
yang memberikan kenyamanan dan aksesibilitas yang tinggi bagi
penduduk.

3. Pengembangan Area Bisnis dan Komersial:

Dengan menciptakan pusat-pusat bisnis dan fasilitas komersial di sekitar


stasiun transportasi atau node transit lainnya dapat menjadikan pusat
bisnis yang berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan
perkembangan perkotaan, yang dapat menarik perusahaan dan usaha
baru untuk berinvestasi, sehingga dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
4. Infrastruktur Pejalan Kaki dan Sepeda:

Manfaatnya ialah dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah pejalan


kaki dan berorientasi pada manusia. Manfaatnya mencakup meningkatnya
mobilitas dan aksesibilitas bagi penduduk, baik yang menggunakan pejalan
kaki maupun sepeda, sehingga mengurangi ketergantungan pada mobil
pribadi. Ini berdampak positif pada kesehatan penduduk dengan
mendorong gaya hidup aktif dan mengurangi polusi udara.

5. Perencanaan Tata Ruang yang Berorientasi pada Transportasi Umum:

Perencanaan ini dapat mengurangi biaya infrastruktur jalan raya,


mempromosikan penggunaan lahan yang efisien, dan menciptakan
perkotaan yang lebih padat dengan aktivitas ekonomi yang berkembang
pesat. Dengan demikian, perencanaan tata ruang yang berorientasi pada
transportasi umum adalah langkah penting menuju perkotaan yang lebih
berkelanjutan dan berdaya saing.

E. Tantangan dalam penerapan Transit Oriented Development (TOD)

Terdapat beberapa tantangan yang terkait dengan Transit Oriented


Development (TOD). Beberapa tantangan utama mencakup:

1. Jumlah kendaraan meningkat lebih cepat dari kapasitas jalan:

Hal ini menjadi tantangan karena menyebabkan kemacetan secara terus-


menerus yang mengakibatkan peningkatan waktu perjalanan, frustrasi
pengemudi, penurunan efisiensi transportasi,menghambat mobilitas
penduduk, mengurangi produktivitas ekonomi, dan meningkatkan emisi gas
buang yang merusak lingkungan.

2. Penggunaan angkutan umum rendah:

Hal ini menjadi tantangan dikarenakan masih kurangnya masyarakat yang


tertarik menggunakan angkutan umum dan memilih memakai kendaraan
pribadi. Seharusnya pemerintah memperhatikan hal tersebut dan
memberikan edukasi kepada masyarakat agar memiliki kesadaran diri
dalam banyaknya benefit ketika menggunakan angkutan umum.
3. Infrastruktur yang tidak memadai

Hal ini menjadi tantangan karena masih kurangnya infrastruktur yang


memadai bagi pejalan kaki, lansia, dan mereka yang memiliki kesulitan
aksesibilitas. penyebab tantangan ini biasanya dikarenakan dirancangnya
infrastruktur tersebut tanpa memperhitungkan kebutuhan dari semua
pengguna jalan dan kurangnya anggaran sehingga dapat membatasi
investasi dalam infrastruktur yang memadai.

F. Studi Kasus

Salah satu kawasan yang telah menerapkan konsep TOD adalah Kawasan
Plaza Indonesia yang terletak di Kota Jakarta. Berdasarkan studi kasus yang
telah dilakukan oleh Zafira dan Ardiana (2022), Kawasan Plaza Indonesia
adalah Kawasan yang sangat strategis dan salah satu pionir mixed use
building mencakup tiga tower yaitu hotel Keraton at The Plaza dan Grand
Hyatt Hotel serta gedung perkantoran bernama The Plaza Office Tower.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 dari 8 prinsip TOD yang telah


diterapkan dengan baik di Kawasan Plaza Indonesia yaitu connect
(menghubungkan) dengan 15 poin, transit (angkutan umum), densify
(memadatkan) dengan 11 poin, compact (merapatkan) dengan 8 poin dan
shift (beralih) dengan 12 poin.

Pada prinsip connect (menghubungkan) telah tersedia blok-blok kecil dengan


5 bukaan ke dalam dengan jarak <110 meter dan antar bangunan saling
terkait dengan adanya 2 persimpangan dengan 4 arah dan 1 persimpangan
dengan 3 arah serta 1 persimpangan dapat diakses dengan baik oleh pejalan
kaki untuk memprioritaskan konektivitas. Lokasi transit (angkutan umum) di
Kawasan Plaza Indonesia sudah memenuhi standar karena jarak jalan kaki
menuju halte terdekat hanya 10 meter.

Penerapan prinsip densify (memadatkan) di Kawasan Plaza Indonesia


mengenai kepadatan non permukiman sekitar 5% dari acuan dasar dengan
jarak <500 meter dan kepadatan permukiman lebih tinggi dari acuan dasar
yang berada <500 meter dari stasiun.
Dalam prinsip compact (merapatkan), 3 dari 4 wilayah yang berbatasan
dengan kawasan ini merupakan wilayah terbangun dan telah tersedia sistem
transit dengan kualitas dan kapasitas tinggi berjarak 10 meter dengan ragam
pilihan moda transportasi umum.

Lalu pada prinsip shift (beralih), luas parkiran off-street hanya sebesar 25,3%
dan luas damija untuk kendaraan bermotor untuk parkir on-street sebesar
13,9% dari luas total serta hanya ada 1 driveway per 186 meter muka blok.

Tiga prinsip yang belum diterapkan secara maksimal pada Kawasan Plaza
Indonesia antara lain walk (berjalan kaki), cycle (bersepeda), dan mix
(campuran). Prinsip walk (berjalan kaki) hanya mendapat 3 poin karena jalur
pedestrian baru tersedia sekitar 66% meskipun sudah tersedia fasilitas
penyebrangan jalan kaki yang aman dan mudah diakses.

Muka bangunan yang aktif baru sekitar 67% dari sekeliling bangunan dan
hanya ada 1 jalur pedestrian khusus staf per 100 meter dengan muka
bangunan yang permeable. Lalu ketersediaan peneduh dan pelindung pada
jalur pedestrian baru masih kurang dari 25%. Dalam prinsip cycle (bersepeda)
juga hanya mendapat 1 poin karena baru tersedia sekitar 33% jalur yang bisa
digunakan untuk jalur sepeda dan belum tersedia tempat parkir dan akses
parkir terhadap gedung dan ke dalam gedung. Lalu prinsip mix (campuran)

Penerapan Prinsip Transit Oriented Development (TOD) untuk Mewujudkan


Transportasi yang Berkelanjutan mendapatkan 9 poin karena terdapat tata
guna lahan komplementer secara internal dengan 28,5% dari total luasan
bangunan, hanya tersedia <11% perumahan yang terjangkau dan tidak
adanya parameter preservasi perumahan dan bisnis atau jasa. Namun, sudah
tersedia akses menuju fasilitas lokal dalam jarak 500 – 1000 meter dan akses
menuju taman terdekat di kawasan ini sejauh 1000 meter di Kawasan Plaza
Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari bab-bab di atas ialah bahwa
TOD dapat didefinisikan secara umum sebagai komunitas dengan tata ruang
campuran yang mendorong serta memusatkan aktivitas masyarakat di
fasilitas transit. Konsep dirancang dengan memadukan area perumahan yang
berkepadatan sedang sampai tinggi dengan perkantoran, perdagangan, jasa,
hingga ruang publik di dalam sebuah pengembangan campuran (mixed use)
sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan
berjalan kaki, sepeda, maupun moda transportasi umum.

Karakteristik dari konsep Transit Oriented Development (TOD):

1. Memiliki sistem angkutan massal berkualitas tinggi


2. Pengembangan dalam jarak berjalan kaki dari stasiun transit
3. Bauran penggunaan lahan yang tinggi (mixed use)
4. Pembangunan yang kompak (compact development)
5. Desain yang ramah pejalan kaki dan sepeda.

Terdapat 8 prinsip yang harus diterapkan dalam pengembangan kawasan


Transit Oriented Development yaitu sebagai berikut:

1. Berjalan kaki (Walk)


2. Bersepeda (Cycle)
3. Menghubungkan (Connect)
4. Angkutan Umum (Transit)
5. Campuran (Mix)
6. Memadatkan (Densify)
7. Merapatkan (Compact)
8. Beralih (Shift)
B. Saran
Alangkah lebih baiknya pemerintah, masyarakat dan swasta saling bekerja
sama untuk menghadapi tantangan dalam penerapan konsep Transit
Oriented Development (TOD). Seperti melakukan pembangunan pusat transit,
peningkatan fasilitas transportasi umum, hingga memberikan akses jalan
khusus bagi kendaraan umum beserta para pejalan kaki dan pesepeda yang
aman dan terintegrasi sehingga banyak penduduk yang beralih dari
peggunaan kendaraan pribadi. Tidak sekedar sampai di tahap pembangunan
dan pengembangan, diperlukan monitor dan evaluasi secara berkala
terhadap system transit. Juga mengimbau masyarakat untuk merubah
kebiasaan mereka dari menggunakan kendaraan pribadi menjadi kendaraan
umum yang jauh lebih berkelanjutan serta menjaga keberlangsungan dari
fasilitas umum.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I. W., & Hariyani, S. (2021). TOD (Transit Oriented Development):


Teori, Metode, Dan Implementasi Sebagai Solusi Mengatasi
Keruwetan Transportasi. Universitas Brawijaya Press.

Kamila, N. A., Putri, M. N., & Martini, E. (2022). Analisis Kesesuaian


Karakteristik Kawasan Berdasarkan Kriteria Transit Oriented
Development (TOD) (Studi Kasus: Stasiun Jurangmangu). Jurnal
Teknik Sipil, Volume 11 Nomor 2.

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan


Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit.

Purba, A., Suharno, S., Widyawati, R., & Khotimah, S. N. (2022). Tantangan
Mengembangkan Stasiun Berbasis Transit Oriented Development
(TOD). Prosiding SINTA 2022, 1(1), 96-101.

Zafira, Widhi Suci, and Ardiana Yuli Puspitasari. "Penerapan Prinsip Transit-
Oriented Development (TOD) untuk Mewujudkan Transportasi yang
Berkelanjutan." Jurnal Kajian Ruang 2.1 (2022): 110-133.

Anda mungkin juga menyukai