Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga tuisan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Tulisan ini merupakan tugas kedua mata kuliah Manajemen Transportasi


Perkotaan pada program studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
tahun 2019 dengan judul Transit Oriented Development (TOD)

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini,


maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Medan, Desember 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Definisi transit oriented development (TOD) ......................................... 3
2.2 Konsep Transit Oriented Development (TOD) ...................................... 4
2.3 Struktur TOD ......................................................................................... 6
2.4 Manfaat Transit Oriented Development (TOD). ................................. 9
2.5 Prinsip TOD/ Langkah Strategis Mencapai Konsep TOD ................. 9
2.6 Kendala/Hambatan dari Konsep TOD............................................... 11
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan TOD ................. 12
2.8 Konsep TOD Beberapa Kota di Dunia ............................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan perkotaan, fasilitas transit intermoda dan kawasan

transit telah menjadi aspek yang tidak terlepaskan. Daerah disekitar titik transit

merupakan kawasan yang potensial bagi pengembangan. Hal ini terkait dengan

kemudahan akses yang ditawarkan kawasan yang dekat dengan fasilitas transit

dan aktiftas yang mungkin akan dibangkitkan oleh kegiatan transit di kawasan

tersebut.

Berbagai teori dan konsep mengenai hubungan antara kegiatan transit dan

pengembangan pun menjadi sebuah diskursus yang menarik dalam keilmuan

perencanaan dan perancangan kota. Termasuk diantaranya adalah Transit Oriented

Development (TOD) yang telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia. TOD

telah dikenal luas sebagai konsep yang menjawab kebutuhan area transit.

Diantara manfaat dari TOD adalah penurunan penggunaan mobil dan

pengeluaran keluarga untuk transportasi, peningkatan pejalan kaki dan pengguna

transit, menghidupkan kembali kawasan pusat kota, peningkatan densitas dan

intensitas, penghematan beban pengembangan untuk parkir, serta peningkatan nilai

properti dan berbagai kegiatan disekitar transit, hingga perbaikan kualitas

lingkungan dan komunitas. Dalam skala regional, diharapkan konsep ini dapat

menyelesaikan permasalahan pertumbuhan kota dengan pola sprawling dan

kemacetan, Dunphy (2004).


2

1.2 Permasalahan

Berbicara mengenai transportasi, dewasa ini banyak sekali Permasalahan

yang ditimbulkan oleh aktifitas transportasi yang tidak teratur ditimbulkan oleh

berbagai faktor, diantaranya adalah banyaknya moda transportasi, pola pengaturan

transportasi yang tidak tepat, moda transportasi umum yang tidak baik, dan

beralihnya masyarakat ke angkutan pribadi. Permasalahan di atas adalah hal yang

terjadi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia sehingga diperlukan suatu konsep

pembangunan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna mengakomodasi

pertumbuhan baru dengan memperkuat lingkungan tempat tinggal dan perluasan

pilihan maupun manfaat, melalui optimalisasi jaringan angkutan umum massal,

seperti bus dan kereta api, sehingga mempermudah warga kota untuk mengakses

sumber daya kota.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan pembahasan tentang transit oriented

development (TOD) dari berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran tentang

definisi, prinsip dan konsep transit oriented development. Pembahasan diharapkan

dapat menjadi pengetahuan dan menjadi masukan dalam perkembangan

transportasi di Indonesia.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi transit oriented development (TOD)

TOD adalah konsep pengembangan kawasan yang diintegrasikan dengan

system transportasi massal, seperti bus rapit transit (BRT) atau busway, mass rapit

transit (MRT), kereta api ringan (LRT), dan dilengkapi jaringan pejalan

kaki/sepeda. TOD mengakomodir beragam fungsi dalam pengembangan kawasan

permukiman. Di dalam kawasan terdapat fungsi beragam dan tata ruang campuran,

seperti zona bisnis, perkantoran, fasilitas umum, dan fasilitas sosial yang

dihubungkan dengan transportasi umum. Orang dapat melakukan aktifitas dan

memenuhi kebutuhannya dalam kawasan tanpa harus pergi ke kawasan lain.

Konsep ini akan menekan jumlah perjalanan dan mengurangi mobilitas dengan

kendaraan pribadi. Konsep ini diadopsi dari Amerika Serikat (AS) yang mulai

mencuat pada era 1960-an. Ini respon terhadap American Dream, yaitu orang

tinggal di pinggiran kota dalam rumah besar dan ke mana-mana naik mobil.

Transit Oriented Development (TOD) didefinisikan oleh Calthorpe (1993)

adalah, “A mix use community within an average 2000 foot walking distance of a

transit stop and core commercial area. TOD mix residential, retail, offices, open

space, and public uses in a walkable environment, making it convenient for

residents and employees to travel by transit, bicycle, foot or car.


4

Calthorpe (1993) mengartikan TOD sebagai satu kesatuan bangunan mix-used

yang mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di dekatnya, serta

dilengkapi dengan fasilitas transportasi umum untuk menurunkan tingkat

penggunaan kendaraan pribadi. Pengertian ini dipertegas oleh ITDP,

yaitu:“…konsep TOD didefinisikan sebagai pola pembangunan yang

memaksimalkan manfaat dari sistem angkutan umum, juga secara tegas

mengembalikan fokus pembangunan kepada penggunanya manusia. TOD

menyiratkan proses perencanaan dan perancangan berkualitas tinggi dari pola tata

ruang dan wilayah untuk mendukung, memfasilitasi, dan memprioritaskan tidak

hanya penggunaan angkutan umum, tapi juga moda transportasi yang paling

mendasar yaitu berjalan kaki dan bersepeda.” (ITDP, 2013: 6)

2.2 Konsep Transit Oriented Development (TOD)

Salah satu konsep baru dalam rancang kota adalah konsep Transit Oriented

Development (TOD). Konsep Transit Oriented Development merupakan

restrukturisasi konsep pembanguann kota yang berfokus pada fasilitas transit, yang

telah dikenal sebelumnya pada awal abad ke-20 yang berupa konsep pengembangan

terpadu pada stasiun kereta api dan Bus Rapid Transit sebagai fasilitas transportasi

massal untuk commuter di Amerika Serikat. Proyek tersebut yang menjadi dasar

pembentukan teori Transit Oriented Development oleh Calthrope.


5

Gambar 2-1. Konsep Kebijakan TOD.

Konsep Transit Oriented Development (TOD) diterjemahkan oleh Petrus

Calthrope pada tahun 1980-an. Transit Oriented Development didefinsikan sebagai

konsep yang menggunakan pola ruang mixed-use (campuran) yang mendorong

orang untuk tinggal berdekatan dengan layanan transit serta untuk mengurangi

ketergantungan orang terhadap mengemudi (atau menjadi commuter). Konsep

Transit Oriented Development di anggap sebagai salah satu konsep perancangan

kota yang berkelanjutan untuk masyarakat. Konsep Transit Oriented Development

dapat menjadi salah satu alternatif perancangan kota untuk pertumbuhan daerah.

Perkembangan kota yang berorientasi TOD berpotensi untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat dan mengurangi biaya transportasi rumah tangga

sedangkan untuk wilayah dengan pola ruang mixed-use dapat mengurangi sampak

lingkungan dan memberikan alternatif untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.

Terdapat beberapa istilah yang dekat dengan konsep TOD dan sering

dikaitkan satu sama lain, seperti transit village, pedestrian pocket, dan new

urbanism. Sebenarnya keempat konsep tersebut memiliki persamaan dan perbedaan


6

sesuai dengan konteks dan latar belakang kemunculannya. Definisi terdekat adalah

transit village yang di definisikan sebagai, “a compact, mixed use community,

centered around the transit station that, by design, invites residents, workers, and

shoppers to drive their cars less and ride mass transit more.” (Calthorpe, 1993).

Pada intinya, konsep tersebut bertujuan untuk memberi alternatif dan

pemecahan bagi permasalahan pertumbuhan metropolitan yang cenderung pada

pola auto oriented development. Dengan membuat fungsi campuran (mixed use)

yang kompak dalam jangkauan lima hingga lima belas menit berjalan kaki pada

area-area transit, di harapkan di dapatkan beberapa manfaat. Di antaranya, terjadi

internalisasi pergerakan antara hunian, perkantoran dan fungsi-fungsi lain dalam

sebuah distrik yang tersentralisasi. Akumulasi pola ini pada level regional di

harapkan dapat menolong orang untuk menggunakan fasilitas transit ketimbang

kendaraan pribadi. Dengan demikian dapat menyelesaikan permasalahan prawling.

2.3 Struktur TOD

Secara lebih detail, struktur TOD dan daerah di sekitarnya terbagi menjadi area-

area sebagai berikut:

1. Fungsi public (Public Uses). Fungsi public (public uses). Area fungsi public

di butuhkan untuk memberi pelayanan bagi lingkungan kerja dan

permukiman di dalam TOD dan kawsan di sekitarnya. Lokasi berada pada

jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan

kaki. (Calthorpe, 1993).


7

Gambar 1 : Struktur Fungsi Publik Sumber: Calthorpe (1993)

2. Pusat area komersil (core commercial area). Lokasi berada pada area yang

paling dekat dengan fungsi transit. Karakteristik ukuran dan lokasi sesuai

pasar, keterdekatan dengan transit, dan pentahapan pengembangan.

Dilengkapi oleh ruang hijau. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail,

perkantoran, supermarket, restoran, servis, hiburan, industry ringan.

(Calthorpe, 1993)

Gambar 2 : Struktur Pusat area komersil Sumber : Calthorpe (1993)


8

3. Area permukiman (residential area). Lokasi berada di luar core commercial

area. Jangkauan 10 menit berjalan kaki. Karakteristik menyediakan

beragam tipe hunian tipe, harga, maupun densitas. Fasilitas nya antara lain

single-family housing, townhouse/Soho Apartment. (Calthorpe, 1993).

Gambar 3 : Struktur Area permukiman Sumber : Calthorpe (1993)

4. Area Sekunder (Secondary area). Lokasi berada di luar area TOD.

Karakteristik, jangkauan 20 menit berjalan kaki di seberang arteri. Auto

oriented, kepadatan lebih rendah, memiliki banyak jalan menuju area

transit. Fasilitas nya antara lain sekolah umum, singlefamily housing

(Calthorpe, 1993).

Gambar 4 : Struktur Area sekunder Sumber : Calthorpe (1993)


9

2.4 Manfaat Transit Oriented Development (TOD).

Berikut adalah beberapa manfaat pengembangan kota dengan TOD:

1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di rumah tangga sehingga

menurunkan kemacetan, polusi udara, dan emisi gas rumah kaca.

2. Menciptakan komunitas pejalan kaki di dalam masyarakat yang

mengakomodasi

gaya hidup yang lebih sehat dan aktif.

3. Peningkatan angkutan penumpang transit dan pendapatan daerah dari tarif

angkutan.

4. Potensi nilai tambah melalui nilai properti yang meningkat dan atau

berkelanjutan sesuai dengan investasi angkutan.

5. Peningkatan akses terhadap pekerjaan dan kesempatan ekonomi bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarga.

6. Perluasan mobilitas dengan mengurangi ketergantungan pada kendaraan

bermotor pribadi, sehingga bisa mengurangi biaya transportasi.

2.5 Prinsip TOD/ Langkah Strategis Mencapai Konsep TOD

Sebagai langkah strategis untuk mencapai tujuan konsep TOD yakni memberi

alternatif bagi pertumbuhan pembangunan kota, subwilayah kota, dan lingkungan

ekologis di sekitarnya maka dirumuskan delapan prinsip urban design dalam transit

oriented development yang di kutip dari TOD Standart, yaitu:

1. Berjalan Kaki (Walk) Berjalan kaki adalah moda transportasi yang paling

alami, sehat, tanpa emisi, dan terjangkau untuk jarak pendek, serta
10

merupakan komponen penting dari suatu perjalanan dengan angkutan

umum. Maka dari itu, berjalan kaki merupakan dasar dari sistem

transportasi yang berkelanjutan.

2. Bersepeda (Cycle) Bersepeda adalah opsi transportasi bebas emisi, sehat

dan terjangkau, yang sangat efisien dan mengkonsumsi sedikit sekali ruang

dan sumber daya perkotaan.

3. Menghubungkan (Connect) Jalur pejalan kaki yang singkat dan langsung

membutuhkan jaringan jalan-jalan yang padat di antara blok-blok kecil yang

permeabel.

4. Angkutan Umum (Transit) Angkutan umum menghubungkan dan

mengintegrasikan wilayah-wilayah kota terlalu jauh bagi pejalan kaki.

5. Pembauran (Mix) Pembauran tata guna lahan dalam satu wilayah akan

membuat jalan-jalan local terus hidup dan memberikan rasa aman,

mendorong aktivitas berjalan kaki dan bersepeda, serta membentuk

lingkungan hidup yang manusiawi.

6. Memadatkan (Densify) Untuk dapat menopang pertumbuhan perkotaan

dalam pola tata ruang yang rapat dan padat, kota harus tumbuh secara

vertikal (densifikasi) bukan horizontal (sprawl).

7. Merapatkan (Compact) Prinsip dasar pembangunan perkotaan yang padat

(dense) adalah tata ruang yang rapat (compact). Di wilayah kota ataupun

pinggiran kota yang rapat, berbagai kegiatan dan aktivitas hadir saling

berdekatan satu sama lainnya.

8. Beralih (Shift) Ketika kota dibangun atas dasar tujuh prinsip di atas,

kendaraan bermotor pribadi menjadi hamper tidak diperlukan dalam


11

kehidupan sehari-hari. Berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan

angkutan umum menjadi pilihan bertransportasi yang mudah dan nyaman,

dan dapat juga dilengkapi dengan moda angkutan perantara atau kendaraan

sewaan yang lebih hemat dalam penggunaan ruang.

2.6 Kendala/Hambatan dari Konsep TOD

Keberhasilan dari penerapan konsep TOD terhadap suatu kawasan seringkali

dikendalai atau terhambat oleh berbagai faktor (Porter, 1998):

1. Waktu

Re-organisasi pola pembangunan wilayah sekitar sistem angkutan massal

dan penciptaan dari kawasan TOD yang berfungsi secara penuh seringkali

berjalan lamban yang bisa memakan waktu puluhan tahun.

2. Dukungan politis

Program TOD yang berhasil membutuhkan dukungan politik yang penuh

dan koordinasi yang maksimal.

3. Ketidakpastian pasar

Para pengembang seringkali mempertanyakan kelayakan finansial dari

proyek TOD.

4. Pasar real estate tertekan

Keberhasilan TOD terkait dengan kekuatan pasar real estate ditingkat

regional dan lokal.


12

5. Persil lahan yang terpisah-pisah Sekumpulan lahan kecil, potongan lahan

dengan berbagai kepemilikan merupakan penghambat pengembangan

TOD.

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan TOD

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan TOD

1. Pelayanan angkutan umum dengan kualitas tinggi

2. Ketersediaan dari lahan-lahan yang atraktif dan dapat dikembangkan

3. Pasar properti yang kuat

4. Dukungan lingkungan dan masyarakat

5. Manajemen lahan parkir

6. Kelembagaan yang kuat dan lebih pro-aktif

7. Political champion

8. Kebijakan pemerintah lokal

9. Sistem zonasi yang tepat untuk kawasan sekitar stasiun

10. Insentif pembangunan

11. Panduan rancangan kawasan

12. Redevelopment agencies


13

2.8 Konsep TOD Beberapa Kota di Dunia

Beberapa kota-kota di dunia yang mengembangkan konsep TOD adalah sebagai

berikut:

1. Curitiba, Brasil

Salah satu contoh TOD yang paling awal dan paling sukses adalah di

Curitiba, Brazil. Selama bertahun-tahun, pemerintah telah merencanakan integrasi

daerah-daerah dengan kepadatan yang tinggi dengan transportasi berkapasitas

besar, seperti Bus Rapid Transit atau BRT.

2. Milton, Australia

Milton, menerapkan pembangunan TOD pertama di Queensland, Australia.

Sebuah stasiun yakni Milton Railway Station, terhubung langsung dengan hunian

berupa apartemen, The Milton Residences. Warga yang tinggal di sana

mendapatkan kemudahan akses untuk transportasi umum.

3. Edmonton, Kanada

Edmonton memiliki satu kawasan TOD, yakni Century Park yang

terhubung dengan LRT Edmonton. Di dalam Century Park, terdapat beragam

kondominium, layanan rekreasi, ritel, restoran, dan pusat kebugaran untuk warga.

4. Hongkong

Dibandingkan dengan negara maju lainnya, tingkat kepemilikan mobil di

Hongkong terbilang sangat rendah. Sekitar 90% aktivitas warganya dilakukan

dengan menggunakan kendaraan umum. Dalam beberapa dekade terakhir,

Hongkong telah mulai memiliki beberapa TOD, di mana stasiun kereta api
14

dibangun bersamaan dengan pembangunan perumahan di sekitarnya. Di antaranya

yakni, Lohas Park, Olympian City, dan Union Square.

5. Tokyo, Jepang

Sejak 1872, konsep TOD telah diaplikasikan untuk pembangunan sarana

transportasi dan tata kota di Jepang. Pengembangan ini masih tetap berlanjut hingga

tahun 2045. Jepang dinilai konsisten dan memiliki perencanaan yang

berkesinambungan untuk pengembangan TOD. Selain Tokyo, kota-kota lain di

Jepang juga telah menerapkan TOD di semua terminal dan stasiun, seperti Nagoya,

Fukuoka, dan Kokura.

6. Singapura

Singapura adalah contoh sukses kota yang menerapkan konsep transit

oriented development (TOD). Warganya dimanjakan dengan berbagai fasilitas dan

infrastruktur, terutama transportasi massal yang terintegrasi dengan hunian dan

tempat aktivitas sehari-hari.


15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu strategi yang baik dan sudah berhasil diterapkan dibeberapa kota

adalah dengan menerapkan konsep TOD. Pada tulisan dibahas tentang berbagai

aspek dari penerapan konsep TOD yang mencakup definisi, konsep, prinsip dan

pemahaman dari TOD. Untuk menciptakan pengembangan kota yang efisien

dengan mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor, konsep integrasi guna

lahan dengan sistem transportasi wajib diterapkan. Selain itu dibahas berbagai

kendala dan faktor-faktor penghambat penerapan konsep TOD.


16

DAFTAR PUSTAKA

Alviansyah. (2016). Penerapan Konsep TOD Sebagai Instrumen Penguatan


Jaringan Angkutan Massal Perkotaan. IUTRI: tidak diterbitkan.
Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli. (2015). Penerapan Konsep TOD Sebagai
Upaya Mewujudkan Transportasi Yang Berkelanjutan di Kota Surabaya. ITS:
tidak diterbitkan.
Isa, Muhammad Hidayat. 2014. Arahan Pengembangan Kawasan Transit Berbasis
Transit Oriented Development (TOD) Dalam Mendorong Penggunaan Kereta
Komuter Koridor SurabayaSidoarjo. Surabaya: Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, ITS
Toding. dkk, 2015, Sistem Transit Oriented Development (TOD) Perkeretapian
Dalam Rencana Jaringan Kereta Api Komuter Mamminasata, Pascasarjana
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wikibooks. “Manajemen Lalu Lintas/Transit Oriented Development”. 9 Mei 2018.
https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Transit_Oriented_Deve
lopment.

Anda mungkin juga menyukai