Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

CHAPTER 10

BALOK LENTUR TERKEKANG


SECARA LATERAL

Oleh
Department of Civil Engineering, University of North Sumatera
Ir. DANIEL RUMBI TERUNA, MT;IP-U HAKI
DAFTAR ISI

LENTUR PADA PENAMPANG SIMETRI

MOMEN PLASTIS PENAMPANG SIMETRI


KUAT LENTUR NOMINAL

GAYA GESER PADA BALOK

KUAT GESER NOMINAL

PENGARUH LUBANG PADA BALOK

EXAMPLE
LENTUR PADA PENAMPANG SIMETRIS

q INTRODUCTION

Balok adalah komponen struktur yang fungsi utamanya memikul beban transversal,
seperti beban tetap/gravitasi dan beban hidup. Balok terdiri dari kombinasi
komponen tarik dan komponen tekan, sehingga konsep batang tarik dan batang tekan
dapat digunakan pada perencanaan balok.

Komponen tekan dari suatu balok disokong seluruhnya oleh komponen tarik yang
stabil. Jadi, tekuk global dari komponen tekan tidak terjadi sebelum kapasitas
momen batas penampang belum tercapai.

Balok yang hanya memikul momen lentur murni saja jarang dijumpai dalam
peraktek, dan biasanya juga mengalami gaya aksial. Komponen struktur seperti ini
dikenal sebagai balok-kolom yang akan dibahas lebih lanjut pada chapter 12.
LENTUR PADA PENAMPANG SIMETRIS

q Tinjau suatu penampang balok yang mempunyai satu sumbu simetri dibebani momen
lentur sembarang melalui titik pusat geser, maka momen lentur tersebut dapat diuraikan
atas komponen arah sumbu kuat M x dan sumbu lemah M y dalam arah sumbu-sumbu
utamannya
q Bila I x dan I yadalah momen inersia dalam arah sumbu kuat dan lemah penampang,
maka tegangan normal dapat dihitung dari rumus yang telah dikenal sebagai:

My M
M x cy M y cx
f =± ±
Ix Iy
(1)
Mx Mx My
f =± ±
Sx Sy

Gambar 1. balok yang memikul momen murni


LENTUR PADA PENAMPANG SIMETRIS

y y
Ix Iy
cy
x
cy Sx = , Sy =
cy cx
cx cx
Gambar 2. Modulus elastis penampang
q Bila momen yang bekerja hanya arah sumbu kuat (sb. x-x), maka pers(1) menjadi:

fx
Mx
fx = (2)
Sx

fx
Gambar 3. diagram tegangan normal
MOMEN PLASTIS PENAMPANG SIMETRI

q Distribusi tegangan normal pada suatu profil WF akibat momen lentur yang berbeda
intensitasnya diperlihatkan pada gambar 5. Pada beban kerja penampang masih
elastis (gambar 5a), dan mencapai maksimum pada saat serat terluar mencapai
tegangan leleh F y (gbr. 5b). Bila tegangan telah mencapai F y ,maka momen
nominal atau momen leleh dinyatakan sebagai:

M n = M y = S x Fy (3)

f < Fy f = Fy f = Fy f = Fy

Mn < M y Mn = M y M y < Mn < M p Mn = M p


(a) (b) (c) (d)

Gambar 5. distribusi tegangan normal untuk intensitas beban berbeda


MOMEN PLASTIS PENAMPANG SIMETRI

q Bila seluruh penampang telah mencapai tegangan leleh, maka momen nominal yang
disebut sebagai momen plastis dihitung dengan rumus:

M n = M p = Z x Fy (4)

Dimana Zx disebut modulus plastis penampang arah sumbu kuat


q perbandingan momen plastis dan momen leleh disebut sebagai faktor bentuk

Mp Fy Z Z
ξ= = = (5)
My Fy S S

q Contoh menetukan faktor bentuk pada penampang persegi


b
Fy Fy
T
h 2h T h
3 2
C C
Gambar 6. diagram tegangan pada saat mencapai M y dan M p
MOMEN PLASTIS PENAMPANG SIMETRI

Momen leleh

2h  1 h  2h bh 2
M y = Tx =  Fy xbx x  x = Fy
3  2 2 3 6
Momen plastis
h  h  h bh 2
M y = Tx =  Fy xbx  x = Fy
2  2 2 4
Maka faktor bentuk penampang persegi adalah:

Mp
ξ= = 1.5
My

Untuk penampang WF, faktor bentuk berkisar ξ = 1.08 s / d1.18


KUAT LENTUR NOMINAL

Balok yang dikekang secara lateral dapat mencapai kapasitas momen plastisnya bila
tidak terjadi lokal buckling lebih dahulu. Jadi kapasitas momen nominal tergantung
kepada kelangsingan penampang
Berdasarkan kelangsingan penampang, dapat digolongkan atas 3 jenis; yaitu (a)
penampang terpadu (compact section), (b) penampang tidak terpada (non-compact)
dan (c) langsing (slender)

Flange local buckling

Flange local
buckling
KUAT LENTUR NOMINAL

Penampang kompak
Penampang kompak adalah penampang yang memenuhi kriteria berikut ini:
Ø Sayap profil I dan kanal akibat lentur
tf tf
bf 170
λ= ≤ λp = (6)
2t f Fy tw h
Ø Badan profil I dan kanal akibat lentur

tw h
h 1680
λ= ≤ λp = (7) bf
tw Fy
Ø Kuat lentur nominal untuk penampang
yang termasuk dalam kategori ini adalah:
bf
Mn = M p (8)
KUAT LENTUR NOMINAL

Penampang tidak kompak


Penampang dimana kelangsingannya melebihi kelangsingan pada pers.(6) dan pers. (7)
dan tidak melebihi kelangsingan λr
Ø Sayap profil I dan kanal akibat lentur

370
λr = (9)
Fy − Fr
Ø Badan profil I dan kanal akibat lentur

2550
λr = (10)
Fy
Ø dimana Fr adalah tegangan sisa yang diambil 70 Mpa untuk profil giling
KUAT LENTUR NOMINAL

Ø Kuat lentur nominal untuk penampang ini adalah:

 λ − λp 
(
Mn = M p − M p − Mr  )
 λr − λ p
≤Mp

(11)
 
dimana ( )
M r = F y − Fr S adalah momen sisa dan S adalah modulus elastis
penampang

Penampang langsing
Penampang dimana kelangsingannya melebihi kelangsingan pada pers.(9) dan (10)
disebut penampang slender. Gelagar pelat (plate girder adalah penampang yang masuk
dalam kategori ini. Masalah ini akan dibahas pada baja lanjutan

Persyaratan Strength limit state

φM n ≥ M u ; φ = 0.9 (12)
KUAT LENTUR NOMINAL
compact non-compact slender

Mp

Mr Gbr 7. Flange local buckling limit state

bf
λ= 2t f
λ p= 170 λ r= 370
Fy Fy − Fr

compact non-compact slender

Gbr. 8 Web local buckling limit state

λ= h
tw
λ p= 640 λ r= 2550
Fy Fy
GAYA GESER PADA BALOK
Besar tegangan geser pada balok akibat gaya lintang Vu dapat dinyatakan sebagai:

Vu Q
v= (13)
tI
dimana :
v= Tegangan geser

V= Gaya lintang terfaktor

Q= Statis momen setengah penampang terhadap grs netral


t= Lebar badan

I= Momen inersia penampang

vr = V
dt w

Gbr 9. diagram tegangan geser pada penampang I


GAYA GESER PADA BALOK

Untuk perencanaan praktis pada struktur baja, tegangan geser dihitung sebagai
tegangan geser rata-rata pada luas bruto badan dengan mengabaikan perlemahan
akibat lubang baut. Jadi,

Vu Vu
vr = = (14)
Aw dxt w
Bila lubang pada badan cukup besar seperti lubang untuk jalur pipa atau ducting
AC akan memerlukan analisis khusus.
KUAT GESER NOMINAL

Bila dianggap ketidakstabilan badan akibat tegangan geser atau kombinasi dari
tegangan geser dan lentur tidak terjadi, kekuatan geser nominal Vn ditentukan
berdasarkan pelelehan badan saja. Jadi,

Vn = τ y Aw = τ y xdxt w (14)

dimana :
τ y= tegangan geser lelah

tw = tebal badan profil

d= tinggi badan profil

Berdasarkan kriteria leleh dari teori Huber-Von Mises- Hencky, tegangan geser
leleh τ y adalah:

Fy
τy = = 0,57 Fy ≈ 0,6 Fy (15)
3
KUAT GESER NOMINAL

Dengan memsubsitusikan pers.(15) ke pers.(14) didapat kuat geser nominal

Vn = 0.6 Fy Aw = 0.6 Fy xdxt w (16)

persamaan (16) berlaku bila dipenuhi ketentuan berikut ini

h 1100
≤ (17) AISC-LRFD
tw Fy

h kn E
≤ 1,10 (18) SNI-LRFD
tw Fy
Dengan:
5
kn = 5 + (19)
(a / h )2
KUAT GESER NOMINAL

Dimana a adalah jarak pengaku badan. Untuk nilai a / h →~


maka k ≈
n 5
Bila disubsitusikan nilai ini dan dengan menetapkan E = 200000 Mpa didapat ratio
h/ t sama seperti pada persamaan (16).
w

Persyaratan strength limit state

φVn ≥ Vu ; φ = 0.85 (20)

Persyaratan serviceability limit state (fungsi layan struktur)


Adakalanya perencanaan suatu balok tidak ditentukan kekuatan nominalnya, tetapi
melainkan dari persyaratan lendutan. Lendutan berlebihan dapat merusakkan bagian
elemen nonstruktural seperti: pintu, dinding partisi, genangan air pada atap, dan lain
sebagainya. Lendutan berlebihan pada lantai dapat menyebabkan lantai bangunan
bergetar bila dilalui orang. Pada balok pendukung lantai bangunan dan atap, lendutan
maksimum biasanya tidak boleh melebihi 1/360 L (L adalah panjang bentang balok).
LUBANG PADA BALOK

Dalam bab III telah dibahas pengaruh lubang pada batang tarik, dimana luas penampang
harus direduksi karena adanya lubang. Sedangkan pada batang tekan pengaruh ini
diabaikan karena dianggap baut mengisi penuh lubang.
Pada batang yang mengalami lentur, adanya lubang pada sayap tertarik akan
mengurangi kapasitas momen plastis balok. Pada peraturan AISC yang lama pengaruh
lubang dapat diabaikan bila luas perlemahan akibat lubang pada sayap tidak melebihi
15% dari luas bruto sayap.
Sedangkan pada peraturan AISC-LRFD 1993 perhitungan propertis penampang
terhadap lentur dapat dilakukan pada penampang bruto bila memenuhi persamaan
berikut:
0,75 Fu A fn ≥ 0,9 Fy A fg (21)

dimana: A fn adalah net flange area seperti perhitungan pada batang tarik, dan A fg
adalah gross flange area. Bila persamaan (21) ini tidak dipenuhi, maka perhitungan
propertis penampang harus berdasarkan luas sayap tarik efektif A fe
5 Fu
A fe = A fn (22)
6 Fy
EXAMPLE 1

Suatu balok dari profil WF panjang 8m memikul beban tetap terbagi rata sebesar
20kN/m dan beban bergerak terbagi rata sebesar 10kN/m , serta beban bergerak terpusat
25kN. Bila ditetapkan tegangan leleh profil 250 Mpa, diminta: rencanakan gelagar balok
tersebut
P = 15kN
wLL = 10kN / m
wDL = 20kN / m

L = 8m
Penyelesaian
Menentukan beban terfaktor

wu = 1.2 x 20 + 1.6 x10 = 40kN / m , Pu = 1.6 x15 = 24kN / m


1 1
M u = M max = wu L2 + Pu L = 368kNm
8 4
EXAMPLE 1

Pra-dimensi (preliminary design)

φb M n ≥ M u ⇒ M n = 409kNm
Asumsi penampang kompak M n = M p = Z x Fy
Mu
Modulus plastis penampang Zx = = 1636cm 3
Fy
Modulus elastis penampang S x = Z x / 1.12 = 1460cm 3

Direncanakan WF 450x200x9x14 dengan propertis penampang sbb:

I x = 33500cm 4 , I y = 180cm 4 , A = 96.8cm 2


S x = 1490cm 3 , ry = 4.40cm, wbs = 0.76kN / m

Menentukan momen maksimum akibat tambahan berat sendiri balok


EXAMPLE 1

Momen tambahan akibat berat sendiri adalah

M ubs = wubs L2 = (1.2 x0.76 )82 = 7.3kNm


1 1
8 8
M utot = 368 + 7.3 = 375.3kNm
Menentukan kuat lentur nominal

• Sayap • Badan

1680
170 λp = = 106
λp = = 10.75 Fy
Fy
h 450 − 2(t f + r )
bf200 λ= =
λ= = = 7.14 < λ p tw 9
2t f 2 x14
390
= = 43.3 < λ p
9
EXAMPLE 1

Jadi penampang adalah penampang terpadu, maka kuat nominal lentur:

M n = M p = Z x Fy = 1.12 S x Fy = 417.2kNm
Persyaratan Strength limit state
Ø Terhadap Lentur

φb M n ≥ M u ⇒ 375.48kNm > 375.3kNm (ok )


Ø Terhadap geser

P = 15kN wLL =10kN / m


wDL = 20kN/ m
wbs = 0.76kN/ m
L = 8m

wu = 1.2( wDL + wbs ) + 1.6 xwLL ≈ 41kN / m


Pu = 1.6 P = 24kN
EXAMPLE 1

Vu = Pu + 1 / 2 wu xL = 188kN
φvVn = 0.85(0,6 xdxtw xFy ) = 516kN
Jadi φvVn ≥ Vu (ok)

Persyaratan Serviceability limit state

P = 15kN wLL =10kN / m


wDL = 20kN/ m
wbs = 0.76kN/ m
L = 8m

PL3 5 wL4
∆= + = 7.3mm < 22mm (1 / 360 L) ⇒ (ok )
48EI 384 EI

Anda mungkin juga menyukai