Anda di halaman 1dari 23

Materi Perancangan Struktur Baja 2

BAB I
BEAM (BALOK)
1.1 Pendahuluan
Balok adalah member struktur yang menerima beban lateral. Dengan kata lain,
member struktur disebut sebagai balok jika beban yang bekerja menyebabkan
lentur/bending.
Penampang yang biasa digunakan sebagai balok adalah profil W, S dan M. Profil
C juga bisa digunakan, juga balok yang dibuat dari susunan pelat dengan bentuk I atau H
atau Box. Profil yang disusun dari pelat biasanya dikategorikan sebagai plate girder.
AISC memberikan batasan-batasan yang membedakan balok dengan plate girder
berdasarkan rasio width-thickness (lebar dan ketebalan) web (badan).
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Member dianalisa sebagai beam jika:
h 970

tw Fy

Member dianalisa sebagai plate girder jika:


h 970

tw Fy

h tw tw h

Gambar 1.
Hubungan antara beban dan kekuatan dituliskan sebagai:
M u  b M n

dimana:
Mu = Momen terfaktor dari beban kombinasi
b = Faktor resistensi dari beam = 0,90
Mn = Kekuatan momen nominal
Kekuatan rencana  b M n sering disebut momen rencana.

1
Materi Perancangan Struktur Baja 2

1.2 Bending stress (tegangan lentur) dan momen plastis


Untuk menjelaskan kekuatan momen nominal Mn sebuah beam, kita harus pelajari
perilaku beam terhadap beban, dari beban yang kecil bertambah sampai dengan beam
mencapai collapse. Perhatikan beam seperti pada Gambar 2, dimana bending terjadi pada
sumbu utama member. Untuk material linier elastik dan small deformation, distribusi
tegangan lentur diperlihatkan pada gambar 2b, dengan asumsi tegangan merata selebar
beam dan terdistribusi linier dari serat atas sampai serat bawah dan penampang datar
sebelum lentur dan tetap datar setelah lentur. Tegangan di setiap titik pada penampang
balok didapat dari rumus:
My
fb  (1.1)
Ix
dimana M adalah momen lentur pada penampang yang ditinjau, y adalah jarak
dari garis netral penampang terhadap titik yang ditinjau, dan I x adalah momen
inersia penampang.

A B

V
RA

tw
y y
x x M

Gambar 2.
Untuk material homogen, garis netral berhimpit dengan centroid. Tegangan
maksimum akan terjadi pada serat terluar, dimana nilai y maksimum. Ada 2 nilai
tegangan maksimum, yaitu tegangan tekan maksimum pada serat atas penampang dan
tegangan tarik maksimum pada serat bawah penampang. Jika garis netral terletak pada
sumbu simetri, maka:

2
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Mc M M
f max    (1.2)
Ix I x / c Sx
dimana c adalah jarak dari garis netral terhadap serat terluar penampang, dan Sx adalah
modulus section.
Persamaan 1 dan 2 valid bila beban kecil dan material masih dalam kondisi elastis, berarti
fmax tidak lebih dari Fy dan momen lentur tidak lebih dari:
M y  Fy S x

dimana My adalah momen lentur yang menyebabkan beam mengalami leleh.


Tahap pembebanan sebuah beam dari kondisi elastis sampai dengan mencapai yielding
point (titik leleh) digambarkan dalam Gambar 3.

f<Fy

Moment

f=Fy

Fy

Fy

Gambar 3.

3
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Saat leleh pertama dicapai, distribusi tegangan pada penampang tidak lagi linier,
dan leleh akan merambat ke serat dalam sampai mencapai garis netral. Pada saat yang
sama, daerah yang mencapai yielding akan merambat ke arah longitudinal dari tengah
bentang menuju lokasi lain dimana My tercapai. Yielding region (daerah yang meleleh)
digambarkan sebagai daerah hitam pada gambar 3. Pada gambar 3c yielding sudah
mencapai web, dan gambar 3d, yielding sudah terjadi pada seluruh penampang yang
ditinjau. Pada tahap ini, penambahan beban akan mengakibatkan collapse, dan muncul
sendi plastis pada beam seperti ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4.

Analisa struktur berdasarkan mekanisme ini dikenal dengan plastic analysis.


Kapasitas momen plastis bisa dihitung dengan meninjau distribusi tegangan seperti pada
gambar 5. Dengan keseimbangan tegangan tekan dan tarik didapat:
C=T
AcFy = AtFy
Ac = A t

Fy

C = Ac Fy
Garis Netral Plastis

T = At Fy

Fy

Gambar 5.

Untuk penampang yang simetri dalam arah sumbu searah momen lentur, garis
netral elastis dan garis netral plastis berhimpit. Momen plastis Mp adalah momen kopel
yang terbentuk dari gaya yang sama dan berlawanan arah:

4
Materi Perancangan Struktur Baja 2

 A
M p  Fy ( Ac )a  Fy ( At )a  Fy  a  Fy Z
2
dimana:
A = luas penampang total
a = jarak antara centroid terhadap titik berat luasan total
 A
Z   a
2

1.3 Stabilitas Beam


Jika beam bisa dipertahankan stabil sampai mencapai kondisi full plastis,
kekuatan momen nominal bisa diambil dari kapasitas momen plastis:
Mn=Mp

Untuk batang tekan, instabilyti bisa terjadi pada overall (keseluruhan) penampang,
atau hanya pada bagian tertentu (local). Ketika bagian tekan dari penampang mengalami
lendutan, ke-tidakstabil-an ini disebut Lateral Torsional Buckling (LTB). LTB bisa
dicegah dengan memberikan lateral bracing pada bagian yang tertekan (dalam hal ini
sayap tekan). Skema ini bisa dilihat pada gambar 6. Kekuatan momen tergantung pada
unbraced length (panjang bagian yang tidak di-bracing).

Gambar 6.

Walaupun beam mampu menahan momen yang cukup besar hingga mencapai
momen plastis, kemampuan ini tidak berarti jika salah satu bagian dalam penampang
mengalami buckling. Bila buckling terjadi pada sayap tekan disebut Flange Local

5
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Buckling (FLB), jika buckling terjadi pada bagian web yang tertekan disebut Web Local
Buckling (WLB).

1.4 Klasifikasi bentuk


AISC mengklasifikasikan bentuk profil sebagai compact, noncompact, dan
slender (ramping) tergantung pada rasio width-thickness. Untuk profil I dan H dipakai
ratio width-thickness dari flange (sayap) bf/2tf , dan untuk web adalah h/tw.
Parameter width-thickness disajikan pada table 1.

Elemen  p r

bf 65 141
Flange 2t f Fy Fy  10

h 640 970
Web tw Fy Fy

Jika:
  p dan flange menerus dengan web, profil compact

 p    r profil noncompact

  r profil slender
Profil diklasifikasikan sebagai profil compact bila kedua elemen (flange dan web)
memenuhi criteria tersebut.

1.5 Kekuatan lentur dari profil compact


Sebuah balok mengalami kegagalan setelah mencapai Mp, atau mengalami
buckling pada salah satu diantara 3 hal berikut:
1. Lateral-torsional Buckling (LTB)
2. Flange local buckling (FLB)
3. Web local buckling (WLB)
Jika tegangan lentur maksimum kurang dari batas proporsional ketika buckling
terjadi, maka kegagalan masih dalam kategori elastis.

6
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Seperti telah disebutkan sebelumnya, balok dikatakan compact bila flange dan
web memenuhi criteria sebagai berikut:

bf 65 h 640
 dan 
2t f Fy tw Fy

Kriteria untuk web dipenuhi oleh semua profil pada table dalam manual AISC,
sehingga kontrol hanya dilakukan pada flange. Sebagian besar profil juga memenuhi
criteria balok compact. Jika beam compact dan di support pada arah lateral secara
menerus sepanjang balok, atau jika panjang yang tidak disupport sangat pendek, kekuatan
momen nominal (Mn) adalah kapasitas momen plastis maksimum (Mp), sedangkan untuk
balok yang support lateralnya kurang, atau tidak di support sama sekali, momen
tahanannya dibatasi oleh kekuatan lateral-torsional bickling.
Untuk kategori pertama, balok compact dengan lateral support, kekuatan
nominal (Mn):
Mn  M p (AISC Equation F1-1)

dimana:
M p  Fy Z  1,5M p

Batasan 1,5Mp untuk Mp adalah untuk mencegah beban kerja yang menyebabkan
lendutan yang berlebihan dan akan dipenuhi jika:
Z
Fy Z  1,5Fy S atau  1,5
S
Kekuatan momen pada profil compact adalah fungsi dari unbraced length
(panjang yang tidak disupport) Lb, yang didifinisikan sebagai jarak antara lateral support.
Hubungan antara kekuatan nominal dengan unbraced length ditunjukkan pada gambar 2.
Jika unbraced length lebih kecil dari Lp, beam dikategorikan sebagai full lateral support
dan Mn=Mp. Jika Lb lebih dari Lp tapi sama atau lebih kecil dari Lr, kekuatan dihitung
berdasar pada inelastic LTB. Jika Lb lebih dari Lr, kekuatan dihitung berdasar elastic
LTB.
Persamaan untuk kekuatan elastic LTB adalah sebagai berikut:

7
Materi Perancangan Struktur Baja 2

2
  E 
Mn  EI y GJ    I y C w (1.3)
Lb  Lb 

dimana:
Lb = unbraced length (in)
G = modulus geser = 11.200 ksi untuk baja konstruksi
J = konstanta torsi (in4) (Torsional Constant)
Cw = konstanta warping (in6) (Warping Constant)
ho = Jarak antara titik berat elemen sayap
rts = Efective Radius Of Gyration (in)

Jika momen lebih besar dari kondisi first yield, kekuatan adalah berdasar perilaku
inelastic, dan momen dihitung berdasar:
M r  FL S x (AISC Equation F1-7)
dimana FL diambil yang terkecil diantara (Fyf-Fr) atau Fyw. Untuk member nonhybrid
Fyf=Fyw=Fy akan selalu sama dengan Fy-Fr, sedangkan FL digantikan dengan Fy-Fr
sehingga:
M r  Fy  Fr S x (AISC Equation F1-7)

dan
ry X 1
1  1  X 2 Fy  Fr 
2
Lr  (AISC Equation F1-6)
Fy  Fr

dimana

 EGJA
X1 
Sx 2
2
4C w  S x 
X2    (AISC Equation F1-8 and 9)
I y  GJ 

dan
 Lb  L p 
M n  M p  M p  M r   (1.4)
L L 
 r p 
dimana
8
Materi Perancangan Struktur Baja 2

300ry
Lp  (AISC Equation F1-4)
Fy

Sepanjang beam terdapat perbedaan momen, sehingga momen nominal harus


dimodifikasi dengan nilai Cb:
12,5M max
Cb  (AISC Equation F1-3)
2,5M max  3M A  4M B  3M C
dimana:
Mmax = nilai absolut momen maksimum dari unbraced length
MA = nilai momen absolut di ¼ bentang dari unbraced length
MB = nilai momen absolut di tengah bentang dari unbraced length
MC = nilai momen absolut di ¾ bentang dari unbraced length
Jika momen lenturnya seragam, maka nilai Cb:
12,5M
Cb   1,0
2,5M  3M  4M  3M

Untuk beberapa kasus pembebanan, nilai Cb bisa dilihat pada gambar 7.

Lb = L Lb = L/2
Cb = 1,14 Cb = 1,30

Lb = L Lb = L/2
Cb = 1,32 Cb = 1,67

M2 = M1
M1
A B C D

Lb = L
Cb = 2,27 a
a

Untuk AB dan CD : Cb = 1,67 9


Untuk BC : Cb = 1,00
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Gambar 7.

Untuk berbagai kondisi, kekuatan momen nominal adalah:


Untuk Lb  L p

M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

Untuk L p  Lb  Lr

  Lb  L p 
M n  Cb  M p  M p  M r  
 L  L 
(AISC Equation F1-2)
  r p 
Untuk Lb  Lr

M n  M cr  M p (AISC Equation F1-12)

dimana
2
  E 
M cr  Cb EI y GJ    I y C w (AISC Equation F1-13)
Lb  Lb 

Cb S x X 1 2 X 12 X 2
M cr  1
2Lb / ry 
2
Lb / ry

Penggunaan metode plastic analysis diijinkan jika profil compact dan jika:
Lb  L pd

dimana
3600  2200( M 1 / M 2 )
L pd  ry (AISC Equation F1-17)
Fy

dan
M1 = momen terkecil diantara kedua momen ujung
M2 = momen terbesar diantara kedua momen ujung
Rasio M1/M2 positif jika momen menyebabkan double curvature

1.6 Bending strength (Kekuatan Lentur) dari noncompact shapes


10
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Secara umum, beam gagal karena Lateral-Torsional Buckling, Flange Local


Buckling, atau Web Local Buckling. Kecuali hal tersebut, kegagalan beam bisa terjadi
pada range elastis atau range inelastic. Karena semua profil dalam manual adalah
compact, keadaan noncopmpact hanya perlu dikontrol pada Lateral-Torsional Buckling
dan Flane Local Buckling. Dengan:
bf

2t f

Jika  p    r , flange adalah noncompact, buckling terjadi dalam kondisi inelastic,

dan:
   p 
M n  M p M p  M r   (AISC Equation A-F1-3)
  
 r p 
dimana
65
p 
Fy

141
r 
Fy  Fr

M r  Fy  Fr S x

Fr = residual stress = 10 ksi

1.7 Shear strength (kekuatan geser)


Kekuatan geser beam harus memenuhi hubungan:
Vu   vVn
dimana:
Vu = geser maksimum berdasar beban kombinasi yang paling menentukan
 v = resisten factor untuk geser = 0,90
Vn = kekuatan geser nominal
Berdasar gambar 8 pada jarak x dari ujung kiri, pada garis netral penampang,
tegangan geser penampang adalah:
VQ
fv 
It

11
Materi Perancangan Struktur Baja 2

dimana:
fv = tegangan geser vertical dan horizontal pada titik yang ditinjau
V = gaya geser vertical pada penampang yang ditinjau

fv
M

V fv

Gambar 8.

Q =
I = momen inersia
T = lebar penampang melintang pada titik yang ditinjau
Gambar 9 Menunjukkan distribusi tegangan geser dari profil W. Distribusi
tegangn pada web tidak berbeda jauh, V/Aw, sehingga web akan meleleh sebelum flange
meleleh. Karena itu yielding dari web menentukan shear limit state. Dengan mengambil
tegangan leleh untuk geser pada web ditulis sebagai:
Vn
fv  0,60 Fy
Aw
dimana Aw adalah luas web. Kekuatan geser nominal adalah:
Vn  0,60Fy Aw

VQ
tf fv 
It
y
x x

tw
fv

V/Aw 12
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Gambar 9.
Kondisi ini dicapai tergantung pada rasio h/tw. Jika rasio terlalu besar, berarti web
terlalu slender (langsing), maka web akan mengalami buckling karena geser. Hubungan
antara rasio h/tw dengan kekuatan geser adalah:
Untuk h / t w  418 / Fy

Vn  0,60Fy Aw (AISC Equation F2-1)

Untuk 418 / Fy  h / t w  523 / Fy

418 / Fy
Vn  0,60 Fy Aw (AISC Equation F2-2)
h / tw

Untuk 523 / Fy  h / t w  260

132.000 Aw
Vn  (AISC Equation F2-3)
h / t w 2
dimana
Aw = luas penampang web = dtw
d = tinggi beam
Jika h/tw lebih besar dari 260, maka diperlukan pengaku untuk web.

1.8 Block shear


Block shear bisa muncul karena konvigurasi sambungan pada beam. Seperti pada
batang tarik, block shear bisa terjadi karena kombinasi shear yielding dan tension
fracture, atau shear fracture dan tension yielding. Kekuatan runtuh block shear dipilih
satu dari dua kondisi berikut:
Rn   0,6Fy Agv  Fu Ant  atau (AISC Equation J4-3a)

Rn   0,6Fu Anv  Fy Agt  (AISC Equation J4-3b)

dimana
 = 0,75
Agv = luas geser (panjang AB x tebal web Gambar 10)

13
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Anv = luas bersih bidang geser


Agt = luas bagian tarik (panjang BC x tebal web Gambar 10)
Ant = luas bersih bagian tarik

B C

Gambar 10.

1.9 Deflection (lendutan)


Selain keamanan, struktur juga harus mampu memberikan servis yang baik.
Serviceability struktur akan memberikan kenyamanan bagi pengguna. Untuk beam,
deflection (lendutan) adalah salah satu serviceability yang menentukan. Lendutan struktur
dihitung dengan:
5 wL4

384 EI
Karena itu AISC memberikan batasan untuk lendutan maksimum akibat beban mati +
beban hidup sebagai berikut:
Untuk Plastered construction = L/360
Unplastered floor construction = L/240
Unplastered roof construction = L/180

1.10 Perencanaan Beam


Langkah-langkah perencanaan
1. Hitung beban momen terfaktor (Mu). Ini akan menentukan kekuatan rencana yang
diperlukan  b M n . Berat sendiri beam merupakan bagian dari dead load, tetapi
pada tahap ini belum diketahui. Nilai bisa diasumsikan, atau untuk sementara
berat diabaikan dan dicek setelah pemilihan profil dilakukan.
2. Pilih Profil yang memenuhi kekuatan rencana. Hal ini bisa dilakukan dengan
salah satu cara di bawah ini:

14
Materi Perancangan Struktur Baja 2

a. Asumsikan profil, hitung kekuatan rencana, bandingkan dengan beban


momen terfaktor. Rubah/perbaiki bila diperlukan.
b. Gunakan grafik pada manual Part 4. Ini metode yang dianjurkan.
3. Cek kekuatan geser
4. Cek lendutan

1.11 Lubang pada beam


Kadang-kadang kita harus membuat lubang pada beam, baik untuk memasang
utilities maupun lubang untuk baut. Pengurangan luas penampang untuk lubang yang
cukup besar harus diperhitungkan terhadap kekuatan beam. Karena itu AISC memberikan
batasan, untuk lubang pada flenge bisa diabaikan jika:
0,75Fu A fn  0,95Fy A fg (AISC Equation B10-1)

dimana
Afg = Luas kotor sayap
Afn = Luas bersih sayap
Bila kondisi ini tidak terpenuhi, maka harus diperhitungkan luas efektif flange sebagai
berikut:
5 Fu
A fe  A fn (AISC Equation B10-3)
6 Fy

1.12 Biaxial Bending


Biaxial bending muncul jika beban yang bekerja menyebabkan bending pada
sumbu major (sumbu kiuat) dan sumbu minor (sumbu lemah). Perhitungan beam dengan
biaxial bending dibedakan menjadi dua yaitu jika:
a. Beban bekerja melalui shear center (pusat geser)
Jika bending hanya pada major axis:
M ux   b M nx

atau
M ux
 1,0
 b M nx
dimana:

15
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Mux
Mnx
Dengan cara yang sama, jika beban bekerja pada minor axis:
M uy
 1,0
 b M ny
dimana:
Muy
Mny
Jika beban bekerja di kedua sumbu maka,:
M ux M uy
  1,0
 b M nx  b M ny
Jika pada beam bekerja beban axial, maka:

Pu  M ux M uy 
    1,0 (AISC Equation H1-1b)
2Pn   b M nx  b M ny 

b. Beban bekerja tidak melalui shear center


Jika beban bekerja tidak melalui shear center, maka beam harus diperhitungkan
terhadap bending dan torsi.

1.13 Bending Strength dari berbagai bentuk profil


I. Channels
A. Width-thickness parameter for flexure
1. Flange:
bf 65 141
 ;p  ; r 
2t f Fy Fy  10

2. Web:
h 640 970
 ;p  ; r 
tw Fy Fy

B. Bending pada major axis (sumbu utama)

16
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Mn sama dengan Mn pada profil I


C. Bending pada minor axis (sumbu lemah)
Mn sama dengan Mn pada profil I
II. Rectangular Structural Tubes
A. Width-thickness parameter for flexure
1. Flange:
b 190 238
 ;p  ; r 
t Fy Fy

2. Web:
h 640 970
 ;p  ; r 
tw Fy Fy

B. Bending pada major axis (sumbu utama)


1. Compact shapes:
Untuk Lb  L p

M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

Untuk L p  Lb  Lr

  Lb  L p 
M n  Cb M p  M p  M r    Mp
  L  L 
 r p 
(AISC Equation F1-2)
Untuk Lb  Lr

M n  M cr  M p (AISC Equation F1-12)

dimana:
57.000Cb JA
M cr  (AISC Equation F1-14)
Lb / ry

3750ry
Lp  JA (AISC Equation F1-5)
Mp

57.000ry JA
Lr  (AISC Equation F1-10)
Mr

17
Materi Perancangan Struktur Baja 2

M r  Fy S x (AISC Equation F1-11)

2. Noncompact shapes:
   p 
M n  M p M p  M r   (AISC Equation A-F1-3)
  
 r p 
C. Bending pada minor axis (sumbu lemah)
1. Compact shapes:
M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

2. Noncompact shapes:
Cek FLB dan WLB dengan persamaan A-F1-3 AISC

III. Square Structural Tubes


A. Width-thickness parameter for flexure
1. Flange:
b 190 238
 ;p  ; r 
t Fy Fy

2. Web:
h 640 970
 ;p  ; r 
tw Fy Fy

B. Nominal Bending strength


1. Compact shapes:
M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

2. Noncompact shapes:
   p 
M n  M p M p  M r   (AISC Equation F1-3)
  
 r p 

IV. Solid Rectangular Bar


A. Bending pada major axis (sumbu utama)
Untuk Lb  L p

M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

18
Materi Perancangan Struktur Baja 2

Untuk L p  Lb  Lr

  Lb  L p 
M n  Cb M p  M p  M r    M p
  L  L 
 r p 
(AISC Equation F1-2)

Untuk Lb  Lr

M n  M cr  M p (AISC Equation F1-12)

dimana:
57.000Cb JA
M cr  (AISC Equation F1-14)
Lb / ry

3750ry
Lp  JA (AISC Equation F1-5)
Mp

57.000ry JA
Lr  (AISC Equation F1-10)
Mr

M r  Fy S x (AISC Equation F1-11)

B. Bending pada minor axis (sumbu lemah)


M n  M p  1,5M y (AISC Equation F1-1)

V. Tees and Double Angle Shapes


A. Width-thickness parameter for flexure
1. Tees:
a. Flange
bf 95
 ; r   p tidak digunakan
2t f Fy

b. Web
d 127
 ; r   p tidak digunakan
tw Fy

2. Double angles with separator

19
Materi Perancangan Struktur Baja 2

b 76
 ; r   p tidak digunakan
t Fy

3. Double angles in continuous contact:


b 95
 ; r   p tidak digunakan
t Fy

B. Dengan beban pada bidang simetris

M n  M cr 
 EI y GJ
Lb
B  1 B2 
(AISC Equation F1-15)
M n  1,5M y for stem in tension

M n  1,0M y for stem in compression

d  Iy
B  2,3  (AISC Equation F1-16)
 Lb  J
M r  Fy S x

C. Bending pada minor axis (sumbu lemah)


M n  M p  1,5M y

VI. Solid Circular dan Square shapes


M n  M p  1,5M y

VII. Hollow Circular shapes


A. Width-thickness parameter for flexure
D 2070 8970
 ;p  ; r 
t Fy Fy

dimana D adalah diameter luar circular


B. Nominal Bending strength
Untuk Lb  L p

20
Materi Perancangan Struktur Baja 2

M n  M p  1,5M y

Untuk L p  Lb  Lr

 600 
Mn    Fy  S (AISC Appendix F, Table A- F1.1)
 D/t 

Rangkuman Perencanaan Balok


Langkah-langkah dalam perencanaan balok:
1. Hitung beban ultimate (qu, Mu, dan Vu) berdasarkan kombinasi beban-beban
yang bekerja
2. Hitung kekuatan rencana (ΦMn dan ΦVn)
3. Tentukan dimensi balok dari Modulus Penampang yang diperlukan (Zx)
4. Periksa:
a. Berat sendiri (qD)
b. Angka kelangsingan (λ)
c. Stabilitas samping
d. Kekuatan geser
e. Defleksi

21
Materi Perancangan Struktur Baja 2

GAMBAR BALOK

Balok menggunkan profil W 21 x 48 untuk mensuport beban merata dengan panjang


balok 50 ft , Tegangan leleh Fy =60 ksi , ratio beban hidup dan beban mati 3,0.

Hitunglah kekuatan balok tersebut dan berapakah total beban maksimum yang dapat
diterima

a. Gunakan LRFD.
b. Gunakan ASD.

 Soal 2 :
a. Hitung kekuatan geser nominal untuk S 24 x 121 dengan mutu baja A 572 grade
65
b. Hitung kekuatan geser nominal untuk S 10 x 9 dengan mutu baja A A242

 Soal 3 :
Pada gambar balok dibawah ini digunakan mutu baja A 992, tentukan profil W yang
ekonomis yang dapat digunakan untuk menerima beban yang bekerja .
Berat balok tidak termasuk berat sendiri. Tidak perlu cek defleksi.
Asumsi : continuous lateral support.
a. Gunakan LRFD.
b. Gunakan ASD.

22
Materi Perancangan Struktur Baja 2

23

Anda mungkin juga menyukai