Anda di halaman 1dari 90

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER

Oleh:

Ir. Sutoyo Soepiadhy, mm., mt

AGUSTUS 2015
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i


Daftar Isi …………………………………………………………………………… ii
1. Struktur Lentur (Balok) ………………………………………………………… 1
1.1 Pengertian Balok …. ………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Lentur …………………………………………………………. 1
1.3 Profil Balok ………………………………………………………………… 3
1.4 Perilaku Balok Menerima Beban Gravitasi ………………………………… 3
1.5 Kekuatan Balok Akibat Momen Lentur ……………………………………. 5
1.6 Lendutan Balok ……………………………………………………………... 7
1.7 Kuat Geser Balok …………………………………………………………… 13
2. Struktur Kombinasi Normal dan Lentur (Balok Kolom ………………………… 26
2.1 Kombinasi Gaya Momen dan Normal …...…………………………………. 26
2.2 Momen Lentur dan Normal Tarik …..…...…………………………………. 26
2.3 Momen Lentur dan Normal Tekan …..…...…………………………………. 27
2.2 Momen ………………………….…..…...…………………………………. 28
3. Bangunan Industri …..…………………………………………………………… 41
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 59

ii
KATA PENGANTAR

Pembuatan Modul Buku Ajar Struktur Baja II merupakan salah satu usaha
untuk meningkatkan proses pembelajaran pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Mochammad Sroedji Jember.
Semoga Buku Ajar Struktur Baja II ini dapat membantu mahasiswa dalam
memahami dan melakukan desain elemen struktur balok, struktur balok kolom
portal baja, dan desain bangunan industri.
Kami sadari bahwa dalam penulisan buku ini masih ada kekurangan,
sehingga saran dan masukan sangat kami harapkan demi perbaikan dan manfaat
buku ajar ini.

Jember, Agustus 2015

Penyusun

i
1. STRUKTUR LENTUR (BALOK)

1.1 Pengertian Balok


Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban  sumbu
memanjang bentang.
Jenis-jenis balok yang digunakan pada bangunan:
- Stringer
Balok sejajar arah jembatan pada lantai kendaraan jembatan.
- Floor beam
Balok  arah jembatan yang berfungsi meneruskan beban dari stringer ke pemikul
utama (rangka batang, balok girder).
- Girder
Balok besar yang merupakan balok utama pada struktur jembatan.
- Gording
Balok yang memikul atap pada struktur atap
- Joist
Balok-balok yang sejajar dengan jarak kecil untuk memikul lantai atau atap bangunan.
- Lintel
Balok pada dinding terbuka
- Sprindel
Balok yang memikul dinding luar suatu bangunan.

1.2 Perumusan Lentur

Sb y f

fy

Sb z
L y 

Balok diatas dua tumpuan Diagram tegangan-regangan tarik

Jika suatu balok dibebani dengan beban lentur maka balok tersebut akan menerima
momen lentur. Momen lentur balok akan mengakibatkan tegangan lentur pada penampang
profil balok.
SSp 1
Jika beban ditambahkan maka tegangan lentur yang terjadi akan berubah seperti pada
gambar dibawah.
f < fy fy fy fy

f < fy fy fy fy
gbr. a gbr. b gbr. c gbr. d

Jika tegangan lentur maksimum yang terjadi < tegangan leleh bahan maka fmaks < fy
Batas elastis:
Jika tegangan lentur maksimum yang terjadi = tegangan leleh : fmaks = fy
Momen Leleh : My = fy . Wx
Wx = modulus elastis
Ix
Wx  h = tinggi profil
1 / 2.h
Batas plastis:
Jika seluruh penampang profil telah terjadi tegangan leleh fy
Momen yang terjadi pada batas elastis dinamakan Momen Leleh (My), sedangkan momen
yang terjadi pada batas plastis dinamakan Momen Plastis (Mp).
Momen Plastis : Mp = fy . Zx
Zx = modulus plastis

Faktor bentuk () dari suatu penampang adalah perbandingan antara momen plastis (Mp)
dengan momen leleh (My):
Mp fy.Zx Zx
   
My fy.Wx Wx
- Faktor bentuk untuk penampang persegi panjang:
Sx 1 / 4.b.h 2
    1,50
Wx 1 / 6.b.h 2
- Faktor bentuk penampang I :
 = 1,10 s/d 1,20

SSp 2
1.3 Profil Balok
Pertimbangan dalam penggunaan profil untuk struktur balok:
- Profil WF, INP, [, S sering digunakan sebagai struktur balok
- Profil WF sangat efektif digunakan sebagai struktur balok, karena luasan profil WF
dipusatkan pada sayap. Sehingga besaran Wx, Zx akan menjadi besar.

1.4 Perilaku Balok Menerima Beban Gravitasi


Pu y fy fy
- -
x
+ +
fy fy
L
_ _ _ Pu
_ _ _ _ _ _ _ _

+ + +
+ + + + + + + +

Struktur balok diberi beban gravitasi (seperti gambar diatas), maka sisi atas balok akan
mengalami tegangan tekan, dan sisi bawah balok menerima tegangan tarik. Jika balok
mempunyai kemampuan yang besar maka Ix >> Iy, sehingga balok akan lemah
terhadap sumbu y. Jika penahan samping maka sisi atas (tertekan) akan menekuk
kesamping (lateral).

Tampak atas dari balok diatas 2 (dua) tumpuan seperti gambar dibawah.

Lb = L
penahan lateral

Lb = ½ L Lb = ½ L

Lb = jarak penahan lateral


SSp 3
Kegagalan struktur balok akibat tekuk lateral biasanya terjadi akibat beban yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan beban yang mengakibatkan kegagalan lentur vertical (beban
gravitasi).
Jika jarak penahan lateral (Lb) semakin kecil maka beban yang mengakibatkan kegagalan
tekuk lateral semakin besar.

3 (tiga) kategori struktur balok menurut jarak penahan lateral meliputi:


1. Penahan lateral menerus : Lb = 0, dan jarak penahan lateral pendek/ kecil : Lb < Lp
(Daerah 1 : tekuk plastis : Mn = Mp)
2. Jarak penahan lateral sedang : Lp < Lb < Lr
(Daerah 2 : tekuk inelastis : Mr < Mn < Mp)
3. Jarak penahan lateral besar : Lb > Lr
(Daerah 3 : tekuk elastis : Mn < Mr)

Diagram Kuat ominal Momen Balok (Mn) – Panjang Penahan Lateral (Lb)

Mn

Mp Nilai Lp dan Lr lihat Tabel 8.3.2


SNI 03-1729-2002
Mr

Lb
Lp Lr
Daerah 1 Daerah 1 Daerah 1
Tekuk plastis Tekuk inelastis Tekuk elastis

Daerah 1 (Tekuk Plastis)


- Balok dapat diberi beban sampai seluruh penampang balok mencapai tegangan
leleh (fy) tanpa menekuk lateral.
- Nilai Lp tergantung ukuran penampampang profil dan mutu baja.
- Kuat nominal momen balok : Mn = Mp . Zx < 1,50 My
My = fy . Wx
- Kuat rencana momen : Mu =  . Mn dimana  = 0,90

Daerah 2 (Tekuk Inelastis)


- Kegagalan balok terjadi akibat tekuk lateral. Dimana penampang balok tidak
seluruhnya mencapai tegangan leleh (fy).
SSp 4
- Semakin besar Lb semakin kecil penampang yang mencapai tegangan leleh.
- Pada jarak Lb tertentu yang menacapi fy, maka jarak ini disebut Lr.
- Besarnya Lr tergantung ukuran penampang balok dan mutu baja (fy).

Daerah 3 (Tekuk Elastis)


- Kegagalan balok terjadi karena tekuk lateral dan punter. Penampang balok tidak
ada yang mencapai tegangan leleh (fy).
- Jika Lb semakin besar maka momen yang terjadi semakin kecil.
- Jika momen yang bekerja pada balok bertambah besar, maka lendutan kearah
lateral semakin besar, dan akan mencapai Mkr. Balok akan mengalami tekuk
punter dan sayap yang tertekan akan menekuk lateral.

15 Kekuatan Balok Akibat Momen Lentur.


Kuat Nominal Lentur Metode Elastis:
Mu <  Mn
Mu : momen lentur terfaktor
Mn : kuat nominal momen
 : faktor reduksi balok = 0,90

1.5.1 Kuat Nominal Lentur Penampang Balok Pengaruh Tekuk Lokal

- Momen Leleh : My = Wx. Fy


Wx : modulus penampang elastis (momen lawan)
fy : tegangan leleh baja

- Momen Batas : Mr = Wx (fy – fr)


fr : tegangan sisa
(profil buatan pabrik fr = 70 MPa, buatan fr = 115 MPa)

- Momen Plastis: Mp = Zx . fy
Zx ; modulus penampang plastis

SSp 5
Kriteria penampang profil balok:

a. Penampang Kompak:
  p  : perbandingan lebar dan tebal pelat (b/t)

p, r : harga batas menurut Tabel 7.5.1 SNI 03-1729-2002


Mn = Mp Mn : kuat nominal lentur penampang (momen nominal)

b. Penampang Tidak Kompak:


 p    r

(   p )
M n  M p  (M p  M r )
(   r )
c. Penampang Langsing:
  r

 
2

Mn  Mr r 
 

1.5.2 Kuat Nominal Lentur Penampang Balok Pengaruh Tekuk Lateral


- Momen Plastis: Mp = Zx . fy
- Momen Batas : Mr = Wx (fy – fr)

Kriteria panjang lateral balok:


a. Bentang Pendek : (tekuk plastis)
Lb < Lp Lb : panjang penahan lateral
Lp, Lr : harga batas (Tabel 8.3.2 SNI 03-1729-2002)
Mn = Mp < 1,50 My

b. Bentang Sedang : (tekuk inelastis)


Lp < Lb < Lr
 ( Lr  Lb) 
Mn  C b  Mr  Mp  Mr   Mp
 ( Lr  Lp ) 
c. Bentang Panjang : (tekuk elastis)
Lb > Lr
Mn = Mkr < Mp harga Mkr ditentukan dalam Tabel 8.3.1 SNI 03-1729-2002

SSp 6
1.6 Lendutan Balok
Lendutan balok baja biasanya dibatasi sampai batas tertentu. Hal ini ditentukan
oleh berbagai keadaan, meliputi:
- Lendutan yang besar akan mengakibatkan rusaknya barang-barang/ peralatan yang
didukung balok tersebut.
- Lendutan yang besar akan menimbulkan rasa tidak aman bagi pengguna bangunan.
- Lendutan yang besar akan menimbulkan tampilan bentuk struktur menjadi struktur
tidak estetis.

Menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-
2002, ditentukan bahwa batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus
sesuai dengan struktur, fungsi bangunan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang
didukung oleh struktur tersebut.
Tabel Lendutan Ijin Balok
Komponen Struktur dengan Beban Tidak Terfaktor Beban Tetap
Balok pemikul dinding atau pemikul yang getas L/360
Balok biasa L/240

Lendutan Terjadi
Untuk menghitung lendutan balok, maka beban kerja yang digunakan dalam perhitungan
adalah bukan beban terfaktor
Lendutan terjadi  pada balok diatas dua tumpuan sederhana (sendi – rol):
- Akibat beban terpusat P
P.L3

48.E.I

- Akibat beban merata q


q.L4

384.E.I

SSp 7
Contoh 1
Kontrol lendutan balok seperti gambar dibawah.
Profil WF 400.200.8.13, mutu BJ 37 (fy = 2.400 kg/cm2; E = 2.106 kg/cm2)
Lendutan maksimum yang diperbolehkan sebesar L/240

qu = 1.500 kg/m

L = 9,00 M

Penyelesaian:
Data IWF 400.200.8.13: Ix = 23.700 cm4
- Lendutan Ijin:
L 900
  3,75.cm
240 240
- Lendutan Terjadi:
5.q.L4 5.(15).(900) 4
   2,70  3,75.cm (memenuhi)
384.E.I 384.(2000000).(23700)

Contoh 2
Kontrol lendutan balok seperti gambar dibawah. Profil WF 400.200.8.13
Mutu BJ 37 (fy = 2.400 kg/cm2; E = 2.106 kg/cm2)
Lendutan maksimum yang diperbolehkan sebesar L/240

4,50M Pu = 11.600 kg

L = 9,00 M

Penyelesaian:
Data IWF 400.200.8.13: Ix = 23.700 cm4
- Lendutan Ijin:
L 900
  3,75.cm
240 240

- Lendutan Terjadi:
P.L3 (11600).(900)3
   3,72  3,75.cm (memenuhi)
48.E.I 48.(2000000).(23700)

SSp 8
Contoh 3
Tentukan dimensi struktur balok yang memikul beban mati 200 kg/m dan beban hidup
sebesar 1.200 kg/m. Panjang balok L = 8,00 m, mutu baja BJ 37 (Fe 360).
Lendutan balok maksimum L/300 (akibat beban hidup)
qu

L = 8,00 M

Penyelesaian:
- Menentukan beban terfaktor
qu = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (200) + 1,6 (1200) = 2.160 kg/m
Mu = 1/8 qu L2
= 1/8 (2160) (8)2 = 17.280 kgm
- Balok disumsikan penampang kompak
b .M n  b .M P  b .Z . f y
b .M P  M u
Mu
M u  b .Z . f y maka Z perlu 
b . f y
17280.(10) 2
  800cm3
0,90.2400

Dicoba profil WF 400.200.8.13; Zx = 1.190 cm3 > Zperlu = 800 cm3


d = 400 mm b = 200 mm
tw = 8 mm tf = 13 mm
ro = 16 mm Ix = 23.700 cm4

- Kontrol kelangsingan penampang balok


b 200 170
f    7,69 <  p   10,97 memenuhi
2.t f 2 x13 240

w 
h 400  2(16  13) 1680
  42,75 <  p   108,44 memenuhi
tw 8 240
Maka penampang balok kompak

SSp 9
- Kontrol Lendutan
Lendutan Ijin:
L 800
  2,67.cm
300 300
Lendutan terjadi
5.q.L4 5.(21,60).(800) 4
   2,43  2,67.cm
384.E.I 384.(2000000).(23700) memenuhi
Jadi digunakan profil balok WF 800.200.8.13

Contoh 4
Tentukan dimensi struktur balok yang memikul beban hidup 7.500 kg/m. Diasumsikan
beban mati termasuk berat sendiri diabaikan.
Panjang balok L = 9,00 m. Mutu BJ 37 (Fy = 240 MPa; E = 2.105 MPa).
Lendutan balok maksimum yang diperbolehkan L/300.

qu = 7.500 kg/m

L = 9,00 M

Penyelesaian:
- Menentukan beban terfaktor
qu = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (0) + 1,6 (7500) = 12.000 kg/m
Mu = 1/8 . qu . L2
= 1/8 (12000).(9)2 = 121.500 kgm
- Balok diasumsikan penampang kompak
Mn = Mp = Zx . Fy
Mu < b . Mn
Mu < b . (Zx . Fy)
Mu
Maka : Zx 
 . fy

121500.(10) 2
Zx   5.625.cm3
0,90.(2400)

SSp 10
Dicoba profil WF 700.300.13.24; Zx = 5.760 cm3 > Zperlu = 800 cm3
d = 700 mm b = 300 mm
tw = 13 mm tf = 24 mm
ro = 28 mm Ix = 201.000 cm4
- Kontrol kelangsingan penampang balok
b 300 170
f    6,25 <  p   10,97 memenuhi
2.t f 2 x 24 240

w 
h 700  2(24  28) 1680
  45,85 <  p   108,44 memenuhi
tw 13 240
Maka penampang balok kompak
- Kontrol Lendutan
Lendutan Ijin:
L 900
  3.cm
300 300
Lendutan terjadi
5.q.L4 5.(120).(900) 4
   2,55.cm  2,67.cm
384.E.I 384.(2000000).(201000) memenuhi

Jadi digunakan profil balok WF 700.300.13.24

Contoh 5
Struktur balok baja profil WF seperti gambar dibawah, mutu BJ 37 (Fe 360).
Balok menerima beban pusat (P) yang terdiri beban mati D = 4.000 kg dan beban hidup L
= 10.000 kg. Lendutan balok maksimum L/300.
P 4,00 M
Tentukan dimensi profil balok tersebut

L = 8,00 M

Penyelesaian:
- Menentukan beban terfaktor
qu = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (4000) + 1,6 (10000) = 20.800 kg/m
Mu = ¼ . Pu . L2
= ¼ (20800).(8) = 41.600 kgm

SSp 11
- Balok diasumsikan penampang kompak
Mn = Mp = Zx . Fy
Mu < b . Mn
Mu < b . (Zx . Fy)
Mu
Maka : Zx 
 . fy

41600.(10) 2
Zx   1.925,92.cm3
0,90.(2400)

Dicoba profil WF 500.200.10.16; Zx = 2.096,36 cm3 > Zperlu = 1.925,92 cm3


d = 500 mm b = 200 mm
tw = 10 mm tf = 16 mm
ro = 20 mm Ix = 47.800 cm4
- Kontrol kelangsingan penampang balok

Maka penampang balok kompak

- Kontrol Lendutan
Lendutan Ijin:
L 800
  2,67.cm
300 300
Lendutan terjadi
.P.L3 5.(20800).(800) 3
   2,33.cm  2,67.cm
48.E.I 48.(2000000).(47800) memenuhi

Jadi digunakan profil balok WF 500.200.10.20

SSp 12
1.6 Kuat Geser Balok
Tegangan geser leleh (y) y = 0,60 fy
Kuat geser balok harus memenuhi persyaratan : Vu  v .Vn
Dimana :
Vu = beban geser terfaktor maksimum
v = tahanan faktor geser = 0,90
Vn = kuat geser nominal
Kuat geser nominal (Vn)
Vn   y . Aw
Vn  0,60.Fy . Aw
Dimana:
fy = tegangan leleh
Aw = luas penampang web (badan)

Tegangan geser rata-rata luas penampang web dengan mengabaikan efek dari lubang:
V V
fv  
Aw d .t w
Dimana:
fv = tegangan geser
V = gaya geser
Q = S = statis momen terhadap garis netral
I = momen inersia terhadap garis netral
t = tebal bidang geser
tw = tebal web
Aw = luas web (badan)
d = tinggi profil

SSp 13
Diagram Tegangan Geser

bf
V .Q
fv 
tw
t .I
h d

tf

V
fv 
Aw
Stabilitas web (kelangsingan tebal badan):

h 1680 h 418
 atau 
tw Fy tw Fy
(satuan Fy dalam MPa) (satuan Fy dalam Ksi)
Bagaimana tegangan geser pada pertemuan Flens dan Web?
Tegangan geser pada garis netral?

Tegangan geser pada pertemuan flen dan web


bf tf
Q  S  (b f .t f )( y1 )

V .{(b f .t f )( y1 )}
y1  Flen: f vf 
h d
I .t f
tw V .{(b f .t f )( y1 )}
tf  Web: f vw 
I .t w
 Tegangan geser pada garis netral:
2
1 1 
Qn  Q  . d  t f  (t w )
2 2 
V .Qn
fv 
I .t w
Contoh 6
Hitung kuat geser rencana profil WF 300.300.10.15,
Mutu baja BJ 37 dengan tegangan leleh fy = 2400 kg/cm2

PENYELESAIAN:
Data WF 300.300.10.15: d = 300 mm, b = 300 mm, tf = 15 mm, tw = 10 mm
ro = 18 mm
bf
 Kontrol kelangsingan tebal web:
h = d – 2 (ro + tf) = 300 – 2 (18 + 15) = 234 mm
h 1680
 tw
h d
tw fy
h 234 1680 1680
  23,4 <   108 , 44 (memenuhi) tf
tw 10 fy 240

 Kuat geser rencana (fv.Vn)


Vn  0,60. f y . Aw
Vn  0,60. f y .d .t w
 0,60.( 2400).(30 x1)  43.200.kg

Jadi kuat geser rencana: v .Vn  0,90(43200)  38.880.kg


Contoh 7
Hitung kuat geser rencana profil 400.300.10.16,
mutu baja BJ 37 dengan tegangan leleh fy = 2400 kg/cm2

PENYELESAIAN:
Data WF 400.300.10.16: d = 390 mm, b = 300 mm, tf = 16 mm, tw = 10 mm
ro = 22 mm
 Kontrol kelangsingan tebal web: bf

h = d – 2 (ro + tf) = 390 – 2 (22+16) = 314 mm


h 1680
 tw
tw fy h d

h 314 1680 1680


  31,4 <   108 , 44 (memenuhi) tf
tw 10 fy 240

 Kuat geser rencana (fv.Vn)


Vn  0,60. f y . Aw
Vn  0,60. f y .d .t w
 0,60.( 2400).(39 x1)  56.160.kg

Jadi kuat geser rencana: v .Vn  0,90(56160)  50.544.kg


Contoh 8
Balok baja bentang 12 m menahan beban merata sebesar qu = 5 ton/m.
Profil IWF 350.175.7.11, mutu BJ 37 (Fy = 2.400 kg/cm2)
Balok terikat secara lateral, dan perletakan balok adalah sendi – rol.
Kontrol apakah balok kuat menahan beban geser.

PENYELESAIAN:
bf
 Data profil WF.350.175.7.11
d = 350 mm, b = 175 mm
tf = 11 mm, tw = 7 mm, ro = 14 mm tw d
h

h = d – 2 (ro + tf) tf
= 350 – 2(14 + 11) = 300 mm

 Menghitung beban geser maksimum (terjadi di tumpuan):


qu
Vu = ½ qu . L
L=12m
= ½ (5000) . (12) = 30.000 kg
Bid D +
-
 Kontrol kelangsingan badan (stabilitas web)
h 1680

tw Fy
h 300 1680 1680
  27,27 <   108,44 (ok)
t w 11 Fy 240

Menghitung kuat geser rencana (f


v.Vn):

- Kuat geser nominal : Vn = 0,6 . Fy . Aw


= 0,6 (2400) (35 x 0,7) = 35.280 kg

- Kuat geser rencana: φv.Vn = 0,90 (35280) = 31.752 kg

Jadi: Vu (30.000 kg) < φv.Vn (31.752 kg), maka balok kuat menahan geser
Contoh 9
Balok baja bentang 12 m menahan beban pusat Pu = 85 ton tengah bentang
Profil IWF 400.200.8.13, mutu BJ 37 (Fy = 2.400 kg/cm2)
Balok terikat secara lateral, dan perletakan balok adalah sendi – rol.
Kontrol apakah balok kuat menahan beban geser.
PENYELESAIAN:
bf
 Data profil WF.400. 200.8.13
d = 400 mm, b = 200 mm
tf = 13 mm, tw = 8 mm, ro = 16 mm tw d
h

h = d – 2 (ro + tf) tf
= 400 – 2(16 + 13) = 342 mm

 Menghitung beban geser maksimum (terjadi di tumpuan):


Pu
Vu = ½ Pu
L=12m = ½ (85.000) = 42.500 kg
Bid D +
-
 Kontrol kelangsingan badan (stabilitas web)
h 1680

tw Fy
h 342 1680 1680
  42,75 <   108,44 (ok)
tw 8 Fy 240

Menghitung kuat geser rencana (f


v.Vn):

- Kuat geser nominal : Vn = 0,6 . Fy . Aw


= 0,6 (2400) (40 x 0,8) = 46.080 kg

- Kuat geser rencana: φv.Vn = 0,90 (46.080) = 41.4722 kg

Jadi: Vu (42.500 kg) > φv.Vn (41.4722 kg),


maka balok tidak kuat menahan geser
Data
 Bentang
 Mutu Baja: (Tegangan ijin, Mod. Elastisitas)

Beban: Tetap & Sementara

Hitung Mu maksimum

Mu < φb . Mn

DESAIN BALOK Pilih Profil

Kontrol:
-Penampang
- Geser
- Lendutan

Tidak
Kontrol aman

Finish
Mu < fb Mn
Mu
Mu < fb MP MP  Mu
b Z Perlu 
b . f y
MP = Zx . fy

PILIH PROFIL
bf

Kontrol penampang kompak:


Sayap Badan tw
h d
bf 170 h 1680
 
2.t f Fy tw Fy tf

Satuan tegangan leleh fy adalah MPa

Kontrol Geser:
fv.Vn > Vu
Kuat geser rencana :  v .Vn  0,90.(0,6. f y . Aw )

Kontrol Lendutan:


Contoh 10
Balok baja profil WF seperti gambar dibawah, mutu BJ 37 (fy=2.400 kg/cm2).
Menerima beban merata yang terdiri beban mati D = 1.000 kg/m dan
beban hidup L = 2.000 kg/m. Lendutan balok maksimum L/300
Tentukan dimensi profil balok tersebut
qu
A B
8.00 m

PENYELESAIAN:
 Beban terfaktor: qu=4.400 kg/m
qu = 1,2 D + 1,6 L A B
8.00 m
= 1,2 (1000) + 1,6 (2000) = 4.400 kg/m

 Momen maksimum:
Mu = 1/8 qu L2 +
= 1/8 (4400) 82 = 35.200 kgm

 Geser maksimum:
Vu = Du = ½ qu L +
-
= ½ (4400) 8 = 17.600 kg
b .M P  M u
M u 35200
MP    39.111,11.kgm  3.911.111.kgcm
 0,9
MP 3.911.111
Z perlu    1.629,62.cm3
fy 2400
Dicoba profil WF 500.200.10.16
(Zx = 1.910 cm3 > Zperlu = 1.629,62 cm3, Ix = 47.800 cm4)

 Kontrol penampang balok:


b 200 170
f    6,25 < p   10,97 (memenuhi)
2.t f 2 x16 240
h 500  2(16  20) 1680
w    42,8 <  p   108,44 (memenuhi)
tw 10 240

>>>>> penampang kompak


 Kontrol Geser:
φv.Vn > Vu
Kuat geser rencana (fv.Vn)
φv Vn = 0,90 (0,60 fy . Aw)
= 0,90 (0,60)(2400)(50)(1) = 64.800 kg > Vu = 17.600 kg (ok)

 Kontrol lendutan:


- Lendutan terjadi:
5.q.L4 5(44)(800) 4
   2,45.cm
384.E.I 384.(2000000).(47800)
- Lendutan ijin:
L 800
   2,67.cm
300 300
>>>   2,45cm    2,67 cm (ok)
Digunakan profil WF 500.200.10.16
L

B
L

B
Contoh 11
Suatu balok rangka atap (gording) digunakan profil kanal C (light lip channel)
C 150.65.20.3,2.
Jarak antara gording = 1,25 m
Jarak antar kuda-kuda = 4,00 m
Sudut kemiringan atap (α) = 250
Penutup atap genteng, berat = 50 kg/m2
Beban angin = 40 kg/m2
Kontrol apakah gording tersebut kuat menerima beban
PENYELESAIAN
y
Data profil C 150.65.20.3,2
c=20
Ix = 332 cm4
a=150 x Iy = 53,8 cm4
t=3,2 Zx = 44,30 cm3
Zy =12,20 cm3
b=65

1,25m 4,00

4,00
α =
1. Analisa Pembebanan:
a. Beban Mati:
- Berat gording C = 7,51 kg/m
- Berat atap = 1,25 (50) = 62,50 kg/m
q = 70,01 kg/m

b. Baban Hidup:
Bekerja di tengah-tengah bentang gording P = 100 kg

c. Beban Angin:
Beban angin = 40 kg/m2
- Koefisien angin tekan = 0,02 α – 0,40
= 0,02 (25) – 0,40 = 0,10
- Koefisien angin hisap = - 0,40
- Wtekan = 0,10 (40) (1,25) = 5 kg/m
- Whisap = -0,40 (40) (1,25) = - 20 kg/m

α
2. Momen-momen yang terjadi pada gording:
a. Akibat Beban Mati:
q = 70,01 kg/m
qx = q cos 25 = 70,01 (cos 25) = 63,45 kg/m qy
qy = q sin 25 = 70,01 (sin 25) = 29.59 kg/m
qx
Mx = 1/8 (qx) L2 = 1/8 (63,45) (4)2 = 126,90 kgm q
My = 1/8 (qy) L2 = 1/8 (29,59) (4)2 = 59,18 kgm α

b. Akibat Beban Hidup:


P = 100 kg
Px = P cos 25 = 100 cos25 = 90,63 kg Py
Py = P sin 25 = 100 sin 25 = 42,26 kg
Mx = ¼ Px . L = ¼ (90,63) 4 = 90,63 kgm Px
My = ¼ Py . L = ¼ (42,26) 4 = 42,26 kgm α P

c. Akibat Beban Angin:


Beban angin bekerja tegak lurs sumbu x :
Angin tekan : Mx = 1/8 Wtekan . L2 = 1/8 (5) (4)2 = 10 kgm
My = 0
Angin hisap : Mx = 1/8 Whisap . L2 = 1/8 (-20) (4)2 = -40 kgm
My = 0
3. Kombinasi Beban Momen Terfaktor
Kombinasi Beban Mux (kgm) Muy (kgm)
1. U = 1,4 D 177,66 82,85
2. U = 1,2 D + 0,5 L 197,60 92,16
3. U = 1,2 D + 1,6 L 297,29 138,64
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,8 W 305,29 138,64
4. U = 1,2 D + 0,5 L + 1,3 W 210,06 92,16
5. U = 0,9 D + 1,3 W 127,21 53,27
Jadi Momen maksimum: Mux = 305,29 kgm = 30.529 kgcm
Muy = 138,64 kgm = 13.864 kgcm

4. Diasumsikan penampang kompak, maka:


Mnx = Zx . fy = 44,30 (2400) = 106.320 kgcm
Mny = Zy . fy = 12,20 (2400) = 29.280 kgcm

5. Perband. momen ultimit (x,y) dengan momen rencana (x,y) harus < 1
Mux Muy
 1
b .Mnx b . Mny
1
2
30529 13864
  1,32  1
0,90.(106320) 0,90.( 1 )(29280)
2
Jadi gording profil C 150.65.20.3,2 tidak kuat menerima beban
Untuk struktur balok yang mempunyai penampang I, dengan rasio bf/d < 1,0
Dan merupakan bagian struktur dengan kekangan lateral penuh maka harus
Dipenuhi persyaratan sesuai SI 03-1729-2002 berikut :
 
 Mux   Muy 
      1,0
 b .Mpx   b .Mpy 
 
 Cnx.Mux   Cny.Muy 
      1,0
 b .Mnx   b .Mny 
Dengan ketentuan:
Untuk bf/d < 0,5 ; ξ = 1,0
Untuk 0,5 < bf/d < 1,0; ξ = 1,6
Untuk bf/d < 0,3 η = 1,0
Untuk 0,3 < bf/d < 1,0 η = 0,4 + bf/d > 1,0
Contoh 12
Suatu balok baja profil IWF 250.250.9.14, mutu baja BJ 37.
Balok tersebut memikul momen akibat beban mati MDx = 2.000 kgm dan
MDy = 600 kgm, serta memikul beban hidup MLx = 6.000 kgm & MLy = 2.800 kgm.
Kontrol kekuatan balok tersebut apabila diasumsikan terdapat sokongan lateral

PENYELESAIAN:

Beban momen terfaktor:


Mux = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 (2000) + 1,6 (6.000) = 12.000 kgm
Muy = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 (600) + 1,6 (2.800) = 5.200 kgm

Kontrol kelangsingan penampang:


b 250 170
f    8,93 < p   10,97 (memenuhi)
2.t f 2 x14 240
h 250  2(14  16)
w    21,1 < p 
1680
 108,44 (memenuhi)
tw 9 240
>>>>> penampang kompak
Menghitung rasio bf/d :
bf 250
 1
d 250
Untuk 0,3 < bf/d < = 1 >>> maka η = 0,4 + bf/d = 0,4 + 1 = 1,4
Mnx = Mpx = Zx . Fy = 936,89 (2400) = 2.248.536 kgcm
Mny = Mpy = Zy . Fy = 442 (2400) = 1.060.800 kgcm

Persyaratan profil I dengan rasio bf/d < 1 dan dengan tahanan lateralpenuh:
 
 Cnx.Mux   Cny.Muy 
      1,0
 b .Mnx   b .Mny 
1, 4 1, 4
 1.(12000)   1.(5200) 
      0,91  1
 0,9.(2248536)   0,9.(1060800) 

Jadi profil IWF 250.250.9.14 kuat menerima beban momen lentur


2. STRUKTUR KOMBINASI NORMAL DAN LENTUR
(BALOK KOLOM)

2.1 Kombinasi Gaya Momen dan Normal


Bagian struktur suatu bangunan sering menerima gaya atau beban kombinasi
momen dan beban normal, seperti kolom portal. Kolom tersebut menerima beban normal
tekan dan beban momen lentur akibat suatu sambungan kaku balok-kolom. Hal ini terjadi
juga pada truktur rangka batang. Batang atas suatu rangka batang disamping menrima
beban tekan juga menerima beban momen lentur apabila letak gording tidak pada titik
buhul. Demikian juga batang bawah disamping menerima beban tarik akan menerima
beban lentur apabila letak penggantung plafon, ducting AC tidak terletak pada titik buhul.
Tidak sentrisnya beban normal dengan titik berat susunan sambungan akan
mengakibatkan beban momen pada batang yang disambung.
Kombinasi beban momen dan beban tarik cenderung tidak menimbulkanmasalah,
karena beban tarik akan mengurangi besarnya lendutan akibat beban momen. Sedang
kombinasi beban momen dan beban tekan akan menambah besarnya lendutan sehingga
menambah besarnya momen.
Batang balok kolom cenderung kaku sehingga tidak terjadi lendutan/ defleksi yang
cukup besar.

2.2 Momen Lentur dan Normal Tarik


Beberapa contoh suatu batang yang menerima beban aksial tarik dan beban momen
lentur secara bersamaan.
a. Balok dengan beban tarik dan beban gravitasi
b. Penggantung dengan beban tarik eksentris
c. Penggantung dengan beban tarik sentry dan beban lateral

Wu
Wu
Pu Pu

Pu e Pu

Ganbar a Ganbar b Ganbar c


SSp-26
Persamaan interaksi antara beban normal dengan momen lentur pada profil dengan
penampang simetris :

Pu Pu 8  Mux Muy 
Untuk  0,20 maka      1,0
t .Pn t .Pn 9  b .Mnx b .Mny 

Pu Pu  Mux Muy 
Untuk  0,20 maka      1,0
t .Pn 2.t .Pn  b .Mnx b .Mny 

Dimana :
Pu : beban normal tarik terfaktor
Mux, Muy : momen lentur terhadap sb x/ sumbu y akibat beban terfaktor
Pn : kekuatan tarik nominal
Mnx : kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu x
Mny : kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu y
t : faktor reduksi untuk kuat tarik
kuat leleh t = 0,90, kuat putus t = 0,75
b : faktor reduksi untuk kuat lentur (b = 0,90)

2.3 Momen Lentur dan Normal Tekan


Batang dengan beban momen lentur dan normal tekan disebut juga balo kolom
(beam coloumn).
Apabila balok kolom memikul momen lentur sepanjang bagian tanpa pengekang
lateral, maka akan melendut pada bidang momen lenturnya. Sehngga akan mengakibatkan
momen sekunder (menambah besar momen), sebesar beban tekan dikalikan lendutan
(eksentrisitas). Tambahan momen tersebut akan memperbesar lendutan sehingga akan
menambah momen sampai mencapai keseimbangan. Pada Gambar a, ada tambahan
momen sebesar Pu . )
Apabila portal mengalami pergoyangan, dimana ujung-ujung kolom akan
mengalami perpindahan lateral satu dengan lainnya. Hal ini akan mengakibatkan
tambahan momen. Pada Gambar b, ada tambahan momen sebesar Pu. ).

SSp-27
Pu Pu 
M M

M1 = Mnt + Pu. M1 = Mlt + Pu.



(momen bertambah akibat ) (momen bertambah akibat )

M M
Pu Pu

Gambar a. : Gambar b.

Kolom Tidak Bergoyang Kolom Bergoyang

Menghitung momen tambahan akibat d dan D menurut LRFD dapat dihitung


menggunakan analisa order pertama, yaitu perkalian antara momen yang diperoleh dengan
factor pembesaranmomen b dan s

2.4 Momen
a. Elemen tidak bergoyang
Mu = bMntu
Mntu : momen terfaktor pada analisa order pertama yang diakibatkan beban yang
tidak menimbulkan pergoyangan.
b : faktor amplifikasi, untuk memasukkan pengaruh P-
Cm
b   1,00
 Nu 
1   
 N crb 
Ag. fy  2 .E
N crb   2 . Ag
2c 
Dimana :
Nu : gaya tekan terfakror
Ncrb : gaya tekan kritis Euler untuk elemen tidak bergoyang
(k-untuk elemen tidak bergoyang)
k.L

i

SSp-28
- Untuk elemen tanpa beban transversal :
M1
Cm = 0,6 – 0,4 b < 1,00 maka  dimana M1 < M2
M2
M1, M2 : momen di ujung-ujung elemen
 bernilai positif apabila M1 dan M2 membuat lengkungan yang berbeda
M M

- Untuk elemen tanpa beban transversal :


Cm = 1 untuk elemen dengan ujung-ujung sederhana
Cm =0,85 untuk elemen dengan ujung-ujung kaku

b. Elemen bergoyang
Mu = b Mnt + b Mlt
Dimana :
Mlt : momen terfaktor pada analisa order pertama yang diakibatkan beban yang
menimbulkan pergoyangan
s : faktor amplikasi, untuk memasukkan pengaruh P-
1
s 
  Nu 
1  
N 
 crs 
 2 .E
N crs  . Ag
2
Nu : jumlah beban tekan terfaktor seluruh kolom dalam satu tingkat yang
ditinjau.
Ncrs : jumlah beban kritis Euler untuk elemen bergoyang (k-bergoyang) dalam
satu tingkat tertentu.

Persamaan interaksi antara beban normal tekan dengan momen lentur :

Pu Pu 8  Mux Muy 
Untuk  0,20 maka      1,0
t .Pn t .Pn 9  b .Mnx b .Mny 

Pu Pu  Mux Muy 
Untuk  0,20 maka      1,0
t .Pn 2.t .Pn  b .Mnx b .Mny 
SSp-29
Dimana :
Pu : beban normal tekan terfaktor
Mux, Muy : momen lentur terhadap sb x/ sumbu y akibat beban terfaktor
Pn : kekuatan tekan nominal
Mnx : kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu x
Mny : kekuatan momen lentur nominal terhadap sumbu y
c : faktor reduksi untuk kuat tekan (c = 0,85)
b : faktor reduksi untuk kuat lentur (b = 0,90)

Contoh Kolom Tidak Bergoyang


Suatu portal tidak bergoyang digunakan profil WF 300x300x12x12 dengan data profil :
d = 294 mm bf = 294 mm tw = 12 mm tf = 12 mm r = 18 mm A = 107,7 cm2
ix = 12,5 cm iy = 7,16 cm Sx = 1150 cm3 Sy = 365 cm3 Zx = 1241 cm3 dan
Zy = 557 cm3
Panjang kolom L = 450 cm, kx =0,76 ky = 0,68,
Mutu baja BJ 41 (fy = 250 MPa)
Beban tekan Pu = 70 ton Mntx1 = 7,65 tm Mnty1 = 2,10 tm
Mntx2 = 10,05 tm Mnty2 = 2,75 tm

Mntx Mnty

Kontrol kekuatan kolom tersebut

Penyelesaian
- Kontrol penampang kolom
h = 294 – 2(12+18) = 234 mm
h 234
  19,50
tw 12

665 665
R    42,06
fy 250

h
Maka  R memenuhi
tw

SSp-30
bf 302
  12,58
2.t s 2 x12
250 250
R    15,81
fy 250

bf
Maka  R memenuhi
2.t s
Penampang kompak (tidak langsing)

- Kelangsingan struktur (tidak bergoyang)


k.L

i
Arah X:
0,76 x 450
x   27,36
12,5

 2 .E. Ag  2 .(200000)(107,7)
N crbx    2.837.088.kg
2x (27,36) 2
Arah Y:
0,68 x 450
y   42,74
1,16

 2 .E. Ag  2 .(200000)(107,7)
N crby    1.162.755.kg
2x (42,74) 2
Maka : maks = y = 42,74

 fy 42,74 250
c    0,481
 E  200000
Untuk : 0,25 < c < 1,20
1,43

1,6  0,67.c
1,43
  1,12
1,6  0,67.(0,481)
fy
Pn  Ag.

 2500 
 107,7.   240.550.kg
 1,12 

SSp-31
Pu 70000
  0,342.  0,20 digunakan Rumus Interaksi 1
 .Pn 0,85 x 240550

- Momen Balok
Mu = b . Mnt
Arah X:
M 
Cm  0,6  0,4 1 
 M2 

 7,65 
 0,6  0,4    0,296
 10,05 
Cm
 bx   1,00
 Nu 
1   
 N crbx 
0,296
 bx   0,303
 70000 
1  
 2837088 
Digunakan bx = 1,00
Mu = bx . Mntx = 1,00 x 10,05 = 10,05 tm

Arah Y:
M 
Cm  0,6  0,4 1 
 M2 

 2,10 
 0,6  0,4    0,905
 2,75 
Cm
 bx   1,00
 Nu 
1  
N 
 crby 
0,905
  0,965
 70000 
1  
 1162757 
Digunakan by = 1,00
Mu = by . Mnty = 1,00 x 2,75 = 2,75 tm

SSp-32
- Momen Nominal
Kontrol tekuk lokal:
h = 294 – 2(12+18) = 234 mm
h 234
  19,50
tw 12

1680 1680
p    106,25
fy 250

h
Maka  p memenuhi
tw

bf 302
  12,58
2.t s 2 x12

170 250
p    10,75
fy 250

370 370
R    27,58
f y  fr 250  70

Maka p <  < R (penampang tidak kompak)

Terhadap sumbu X:
Mpx = Zx .fy = 1241 (2500) = 3.102.500 kgcm = 31,025 tm
MRx = Sx .(fy – fr) = 1150 (2500-700) = 2.007.000 kgcm = 20,070 tm
(   p )
M nx  M px  ( M px  M Rx )
( R   p )

(12,583  10,75)
 31,025  (31,025  20,070)  29,90.tm
(27,58  10,75)

Terhadap sumbu Y:
Mpy = Zy .fy = 557 (2500) = 1.392.500 kgcm = 13,925 tm
MRy = Sx .(fy – fr) = 365 (2500-700) = 657.000 kgcm = 6,570 tm
(   p )
M ny  M py  ( M py  M Ry )
( R   p )

(12,583  10,75)
 13,925  (13,925  6,570)  13,124.tm
(27,58  10,75)

SSp-33
- Kontrol tekuk lateral
LB = 450 cm

E
LP  1,76.i y .
fy

200000
 1,76.(7,16).  356.cm.  LB
250 bentang menengah
f L  1.800.kg / cm2

1 1 
J  (28,20)(1,20) 3  2 (30,20)(1,20) 3   51,034.cm 4
3 3 

h2  28,2 2 
I w  Iy.( )  5520   1.097.431.cm 6
4  4 

X 
LR  i y . 1 . 1  1  X 2 . f L2
 fL 

 EGJA
X1 
Sx 2

 (2000000)(800000)(51,034)(107,7)
  181.057.kg / cm 2
1150 2

 S 
2
 Iw 
X 2  4   
 GJ  I 
 y
2
 1150   1097431 
 4   0,631.10 .cm / kg
6 4 2

 (800000)(51,034)   5520 

 181057 
LR  7,16. 6

. 1  1  (0,631.10 )(1800) .  1.193.cm
2

 1800 
Maka : LP  LB  LR

 L  L B  
Mn  Cb  M R  M P  M R  R   MP
 ( LR  LP ) 

3,933 MA = 3,933 (1,125) – 10,05 = - 5,625 tm


10,05 _ 1,125 MB = 3,933 (2,25) – 10,05 = - 1,200 tm
A
1,125 MC = 3,933 (3,375) – 10,05 = + 3,225 tm
B
1,125 Mmaks = - 10,05 tm
C
7,65 + 1,125
3,933
SSp-34
12,5.M maks
Cb 
2,5.M maks  3M A  4 M B  3M C
12,5.(10,05)
  2,224
2,5.(10,05)  3(5,625)  4(1,200)  3(3,225)
Maka :

Mnx  2,24 20,7  31,025  20,70 
1193  450   66,42.tm  M  31,025.tm
(1193  350) 
P

Mnx = Mpx =31,025 tm > Mnx = 29,90 tm
Jadi Mnx = 29,90 tm (tekuk lokal yang menentukan)

- Kontrol interaksi balok kolom

Pu 8  Mux Muy 
     1,0
t .Pn 9  b .Mnx b .Mny 

70 8  10,05 2,75 
     0,859.  1,0
0,85(240,55) 9  0,90.(29,90) 0,90.(13,124) 
memenuhi

Jadi kolom portal kuat memikul beban tekan dan momen lentur

SSp-35
Contoh Portal Bergoyang
Suatu portal bergoyang digunakan profil WF 400x400x15x15 dengan data profil :
d = 388 mm bf = 402 mm tw = 15 mm tf = 15 mm r = 22 mm A = 178,5 cm2
Iy = 5.520 cm4 Sx = 2520 cm3 Sy = 809 cm3
Zx = 2.730 cm3 Zy = 1.225 cm3
Panjang kolom L = 400 cm, Beban tekan Pu = 110 ton
Mutu baja BJ 37 (fy = 240 MPa)
Tanpa pergoyangan kx = 0,82 Mntx1 = 5,25 tm Mnty1 = 1,26 tm
ky = 0,76 Mntx2 = 6,55 tm Mnty2 = 1,98 tm
Dengan pergoyangan kx = 1,32 Mntx1 = 8,75 tm Mnty1 = 2,25 tm
ky = 1,22 Mntx2 = 12,25 tm Mnty2 = 3,24 tm
Kontrol kekuatan kolom tersebut

Penyelesaian
- Kontrol penampang kolom
h = 388 – 2(15+22) = 314 mm
h 314
  20,93
tw 15

665 665
R    42,93
fy 240

h
Maka  R memenuhi
tw

bf 402
  13,4
2.t s 2 x15
250 250
R    16,14
fy 240

bf
Maka  R memenuhi
2.t s
Penampang kompak (penampang tidak langsing)

SSp-36
- Kelangsingan struktur (bergoyang)

1,32 x 400
x   31,81
16,6
1,22 x 400
y   51,15
9,54
Maka : maks = y = 51,15

 fy 51,15 240
c    0,564
 E  200000
Untuk : 0,25 < c < 1,20
1,43

1,6  0,67.c

1,43
  1,17
1,6  0,67.(0,564)
fy
Pn  Ag.

 2400 
 178,5.   366.064.kg
 1,17 
Pu 110000
  0,354.  0,20 digunakan Rumus Interaksi 1
 .Pn 0,85 x366064

Untuk portal tidak bergoyang


0,82 x 400
x   19,76
16,6
0,76 x 400
y   31,87
9,54

 2 .E. Ag  2 .(200000)(178,5)
N crbx    9.014.749.kg
2x (19,76) 2

 2 .E. Ag  2 .(200000)(178,5)
N crby    3.466.387.kg
2x (31,87) 2

SSp-37
- Momen Balok
Mu = b . Mnt + s . Mlt
Arah X:
M 
Cm  0,6  0,4 1 
 M2 

 5,25 
 0,6  0,4    0,279
 6,55 
Cm
 bx   1,00
 Nu 
1   
 N crbx 
0,279
  0,282
 110000 
1  
 9014749 
Digunakan bx = 1,00

Apabila diketahui Nu = 2.640 t dan Ncrsx = 83.496 t


1
 sx   1,00
 Nu 
1   
 N crsx 
1
  1,033
 2640 
1  
 83496 
Mux = bx . Mntx2 + sx . Mltx2
= 1 (6,55) + 1,033 (12,25) = 19,204 tm

Arah Y:
M 
Cm  0,6  0,4 1 
 M2 

 1,26 
 0,6  0,4   0,345
 1,98 
Cm
 by   1,00
 Nu 
1  
N 
 crby 

SSp-38
0,345
  0,356
 110000 
1  
 3466387 
digunakan by = 1,00

Apabila diketahui Nuy = 2.640 t dan Ncrsy = 32.472 t


1
 sy   1,00
 Nu 
1  
N 
 crsy 
1
  1,088
 2640 
1  
 32472 
Mu = by . Mnty + by . Mlty
= 1 (1,98) + 1,088 (3,24) = 5,505 tm

- Momen Nominal
Kontrol tekuk lokal:
h 314
  20,93
tw 15

1680 1680
p    108,44
fy 240

h
Maka  p memenuhi
tw

bf 402
  13,4
2.t s 2 x15
170 170
R    10,71
fy 240

370 370
R    28,38
f y  fr 240  70

Maka p <  < R (penampang tidak kompak)

Terhadap sumbu X:
Mpx = Zx .fy = 2730 (2400) = 6.552.000 kgcm = 65,52 tm
MRx = Sx .(fy – fr) = 2520 (2400-700) = 4.284.000 kgcm = 42,84 tm
SSp-39
(   p )
M nx  M px  ( M px  M Rx )
( R   p )

(13,40  10,97)
 65,52  (65,52  42,84)  62,354.tm
(28,38  10,97)

Terhadap sumbu Y:
Mpy = Zy .fy = 1225 (2400) = 2.940.000 kgcm = 29,400 tm
MRy = Sx .(fy – fr) = 808 (2400-700) = 1.372.600 kgcm = 13,726 tm
(   p )
M ny  M py  ( M py  M Ry )
( R   p )

(13,40  10,97)
 29,40  (29,40  13,726)  27,214.tm
(28,38  10,97)

- Kontrol tekuk lateral


LB = 400 cm

E
LP  1,76.i y .
fy

200000
 1,76.(9,54).  484,7.cm.  LB
240
Lp > LB, Bentang pendek, dimana Mn = Mp
Mnx = Zx fy = 2730 (2400) = 6.552.000 kgcm = 65,52 tm
1,50 My = 1,50 Sx fy = 1,50 (2520) (2400) = 9.072.000 kgcm = 90,72 tm

- Kontrol interaksi balok kolom, Rumus Interaksi 1

Pu 8  Mux Muy 
     1,0
t .Pn 9  b .Mnx b .Mny 

110 8  19,204 5,051 


     0,841.  1,0 memenuhi
0,85(366,064) 9  0,90.(62,354) 0,90.(27,214) 
Jadi kolom portal kuat memikul beban tekan dan momen lentur

SSp-40
3. BANGUNAN INDUSTRI

L
kd2
penutup atap ik. gantung kd2
gording ik. angin nok
C

f
B D

kolom H kolom kolom


kolom
A B E L L L

POT. MELINTANG POT. MEMANJANG


L L L

L = bentang kuda-2
B = jarak kuda-2

D ENAH
katan angin trackstang
kuda2 kuda2 kuda2 kuda2
gording
gording
gording
gording
B nok
gording
gording
gording
gording

L L L

RENCANA ATAP
C

f
B D

A E L L L
B
POT. MELINTANG POT. MEMANJANG
Langkah-Langkah Perencanaan Bangunan Industri

BANGUNAN ATAS
1) Perhitungan Dimensi Gording
2) Perhitungan Dimensi Ikatan Gantung / Trackstang
3) Perhitungan Dimensi Ikatan Angin
4) Perhitungan Dimensi Kuda-Kuda
5) Perhitungan Sambungan
6) Perhitungan Dimensi Kolom
7) Perhitungan Konstruksi Perletakan

BANGUNAN BAWAH
1) Pondasi
1) Perhitungan Dimensi Gording
Gording diletakkan diatas kuda-2 dengan penempatan
tegak lurus terhadap bidang atap.
Profil gording umumnya digunakan profil I, [, C
Gording merupaka balok menerus diatas beberapa tumpuan.
Untuk mempermudah perhitungan, gording dapat dianggap
Sebagai balok yang terletak diatas dua tumpuan (statis-
tertentu)

Pembebanan:
1. Beban Mati (berat gording + penutup atap)
2. Beban Guna/Hidup (Orang)
3. Beban Angin
1. Beban Mati
a. Penutup Atap
ga = S x berat penutup atap per m2 (kg/m2) = …… kg/m

trackstang

trackstang
trackstang

trackstang
kuda2

kuda2

kuda2
gording
jarak gording
S
½S

Luas bidang penutup atap


gording
yang dipikul gording
½S
jarak gording
S

gording

jarak kuda2 jarak kuda2


b. Beban sendiri gording
Diperoleh dengan menaksir dimensi gording dari Tabel
profil baja, maka didapat berat gording per m (kg/m)
gb = berat sendiri gording = …… Kg/m

Beban Mati = beban penutup atap + berat sendiri gording


g = ga + gb (kg/m)
Arah X: gx = g (sin a) maka : Mx1 = 1/8 gx . l2
Arah Y: gy = g (cos a) maka : My1 = 1/8 gy . l2

g sina

g cos a
a g
2. Beban Hidup/ Guna
Baban hidup P = 100 kg (1 orang) bekerja ditengah-tengah
bentang gording
Arah X: Px = P (sin a)
Mx2 = ¼ Px . L
Arah Y: Py = P (cosa)
My2 = ¼ Py . l

P sina

P cos a
a P
3. Beban Angin
Baban angin bekerja tegak lurus terhadap bidang atap, dan
besar beban angin W = 25 – 40 kg/m2

Maka beban angin yang bekerja pada gording :


qa = c x W = …….. Kg/m
Mx3 = 1/8 qa . l2
My3 = 0
y

qa
a
Kombinasi Pembebanan
1. BEBAN TETAP (Beban Mati + Beban Hidup)
Mxt = Mx1 + Mx2
Myt = My1 + My2

2. BEBAN SEMENTARA (Beban Tetap + Beban Angin)


Mxt = Mx1 + Mx2 + Mx3
Myt = My1 + My2

Kontrol Kekuatan

Mux Muy
 1
b .Mnx b . Mny
1
2
Kontrol Lendutan 5 . g y .l 4
fX1 
384 .E .I y
1. Akibat Beban Mati: 5 . g x .l 4
f y1 
384 .E .I x
Py .l 3
fX 2 
48 .E .I y
2. Akibat Beban Hidup: Py .l 3
f y2 
48 .E .I x
5 .q a .l 4
fX3 
3. Akibat Beban Angin: 384 .E .I x
f y3  0

f xt  f x1  f x 2  f x 3 _
ft  f  f
2
xt
2
yt  f
f yt  f y1  f y 2 _
1
f  L Balok gording
180
nok
PERENCANAAN
β c GORDING
gording
y
c x
gording
M N
P/g sina
c
gording a
P/g cos a
gording c
a P/g
L/3 L/3 L/3

P g
M N
L/2 L/2

g cosa
Pcos a

Arah x
L/2 L/2
P sina g sina +
Arah y
L/3 L/3 L/3
P g
1
M N VM  VN  .g .L
L/2 L/2
2

Arah x Pcos a g cosa


1 1
Mxt  .P cos .L  g cos .L2
4 8
L/2 L/2

Arah y P sina g sina +


1 1
Myt  .P sin  .L  g sin  .L2
L/3 L/3 L/3
8 12

Mx
Mxt

My
Myt
2) Perhitungan Trackstang
Ikatan gantung gording (trackstang) berfungsi:
 Sebagai batang tarik
 Mengurangi lendutan gording pada arah ⊥ sumbu X
atau // kemiringan atap.
 Mengurangi tegangan (lentur, geser) arah ⊥ sumbu X
y
x
c Px/gx
α
Py/gy
T
Pcosα/gcosα P/g Ag 
0,75. . fu
α Pcosα/gcosα

α P/g
h1

Bentang L
POT MELINTANG

trackstang bracing kuda2

S kuda2

S kuda2

S kuda2

DENAH ATAP
Kuda-2 gording C’ gording
B’ D’

3 4
L I

β
B Kuda-2 C D

1 C

α
B D
POTONGAN I
c P/g cos a

a
P/g
P/g cos a
α
α a P/g
P/g
DETIL-2
<10 cm

DETIL-3 DETIL-4

<10 cm
BEBAN ANGIN
Beban angin yang bekerja w = 25 s/d 40 kg/m2 bidang atap, dengan koefisien (C) sbb:

– 0,90
0,40
POT. MELINTANG

qa = c . C . w (kg/m) c = jarak gording (m)


C = koefisien angin
w = beban angin (kg/m2)
Sumbu x qa
1
Mxa  qa.L2
8
L

Mx

Mxa
Kontrol tegangan (σ)
Mux Muy
 1
b .Mnx b . Mny
1
2

Kontrol lendutan (f)

1 P cos  .L3 5 g cos  .L4


fx 
o

48 E.Ix 384 E.Ix
1 P sin  ( L / 3) 3 5 g sin  ( L / 3) 4
fy 
o

48 E.Iy 384 E.Iy
1
ft o  fx o  fy o f o
 f  L
180
PERENCANAAN IKATAN GANTUNG GORDING

β s β S S cosb
c
O
G1
c β
O
G1
c

G1
c

G1 G = 4G1
L/3 L/3 L/3

G1 = g (L/3)
G
Vo  0 Scosβ = G S
cos 
Maka : Pu = S
DIMENSI BATANG TARIK
Pu Pu
Ag  Ag 
 (0,75. f u ) 0,75(0,75. f u )
DIMENSI IKATAN ANGIN
C
Rc=R5
f
B D

A E L L L
B
POT. MELINTANG POT. MEMANJANG

R1 R2 R3 R4 R5 R4 R3 R2 R1 POTONGAN -X
R1

θ
θ
B D SCOSθ
X
VB VD X
B VB

V  0 V  0
VB = VD , maka : VB - R1 – Scosθ = 0
R5  R1  R2  R3  R4 
1
VB  VD  VB = R1 + Scosθ (kg)
2
Maka : S ketemu
STRUKTUR ATAP BAJA
RANGKA BAJA
C

f
B D

Beton/IWF H

A E L L L
B
POT. MELINTANG POT. MEMANJANG

PORTAL BAJA (BEAM-COULOMN)


C

f
B IWF IWF D

IWF IWF H

E
B
POT. MELINTANG
C

f
B IWF IWF D

IWF IWF H

E
B
KUDA-2 RANGKA TANPA SKUR

Akibat
C BEBAN TETAP (MATI)
f
B D

Beton/IWF H
B D B
A E B
B
H
POT. MELINTANG
A

akibat
BEBAN ANGIN
C

f
B D
B
B D
Beton/IWF H H
B
A E A
B
POT. MELINTANG
Konstruksi kuda-2 ini adalah statis tertentu (sendi-rol),
tapi kenyataan di lapangan dipakai sendi-sendi (statis tak tentu).
Dengan asumsi perletakan A=B, apabila ada gaya horisontal
sebesar H maka: RAH =RDH = ½ H
C

B D
H

angin
C C

f
B D B D

A E A E
B B
P AKIBAT BEBAN TETAP
α = 300 P P
P a4 C
P
P a3 P
½P a2 d3 v4 ½P
d2 v3
a1 d1 v2
a v1
B b1 b2 b2 b2 D

1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00


VB VD
B = 8.00 m

Jarak gording = 1/cosα = 1.15 m


g Jarak kuda-2 = 6.00 m
C C’
L= 6.00m Pembebanan gording
a. Berat gording = 5,50 kg/m
Sb x b. Berat pntp atap = 12x1,15 = 13,80 kg/m
g cosa c. Berat air = 0,02x1,15x1000 = 23,00 kg/m
C C’ g = 42,30 kg/m
6.00 Vc = Vc’ = ½ g L = ½ x 42,30 x 6 = 126,90 kg
Vc Vc’
P = 2 Vc + berat rangka per titik buhul
P = 2 x 126,90 + 25 {misal} = 278,8 ~ 280 kg
Lihat konstruktur rangka BCD V B = VD
Zv = 0 maka: VB + VD – 8 P = 0
2 VB = 8 P
VB = 4 P = 1.120 kg V D = 1.120 kg
AKIBAT BEBAN ANGIN

B D B

B H

Misal: W = 40 kg/m2

Maka: W1 = C1 x W {kg/m2} x Jarak gording {m} x Jarak kuda2 {m} = ? kg

W2 = C2 x W {kg/m2} x Jarak gording {m} x Jarak kuda2 {m} = ? kg

Cari Reaksi di titik B {BV dan BH} dan di D {DV dan DH}
Setelah itu cari gaya-gaya batangnya
AKIBAT BEBAN ANGIN
a= 300

a HD
HB α D
B
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
VB B = 8.00 m VD
h Cos30 = DE/DB = DE/8
DE = 8 cos30 = 6,93 m
F
DF = h = 6/8 x DE = 5,20 m

E
α = 300 maka C1 = 0,02 x 30 – 0,40 = 0,20 C2 = - 0,40
Beban angin: W = 40 kg/m2
Maka: W1 = 0,20 x 40 x 1,15 x 6,00 = 55,20 kg { tekan }
W2 = 0,40 x 40 x 1,15 x 6,00 = 110,40 kg { hisap }

Z MD = 0 maka: VB x 8 + HB x 0 - 4W1 x h + 4W2 x [2 x 1,15] =0


8 VB – 4 x 55,20 x 5,20 + 4 x 110,40 x 2,30 =0
VB = { 4x55,20x5,20 - 4x110,40x2,30 }/8 = 16,56 kg

ZV=0 maka: VB + VD – 4 W1 cos 30 + 4 W2 cos30 =0


masukkan VB, W1 dan W2 maka VD ketemu
PERHITUNGAN DIMENSI KOLOM
Gaya-gaya yang bekerja pada kolom diakibatkan
oleh reksi {gaya-gaya} pada perletakan akibat
beban tetap {mati} dan beban angin.


B B

½h
h

½h

A A
KUDA-KUDA DENGAN SKUR C

(dikakukan dengan kolom)


B D
Konstruksi kuda-2 ini adalah statis tak tentu ,
hal ini dapat dilakukan asumsi sbb:
A E

. Apabila hanya ada beban vertikal (gravitasi), maka pada kolom dianggap
tidak ada momen. Sehingga rangka batang diasumsikan statis tertentu.

B D
B

. Bila ada beban horisontal H (angin, gempa), maka kolom akan menerima
beban lentur M (momen) dan geser D. Hal ini diasumsika RAH = RDH
dan pada kolom terjadi perubahan titik balik (M=0) pada titik S
C C
f
B D B D
H H
a a H ½H a
S S ½H
a a S S
A E B
B
C

B D
H

S ½H a ½H
a
A ½H ½H
E
B

m C
Dengan meninjau potongan m:
B
M  0
3
H 2 1 didapat gaya batang 1
F 1

S
½H a V  0 didapat gaya batang 3

½H a M  0
S didapat gaya batang 2

A ½H

m
S3
B Setelah diketemukan gaya batang a, b, c maka
S2
S1 gaya batang lainnya dapat dicari dengan analitis atau grafis.
a
F
Sedangkan pada kolom terjadi momen sebesar:
MF = ½ H . a dan MA = ½ H . a
S ½H
PERHITUNGAN DIMENSI KOLOM

Gaya-gaya yang bekerja pada kolom diakibatkan oleh reaksi (gaya-


gaya) pada perletakan akibat beban tetap {mati} dan beban angin.

B B

a a
h S S
S

a a

A A A
SUPERPOSISI GAYA-GAYA BATANG
Akibat beban Mati dan Beban Angin
GAYA BATANG {Kg}
No Batan Mati Angin Kiri Angin Kanan Gaya Batang
g {Kg}
+ - + - + - + -
1 a1
2 a2
3 a3
4 a4
5 b1
6 b2
7 b3
8 b4
9 v1
10 v2
11 v3
12 v4
13 d1
14 d2
15 d3
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1729-2002, Bandung.
Isdarmanu, Marwan, 2006, Buku Ajar Struktur Baja I, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS
Surabaya.
Salmon, .G., & Johnson, J.E., 1992, Steel Structures, Design and Behavior, New York.
Santoso, H., Tabel Profil Konstruksi Baja.
Segui, W.T., 1998, LRFD Steel Design, Second Edition, Cole Publishing Company,
Pacific Grove.
Setiawan, A., 2008, Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Suryoatmono, B., 2005, Analisis Komponen Struktur Baja Dengan AISC-LRFD, Teori,
Universitas Parahiyangan, Bandung.

SSp 59

Anda mungkin juga menyukai