Anda di halaman 1dari 4

PERENCANAAN DIAFRAGMA

a. Data perencanaan:
Mutu beton = f’c 30 MPa
Berat jenis (BJ) = 2400 kg/m2
Panjang balok = 120 cm
Tinggi balok (L) = 155 cm
Tebal balok (t) = 20 cm
Selimut beton (d) = 5 cm
140
80 80
7
1213
155

118
25 25

Gambar 13 : Penampang Diafragma

b. Pembebanan diafragma
Diafragma menerima beban aksial yang disetarakan dengan 20% beban P yang diterima
gelagar induk. Analisa dari diafragma dilakukan di setiap segmen.

Terdapat 3 kondisi pembebanan pada lantai kendaraan yang ditumpu oleh gelagar
induk dengan reaksi di tiap-tiap gelagar induk. Hasil reaksi pada tiap gelagar dihasilkan
dari kombinasi pembebanan beban mati dan beban hidup dengan kombinasi 1,2D +
1,6L pada setiap kondisi pembebanan lantai kendaraan.
Akibat beban mati:

Akibat beban hidup:


Kondisi I:

Kondisi II:

Kondisi III:
Rekapitulasi gaya lintang akibat kombinasi beban hidup dan mati pada 3 kondisi:
Gaya Lintang (kg)
Reaksi
Kondisi I Kondisi II Kodisi III
RA 9240 5558 3167
RB 17167 17709 17219
RC 15247 17053 17561
RD 881 722 3487
RE 617 923 1449
RF 1452 1489 1553

Gaya lintang maksimal akibat variasi beban hidup tersebut sebesar 24771,092 kg
Sehingga beban aksial yang terjadi pada diafragma adalah
𝑷 = 20% 𝑥 𝑅 = 20% 𝑥 17709 = 𝟑𝟓𝟒𝟐 𝒌𝒈

c. Rencana Penulangan
Dicoba tulangan utama D10-100 mm
b = 200 mm
h = 1550 mm
Ag = 310000 mm2
Ast = 713 mm2
f'c = 30 MPa
fy = 240 MPa

Kapasitas diafragma 
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,8 𝑥 𝑃𝑜
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,8 𝑥 [0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 (𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡) + 𝐴𝑠𝑡 𝑥 𝑓𝑦]
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,8 𝑥 [0,85 𝑥 30 𝑥 (310000 − 713) + 713 𝑥 240]
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 6446350,8 𝑁
𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 644635,08 𝑘𝑔
Beban aksial : P = 3542 kg < 644635,08 kg  OK!!
Sehingga dipakai:
Tulangan utama : D10-100 mm
Tulangan bagi : Ø8-200 mm

Anda mungkin juga menyukai