Anda di halaman 1dari 8

SI-3212 Struktur Baja

McCormac and Csernak, “Structural Steel Design”, 5th Ed, Pearson, 2012
Chapter 8 – Introduction to Beams
8.1. Type of Beams
Balok adalah elemen yang diposisikan secara horizontal dan dapat menahan beban
transversal, biasanya beban vertikal dan beban gravitasi, tetapi ada pengecualian seperti
kuda-kuda atap.
8.2. Sections Used as Beams
Profil yang paling sering digunakan sebagai balok dan telah dibuktikan sebagai profil balok
paling ekonomis adalah W-shapes yang telah menggantikan penggunaan profil kanal dan
S-sections.
8.3. Bending Stresses
Sebagai pengenalan, balok diasumsikan telah diberi pengekang dan tidak mengalami
tekuk lateral dan hanya mengalami kegagalan leleh akibat beban momen lentur. Kuat
leleh ketika penampang mengalami leleh pertama kali dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
Myc My
f b= =
I S
Persamaan tersebut digunakan berdasarkan asumsi bahwa profil termasuk elemen elastis
dan kegagalan terjadi secara linear terhadap beban yang ddiberikan. Akan tetapi, balok
dianggap gagal apaibla seluruh penampang telah mengalami leleh hingga membentuk
sendi plastis (plastis sempurna). Kuat plastis penampang dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
M c M
f b= p = p
I Z
Perbandingan kuat plastis terhadap kuat leleh disebut shape factor. Shape factor untuk
W-shapes pada umumnya berkisar 1.15.
8.4. Plastic Hinges
Penampang yang mengalami plastis sempurna hingga membentuk sendi plastis biasanya
merupakan profil yang kompak (profil yang bisa leleh terlebih dahulu tanpa tekuk).
Karena bagian terluar penampang akan leleh terlebih dahulu lalu menerus ke bagian
tengah penampang, ketika beban terus bertambah, luasan penampang di bagian terluar
yang mengalami leleh akan lebih luas dibandingkan bagian tengah penampang.

8.5. Elastic Design


Sampai sekarang, seluruh balok dengan material baja didesain berdasarkan teori elastis,
yaitu beban maksimum yang menyebabkan kegagalan plastis sempurna diasumsikan
sejajar dengan beban leleh material. Profil selalu didesain sehingga beban maksimum
tidak melebihi kuat leleh dibagi dengan faktor keamanan.
8.6. The Plastic Modulus
1
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Seperti telah disebutkan pada persamaan kuat plastis sebelumnya, kuat plastis
merupakan momen plastis dibagi sesuatu, yaitu modulus plastis (Z). Modulus plastis (I/c)
dapat diperoleh nilainya dengan membagi dua luasan profil di mana beban tarik besarnya
sama dengan beban tekan. Nilai c merupakan jarak dari garis yang membagi luasan
menjadi dua tersebut ke titik pusat luasan tekan atau tarik. Hal ini hampir serupa dengan
nilai c pada kuat leleh. Hanya saja, nilai c pada kuat leleh merupakan jarak titik pusat
penampang ke titik pusat luasan tarik dan tekan. Untuk beberapa profil, titik pusat profil
dan garis yang membagi profil menjadi dua luasan bisa jadi sama sehingga nilai modulus
plastis (Z) dan modulus penampangnya (S) sama.
8.7. Theory of Plastic Analysis
Teori analisis plastis biasa mengacu pada kurva tegangan-regangan. Ketika beban telah
diberikan hingga mencapai leleh, apabila beban terus ditambah, beban akan ditransfer ke
bagian penampang yang lain hingga bagian penampang yang lain tersebut mengalami
leleh. Akan tetapi, beban tersebut akan dibatasi hingga momen plastis yang telah
disebutkan sebelumnya.
8.8. The Collapse Mechanism
Struktur statis tertentu biasanya mengalami kegagalan apabila telah terbentuk satu sendi
plastis, sedangakan struktur statis tak tentu biasanya mengalami kegagalan apabila telah
terbentuk sendi plastis sebanyak derajat statis tak tentunya ditambah satu.
8.9. The Virtual-Work Method
Kekuatan penampang (Mn) yang telah mengalami sendi plastis dapat ditentukan
menggunakan Virtual-Work Method.

M n ∑ θ plastic hinge =∑ ( V ( θx ) )
Apabila terdapat beberapa kemungkinan lokasi sendi plastis, perhitungan dilakukan untuk
seluruh kemungkinan lalu diambil nilai yang paling kecil.
8.10. Location of Plastic Hinge for Uniform Loadings
Untuk beban yang menyebabkan lokasi sendi plastisnya susah untuk diketahui, Virtual-
Work Method tetap dapat digunakan dengan nilai jarak (x) menggunakan variabel lalu
diselesaikan secara aljabar.
8.11. Continuous Beams
Virtual-Work Method tetap dapat digunakan untuk balok menerus dengan asumsi apabila
telah terdapat satu bentang balok yang gagal, seluruh struktur telah mengalami
kegagalan.
8.12. Building Frames
Virtual-Work Method juga dapat digunakan untuk struktur portal sederhana. Dalam
struktur portal, diasumsikan profil yang sama digunakan pada balok dan kolom.

2
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Mekanisme kegagalan harus dipertimbangkan pada kolom dan balok. Akan tetapi, konsep
superposisi tidak dapat digunakan dalam analisis ini.

Chapter 9 – Design of Beams for Moments


9.1. Introduction
Apabila balok dikenai beban, balok akan melentur ke bawah dan bagian atasnya
mengalami tekan. Oleh karena itu, balok juga dapat mengalami tekuk. Akan tetapi, balok
tidak akan mengalami tekuk jika dikekang. Tergantung lokasi pengekangnya, kegagalan
balok dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu kegagalan plastis (dikekang di sepanjang
balok), kegagalan tekuk inelastis (dikekang di setiap interval pendek), dan kegagalan
tekuk elastis (dikekang di setiap interval panjang). Kegagalan plastis telah dibahas pada
bab sebelumnya. Kegagalan tekuk inelastis terjadi jika sudah ada penampang yang leleh
tetapi telah mengalami tekuk terlebih dahulu sebelum mengalami plastis sempurna.
Kegagalan tekuk elastis terjadi jika penampang mengalami tekuk terlebih dahulu tanpa
mengalami leleh.
9.2. Yielding Behavior – Full Plastic Moment, Zone 1
Kuat penampang untuk zona 1 (panjang tidak terkekang (L b) tidak melebihi Lp (analisis
elastis) atau Lpd (analisis plastis)) dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
ϕM n=ϕ M p=0.9 F y Z
Dengan Lp dan Lpd bernilai sebagai berikut

L p=1.76 r min
√ E
Fy

[
L pd = 0.12−0.076
( )] ( )
M1
M2
E
r
F y min
M1 dan M2 adalah momen-momen di kedua ujung bagian balok tidak terkekang dengan
M2 lebih besar daripada M1.
9.3. Design of Beams, Zone 1
Pada zona 1, balok didesain untuk menahan momen lentur, geser, lendutan, serta
didesain juga pengekangnya agar tidak mengalami tekuk. Balok perlu didesain agar
ekonomis sehingga harus dipilih profil paling ringan yang memenuhi. Hal ini juga
diperlukan karena beban mati balok juga diperhitungkan. Selain itu, lubang juga dihindari
pada balok agar tidak mengurangi kekuatannya akibat berkurangnya luas kotor. Selain itu,
jika terdapat lubang, kekuatannya juga harus dikalikan dengan faktor reduksi lubang
sesuai dengan perbandingan kuat leleh dan tarik ultimitnya.
9.4. Lateral Support of Beams
Sangat banyak balok terbuat dari baja dikekang pada sayapnya (W-shapes) yang
mengalami tekan agar mengalami mekanisme kegagalan plastis sempurna.
9.5. Introduction to Inelastic Buckling, Zone 2
Tekuk inelastis terjadi apabila panjang tidak dikekang (L b) melebihi Lp, tetapi tidak lebih
dari Lr. Balok yang mengalami tekuk akan menggunakan faktor modifikasi tekuk (C b)
dalam perhitungannya dengan nilai Cb dapat ditentukan menggunakan persamaan
berikut.

3
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
12.5 M max
C b=
2.5 M max +3 M A +4 M B +3 M C
Dengan Mmax adalah momen maksimum di sekitar panjang yang tidak dikekang, dan M A,
MB, MC beruturut-turut adalah momen di titik 1/4, 1/2, dan 3/4 panjang tidak dikekang.
9.6. Moment Capacities, Zone 2
Kuat penampang maksimum (ketika Fy – Fr = 0.7Fy) untuk zona 2 dapat ditentukan
menggunakan persamaan berikut.

[
M n=C b M p−( M p−0.7 F y S x )
( Lb−L p
Lr −L p)]
≤Mp

Dengan nilai Lr dapat ditentukan menggunakan persamaan pada AISC (F1) atau
menggunakan panduan AISC Manual Table 3-2.
9.7. Elastic Buckling, Zone 3
Tekuk elastis terjadi jika panjang tidak dikekang (L b) melebihi Lr. Balok akan menekuk pada
sumbu lemahnya. Kuat penampang untuk zona 3 dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut (asumsi .
M n=F cr S x ≤ M p
C b π2 E
√ ( )
2
Jc Lb
F cr = 1+0.078

( )
Lb 2
S x ho r ts
r ts
Keterangan :
rts = jari-jari girasi efektif (AISC Tabel 1-1)
J = konstanta torsional (AISC Tabel 1-1)
c = 1 for doubly symmetric I-shapes
ho = jarak antar centroid sayap (AISC Tabel 1-1)
9.8. Design Charts
Untuk mempermudah perhitungan kapasitas balok dengan tegangan leleh (F y) dan faktor
modifikasi tekuk (Cb) berturut-turut bernilai 50 ksi dan 1, AISC telah membuat grafik
hubungan antara panjang tidak dikekang dan kuat penampangnya. Grafik dapat dilihat
pada Figure 9.13 Pustaka Utama.
9.9. Noncompact Sections
Elemen kompak merupakan elemen yang tidak mengalami tekuk lokal (untuk W-shapes,

unstiffened element b/t nya tidak melebihi 0.38


√ E
Fy
dan stiffened element h/t nya tidak

melebihi 3.76
√ E
Fy
. Elemen yang melewati batas tersebut termasuk elemen non-kompak.

Untuk desain elemen tersebut, batas berubah menjadi 1.0


√ E
Fy
untuk unstiffened

element dan 5.7


√ E
Fy
untuk stiffened element. Syarat batas lainnya terdapat pada Tabel

9.1 Pustaka Utama. Kuat penampang untuk elemen non-kompak dapat ditentukan
menggunakan persamaan berikut.

4
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

[
M n= M p −( M p−0.7 F y S x )
( λ−λ pf
λrf −λ pf )]
Sementara itu untuk built-up section :
0.9 E k c S x
M n= 2
λ

Dengan 0.35 ≤ k c =4 /
√ h
tw
≤ 0.76 .

Chapter 10 – Design of Beams (Miscellaneous Topics : Shear, Deflection, etc.)


10.1. Design of Continuous Beams
Dalam desain balok menerus, Virtual-Work Method hanya dapat digunakan pada material
baja dengan tegangan leleh kurang dari 65 ksi. Jika desain dilakukan menggunakan
analisis elastis, digunakan rule of thumb oleh AISC. Untuk elemen kompak, desain
dilakukan menggunakan dasar 0.9 momen negatif maksimum. Faktor tersebut juga bisa
digunakan untuk kolom dengan gaya aksial tidak melebihi 0.15 ϕ c F y A g .
10.2. Shear
Geser biasa diperhatikan untuk balok dengan bentang yang pendek. Geser biasa ditahan
oleh badan penampang. Kuat geser penampang dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
V n=0.6 F y A w C v

{
Dengan Cv bernilai sebagai berikut.

h
tw
≤1.1

kv E
Fy
, Cv =1

C v 1.1 √ kv E h
F y tw
k E

< ≤ 1.37 v , C v =
Fy
1.1
√ h
kv E
Fy

tw
h
tw √k E
>1.37 v ,C v =
Fy
1.51 k v E
h
tw
2
Fy
( )
10.3. Deflections
Defleksi yang dialami oleh balok tidak boleh melebihi batas pada Tabel 10.1 Pustaka
Utama sebagai berikut.

5
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

10.4. Webs and Flanges with Concentrated Loads


Elemen yang dikenai beban terpusat tegak lurus sayap dan sejajar badan harus dapat
menahan beban tersebut agar tidak terjadi tekuk pada sayap, leleh pada badan, dan
tekuk. Oleh karena itu, apabila sayap dan badan tidak memenuhi syarat tersebut, sangat
direkomendasikan untuk menggunakan pengaku pada sayap dan badan yang dirancang
akan dikenai beban terpusat tersebut. Syarat penampang terdapat pada AISC
Specification Section J.10.
10.5. Unsymmetrical Bending
Balok ditujukan untuk menerima beban tegak lurus. Akan tetapi, ada jenis balok yang
tidak demikian, misalnya pada atap. Untuk memastikan balok tersebut kuat sehingga
tidak mengalami lentur tak simetris, balok harus memenuhi persamaan berikut.
Pu
( M M
+ ux + uy ≤1
2 Pn M nx M ny )
10.6. Design of Purlins
Seperti telah disebutkan sebelumnya, atap dapat mengalami lentur tak simetris. Oleh
karena itu, dalam desain atap, purlin lebih baik diletakkan pada sambungan rangka atap.
10.7. The Shear Center
Titik pusat geser adalah titik di mana resultan gaya transversal yang dihitung hanya lentur
murni dan geser. Untuk balok yang memiliki dua sumbu simetri, titik pusat geser akan
berada di perpotongan kedua sumbu, yaitu di centroid. Untuk balok yang hanya memiliki
satu sumbu simetri, titik pusat geser berada di satu titik di sepanjang sumbu tersebut.
Lokasi titik pusat geser ini penting terutama untuk balok komposit.
10.8. Beam-Bearing Plates
Ketika ujung balok ditumpu oleh beton atau konstruksi batu lainnya, sangat penting untuk
menambahkan pelat penahan balok karena pelat tersebut akan menerima seluruh
momen lentur lalu diasumsikan beban akan disebarkan secara merata.
10.9. Lateral Bracing at Member Ends Supported on Base Plates
Ujung balok yang ditumpu oleh base plate harus ditahan terhadap rotasi terhadap sumbu
sejajarnya. Hal ini disebutkan dalam AISC Specification Section F1 (2).
Chapter 11 – Bending and Axial Force
11.1. Occurrence
Elemen struktur yang mengalami kombinasi aksial-lentur sangat umum dijumpai,
misalnya pada balok-kolom. Rangka batang pun yang didesain hanya untuk menerima
gaya aksial bisa mengalami lentur apabila beban tidak tepat diberikan pada saambungan.
6
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja

Tergantung gaya aksial yang diberikan, hubungan aksial-lentur bisa membuat defleksi
menjadi lebih besar maupun lebih kecil.
11.2. Members Subject to Bending and Axial Tension
Elemen yang dikenai hubungan aksial tarik-lentur harus memenuhi persamaan berikut.

{ ( )
Pu 8 M ux M uy
≥ 0.2 → + + ≤1
Pu Pn 9 M nx M ny
Pn
¿ 0. 2 →
Pu
(M M
)
+ ux + uy ≤1
2 Pn M nx M ny
11.3. First-Order and Second-Order Moments for Members Subject to Axial Compression and
Bending
Berbeda dengan hubungan aksial tarik-lentur, apabila balok telah melentur lalu ditambah
dengan gaya tekan, defleksi akan bertambah besar. Oleh karena itu, selain melakukan
analisis tingkat satu (lentur akibat momen), perlu juga dilakukan analisis tingkat dua
(akibat aksial tekan). Analisis aksial tekan-lentur dapat menggunakan beberapa metode,
misalnya Direct Analysis Method (DAM), Effective Length Method (ELM), dan
Approximate Second-Order Analysis.
11.4. Direct Analysis Method (DAM)
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis struktur. Dalam metode ini, faktor
panjang efektif (K) bernilai 1. Terdapat juga faktor magnifikasi B 1 dan B2 akibat adanya
analisis tingkat 2. Selain itu, kekakuan juga dikurangi menjadi 0.8 semula. Nilai B2 untuk
Direct Analysis Method dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
∆ second order
B2= ≤1.7
∆first order
11.5. Effective Length Method (ELM)
Berbeda dengan Direct Analysis Method, nilai B2 dalam metode ini harus lebih kecil sama
dengan 1.5, sedangkan untuk struktur yang diberi pengekang harus lebih kecil sama
dengan 1.1. Perbandingan Effective Length Method and Direct Analysis Method dapat
dilihat pada Tabel 11.1 Pustaka Utama.
11.6. Approximate Second-Order Analysis
Momen dan aksial tekan akibat gaya eksternal dapat ditentukan menggunakan
menggunakan persamaan berikut.
M u=B1 M nt + B2 M ¿
Pu=B1 Pnt + B2 P¿
Nilai B1 dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
Cm
B 1= ≥1
Pu
1−
P e1
Nilai Pe1, Pu, dan Cm untuk mendapatkan nilai B1 dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.
0.8 EI
P e 1= 2
( K1 L)
Pu=P nt+ P ¿
7
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha
SI-3212 Struktur Baja
M1
C m=0.6−0.4
M2
Untuk struktur yang bergoyang, B2 dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
1
B2=
P story
1−
Pe story
2
π EI
Pe story =∑ 2
( K2 L)
11.7. Beam-Columns in Braced Frames
Untuk menganalisis balok-kolom yang mengalami aksial-lentur, perlu dilakukan analisis
tingkat satu dan tingkat dua. Untuk momen akibat gaya lateral, jika gaya dan strukturnya
simetris, nilai momennya akan sama dengan 0. Hal yang sama juga terjadi pada struktur
yang diberi pengekang.
11.8. Beam-Columns in Unbraced Frames
Momen maksimum pada portal tanpa kekangan selalu berada pada ujung kolom.
Terdapat contoh perhitungan pada Examples 11-9 dan 11-10 menggunakan kedua
metode DAM dan ELM. Di kedua contoh, analisis tingkat dua menggunakan metode
analisis aproksimasi. Faktor magnifikasi ditentukan untuk setiap balok-kolom untuk setiap
arah translasi lateral. Beban aksial tingkat dua dan momennya disubstitusi menjadi
persamaan yang sesuai untuk menentukan profil yang memenuhi.
11.9. Design of Beam-Columns-Braced or Unbraced
Desain balok-kolom dilakukan melalui proses trial-and-error. Terlebih dahulu dilakukan
perhitungan apakah suatu profil tidak memenuhi, dipilih profil lain yang memenuhi.
Metode yang umum digunakan untuk memilih profil yang tepat yaitu equivalent axial load
atau effective axial load method. Dalam metode ini, beban aksial dan momen diganti
menjadi beban konsentris fiktif yang ekuivalen dengan beban aslinya. Beban tersebut
diestimasi menggunakan persamaan berikut.
Pueq=P u+ M ux m+ M uy mu

8
15020037 – Muhamad Rizhan Fateha

Anda mungkin juga menyukai