oleh
Iwan Wikana
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN IMMANUEL
BAB I .PLASTISITAS
Pendahuluan.
Baja sebagai bahan bangunaan mempunyai kekuatan yang besar untuk menahan
kekuatan tarik dan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifat-sifat
lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu bahan bangunan yang
sangat umum dipakai masa kini.
Beberapa sifat baja antara lain:
1) Kekuatan tinggi : baja diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa
dinyatakan dengan kekuatan tegangan lelehnya (y), atau oleh tegangan tarik
batas (u). Bahan baja walaupun dari jenis yang paling rendah kekuatannya,
tetap mempunyai kekuatan per-volume lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bahan bangunan lainnya, sehingga dalam perencanaan sebuah konstruksi baja
bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang,
sehingga memberikan kelebihan ruang dan volume yang dapat dimanfaatkan
akibat langsingnya profil-profil baja yang dipakai.
2) Kemudahan pemasangan: Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa
dipersiapkan dibengkel, sehingga kegiatan dilapangan/proyek berupa
pemasangan bagian-bagian konstruksi tersebut berlangsung dengan cepat.
3) Duktilitas : sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah
pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus, disebut sifat
duktilitas. Adanya sifat ini membuat struktur baja mampu mencegah terjadinya
proses runtuhnya bangunan secara tiba-tiba.
Dalam perencanaan struktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis elastic dan
plastis. Pada analisis elastic , diasumsikan bahwa ketika struktur dibebani maka tegangan yang
terjadi lebih kecil dari pada tegangan leleh (yield stress), dimana tegangan serat terluar tepi
atas dan serat terluar tepi bawah adalah linier. Apabila gaya luar mengakibatkan perubahan
bentuk (deformasi) tidak melebihi batas tertententu , maka perubahan bentuk akan hilang
setelah gaya luar dilepas. Hamper semua bahan teknik memeiliki sifat elastisitas ini. Deformasi
elastic mengacu pada hokum Hooke yang menyatakan bahwa : = E
Dimana adalah tegangan yang bekerja, E adalah suatu konstanta pembanding yang
dikenal sebagai modulus elastisitas atau modulus young dan adalah regangan yang
dihasilkan.Hubungan ini hanya dapat diterapkan pada kondisi elastic.
Sedangkan pada analisis plastis tegangan yang terjadi adalah tegangan leleh (yield
stress) yang telah menjalar kebagian serat penampang sehingga struktur akan mengalami
deformasi elastic-plastis akibat penambahan beban. Pada daerah plastis Hukum Hooke tidak
berlaku lagi. Apa bila beban terus diperbesar keadaan plastis penuh akan tercapai , hingga
pada suatu beban plastis , maka seluruh serat akan mengalami tegangan leleh. Akibatnya pada
bagian itu akan mengalami perputaran sudut (rotasi) dengan momen yang tetap (momen
plastis) besarnya pada penampang tersebut walaupun tanpa diberikan beban, keadaan ini yang
disebut sebagai sendi plastis., dalam keadaan ini sejumlah sendi plastis terbentuk. Apabila
telah tercapai sejumlah sendi plastis , maka struktur tersebut akan runtuh (collapse).
Distribusi tegangan pada Gambar 1.1 menunjukkan tahap-tahap struktur akan runtuh
dimulai dengan momen lentur yang bertambah besar (gambar 1.1b), penampang balok elastic
(gambar 1.1c), plastis diserat atas dan bawah (gambar 1.1d) dan plastis penuh (gambar 1.1e)
dan struktur akan runtuh.
Balok tumpuan sederhana seperti Gambar 1.3a hanya memiliki satu titik momen
maksimum dan dengan demikian kapasitas beban ultimit (Pu) yang dibawa kecil diatas beban
leleh Py seperti yang ditunjukan oleh kurva beban- defleksi. Disisi lain balok ujung-ujung
terjepit seperti Gambar 1.3.b ada tiga puncak momen maksimum yaitu dua diujung yang sama
(pada tumpuan jepit) dan satu di tengah pusat bentang. Yang sesuai dengan kurva beban-
defleksi yang ditunjukan dengan garis tebal, menegaskan bahwa keruntuhan tidak sesuai
dengan pencapaian batas elastis diujung-ujungnya, justru sebaliknya ada cadangan yang cukup
besar dari kapasitas beban melebihi Py . Beban Pu (ultimit) tidak tercapai sampai zona leleh,
dikembangkan tidak hanya di ujung-ujung tumpuan tapi juga ditengah bentang. Melalui desain
plastis , cadangan kekuatan melebihi batas elastis dapat digunakan.
Kurva tegangan - regangan untuk bahan plastis sempurna diperlihatkan pada Gambar 1.5,
kemiringan dari diagram tegangan regangan menyatakan angka modulus elastis bahan (young
modulus) dalam tegangan tekan dan tarik bernilai sama, besarnya tegangan leleh saat tekan
dan tarik juga sama, besarnya regangan tekan dan tarik juga sama.
Gambar 1.6 Idealisasi kurva tegangan regangan bahan plastis sempurna
Material logam yang mengalami keadaan tekan & tarik secara berulang-ulang, maka diagram
tegangan regangannya sebagai Gambar 1.7 : (disebut efek Bauschinger)
Dimana lintasan tekan dan tarik sama.
Untuk keperluan analisa plastis, hubungan tegangan dan regangan diidealisasi dengan
mengabaikan pengaruh tegangan leleh atas, strain hardening, efek Bauschinger,seperti Gambar
1.8 berikut.
P P=load
Pu
=deflection
y
P
Tegangan adalah: = (P beban dan A Potongan melintang)
Hubungan beban-defleksi akan elastic sampai titik yield tercapai, defleksi pada batas elastic
diberikan oleh : y = y L = = (Pu beban ultimit, L panjang batang)
Karena distribusi tegangan merata diseluruh batang , aliran plastis tak terbatas menetapkan
beban disaat mencapai nilai beban ultimit yang diberikan Pu = y. A.
A 2 L
A y. A
L/2 A y. A y. A y. A
P
Py Pu
Elastic Partially
plastic Plastic
Keadaan tegangan tidak dapat ditentukan oleh keseimbangan statika, ada ketidak tetntuan
(statis tak tentu).
Mempertimbangkan keadaan elastic dari keseimbangan didapat:
y u