Anda di halaman 1dari 25

Buku Referensi :

 Elementary Engineering Fracture Mechanics


By David Broek
 Fracture and Fatigue Control in Structures
( Applications of Fracture Mechanics)
By Standley T.Rolfe & John M Barsom
 Metal Fatigue in Engineering
By H.O Fuchs & R.I Stephans
Perpatahan & Fatik
(Fracture & Fatigue)
Studi tentang : Mekanika bahan di sekitar ujung retak
Baik terhadap beban statis maupun beban dinamis
Pendekatan analisis :
 Perpatahan linier – elastis ( linier – elastis fracture mechanics)
Mengasumsikan bahwa selama pembebanan tidak terjadi plastisitas di ujung
retak

 Perpatahan elastis – plastis (elastic – plastic fracture mechanics )


Mengasumsikan bahwa selama pembebanan terjadi pastisitas di ujung retak .
Besarnya daerah plastis di ujung retak akan memberi kontribusi terhadap
ketahanan bahan di ujung retak

Parameter & Perpatahan :


- Laju pelepasan energy regangan (strain energy release rates)
atau disebut konsep energy Griffith (G)
- Faktor intensitas tegangan ( Strees intensity factor)
K Irwin
- J.Integral : Integral yang tak tergantung lintasan
(path independent integral) Pengembangan konsep energy akibat adanya
plastisitas di ujung retak.
- COD (Crack Opening Displacement) dan CTOD T:Tip
Pengukuran pembukaan retak
- Densitas energy regangan (Strain energy density) : (S)
Memprediksi arah perambatan retak
Relevansi Mekanika Perpatahan terhadap Rekayasa Struktur:

Teori mekanika bahan “ konvesional” mengasumsikan bahwa material tidak mengandung


cacat (retak) . Padahal setiap material pasti mengandung cacat, yang dapat berupa void ,
inclusi dan retak mikro . Cacat- cacat ini berpotensi membentuk retak.

Retak juga dapat timbul sebagai akibat :

1. Proses Fabrikasi
- Proses milling Proses pemotongan
- Proses rolling , bending , punching Proses pembentukan
- Proses welding

2. Tuntutan desain yang dapat menimbulkan konsentrasi tagangan


- Poros bertangga
- Lubang – lubang untuk sambungan
- Takikan Rumah pasak
Adanya retak , tegangan di ujung retak secara sederhana dapat dijelaskan sbb :
Sebuah pelat tak berhingga terdapat
Lubang elips dikenai tegangan sebesar T
Akibat adanya tegangan pada titik
A sebesar :
𝑎
𝜎A = {1 + 2 (𝑏)} 𝞂

atau : 𝜎A = Kt 𝞂

Kt biasa disebut dengan factor konsentrasi tegangan, yang besarnya tergantung dari
perbandingan a dan b .
𝑎
=1 Lubang berbentuk lingkaran dan harga Kt = 3
𝑡
Faktor Intensitas Tegangan
Menunjukan besarnya intensitas tegangan di Ujung retak dan mempunyai dimensi
“teganganx xpanjang 1/2” , misal : MPa.m1/2 (MN.m -3/2) dan sejenisnya . Besaran ini
tidak sama dengan factor konsentrasi tegangan dan tidak ada hubungan antara dua
parameter tersebut

Besarnya factor intensitas tegangan tergantung dari tegangan yang bekerja , geometri
retak dan panjang retak atau secara umum dapat ditulis

KI = Y 𝞂√𝑎 atau KI = β 𝞂√𝜋𝑎


dengan KI : Faktor intensitas tegangan untuk pola pembebanan I (Mode I)

β : Y/ √𝜋 : Faktor geometri retak


a : Panjang retak
Besaran K sulit untuk dibayangkan , sehingga untuk menjelaskannya dapat dibuat
analogi sbb :
1. Analogi dengan struktur tanpa retak yang mengalami Pembebanan Tarik
Hubungan antara besar pembebanan (P) , tegangan nominal ( 𝞂 ) dan
tegangan luluh (𝞂ys ) pada struktur tanpa retak dan besar pembebanan (P) ,
intensitas tegangan (KI) , dan intensitas tegangan kritis untuk perpatahan
(Kc,Kic, dan KId) pada struktur dengan retak dapat dibuat analogi sbb :
- Pada struktur tanpa retak , jika beban dinaikkan maka tegangan nominal juga
naik sampai mencapai ketidakstabilan (luluh pada 𝞂ys) . Struktur akan aman jika
Kc.KIc atau Kid
- Pada struktur dengan retak , jika beban dinaikkan maka intensitas tegangan (KI)
juga naik (dapat juga dibarengi dengan perambatan retak) sampai terjadi
ketidakstabilan pada harga (Kc , KIc atau KId)

2. Analogi dengan ketidakstabilan kolom Euler


- Kolom Euler
Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan dalam kolom (buckling)
turun , jika perbandingan L/R naik.

- Struktur dengan retak

Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan turun , jika ukuran retak
(a) naik Apabila level tegangan mendekati tegangan luluh , baik kolom Euler maupun
perpatahan tidak valid .
Untuk menghindari buckling , tegangan actual dan harga L/r harus dibawah kurva Euler .
Untuk menghindari perpatahan tegangan actual dan ukuran retak , a , maka KI yang
timbul harus lebih kecil dari Kc
KIc (Kc) ini disebut sebagai ketangguhan (ketahanan) material terhadap retak atau “
fracture toughness “

Indeks ( Subskrip ) I menunjukan pola pembebanan I Akan tetapi indeks “IC”


menunjukan harga kritis : KI pada kondisi “Plane Strain”, yang mana harganya konstan.
Sedangakan indeks “a” menunjukan garga kritis KI pada kondisi “Plane Stress” , yang
mana harganya tergantung tebal specimen . Untuk lebih jelasnya lihat kurva di bawah ini
.
Dalam mekanika perpatahan dikenal 3 pola pembebanan yaitu :
o Pola I : Pembebanan normal terhadap retak (Pola Pembukaan)
o Pola II : Pembebanan geser terhadap retak ( Pola Geser)
o Pola III : Pembebanan menyobek retak ( Pola Sobek )

Mekanisme Perpatahan & Pertumbuhan Retak


Ada dua mekanisme perpatahan utama yaitu :
 Perpatahan Getar ( Cleanvage fracture ) Plane Strain
 Perpatahan Ulet ( Ductile fracture) Plane Stress
Perputaran Getas (Cleavage Fracture)
Ketangguhan ( toughness ) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menerangkan
kemampuan suatu material untuk ber deformasi secara plastis dan mengobsorbsi energy
sebelum dan selama terjadi kerusakan
Kata “Brittle” (Getas) dan “Ductile” (Ulet) digunakan untuk membedakan jenis kerusakan
atau membedakan sifat material dengan ketangguhan rendah atau tinggi
Patah gelas dapat terjadi pada material ulet karena :
 Beroperasi pada suhu sangat rendah
 Laju regangan yang tinggi (Laju Pembebanan)
Patah Getas pada metal terjadi dengan pemisahan langsung sepanjang bidang
kristalografik sebagai akibat patahnya kotan atom. Karakteristiknya adalah bahwa
penampang patah berhubungan dengan bidang kristalografik secara khusus. Hal ini
menyebabkan patah getas relative rata pada satu butiran dengan butiran yang lain ,
karena orientasi bidang kristalografiknya berbeda (Lihat gambar dibawah)

Karena untuk setiap butiran , patahannya rata , maka akan mempunyai reflektivitas
yang tinggi . Oleh Karena itu patah getas memberikan kenampakan mengkilap terang.
Jika di observasi dengan mikroskop oplik atau electron mikroskop , bidang patahan
Nampak sebagai irregularitas kecil . Dalam satu butiran sebuah retak mungkin DPI
tumbuh secara simultan pada dua bidang kristalografik sejajar
(Lihat gambar di bawah)

Dua retak parallel bergabung sepanjang garis dimana garis :


Tersebut overlop , dengan jalan patah getas sekunder atau geseran untuk membentuk
tangga (Step)

Tanggal patah getas ( Cleavage Steps ) dapat diinisiasi dalam sebuah Kristal oleh
aluran di slokasi ulir (Screw Dislocations) Seperti gambar dibawah :
Gabungan antara tanggal patah , patah gelas akan membentuk garis :
Sungai (River Pattern), lihat gambar di bawah :

Patah Ulet (Ductile Fracture)


Patah ulet dapat dijelaskan melalui pengujian Tarik , dimana saat specimen ditarik
dengan beban berlebih akan terjadi perpanjangan plastis homogin . Kemudian diikuti
dengan perpanjangan plasti tidak homogin dan terkonsentrasi secara local atau yang
disebut “Neckling” (Pengecilan Setempat)
Pada material ulet ( Logam Murni ) , memungkinkan untuk ber deformasi secara local
mencapai 100% reduksi luasan
Lihat gambar di bawah ini :

Mekanisme inisiasi , pertumbuhan dan bergabunganya kekosongan mikro (Micro –


Voids ) pada patah ulet memberikan gambaran fraktografik tersendiri . Bila di observasi
di bawah mikroskop electron , permukaan patah terdiri dari lekukan lekukan kecil yang
menunjukan bergabungnya kekosongan (Void)
Lekukan lekukan (Dimples) selalu mempunyai bentuk irregular (tak teratur) , karena
kekosongan pada material biasanya acak. Akan tetapi secara kasar dapat dibagi
menjadi 2 Kategori menurut bentuik kenampakannya , yaitu “Equiaxed” dan “ Parabotic”
Bentuk lekukan yang Nampak pada mikroskop tergantung pada sestem tegangan yang
aktif selama formasi (pembentukan) , dan juga tergantung sudut observasi dalam
mikroskop
Lekukan “Equiaxed” Kemungkinan terbentuk , Jika tegangan yang dominan adalah
Tarik . Sedangkan tekukan “Parabolic” terjadi pada pola pembebanan geser dan sobek
(tear)
Lihat gambar dibawah:
Retak Fatik
Dengan pembebanan dinamik , retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi
plastis berulang . Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis , secara local
tegagan dapat di atas itulah karena konsentrasi tegangan pada cacat atau takikan
mekanik . Konsekuensinya , deformasi plastis terjadi secara local pada skala mikro ,
tetapi ini tidak cukup untuk memperlihatkan dalam konteks keteknikan

Beberapa model ekuivalen telah ada , satu diantaranya untuk menjelaskan inisiasi retak
akibat deformasi plastis local adalah seperti gambar di bawah ini

Selama beban ada diatas , slip berlangsung pada bidang slip (a)
Saat beban turun , slip berlangsung pada arah berlawanan (b)
Sehingga terbentuk ekstrusi dan intrusi (c) dan (d).
Intrusi dapat tumbuh menjadi retak dengan berlangsungnya proses plastisitas secara
berulang
Apabila beban fatik adalah Tarik-tarik ,mekanisme seperti diatas juga dapat
berlangsung , karena deformasi plastic yang terjadi saat beban naik akan memberikan
tegangan kompresi sosa selama penurunan (pelepasan) beban
Retak Fatik juga dapat tumbuh dengan mekanisme Slip berulang . Beberapa tingkatan
pertumbuhan retak fatik ditunjukkan pada gambar dibawah ini

ANALISIS TEGANGAN PADA UJUNG RETAK UNTUK BAHAN ISOTROPIK ,


HOMOGIN DAN ELASTIS LINIER
TEORI ELASTISITAS :
- PLANE STRAIN : V , V , W W=O PELAT TEBAL
𝑑 √𝑧
- PLANE STRESS : 𝞽 x, 𝞽 y, 𝞽 z 𝞽z= 0 Z =0
𝑑𝑧

PELAT TIPIS
UNTUK ANALISIS KITA LIHAT GAMBAR DIBAWAH :

PADA ELEMEN KECIL DAPAT DIPEROLEH PER. KESETIMBANGAN SBB :


𝜎τx 𝜎τxy
+ =0
𝜎τ 𝜎𝑦
𝜎τxy 𝜎τy
+ =0
𝜎x 𝜎τ

𝞽xy = 𝞽yx

SEDANGKAN TEGANGAN DI DEFINISIKAN SBB:


𝜎𝑢 𝜎𝑣
∑𝑥 = 𝜎𝑥 , ∑ 𝑦 = 𝜎𝑦
𝜎𝑢 𝜎𝑣
Dan 𝜇 𝑥𝑦 = +
𝜎𝑦 𝜎𝑥

PARAMETER 𝑢 dan 𝑉 DAPAT DI GANTI ∑ 𝑋 DAN ∑ 𝑌, SEHINGGA DAPAT DI PEROLEH


PERSAMAAN :

𝜎2 ∑ 𝑋 𝜎2 ∑ 𝑋 𝜎 2 ∑ 𝜑𝑥𝑦
+ =
𝜎𝑦 2 𝜎𝑥 2 𝜎𝑥𝜎𝑦

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN REGANGAN DAPAT DITULIS SBG :


E ∑ 𝑥 = 𝞽x – 𝜐 (𝞽y + 𝞽 z)
E ∑ 𝑦 = 𝞽x – 𝜐 (𝞽x+ 𝞽 z)
E ∑ 𝑧 = 𝞽z – 𝜐 (𝞽x + 𝞽 y)
𝞅xz = 𝞅yz = 0
UNTUK PLANE STRAIN: 𝜔 = O ∑ 𝑧 = 0, SHG

𝞽z = 𝜐 (𝞽x + 𝞽y)

SUBSTITUSIKAN PERS (5) KE (4) DIPEROLEH:

E ∑ 𝑥 = (I - 𝜐 2 ) {𝜏𝑥 − [𝑣/(1 − 𝜐)𝜏𝑦]}


E ∑ 𝑥 = (I - 𝜐 2 ) {𝜏𝑦 − [𝑣/(1 − 𝜐)𝜏𝑦]}
G δ xy = 𝞽xy

δxz = δyz = 0

UNTUK PLANE STRESS , 𝞽z = O ; PERS (4) MENJADI :

E ∑ 𝑥 = 𝞽x - 𝜐 𝞽𝒚
E ∑ 𝑦 = 𝞽y - 𝜐 𝞽𝒙
E ∑ 𝑧 = - 𝜐 (𝜏𝑥 + 𝜏𝑦)
UNTUK BAHAN HOMOGIN DAN ISOTROPIK , TERLIHAT BAHWA HANYA DUA KONSTANTA ELASTIS
DIPERLUKAN YAITU :

E DAN 𝜐

SUBSTITUSI PERS (G) ATAU PERS (7) KE DALAM PERS (3) DIPEROLEH :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥2 + 𝜎𝑦2 ) (rx + rx ) = 0

PERS INI DISEBUT PERS LAPLACE DALAM TERM

(PERS KOMPOTIBILITAS DALAM TERM )

JIKA KITA DEFINISIKAN I SEBAGAI FUNGSI TEGANGAN AIRY , MAKA KOMPONEN TEGANGAN DAPAT
DITULISKAN SEBAGAI :
𝜎2𝛷 𝜎2 𝛷
𝜏x = 𝑥𝑦 𝑧
; 𝞽y = 𝜎𝑥 𝑧

𝜏𝑥𝑦 = − (𝜎 2 𝛷 / 𝜎𝑥 𝜎 𝑦 )

SUBSTITUSIKAN PERS (G) KE DALAM PERS (8) DIPEROLEH :


𝜎2 𝜎2 𝜎2 𝜎2
(𝜎2 + 𝜎𝑦 2
) (𝜎𝑥2 + 𝜎𝑦 2
) 𝞥 = Δ2 Δ2𝞥 = Δ4 𝞥 = 0 (10)
ADA BEBERAPA FUNGSI YANG MEMENUHI PERSYARATAN PERS (10) , SALAH SATUNYA ADALAH :

𝞥 = x 𝜑1 + y 𝜑2 + 𝜑𝑛

DIMANA Y HARUS MERUPAKAN FUNGSI HARMONIK , SEHINGGA MEMENUHI PERS. LAPLACE :


𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥 2 + 𝜎𝑦2 ) 𝜑1 = 0

UNTUK BODI MENGANDUNG RETAK , FUNGSI FUNGSI TEGANGAN DIBERIKAN DALAM BENTUK VARIABEL
KOMPLEKS AMBIL VARIABEL KOMPLEKS =
𝑍 (z) DNG

Z=x+𝞽y

YANG MEMPUNYAI DERIVATIF :

− 𝑑=
𝑍 𝑑−
𝑍
𝑍 = , 𝑍 = ,
𝑑𝑧 𝑑𝑧
𝑑𝑧
𝑧′ =
𝑑𝑧

=
FUNGS 𝑍 DAN DEVIRATIFNYA HARUS ANALITIK
− − −
FUNGSI 𝑍 = Re 𝑍 + Im 𝑍 ADALAH ANALITIK JIKA DERIVATIFNYA ADALAH “PATH INDEPENDENT”

KONDISI INI DAPAT DIILUSTRASIKAN SBB :


𝜎−
𝑍 𝜎−
𝑍 𝜎𝑧 𝜎𝑧
= =Z =z
𝜎𝑥 𝜎𝑧 𝜎𝑥 𝜎𝑥
𝜎𝑧
𝜎𝑥
=1

SEDANGKAN :
𝜎−
𝑍 𝜎−
𝑍 𝜎𝑧 𝜎𝑧
𝜎𝑦
= 𝜎𝑧 𝜎𝑦
= Z 𝜎𝑦 =iz

𝜎𝑍
𝜎𝑦
=i

− − −
KARENA 𝑍= Re 𝑍 + Im 𝑍, MAKA DAPAT DIPEROLEH JUGA PERS :
𝜎−
𝑍 𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −𝑍
𝜎𝑥
= 𝜎𝑥
+i 𝜎𝑥

DAN
𝜎−
𝑍 𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −𝑍
𝜎𝑦
= 𝜎𝑦
+i 𝜎𝑦
KARENA Y TIDAK TERGANTUNG LINTASAN , DALAM HAL INI X DAN Y , MAKA DARI PERS (15)
DAN (16) DAPAT DISIMPULKAN BAHWA :
𝜎−
𝑍 𝜎−
𝑍
i 𝜎𝑥
= 𝜎𝑦

𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −
𝑍 𝜎 𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −
𝑍
i( 𝜎𝑥
+𝑖 𝜎𝑥
) = 𝜎𝑦
+i 𝜎𝑦

PERS (19) TERPENUHI APABILA :


𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎 𝐼𝑚 −
𝑍
𝜎𝑥
= 𝜎𝑦
= Re Z

DAN
𝜎 𝐼𝑚 −
𝑍 𝜎 𝐼𝑚 −
𝑍
𝜎𝑥
= 𝜎𝑦
= Im Z


Pers (20) dan (21) adalah pers “Cauchy – Riemann” dan menunjukan kondisi bahwa fungsi 𝑍 =
𝑅𝑒𝑍− + 𝑖𝐼𝑚𝑍− Adalah analitik

Jika Im Z dieliminasi dari Pers (20) dan (21) , yaitu dengan cara didefinisikan pers (20) terhadapx
dan pers (21) terhadap Y , maka akan diperoleh :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥 2 + ) 𝑅𝑒 −𝑍 = 0
𝜎𝑦 2

Dengan cara yang sama REZ juga dapat dieliminasi dengan cara mendefinisikan pers (20)
terhadapp Y dan pers (21) terhadap X , sehingga diperoleh :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥 2 + ) 𝐼𝑚 −𝑍 = 0
𝜎𝑦 2

Dari pers (22) dan (23) menunjukan bahwa bagian riil dan imaginer fungsi Z memenuhi pers
LAPLACE (12) . Oleh karena itu bagian riil dan imaginer dari Z dan derivatifnya sesuai dengan
fungsi tegangan dalam pers (11)

MODE I (POLA I)
Pola I atau pola pembukaan retak simetrik terhadap sumbu X . Westergaar (1439)
memperkenalkan fungsi tegangan sebaga berikut :
𝞥1 = 𝑅𝑒 =𝑍
Subscrip I menunjukan pola permukaan retak

Apabila pers (24) disubstitusikan ke dalam pers (g) akan diperoleh :

𝞽x = 𝑅𝑒 −𝑍𝐼 - 𝑦 𝐼𝑚 𝑍𝐼

𝞽y = 𝑅𝑒 −
𝑍𝐼 - 𝑦 𝐼𝑚 𝑍𝐼

𝞽xy = - y Re ZI

ungsi Z harus dipilih sedemikian sehingga memenuhi kondisi batas untuk permasalahan yang
dibahas . Untuk retak di dalam pelattak berhingga seperti gambar di atas , dari X = -4 ke X = +a .
Sepanjang retak 𝜏𝑦 = 𝜏𝑥𝑦 = 0. Misal fungsi z adalah :
𝜚 (𝑧)
𝑧𝑖 = [(𝑧+𝑎)(𝑧−𝑎)] 1/2

Pada aksis x (y=0) dari x = -4 ke x= 4 , harga penyebut hanya imaginer (Ingat x = x + iY) .
Konsekuensinya , sepanjang aksis x dari x = -4 ke x=4 berlalu :
𝑅𝑒 𝑍𝑖 = 0
Dan untuk meyakinkan bahwa tegangan Vy dan Exy dalam pers (25) adalah Nol , perlu juga
memberi spesifikasi bahwa :
Im 𝜚 (𝑥) = 0
Sepanjang Aksis x (y = 0) dari x = -4 ke x= +4. Sekarang kita perhatikan pada saat x = a (Pada
ujung retak) . Pertama –tama kita misalkan :
ℊ =𝑧−𝑎
Sehingga pers (26) dapat dituliskan sbb :
𝜚( ℊ+𝑎 )/ (ℊ+24 )1/2 (ℊ)
𝑧𝑖 = = f (𝑔)1/2
(ℊ)1/2

Dimana Z, mempunyai sifat sesuai dengan daerah yang ditinjau . Dekat dengan ujung retak
F(s) mendekati suatu harga khusus f(0) yang konstan . Kemudian untuk G, Pers (30) dapat
ditulis:
𝐾
𝑧𝑖 𝑔 =0 = (2𝜋𝑔)𝑖 1/2

Dimana : f (0) = 𝐾𝑖 / (2𝜋)1/2


Bentuk pers (31) akan ditemukan untuk semua fungsi tegangan untuk masalah retak di dekat
ujung retak . Kemudian , distribusi tegangan di ujung retak untuk semua masalah retak dapat
diperoleh dengan mensubstitusikan pers (31) ke dalam pers (25)
Sekarang kita misalkan :

ℊ = 𝑟𝑒 𝑖 𝜃 = r (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃)
𝑖𝜃
𝜃 𝜃
ℊ−1/2 = 𝑟 −1/2 𝑒 − 2 = 𝑟 −1/2 (cos 2 − 𝑖 sin 2)
𝑖3𝜃
3𝜃 𝜃
ℊ−3/2 = 𝑟 −3/2 𝑒 − 2 = 𝑟 −3/2 (cos − 𝑖 sin 2)
2

Dan
𝜃
Y = r sin 𝜃 = 2𝑟 sin ( 2) cos(𝜃/2)

Dari pers (32) , harga ZI dan ZI dapat dicari .


𝑘𝑖 𝜃 𝜃
𝑧𝑖 = 1 (cos 2 − 𝑖 sin 2)
(2𝜋𝑟)2

Dan
𝑑𝑧𝑟 𝑘 1
𝑧𝑖 = = (2𝜋)𝑖1/2 (- 2) (𝑔)−3/2
𝑑𝑔

𝐾𝑖 3𝜃 3𝜃
=- 𝑟3/2
(cos − 𝑖 sin
2 (2𝜋)1/2 2 2

Substitusikan Zi dan ZI ke dalam pers (25) diperoleh :

𝐾𝐼 𝜃 𝜃 𝜃 𝐾𝐼 3𝜃
𝜏𝑥 = (2𝜋𝑟)1/2
cos 2 – 2r sin 2 cos 2 [− 3 (− sin 2
)]
1 2
(2𝜋)2 𝑟
Atau :
𝐾𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥 = cos 2 (1- sin 2 cos )
(2𝜋𝑟)1/2 2

Dengan cara yang sama :


𝐾𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥 = cos 2 (1- sin 2 sin )
(2𝜋𝑟)2 2

Dan
𝐾𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥𝑦 = sin 2 cos cos )
(2𝜋𝑟)1/2 2 2

Dimana dari pers (31) , factor intensitas tegangan KI dapat ditulis sebagai :

1. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan sebuah retak sepanjang sumbu x daro x= -a ke
x=+4 . (Seperti gambar diatas) :
𝜏𝑧
𝑧𝑖 = [(𝑧+4) (𝑧−4)]1/2

Kita substitusikan pers (35) ke dalam pers (34) dan memisalkan g = z – a . diperoleh
𝜏(𝑔+4)
𝐾𝑖 lim (2πg)1/2 { } = 𝜏 (𝜋4)1/2
[(𝑔)(𝑔+24)]1/2

ℊ 0
𝐾𝑖 = 𝞽 (π4)1/2
2. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan retak berderu yang panjangnya 2a dan jarak
retak 2b

Untuk retak seperti ini IRWIN (1459) mendefinisikan :


𝑧 𝜏 sin(𝜋 𝑧 / 2𝑏)
𝑖=
{ [sin(𝜋𝑧/2𝑏)]2 − [sin(𝜋𝑎/2𝑏)]2 }
Sehingga factor intensitas tegangan ICI adalah :
𝜏 sin(𝜋𝑧/2𝑏)
𝐾𝑖 = lim (2𝜋𝑔)1/2 { [sin(𝜋𝑧/2𝑏)]2 − [sin(𝜋𝑎/2𝑏)]2 }

Dengan cara yang sama seperti sebelumnya , diperoleh :


2𝑏 𝜋𝑎 1/2
𝐾𝐼 = 𝜏 (𝜋𝑎)1/2 [𝜋𝑎 𝑡𝑔 ]
2𝑏

3. Untuk retak seperti gambar di bawah :

Irwin mendefinisikan Zi Sbb :


𝑝 (𝑎2 − 𝑏 2 )1/2
𝑧𝐼 =
𝜋 (𝑧 − 𝑏)(𝑧 2− 𝑎2 )1/2

Sehingga KI :
𝑝(42 +𝑏 2 )1/2
𝐾𝑖 lim (2πg)1/2 𝜋 (𝑔+𝑎−𝑏)[𝑔+24]1/2

ℊ 0
𝑝 𝑎 + 𝑏 1/2
𝐾𝑖 = ( )
√𝜋𝑎 𝑎−𝑏

Untuk b = 0 , diperoleh :

𝑝
𝐾𝑖 =
√𝜋𝑎

Jika gaya P berjarak c dari ujung retak , dimana c = a – b , dan jika a>>c dan b>>c atau bahkan
a>c dan b>c , seperti gambar dibawah
Maka harga KI adalah :
𝑝 𝑎+𝑏 2𝑝
𝐾𝑖 = (𝑎−𝑏)1/2 = √ 2𝑐
√𝜋𝑎

Simpangan di dekat ujung retak :


𝜎𝑣 𝜏𝑦 𝑈
Σ𝑦 = = - 𝐸 (𝜏𝑥 + 𝜏𝑧)
𝜎𝑦 𝐸

Dimana untuk tegangan bidang (plain strain) , dari pers (5) : 𝜏𝑧 = 𝑣 (𝜏𝑥 + 𝜏𝑦) dan dari pers (6)
untuk Ey adalah :
𝜎𝑣 2 𝑣 (1 − 𝑣)
Σ𝑦 = = 𝜏𝑦 − 𝜏𝑥
𝐸 𝐸

Simpangan V dari pers (2) , (44) , dan (25) adalah :


(1+𝑣)(1−2𝑣) 1+𝑣
V= 𝐸
∫ 𝑅𝑒 𝑍𝑖 𝑑𝑦 + 𝐸
∫ 𝑦 𝐼𝑚 𝑍 ′ 𝑖 𝑑𝑦

Dengan menggunakan pers (20) dan (21) . V menjadi :


V = [ (1+v) / E] [ 2 (1-v) Im −
𝑍1 - y Re Z1

Dimana :
𝐾𝐼 𝜃 𝜃
Z1 = (2𝜋𝑟 )1/2 (cos 𝑧 − 𝑖 sin 𝑧 )

Dan
− 𝑟 𝜃 𝜃
𝑍𝐼 = 2 KI (2𝜋)1/2 cos 𝑧 − 𝑖 sin 𝑧 )

Sehingga :
𝐾𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
V = [ 𝐸/2 (1+𝑉) ] ( 2𝜋 )1/2 sin 2 (2 – 2v – cos2 2 )

Dengan cara yang sama diperoleh u :

Dan
𝐾𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
u = [𝐸/2 (1+𝑣)] (2𝜋)1/2 cos 2 (1-20 + sin22)
MODE II (POLA II)

Dengan cara yang sama , pola pembebanan geser akan menghasilkan distribusi tegangan sbb :
𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥 = -(2𝜋𝑟)1⁄ sin 2 (2 + cos 2 cos )
2 2

𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑦 = -(2𝜋𝑟)1⁄ cos 2 sin 2 cos
2 2

𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥𝑦 = -(2𝜋𝑟)1⁄ cos 2 (1- sin 2 cos )
2 2

Dimana untuk pelat tak berhingga seperti gambar di atas besar KII adalah :

KII = 𝞽 √𝜋𝑎
Sedangkan distribusi simpangannya adalah :
𝐾 𝐼𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
𝑢= - [ 2𝜋 ] 1⁄2 sin 2 [2 – 2v + cos 2 2 ]
𝐺

𝐾 𝐼𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
𝑣= - [ 2𝜋 ] 1⁄2 cos 2 [-1 + 2v + sin 2 2 ]
𝐺

Mode III (POLA III)


Distribusi Tegangan :
𝐾 𝐼𝐼𝐼 𝜃
𝜏𝑥𝑧 = - (2𝜋𝑟)1⁄ sin 2
2
𝐾 𝐼𝐼𝐼 𝜃
𝜏𝑦𝑧 = - (2𝜋𝑟)1⁄ cos 2
2

𝜏𝑥 = 𝜏𝑦 = 𝜏𝑧 = 𝜏𝑥𝑦 = 0
Distrribusi Simpangan :
u=v=0
𝐾 𝐼𝐼𝐼 2𝑟 𝜃
w= [ ] 1⁄2 sin 2
𝐺 𝜋

Sedangkan harga KIII untuk pelat tak berhingga adalah :

K III = 𝜏 √𝜋𝑎

CATATAN :
- Dari diatas terlihat bahwa distribusi tegangan proporsional terhadap harga K , dimana K
merupakan parameter tinggal di sekitar ujung retak

- Ungkapan diatas hanya berlaku pada material getas , yang tidak memungkinkan adanya
deformasi plastis di ujung retak .

Pengaruh Dimensi Benda :


Harga K akan berubah jika dimensi – nya berubah dan secara umum pers factor intenstitas
tegangan dapat ditulis :

K I = 𝑌𝜏 √𝜋𝑎

Dimana Y = Faktor geometri yang besarnya tergantung dari dimensi benda


Sebagai contoh geometri retak di bawah ini

Harga Y dapat ditulis sbb :


𝑊 𝜋𝑎 1/2
Y = (𝜋𝑎 tg )
𝑤
Atau :
𝑊 𝜋𝑎 1/2
K I = 𝜏 √𝜋𝑎 (𝜋𝑎 tg )
𝑤

Sekarang kalau dipotong gambar diatas pada AB & CD akan diperoleh :

𝜋𝑎 1/2
Y = (Sec )
𝑤

Atau
𝜋𝑎 1/2
KI = 𝞽 √𝜋𝑎 (sec )
𝜔

Harga Y ini sudah di tabelkan dalam “Handbook of stress intentity factors “ . Sebagai contoh
dapat dilihat tabel dibawah ini

Kasus Khusus :
Apabila dijumpai sistim pembebanan [ada retak yang tidak tercantum dalam handbook ,
kemungkinan harga K dapat dicari dengan superposisi
Sebagai contoh kita lihat gambar dibawah ini :

KIa = KIb = Kid + KIe


KIa = 0 , Karena tidak ada retak , sehingga :
KId = - KIe

Untuk pelat tak berhingga KId = y𝜏 √𝜋𝑎 , 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎

Kie = - y 𝜏 √𝜋𝑎
Misal ada tekanan internal P yang identic dengan gambar e , tapi arahnya berlawanan , maka :

KI = P √𝜋𝑎
Untuk retak dengan gaya titik di sepanjang sisi retak , seperti gambar di bawah :

𝑃 𝑎+𝑥
KIA = √𝑎−𝑥
√𝜋𝑎

Dan

𝑃 𝑎−𝑥
KIB = √𝑎−𝑋
√𝜋𝑎

Untuk gaya titik pada tengah – tengah retak :


𝑃
KIA, B =
√𝜋𝑎

Kasus ini mungkin diaplikasikan pada retak yang muncul dari lubang rivet atau baut sbb :

Dengan cara superposisi harga KI dapat ditentukan sebagai berikut :


Kia = Kib + Kid – Kic

Tetapi Kia =KIe , sehingga


1 1 𝜏𝑤
Kia = 2 (Kib + Kid) = 2 𝜏 √𝜋𝑎 + p = 𝜏𝑤
2 √𝜋𝑎

Untuk retak dengan tekanan internal juga dapat diturunkan dari pers (64) , dengan
mengintegralkannya dari 0 s/d a , sbb :

Anda mungkin juga menyukai