1. Proses Fabrikasi
- Proses milling Proses pemotongan
- Proses rolling , bending , punching Proses pembentukan
- Proses welding
atau : 𝜎A = Kt 𝞂
Kt biasa disebut dengan factor konsentrasi tegangan, yang besarnya tergantung dari
perbandingan a dan b .
𝑎
=1 Lubang berbentuk lingkaran dan harga Kt = 3
𝑡
Faktor Intensitas Tegangan
Menunjukan besarnya intensitas tegangan di Ujung retak dan mempunyai dimensi
“teganganx xpanjang 1/2” , misal : MPa.m1/2 (MN.m -3/2) dan sejenisnya . Besaran ini
tidak sama dengan factor konsentrasi tegangan dan tidak ada hubungan antara dua
parameter tersebut
Besarnya factor intensitas tegangan tergantung dari tegangan yang bekerja , geometri
retak dan panjang retak atau secara umum dapat ditulis
Level tegangan yang diperlukan untuk mencapai ketidakstabilan turun , jika ukuran retak
(a) naik Apabila level tegangan mendekati tegangan luluh , baik kolom Euler maupun
perpatahan tidak valid .
Untuk menghindari buckling , tegangan actual dan harga L/r harus dibawah kurva Euler .
Untuk menghindari perpatahan tegangan actual dan ukuran retak , a , maka KI yang
timbul harus lebih kecil dari Kc
KIc (Kc) ini disebut sebagai ketangguhan (ketahanan) material terhadap retak atau “
fracture toughness “
Karena untuk setiap butiran , patahannya rata , maka akan mempunyai reflektivitas
yang tinggi . Oleh Karena itu patah getas memberikan kenampakan mengkilap terang.
Jika di observasi dengan mikroskop oplik atau electron mikroskop , bidang patahan
Nampak sebagai irregularitas kecil . Dalam satu butiran sebuah retak mungkin DPI
tumbuh secara simultan pada dua bidang kristalografik sejajar
(Lihat gambar di bawah)
Tanggal patah getas ( Cleavage Steps ) dapat diinisiasi dalam sebuah Kristal oleh
aluran di slokasi ulir (Screw Dislocations) Seperti gambar dibawah :
Gabungan antara tanggal patah , patah gelas akan membentuk garis :
Sungai (River Pattern), lihat gambar di bawah :
Beberapa model ekuivalen telah ada , satu diantaranya untuk menjelaskan inisiasi retak
akibat deformasi plastis local adalah seperti gambar di bawah ini
Selama beban ada diatas , slip berlangsung pada bidang slip (a)
Saat beban turun , slip berlangsung pada arah berlawanan (b)
Sehingga terbentuk ekstrusi dan intrusi (c) dan (d).
Intrusi dapat tumbuh menjadi retak dengan berlangsungnya proses plastisitas secara
berulang
Apabila beban fatik adalah Tarik-tarik ,mekanisme seperti diatas juga dapat
berlangsung , karena deformasi plastic yang terjadi saat beban naik akan memberikan
tegangan kompresi sosa selama penurunan (pelepasan) beban
Retak Fatik juga dapat tumbuh dengan mekanisme Slip berulang . Beberapa tingkatan
pertumbuhan retak fatik ditunjukkan pada gambar dibawah ini
PELAT TIPIS
UNTUK ANALISIS KITA LIHAT GAMBAR DIBAWAH :
𝞽xy = 𝞽yx
𝜎2 ∑ 𝑋 𝜎2 ∑ 𝑋 𝜎 2 ∑ 𝜑𝑥𝑦
+ =
𝜎𝑦 2 𝜎𝑥 2 𝜎𝑥𝜎𝑦
𝞽z = 𝜐 (𝞽x + 𝞽y)
δxz = δyz = 0
E ∑ 𝑥 = 𝞽x - 𝜐 𝞽𝒚
E ∑ 𝑦 = 𝞽y - 𝜐 𝞽𝒙
E ∑ 𝑧 = - 𝜐 (𝜏𝑥 + 𝜏𝑦)
UNTUK BAHAN HOMOGIN DAN ISOTROPIK , TERLIHAT BAHWA HANYA DUA KONSTANTA ELASTIS
DIPERLUKAN YAITU :
E DAN 𝜐
SUBSTITUSI PERS (G) ATAU PERS (7) KE DALAM PERS (3) DIPEROLEH :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥2 + 𝜎𝑦2 ) (rx + rx ) = 0
JIKA KITA DEFINISIKAN I SEBAGAI FUNGSI TEGANGAN AIRY , MAKA KOMPONEN TEGANGAN DAPAT
DITULISKAN SEBAGAI :
𝜎2𝛷 𝜎2 𝛷
𝜏x = 𝑥𝑦 𝑧
; 𝞽y = 𝜎𝑥 𝑧
𝜏𝑥𝑦 = − (𝜎 2 𝛷 / 𝜎𝑥 𝜎 𝑦 )
𝞥 = x 𝜑1 + y 𝜑2 + 𝜑𝑛
UNTUK BODI MENGANDUNG RETAK , FUNGSI FUNGSI TEGANGAN DIBERIKAN DALAM BENTUK VARIABEL
KOMPLEKS AMBIL VARIABEL KOMPLEKS =
𝑍 (z) DNG
Z=x+𝞽y
− 𝑑=
𝑍 𝑑−
𝑍
𝑍 = , 𝑍 = ,
𝑑𝑧 𝑑𝑧
𝑑𝑧
𝑧′ =
𝑑𝑧
=
FUNGS 𝑍 DAN DEVIRATIFNYA HARUS ANALITIK
− − −
FUNGSI 𝑍 = Re 𝑍 + Im 𝑍 ADALAH ANALITIK JIKA DERIVATIFNYA ADALAH “PATH INDEPENDENT”
SEDANGKAN :
𝜎−
𝑍 𝜎−
𝑍 𝜎𝑧 𝜎𝑧
𝜎𝑦
= 𝜎𝑧 𝜎𝑦
= Z 𝜎𝑦 =iz
𝜎𝑍
𝜎𝑦
=i
− − −
KARENA 𝑍= Re 𝑍 + Im 𝑍, MAKA DAPAT DIPEROLEH JUGA PERS :
𝜎−
𝑍 𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −𝑍
𝜎𝑥
= 𝜎𝑥
+i 𝜎𝑥
DAN
𝜎−
𝑍 𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −𝑍
𝜎𝑦
= 𝜎𝑦
+i 𝜎𝑦
KARENA Y TIDAK TERGANTUNG LINTASAN , DALAM HAL INI X DAN Y , MAKA DARI PERS (15)
DAN (16) DAPAT DISIMPULKAN BAHWA :
𝜎−
𝑍 𝜎−
𝑍
i 𝜎𝑥
= 𝜎𝑦
𝜎𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −
𝑍 𝜎 𝑅𝑒 −
𝑍 𝜎𝐼𝑚 −
𝑍
i( 𝜎𝑥
+𝑖 𝜎𝑥
) = 𝜎𝑦
+i 𝜎𝑦
DAN
𝜎 𝐼𝑚 −
𝑍 𝜎 𝐼𝑚 −
𝑍
𝜎𝑥
= 𝜎𝑦
= Im Z
−
Pers (20) dan (21) adalah pers “Cauchy – Riemann” dan menunjukan kondisi bahwa fungsi 𝑍 =
𝑅𝑒𝑍− + 𝑖𝐼𝑚𝑍− Adalah analitik
Jika Im Z dieliminasi dari Pers (20) dan (21) , yaitu dengan cara didefinisikan pers (20) terhadapx
dan pers (21) terhadap Y , maka akan diperoleh :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥 2 + ) 𝑅𝑒 −𝑍 = 0
𝜎𝑦 2
Dengan cara yang sama REZ juga dapat dieliminasi dengan cara mendefinisikan pers (20)
terhadapp Y dan pers (21) terhadap X , sehingga diperoleh :
𝜎2 𝜎2
(𝜎𝑥 2 + ) 𝐼𝑚 −𝑍 = 0
𝜎𝑦 2
Dari pers (22) dan (23) menunjukan bahwa bagian riil dan imaginer fungsi Z memenuhi pers
LAPLACE (12) . Oleh karena itu bagian riil dan imaginer dari Z dan derivatifnya sesuai dengan
fungsi tegangan dalam pers (11)
MODE I (POLA I)
Pola I atau pola pembukaan retak simetrik terhadap sumbu X . Westergaar (1439)
memperkenalkan fungsi tegangan sebaga berikut :
𝞥1 = 𝑅𝑒 =𝑍
Subscrip I menunjukan pola permukaan retak
𝞽x = 𝑅𝑒 −𝑍𝐼 - 𝑦 𝐼𝑚 𝑍𝐼
𝞽y = 𝑅𝑒 −
𝑍𝐼 - 𝑦 𝐼𝑚 𝑍𝐼
𝞽xy = - y Re ZI
ungsi Z harus dipilih sedemikian sehingga memenuhi kondisi batas untuk permasalahan yang
dibahas . Untuk retak di dalam pelattak berhingga seperti gambar di atas , dari X = -4 ke X = +a .
Sepanjang retak 𝜏𝑦 = 𝜏𝑥𝑦 = 0. Misal fungsi z adalah :
𝜚 (𝑧)
𝑧𝑖 = [(𝑧+𝑎)(𝑧−𝑎)] 1/2
Pada aksis x (y=0) dari x = -4 ke x= 4 , harga penyebut hanya imaginer (Ingat x = x + iY) .
Konsekuensinya , sepanjang aksis x dari x = -4 ke x=4 berlalu :
𝑅𝑒 𝑍𝑖 = 0
Dan untuk meyakinkan bahwa tegangan Vy dan Exy dalam pers (25) adalah Nol , perlu juga
memberi spesifikasi bahwa :
Im 𝜚 (𝑥) = 0
Sepanjang Aksis x (y = 0) dari x = -4 ke x= +4. Sekarang kita perhatikan pada saat x = a (Pada
ujung retak) . Pertama –tama kita misalkan :
ℊ =𝑧−𝑎
Sehingga pers (26) dapat dituliskan sbb :
𝜚( ℊ+𝑎 )/ (ℊ+24 )1/2 (ℊ)
𝑧𝑖 = = f (𝑔)1/2
(ℊ)1/2
Dimana Z, mempunyai sifat sesuai dengan daerah yang ditinjau . Dekat dengan ujung retak
F(s) mendekati suatu harga khusus f(0) yang konstan . Kemudian untuk G, Pers (30) dapat
ditulis:
𝐾
𝑧𝑖 𝑔 =0 = (2𝜋𝑔)𝑖 1/2
ℊ = 𝑟𝑒 𝑖 𝜃 = r (cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃)
𝑖𝜃
𝜃 𝜃
ℊ−1/2 = 𝑟 −1/2 𝑒 − 2 = 𝑟 −1/2 (cos 2 − 𝑖 sin 2)
𝑖3𝜃
3𝜃 𝜃
ℊ−3/2 = 𝑟 −3/2 𝑒 − 2 = 𝑟 −3/2 (cos − 𝑖 sin 2)
2
Dan
𝜃
Y = r sin 𝜃 = 2𝑟 sin ( 2) cos(𝜃/2)
Dan
𝑑𝑧𝑟 𝑘 1
𝑧𝑖 = = (2𝜋)𝑖1/2 (- 2) (𝑔)−3/2
𝑑𝑔
𝐾𝑖 3𝜃 3𝜃
=- 𝑟3/2
(cos − 𝑖 sin
2 (2𝜋)1/2 2 2
𝐾𝐼 𝜃 𝜃 𝜃 𝐾𝐼 3𝜃
𝜏𝑥 = (2𝜋𝑟)1/2
cos 2 – 2r sin 2 cos 2 [− 3 (− sin 2
)]
1 2
(2𝜋)2 𝑟
Atau :
𝐾𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥 = cos 2 (1- sin 2 cos )
(2𝜋𝑟)1/2 2
Dan
𝐾𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥𝑦 = sin 2 cos cos )
(2𝜋𝑟)1/2 2 2
Dimana dari pers (31) , factor intensitas tegangan KI dapat ditulis sebagai :
1. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan sebuah retak sepanjang sumbu x daro x= -a ke
x=+4 . (Seperti gambar diatas) :
𝜏𝑧
𝑧𝑖 = [(𝑧+4) (𝑧−4)]1/2
Kita substitusikan pers (35) ke dalam pers (34) dan memisalkan g = z – a . diperoleh
𝜏(𝑔+4)
𝐾𝑖 lim (2πg)1/2 { } = 𝜏 (𝜋4)1/2
[(𝑔)(𝑔+24)]1/2
ℊ 0
𝐾𝑖 = 𝞽 (π4)1/2
2. Untuk sebuah pelat tak berhingga dengan retak berderu yang panjangnya 2a dan jarak
retak 2b
Sehingga KI :
𝑝(42 +𝑏 2 )1/2
𝐾𝑖 lim (2πg)1/2 𝜋 (𝑔+𝑎−𝑏)[𝑔+24]1/2
ℊ 0
𝑝 𝑎 + 𝑏 1/2
𝐾𝑖 = ( )
√𝜋𝑎 𝑎−𝑏
Untuk b = 0 , diperoleh :
𝑝
𝐾𝑖 =
√𝜋𝑎
Jika gaya P berjarak c dari ujung retak , dimana c = a – b , dan jika a>>c dan b>>c atau bahkan
a>c dan b>c , seperti gambar dibawah
Maka harga KI adalah :
𝑝 𝑎+𝑏 2𝑝
𝐾𝑖 = (𝑎−𝑏)1/2 = √ 2𝑐
√𝜋𝑎
Dimana untuk tegangan bidang (plain strain) , dari pers (5) : 𝜏𝑧 = 𝑣 (𝜏𝑥 + 𝜏𝑦) dan dari pers (6)
untuk Ey adalah :
𝜎𝑣 2 𝑣 (1 − 𝑣)
Σ𝑦 = = 𝜏𝑦 − 𝜏𝑥
𝐸 𝐸
Dimana :
𝐾𝐼 𝜃 𝜃
Z1 = (2𝜋𝑟 )1/2 (cos 𝑧 − 𝑖 sin 𝑧 )
Dan
− 𝑟 𝜃 𝜃
𝑍𝐼 = 2 KI (2𝜋)1/2 cos 𝑧 − 𝑖 sin 𝑧 )
Sehingga :
𝐾𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
V = [ 𝐸/2 (1+𝑉) ] ( 2𝜋 )1/2 sin 2 (2 – 2v – cos2 2 )
Dan
𝐾𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
u = [𝐸/2 (1+𝑣)] (2𝜋)1/2 cos 2 (1-20 + sin22)
MODE II (POLA II)
Dengan cara yang sama , pola pembebanan geser akan menghasilkan distribusi tegangan sbb :
𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥 = -(2𝜋𝑟)1⁄ sin 2 (2 + cos 2 cos )
2 2
𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑦 = -(2𝜋𝑟)1⁄ cos 2 sin 2 cos
2 2
𝐾 𝐼𝐼 𝜃 𝜃 3𝜃
𝜏𝑥𝑦 = -(2𝜋𝑟)1⁄ cos 2 (1- sin 2 cos )
2 2
Dimana untuk pelat tak berhingga seperti gambar di atas besar KII adalah :
KII = 𝞽 √𝜋𝑎
Sedangkan distribusi simpangannya adalah :
𝐾 𝐼𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
𝑢= - [ 2𝜋 ] 1⁄2 sin 2 [2 – 2v + cos 2 2 ]
𝐺
𝐾 𝐼𝐼 𝑟 𝜃 𝜃
𝑣= - [ 2𝜋 ] 1⁄2 cos 2 [-1 + 2v + sin 2 2 ]
𝐺
𝜏𝑥 = 𝜏𝑦 = 𝜏𝑧 = 𝜏𝑥𝑦 = 0
Distrribusi Simpangan :
u=v=0
𝐾 𝐼𝐼𝐼 2𝑟 𝜃
w= [ ] 1⁄2 sin 2
𝐺 𝜋
K III = 𝜏 √𝜋𝑎
CATATAN :
- Dari diatas terlihat bahwa distribusi tegangan proporsional terhadap harga K , dimana K
merupakan parameter tinggal di sekitar ujung retak
- Ungkapan diatas hanya berlaku pada material getas , yang tidak memungkinkan adanya
deformasi plastis di ujung retak .
K I = 𝑌𝜏 √𝜋𝑎
𝜋𝑎 1/2
Y = (Sec )
𝑤
Atau
𝜋𝑎 1/2
KI = 𝞽 √𝜋𝑎 (sec )
𝜔
Harga Y ini sudah di tabelkan dalam “Handbook of stress intentity factors “ . Sebagai contoh
dapat dilihat tabel dibawah ini
Kasus Khusus :
Apabila dijumpai sistim pembebanan [ada retak yang tidak tercantum dalam handbook ,
kemungkinan harga K dapat dicari dengan superposisi
Sebagai contoh kita lihat gambar dibawah ini :
Kie = - y 𝜏 √𝜋𝑎
Misal ada tekanan internal P yang identic dengan gambar e , tapi arahnya berlawanan , maka :
KI = P √𝜋𝑎
Untuk retak dengan gaya titik di sepanjang sisi retak , seperti gambar di bawah :
𝑃 𝑎+𝑥
KIA = √𝑎−𝑥
√𝜋𝑎
Dan
𝑃 𝑎−𝑥
KIB = √𝑎−𝑋
√𝜋𝑎
Kasus ini mungkin diaplikasikan pada retak yang muncul dari lubang rivet atau baut sbb :
Untuk retak dengan tekanan internal juga dapat diturunkan dari pers (64) , dengan
mengintegralkannya dari 0 s/d a , sbb :