Anda di halaman 1dari 40

II.

TEORI DASAR

A. Pengertian Tensile Test
Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui
ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan
panjang yang dialami oleh bahan tersebut.
Tensile test dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan
logam yang diberi beban tarik, sehingga dalam proses uji tarik akan terjadi
regangan akibat dari tegangn yang terjadi pada bahan logam tersebut.
Pada proses pengujian kita dapat mengetahui tegangan yang diberikan dan
berapa panjang hasil regangan yang terjadi pada bahan, sehingga diketahui
panjang sebelum dan setelah pengujian. Selain itu, kita juga dapat mengetahui
sifat-sifat logam dan strukturnya.
Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan batang uji dengan gaya tarik
secara terus menerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus
meningkat dan teratur sampauputus, dengan tujuan menetukan nilai
tarik.untuk mengetaui kekuatan tarik suatu bahandalam pembebanan tarik,
garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu bahan sehinggapepbenana
terjadi beban arik lurus. Tetapi jiga gaya tarik sudut berhimpit maka
yangterjadi adalah gaya lentur.






Gambar 1: Pembebanan tarik
http://www.scribd.com/doc/34034624/UJI-TARIK

Gambar 2: Gambaran singkat uji tarik dan datanya
http://www.engineerfocus.com/wp-content/uploads/2010/01/Mengenalujitarik.pdf

B. Diagram Tegangan Regangan






Gambar 3: diagram tegangan regangan
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/07/fisika-dasar-elastisitas.html
Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat didefinisikan sebagai
intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Sehingga secara sistematis
tegangan normal rata-rata dapat dinyatakan sebagai:
=


Dimana:
= tegangan normal rata-rata (N/mm = Mpa)
P = gaya yang bekerja (N)
A = luas bidang (mm)
= sudut kemiringan
Rumus umum tegangan :
Tegangan rata-rata =


Dimana:
N = gaya dalam

penampang
A = luas penampang
library.gunadarma.ac.id/journal-abstract-2926.pdf



C. Perilaku Elastis dan Plastis
Perilaku elastic adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang
semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan
bagian dari batas elastik. Bila beban terus diberikan tegangan maka batas
elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak kembali seperti
ukuran semula.
Biasanya daerah elastik itu dibatasi oleh garis proporsioanal antara
tegangan dan tegangan, nah ujung dari titik proporsioanl ini disebut sebagai
yield point. di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini
disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat menahan beban yg
diberikan yg disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi
sehingga menghambat pergerakkan dari dislokasi.
Kebanyakan material tenik mempunyai batas elastis yang hampir
berhimpitan dengan batas proporsionalitasnya. Sedangkan perilaku Plastic
adalah daerah dimana bahan tidak akan kembali kepada panjang semula bila
tegangan luar dihilangkan. Batas elastis merupakan titik dimana tegangan
yang diberikan akan menyebabkan terjadinya perilaku plastis untuk pertama
kalinya.













Gambar 2. Daerah Elastic dan Plastic
http://www.migas-indonesia.com/files/article/Elastic&PlasticDeformation.doc
Gambar 4: Perilaku Elastis dan Plastis

D. Tegangan Rata-Rata dan Regangan Rata-Rata

1. Tegangan
Tegangan didefenisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Terdapat
dua jenis gaya luar yang dapat bekerja pada benda yaitu gaya permukaan
dan gaya badan. Gaya yang terbagi pada permukaan benda seperti
misalnya tekanan hidrastatik atau tekanan leh benda yang satu pada benad
yang lainnya, disebut gaya permukaan (surface forces). Gaya yang terbagi
pada volume benda seprti misalnya gaya gravitasi, gaya magnetic atau
gaya inersia (untuk benda yang bergerak), disebut gaya badan (body
forces). Kedua jenis gaya badan yang paling umum dijumpai dalam
P
o
Y
o
U
o
P
c
B
o
Y
c
U
c
U
c
P
y
U
B
|
.
|

\
|
2
mm
Kg
Tegangan
gangan Re

praktek rekayasa ialah gaya sentrifugal sebagai akibat gaya rotasi
berkecepatan tinggi dan gaya sebgai akibat perbedaan temeperatur pada
benda (tegangan termal).

(a) (b)
Gambar 5: (a) Benda seimbang karena pengaruh kerja gaya luar P
1
, P
5

(b) Gaya yang bekerja pada bagian benda
Pada umumnya gaya tidak akan terbagi merata pada sembarang
penampang melitang benda yang digambarkan pada gambar a guna
memperoleh tegangan di suatu titik O dalam bidang misalnya mm, bagian
1 benda dihilangkan dan digantikan oleh sistem gaya luar pada mm, yang
akan menahan tiap-tiap titik di bagian 2 benda dalam posisi yang sama
seperti sebelum bagian 1 dihilangkan. Ini adalah situasi di gambar b
setelah itu ambil bidang seluas A yang mengelilingi titik O dan melihat
bahwa gaya P bekerja pada luas ini. Apabila luas A dengan terus
menerus diperkecil menjadi nol, harga batas perbandingan P/A ialah
tegangan di titik O pada bidang mm benda 2.



Arah tegangan sesuai arah gaya resultan P dan umum dengan
kemiringan terhadap A tegangan yang sama di titik O di bidang mm akan
diperoleh, seandainya potongan bebas dikonstruksi dengan menghilangkan
bagian 2 benda padat. Tetapi tegangan akan berlainan di sembarang
bidang lainnya yang melalui titik O, seperti misalnya titik nn.
Sulit untuk menggunakan tegangan yang membuat sudut terhadap
luas di mana tegangan itu bekerja. Tegangan total dapat diuraikan
(resolved) dalam dua komponen, yaitu tegangan normal yang tegak lurus
pada A dan tegangan geser (shearing atau shear stress) yang terletak
pada bidang mm. untuk melukiskan titik ini, perhatikan gambar. Gaya P
membuat sudut dengan garis normal z terhadap bidang luas A juga
bidang melaui garis normal dan gaya P saling berpotongan dengan bidang
A sepanjang garis putus-putus yang membuat sudut dengan sumbu y.
tegangan normal diberikan oleh


Tegangan geser dalam bidang bekerja sepanjang garis OC dan
besarnya ialah :



Gambar 6: Uraian Tegangan Total dalam Komponennya
Tegangan geser ini selanjutnya dapat diuraikan dalam komponen
yang sejajar dengan arah x dan y yang terletak dalam bidang tersebut.
Karena itu suatu bidang pada umunya dapat memiliki satu
tegangan normal dan dua tegangan geser yang bekerja pada bidang itu.
2. Regangan
Regangan linier rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan
perubahan panjang awal dengan dimensi yang sama.



Sejalan dengan itu tegangan di sebuah titik, regangan di suah titik
ialah perbandingan deformasi terhadap panjang ukur (gage length), jika
panjang ukur mendekati nol. Sering lebih bermanfaat untuk
mendefinisikan regangan sebagai perubahan ukuran linier dibagi dengan
harga ukuran seketika itu juga (instantaneous value).
Persamaan diatas mendefinisikan regangan alamiah (natural
strain) atau regangan sesugguhnya. Regangan sesungguhnya digunakan
dalam hal kekenyalan dan pembentukan logam. Deformasi elastis sebuah
benda tidak hanya akan mengakibatkan perubahan panjang sebuah elemen
linier dalam benda itu, melainkan dapat pula mengakibatkan perubahan
sudut antara dua buah garis sembarang. Perubahan sudut dalam sudut siku
dikenal sebagai regangan geser.Gambar diatas melukiskan reganagn yang
dihasilkan oleh regangan murni pada muka sebuah kubus. Sudut di A yang
besar awalnya sam dengan 90
0
, diperkecil oleh penerapan tegangan geser
sebesar . Regangan geser sama dengan perpindahan (displacement) a
dibagi dengan jarak antara bidang h. Perbandingan a/h adalah tangent
sudut yang dilalui oleh elemen dalam rotasinya. Untuk sudut kecil, tangent
sudut sama dengan sudut dalam radial. Karena itu reganagan geser sering
dinyatakan sebagai sudut rotasi.






Gambar 7: Regangan Putus Geser
3. Hubungan Tegangan - Regangan





Gambar 8: Kurva Tegangan Regangan teknik (o - c)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang
pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang
menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan
untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan
tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan
pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-
logam/

E. Deformasi Tarik Logam Ulet
Data dasar tentang sifat mekanis logam ulet (ductile metal) diperoleh dari
percobaan uji tarik, di mana sebuah benda uji dengan desain tertentu
mengalami beban aksial yang semakin besar sampai benda uji patah. Data
yang diperoleh dari uji tarik pada umumnya digambarkan sebagai diagram
tegangan-regangan

Gambar 9: Grafik lengkung tegangan-regangan tarik tepikal
Gambar diatas memperlihatkan sebuah garis lengkung tegangan-regangan
untuk logam seperti almunium atau tembaga. Bagian awal linier lengkung OA
merupakan elastis dimana hokum hooke ditaati. Titik A adalah batas elastis
yang didefinisikan sebagai tegangan yang terbesar yang dapat ditahan oleh
logam tanpa mengalami regangan permanen apabila beban ditiadakan.
Penetuan bats elastis cukup rumit, bukan percobaan rutin dan tergantung dari
kepekaan instrument pengukur regangan. Itulah sebabnya batas elatis itu
sering disebut batas proporsional (batas utama), yaitu titik A.batas
proporsional ialah tegangan di mana garis lengkung tegangan-regangan
menyimpan dari kelinierannya. Kemiringan garis lengkung tegangan-regangan
diaderah ini ialah modulus elastis.
Untuk keprluan rekayasa, batas perilaku elastis yang berguna adalah
kekuatan luluh (yield strength) yaitu titik B kekuatan luluh didefinisikan
sebagai tegangan yang akan menghasilkan deformasi permanen dalam jumlah
kecil yang pada umumnya sama dengan regangan sebesar 0,002. Dalam
gambar diatas regangan permanen ini, atau offset, ialah OC. Deformasi plastis
mulai kalau batas elastis dilampaui. Kalau deformasi plastis benda uji
bertambah besar, logam menjadi lebih kuat (pengerasan-regangan; strein
hardening), sehingga diperlukan untuk memanjangkan benda uji bertambah
besar pada peregangan selanjutnya. Akhirnya beban mencapai suatu harga
makssimum.Beban maksimum yang dibagai oleh luas asli benda uji ialah
kekuatan tarik maksimum.Untuk logam yang ulet, garis tengah benda uji
mulai mengecil dengan cepat melampaui beban maksimum, sehingga beban
yang diperlukan untuk meneruskan deformasi terus turun sampai batas uji
patah.Karena tegangan rata-rata didasarkan luas asli beban uji.Maka tegangan
rata-rata pun turun dari beban maksimum sampai patah.
F. Metode Offset
Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya tidak
memperlihatkan batas luluh yang jelas.Untuk menentukan kekuatan luluh
material seperti ini maka digunakan suatu metode yang dikenal dengan
metode offset. Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai
tegangan di mana bahan memperlihatkan batas penyimpangan atau deviasi
tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan dan regangan.
Pada gambar 4 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP,
sehingga perpotongan antara garis XW dan kurva tegangan regangan
memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh.Umumnya garis offset OX diambil
0,1% 0,2% dari regangan total dimulai dari titik O.






Gambar 10: Metode offset untuk menentukan yield point pada kurva tegangan-
regangan dari spesimen terbuat dari bahan getas .

Titik luluh (yield point) juga dapat dikatakan sebagai suatu tingkat
tegangan yang:
a. Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
b. Harus dilewati dalam proses manufaktur logam atau pengubahan bentuk
logam(formingprocess).
http://www.scribd.com/doc/41401826/4-Laporan-Awal-Tensile-Brian

G. Perilaku Ulet Getas
Perilaku umum bahan yang dibebani dapat diklasifikasikan sebagai ulet
atau getas, tergantung apakah bahan itu memperlihatkan kemampuan untuk
mengalami deformasi plastic atau tidak. Bahan yang getas adanya deformasi
akan patah hamper pad batas elastis sedang logam getas seperti misalnya besi
cor putih, memperlihatkan plastic dalam jumlah kecil sebelum patah. keuletan
yang memadai merupakan suatu pertimbangan rekayasa yang penting, sebab
keuletan memebrikan kesempatan kepada bahan untuk distribusi ulang
tegangan setempat. Bilamana tegangan setempat. Bilamana tegangan di sekitar
takik dan pada konsentrasi tegangan lain kebetulan tidak perlu diperhatikan,
Ada kemungkinan membuat desain untuk situasi atas dasar tegangan rata-
rata.Tetapi dengan bahan yang getas, tegangan yang dialokasikan terus
menerus bertambah besar, apabila tidak terjadi luluh local (local
yielding).Akhirnya terbentuklah retak pada satu atau lebih kensentrasi
tegangan yang menjalar dengan cepat. Bahkan apabila tidak terdapat
konsentrasi tegangan dalam logam getas perpatahan akan tetap terjadi dengan
tiba-tiba, sebab tegangan luluh praktis identik dengan kekuatan tarik.
Penting untuk dicatat, bahwa kegetasan bukan merupakan sifat mutlak
logam seperti misalnya Tungsten yang getas pada temperatur kamar dan ulet
temperature tinggi.



Gambar 11: Garis Lengkung Teg-Reg bahan yang getas sempurna (perilaku
ideal), Garis lengkung teg-reg untuk logam getas dengan sedikit
H. Mulur
Mulur merupakan proses peregangan yang lambat. Laju mulur berkisar
dari beberapa persen pada tegangan atau suhu tinggi sampai kurang dari 10-
4% /jam.Nilai tersebut kecil tetapi harus diingat betapa pentingnya hal ini
sewaktu mendesain pembangkit tenaga uap atau reactor nuklir yang dipakai
selama bertahun-tahun pada suhu yang tinggi.Mulur juga penting pada turbin
gas dan alat-alat yang harus beroperasi pada tegangan dengan suhu tinggi
tanpa penyusutan pennampang sehingga tegangan tetap. Karena bilangan
poison v berbeda antara 0,25 dan 0,5 nilai G mendekati 35 % dari E.
Modulus Elastic selanjutnya adalah modulus curah , k. Modulus ini adalah
kebalikan dari modulus kompabilitas B dan sama dengan ph tekanan
hidrostatik, per satuan kompresi volum, v/v :
B v
phv
k
1
=
A
=
( ) v
E
k
2 1 3
=


Antara modulus curah dan modulus elastisitas terdapat hubungan :


Modulus elastisitas turun dengan naiknya suhu.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb729753931
ce61b8.pdf

I. Necking
Necking adalah penyempitan luas permukaan specimen pada saat ditarik
atau pada saat perpanjangan. Pembentukan penyempitan setempat pada benda
uji mtarik menimbulkan keadaan tegangan tiga sumbu pada daerah
penyempitan setempat sebenarnya merupakan takik yang halus.
Takik yang dikenai beban tarikan menghasilkan beban transversal yang
radial yang menyebabkan kenaikan nilai tegangan membujur yang diperlukan
untuk menghasilkan daerah plastis. Oleh karena itu, tegangan terjadi rata-rata
pada daerah penyempitan setempat yang diperoleh dari luas penampang
benda uji.
Mekanisme terjadinya necking adalah mula-mula salah satu ujung
specimen ditarik sampai mencapai titik proporsionalnya, yaitu daerah diman
hokum Hooke masih berlaku, sehingga specimen masih kembali ke panjang
semula, lalu beban tarik diperbesar sampai mencapai batas elastisitasnya.
Specimen dikembalikan lagi ke titik nol dan panjangnyapun masih dapat
kembali ke panjang mula-mula.
Ukuran perubahan dimensi harus dipertahankan pada temperature konstan.
Bagaimanapun kecilnya, karena kenaikan temperature, sebesar10
o
C cukup
untuk melipatgandakan laju pemutusan sebagian besar logam.
Namun beban tarik diperbesar lagi sampai melewati batas elastisitasnya,
maka specimen tidak dapat kembali ke titik semula, beban tarik diperbesar
sampai titik yield poin, yakni daerah transisi antara elastis dan plastis.
Specimen kembali ditarik hingga akhirnya mencapai titik U yakni tegangan
tarik maksimumnya. Pada saat inilah terjadi necking. Di saat melakukan
penarikan, necking mulai terbentuk seiring dengan pertambahan panjang,
karena itu pada necking terjadilah reduksi penampang dari Ao menjadi Ax
pada akhirnya tegangan menurun, regangan bertambah, dan specimen patah.
Necking menyebabkan kurva tegangan regangan secara umum tidak dapat
naik lagi.







Gambar 6. Necking
http://www.chuibar.com/other/pengujian%20tarik%20logam.html

J. Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa (Teknik)
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atasdimensi awal (luas area
dan panjang) dari benda uji,sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-
reganganseungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual padasaat
pembebanan setiap saat terukur.Perbedaan keduakurva tidaklah terlalu besar
pada regangan yang kecil, tetapimenjadi signifikan pada rentang terjadinya
pengerasanregangan (strain hardening), yaitu setelah titik luluhterlampaui.






Gambar 6. Metode offset untuk menentukan yield point pada kurva tegangan-
regangan dari spesimen terbuat dari bahan getas .
P
o
Y
o
U
o
P
c
B
o
Y
c
U
c
U
c
P
y
U
B
|
.
|

\
|
2
mm
Kg
Tegangan
gangan Re

Informasi penting yang bisa didapat adalah:
1. Batas proporsionalitas (proportionality limit)
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai
hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan
tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional
dalam hubungan linier =E (bandingkan dengan hubungan y =mx;
dimana y mewakili tegangan; x mewakili regangan dan mmewakili slope
kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini
menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-regangan.
2. Batas elastis (elastic limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada
panjang semula bilategangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas
merupakan bahagian dari batas elastik ini.Selanjutnya bila bahan terus
diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka bataselastis akanKekuatan
luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan
menahandeformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural
yang melibatkanpembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau
puntiran. Di sisi lain, batas luluh iniharus dicapai ataupun dilewati bila
bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam
seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat
dikatakanbahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
a. Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
b. Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)
3. Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength)
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh material
sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum
uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi luas penampang awal
Ao.(1.1)
Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh titik M dan
selanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga titik B. Bahan yang
bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan
maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B). Dalam kaitannya
dengan penggunaan strukturalmaupun dalam proses forming bahan,
kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang samasekali tidak boleh
dilewati.
4. Kekuatan Putus (breaking strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji
putus (Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao.Untuk bahan yang
bersifat ulet pada saat beban maksimumM terlampaui dan bahan terus
terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanismepenciutan
(necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada
bahanulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum
sementara pada bahangetas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan
maksimumnya.
5. Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan
logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam
beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk
(forming) melalui proses rolling, bending, stretching, drawing,hammering,
cutting dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode
pengukuran keuletan bahan yaitu:
a. Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan
terhadap panjang awalnya.
Elongasi, (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2), dimanaLf adalah
panjang akhir dan Lo panjang awal dari benda uji.
b. Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section)
setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.
Reduksi penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3),
dimanaAf adalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang awal.
http://www.scribd.com/doc/21704287/pengujian-tarik

K. Kurva Tegangan-Regangan Sejati (True Stress-True Strain Curve)
Definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan
berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan
dan regangan sejati ini dapat dilihat pada gambar.
















Gambar 17 : Kurva Tegangan-Regangan
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-
mekanik-logam/
Perbedaan antara kurva tegangan-regangan rekayasa dengan kurva
tegangan-regangan sesungguhnya tidaklah terlalu besar pada regangan yang
kecil, tetapi menjadi signifikan pada daerah terjadinya pengerasan regangan
(strain hardening), yaitu setelah titik luluh (yield point) terlampaui. Secara
khusus perbedaan menjadi demikian besar di daerah penciutan (necking). Pada
kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara
aktual mampu menahanturunnya beban karena luas area awalA0 bernilai
konstan pada saat perhitungan tegangan= P/A0. Sementara pada kurva
tegangan- regangan sesungguhnya luas area aktual adalah selalu turun
sehingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan
tegangan karena = P/A.






Gambar 18 :Perbedaan kurva tegangan-regangan rekayasa dan kurva
tegangan-regangan sesungguhnya.
http://www.scribd.com/doc/41401826/4-Laporan-Awal-Tensile-Brian

L. Fatik
Fatik dapat diartikan sebagai keluluhan yaitu merupakan skor logam yang
timbul akibat pembebanan yang besar sehingga mengalami perubahan pada
sifat logamnya.
Kekuatan tarik dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk konstruksi
yang mengalami perubahan pada sifat logamnya.Kekuatan tarik dapat
dijadikan pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami beban tarik listrik.
Jumlah static/siklus yang dipikul oleh logam akan turun dengan naiknya
variable yang mempengaruhi daya tahan fatik.
1. Penyelesaian permukaan
Retak fatik kerap kali berawal dari permukaan komponen bekas
permesinan atau ketidakpastian lain harus dihilangkan dan usaha ini
berpengaruh sekali terhadap fatik. Perlakuan permukaan akan
meningkatkan umur fatik.
2. Frekuensi siklus tegangan
Pengaruh terhadap umur fatik hamper tidak ada walaupun penurunan
frekwensi biasanya menurunkan umur fatik.
3. Temperatur
Kekuatan fatik yang paling tinggi pada temperature rendah dan berkurang
secara bertahap.
4. Tegangan rata-rata
Kondisi fatik dimana tegangan rata-rata tidak besar dari tegangan luluh.
http://iyanarafah.blogspot.com/2010/11/analisa-kegagalan-pada-material.html

M. Jenis-Jenis Perpatahan
1. Patahan Intergranular
Perpatahan ini kerap kali dianggap sebagai kelompok perpatahan
khusus. Pada berbagai paduan didapatkan kesimpulan yang sangat peka
antara tegangan yang diperlukan untuk perambatan retak pembelahan dan
tegangan yang diperlukan untuk perpatahan rapuh sepanjang batas
butir.Yang paling mudah dikenali dari patahan ini adalah jejak petahan
melalui batas butir dari sampel yang gagal. Patahan memiliki permukaan
tiga dimensi yang bentuk butir awalnya dapat dibedakan dengan jelas.





2. Patahan Transgranular
Perpatahan transkristalin dapat dikelompokkan atas perpatahan ulet,
mikro dan rapuh.Pada pematahan ulet terjadi deformasi plastis dan
pematahan terjadi akibat pertumbuhan rongga internal yang bargabung
menjadi satu sehingga terjadi pemisahan sempurna. Permukaan perpatahan
mempunyai penampilan berserat dan sering kali terjadi bibir geser.
Kepatahan ulet semacam ini meliputi pertumbuhan letak perlahan-lahan
dan penampang pematahan berkurang karena penguletan setempat diiringi
instrabilitas.Pada patahan transgranular patahan merambat melalui butir.
Selain itu ciri permukaan yang tampak cenderung planar atau konkoidal
dan hanya merupakan ciri proses patahan tanpa indikasi yang jelas
mengenai struktur dasar butir.








Gambar 6. Metode offset untuk menentukan yield point pada kurva tegangan-
regangan dari spesimen terbuat dari bahan getas .
http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf

N. Tipe-Tipe Perpatahan
Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan
perpatahan seperti diilustrasikan oleh Gambar 1.5 di bawah ini





Gambar 1.5.Ilustrasi penampang samping bentuk perpatahan benda uji tarik
sesuai dengan tingkat keuletan/kegetasan
Perpatahan ulet memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan gelap
(dull), sementara perpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang
berbutir (granular) dan terang.
Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih
tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya
kerusakan
Pengamatan kedua tampilan perpatahan itu dapat dilakukan baik dengan
mata telanjang maupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan
lebih detil dimungkinkan dengan penggunaan SEM (Scanning Electron
Microscope).
1. Perpatahan Ulet






Gambar 1.5.Ilustrasi penampang samping bentuk perpatahan benda uji tarik
sesuai dengan tingkat keuletan/kegetasan


Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh Gambar 1.7
berikut:





Gambar 1.7.Tampilan permukaan patahan dari suatu sampel logam yang
ditandaidengan lubang-lubang dimpel sebagai suatu hasil proses penyatuan
rongga-rongga kecil(cavity) selama pembebanan berlangsung.
2. Perpatahan Getas
Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada
material
b. Retak/perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin
membelah atom-atommaterial (transgranular).
c. Pada material lunak dengan butir kasar (coarse-grain) maka dapat
dilihat pola-pola yang dinamakan chevrons or fan-like pattern yang
berkembang keluar dari daerah awalkegagalan.
d. Material keras dengan butir halus (fine-grain) tidak memiliki pola-pola
yang mudah dibedakan.
e. material amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan yang
bercahaya dan mulus.
Contoh perpatahan getas dari suatu benda uji berbentuk pelat diberikan
oleh Gambar 1.8 di bawah ini










Gambar 1.8.Perpatahan getas pada dua sampel logam berpenampang
lintang perseg panjang (pelat)






Sedangkan hasil foto SEM sampel dengan perpatahan getas diberikan oleh
Gambar 1.9 pada halaman berikut ini:




Gambar 1.9.Foto SEM sampel dengan perpatahan getas. Perhatikan
bentuk perambatanretak yang menjalar (a) memotong butir (transgranular
fracture) dan (b) melalui bata butir material (intergranular fracture)
http://www.scribd.com/doc/41888780/203f21941a45967f2725262fb729753931
ce61b8

O. Jenis-Jenis Pembebanan
1. Pembebanan statis
Beban statis yaitu beban yang tetap baik besar maupun arahnya pada
setiap saat.Beban statis dapat berupa beban tarik, tekan, lentur, punter,
geser dan kombinasi dari beban tersebut.
2. Pembebanan dinamis
Beban dinamis yaitu beban yang besar dan arahnya berubah menurut
waktu. Beban dinamis dapat berupa beban tiba-tiba, berubah-ubah dan
beban jalar.
Sifat mekanis logam ditentukan oleh keadaan pembebanan yaitu statis
atau dinamis yang menyangkut frekuensi pembebanan, kecepatan,
lamanya pembebanan, keadaan lingkungan, suhu, tekanan dan besar
pembebanan.

P. Cacat Pada material
Pada kenyataan kekuatan logam jauh dibawah kekuatan teoritis, ini berarti
ada sesuatu didalam logam yang menurunkan kekuatannya yang disebut
dislokasi. Jadi, secara singkat dislokasi menurunkan kekuatan logam atau
dislokasi ini adalah cacat di dalam logam yang menurunkan kekuatan logam
tersebut.
1. Dislokasi Butir
Dislokasi butir terjadi jika ada gaya tekan dan tegangan yang akhir
gaya ini dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini mengakibatkan
bidang atom bergeser terhadap bidang atom di dekatnya yang disebut slip.







Mekanisme slip memerlukan pertumbuhan dan pergerakan garis
dislokasi. Energi garis dislokasi sebanding dengan panjang garis
dislokasi I, modulus geser G, dan a kuadrat satuan vektor slip b dengan
sendirinya.
2. Dislokasi Dalam Kristal
Dislokasi merupakan cacat kisi yang tidak stabil. Secara
termodinamika meskipun dislokasi merupakan cacat kisi yang diperlukan
untuk proses deformasi plastis. Selain untuk proses pembentukan kristal
tertentu dan untuk katalis kimia pada permukaan kristal. Pada temperatur
tinggi terdapat konsentrasi kekosonganyang besar pada semua jenis logam
pada saat pendinginan tidak seimbang. Kelebihan konsentrsi cacat fisik
dan menimbulkan dislokasi. Dislokasi secara heterogen akibat tegangan
termal untuk tegangan mekanik pada konsentrasi tegangan akibat dekat
partikel, retak atau cacat permukaan.







3. Dislokasi Butir Dalam Larutan Padat
Energi suatu dislokasi garis ialah sama, tidak tergantung letaknya, jika
diperlukan energi untuk bergerak di antara kedua titik tersebut. Tidak
demikian bila atom-atom lain, energi dislokasi kurang dibandingkan
dengan energi dislokasi dalam logam murni.
Jadi bila dislokasi bertemu dengan atom-atom asing, pergerakannya
terhambat karena diperlukan energi tambahan untuk membebaskannya
dengan logam murni. Hal ini disebut pergeseran larutan.






http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb72975
3931ce61b8.pdf


Q. Diagram Tegangan-Regangan Berbagai Material
Pada gambar di bawah dapat dilihat bahwa jenis-jenis material itu
memperlihatkan perbedaan kurva-kurva tariknya satu dengan yang lainnya.
Umpamanya pada besi tuang dapat dilihat bahwa kurvanya tidak mengikuti
hukum Hooke itu berarti bahwa kurva tariknya tidak memperlihatkan garis
modulus yang lurus. Selain itu pada kurva tersebut kita melihat bahwa besi
tuang adalah sangat getas. Oleh karena itu hampir tidak memiliki regangan,
sebaliknya tembaga mempunyai regangan yang sangat tinggi jadi sangat ulet







Bajakeras
Bajalunak
Logamringan
Besicor
Al(mm)
P

(
k
g
)


Keterangan :
a. Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastis misalnya besi cor.
b. Bahan ulet dengan titik luluh misalnya pada baja karbon rendah.
c. Bahan ulet tanpa titik luluh yang jelas misalnya alumunium. Diperlukan
metode off set untuk mengetahui titik luluhnya.
d. Kurva tegangan regangan sesungguhnya regangan-tegangan nominal
o Sb = Kekuatan Patah
o St = Kekuatan tarik
o SL = Kekuatan luluh
o ef = Perpanjangan / elongasi sebelum patah.
o x = titik patah
o yp = titik luluh

http://www.scribd.com/doc/41401826/4-Laporan-Awal-Tensile-Brian

R. Pengerasan Regangan
Dalam fabrikasi elemen struktur, berbagai macam bentuk profil seringkali
dibuat daripelat datar yang dilekukkan secara dingin pada temperatur ruang.
Pelaksanaan semacam iniakan menyebabkan perubahan bentuk inelastis yang
menimbulkan regangan sisa (residualstrain) dan disertai dengan tegangan sisa
(residual stress). Untuk memberi gambaran umumpengaruh perubahan bentuk
secara dingin, ditinjau suatu spesimen yang dibebani dengantarikan sampai
terjadi perubahan bentuk plastis.Pembebanan ini dilakukan secara berulang
ulang.Tampak pada Gambar 1.11.bahwa setiap beban dilepas, selalu ada
regangan sisa,sehingga setelah pembebanan dilakukan beberapa kali dicapai
regangan batas bahan yangapabila spesimen dibebani lagi, spesimen akan
putus. Mengingat hal itu, maka dapatdipahami banwa sifat batang struktur
yang dibentuk secara dingin cukup rumit.






Gambar : Pengerasan Regangan
Seperti terlihat pada Gambar 1.11, jika spesimen baja dibebani sampai
daerah plastisatau pengerasan regangan, kemudian beban dilepas maka kurva
pada pembebasan bebanakan sejajar dengan kurva bagian elastis. Oleh karena
itu akan terdapat regangan yangtertinggal setelah beban dilepas.
http://www.scribd.com/doc/18040588/STRUKTUR-BAJA-11




S. Hukum Hooke
Orang pertama yang melihat gejala kelurusan garis adalah Hooke. Bunyi
Hukum Hooke : Perpanjangan yang dialami suatu material dimana
berbanding lurus dengan gaya dan panjang awal bahan.
Ia merumuskan penemuannya sebagai berikut:
L =

L =


Dimana:
L = Perpanjangan (mm)
F = Gaya dalam N
Lo = Panjang awal (mm)
Ao = Panjang awal penampang (mm)
Tidak semua logam mengikuti Hukum Hooke yang berarti, tidak semua
logam memiliki garis modulus elastisitas yang lurus. Contoh-contohnya
adalah besi tuang, tembaga, dan paduan-paduannya.
http://www.scribd.com/doc/21704287/pengujian-tarik

T. Kelentingan
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi
padawaktu berdeformasi secara elastis dan kembali ke bentuk awal
apabilabebannya dihilangkan. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai
moduluskelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh 0.
Untuk menahan beban ebergi pada pemakaian di mana bahan
tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data
bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
Tabel 2memberikan beberapa modulus kelentingan untuk berbagai bahan.
Bahan E, Psi so, Psi Modulus kelentingan UR
Baja karbon rendah 30 X 106 45,000 33,7
Baja pegas karbon tinggi 30 X 106 140,000 320
Duralumunium 10,5 X 106 18,000 17
Tembaga 16 X 106 4,000 5,3
Karet 150 300 300
Polimer akrilik 0,5 X 106 2,000 4,0
(sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-
kehidupan-sehari-hari.html)

U. Aplikasi Pada Industri
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling
mendasar.Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah
mengalamistandarisasi di seluruh dunia.Dengan menarik suatu bahan maka
kita akan segera mengetahuibagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap
tenaga tarikan dan mengetahuisejauh mana material itu bertambah panjang.
Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat
dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara
lain adalah antara lainadalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

Gambar 12. Aplikasi tensile
Ada beberapa aplikasi pada pengujian tensile yang dapat diterapkan
dalamdunia industri yakni sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat-sifat suatu bahan dapat dilakukan
perancanganproduk yang aman.
2. Dengan adanya tensile test, maka pemilihan bahan dapat dilakukansesuai
dengan karakteristiknya
3. Dapat menekan biaya produksi bagi industry
4. Dengan pengujian tersebut, industri dapat mengetahui data-datakekuatun
suatu meterial
5. Dapat meningkatkan nilai atau mutu suatu bahan/material.Tarik
pengujiandigunakan untuk menjamin kualitas komponen, bahan
danproduk jadi dalam berbagai industri. Typical applications of tensile
testingarehighlighted in the following sections on: Khas aplikasiuji
tarik yang disorotdalam bagian berikut di:
a. Aerospace Industry (Aerospace Industri)
b. Automotive Industry (Industri Otomotif)
c. Beverage Industry (Industri Minuman)
d. Construction Industry (Industri Konstruksi)
e. Electrical and Electronics Industry (Listrik dan Elektronika Industri)
f. Medical Device Industry (Medical Device Industri)
g. Packaging Industry (Industri Kemasan)
h. Paper and Board Industry (Industri Kertas dan Dewan)
i. Pharmaceuticals Industry (Industri Farmasi)
j. Plastics, Rubber and Elastomers Industry (Plastik, Karet dan
IndustriElastomer)
k. Safety, Health, Fitness and Leisure Industry (Keselamatan,
Kesehatan,Kebugaran dan Industri Kenyamanan)
l. Textiles Industry (Industri Tekstil)
(sumber:http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-
sifat-mekanik-logam/)

Anda mungkin juga menyukai