Anda di halaman 1dari 189

[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

1.1. Tegangan Normal (Normal Stress)

Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat
kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. Pada umumnya gaya-gaya
tersebut berubah-ubah dari suatu titik ke titik yang lain, umumnya berarah miring
pada bidang perpotongan. Dalam praktek keteknikan intensitas gaya diuraikan
menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan, seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Komponen-Komponen Tegangan Normal


dan Geser dari Tegangan

1
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Tegangan normal adalah intensitas gaya yang bekerja normal (tegak lurus)
terhadap irisan yang mengalami tegangan, dan dilambangkan dengan ζ (sigma).
Bila gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu batang sejajar terhadap sumbu
utamanya dan potongan penampang batang tersebut konstan, tegangan internal
yang dihasilkan adalah sejajar terhadap sumbu tersebut. Gaya-gaya seperti itu
disebut gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal sebagai tegangan aksial.
Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat diilustrasikan dengan
meninjau sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya aksial (axial forces) P
pada ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik adalah sebuah batang lurus yang
memiliki penampang yang sama pada keseluruhan pajangnya. Untuk menyelidiki
tegangan-tegangan internal yang ditimbulkan gaya-gaya aksial dalam batang, dibuat
suatu pemotongan garis khayal pada irisan mn (Gambar 1.2). Irisan ini diambil
tegak lurus sumbu longitudinal batang. Karena itu irisan dikenal sebagai suatu
penampang (cross section).

Gambar 1.2. Batang Prismatik yang Dibebani Gaya Aksial

Tegangan normal dapat berbentuk:


1. Tegangan Tarik (Tensile Stress)
Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang, dan akibatnya
batang ini cenderung menjadi meregang atau bertambah panjang. Maka gaya
tarik aksial tersebut menghasilkan tegangan tarik pada batang di suatu bidang
yang terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.

2
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

P P

Gambar 1.3. Gaya Tarik Aksial

2. Tegangan Tekan (Compressive Stress)


Apabila sepasang gaya tekan aksial mendorong suatu batang, akibatnya
batang ini cenderung untuk memperpendek atau menekan batang tersebut. Maka
gaya tarik aksial tersebut menghasilkan tegangan tekan pada batang di suatu
bidang yang terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.

P P

Gambar 1.4. Gaya Tekan Aksial

Intensitas gaya (yakni, gaya per satuan luas) disebut tegangan (stress) dan
lazimnya ditunjukkan dengan huruf Yunani ζ (sigma). Dengan menganggap bahwa
tegangan terdistribusi secara merata pada seluruh penampang batang, maka
resultannya sama dengan intensitas ζ kali luas penampang A dari batang.
Selanjutnya, dari kesetimbangan benda yang diperlihatkan pada Gambar 1.2, besar
resultan gayanya sama dengan beban P yang dikenakan, tetapi arahnya
berlawanan. Sehingga diperoleh rumus :

P
  Dimana, ζ = Tegangan (N/m2)
A
P = Gaya aksial (N)
A = Luas (m2)

1.2. Regangan Normal

Regangan merupakan perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu


batang. Semua bagian bahan yang mengalami gaya-gaya luar, dan selanjutnya

3
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

tegangan internal akan mengalami perubahan bentuk (regangan). Misalnya di


sepanjang batang yang mengalami suatu beban tarik aksial akan teregang atau
diperpanjang, sementara suatu kolom yang menopang suatu beban aksial akan
tertekan atau diperpendek. Perubahan bentuk total (total deformation) yang
dihasilkan suatu batang dinyatakan dengan huruf Yunani δ (delta). Jika panjang
batang adalah L, regangan (perubahan bentuk per satuan panjang) dinyatakan
dengan huruf Yunani ε (epsilon), maka:
𝛿
𝜀=
𝐿
Sesuai dengan hukum Hooke, tegangan adalah sebanding dengan regangan.
Dalam hukum ini hanya berlaku pada kondisi tidak melewati batas elastik suatu
bahan, ketika gaya dilepas. Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan
sebagai perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan, atau perubahan
bentuk. Pada bahan kaku tapi elastik, seperti baja, kita peroleh bahwa tegangan
satuan yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan yang relatif kecil.
Pada bahan yang lebih lunak tapi masih elastik, seperti perunggu, perubahan bentuk
yang disebabkan oleh intensitas tegangan yang sama dihasilkan perubahan bentuk
sekitar dua kali dari baja dan pada aluminium tiga kali dari baja.
Regangan ε disebut regangan normal (normal strain) karena berhubungan
dengan tegangan normal. Rumus regangan normal berdasarkan hukum Hooke :


  E   
E Dimana:
E = modulus elastisitas tekan/tarik
 = tegangan normal satuan
 = regangan normal satuan
Bentuk Regangan Normal:
 Regangan Tarik (Tensile Strain)  terjadi jika batang mengalami tarik
 Regangan Tekan (Compressive Strain)  terjadi jika batang mengalami tekan

4
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

1.3. Penentuan Tegangan izin dan Modulus Elastisitas


Diagram Tegangan-Regangan

Pengujian tarik yang paling umum digunakan untuk logam adalah suatu mesin
pengujian yang menggunakan suatu gaya tarik yang dikendalikan dan naik secara
perlahan sampai akhirnya batang mengalami patah atau pecah. Tarikan total pada
batang di setiap saat selama pengujian diukur dengan menggunakan Ekstensometer
yang mampu mengukur hingga skala 0.0001 in. dari pengukuran ini tegangan dan
regangan satuan yang terlihat, dihitung dan kemudian diplot sehingga menghasilkan
diagram tegangan-regangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Pada baja lunak, tegangan yang diperoleh akan sebanding dengan regangan
sampai pada tegangan sekitar 30 kN/m2, seperti yang ditunjukkan pada kurva titik
A, sehingga membuktikan hokum Hook. Untuk tegangan-regangan di luar titik A,
regangan naik dengan laju yang lebih cepat dari tegangan dan akibatnya A adalah
batas kesebandingan. Pada tegangan sekitar 33 kN/m2 atau pada titik B, batas
elastik bahan dicapai. Yaitu jika tegangan bekerja di luar titik ini, batang tidak akan
kembali lagi ke panjang awalnya setelah beban dilepas atau dengan kata lain disini
diperolah suatu set permanen.
Setelah pengujian dilanjutkan sampai suatu titik tegangan maksimum
kekuatan-batas bahan dimana kemampuan batang menahan, akhirnya dicapai pada
titik E pada kurva. Di luar titik E, pemanjangan akan berlanjut tetapi secara perlahan
tegangan berkurang, sampai akhirnya batang mengalami patah (pecah).

5
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Gambar 1.5. Diagram Tegangan-Regangan, baja Lunak

1.4. Tegangan Geser (Shearing Stress)

Tegangan geser adalah intesitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang
dari luas permukaan, dilambangkan dengan  (Tau).

Fs

A

Gambar 1.6. Batang Mengalami Tegangan Geser

A. Regangan Geser
Hukum Hooke untuk keadaan geser:   G

  G    Dimana, G = modulus elastisitas geser
G
 = regangan geser satuan, (radian)
 = tegangan geser satuan

6
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

B. Defleksi Batang Beban Aksial


Sebuah batang yang dibebani secara aksial (axially loaded)
mengalami perubahan panjang. Perubahan panjang yang terjadi dapat
dihitung dengan rumus:
 P / A PL PL
E   
  / L A AE
Dimana, E = Modulus elastisitas (N/m2)
 = Regangan
L = Panjang batang (m)
Δ = Perubahan panjang (m)

1.5. Tegangan Batas, Tegangan Ijin, Faktor Keamanan

Tegangan batas (Ultimate stress) adalah tegangan satuan terbesar suatu


bahan yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan.
Tegangan ijin (Allowable stress)adalah tegangan yang tidak boleh di lampaui
di bagian manapun dalam struktur.

tegangan leleh  y
Tegangan ijin  ijin =
faktor keamanan n

Faktor keamanan (Factor of safety) adalah perbandingan dari kekuatan


sebenarnya terhadap kekuatan yang dibutuhkan.

kekuatan sebenarnya
Faktor keamanan (n) =
kekuatan yang dibutuhkan

7
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Sebuah batangan baja mendapatkan gaya seperti terlihat pada gambar di


bawah ini. Carilah total pertambahan panjang yang terjadi jika modulus
elastisitas 200GN/m2.

A 10 kN C
50 kN B 15 kN 45 kN

0.5 m 1m 1.5 m

Jawab:

1 
PL


50  10 3 500 
 0.25mm

AE 500 200  10 9  10 6 
2 
PL


35  10 3 1  10 3 
 0.35mm


AE 500 200  10 9  10 6 
3 
PL


45  10 3 1.5  10 3  0.675mm


AE 500 200  10 9  10 6 
Maka total perpanjangan yang terjadi adalah:

  0.25  0.35  0.675  1.275mm

2. Sebuah konstruksi diberi gaya dan tekanan seperti gambar, jika tekanan yang
terjadi 200 MPa dan modulius elastisitas 200 GNm-2 carilah pertambahan
panjang yang terjadi pada DE.

8
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Jawab:

 Fv  240  5  AB   0
4
atau AB = -300 kN

 Fh  AC  5  300  0 atau AC = -180 kN


3

 Fv  ED  480  0
P 480  10 3
   ADE  6
 2400mm 2
A 200  10  10
6

180  10 3 480  10 3 6  10 3 
AAC   2
   6mm
2400200  10 9  10 6 
900 mm
200  10 6  10 6

3. Sebuah kawat baja berdiameter 6 mm digunakan untuk menopang suatu


konstruksi, jika kawat sepanjang 150 mm digantung vertikal dan beban 1 kN,
carilah total perpanjangan kawat yang terjadi. Diketahui berat kawat adalah 7.7
x 104 Nm-3 dan E = 200 GNm-2.
Jawab:
Perpanjangan kawat yang disebabkan oleh beban

1 
PL

 
1  10 3 150  10 3 
 26.5mm
AE 1
4
2

 6 200  10  10
9 6

Perpanjangan yang disebabkan oleh berat kawat

WL
1
  
 62 150  10 3 7.7  10 4  10 9 150  10 3 
2   4  4.33mm
2 AE 1  2
2  6 200  10  10
9
 6

4 

4. Batangan seperti gambar berikut ini direkatkan untuk menopang gaya 50 kN.
Bagian atas terbuat dari baja dan memiliki panjang 10 m, berat jenis 7.7 x 10 4
Nm-3 dan luas 6000 mm2, bagian bawah terbuat dari kuningan dan memiliki
berat jenis 8.25 x 104 Nm-3, panjang 6 m serta luas 5000 mm2. Modulus
-2
elastisitas baja adalah 200 GNm dan modulus elastisitas kuningan 90 GNm-2,
carilah tegangan maksimum yang terjadi.

9
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

A A
10 m

B B
6m

C C

50 kN
Jawab:
Berat kuningan adalah

  
Wbr  6  103 5000 8.25  10 4 109  2475N  
Tegangan pada bagian ini adalah

P 50  10 3  2475
   10.5MPa
A 5000  10 6
Berat baja adalah

  
WST  10  103 6  103 7.7  10 4  10 9  4620 N 
Tegangan pada bagian ini adalah

P 50  10 3  2475  4620
   9.5MPa
A 6000  10 6 6

5. Dua batangan seragam memiliki diameter 50 mm dan mendapat pembebanan


aksial seberat 500 kN seperti gambar. Batangan kaku ini memiliki tekanan yp =
200 MPa, carilah tekanan yang terjadi pada kedua batangan ini.

1

3
m
50

300 mm
2
mm
500
kN
10
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Jawab:

502  1 502  2
  (500  10 3 )  0
4 4
  1   2  2.54.5MPa............a 
Kemudian,

 
4
50  3  10 
2
1
3

4
50  300
2
2
  10 1   2
 
4
 
50 E 2

4
50 E
2

 1  23.1MPa
 2  231MPa

6. Sebuah batang prismatik dengan penampang berbentuk empat persegi panjang


(20 x 40 mm) dan panjang 2.8 m dikenakan suatu gaya tarik aksial 70 kN.
Pemanjangan yang dialami batang adalah 1.2 mm. Hitunglah tegangan dan
regangan tarik dalam batang.

70 kN 70 kN
40 mm

20 mm
2.8 m
Diketahui: L = 2.8 m
P = 70 kN
 = 1.2 mm
Ditanya: a) 
b) 
Jawab:
a. Tegangan tarik dalam batang
P 70
   87.5MPa
A 2040
b. Regangan tarik dalam batang
 1.2
   429  10 6
L 2.8  10 3

11
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

7. Sebuah batang prismatik dengan penampang berbentuk lingkaran dibebani gaya


tarik 85 kN. Panjang batang 3.0 m dan diameternya 30 mm. Batang ini terbuat
dari alumunium dengan modulus elastisitas 70 GPa. Hitunglah pemanjangan dari
batang.

Diketahui: P = 85 kN L=3m
D = 30 mm E = 70 GPa
Ditanya:  = ?
Jawab:
P 85
   120MPa
A  302 / 4
 120
   0.00171
E 70
  L  0.001713  5.14mm

8. Suatu batang dengan penampang bujur sangkar (panjang sisi 70 mm)


mengalami pembebanan seperti pada gambar di samping. Berat jenis bahan
adalah 8 x 104 Nm3. Apabila total perpanjangan yang terjadi sebesar 0.01 mm,
berapa nilai modulus elastisitas bahan batang tersebut?

Jawab:

1 
PL


40  10 3 5
40.816  10 6
AE 
4900  10 6 E  E
m

2 
PL

 
50  10 3 15 153.061  10 6

AE 
4900  10 6 E  E
m

3 
wL

 

4900  10 6  20  8  10 4 20 16  10 6
2 AE 
2 4900  10 6 E  E
m


40.816 10   153.06110   16 10   0.01mm  10 10
6 6 6
6
m
E
Jadi, E  21 10 N / m  21 10 GPa
12 2 3

12
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

9. Suatu pipa yang terbuat dari besi tuang mempunyai diameter luar dan diameter
dalam masing-masing sebesar 80 mm dan 60 mm. Bila pipa tersebut menahan
bebean kompresi aksial sebesar 100 N, tentukan:
a. Total perpendekan yang terjadi untuk setiap panjang pipa 1000 mm
b. Tegangan normal yang terjadi di bawah beban tersebut
(E = 100 GN/m2 dan asumsi tidak terjadi tekukan pada pipa)

100 N

1000 mm

60 mm

80 mm

Jawab:

A 
4
80 2

 60 2 10 6  2.198  10 3 m
a. PL 100  1
   4.55  10 7 m  4.55  10 3 mm
AE 2.198  10 3 100  10 9  
P 100
b.    45496Pa
A 2.198  10 3

10. Batang prismatik dalam keadaan statik dengan penampang berdiameter 20 mm


dikenai gaya seperti pada gambar. Jika modulus elastisitas bahan tersebut 200
GPa tentukan besarnya beban P1 dan P2 agar tidak terjadi
pemanjangan/pemendekan.

45 kN 60 kN P1 P2

Jawab:
500 mm 1000 mm 1500 mm

13
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

450.5 22.5
1  
AE AE
151 15
2   
AE AE
P 21.5 1.5P 2
3   
AE AE

22.5  15  1.5P 2
0
AE
1.5P2  7.5  P2  5kN (tekan)

Jadi p1 = 10 kN (tarik)

14
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

Latihan Soal

1. Suatu pita baja untuk alat ukur tanah dengan luas potongan penampang 2
mm2 harus diregang dengan suatu tarikan 90 N bila dipakai. Jika modulus
elastisitas baja adalah 250 GPa. Hitunglah:
a. Pemanjangan total (δ) pada pita 30 m
b. Tegangan tarik satuan yang dihasilkan oleh tarikan

2. Suatu lingkaran kolom besi cor berongga, diameter luar 200 mm,
diameterdalam 150 mm dan panjang 5 m, menopang suatu beban aksial
900 kN. Hitunglah pemendekan total yang dihasilkan pada kolom ini jika
modulus elastisitas besi cir adalah 100 GPa.

3. Suatu batang bermata dari baja, panjang 6 m dan ukuran penampang 20


mm × 100 mm. Antara pusat pasak pada ujungnya digunakan sebagai
batang diagonal pada jembatan yang ringan, seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini. Anggaplah bahwa batang dengan luas potongan
penampang konstan di sepanjang 6 m. Jika tegangan tarik total pada
batang adalah 280 kN dan E adalah 300 GPa. Hitunglah:
a. Tegangan tarik satuan (St)
b. Pemanjangan satuan (𝜖 )
c. Pemanjangan total (δ)

15
[Tegangan Normal Dan Tegangan Geser]

4. Sebuah kawat baja berdiameter 5 mm digunakan untuk menopang suatu


konstruksi, jika kawat sepanjang 145 mm digantung vertikal dan beban 1.2
kN, carilah total perpanjangan kawat yang terjadi. Diketahui berat kawat
adalah 7.7 x 104 Nm-3 dan E = 200 GNm-2.

5. Suatu pipa yang terbuat dari besi tuang mempunyai diameter luar dan
diameter dalam masing-masing sebesar 75 mm dan 50 mm. Bila pipa
tersebut menahan bebean kompresi aksial sebesar 100 N, tentukan:
a) Total perpendekan yang terjadi untuk setiap panjang pipa 1000 mm
b) Tegangan normal yang terjadi di bawah beban tersebut
(E = 100 GN/m2 dan asumsi tidak terjadi tekukan pada pipa)

100 N

1000 mm

50 mm

75 mm

Jika Anda sedang bekerja, tidak untuk memburu


impian Anda sendiri, kemungkinan besar Anda sedang
bekerja untuk mewujudkan impian orang lain.
(Anonim)

16
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

II. GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR

2.1. Pengertian Balok

Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya. Jadi,
berdasarkan pada arah bekerjanya beban yang diberikan, maka balok berbeda dari
batang yang mengalami tarik dan batang yang mengalami puntiran. Pada batang
yang mengalami tarik, maka bebannya diarahkan sepanjang sumbunya, dan pada
batang yang mengalami puntiran maka vektor momen putarannya mengarah
sepanjang sumbu batang. Sebaliknya, beban-beban pada sebuah balok diarahkan
tegak lurus terhadap sumbunya.

17
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

2.2. Jenis-Jenis Balok

1. Balok berdasarkan tumpuan yang digunakan

Gambar 2.1. Jenis-jenis Balok


2. Balok berdasarkan keseimbangan statis

 Statis Tertentu (Statically Determinate)


Gaya – gaya reaksi dianalisa dengan persamaan keseimbangan statis.
ΣF = 0 ΣM = 0

 Statis Tidak Tentu (Statically Indeterminate)


Gaya-gaya reaksi dianalisa dengan persamaan keseimbangan statis
dan persamaan-persamaan tambahan yang berhubungan dengan
perpindahan-perpindahan struktur.

18
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

2.3. Tipe-Tipe Beban

Gambar 2. Tipe Beban pada Balok

1. Beban Terpusat (Concentrated Loads)


Contoh: Gaya P1 dan P2
2. Beban Terdistribusi (Distributed Loads)
Contoh: Beban q
3. Beban merata (Uniform load)
Contoh: Beban q pada gambar (a)
4. Beban yang berubah secara linier (Linearly varying load)
Contoh: Beban q pada gambar (b)
5. Kopel (Couple)
Contoh: Momen M1

2.4. Gaya Geser dan Momen Lentur

Apabila sebuah balok dibebani oleh beberapa buah gaya atau kopel maka
akan tercipta sejumlah tegangan dan regangan internal. Untuk menentukan
berbagai tegangan dan regangan tersebut, harus dicari terlebih dahulu gaya internal

19
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

(internal forces) dan kopel internal yang bekerja pada penampang balok. Gaya
internal yang bekerja pada penampang-penampang balok diantaranya gaya geser V
dan momen lentur M.

A. Gaya Geser (Shearing Force)


Gaya geser secara numerik adalah jumlah aljabar dari semua komponen
vertikal gaya – gaya luar yang bekerja pada segmen yang terisolasi, tetapi
dengan arah yang berlawanan, dinotasikan dengan V. Penentuan gaya geser
pada sebuah irisan balok memenuhi syarat keseimbangan statis pada arah
vertikal.
ΣFv = R1 - P1 – P2 – V = 0 atau V = R1 – P1 – P2

B. Momen Lentur (Bending Momen)


Momen lentur adalah jumlah aljabar dari semua komponen momen gaya
luar yang bekerja pada segmen yang terisolasi, dinotasikan dengan M. Besar
M dapat ditentukan dengan persamaan keseimbangan statis
ΣM =0
ΣMo = M - R1x + P1 (x-a) + P2 (x-b) = 0
atau M = R1x – P1(x-a) – P2(x-b)

2.5. Hubungan Antara Beban, Gaya Geser Dan Momen Lentur

Hubungan ini bermanfaat untuk:


Mencari gaya geser dan momen lentur di seluruh arah panjang
sebuah balok
Menyusun diagram – diagram gaya geser dan momen lentur

A. Beban Terdistribusi
dV dM
w V 
dx dx

20
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

B. Beban Terpusat

V1 = - P M1 = P ( dx
2 )
+ Vdx + V1dx

C. Beban Kopel
V1 = 0 M1 = - Mo

2.6. Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur

Gaya geser V dan momen lentur M dalam balok merupakan fungsi-fungsi dari
jarak x yang diukur sepanjang sumbu longitudinal. Salah satu cara untuk
mengetahui harga V dan M pada semua penampang balok adalah dengan
menggambar sebuah grafik yang memperlihatkan bagaimana V dan M berubah
terhadap x. Grafik ini disebut diagram gaya geser dan momen lentur.

21
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Gambarkan diagram gaya geser dan momen lenturnya!

Jawab:

Dengan menggunakan persamaan keseimbangan statis diperoleh R1 = 1200


kN dan R2 = 2400 kN

w/x = 600/12 w = (x/12)600 kNm

1 x 
V  1200   600  x  1200  25 x 2
2  12 
1 x   x 25
M  1200 x   600  x   1200 x  x3
2  12  3 3
Vx=0 = 1200 kN dan Vx=12 = -2400 kN
V=0
1200 – 25x2 = 0
x = 6.94 m

M X 6.94  12006.94  6.94x3  5520


25
3
M = 5x(x/2) kN m untuk 0 m<x<4 m
Mx=0 = 0 kN m Mx=4 = 40 kNm
M = -5x(x/2) kN m untuk 0 m<x<4 m
Mx=0 = 0 kN m Mx=4 = -40 kNm
M = -10(x - 2) kN m untuk 2 m<x<4 m

22
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Mx=2 = 0 kN m Mx=4 = -20 kNm


M = 20(x - 3) kN m untuk 3 m<x<4 m
Mx=3 = 0 kN m Mx=4 = 20 kNm

Gaya geser

Momen lentur

2. Gambarkan diagram gaya geser dan momen lentur dari balok yang
mendapatkan pembebanan seperti berikut.

Jawab:
MB = 4RD - 8 - 4(6)(2) = 0 RD = 14 kN

23
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Fv = RB + 14 - 4(6) = 0 RB = 10 Kn

V = -4x kN untuk 0 m<x<1 m


Vx=0 = 0 kN dan Vx=1 = -4 kN
V = -4x + 10 kN untuk 1 m<x<5 m
Vx=1 = 6 kN dan Vx=5 = -10 kN
V = -4x + 10 +14 kN untuk 5 m<x<6 m
Vx=5 = 4 kN dan Vx=6 = 0 kN

M = 4x(x/2) =2x2 kN m untuk 0 m<x<6 m


Mx=0 = 0 kN m dan Mx=6 = -72 kN m
M = 10(x - 1) kN m untuk 1 m<x<6 m
Mx=1 = 0 kN m dan Mx=6 = 50 kN m
M = 8 kN m untuk 3 m<x<6 m
M = 14(x - 5) kN m untuk 3 m<x<6 m
Mx=5 = 0 kN m dan Mx=6 = 14 kN m

Gaya geser

24
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Momen lentur

3. Tentukan persamaan gaya geser dan momen lentur balok di atas menggunakan
fungsi singularitas dan gambarkan diagram gaya geser dan momen lenturnya.

Jawab:
w(x) = R1(x)-1 – 15(x - 0.5)-1 + R2(x – 1.5)-1 kN………………(1)
V(x) = R1(x)0 – 15(x - 0.5)0 + R2(x – 1.5)0 kN…………………(2)
M(x) = R1(x)1 – 15(x - 0.5)1 + R2(x – 1.5)1 kN m………………(3)
Dari persamaan (2)
R1 – 15 + R2 = 0
Dari persamaan (3)
R1(1.5) – 15(1.5 - 0.5) + 0 = 0 R1 =10 kN, R2 = 5 kN

25
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Gaya geser

Momen lentur

4. Tentukan persamaan gaya geser dan momen lentur balok di bawah ini
menggunakan fungsi singularitas dan gambarkan diagram gaya geser dan
momen lenturnya.

Jawab:
w(x) = -0.25(x - 2)-2 + V1(x - 3)-1 + M1(x – 3)-2 kN……………(1)
V(x) = -0.25(x - 2)-1 + V1(x - 3)-0 + M1(x – 3)-1 kN ……………(2)
V1 = 0
Sedangkan V(x) = -0.25(x - 2)1 + M1(x – 3)-1

M(x) = -0.25(x - 2)0 + M1(x – 3)0 M1 = 0.25

26
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Gaya geser

Momen lentur

5. Tentukan persamaan gaya geser dan momen lentur balok di atas menggunakan
fungsi singularitas dan gambarkan diagram gaya geser dan momen lenturnya.

Jawab:
Mo = 3.5R2 - 15 - 22.5(2.75) = 0 R2 = 22.0 kN
Fv = R1 - 15 - 22.5 + 22.0 = 0 R1 = 15.5 Kn

w(x) = 15.5(x)-1 - 15(x - 1)-1 - 15(x - 2)0 + 22(x - 3.5)-1 kN...………(1)


V(x) = 15.5(x)0 - 15(x - 1)0 - 15(x - 2)1 + 22(x - 3.5)0 kN...………..(2)
M(x) = 15.5(x)1 - 15(x - 1)1 - 7.5(x - 2)2 + 22(x - 3.5)1 kN m...……..(3)

Dari persamaan (2)


Vx=1 = 15.5 kN Vx=2 = 0.5 kN Vx=3.5 = -2216 kN
15.5 - 15 - 15(x - 2) = 0 x = 2.033 m

Dari persamaan (3)

Mx=0 = 0 kN m Mx=1 = 15.5 kN m Mx=2 = 16 kN m


Mx=2.033 = 15.5(2.033) - 15(1.033) - 7.5(0.033)2 = 16.008 kN m

27
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Gaya geser

Momen lentur

6. Tentukanlah gaya-gaya raksi yang bekerja pada struktur yang dibebani seperti
pada gambar berikut ini.

28
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Jawab:

 M  0  161  R 4  0 R  4kN  R


A By By Bx

 M  0  R 4  163  0 R  12kN 


B Ay Ay

 F  0 R  12  4  0  R  16kN 
x Ax Ax

R A  16 2  12 2  20kN
RB  4 2  4 2  4 2kN

7. Tentukan diagram gaya geser dan momen lentur untuk sebuah balok sederhana
dengan beban merata yang berintensitas q yang bekerja pada sebagian dari
bentangan balok.

Jawab:
Reaksi-reaksi untuk balok:

qb  b qb  b
Ra  c   Rb  a  
L 2 L 2

Bagian balok sebelah kiri (0 < x < a)

V  Ra M  Ra x
Penampang dalam bagian balok yang dibebani

qx  a 
2
V  Ra  qx  a  M  Ra x 
2
Bagian balok yang tak terbebani pada ujung sebelah kanan
V   Rb M  Rb L  x 

29
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

8. Sebuah balok ABC dengan sebuah emper menyangga sebuah beban merata
dengan intnsitas q = 6 kN/m dan sebuah beban terpusat P = 28 kN. Hitunglah
gaya geser V dan momen lentur M pada penampang D yang terletak 5 m dari
penyangga sebelah kiri.

Jawab:
 Ra 8  285  6103  0  Ra  40kN
M a  0 Rb  48kN

 F  0  40  28  65  V  0  V  18kN
y

 M  0  405  282  652.5  M  0  M  69kNm


Tanda minus untuk V berarti bahwa gaya geser ini bekerja dalam arah
negatif (berlawanan arah yang diperlihatkan dalam gambar.

9. Susunlah diagram gaya geser dan momen lentur untuk balok konsol yang
diperlihatkan dalam gambar.

30
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Jawab:
Bagian balok sebelah kiri (0 < x < a)
V   P1 M   P1 x

Bagian balok sebelah kanan (a < x < L)


V   P1  P2 M   P1 x  P2 x  a 

10. Hitunglah reaksi pada tumpuan untuk balok sederhana berbeban seperti yang
terlihat dalam gambar. Abaikan berat dari balok.

Jawab:

 F  0 R  0
x Ax

 M  0  200  1000.2  1600.3  R 0.4  0  R


A B B  670 N 
 M  0  R 0.4  200  1000.2  1600.1  0  R
B Ay Ay  410 N 

31
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Latihan Soal

1. Gambarkan diagram gaya geser dan momen lenturnya!

Dengan menggunakan persamaan keseimbangan statis diperoleh R1 = 1500 kN


dan R2 = 2800 kN.

2. Hitunglah gaya geser V dan momen M pada penampang, berturut-turut 3 dan 5


m dari ujung kiri balok seperti terlihat pada Gambar berikut.

3. Tentukan gaya geser maksimum V dan momen M pada balok yang terlihat pada
Gambar berikut.

32
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

4. Hitunglah reaksi tumpuan RA dan RB pada Gambar berikut.

5. Hitunglah reaksi pada tumpuan dari balok berikut.

33
[Gaya Geser Dan Momen Lentur]

Pada saat orang rata-rata bermimpi dalam


tidurnya, orang sukses sepenuhnya terjaga dan
hidup di dalam impian mereka.
(Anonim)

34
[Tegangan Dalam Balok]

III. TEGANGAN DALAM BALOK

3.1. Pengertian Balok Melentur

Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang
bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini
menciptakan aksi internal, atau resultan tegangan dalam bentuk tegangan normal,
tegangan geser dan momen lentur.
Beban samping (lateral loads) yang bekerja pada sebuah balok menyebabkan
balok melengkung atau melentur, sehingga dengan demikian mendeformasikan
sumbu balok menjadi suatu garis lengkung.

3.2. Tipe-Tipe Lenturan

1. Lenturan Murni (Pure Bending)


Lenturan dihasilkan oleh kopel dan tidak ada gaya geser transversal yang
bekerja pada batang. Balok dengan lenturan murni hanya mempunyai
tegangan normal (tegangan lentur tarik dan tekan).

35
[Tegangan Dalam Balok]

2. Lenturan Biasa (Ordinary Bending)


Lenturan dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada batang dan tidak
terdapat kopel. Balok dengan lenturan biasa mempunyai tegangan
normal dan tegangan geser.

3.3. Tegangan Normal pada Balok

Suatu tegangan x bekerja dalam arah normal terhadap penampang sebuah


balok dari regangan normal x . Tiap serat longitudinal dari sebuah balok hanya
dikenakan beban tarik dan tekan (yaitu, serat-serat dalam tegangan uniaksial).
Sehingga diagram tegangan-regangan bahan akan memberikan hubungan
sebanding antara ( x ) dan ( x ). Jika bahannya elastis dengan suatu diagram
tegangan-regangan linier, maka dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan
uniaksial   E  dan diperoleh :

 x  E x   E Ky
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara linier
terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi tegangan ini digambarkan
pada Gambar 3.1, yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah permukaan netral apabila
kopel Mo bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel ini menghasilkan suatu
kelengkungan positif K dalam balok, meskipun menyatakan suatu momen lentur
negatif M.

x

Gambar 3.1. Penyebaran tegangan normal pada


sebuah balok dari bahan elastis linier

36
[Tegangan Dalam Balok]

Tegangan normal pada suatu balok digambarkan oleh persamaan berikut:


Dimana,
My
  : tegangan normal
I
M : momen lentur pada penampang
y : jarak dari sumbu netral ke tegangan normal
I : momen inersia

Pada fiber terluar balok nilai koordinat y dinotasikan dengan simbol c,


sehingga tegangan normal maksimumnya menjadi:

Mc M
 maks  atau  maks 
I I c
I/c disebut modulus penampang yang umumnya dinotasikan dengan simbol
Z. Sehingga tegangan lentur maksimum digambarkan oleh persamaan:
M
 maks 
Z

3.4. Tegangan Geser pada Balok

Apabila sebuah balok dikenakan pelenturan tak merata, maka momen lentur
M dan gaya lintang V kedua-duanya bekerja pada penampang. Tegangan normal
(σx ) yang berhubungan dengan momen-momen lentur diperoleh dari rumus lentur.
Kasus sederhana dari sebuah balok berpenampang empat persegi panjang yang
lebarnya b dan tingginya h (Gambar 2), dapat dimisalkan bahwa tegangan geser τ
bekerja sejajar dengan gaya lintang V (yaitu, sejajar dengan bidang-bidang vertikal
penampang). Dimisalkan juga bahwa distribusi tegangan geser sama rata
sepanjang arah lebar balok. Kedua penjelasan ini akan memungkinkan untuk
menentukan secara lengkap distribusi tegangan geser yang bekerja pada
penampang.

37
[Tegangan Dalam Balok]

Gambar 3.2. Tegangan-tegangan geser dalam sebuah balok


berpenampang segi empat persegi panjang

Tegangan geser pada semua fiber dengan jarak yo dari sumbu netral diberikan
dengan formula:

V c
Ib y0
 yda

Dimana,  = tegangan geser V = gaya geser


b = lebar penampang balok I = momen-area kedua
yda = momen-area pertama

38
[Tegangan Dalam Balok]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Tentukan tegangan lentur maksimum yang terjadi pada balok di bawah ini.

Jawab:
 
I  121 100150  2 121 45130  11.6  10 6 mm4
3 3


M

M 5  10 10

3
   32.3MPa
3

I
C Z 1.55  15

2. Tentukan beban maksimum yang dapat diaplikasikan, jika besarnya tegangan


yang terjadi adalah 125 MPa. Berat balok diabaikan.

Jawab:
R1 = w N dan R2 = 2w N

V  w  12 x 6wx  w  121 wx 2

w  121 wx 2  0 dimana x  12  3.46m

x2
M  wx  x 6w  wx  361 wx3
1
2
3
M x3.46  3.46 x  361 w3.46  2.31wNm
3

39
[Tegangan Dalam Balok]

150250  652103 
3
Ix   2   95  10 mm
6 4

12  12 


My
 125  10 6 
2.31w0.125  w  41kNm
I 95  10 6 10 12  

3. Tentukan tegangan tarik dan tegangan tekan maksimum serta lokasinya


masing-masing.

Jawab:

y
 yda
A
125256.25  2502512.5
y  40.3mm
12525  22550

 
I x  13 25125  2 13 5025  16.8  10 6 mm4
3 3


I x  I xG  A y
2

16.8  10 6  I xG  562540.3  I xG  7.7  10 6 mm4


2

c1=40.3 mm c2=84.7 mm

Tegangan tarik maksimum terjadi di sepanjang B-B

  Mc1 I  5 103 103 40.3 7.7 10 6  26.2 MPa


Tegangan tekan maksimum terjadi di sepanjang A-A

  Mc2 I  5 103 103  84.7 7.7  10 6  55MPa

40
[Tegangan Dalam Balok]

4. Tentukan tegangan geser maksimum dalam balok dan tentukan pula tegangan
geser pada titik 25 mm di bawah balok pada 1 m ke kanan dari reaksi sebelah
kiri.

Jawab:

 av  20  103 / 0.10.05  4MPa


92  maks  3 24  6MPa

V  h2  5  10 3  100 2 
   y o 2     25 2   1.125MPa
2I  4 
 2 4.167  10
6
  4 

5. Tentukan tegangan geser maksimum dalam balok dan tentukan pula tegangan
geser pada titik 25 mm di bawah permukaan balok yang berbatasan dengan
dinding penopang.

Jawab:

V c
Ib y o
 yda

Momen pertama daerah arsiran pada sumbu netral:

50116.358.15  3.38  105 mm3

Tegangan geser pada sumbu netral dimana b = 50 mm

41
[Tegangan Dalam Balok]

50  10 3
 
3.38  10 5  8.45MPa 

50 4  10 6

Tegangan geser pada titik 25 mm di bawah permukaan:

50  10 3
  
1.3  10 5  3.25MPa

50 40  10 6

6. Tentukan panjang batang maksimum yang diperbolehkan untuk sebuah balok
sederhana berpenampang empat persegi panjang 150 mm x 300 mm yang
dikenakan suatu beban tersebar merata q = 8 kN/m, jika tegangan lentur
ijinnya 8.2 MPa.

Diketahui: b = 150 mm q = 8 kN/m


h = 300 mm  = 8.2 MPa
Ditanya: L
Jawab:
M  12 qLx  12 qx 2
M maks  12 qL 12 L   12 q 12 L   14 qL2  18 qL2  18 qL2
2

M maks 18 qL2 3qL2


 maks   1 2  2

z 6 bh 4bh

L2 

4 bh 2 4 8.2  10 6 0.15  0.32

 
 18.45  L  4.3m

3q 3 8  10 3  

7. Sebuah balok sedehana yang panjangnya 3 m memiliki penampang empat


persegi panjang berukuran 200 mm x 300 mm. Pada balok tersebut dikenakan
beban tersebar merata q = 6 kN/m. Jika berat balok diabaikan, hitung:
a. Tegangan lentur maksimum

42
[Tegangan Dalam Balok]

b. Tegangan geser maksimum


c. Tegangan pada jarak 1 m dari sumbu normal

Diketahui: L = 3 mh = 300 mm
b = 200 mm q = 6 kN/m
Ditanya: a. maks
b. maks
c. (1 m)

Jawab:
a. Tegangan lentur maksimum

M 6.75  10 3
 maks    2.25  10 6 Pa
z 
0.20.3 / 16
2

b. Tegangan geser maksimum

3V 3 9  10 3
 maks    0.225  10 6 Pa
2 bh 2 0.20.3
c. Tegangan pada jarak 1 m dari sumbu normal

Vx1  9  61  3kN

I  121 bh 3  121 0.20.3  4.5  10 4 mm4


3

V  h2  3  10 3  0.32 
   y o 2     0.025 2   72.9kPa
2I  4 
 2 4.5  10
4
  4 

8. Suatu balok kantilever berpenampang bulat dengan diameter 100 mm menahan


beban seperti pada gambar. Tentukan tegangan lentur maksimumnya.

43
[Tegangan Dalam Balok]

Jawab:
R1  15  9  24kN
M  156  94.5  130.5kNm
D 4  100  10 3 
4

I   4.906  10 6 m 4
64 64

Jadi :  

Mc 130.5  10 3 50  10 3


 1.33GPa

I 4.906  10 6

9. Sebuah beban w sebesar 5 Kn dijatuhkan ke tengah-tengah balok diatas dua


tumpuan dari ketinggian h = 25 mm. Balok tersebut mempunyai panjang 6 m,
ketebalan 150 mm, momen inersia I = 12 x 10-6 mm4 dan modulus elastisitas
200 GN/m2.
a. Tentukan besarnya defleksi maksimum
b. Tentukan besarnya tegangan lentur maksimum

Jawab:

wL3 5000  6 3
st    9.4mm

48EI 48 200  10 9 12  10 6  
a. Tentukan besarnya defleksi maksimum

44
[Tegangan Dalam Balok]

  st  st 2  2hst


  9.4  9.4 2  2259.4  33mm

b. Tentukan besarnya tegangan lentur maksimum

P
2w
h     25000 25  33  17575.8 N
 33
   0.150 
2 17575.8 6 
1

 2   330MPa
1
Mc 2 PLc
 maks    6
I I 12  10

10. Tentukan tegangan lentur maksimum dan tegangan geser maksimum pada
balok dengan pembebanan seperti pada gambar di bawah ini.

Jawab:

F V  0  R A  RB  52  10  15  35kN
M B  0  5R A  524  102  151  0

5RA  75  RA  15kN
RB  20kN

0<x<2 V = 15 – 5x
M = 15x – 5/2 x2
2<x<3 V = 15 – 5(2) = 5 kN
M = 15x – 10(x – 1)
3<x<4 V = 15 – 5(2) – 10 = -5 kN
M = 15x – 10(x – 1) - 10(x – 3)

45
[Tegangan Dalam Balok]

4<x<5 V = 15 – 5(2) – 10 -15= -20 kN


M = 15x – 10(x – 1) - 10(x – 3) - 15(x – 4)

Mmaks = 25 kNm

I  121 50100  4.2  10 6 mm4


3

M maks y 25  10 3  10 3  50
a.  maks    297.6MPa
I 4.2  10 6
3V 3  15  10 3 
b.  maks      4.5MPa
2 bh 2  50  100 

46
[Tegangan Dalam Balok]

Latihan Soal

1. Sebuah balok kayu dengan potongan penampang lebar 200 mm dan tinggi
300 mm mengalami momen lentur (M) 25 kNm. Hitunglah tegangan lentur

maksimum (  maks ) pada balok tersebut.

2. Gambar di bawah ini adalah potongan penampang balok yang terbuat dari
dua lembaran kayu (5 ×15 mm). Balok ini digunakan sebagai bentangan
sederhana dengan panjang (L= 2 m) dan mendukung beban (w = 100
kN/m) termasuk beratnya sendiri. Hitunglah momen inersia dan tegangan

lentur maksimum (  maks ) pada balok tersebut.

3. Suatu balok terbuat terbuat dari batang kayu dengan penampang segi
empat. Panjang balok 3 m (dianggap sebagai panjang tekuk), dan
hubungan kedua ujung balok adalah hubungan jepit. Bila ukuran
penampang balok adalah 4 x 8 cm. Berapa beban kritis yang sanggup
didukung kolom agar tidak terjadi tekukan? Dengan beban kritis tersebut ,
berapa tegangan yang timbul pada balok? E kayu = 100 kN/cm2 ?

4. Suatu balok yang panjangnya 2 m dengan penampang segi empat


mengalami pembebanan seperti pada Gambar di bawah ini. Tentukan:
a) Tegangan normal maksimum dan lokasinya

47
[Tegangan Dalam Balok]

b) Tegangan geser maksimum dan lokasinya


c) Tegangan geser pada jarak 0.5 m dari ujung kiri dan 20 mm dari
penampang atas balok.

Ukuran penampang balok

5. Suatu balok kantilever berpenampang bulat dengan diameter 80 mm


menahan beban seperti pada gambar di bawah ini. Tentukan tegangan
lentur maksimumnya.

Pada saat orang kebanyakan sibuk


membangun karir, orang yang akan
kaya raya sibuk membangun jaringan.
(Rich Dad)

48
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

IV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS:


METODE INTEGRASI GANDA

4.1. Defleksi Balok

Sumbu sebuah balok akan berdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya


semula apabila berada di bawah pengaruh gaya terpakai. Defleksi Balok adalah
lendutan balok dari posisi awal tanpa pembebanan. Defleksi (Lendutan) diukur dari
permukaan netral awal ke permukaan netral setelah balok mengalami deformasi.
Karena balok biasanya horizontal, maka defleksi merupakan penyimpangan vertikal
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Defleksi pada Balok Sederhana

49
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Besarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y


pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok
Beberapa metode yang digunakan untuk mencari lendutan pada balok
adalah:
1. Metode Integrasi Ganda.
2. Metode Momen Area
3. Meode Fungsi Singularitas
4. Metode Energi Elastis

4.2. Penurunan Rumus pada Metode Integrasi Ganda

a. Persamaan Kelengkungan Momen




R
1 
 .................(1)
R 
Keterangan: R = Jari – jari kelengkungan balok
E & I Konstan sepanjang balok
M & R adalah fungsi dari x

b. Rumus Eksak untuk kelengkungan

d2y
1 dx 2
 3
R
  dy   2 2

1    
  dx  
1 d2y
 ..............(2)
R dx 2
dy
 Slope kurva pada setiap titik
dx
dy
Untuk lendutan balok yang kecil, adalah kecil maka diabaikan.
dx

50
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

c. Jadi untuk lendutan yang kecil [dari persamaan (1) dan (2) ] menjadi

 d2y

 dx 2
d2y
  2  ................(3)
dx
Keterangan: E = Modulus Elastisitas
I = Momen inersia
M = Momen Lentur
y = Jarak vertikal (lendutan Balok)
x = Jarak sepanjang Balok
Momen lentur yang telah didapatkan dari setiap segmen balok diantara titik-
titik pembebanan dimana terjadi perubahan pembebanan, kemudian masing-masing
akan diintegralkan untuk setiap segmen balok. Untuk menghitung konstanta
integrasi dibutuhkan berbagai syarat batas dan kondisi kontinuitas.
Syarat batas homogen untuk balok dengan EI yang tetap, diperlihatkan pada
Gambar 4.2.

51
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Gambar 4.2. Syarat batas homogen untuk balok dengan EI yang tetap

52
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Tentukan defleksi maksimum dari balok berikut.

Jawab:
M   PL  Px
d2y
EI   PL  Px.........................................1
dx 2
Integrasi I

Px 2
 C1 ...............................2
dy
EI   PLx 
dx 2
Integrasi II

PLx 2 Px 3
EIy     C1 x  C 2 ......................3
2 6
Dari persamaan (3)

x = 0, y = 0  C2  0
Dari persamaan (2)

x = 0,
dy
dx  0  C1  0

dy Px 2
EI   PLx 
dx 2
PLx 2 Px 3
Persamaan defleksi EIy   
2 6
ymaks  pada x = L

PL3 PL3 PL3


EIy     y maks  
2 6 3EI

53
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

2. Jika pada soal no.1, panjang balok 3 m dan diberi beban 50 kN, ketebalan balok
baja ini 450 mm, memiliki second moment pada axis 300 x 106 mm4 dan E = 200
GN/m2. Tentukan:
a) Defleksi maksimum yang terjadi pada balok
b) Tegangan lentur maksimum yang terjadi pada balok

Jawab:
a) Defleksi maksimum yang terjadi pada balok

 max 
PL3

 
50  10 3 3000 10
3
 7.5mm
6

 
3EI 3 200  10 9 300  10 6 
b) Tegangan lentur maksimum yang terjadi pada balok
Mmaks terjadi pada dinding penyangga
Mmaks = PL = (50 x 103)(3) = 150 kN

Mc 150  10 3 0.225
 maks    112.5MPa
I 300  10 6

3. Carilah persamaan defleksi dari kurva seperti pada gambar!

Jawab:
M1  M 2
M o   M 1  M 2  RR L  0  RR 
L
M1  M 2
F y   RL  RR  0  RL 
L
d2y
EI  M 1  RL x.........................................................1
dx 2

54
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Integral I

x2
 C1 ..............................................2
dy
EI  M 1 x  RL
dx 2
Integral II

x 2 RL x 3
EIy  M 1   C1 x  C 2 ....................................3
2 2 3
Dari persamaan (3)

x = 0, y = 0  C2  0
M1L M 2 L
x = L, y = 0  C1   
3 6
x 2 RL x 3  M 1 L M 2 L 
EIy  M 1      x.....................4
2 2 3  3 6 
M1 = 0

M 2 x 3 M 2 Lx
Persamaan (4) menjadi EIy   ................5
6L 6
dy M 2 x 2 M 2 L
dan EI   .............................................6
dx 2L 6
Nilai defleksi maksimum terjadi ketika slope pada persamaan (6) = 0

substitusikan  4
L
dengan nilai x 
3
3
M  L  M2L  L  M 2 L2 3
EIy maks  2     
6L  3 6  3  27

55
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

4. Carilah persamaan defleksi pada balok kantilever dengan pembebanan seperti di


bawah ini.

Jawab:

x wx x
  wx  w
L w L

Momen pada jarak x:


1 1x
Px   wx x   wx
2 2L
1
Jarak  x
3
 1x  1  1w 3
M   wx  x    x
 2 L  3  6L
d2y 1w 3
EI 2   x
dx 6L
dy 1 w 4
EI  x  C1
dx 24 L
dy 1
Pada x = L,  0  C1  wL3
dx 24
dy 1 w 4 1
EI  x  wL3
dx 24 L 24
1 w 5 1
EIy   x  wL3 x  C 2
120 L 24

56
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

1
Pada x = L, y  0  C 2   wL4
30
1 w 5 1 1
EIy   x  wL3 x  wL4
120 L 24 30

5. Tentukan persamaan defleksi dari balok kantilever di bawah ini.

Jawab:
M = - M1

d2y
EI  M 1
dx 2
dy
EI   M 1 x  C1
dx
dy
pada x = 0,  0  C1  0
dx
1
EIy   M 1 x 2  C 2
2
pada x = 0, y  0  C2  0

1
EIy   M 1 x 2
2

57
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

6. Carilah defleksi maksimum pada balok berikut.

Jawab:

Momen lentur pada bagian sepanjang x

M   wL  x  12 L  x     L  x 2
w
2
d2y
EI 2   L  x 
w 2

dx 2
 L  x   C1
dy w 3
EI
dx 6
 dy  w 3
   0  C1   L
 dx  x 0 6

 L  x   L3
dy w 3 w
EI
dx 6 6
EIy   L  x   L3 x  C 2
w 4 w
24 6
w 4
x = 0, y = 0  C 2  L
24

EIy  
w
L  x 4  w L3 x  w L4
24 6 24
Defleksi maksimum pada x = L

wL4 wL4 wL4


EIy maks    
6 24 8
wL4
Jadi  maks 
8EI

58
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

7. Tentukan defleksi maksimum yang terjadi pada balok berikut.

Jawab:
P
M  x untuk 0 < x < L/2
2
d2y 1
EI  Px untuk 0 < x < L/2
dx 2 2
dy 1 2
EI  Px  C1
dx 4
L dy 1
Pada x  ,  0  C1   PL2
2 dx 16
dy 1 2 1
EI  Px  PL2
dx 4 16
1 1
EIy  Px 3  PL2 x  C 2
12 16
Pada x = 0, y = 0  C2 = 0

1 1
EIy  Px 3  PL2 x
12 16
ymaks terjadi pada x = L/2

PL 2  PL2 L 2
1 1
EIy maks 
3

12 16
3 3
PL PL 2 PL3 PL3
EIy maks    
96 32 96 48
PL3
Jadi  maks 
48EI

59
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

8. Balok seperti pada gambar berukuran 50 x 100 mm dan beban 20 kN dengan a


= 1 m dan b = 0.5 m, carilah defleksi maksimum yang terjadi denga E = 200
GN/m2.

Jawab:

EI
dy PbL 3
dx

6L
  
3x  L2  b 2 x  x  L2  b 2 / 3

subsitusikan:

EIy max 
Pb 3 2
27 L

L  b2
2/3

I  50100 / 12  4.167  10 6 mm 4
3


   
2
20  10 3 0.5  10 3 1.5  10 3  0.5  10 3    3 10
2 3/ 2 6
 1.45mm
y max
  
27 1.5  10 3 4.167  10 6 200  10 9 

9. Carilah defleksi maksimum dari kurva seperti gambar yang mendapatkan


pembebanan seragam yaitu 1.5 kN/m1, a = 1 m dan b = 4 m dan ukurannya 75
x 100 mm dan E = 200 GN/m2.

60
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Jawab:

0
wx 3 wL2 x  a 

2


w L4  a 4


wL2 b
6 4b 24b 12

 1.5  10 3 x 3 / 6 
3 2
  2
 
 
1.5  10 5 x  1 1.5  10 3 5 4  14 1.5  10 3 5 2 4  
4 4 24  4 12

saat x = 0 m maka

200  10  10
9 1
751003 y x0  1.5  10 1 10
6

3 3
 
4
  
4
1.5  10 3 5  10 3  1  10 3 
4

12 24  
24 4  10 3

 1.5  10 3 5  10 3  1 10 4  10 / 12
2 3 3

y x 0  2.25mm.
maka  max

Mc 2.64  10 3 0.05
 max    21MPa
I 1
0.0750.13

12

10. Sebuah balok kantilever seperti pada gambar, terdiri dari bentuk segitiga yang
memiliki ketebalan konstan, carilah defleksi yang terjadi.

61
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Jawab:
Dari persamaan Bernaulli

U b
L  x 
L
M   PL  Px   PL  x 
d2y
EI M
dx 2
 b L  x  3  d y
2
E h  2   P L  x 
12 L  dx
d2y 12 PL
2

dx Ebh 3

Integral I
dy 12 PL
 x  C1
dx Ebh 3

Integrasi II
dy
x = 0,  0  C1  0
dx
6 PLx 2
y  C2
Ebh 3
x = 0, y = 0  C2 = 0

6 PLx 2
y
Ebh 3
ymaks pada saat x = L

6 PL3
y maks 
Ebh 3

62
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

Latihan Soal

1. Hitunglah defleksi maksimum pada balok di bawah ini dengan menggunakan


metoda integrasi ganda! Gunakan E = 200 GN/m2 dan ukuran penampang 50
mm x 100 mm.

2. Hitunglah defleksi maksimum pada ujung bebas balok kantiliver akibat beban
pada ujungnya dengan menggunakan metode Integrasi Ganda! Gunakan E =
200 GN/m2 dan ukuran penampang 60 mm x 80 mm.

3. Tentukan defleksi maksimum pada balok dengan pembebanan seperti pada


gambar berikut. Balok dari baja dengan E = 300 Gpa dan penampang empat
persegi panjang dengan ukuran 15 x 30 mm dan posisi tegak. Gunakan metode
Integrasi Ganda!

63
[Defleksi Balok Elastis: Metode Integrasi Ganda]

4. Tentukan defleksi maksimum dan dimana terjadi (jarak x dari titik asal O) dari
balok dengan pembebanan seperti pada Gambar di bawah ini. Ukuran
penampang dan bahan balok sama seperti soal nomor 3. Gunakan metoda
Integrasi Ganda!

5. Sebuah poros baja bulat pejal dengan panjang antara pusat bantalan penumpu
2 m dan E = 300 GPa, harus sanggup menahan gaya dorong sebesar 6 kN tegak
lurus ke poros. Pada sebarang titik di antara bantalan dimana tegangan
maksimum tidak melebihi 65 MPa. Dengan menggunakan metode integrasi
ganda hitunglah:
a) Defleksi maksimum di tengah poros
b) Diameter poros yang harus digunakan

Tak ada orang yang tahu, bahkan


Anda pun tidak tahu, akan sejauh
dan setinggi apa Anda bisa terbang,
Until You spread Your Wings.
(Anonim)

64
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS:


METODE-LUAS MOMEN

Defleksi balok diperoleh dengan memanfaatkan sifat diagram luas momen


lentur. Cara ini cocok untuk lendutan dan putaran sudut pada suatu titik sudut saja,
karena kita dapat memperoleh besaran-besaran tersebut tanpa terlebih dahulu
mencari persamaan selengkapnya dari garis lentur. Metode luas momen
diperkenalkan oleh Saint – Venant dan dikembangkan oleh Mohr dan Greene.

Gambar 5.1. Prinsip Metoda Momen Area

65
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

5.1. Teori Momen Luas Pertama

Sudut  antara tangen A dan tangen B sama dengan luasan diagram M


antara kedua titik dibagi EI.
AMdx
 
B EI

Keterangan:  = sudut kemiringan


M = momen lentur dengan jarak x dari titik B
E = modulus elastisitasbalok
I = momen-area kedua

Teori ini dipergunakan untuk:


 Menghitung lendutan
 Menghubungkan putaran sudut antara titik-titik yang dipilih sepanjang
sumbu balok

5.2. Teori Momen Luas Kedua

Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan tangen A sama dengan momen dikali
jarak (centroid area) dibagi EI.

Mxdx
A
  = defleksi
B EI

Teori momen luasan kedua berguna untuk mendapatkan lendutan, karena


memberikan posisi dari suatu titik pada balok terhadap garis singgung disuatu titik
lainnya.

5.3. Defleksi Balok Kantilever

Defleksi vertical dari sebarang titik pada balok kantilever dapat dihitung
dengan menggunakan prinsip luas momen kedua, seperti digambarkan pada gambar
berikut ini. Apabila dijelaskan dan diperlihatkan secara khusus maka semua balok
kantilever dianggap mendatar pada titik jepitan. Garis singgung ke kurva elastik

66
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

pada titik jepitan juga mendatar sehingga menyederhanakan penyelesaian tipe soal
ini.

Gambar 5.2. Defleksi Balok Kantilever dengan Diagram Luas Momen

67
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Tentukan defleksi yang terjadi pada balok dan sudut kemiringannya ().

Jawab:
a) EI = (L/2)(-PL)(2L/3) = -PL3/3  = -PL3/3EI
b) EI = (L/2)(-PL)  = -PL2/2EI

2. Tentukan defleksi yang terjadi pada balok.

Jawab:

1  wL2  3L  wL4 wL4


EI  L      
3  2  4  8 8EI

3. Tentukan defleksi maksimum yang terjadi pada balok.

68
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

Jawab:

1  L  PL  2 L  1  L  2a    PL   2  L  2a  
EI            Pa  a   
2  2  2  3 2  2  2    2   3  2 

PL2 a Pa 3
 
8 6
PL3  3a 4a 3 
   3 
24 EI  L L 

4. Tentukan defleksi pada titik tengah balok.

Jawab:

1  L  w0 L2  2 L  1  L  w0 L2  4 L 
EI           
2  2  8  3 2  4  2  24  5 2 

w0 L4

120 EI

5. Tentukan defleksi pusat yang disebabkan oleh gaya P.

69
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

Jawab:

 L  PL  3  1  L  PL  L 2  L  7 PL
3
     L          
 4  8EI  8  2  4  8EI  4 3  4  384 EI

6. Tentukan putaran sudut dan lendutan pada ujung bebas B dari sebuah balok
kantilever AB dengan beban terpusat P.

Jawab:
Luas diagram:

L  PL  1    PL
2
1
A1 
2  EI  2 EI
PL2
 ba   b   a   A1 
2 EI
Garis singgung pada kurva lendutan di A adalah horizontal (a= 0)

PL2
Maka, b 
2 EI
Lendutan b pada ujung bebas dapat diperoleh dari teori luas momen
kedua.Momen pertama dari luas diagram M/EI terhadap titik B adalah:

 2L  PL2  2 L  PL3
Q1  A1      
 3  2 EI  3  3EI
PL3
Dari teori luas momen kedua  b  Q1 atau b 
3EI

7. Tentukan putaran sudut dan lendutan pada ujung bebas B dari sebuah balok
kantilever AB dengan beban merata q pada setengah panjang bagian kanan.

70
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

Jawab:
Diagram momen lentur berbentuk kelengkungan parabolik dari B ke C dan garis
lurus dari C ke A. Diagram M/EI mempunyai bentuk sama, karena EI konstan.
Diagram dibagi menjadi 3 bagian dengan luas A1, A2, A3.

1  L  qL2  qL3
A1       
3  2  8EI  48EI

L  qL2  qL3
A2     
2  8EI  16 EI

1  L  qL2  qL3
A3       
2  2  4 EI  16 EI
Putaran sudutb = - luas diagram M/EI

7qL3
 b   A1  A2  A3  
48EI
Lendutan b = - momen pertama diagram M/EI terhadap B

 b  ( A1 x1   A2 x2   A3 x3 )

x1 ; x2 ; x3 ) : jarak dari b ke titik berat dari masing-masing luas.

71
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

qL3  3L  qL3  3L  qL3  5L  41qL4


Jadi  b       
48EI  8  16 EI  4  16 EI  6  384 EI

8. Tentukan putaran sudut dan lendutan pada ujung bebas B dari sebuah balok
kantilever AB dengan beban merata q yang bekerja pada sebagian panjangnya.

Jawab:

1  qa 2  1  3
Luas diagram M/EI: A1  a       qa
3  2  EI  6 EI
Dari teori luas momen pertama:
 b   A1
qa 3
b 
6 EI
Titik berat diagram berjarak 3a/4 dari titik akhir pembebanan, atau
sejauh b + 3a/4 dari B.
Jadi momen pertama adalah:

 3a   qa 3  3a  qa 3

Q1  A1  b      b     4L  a 
 4   6 EI  4 24 EI
Karena b = L – a

qa 3
Lendutan di ujung adalah  b  Q1  4L  a 
24 EI

72
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

9. Sebuah balok yang panjangnya 5 m diletakkan di atas dua tumpuan seperti


pada gambar. Beban terpusat sebesar 50 kN bekerja pad ajarak 1 m dari titik A
dan beban sebesar 5 kN dikenakan pada ujung balok. Balok tersebut terbuat
dari baja dengan elastisitas 200 GPa dan momen inersia 15 x 10 6 mm4. Hitung
lendutan pada ujung beban D.

Jawab:
R A  RB  55kN
3R A  100  10  0
3R A  90  R A  30kN
RB  25kN

3  90
A1   135m 2
2
2  100
A2   100m 2
2
2  10
A3   10m 2
2

EI  AA'  A1  23 3  A2 1  23  2  36.7
EI D' D' '  23 (36.7)  24.5
EI D' ' D   A3  23 2  13.3
EI DD' '  EID  EI D' D' '  EI D' ' D   24.5  13.3  11.2kNm3
11.2  10 3
D   3.7  10 3 m  3.7mm
 
200  10 15  10
9 6

73
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

10. Sebuah logam berpenampang segiempat mempunyai modulus elastisitas E =


100 GN/m2dikenai pembebanan dan momen seperti pada gambar. Tentukan
defleksi di tengah balok.

Jawab:

F y  0  R A  RB  10  4  40kN
M A  0  RB  4  10  4  2  20

4RB  100  RB  25kN


RA  40  25  15kN

20
80
kNm
kNm
60
kNm
20
kNm
2m 2m

I  121 bh 3  121  12  1000  1000cm 4  10 5 m 4

Defleksi di tengah balok:


2
EI   Mxdx
0

EI  30  2 23  2  13  20  2 34  2  80  20  60kNm3
60  10 3 60  10 3
   0.06m  6cm
EI 
100  10 9 10 5 
74
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

Latihan Soal

1. Tentukan defleksi pada titik tengah balok dengan metoda Luas Momen.

2. Balok yang diperlihatkan pada Gambar di bawah ini terbuat dari penampang
baja berukuran 20 × 30 mm. Hitunglah sudut 𝜃𝐴𝐵 antara garis singgung ke
kurva elastik balok ini pada titik A dan B (ujung kiri dan pusat).

3. Suatu balok pipa baja standar dengan diameter 70 mm dan E = 300 GN/m2.
Dengan menggunakan metode Luas Momen, hitunglah defleksi maksimum di
ujung kanan.

75
[Defleksi Balok Elastis: Metode Luas Momen]

4. Balok kantilever berikut ini terbuat dari papan kayu kasar berukuran 50 × 400
mm diletakkan mendatar dan dijepit kaku di B. Hitunglah defleksi maksimum δ
di A apabila E = 200 GN/m2 dan I = 4.2 × 106 mm4. Gunakan Metode Luas
Momen Kedua.

5. Apabila balok pada soal nomor 2 dibebani secara simetris. Hitunglah :


a) Defleksi maksimum δ di tengah balok
b) Lendutan di titik acak D, 1 m dari ujung kiri

Jika Anda tanam jagung, Anda akan


panen jagung. Jika Anda menanam
waktu, Anda akan panen waktu.
(Doug Wead)

76
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

VI. DEFLEKSI BALOK ELASTIS:


METODE FUNGSI SINGULARITAS

6.1. Metode Fungsi Singularitas

Metode fungsi singularitas merupakan metode yang paling sederhana untuk


perhitungan defleksi. Metode ini diperkenalkan oleh Clebsch (1883) dan Macaulay
(1919). Metode ini didasari atas fungsi singularitas yaitu dengan menghitung
sekaligus seluruh gaya-gaya yang bekerja pada batang (M,V dan w) dengan

memperhatikan F x   x  a 
n

Fungsi singularitas disebut juga fungsi tak menerus (discontinuous function).


Fungsi singularitasnya bernilai pada argument positif.

Hal penting adalah definisi dari fungsi singularitas

77
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

dipangkatkan sesuai beban


w(x)  Beban * (x - a)

wn x   F x  a 
n

Untuk:

Beban terpusat: wx   F x  a 


1

wx   M 0 x  a 
2
Beban momen:

wx   w0 x  a 
0
Beban merata:

Beban segitiga: wx   x  a 1


dw
dt

Perhitungan dengan metode ini dilakukan dengan membuat persamaan


momen untuk seluruh gaya yang bekerja pada batang. Persamaan defleksi
didapatkan dengan cara mengintegrasikan 2 kali persamaan fungsi singularitas
tersebut. Pada metoda ini hanya dua konstanta yang dicari nilainya. Konstanta
dicari dengan memanfaatkan kondisi-kondisi tertentu: y = 0 pada tumpuan batang.

6.2. Hubungan Antara Intensitas Gaya w(x), Gaya Geser V(x)


dan Momen Lentur M(x)

dV dM
w V
dx dx

78
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Penurunan Rumus:
ΣFv = 0
wdx + V – (V+dV) = 0
dv
W
dx
ΣM0 = 0
M - (M + dM) + Vdx + Wdx (dx/2) =0
dM = Vdx + 1/2 W (dx)2

Untuk dx yang kecil (dx)2 ≈ 0


dM
dM = Vdx V
dx

Persamaan momen pada batang:

d2y
M  
dx 2
d3y
V   3
dx
d4y
W   4
dx

79
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Contoh-Contoh Soal dan Pembahasannya

1. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok menggunakan fungsi


singularitas.

Jawab:

M B 0
Pb
R A L  Pb  0  R A 
L
Pa
R A  RB  P  RB 
L

wx   x   Px  a 1  Pa x  L 1


Pb 1
L L
V x   x   Px  a 0  x  L 0
Pb 0 Pa
L L
M x   x   Px  a 1  x  L 1 ...........................................1
Pb 1 Pa
L L

d2y
EI 2
M  x   Px  a 1  Pa x  L1 ..............................2
Pb 1
dx L L

EI  x   x  a 2  Pa x  L2  C1 ...............................3
dy Pb 2 P
dx 2 L 2 2L

EIy  x   x  a 3  Pa x  L3  C1 x  C2 .........................4


Pb 3 P
6L 6 6L

y = 0, x = L

PbL Pb 3
Dari persamaan (4) diperoleh C1   
6 6L

80
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

y = 0, x = 0 C2 = 0

Persamaan defleksinya adalah

 3

EIy  x   x  a 3  Pa x  L3    PbL  Pb  x
Pb 3 P
6L 6 6L  6 6L 

2. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok menggunakan fungsi


singularitas.

Jawab:

R1  Pb a
R2  P1  b a 

wx    R1 x   R2 x  a   Px  L …………………………… (1)


1 1 1

V x    R1 x   R2 x  a   Px  L ………………………………. (2)


0 0 0

M x    R1 x   R2 x  a   Px  L ………………….…………… (3)


1 1 1

d2y
EI 2  M   R1 x   R2 x  a   Px  L  ……………………. (4)
1 1 1

dx

  1 x   2 x  a   x  L   C1 …………………… (5)
dy R 2 R 2 P 2
EI
dx 3 2 2

EIy   x   x  a 3  P x  L3  C1x  C2 ……………… (6)


R1 3 R2
6 6 6

y = 0 pada saat x = 0 dan x = a


C1 dan C2 diperoleh dari persamaan (6)

81
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Pab
C1  C2 = 0
6
Persamaan defleksinya adalah

Pb 3 P  b 
EIy   x   1  x  a 3  Pabx ………………………..(7)
6a 6  a 6

3. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok menggunakan fungsi


singularitas.

Jawab:

Dari persamaan (2) diperoleh R1  w0 a

Dari persamaan (3) diperoleh M1  w0 2 L  b  2 2



wx   w0 x   w0 x  a   R1 x  L  M1 x  L …………………… (1)
0 0 1 2

V x   w0 x   w0 x  a   R1 x  L  M1 x  L …………………….. (2)


1 1 0 1

M x    x   x  a 2  R1 x  L1  M1 x  L0 ………………….. (3)


w0 2 w0
2 2
d2y
EI 2  M   0 x   0 x  a   R1 x  L   M1 x  L  ...……. (4)
w 2 w 2 1 0

dx 2 2

  0 x   0 x  a   1 x  L   M1 x  L   C1 ..…….…. (5)
dy w 3 w 3 R 2 1
EI
dx 6 6 2
dy
 0 pada saat x = L
dx
Dari persamaan (5) diperoleh 
C1  w0 L3  b3 / 6 
82
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

EIy  
24 24 6 2 6

x  x  a 4  R1 x  L3  M1 x  L2  w0 L3  b3 x  C2 .. (6)
w0 4 w0

y = 0 pada saat x = L

Dari persamaan (6) diperoleh C2 


w0 4
24
 wL

L  b4  0 L3  b3
6
 
Persamaan defleksinya adalah:

EIy  
w0 4 w0
24 24 6
 24
  6

x  x  a 4  w0 L3  b3 x  w0 L4  b4 2  w0 L L3  b3   (7)

4. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok menggunakan fungsi


singularitas.

Jawab:

R1 = 225 N R2 = 525 N

wx  225x  100x  1  100x  2  100x  4  525x  4


1 2 0 0 1

 200x  7 ………………………………………………………...(1)
1

V x  225x   100x  1  100x  2  100x  4  525x  4


0 1 1 1 0

 200x  7 ……………………………………………………….. .(2)


0

M x   225x   100x  1  x  22  100 x  42  525x  41


1 0 100
2 2

 200x  7 ………………………….…………………… (3)


1

83
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

d2y
EI 2  M  225x   100x  1  50x  2  50x  4  525x  4
1 0 2 2 1

dx

 200x  7 ……………………………………………….. (4)


1

EI
dy
 x  100x  11  50 x  23  50 x  43  525 x  42
225 2
dx 2 3 3 2


200
x  72 C1 ……………………………………….. (5)
2

EIy   x  x  12  50 x  24  50 x  44  525 x  43


225 3 100
6 2 12 12 6


200
x  73 C1x  C2 ………………………………. (6)
6
y = 0 pada saat x = 0 dan x = 7
Dari persamaan (6) diperoleh C1 = 504 dan C2 = 0

Persamaan defleksi balok adalah

EIy   x  x  12  50 x  24  50 x  44  525 x  43


225 3 100
6 2 12 12 6


200
x  73  504 x …………………………………… (7)
6

5. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok menggunakan fungsi


singularitas dan tentukan juga pusat defleksinya.

84
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Jawab:

1
 2w  L w L
wx   0 x   0 x   2 0  x    0 x  L  ……… (1)
w L 1 2w 1 1

4 L  L  2  4

2
w0 L 0 w0 2  2w0 
V x   x   x     x  L   w0 L x  L0 …………… (2)
4 L  L  2 4

3
w0 L 1 w0 3  2w0 
M x   x   x     x  L   w0 L x  L1 …………… (3)
4 3L  3L  2 4

3
d2y  2w  L w L
EI 2  M  0 x   0 x    0  x    0 x  L  .. (4)
wL 1 w 3 1

dx 4 3L  3L  2 4

EI  x   x 4   w0  x  L   w0 L x  L2  C1 …. (5)


dy w0 L 2 w0
dx 8 12 L  6 L  2 8

dy/dx = 0 pada x = L/2

Dari persamaan (5) diperoleh C1   5w0 L3 192

Persamaan defleksi pada balok adalah

5
wL 3 w  w  L wL
EIy  0 x   0 x    0  x    0 x  L   w0 L3 x  C 2
5 3

24 60 L  24 L  2 24
w L4
Pusat defleksi y 0
120 EI

6. Tentukan persamaan defleksi pada balok berikut.

M1

a b

L
85
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Jawab:

M B 0
M1
RA L  M 1  0  RA  
L
M1
R A  RB  0  RB 
L
M 1 1
wx    x   M 1 x  a 2  M 1 x  L 1
L L
M1 0 M
V x    x   M 1 x  a 1  1 x  L 0
L L
M M
M x    1 x   M 1 x  a   1 x  L 
1 0 1

L L
2
M M
EI 2  M x    1 x   M 1 x  a   1 x  L  ...............1
d y 1 0 1

dx L L
M M
  1 x   M 1 x  a   1  x  L   C1..........................2
dy 1 1 2
EI
dx 2L 2L
M1 3 M1 M
EIy   x   x  a 2  1 x  L 3  C1  C 2 ...............3
6L 2 6L
Dari persamaan (3)
x = 0, y = 0  C2 = 0

M 1 L M 1b 2
x = L, y = 0  C1 = 
6 2L
Jadi persamaan defleksinya

M1 3 M1 M1  M 1 L M 1b 2 
EIy   x   x  a   x  L  
2 3
 x
6L 2 6L  6 2 L 

7. Carilah persamaan defleksi pada balok dengan pembebanan seperti pada


gambar berikut ini.

86
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Jawab:

R1 
wo 2
2L

L  b2 
w

R2  wo a  0 L2  b 2
2L

w w
M  R1 x   o x   o x  a  ............................................1
1 2 2

2 2
d2y w w
 M  R1 x   o  x   o  x  a  ...........................2
1 2 2
EI 2
dx 2 2
dy R1 2 wo w
EI  x   x 3  o x  a 3  C1 .............................3
dx 2 6 6
R1 3 wo w
EIy  x   x 4  o x  a 4  C1 x  C 2 ......................4
6 24 24
x = 0, y = 0  C2 = 0

x = L, y = 0  C1 
wo L3 wo b 3 wo L 2
24
 
24 L 12
L  b2  
Jadi persamaan defleksinya

 wo L3 wo b 3 wo L 2 
EIy 
wo 2

L  b x  
2 3 wo
 wo
x   x  a   
4 4
  L  b2 x  
12 L 24 24  24 24 L 12 

87
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

8. Tentukan persamaan defleksi pada balok di bawah ini.

Jawab:
M1 2
M A  M A  M1 
3
 0  M A  M1
3
F y  RA  0
0 0
 L M  3L 
M   M 1 x   M 1  x    1  x   .......................................1
2 0

3  4 3  4 
0 0
d2y  L M  3L 
EI 2  M   M 1  x   M 1  x    1  x   ......................2
2 0

dx 3  4 3  4 
1 1
 L M  3L 
  M 1 x   M 1  x    1  x    C1 ...........................3
dy 2 1
EI
dx 3  4 3  4 

dy
x = 0,  0  C1  0
dx

2
EIy   M 1
x  2  M 1  x  L   M 1  x  3L   C ........................4
2 2

    2.....
3 L 2  4 6  4 

x = 0, y = 0  C2 = 0

M x 
2 2 2
M  L M  3L 
EIy   1  1 x    1 x  
3 2  4 6  4 

88
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

9. Cari persamaan defleksi pada balok berikut.

P1 P2

L/2 L/2
Jawab:

M x    P1  x   P2 x  L / 2  Rx  L 
1 1 1

d2y
EI 2  M  x    P1  x   P2 x  L / 2  Rx  L 
1 1 1

dx
P P
  1 x   2  x  L / 2  x  L   C1
dy 2 2 R 2
EI
dx 2 2 2
P P
EIy   1 x   2 x  L / 2  x  L   C1 x  C 2
3 3 R 3

6 6 6
dy P1 L2 P2 L2
x = L,  0  C1  
dx 2 8
P L 5P2 L3
3
x = 0, y = 0  C 2   1 
3 48
P1 3 P2  2 2
  3 3

EIy   x   x  L / 23  R x  L3   P1 L  P2 L  x   P1 L  5P2 L 
6 6 6  2 8   3 48 

10. Sebuah balok yang diletakkan di atas tumpuan A dan B, dikenakan


pembebanan seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Carilah persamaan
kurva lendutannya, jika diketahui modulus elastisitas bahan E = 200 GPa dan
momen inersia I = 12 x 10-6 mm4, tentukan:
a. Lendutan pada titik B
b. Lendutan pada titik D

89
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Jawab:

F V  0  R A RB  165  20  100


M B  0  10R A  1652.5  204  0

10RA  120  RA  12kN


RB  88kN

wx   12x   16 x  5  16 x  10  88x  10


1 0 0 1

V x   12x   16 x  5  16 x  10  88 x  10


0 1 1 0

M x   12x   16 x  5  16x  10  88x  10


1 2 2 1

d2y
EI  M ( x)
dx 2
 6x   83 x  5  83  x  10  44 x  10  C1
dy 2 3 3 2
EI
dx
EIy  2 x   23  x  5  23  x  10  443 x  10   C1 x  C 2
3 4 4 3

Syarat-syarat batas lendutan: y = 0 pada x = 0


y = 0 pada x = 10
y = 0, x = 0  diperoleh C2 = 0

0  210  23 5  10C1  C1  158.3


3 4
y = 0, x = 10 

EIy  2x   23 x  5  23 x  10  443 x  10  158.3x


3 4 4 3

a. Lendutan pada titik B (x = 5)

EIy  25  158.35  541.5kNm3


3

 541.5  10 3
y  225.6  10 3 m  225.6mm
200  10 12  10
9 6
 
b. Lendutan pada titik D (x = 14)

EIy  214  23 9  44  44 43  118.314  7.13kNm3


3 4 2
3
3
7.13  10 3
y  2.97  10 3 m  2.97mm
200  10 12  10
9 6
 

90
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

Latihan Soal

1. Tentukan persamaan defleksi yang terjadi pada balok berikut ini dengan
menggunakan fungsi singularitas dan tentukan juga pusat defleksinya.

2. Hitunglah besar defleksi dan pusat defleksi pada pembebanan balok di bawah ini
dengan menggunakan metoda fungsi singularitas!

3. Hitunglah defleksi dan pusatnya pada pembebanan balok di bawah ini dengan
menggunakan metoda fungsi singularitas!

91
[Defleksi Balok Elastis: Metode Fungsi Singularitas]

4. Hitunglah defleksi dan pusatnya pada pembebanan balok di bawah ini dengan
menggunakan metoda fungsi singularitas!

5. Sebuah balok yang diletakkan di atas tumpuan A dan B, dikenakan pembebanan


seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Carilah persamaan kurva
lendutannya, jika diketahui modulus elastisitas bahan E = 250 GPa dan momen
inersia I = 15 x 10-6 mm4, tentukan:
a. Lendutan pada titik B
b. Lendutan pada titik D

Impian berperan seperti obat bius dalam


operasi, ia membuat kita tidak merasakan
sakitnya proses pencapaian kesuksesan.
(Anonim)

92
[Kolom]

VII. KOLOM

7.1. Definisi Kolom

Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh
beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat
elastis, lurus dan sempurna jika diberi pembebanan secara konsentris.

7.2. Rumus Euler untuk Kolom

Jika pada suatu kolom dikenai beban maka kolom tersebut akan mengalami
tekukan (buckling). Tekukan ini dapat terjadi meskipun besarnya tegangan
maksimum pada batang lebih kecil dari yield point bahan.
Beban yang sanggup ditahan oleh kolom tanpa menyebabkan tekukan
(buckling) disebut Beban Kritis Kolom. Secara umum, beban kritis ke n (Pn) yang
membuat tekukan pada kolom adalah:

n 2 2 EI
Pn 
L2

93
[Kolom]

Pada beban kritis, kolom yang penampangnya berbentuk lingkaran atau


tabung dapat menekuk ke samping untuk setiap arah. Dalam keadaan yang lebih
lazim, batang tekan tidak mempunyai kekuatan lentur yang sama untuk segala arah.
Momen inersia Ixx terhadap salah satu sumbu titik berat luas penampang adalah
maksimum.

7.3. Desain Kolom

Secara umum luas penampang kolom selain balok pendek haruslah


mempunyai jari-jari girasi yang sebesar mungkin. Ini memberikan perbandingan L/r
yang lebih kecil, sehingga memungkinkan penggunaan tegangan yang lebih tinggi.
Tabung membentuk kolom yang baik sekali. Irisan flens-lebar (yang kadang-kadang
disebut irisan H) adalah lebih baik dari irisan I. Dalam kolom yang dibangun dari
bentuk rol atau ekstrusi, tiap-tiap potongan direntangkan untuk memperoleh efek
yang dikehendaki.
Penampang batang tekan dari jembatan tertentu diperlihatkan dalam Gambar
1 (a) dan (b), untuk tiang pada Gambar 1 (c), dan untuk kerangka biasa dalam
Gambar 1 (d). Sudut-sudut dalam gambar 7.1. (d) dipisahkan oleh penjarak.
Bentuk utama dari Gambar 7.1. (a), (b), dan (c) adalah diberi pengikat bersama
dengan batang-batang ringan, seperti terlihat pada Gambar 7.1. (e) dan (f).

Gambar 7.1. Penampang kolom pembangun tertentu

94
[Kolom]

Apabila suatu bahan memiliki r yang besar melampaui titik berat suatu luas
maka bahan akan menjadi sangat tipis dan kisut secara setempat. Sifat ini disebut
ketidak-stabilan lokal. Bila kegagalan disebabkan oleh ketidak-stabilan lokal terjadi
dalam flens atau pelat komponen sebuah batang, maka batang tersebut akan
menjadi tidak berguna. Suatu ilustrasi mengenai penekukan lokal dapat dilihat pada
Gambar 7.2.

Gambar 7.2. Contoh ketidak-stabilan lokal dalam kolom

7.4. Jenis Pembebanan

 Pin-end

 2 EI
Pcr 
L2
 Pin-end dan clamp-end

2 2 EI
Pcr 
L2
 Clamp-end

95
[Kolom]

 2 EI 4 2 EI
Pcr  
L / r 2 L2 00
 Clamp-end pada salah satu ujung

 2 EI  2 EI
Pcr  
2L 2 4 L2

7.5. Rasio Kelangsingan Kolom

Rasio kelangsingan kolom (slenderness ratio) adalah rasio dari panjang kolom
terhadap jari-jari girasi minimum dari penampang. Rasio kelangsingan ini tidak

L
memiliki dimensi dan dihitung menggunakan rumus   dimana r  I A.
r
Dimana r = jari-jari girasi, I = momen area minimum, A = luas penampang.

7.6. Tegangan Kritis pada Kolom

Tegangan kritis adalah tegangan rata-rata terhadap luas penampang dari


kolom pada beban kritis. Tegangan kritis pada balok dapat dihitung dengan:

P  2 EI  2E
 cr   
A AL2 L / r 2
Beban kritis sepenuhnya tergantung pada perbandingn kerampingan kolom
dan kekakuan bahan E. Tetapi, karena E konstan hanya sampai kesebandingan
maka rumus Euler hanya berlaku untuk harga P/A sampai batas tersebut. Misalnya,
untuk baja struktur dengan E sama dengan 200 GN/m2 dan batas kesebandingan
214 MPa, maka harga L/r terkecil dimana rumus Euler berlaku adalah
π2E π 2 200
(𝐿/𝑟 2 ) = 𝑃/𝐴 = 214
= 96

96
[Kolom]

7.7. Tegangan Kerja Ijin

Untuk kolom yang mempunyai kelangsingan sedang maka digunakan formula


dengan membandingkan rasio kelangsingan dengan tegangan yang bekerja (sudah
termasuk safety factor).
1. Formula GarisLurus (CBC = Chicago Building Code)

 w  112  0.49L r MPa


30 < L/r <120 untuk batang utama
L/r = 150 untuk batang penunjang
2. Formula AISC (American Institute of Steel Construction)

 w  119  0.0034L r 2 MPa


L/r <120

Keterangan :
Pcr = beban kritis, P = beban,
E = modulus elastisitas, A = luas penampang kolom,
I = momen-area kedua, L/r = angka kelangsingan,
L = panjang kolom, r = jari-jari girasi
cr = regangan kritis

97
[Kolom]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Sebuah kolom baja di pin pada kedua ujungnya. Dimensi penampang batang 40
x 50 mm. Besarnya tegangan kritis 230 MPa dan E = 200 GN/m2. Tentukan
panjang minimum batang.

Diketahui: h = 40 mm b = 50 mm
cr = 230 MPa E = 200 GN/m2
Ditanya: L

bh 3 50  40 3
Jawab: I   2.67  10 5 mm 4
12 12

I 2.67  10 5
r   11.5mm
A 4050
 2E
 cr 
L r 2
 2 200  10 9 
230  10 6
 L  1.065m
L 11.52

2. Sebuah kolom baja di pin pada kedua ujungnya. Dimensi penampang batang 40
x 50 mm dan panjang 2 m. Besarnya E = 200 GN/m2. Tentukan nilai tegangan
kritisnya.

Diketahui: h = 40 b = 50
L=2m E = 200 GN/m2
Ditanya: cr

bh 3 50  40 3
Jawab : I   2.67  10 5 mm 4
12 12

 2 EI  2 200  10 9 10 6 2.67  10 5 


Pcr    132kN
L2 2 10 3 2

98
[Kolom]

Pcr 132  10 3
 cr   66MPa
A 4050

3. Tentukan panjang terpendek sebuah kolom baja berujung pasak yang


mempunyai luas penampang 60 x 100 mm dimana rumus Euler berlaku. E =
200 GPa dan anggap batas proporsional berada pada 250 MPa.

Diketahui: h = 100 mm b = 60 mm
cr= 250 MPa E = 200 GPa
Ditanya: L

hb 3 0.1000.06
3
Jawab: I   1.8  10 6 m 4
12 12

I 1.8  10 6
r   3  10 2 m
A 0.060.100
 2E
 cr 
 L r 2
L
  
2



 2 E  2 200  10 9 
 800 2
 
r  cr 250  10 6

 88.9  L  88.9r  88.9 3  10  2  1.54m


L
r

4. Tentukan rasio kelangsingan pada kolom yang mempunyai dimensi penampang


200 x 250 mm dan panjang 8 m.

Diketahui: h = 200 mm
b = 250 mm
L=8
Ditanya: L/r

99
[Kolom]

Jawab:

bh 3
I  2502003 12  167  10 6 mm 4
12
r I A 167 10  5 10   57.8mm
6 4

L 8  103
  138
r 57.8

5. Sebuah baja berpenampang bulat dengan diameter 50 mm. Batang tersebut di


pin pada kedua ujungnya dan dikenai beban kompresi aksial. Jika tegangan
diizinkan 210 MPa dan E = 200 GN/m2, tentukan panjang minimum batang
berdasarkan persamaan Euler dan hitung besar beban kritis pada panjang
minimum tersebut.

Diketahui: D = 50 mm cr = 210 MPa


2
E = 200 GN/m
Ditanya: a. L
b. Pcr
Jawab:

a. I
1
64
 
 D2
2

1
64
 504  30.68  10 4 mm4

A  D 2   50  1.9635  10 3 mm2


1 1 2

4 4
30.68  10 4
r I A  12.5mm
1.9635  10 3
 2E
 cr 
k L r 2
 2  200  10 9
210  10 6   L  1.21m
1 L 12.5  10  3 2

 2 EI  2  200  10 9  30.68  10 8
b. Pcr    413.2kN
L2 1.212

100
[Kolom]

6. Batang baja memiliki momen inersia sebesar 20 x 106 mm4, luas penampang 8
3 2
x 10 mm dan panjang 6 m, di pin pada kedua ujungnya. Berapa gaya yang
diizinkan bekerja pada batang (gunakan A.I.S.C).
Diketahui: I = 20 x 106 mm4 A = 8 x 103 mm2
L=6m
Ditanya: P
Jawab:

20  10 6
r  0.05m m
8  10 3
L 6
   120
r 0.05
 w  119  0.0034L r 2

 w  119  0.00341202  70.04MPa



P   w A  70.04 8  10 3  560kN 

7. Suatu batang baja dengan penampang empat persegi panjang (ukuran 20 x 30


mm) mempunyai hubungan pin pada kedua ujungnya. Bila batas tegangan
proporsional (ijin) nya adalah 210 MPa dan nilai E = 200 GPa, tentukan:
a) Panjang tekuk minimum agar rumus Euler dapat berlaku
b) Beban kritis yang dapat ditahan batang tersebut

Diketahui: b = 20 mm cr = 210 MPa


h = 30 mm E = 200 GPa
Ditanya: a. L
b. Pcr
Jawab:

a.  
I  121 hb 3  121 30  10 3 20  10 3 3
 2  10 8 m 4

 
A  20  30 10 6  6  10 4 m 2
2  10 8
r I A 4
 5.77  10 3 m
6  10

101
[Kolom]

 2E
 cr 
k L r 2

 2  200  10 9
210  10 6   L  0.559m
1 L 5.77 10  3 2

b. Pcr   cr  A  210  10 6  10   126  10


6 4 3
N  126kN

8. Tentukan rasio kelangsingan untuk kolom baja dengan tampang bulat dan
diameter 100 mm, bila panjangnya 4 m?

Diketahui: D = 100 mm L=4m


Ditanya: L/r
Jawab:
1
R 4
R 2  12 R 12 50  25mm
I
r  4
 1
A R 4 4

L 4000
  160
r 25

9. Suatu batang pejal dengan ukuran penampang 40 x 60 mm, ujung-ujungnya


dikenai gaya aksial kompresi dengan hubungan pin. Jika batas proporsional dari
bahan itu adalah 210 MPa dan elastisitasnya 200 GN/m2, tentukan:
a) Panjang minimum batang
b) Beban kritis pada panjang batang tersebut

Diketahui: b = 60 mm cr = 210 MPa


h = 40 mm E = 200 GN/m2
Ditanya: a) L
b) Pcr
Jawab:

I  121 bh 3  121 6040  3.2  10 5 mm4


3
a.

102
[Kolom]

A  60  40  2400mm2

I 3.2  10 5
r   11.5mm
A 2400
 2E
 cr 
k L r 2
 2  200  10 9
210  10  6
 L  1.1m
1 L 11.52
 2 EI  2 200  10 9 3.2  10 5 
b. Pcr    522kN
L2 1.12

10. Suatu kolom baja berpenampang lingkaran dengan diameter 100 mm dan
panjang 3 m. Menurut spesifikasi AISC, berapa kapasitas beban dari kolom
tersebut jika ujung-ujungnya terikat secara pin?

Diketahui: D = 100 mm L=3m


Ditanya: P
Jawab:
Jari-jari girasi r = 1/2R = 25 mm
(L/r) = 3000/25 = 120

 w  119  0.0034( L / r ) 2
 w  119  0.0034(120) 2  70.04MPa  70.04 N / mm 2

P   w A  70.04   50  549814 N  550kN


2

11. Suatu kolom dengan penampang “wide-flange” memiliki I minimum = 45 x 106


mm4, luas penampang 6000 mm2, panjang 5 m, dikenai beban sebesar 500 kN.
Berapa faktor keamanan jika batang tersebut pin-ended, gunakan spesifikasi
AISC.

Diketahui: I = 45 x 106 mm4 A = 6000 mm2


L=5m P = 500 kN

103
[Kolom]

Ditanya: Faktor keamanan


Jawab:

I 45  10 6
r   86.6mm
A 6000
AISC:
2
 5000 
 w  119  0.0034   107.666MPa  107.666 N / mm
2

 86.6 
Beban maksimum yang aman:

P   w A  6000  107.666  645996 N  646kN


646  500
Faktor keamanan:   0.292  30%
500

104
[Kolom]

Latihan Soal

1. Sebuah kolom baja di pin pada kedua ujungnya. Dimensi penampang batang
30 x 45 mm dan panjang 1.5 m. Besarnya E = 200 GN/m2. Tentukan nilai
tegangan kritisnya!

2. Pipa baja standar digunakan untuk membuat penampang perancah yang


digunakan untuk industri bangunan. Panjang dan diameter kolom pipa berturut-
turut yaitu 10 m dan 3.5 mm. Hitunglah beban aksial aman bila digunakan
faktor keamanan 4 dan E = 300 GN/m2.

3. Suatu kolom terbuat dari batang kayu dengan penampang empat persegi
panjang. Panjang kolom 3 m (dianggap sebagai panjang tekuk), dan hubungan
kedua ujung kolom adalah hubungan jepit. Bila ukuran penampang kolom
adalah 40 × 10 mm, berapa beban kritis yang sanggup didukung kolom agar
tidak terjadi tekukan? Dengan beban kritis tersebut, berapa tegangan yang
timbul pada kolom? E kayu = 200 GN/m2.

4. Untuk membuat lubang pada pelat baja setebal 6 mm digunakan „puncher‟


berupa batang baja berbentuk silindris. Diameter puncher adalah 10 mm sesuai
dengan diameter lubang yang diperlukan. Berapa gaya minimum yang
diperlukan untuk melubangi pelat baja tersebut jika tegangan geser 𝜏
maksimum dari pelat baja adalah 300 MPa.

105
[Kolom]

5. Kolom kayu dengan panjang 3 m dan ukuran penampangnya 40 × 70 mm


ditumpu secara lateral di tengah panjangnya melawan tekukan dalam arah
terlemah. Apabila ujung-ujungnya berengsel , hitunglah beban aman maksimum
P apabila digunakan faktor kemanan 3. Periksa bahwa bahwa rumus euler
berlaku untuk kasus ini.

Orang yang sukses adalah orang yang


bila jatuh selalu bangkit sekali lagi.
(Anonim)

106
[Torsi]

VIII. TORSI

8.1. Definisi Torsi

Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopel-
kopel (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya.
Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen
putar (torque) atau momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama
dengan hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara garis
kerja dari masing-masing gaya.

T  Fd
Gambar 8.1. Diagram Momen Kopel pada Batang

107
[Torsi]

8.2. Torsi pada Batang Elastis Berpenampang Bulat

Sebuah batang atau poros (shaft) berpenampang lingkaran yang dipuntir


oleh kopel-kopel T yang bekerja pada ujung-ujung batang mengalami puntiran
murni (pure torsion). Berdasarkan pertimbangan simetri, maka dapat diperlihatkan
bahwa penampang dari sebuah batang bundar akan berputar seperti sebuah benda
kaku terhadap sumbu longitudinalnya dengan jari-jarinya tetaplurus dan
penampangnya tetap berbentuk bidang dan bulat. Juga, bila sudut-puntiran (the
angle of twist) total batangnya kecil, maka baik panjang dan jari-jari batang kedua-
duanya tak ada yang mengalami perubahan.

8.3. Momen Inersia Kutub


J  D 4  poros pejal
32

J
32
D 4

 d 4  poros berlubang

8.4. Tegangan dan Regangan Akibat Momen Puntir

a) Tegangan Geser

Tegangan geser adalah intesitas gaya yang bekerja sejajar dengan


bidang dari luas permukaan. Persamaan umum tegangan geser pada
sebarang titik dengan jarak r dari pusat penampang adalah:
Tr
 maks 
J

b) Regangan Geser

Regangan geser adalah perbandingan tegangan geser yang terjadi


dengan modulus elastisitasnya.

 
G
Dimana: G = modulus elastisitas geser,  = tegangan geser

108
[Torsi]

8.5. Desain Poros dalam Kaitannya dengan Torsi

Setelah torsi yang ditansmisikan oleh suatu poros ditentukan dan tegangan
geser ijin maksimum dipilih, maka persamaan proporsional dari poros adalah
J T
 . J/R adalah parameter yang menentukan kekuatan elastis poros.
R  max

J R 3
Untuk poros pejal: 
R 2
Umumnya satuan tenaga transmisi pada poros dinyatakan dalam horse power
(hp). (1 hp = 745.7 Nm/s atau 745.7 W)
Power (tenaga): P  T   2N = Kecepatan angular (rad/s)
N = rpm
Untuk suatu poros berputar sebagai frekuensi f Hz 1 Hz = 1 putaran per
detik (cps), kecepatannya 2f rad/s.

119  hp 159  kW
T atau T 
f f
9540kW
Bila poros berputar dengan N rpm: T 
N

8.6. Sudut Puntir Batang

Selama pemuntiran, terjadi perputaran terhadap sumbu longitudinal dari


salah satu ujung batang terhadap ujung lainnya sehingga membentuk sudut yang
disebut sudut puntir (angle of twist).

TL

GJ
Gambar 8.2. Sudut Puntir pada Batang

Dimana:  = sudutpuntir (rad), T = torsi (Nm), L = panjangbatang (m)


G = modulus elastisitasgeser (N/m2), J = momeninersiakutub (m4)

109
[Torsi]

8.7. Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat

Untuk batang-batang yang bukan melingkar, irisan yang tegak lurus terhadap
sumbu bagian struktur akan melengkung bila dikenakan momen puntir

Gambar 8.3. Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat

Pada batang berbentuk siku empat, tegangan geser pada sudut-sudut adalah
nol. Sedang pada tengah-tengah sisi yang panjang tegangan tersebut menjadi
maksimum.

Gambar 8.4.

T T = momen puntir
Tegangan geser maksimum:  max  L = panjang poros
bc 2
G = modulus elatisitas geser
b = sisi panjang irisan siku empat
TL c = sisi pedek irisan siku empat
Sudut puntir:  ,  = parameter
bc 3G
Parameter  dan  tergantung pada perbandingan (b/c)

110
[Torsi]

8.8. Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis

Gambar 8.5. Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis

Momen puntir total T yang dihasilkan oleh tegangan-tegangan geser adalah:


T
T  2 Am q atau q
2 Am
Keterangan: q = aliran geser (shear flow)
Am = luas yang dibatasi oleh garis
tengahkeliling tabung tipis (luas
median)

Karena untuk tabung tertentu q adalah konstan, maka tegangan geser pada
q T
suatu titik dari suatu tabung dimana tebal dinding t adalah:  
t 2 Am t
Sudut puntir untuk sebuah pipa berdinding tipis dapat ditentukan dengan
menyamakan usaha yang dilakukan oleh momen puntir T yang dikenakan dengan
energi regangan batang.

T T 2 L

2 2GJ
TL

GJ
Untuk bahan yang elastis linier, sudut puntir dari suatu tabung berongga
dapat diperoleh dengan menggunakan dasar kekekalan energi.
T ds

4 Am
2
G
 t

111
[Torsi]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Sebuah poros baja berongga yang panjangnya 3 m harus mentransmisikan torsi


sebesar 25 kNm. Total sudut puntir pada panjang ini tidak boleh melebihi 2.5°
dan tegangang eserizin 90 MPa. Tentukan diameter luar dan diameter dalam
dari poros jika modulus kekakuannya 85 GN/m2.

Diketahui: L =3m T = 25 kN m
maks = 90 Mpa G = 85 GN/m2
Ditanyakan: Do dan Di
TL
Jawab: 
GJ

2.5 
1rad


25  103 103 3  103 106    
57.3 85  109 

32
Do  Di
4 4
 
Do  Di  2.06  108 ................................(1)

T 
 Do
Tr 2 
 maks  
J 
32
Do  Di
4

4

25  10  D 2 10 
3 o 9

90  10  6

32
D o
4
 Di
4

Do  Di i  1.414  106 Do
4 4
................................(2)

Dari persamaan (1) dan (2)

1.414  106 Do  2.06  108  Do  145 mm

substitusi ke persamaan (1) diperoleh Di  125 mm

112
[Torsi]

2. Suatu poros pejal berdiameter 50 mm dan panjang 3 m. Pada titik tengahnya


menerima daya sebesar 50 kW yang ditransmisikan oleh sebuah belt melewati
puli. Daya ini digunakan untuk menggerakkan dua buah mesin, satu mesin
berada di ujung kiri poros yang memerlukan daya sebesar 20 kW, satu mesin
lagi berada di ujung sebelah kanan poros dan daya yang dibutuhkan sebesar 30
kW. Tentukan tegangan geser maksimum poros dan besarnya sudut puntir
relatif antara kedua ujung poros. Poros berputar 200 putaran per menit dan
bahan terbuat dari baja dengan modulus kekakuan sebesar 85 GN/m2.

Diketahui: P1 = 20 kW P2 = 30 kW
N = 200 rpm G = 85 GN/m2
Ditanyakan: a. maks b.
Jawab:
2N 2    200
   21rad / s
60 60
P120  10 3
T1    952 Nm
 21
P2 30  10 3
T2    143Nm
 21
Tr 143  10 3 25
a.  maks    58.25MPa

J
50 4

32

b. 1  
 
T1 L 0.952  10 3 1.5 1012
 0.027rad
85  10 9   50
4
GJ
32

2  
 
T2 L 1.43  10 3 1.5 1012
 0.041rad
GJ 85  10 9   504
32
  2  1  0.014rad

113
[Torsi]

3. Tentukan reaksi torsi pada kedua ujung poros yang dibebani oleh tiga kopel
seperti ditunjukkan pada gambar.

Jawab:

TL  T1  T2  T3  TR  0
TL  1  1  3  TR  0
TL  TR  1 ..................(1)

Keseimbangan di TR

TL 3.5  T1 2.5  T2 1.5  T3 1  0


1
TL   0.286 kN/m .................(2)
3.5
Substitusi ke persamaan (1)

TL  TR  1  TR  1.286 kN/m

4. Suatu poros mesin tersusun dari dua bahan, yaitu baja di bagian luar dan
alumunium di bagian dalam. Besarnya diameter luar adalah 65 mm sedangkan
diameter dalam 50 mm. Modulus kekakuan baja dan alumunium masing-masing
adalah 85 x 109 N/m2 dan 30 x 109 N/m2. Besarnya momen puntir 1.5 kNm.
Tentukan tegangan geser maksimum pada masing-masing bahan.

Diketahui: Dbj = 65 mm Gbj = 85 x 109 N/m2


Dal = 50 mm Gal = 30 x 109 N/m2
T = 1.5 kNm
Ditanyakan: maks bj dan maks al
Jawab:
Persamaan kesetimbangan momen

114
[Torsi]

T  Tal  Tbj  1.5 kN m .....................(1)

Tal L Tbj L
 al  bj  
Gal J al Gbj J bj

Tal L Tbj L
30  109  10 6   32
 504  
 32 65
85  109  10 6  4
 504 
9.7  1010Tal  1.8  1010Tbj  Tal  0.19Tbj ...................(2)

Substitusi persamaan (2) ke persamaan (1)


Tal  Tbj  1.5 kN m

0.19Tbj  Tbj  1.5  Tbj  1.26kNm Tal  0.19Tbj  0.191.26  0.24

Tal rAL 0.24  10 3  10 3  25


 maksal    9.8MPa
J al  50 4
32
 
Tbj rbj 1.26 103 103  32.5
 maksbj    35.9MPa
J bj 
32
65 4
 50 4 

5. Suatu poros pejal berdiameter 100 mm dan panjang 2 m digunakan untuk


mentransmisikan tenaga sebesar 50 kW pada kecepatan putaran 100 rpm. Jika
poros tersebut terbuat dari vahan besi dengan modulus kekakuan (G) sebesar
85 GN/m2, tentukan:
a) Tegangan geser maksimum pada poros
b) Sudut puntir sepanjang poros tersebut

Diketahui: D = 100 mm N = 100 rpm


L = 2 mT = 1.5 kNm
P = 50 kW G = 85 GN/m2
Ditanyakan: a) max
b) 

115
[Torsi]

Jawab:
2N 2 100
   10.5rad
60 60
P 50  10 3
P  T  T    4761.9 Nm
 10.5
J  32

D 4  32

1004  9.8  10 6 mm 4
a) Tegangan geser maksimum pada poros

Tr 4761.9  10 3 50
 max    24.3MPa
J 9.8  10 6
b) Sudut puntir sepanjang poros tersebut
TL 4761.92
   1.14rad

GJ 85  10 9 9.8  10 6 

6. Suatu batang logam berpenampang lingkaran menerima beban torsional sebesar


1 kNm. Bila sudut puntir yang terjadi adalah 4 setiap panjang 2 m, tentukan
diameter batang tersebut apabila modulus kekakuan geser G = 85 GPa.

Diketahui: T = 1 kNm L=2m


 = 4 = 4/57.3 = 0.0698 G = 85 GPa
Ditanyakan: D
Jawab:

TL TL 10 3  2
 J    33.7  10 8
GJ G 85  10 9 0.0698
J 
32 D4
D4  32
 J D4 32
 J 4 32
 33.7  10   0.043m  43mm
8

7. Berapakah tegangan geser maksimum pada poros pejal berdiameter 100 mm


yang bekerja torsi 25 kNm. Tentukan pula besar sudut puntir untuk setiap
panjang poros, jika poros tersebut terbuat dari baja dengan modulus elastisitas
G = 85 GN/m2.
Diketahui: D = 100 mm G = 85 GN/m2

116
[Torsi]

T = 25 kNm

Ditanyakan: a) max
b) /L
Jawab:

J 
32 D4  
32
0.14  9.8125 10 6 m
a) max

Tr 25  10 3 0.05
 max    127.39MPa
J 9.8125  10 6
b) /L

 T 25  10 3
   0.03rad / m

L GJ 85  10 9 9.8125  10 6 

8. Pilihlah sebuah poros padat untuk sebuah motor berdaya 8 kW yang bekerja
pada frekuensi 30 Hz. Tegangan geser maksimum terbatas pada 55.000 kN/m2.
Diketahui: P = 8 kW max = 55.000 kN/m2
sf = 30 Hz
Ditanyakan: D
Jawab:
159kW 1598
T   42.4 Nm
sf 30
J T 42.4
   0.771  10 6 m 3
R  max 55  10 6
J R 3
  R3 
2 J 2 771  10 9

 
 491  10 9 m 3
R 2  R 
Jadi R = 0.00789 m atau D = 2R = 0.0158 = 15,8 mm

9. Taksirlah kapasitas yang dibawakan oleh momen puntir dari kopling baja yang
ditempa secara terpadu pada poros, yang terlihat dalam gambar, yang
dikendalikan oleh tegangan geser izin 40.000 kN/m2 pada delapan baut.
Lingkaran baut tersebut berdiameter 0.24 m

117
[Torsi]

Diketahui: ijin = 40.000 kN/m2


D baut = 30 mm
Ditanyakan: Tijin
Jawab:

A  14  30  706mm2  7.06  10 4 m 2


2
Luas sebuah baut:

Gaya izin untuk sebuah baut:

 
Pijin  A ijin  7.06  10 4 40  103  28.2kN
Karena kedelapan baut terdapat pada suatu jarak 0.12 m dari sumbu pusat,
maka Tijin  28.20.128  27.1kNm

10. Poros padat berbentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi yang terlihat
dalam gambar digerakkan oleh momen-momen puntir seperti ditunjukkan dalam
gambar tersebut. Berapakah tegangan puntir maksimum dalam poros tersebut,
dan diantara kedua katrol yang ada?

Diketahui: T1 = 55 Nm D1 = 25 mm
T2 = 825 Nm D2 = 100 mm

118
[Torsi]

T3 = 550 Nm D3 = D4 = 75 mm
T4 = 110 Nm

Ditanyakan: max
Jawab:

1  

T1 R1 55 252  10 3 
 1.79  10 7 N / m 2
J1 
2 2  10
 25  3 4

2 
T2 R2 825 50  10 3


 4.2  10 6 N / m 2

J2 
50  10
2
 3 4
 
3 
T3 R3 550 752  10 3

 
 6.64  10 6 N / m 2
J3
2 2  10
 75 
3 4

Jadi max = 1 = 1.79 x 107 N/m2

11. Pada suatu poros pejal berdiameter 50 mm dan panjang 1 m bekerja momen
puntir sebesar 1 kNm. Berapakah tegangan geser maksimum poros dan
besarnya sudut puntir sepanjang poros tersebut. Poros terbuat dari baja
2
dengan modulus kekakuan 85 GN/m .

Diketahui: D = 50 mm L=1m
T = 1 kNm G = 85 GN/m2
Ditanyakan: maks dan 
Jawab:

J D4   504  0.61 10 6 mm4
32 32

 maks 
Tr 10 3 10 3 25

 
 41MPa Mpa
J 0.61  10 6

 
   
TL 10 3 10 3 10 3 10 6
 0.019rad

GJ 85  10 9 0.61  10 6 

119
[Torsi]

Latihan Soal

1. Momen puntir T diberikan ke poros pejal berdiameter 100 mm. Tegangan geser
tidak boleh melebihi 60 MPa. Hitunglah momen puntir izin maksimum T.

2. Sebuah Poros berongga mempunyai diameter luar D = 60 cm dan diameter


dalam d = 30 cm. Bila tegangan geser tidak melebihi 50 MPa, berapa momen
puntir maksimum T bisa ditahan poros dengan aman?

3. Batang pejal AB terbuat dari baja dengan G = 80 GN/m2 disambungkan dengan


batang BC terbuat dari aluminium berongga dengan G = 30 GN/m2 seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini. Sambungan kedua batang tersebut
digunakan untuk menahan momen puntir sebesar 5500 Nm. Hitunglah:
a) Sudut puntir yang terjadi pada sambungan tersebut
b) Tegangan geser maksimum pada kedua batang

4. Suatu pulley dipasang pada suatu poros dengan diameter 100 mm mengalami
beban torsi sebesar 2 kNm. Sebuah kunci dipasang sebagai pengikat. Bila
kekuatan geser bahan kunci ( τ ) sebesar 50 MPa, berapa ukuran minimum
lebar kunci (b) bila panjangnya 80 mm.

5. Sebuah poros bulat berongga mempunyai diameter luar D = 100 mm dan


diameter dalam d = 50 mm. hitunglah:
a) Momen inersia dan b) Perlihatkan dengan persamaan bahwa perbandingan
momen inersia poros berongga dengan poros pejal adalah 15 : 16, dengan
diameter luar sama.

Pegang erat roda kemudi kehidupan


Anda, bukan kaca spion Anda.
(Paul Hanna)

120
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

IX. TEGANGAN PADA BEJANA DINDING TIPIS

9.1. Pengertian Bejana Tekan

Bejana tekan (pressure vessels) merupakan struktur tertutup yang


mengandung gas atau cairan yang ditekan. Beberapa bentuknya seperti silinder,
bola, kerucut, dsb. Cairan dan gas yang keduanya disebut fluida menimbulkan
tekanan dalam pada suatu bejana tertutup. Bila fluida adalah gas maka tekanan di
seluruh bagian bejana adalah konstan. Bila fluida adalah cairan, maka tekanan
terkecil pada puncak dan naik secara kasar ½ psi per kedalaman cairan. Karena
tidak begitu nyata, kenaikan ini umumnya diabaikan.
Agar sambungan pada bejana dapat dirancang dengan baik dalam arah
longitudinal atau kelilingnya, maka gaya yang harus ditahan per satuan panjang
bejana harus ditentukan terlebih dahulu. Di sini kita meninjau silinder, bola dan
kerucut yang dindingnya relatif lebih tipis dibandingkan diameternya. Misalkan tebal
dinding tidak melampaui 10% dari diameter bejana yang dianggap berdinding tipis.
Pada bejana seperti itu, intensitas tegangan antara permukaan luar dan dalam

121
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

mendekati konstan. Pada bejana berdinding tebal, perubahan tegangan menjadi


lebih rumit dan yang tertinggi pada permukaan sebelah luar.
Hukum mekanika fluida menyebutkan bahwa tekanan fluida pada setiap titik
sama ke semua arah dan arahnya selalu tegak lurus terhadap permukaan tahanan.

9.2. Silinder Tertutup

Gambar 9.1. Penampang Silinder Tertutup

pr
Tegangan Circumferential : c 
h
pr
Tegangan Longitudinal : l 
2h

9.3. Silinder Tegak Terbuka

pr
Tegangan Circumferential : c 
h
Tegangan Longitudinal : l  0

9.4. Bola

122
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Gambar 9.2. Penampang Bola

pr
Tegangan Circumferential = Tegangan Longitudanal: c 
h
Keterangan: p = tekanan dalam, MPa
r = jari-jari dalam silinder, mm
h = ketebalan bahan dinding, mm

9.5. Kerucut

Gambar 9.3. Penampang Kerucut

y tan 
r0  y tan  r2 
cos 
pr0 py tan  pr2
Tegangan pada dinding kerucut:    
h cos  h cos  h

123
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Hoop Stress:
 H  y  y tan 
Pada 0 < y < H  
h cos 
Pada H < y < 2H   0
Meridional Stress:

 tan   Hy y 2 
Pada 0 < y < H     
h cos   2 3 

H 3 tan 
Pada H < y < 2H  
6hy cos 

9.6. Toroidal

pR pRr0  b 
Hoop Stress:   Meridional Stress:  
2h 2r0 h

a) Perubahan Jari-Jari
pr 
Regangan Circumferential: c  c 
Eh L
pr 
Regangan Longitudinal: l  l 
2 Eh r
Perubahan jari-jari bejana:

pr pr  c 
  atau   l
Eh 2 Eh r E E

124
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

b) Perubahan Volume Bola

2pr 4
V  1   
Eh

125
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Sebuah tangki kompresi udara terdiri dari silinder chemispherecical tertutup.


Diameter 24 in. Tekanan dalam tangki 500 lb/in2. Jika digunakan bahan baja
yang memiliki yield point 36000 lb/in2 dan faktor keamanan 3.5, hitunglah
ketebalan dinding silinder yang dibutuhkan.

Diketahui: d = 24 in yp = 36000 lb/in2


p = 500 lb/in2 sf = 3.5
Ditanya: h
Jawab:
pr
c 
h
yp pr

sf h
36000 500  12
  h  0.58in
3.5 h

2. Sebuah ruang simulasi pada statu laboratorium di Pasadena, California. Terdiri


dari silinder berdiameter 27 ft dengan tinggi 85 ft. Terbuat dari baja yang
2
memiliki batas proporsional 165000 lb/in . Tekanan operasi minimum dari
6 2
ruangan adalah 10 torr (14,7 lb/in ), dimana 1 torr = 1/760 atm. Berapakah
ketebalan dinding yang dibutuhkan jika faktor keamanan tak lebih dari 2.5

Diketahui: d = 27 ft p = 14.7 lb/in2


t = 85 ft sf = 2.5
yp = 165000 lb/in2
Ditanya : h
Jawab :
pr
c 
h
165000 14.7  13.5  12
  h  0.036in
2.5 h
126
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

3. Silinder baja tipis menutupi silinder tembaga (seperti gambar). Cari tekanan
o
tangensialnya pada kenaikan temperatur lebih dari 60 F.
Gunakan: Est = 30 x 106lb/in2, st= 6.5 x 10-6oF
Ecu = 13 x 106lb/in2, cu= 9.3 x 10-6oF

20 12 " 1
baja
20 4 "
tembaga
20"

Jawab:

Kenaikan temperatur 60oF menyebabkan keliling silinder bertambah,


maka:

 
Kell st  2 20.37560 6.5  106  0.0498in
Kell cu  2 20.125609.3  10   0.0705in
6

Jarak kedua silinder setelah pemanasan menjadi:


0.0705  0.0498
 0.00345in
2
pr 2 pr 2
 h
Est Ecu
p20.357  p20.125
2 2
  0.00345
   
30  10 0.25 13  106 0.25
6

p  19.2lb / in 2

127
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Jadi tekanan tangensialnya:


pr 19.220.125
 st    1560lb / in 2
h 0.25
pr 19.220.125
 cu    1550lb / in 2
h 0.25

4. Kapal selam berbentuk bola dengan radius luar 1 m dan tebal 30 mm. Jika yield
point 700 MPa, tentukan kedalaman maksimum agar bola tidak pecah jika
dimasukkan ke dalam laut (densitas air = 104 N/m3).

Diketahui: ro = 1 m yp = 700 Mpa


h = 30 mm  = 104 N/m3
Ditanya: a. Lmaks (ro) b. Lmaks (rrata2)
Jawab:
a. Lmaks (ro)
pr
c 
2h
y p L r
 L
y p 2h


700  10 6 20.03 
 4200m
sf 2h   r  sf 10 4 1
b. Lmaks (rrata2)

ro  ri  h  ri  ro  h  1  0.03  0.97m
ro  ri
r  0.985m
2

L
 
700  10 6 20.03
 4264m
10 4 0.985

5. Silinder gas bertekanan berdiameter luar 250 mm, berisi gas pada tekanan 15
MPa. Silinder terbuat dari baja bertitik luluh 250 MPa dan faktor keamanan 2.5.
Tentukan ketebalan silinder tersebut!

Diketahui: do = 250 mm yp = 250 Mpa


p = 15 Mpa sf = 2.5

128
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Ditanya: h
Jawab:

pr
c 
h
yp pr

sf h
250  10 6

 
15  10 6 125  h 
2.5 h
6.667h  125  h  h  16.3mm

6. Suatu silinder tersusun dari bahan baja di bagian luar dan alumunium di bagian
dalam. Masing-masing mempunyai ketebalan sama 2.5 mm dan diameter rata-
rata 100 mm. Interferensi awal sebelum pemanasan adalah 0.1 (dalam
diameter). Hitung tegangan tangensial masing-masing kerangka yang
2 2
disebabkan oleh penyusutan ini. Ebaja = 200 GN/m , Ealumunium = 70 GN/m

Diketahui: h = 2.5 mm d = 100 mm


Ebj = 200 GN/m2 Eal = 70 GN/m2
Ditanya: bj dan al
Jawab:

pr 2 pr 2 0.1
 
E al h Ebj h 2
 
p 50 2

 
p 50 2

0.1
 p  2.6MPa
70  10 2.5 200  10 2.5 2
9 9

pr 2.6  10 6 50
Tegangan pada baja (luar):  bj    52MPa
hbj 2.5
Tegangan pada alumunium (dalam):

pr 2.6  10 6 50
 al     52MPa
hal 2.5

129
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

7. Suatu kendaraan di bawah laut untuk riset berbentuk bola tekan dengan
diameter dalam 2 m, memiliki ketebalan dinding 100 mm, bahan terbuat dari
alumunium dengan kekuatan luluh 450 MPa, faktor keamanan 2, densitas air
laut 104 N/m3. Tentukan tegangan yang timbul pada dinding bila alat ini
beroperasi pada kedalaman 5000 m di bawah permukaan air laut. Dari hitungan
tersebut apakah bola tekan cukup aman? (gunakan diameter rata-rata dari bola
dalam perhitungan).

Diketahui: di = 2 m sf = 2
h = 100 Mpa  = 104 N/m3
yp = 450 Mpa L = 5000 m
Ditanya: c
Jawab:

p  L  10 4  5000  5  10 7 N / m 2
2000 100
rrata2    1050mm
2 2

c 
prrata2


5  10 7 1050  10 3 
 262.5MPa
2h 20.1
y 450  10 6
p
  225MPa
sf 2
c   y p
tidak cukup aman

8. Tangki dari suatu kompresor udara berbentuk silinder tertutup dengan diameter
dalam 600 mm dikenai tegangan internal sebesar 3.5 MPa. Jika tangki terbuat
dari baja dengan titik luluh 250 MPa, hitung ketebalan dinding silinder yang
diperlukan. Gunakan faktor keamanan 2.

Diketahui: d = 600 mm yp = 250 MPa


p = 3.5 MPa sf = 2
Ditanya: h

130
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Jawab:

pr
 c
h
pr pr 3.5  300
h    8.4mm
c yp 250
sf 2

9. Perhatikan gambar berikut!

Sebuah toroidal dengan internal pressure


0.15 MPa, bahan terbuat dari alumunium r2 2R

dengan titik luluh 350 MPa dan faktor
 
keamanan 1.5, 2b = 20 m, 2R = 2 m.
A A
p p
Tentukan ketebalan dinding toroidal
 
tersebut.
r0 b
Diketahui: p = 0.15 Mpa 2b = 20 m
yp = 350 Mpa 2R = 2 m
sf = 1.5
Ditanya: h
Jawab:

pR  2b  R 
  max   
2h  b  R 
350  10 6


0.15  10 6 110
201
1

1.5 2h

h
 6

0.15  10 191.5
 0.7  10 3 m
350  10 29
6

10. Tangki berbentuk silinder vertikal dengan diameter 30 m diisi gasoline setinggi
12 m (densitas 0.74). Jika tegangan luluh dinding pelat 250 MPa dan faktor
keamanan digunakan 2.5, hitung ketebalan dinding pada dasar tangki
(pengaruh bending diabaikan).

131
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Diketahui: d = 30 m
L = 12 m
sf = 2.5
 = 0.74 g/cm3 = 7400 N/m3
yp = 250 MPa
Ditanya: h
Jawab:
pr
c 
2h
y p L r Lrf 7400  12  15  2.5
 h   13.32mm
sf 2h yp 250  10 6

11. Sebuah silinder memiliki do = 2.5 m dengan ketebalan 150 mm, terbuat dari
bahan yang memiliki yp = 450 MPa. Silinder dimasukan ke dalam laut, dengan
kedalaman 5000 m,  air laut = 104 N/m3, tentukan c.

Diketahui: do = 2.5 m ro
yp = 450 Mpa
L = 5000 m ri
air laut = 104 N/m3

Ditanya: c h

Jawab : ro  ri  h  ri  ro  h
ro  ri
r
2
ro  ro  h

2
2ro  h do  h
 
2 2

do  h
(L)
pr 2
c  
h h

132
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

 2.5  0.15 
10 4

 5000  
  2   392MPa
0.15

12. Sebuah tangki spherical untuk menyimpang bertekanan, memiliki diameter 25


m, terbuat dari baja dengan tebal 15 mm, dengan yield point 250 MPa, dan
faktor keamanan 2.5. Tentukan tekanan yang diijinkan dan tekanan yang
terjadi, bila kekuatan sambungan 75%.

Diketahui : d = 25 m yp = 250 MPa


h = 15 mm = 0.015 m sf = 2.5
Ditanya : p dan p pada sambungan
Jawab:
yp 250
c    100MPa
sf 2.5
pr  2h 108  2  0.015
a. c  p c   240kPa
2h r 12.5
240  75
b. Tekanan pada sambungan  p  75%   180kPa
100

133
[Tegangan Pada Bejana Dinding Tipis]

Latihan Soal

1. Tangki kompressor udara berbentuk silinder tegak tertutup dengan diameter


600 mm dirancang untuk menahan tekanan kerja 1 Mpa dengan aman. Pelat
ketel dengan tegangan tarik izin yang digunakan 75 Mpa dan efisiensi yang
diharapkan 90%. Hitunglah: (a) Tebal dinding h yang dibutuhkan dan (b)

Tegangan circumferential  c

2. Tangki berbentuk bola diameternya 500 mm digunakan untuk tempat gas


bertekanan. Tebal pelat 15 mm dan dilas temu untuk memberikan efisiensi
sambungan 100%. a) berapakah tekanan dalam maksimum yang dapat ditahan
dengan aman jika tegangan tarik pelat yang diiizinkan 75 Mpa? b) jika tangki
harus menahan tekanan 0.5 Mpa, berapakah tebal pelat seharusnya?

3. Suatu silinder tersusun dari bahan baja di bagian luar dan alumunium di bagian
dalam. Masing-masing mempunyai ketebalan sama 3 mm dan diameter rata-
rata 120 mm. Interferensi awal sebelum pemanasan adalah 0.1 (dalam
diameter). Hitung tegangan tangensial masing-masing kerangka yang
disebabkan oleh penyusutan ini. Ebaja = 200 GN/m2, Ealumunium = 70 GN/m2

4. Pipa air terbuat dari dari tabung tanpa irisan dengan diameter dalam 250 mm
terbentang dari reservoir sampai ke kota kecil yang letaknya tidak jauh. Hitung
tekanan p dan gaya TL per mm linear (imajiner) sambungan longitudinal pada
pipa di titik vertikal 90 m di bawah permukaan air terbuka (permukaan bebas)
reservoir. b) jika tebal dinding 7 mm dan tegangan tarik izin 5 Mpa, berapa
tinggi h maksimum yang dapat ditahan pipa dengan aman?

5. Alat pengangkat pelumas ditumpu dengan poros silinder berongga yang


diameter dalamnya 230 mm. Tekanan udara terhadap ujung atas tutupnya akan
menaikkan atau menurunkan poros. Berapakah tekanan udara p minimum yang
harus diadakan untuk menaikkan beban 3 kN?

Kemujuran adalah persimpangan


antara peluang dan persiapan.
(Paul Hanna)
134
[Tegangan Geser]

X. TEGANGAN GESER

10.1. Pengertian Tegangan Geser

Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau


menyinggung permukaan. Perjanjian tanda untuk tegangan geser sebagai berikut:
Tegangan geser yang bekerja pada permukaan positif suatu elemen adalah positif
apabila bekerja dalam arah positif dari salah satu sumbu-sumbu positif dan negatif
apabila bekerja dalam arah negatif dari sumbu-sumbu. Tegangan geser yang
bekerja pada permukaan negatif suatu elemen adalah positif apabila bekerja dalam
arah negatif sumbu dan negatif apabila bekerja dalam arah positif.

10.2. Prinsip Tegangan Geser

Sifat-sifat suatu bahan dalam keadaan geser dapat ditentukan secara


eksperimental dari uji-uji geser langsung (direct shear) atau puntiran (torsion). Uji-
uji yang kemudian dilakukan dengan memuntir pipa-pipa berongga, sehingga
menghasilkan suatu keadaan geser murni.

135
[Tegangan Geser]

Gambar 10.1. Diagram Tegangan Geser

Sebagai suatu contoh dapat dilihat pada sambungan baut. Tegangan geser
pada baut diciptakan olah aksi langsung dari gaya-gaya yang mencoba mengiris
bahan. Tegangan geser dapat diperoleh dengan membagi gaya geser terhadap luas.

Fs
 Dimana, τ = Gaya geser (MPa)
A
A = luas bidang geser

Gambar 10.2. Tegangan Geser pada Baut

Bagian awal dari diagram tegangan-regangan geser sebuah garis lurus,


seperti dalam keadaan tarik. Untuk daerah elastis linier, tegangan geser berbanding
lurus dengan regangan geser, jadi diperoleh persamaan berikut bagi hukum Hooke
untuk keadaan geser.
τ = Gγ Dimana, τ = Tegangan geser (MPa)
G = Modulus geser (N/m2)
γ = Regangan geser (rad)

 Tegangan geser pada permukaan-permukaan yang berhadapan besarnya


sama tapi arahnya berlawanan.
 Tegangan geser pada permukaan-permukaan yang saling tegak lurus
besarnya sama tetapi memiliki arah-arah yang sedemikian rupa sehingga

136
[Tegangan Geser]

kedua tegangan mengarah ke, atau menjauhi garis perpotongan kedua


permukaan

tegangan leleh
Tegangan ijin =
faktor keamanan

137
[Tegangan Geser]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Sebuah sambungan terlihat seperti gambar, jika P= 30 kN carilah tegangan


geser yang terjadi pada a-a.

P cos 45 o 21.3  10 3
Jawab:    0.35MPa
A 300  200

2. Struktur baja karbon rendah seperti gambar, diameter 25 mm tegangan geser


maksimum 300 MPa dan tebal bahan 10 mm. Jika modulus elastisitas 80
2
GN/m , carilah regangan geser saat tegangan geser yang diberikan 150 MPa.

10 mm

25 mm

Jawab:

 
P  A   2510 300  10 6  10 6  235kN
Untuk mencari regangan yang terjadi saat  = 150 MPa

138
[Tegangan Geser]




150 10   0.00176rad
6

G 85  10 9

3. Suatu kayu disambungkan seperti gambar, carilah tegangan geser yang dialami
oleh sambungan lem ini


40 mm

75

40 kN
40 kN

Jawab:

F h   5040cos 75o   5040cos 75o  0    0.269 ……(1)

F v  40  103   5040sin 75o   5040sin 15o  0 …………. (2)

Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh  19.3MPa

4. Sebuah shaft dan puli pada sebuah lubang kunci seperti yang diperlihatkan pada
gambar, gaya putar T pada puli 1 kNm, kunci berukuran 10 mm x 10 mm x 75
mm. Carilah tegangan geser yang terjadi pada penampang kunci.

139
[Tegangan Geser]

Jawab:  M  1000 10  F 25  F  40kN


o
3

 F  40 10   7510  0    53.3MPa


h
3

5. Sebatang baja siku dilas pada sebuah plat baja. Tegangan geser yang diijinkan
adalah 140 MPa dan besarnya leg 10 mm.Tentukan panjang pengelasan
minimum pada baja siku tersebut agar dapat menahan beban maksimum P
sebesar 180 kN.

Diketahui:  = 140 MPa P


Leg (l) = 10 mm
P = 180 kN
Ditanya: L
Jawab:

P   2l sin 45L


P 180 103
L   90.9m
  
 210 sin 45 1406 2 7.07 106 
6. Dua buah pelat dengan ketebalan sama disambungkan dengan dua sisi
pengelasan. Tentukan tegangan geser maksimum dalam pengelasan.

Diketahui: P = 200 kN

a = 5 mm

b = 30 mm

Ditanya: 

140
[Tegangan Geser]

Jawab:

P cos 45 P cos 45 200  10 3 0.707 


    943MPa
A ab 5  30

7. Dua buah plat baja yang tebalnya masing-masing 10 mm dan 13 mm


disambung dengan menggunakan paku keling berdiameter 20 mm. Gaya yang
bekerja besarnya 145 kN/m, jarak pitch adalah 80 mm. Hitung tegangan
maksimum yang diijinkan pada sambungan.
Jawab:

Tegangan geser =
 
80 145  10 3
 6390 N / mm 2
1 2
5 21.5 
4 

Tegangan dukung =

80 145  10 3 
 10791N / mm 2
51021.5

Tegangan tarik =

80 145  10 3  31351N / mm 2
1080  221.5
Jadi tegangan maksimumnya 6390 N/mm2

8. Penyambungan balok dengan perekatan seperti pada gambar di bawah ini


memiliki beban 13.4 kN, penampang tiap batang 40 x 40 mm dan panjang
perekatannya 150 mm.Berapa tegangan geser rata-rata yang terjadi pada balok
tersebut?
Jawab:

141
[Tegangan Geser]

P 12  13.4  10 3
1
 2
 0.5MPa
A 150  90

9. Dari gambar berikut ini, tentukan beban yang diijinkan, jika tegangan kerja ijin
80 MPa.

Jawab:
Throat  ukuran minimum penampang pengelasan =leg (b) sin 45
Luas pengelasan efektif A = l b sin 45
= 175 x 10 sin 45 = 1237 mm2

  
1
P
 2
 P  2A  2 80 N / mm2 1237mm2  198kN
A
10. Jika sambungan baut dikenai beban aksial tarik P sebesar 30 kN dan diameter
baut 10 mm. Tentukan nilai rata-rata tegangan geser pada bidang a-a atau b-b.

Jawab:

A  14  10  78.6mm2
2
Luas bidang a-a atau b-b :

Gaya yang bekerja pada bidang a-a = ½(30 x 103) = 15 kN


Jadi, nilai rata-rata tegangan geser pada bidang :

P 15  10 3
   192MPa
A 78.6

142
[Tegangan Geser]

Latihan Soal

1. Pada pembuatan sebuah lubang berdiameter 25 mm pada pelat baja dengan


tebal 12 mm. pukulan P pada gambar di bawah ini menyebabkan pelubang baj
silindris tergeser keluar dari pelat. Hitung gaya F yang dibutuhkan jika kekuatan
geser batas baja 100 MPa!

2. Sebuah paku rivet mendapat gaya seperti pada gambar, diameter 30 mm dan P
= 45 kN, berapa tegangan rata-rata yang terjadi pada sambungan.

3. Hitunglah jumlah paku keling yang dibutuhkan pada kedua sambungan pelat
baja berikut ini! Apabila diameter paku keling 15 mm dan kekuatan sambungan
10 MPa.

143
[Tegangan Geser]

4. Suatu ikatan rantai yang khas ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sabuk-
sabuk samping tebalnya 10 mm × lebar 40 mm antara pasak-pasak dan
lebarnya 60 mm melewati pasak. Diameter pasak yang dihaluskan 15 mm dan
mengikat kencang. Bushing digunakan untuk tempat sabuk sebelah dalam.
Hitunglah tegangan satuan dalam arah geser, dukung dan tarik pada ikatan
apabila ikatan rantai mengalami tarikan 15 kN.

5. Hitung harga beban P maksimum ikatan rantai pada soal nomor 4. Apabila
sabuk samping terbuat dari baja struktur yang mempunyai tegangan dukung
yang diijinkan 250 MPa, tegangan tarik yang diiijinkan 125 MPa dan tegangan
geser yang diijinkan pada pasak 250 MPa.

Satu tembakan yang tepat adalah hasil dari


ratusan tembakan yang meleset.
(Anonim)

144
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

XI. BALOK ELASTIS STATIS TAK TENTU

11.1. Balok Statis Tak Tentu

Dalam semua persoalan statis tak tentu persamaan-persamaan


keseimbangan statika masih tetap berlaku. Persamaan-persamaan ini adalah
penting, tetapi tidak cukup untuk memecahkan persoalan tak tentu. Berbagai
persamaan tambahan dibuat berdasarkan pertimbangan geometri dari deformasi.
Dalam sistem struktur dari kebutuhan fisis, unsur-unsur atau bagian-bagian tertentu
haruslah berdefleksi bersama, memelintir bersama, memuai bersama, dan
seterusnya atau sama-sama tetap stasioner. Dengan merumuskan pengamatan-
pengamatan demikian secara kuantitatif memberikan persamaan-persamaan
tambahan yang diperlukan.
Suatu balok dikatakan statis tak tentu bila jumlah reaksi-reaksi pada balok
yang tidak diketahui melebihi jumlah persamaan kesetimbangan yang digunakan

145
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

pada sistem. Sehingga persamaan kesetimbangan perlu dilengkapi dengan


menambahkan persamaan dari deformasi balok.
Pada sistem statis tertentu (statically determinate) hanya terdapat
pembebanan secara aksial pada struktur sederhana.

11.2. Tipe-tipe Balok Statis Tak Tentu

Beberapa tipe umum dari balok statis tak tentu seperti terlihat pada Gambar
11.1. Walaupun perubahan luas susunan yang terdapat di lapangan, empat diagram
berikut akan menggambarkan secara alamiah sebagai sistem tak tentu. Pada balok
di bawah ini reaksi dari setiap bentuk adalah sebuah sistem gaya pararel dan oleh
karena itu terdapat dua persamaan keseimbangan statis. Demikian penentuan reaksi
di setiap kasus yang memerlukan penggunaan persamaan tambahan yang berasal
dari deformasi dari balok.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11.1.Tipe-tipe balok statis tak tentu

146
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Persamaan pelengkap pada tipe balok gambar a dan c, dapat dicari dengan
menggunakan teorema momen-area. Tipe balok b lebih baik dengan menggunakan
metode fungsi singularitas. Sedangkan pada tipe-balok d biasanya menggunakan
teorema tiga-momen.

Sebagai contoh perhatikan gambar berikut:

6 A1 a1 6 A2 b2
M A L1  2M B L1  L2   M C L2   
L1 L2

Dimana,

MA,MB,MC = momen pada titik A, B dan C

L1, L2 = panjang spin

A1,A2 = luas diagram momen

a1 , b2 = jarak centroid pada masing-masing diagram momen dari A


sampai C

147
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok di bawah ini.

Jawab: F v  2R1  wL  0  R1  wL
2
.......................(1)

 L  L  wL2  L 
1
LR1L    L M1    13 L     0
3 2  2  4 
2

Substitusi R1 dari persamaan (1), diperoleh:


2
M1  wL
12

2. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok yang ditunjukkan oleh gambar
dibawah.

Jawab:

wx   M1 x   R1 x   Px  a   R2 x  L  M 2 x  L


2 1 1 1 2

vx   M1 x   R1 x   Px  a   R2 x  L  M 2 x  L


1 0 0 0 1

148
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

d2y
M x   M1 x   R1 x   Px  a   R2 x  L   M 2 x  L   EI 2
0 1 1 1 0

dx

 M1 x   1 x   x  a   2 x  L   M 2 x  L   C1 .. (a)
dy 1 R 2 P 2 R 2 1
EI
dx 2 2 2

EIy   x   x   x  a 3  M 2 x  L2  C2 ....................... (b)


M1 2 R1 3 P
2 6 6 2

Substitusi x = L ke persamaan (a) dan (b)

R1L2 Pb 2
0   M1L   ........................................ (c)
2 2

M1L2 R1L3 Pb 3
0   ....................................... (d)
2 6 6

Dari (c) dan (d) diperoleh

Pab 2 Pb 2 2 Pab 2
M1  R1  
L2 L2 L3
Pb 2 2 Pab 2
  R2  P  0
L2 L3
Pa 2 2 Pa 2b
R2  
L2 L3

3. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok di bawah.

149
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Jawab:
w1=w2=w, L=L2=L, MA=MC=0
3 3
M A L1  2M B L1  L2   M C L2   1 1  2 2
wL wL
4 4
wL3 wL3
0  2M B 2 L   0   
4 4
wL2
MB  
8
L wL2
R1L  wL   R1  83 wL
2 8

283 wL   R2  2wL  0  R2  54 wL

4. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok di bawah.

Jawab:
P1=P2=P, L1=L2=L, a1=b2=L/2, MA=MC=0

M A L1  2M B L1  L2   M C L2   
L1

P1a1 2
 Pb

L1  a1   2 2 L2  b2
2

L2
2 2

0  2M B 2 L   0  
 2L  L 4
2P L 2 2

L
3
MB   PL
16

150
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

PL 3PL 5
R1L    R1  P
2 16 16

 5P  11
2   R2  2 P  0  R2  P
 16  8

5. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok di bawah.

Jawab:

302 2
4  22  158
 
3
0  2M 2 4  8  M 3 8  
4 4
3M 2  M 3  240  22.5 kN m...................................................(a)

158 252.5 2
 
3
M 28   2M 3 8  5  0    5  2.52
4 55
M 2  3.25M 3  240  29.3 kN m...............................................(b)

Dari persamaan (a) dan (b) diperoleh M2= -66.72 kNm dan M3= -62.34 kNm

4R1  302  66.72  R1  1.68 kN


121.68  8R2  3010  1584  62.34  R2  87.2 kN
5R4  252.5  62.34  R4  0
8R3  1584  2510.5  66.72  R3  84.5 kN

151
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

6. Tentukan reaksi gaya pada ujung-ujung balok berikut

Jawab:

Pb 2
R1  2 L  a 
2 L3
20  10 3 3
2
R1  2  6  3  6.25kN
26
3

R2 
Pa

3L2  a 2 
2 L2
20  10 3 3
R2  3  36  9  13.75kN
26
2

M1 
Pa 2
2

L  a2 
2L
20  10 3 3
M1  36  9  22.5kN
26
2

7. Sebuah batang baja yang luas penampangnya 1000 mm2 dan panjangnya
400.06 mm dengan longgar dimasukkan ke dalam sebuah tabung tembaga
seperti yang terlihat dalam gambar. Tabung tembaga mempunyai luas
penampang 1500 mm2 dan panjang 400 mm. Bila suatu gaya aksial P = 125 kN
diberikan pada tutup yang kaku, berapakah tegangan-tegangan yang akan
terbentuk dalam kedua bahan? Anggaplah bahwa modulus elastis baja dan
tembaga masing-masing adalah Es = 200 GPa dan Ecu = 120 GPa.

152
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Jawab:

Dari statika: Ps  Pcu  125kN

Dari geometri: u s  u cu  0.06

PL
u
AE
Ps Ls P L
 cu cu  0.06
As E s Acu Ecu
400.06 400
P  P  0.06 ................(1)
100020010 3 s
1500120103 cu
Ps  1.111Pcu  30.000 N ..................................................(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
Pcu  45000 N dan Ps  80000 N

Pcu 45000
Jadi,  cu    30MPa
A 1500
Ps 80000
s    80MPa
A 1000

8. Sebuah poros melingkar padat kuningan dipasang tetap pada kedua ujungnya
dan dua momen puntir, T1 = 31.4 Nm dan T2 = 62.8 Nm bekerja padanya
seperti yang terlihat pada gambar. Anggaplah bahwa bahan bersifat elastis linier
dengan G = 40 GPa. Diameter d1 = 80 mm dan d2 = 67.3 mm. Tentukanlah

153
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

momen puntir pada A dan plot diagram-diagram momen puntir dan sudut
puntir.

Jawab:

Statika: TA  T2  T1  TB  0
Geometri:  0
T A 500  T2  TB 250 TB 250 
  0
2J 2G J 2G J 2G
TB  31.4  628  TB   TB 0
TB  31.4 Nm
TA  0

T (Nm) 31.4
+
0 0
-
31.4

 (rad)
+
0 0

9. Sebuah baut baja yang mempunyai luas penampang A1 = 1000 mm2


dipergunakan untuk menjepit dua buah cincin baja dengan tebal total L, masing-
masing mempunyai luas penampang A2 = 900 mm2. Bila baut tersebut dalam
susunan ini semula dieratkan agar tegangannya menjadi 150 MPa, berapakah
tegangan akhir dalam baut ini setelah suatu gaya P = 100 kN dikenakan kepada
susunan tersebut?

154
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Jawab:

Dari statika: P  I c  Y   I t  X 
Ic  It
Atau karena
X Y  P
Dari geometri:  baut   cincin

XL YL A
 Y  2 X
A1 E A2 E A1
Tegangan akhir dalam baut:
P P
X    0.1P  10kN
1   A2 / A1  1  9

10. Tentukan reaksi-reaksi yang terjadi pada balok di bawah.

Jawab:

302.7 
0.9  302.7  287.86
3 4
VB P   0.9  VD 
6 EI 8EI EI

155
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Latihan Soal

1. Dengan menggunakan persamaan tiga momen, carilah momen MB yang tak


diketahui di tumpuan B dari balok dua bentangan seperti terlihat pada gambar
di bawah ini! Abaikan berat balok.

2. Hitunglah momen di tumpuan B dan C dari balok kontinu seperti terlihat pada
gambar berikut ini! Abaikan berat balok.

3. Dengan menggunakan persaman tiga momen, hitunglah momen MB di tumpuan


jepitan ujung B dari balok yang terlihat pada Gambar di bawah ini. Berat balok
tidak diperhitungkan.

156
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

4. Carilah semua momen lentur yang tak diketahui di tumpuannya pada Gambar di
bawah ini!

5. Sebuah poros melingkar padat kuningan dipasang tetap pada kedua ujungnya
dan dua momen puntir, T1 = 45 Nm dan T2 = 70 Nm bekerja padanya seperti
yang terlihat pada gambar. Anggaplah bahwa bahan bersifat elastis linier
dengan G = 50 GPa. Diameter d1 = 90 mm dan d2 = 70 mm. Tentukanlah
momen puntir pada A dan plot diagram-diagram momen puntir dan sudut
puntir.

157
[Balok Elastis Statis Tak Tentu]

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang


ke tepian. Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian.
(Peribahasa)

158
[Balok Elastis Khusus]

XII. BALOK ELASTIS KHUSUS

12.1. Balok Berpenampang Simetris

Jika beban transversal yang menghasilkan lengkungan (bending) dikenakan


pada balok yang penampangnya simetris maka tidak menghasilkan torsi (puntiran).
My
Tegangan pada balok:  
I
Tetapi jika beban tranversal bekerja pada balok yang penampangnya tidak
simetris, rumus tegangan balok tersebut tidak berlaku.

12.2. Pusat Geseran

Setiap penampang balok elastis mempunyai suatu titik yang apabila suatu
gaya transversal dikenakan hanya akan menghasilkan lengkungan (bending) saja
tanpa menimbulkan torsi pada balok. Titik tersebut disebut Pusat Geseran ( shear
center).

159
[Balok Elastis Khusus]

12.3. Penentuan Pusat Geseran

Untuk daerah irisan penampang yang mempunyai satu sumbu simetri, pusat
geser terletak pada sumbu simetri balok.
VQ
Tegangan geser pada balok: 
Ib
V = Gaya geser; Q = Momen Pertama; I = Momen inersia; b = ketebalan

Momen pertama (Q): Q   yda

dM
Gaya geser: V 
dx

12.4. Lenturan Asimetrik

Lenturan asimetrik adalah lenturan yang tidak terjadi dalam bidang simetri
penampang.

Gambar 12.1. Lenturan Asimetrik

M I y  M y I yz y   M y I z  M z I yz z

z
Tegangan lentur:
I y I z  I 2 yz
Serat pada sumbu netral bebas dari tegangan longitudinal,sehingga:

y M y I z   M z I yz 
  tan 
z M z I y  M y I yz
 = sudut inklinasi

160
[Balok Elastis Khusus]

12.5. Balok Lengkung

Distribusi tegangan dalam balok lengkung mengikuti pola hiperbolik.


Tegangan maksimum selalu pada bagian sebelah dalam (cekung) dari balok
tersebut. Pada balok lengkung sumbu netral tertarik ke arah pusat lengkungan
balok, akibat tegangan-tegangan yang lebih tinggi yang terbentuk di bawah sumbu
netral.
Pada balok lengkung letak sumbu netral tidak berimpit dengan sumbu titik
berat. Persamaan tegangan normal yang bekerja pada balok lengkung adalah:
My

A yr  y 
Dimana:
M = momen lentur
A = luas penampang balok
r = jarak sb. Netral dari pusat lengkungan
y = jarak serat dari sb. Netral

y = jarak sb. Netral ke sb. Titik berat

161
[Balok Elastis Khusus]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Hitunglah pusat geseran (e) pada penampang balok di bawah ini.

Momen pertama (Q):

c 
Q  yda   ( R cos  )t ( Rd )  R t sin 
2

yo 0

Cat: y  R cos  da  tRd   cos   sin 


Momen inersia (I):

R 3t
I   y 2 da   ( R cos  ) 2 tRd  
0
2

   12   14 sin 
2
Cat: cos

c
V V 2V
 
Ib yo
yda 
(R t / 2)t
3
[ R 2 t sin  ] 
Rt
sin 

Momen dari tegangan geser ini terhadap sembarang titik = momen dari
resultan V terhadap titik yang sama.
 
 2V 


0

 Rt
sin  (tRd  ) R  Ve


Cat: sin    cos 

162
[Balok Elastis Khusus]

 
2VR
 sin  d  Ve 
2VR
 cos  0  Ve  e 
4R
  0
 

2. Suatu penampang seperti gambar jari-jari


e t
100 m dan tebal 10 m, tentukan jarak
R
pusat geseran (e) dan momen inersianya.
Diketahui: R = 100 m t = 10 m
Ditanya : e dan I

V
Jawab:
4R 4100
a. e    127.4mm 4
 3.14

R3t  1003 10


b. I    1.57  107 mm4
2 2

3. Carilah pusat geseran pada dinding tipis seperti 25 mm 50 mm


yang terlihat pada gambar. A
B

C
75 mm
Jawab:
50 mm

Bagian A-B 50 mm
75 mm

V
x t 75  75Vx D
It I
x50 75Vxt
dx  9.375 104 ..............................................a 
Vt
V   E F
1
x 0 I I

163
[Balok Elastis Khusus]

Bagian B-C

V u y 
 50t 75  5035.4u sin 45o tdu 
It    
 u 0 
   375075 y 0.353 y 2 
V
I 
y 35.4 Vt
V2    375075 y 0.353 y 2 dy 1.9105 Vt ..................b 
 
y 0 I I

Jumlah momen-momen gaya:

275V1   2V2 sin 45 o 50  Ve


 
subsitusi a  dan b 
t
e  2.78510 7 dimana :
I
u  35.4 2
I
1
t 1003  250t 752   2  50  35.4  u  sin 45 o  tdu  6.510 5 t
12    
u 0
sehingga
2.78510 7 t
e  42.8 mm
6.510 5 t

4. Sebuah struktur alumunium terlihat seperti


gambar di samping, memiliki bending momen
sebesar 5 kNm. Diberikan nilai sbb:

Iy  1.4  106 mm4


Iz  10.7  106 mm2
Iyz  5  106 mm2

Hitunglah
Jawab tegangan pada kordinat!
Jawab:
Maka momen terhadap sumbu y dan z adalah:

164
[Balok Elastis Khusus]

My  5 sin 26o33'  2.235kNm


Mz  5 cos 26o33'  4.47kNm
Sudut inklinasi adalah:

tan  
MyIz  MzIyz

  
 2.235  106  10.7  106  4.47  106  5  106
 0.2188

MzIy  MyIyz   
4.47  106  4.1  106   2.235  106  5  106 
  12o 20'

Tegangan yang diberikan pada koordinat:

A 
4.47106 4.1106 2.235106 5106  75 2.235106 10.7106 4.47106 5106  85 
4.1106 10.7106 5106 2
A 35.4 MPa

B 
4.47106 4.1106 2.235106 5106  75 2.235106 10.7106 4.47106 5106  85
4.1106 10.7106 5106 2
B  35.4 MPa

5. Carilah pusat regangan pada gambar berikut ini.

165
[Balok Elastis Khusus]

Jawab:
Tegangan geser dihitung dengan

V  z  Vz 2
c
V
   yda     zt   ..................................(a)
Ib yo It  2  2 I
50
Vz 2 4 Vt
Gaya resultan V1: V1  0 2I tdz  2.1 10 I
Dari rumus (a) didapatkan


V
x t 50  50t 25  50V x  25
It I
Gaya resultan V2:
50
V2  
50V
x  25dx  1.25  10 5 Vt .............................................b 
0
I I
sehingga  250V1   250V2   Ve
subsitusikana danb 
Vt
2.1  10 5
I
 1.25  10 7
Vt
I
1
12
3


2

 Ve  I  2 t 100   2 50t 50  4.167  10 5 t 
1.46  10 t
7
maka  e   35mm
4.167  10 5 t

6. Suatu balok baja memiliki penampang seperti pada gambar disamping. Hitunglah
jarak posisi pusat geseran (e) dari titik perpotongan antara sumbu simetri horizontal
dan tengah-tengah penampang balok.

20 mm

15 mm

e 25 mm

25 mm
V
15 mm
t

166
[Balok Elastis Khusus]

Jawab:

AB 2  15 2  20 2  AB  25mm
15
sin      36.87 0
25
V
It 
1  yda

 1   25  25  u sin 36.87tdu


V u y
It u 0
 1  40  0.6u tdu  40u  02.6 u 2
V u y
It u 0
V
I
 
y
0

V
I

40 y  0.3 y 2 

y  25
V1   tdy
y 0

V1  
y  25

y 0
V
I

40 y  0.3 y 2 tdy 
V 1
Vt
I

40
2 y 2  03.3 y 3  25
0
 10937.5
Vt
I

M0  0
Ve  2V1 cos 36.87 25
 
Ve  210937.5  0.8 25  e  437500
Vt t
 I  I

 bh 3 
I     Ad 2 
 12 
I  t 50   2  25  25  u sin 36.87 tdu
1 3 u  25 2

12 u  0

25  15  0.6u 2 du
u  25
I  10416.7t  2t 
u 0

40  0.6u 2 du
u  25
I  10416.7t  2t 
u 0


I  10416.7t  2t 1600u  482 u 2  0.336 u 3 
25
0

I  10416.7t  53750t  64166.7t

167
[Balok Elastis Khusus]

t 437500t
e  437500   6.82mm
I 64166.7t

7. Carilah pusat geseran pada gambar di bawah ini.

Jawab:

V y
  50   yt
It  2
Vt
25
 y2  1.3  10 4 Vt
V1 
I 0 
 50 y  
2 
dy 
I


V
937.5  25 xt 
It
25
V2 
Vt
 937.5  25 x dx  3.125  10 4 Vt
I 0 I
9.125  10 5 t
e  dim ana
I
1
12
3
 2

I  t 100  2 25t 25  11.46  10 4 tmm 4  sehingga

9.125  10 5 t
e  7.96mm
11.46  10 4 t

168
[Balok Elastis Khusus]

8. Hitunglah pusat geseran (e) pada balok berpenampang kanal di bawah ini.

c
V

It  yda
yo
Jarak dari centroid: h/2 Luas: xt

Jawab:

Tegangan geser pada A-B:


V
 (h / 2) xt
It
x b b b
Vt Vth 1
V1    tdx   (h / 2) xtdx   2 xdx
x 0
I 0
I 0

V1 
Vth
I
x
1
4
2 b
0

Vb 2 th
4I

Karena simetri, gaya-gaya pada bagian bawah juga sama besar.


Jumlah momen dari gaya-gaya ini terhadap sembarang titik = momen
dari resultan V terhadap titik yang sama.

2V1 ( 12 h)  Ve
Vth 2 b 2 b 2 h 2t
 Ve  e 
4I 4I

1 3
I th  2bt (h / 2) 2  th 3 / 12  bth 2 / 2
12
b 2 h 2t b
Jadi, e  
 
4 th / 12  bth / 2 2  h / 3b
3 2

169
[Balok Elastis Khusus]

9. Pada gambar diketahui:

Dimensi 127 x 127 x 22.2

Iy = Iz = 7.41 x 10-6 m4 dan Iyz = -4.201 x 10-6 m4

My = 0, Mz = 10 kN

Tentukan sudut inklinasi sumbu netral dan tegangan lentur di titik A

Jawab:

tan  

0  M z  4.201  10 6 m 4 
 0.567
 
M z 7.41  10 6 m 4  0
  29.5 o

Koordinat titik A: y = z = -39.9 mm


10.000Nm7.4110 m   00.0399  0  10.000Nm 4.20110
6 4 6

m 4  0.0399
7.4110 m 7.4110 m    4.20110 m 
6 4 6 4 6 4 2

  124MPa

170
[Balok Elastis Khusus]

Latihan Soal

1. Balok kayu seperti terlihat pada Gambar di bawah ini terbuat dari empat lembar
papan yang dipaku kuat. Hitunglah momen inersia dan tegangan geser satuan
pada sumbu netral (maksimum) yang disebabkan oleh tegangan geser
transversal total V sebesar 5 kN.

2. Balok yang diperlihatkan pada Gambar di bawah ini terbuat dari tiga papan yang
diikat bersama membentuk ikatan tunggal. Hitunglah momen inersia seluruh
penampang dan tegangan geser satuan pada bidang AA dan pada bidang
sumbu netral yang disebabkan oleh gaya geser total V sebesar 2.5 kN.

3. Suatu balok baja memiliki penampang seperti pada gambar disamping.


Hitunglah jarak posisi pusat geseran (e) dari titik perpotongan antara sumbu
simetri horizontal dan tengah-tengah penampang balok.

171
[Balok Elastis Khusus]

4. Carilah pusat geseran pada Gambar berikut!

5. Carilah pusat regangan pada gambar berikut ini!

Galilah air sebelum Anda kehausan.


Sedia payung sebelum hujan.
(Peribahasa)

172
[Metode Energi Regangan]

XIII. METODE ENERGI REGANGAN

13.1. Konsep Energi Regangan

Konsep energi regangan dijelaskan sebelumnya pada bab batang yang


terkena beban normal dan puntir. Konsep-konsep tersebut akan dipakai pada
lenturan balok. Hanya balok yang mempunyai sifat elastis linier akan dibahas,
sehingga, material harus mengikuti hukum Hooke dan lendutan serta rotasi harus
kecil. Ketika suatu batang dibebani, panjangnya bertambah secara berangsur-
angsur sehingga pada akhirnya tercapai suatu harga pemanjangan maksimum.

13.2. Energi Regangan untuk Batang Lurus yang Dikenai


Gaya Tarik P

Gambar 13.1. Balok Dikenai Gaya Tarik

173
[Metode Energi Regangan]

P2L 2
L P dx
U atau U  
2 AE 0 2 AE

Dimana, U = Energi regangan (Nm)


L = Panjang batang (m)
A = Luas penampang batang (m2)
P = Gaya (N)
E = Modulus young (N/m2)

13.3. Energi Regangan untuk Batang Melingkar

T 2L 2
L T dx
U atau U  
2GJ 0 2GJ

Dimana, T = Torsi (Nm)


G = Modulus geser (N/m2)
J = Momen inersia kutub (m4)

13.4. Energi Regangan untuk Batang yang Dikenai


Momen Lentur

M 2L L M 2 dx
U
2 EI
atau U  
0 2 EI

174
[Metode Energi Regangan]

Dimana, M = Momenlentur
I = Momenareakedua

Persamaan di atas dipakai apabila momen lenturnya diketahui. Bila momen


lentur M bervariasi sepanjang balok, maka bisa mendapatkan energi regangan
dengan menggunakan persamaan di atas yang kedua pada elemen balok dan
mengintegrasi untuk seluruh panjangnya.

13.5. Teori Castigliano

Defleksi di bawah titik gaya P dapat dicari dengan teorema


Castigliano. Pada bahan 3 dimensi yang mendapatkan gaya P1, P2,…Pn.

P1 P
U 1  2  2  ...  ...
2 2
U
sehingga   n 
Pn
Karena

M 2 dx
U  M M
dx
2 EI jadi  P

U Mdx EI

M EI

175
[Metode Energi Regangan]

Contoh-Contoh Soal Dan Pembahasannya

1. Carilah defleksi yang terjadi pada balok karena gaya yang diberikan
seperti gambar berikut menggunakan teori Castigliano.

x P

L
Jawab:
M
M  Px  x 
P

Px 2 dx   P 2 x 3   P 2 L3
L L L
M 2 dx
U    
0
2 EI 2
2 EI  6 EI  0 6 EI

Menurut teori Castigliano


M
M dx
U
L
P
P 0
 
EI
M
M  Px  x 
P
Px xdx   Px 3 
L L
PL3
sehingga       
0
EI  3EI  0 3EI

2. Sebuah cincin tipis seperti gambar, mendapat gaya yang berlawanan arah pada
A dan B, carilah momen lentur dan pertambahan diameter cincin.

176
[Metode Energi Regangan]

Jawab:
Berdasarkan teori Castigliano pada bagian (0 /2) didapatkan rumus:

M  M A 
P
R  R cos   dengan M  1
2 M A

Rotasi sudut 0o pada A didapatkan :


M  
 M A  2 R  R cos   1Rd
P
 /2 M Rd  / 2
M A
0 
0
EI
 
0
EI
PR   2 PR   2 PR
MA  M   1  cos  
2  2  2
M R   2 R
  1  cos  
P 2  2

Maka pertambahan diameter CD adalah:


 PR   2 PR  R   2 R 
U
 /2  2   2 1  cos    2   2 1  cos   Rd

P
4 
0
EI
PR 3  2  8 PR 3
  0.149
EI 4 EI

3. Sebuah poros pejal berbentuk tirus dengan nilai-nilai a = 20 mm, b = 30 mm,


panjangnya 2 m menahan beban torsi sebesar 2 kNm. Bila G = 100 GN/m2,
berapa sudut puntir sepanjang poros tersebut. (a dan b adalah jari-jari kedua
ujung poros tersebut).

177
[Metode Energi Regangan]

Diketahui:
A = 20 mm G = 100 GN/m2
B = 30 mm T = 2 kNm
L=2m
Ditanya: 
Jawab:

J 
D 4  rx  a 
b  a  x
32
L

J r4 
 b  a  x  4

32 a  
2 L 
T T
d  dx  dx
GJ 
G 2 a 
 b  a  x  4


 L 
L L
T 2T dx
 
G 0 
dx 

G 2  a 
b  a  x  4
b  a  x  4
 a  
0

 L   L 
Misal :
 b  a  x   u
a  
 L 
du b  a L
  dx  du
dx L ba
L
 2T  L  1 3 
L
2T L
 
G 0
u 4
ba
du     3u 
 G  b  a  0
L
 
 
2TL  1   2TL 1 1
    3   0.075rad
3G b  a    b  a  x  
3
3G b  a   b 3
a 
 a  
  L   0

178
[Metode Energi Regangan]

4. Kerucut pejal dengan penampang lingkaran tergantung secara vertikal (bagian


lancip di bawah) terkena beban beratnya sendiri, memiliki tinggi 2 m, diameter 1
m dan berat jenis 104 N/m3. Tentukan energi regangan yang tersimpan di dalam
benda tersebut. E = 250 GN/m2.

D=1m

L=2m

Diketahui:
D=1m L=2m
4 3
 = 10 N/m E = 250 GN/m2

Ditanya: U
Jawab:

 Perubahan diameter
x D xD
  D 
L D L
 Luas dasar

x
2

A   D
4L 
 Berat kerucut

179
[Metode Energi Regangan]

2
x 
P  Q  13 4  D  x
L 
P
1
Q
2
 x 
2

Q  13 14  D  x  dx
P dx 
2
L  
dU  
2 AE  x   2

2  4  D  E 
  L  
4
x  2 2
L      D x 
1 2  2
3 4
U  L 
0   x 2 
2 4  D  E 
  L  
L 1 
x 2 D 2 / L2 x 2  2
U   18 4 dx
0
E
D 2  2 L
 2 D 2 L3
U  x dx   2.79  10 5 Nm
4

72 EL2 0
360 E

5. Tentukan defleksi yang terjadi dari soal no. 4


Jawab:
P2
U  dU
2 AE
P P
2P dx L P dx
U Q Q
L

Q 0
  
AE 0
AE
 x 
2

Q  13 4  D  x 1dx
 L  
  Q 0
AE
1   x 2 
  D  x  dx
L 3 4 L
   

0   x  2

 4  D E
  L  
  L2
 
L

3E 
L
 xdx  1
2 x2 0
  2.67  10 8 m
0
3E 6E

180
[Metode Energi Regangan]

6. Tentukan energi regangan dalam sebuah batang prismatik yang salah satu
ujungnya digantung, jika disamping beratnya sendiri, ia menyangga pula sebuah
beban W pada ujung bawahnya.
Jawab:
Gaya aksial P yang bekerja:
P  AL  x   W

U 
L
P 2 dx

AL  x   W  dx
L 2

0
2 EA 0 2 EA

 2 AL3 W 2L WL2
U  
6E 2E 2 EA

7. Sebuah batang bundar AB yang salah satu ujungnya dijepit sedangkan yang
lainnya bebas, dibebani sebuah momen puntir yang tersebar dalam intensitas
konstan q per panjang satuan yang arahnya adalah sepanjang sumbu batang.
Hitunglah energi regangan untuk harga-harga numerik berikut: L = 8 m, J =
120 x 10-6 m4, q = 5 kNm/m dan G = 78 GPa.

Jawab:
Momen puntir T yang bekerja pada jarak x
dari ujung batang yang bebas: T = qx
L L
T 2 dx
 qx  dx
1
U  
2

0
2GJ 2GJ 0

U
q L 2

5 8
3 2
 228 Nm
3

6GJ 678 120  10 6  


181
[Metode Energi Regangan]

8. Tentukan energi regangan elastis yang disebabkan oleh lenturan pada balok
berpenampang siku empat yang dibebani secara merata sederhana.

Jawab:

Mx 
wx
L  x 
2
L 2 L
M x dx 1
U   
2
M x dx
0
2 EI 2 EI 0

 
L
1 w2 x 2 2
U 0 4 L  2 Lx  x dx
2

2 EI

 L x 
L
w2
U 2 2
 2 Lx3  x 4 dx
8 EI 0

w2 L5  1 1 1 
L

8 EI 0  3 2 5 
U    

U
w2 L5  wL2 h  162 bh
   12 L
2


 
 maks2  8
3

 AL 
8  30 EI  16 I  h 2
8  30 E 2 E  45 

9. Suatu batang kantilever panjangnya 4 m dibebani oleh sebuah momen besar Mo


= 30 kNm pada ujung kantilever tersebut. Gunakan E = 200 GN/m2 dan I=
-6 4
25 x 10 mm .
a) Tentukan besarnya energi regangan
b) Dengan menggunakan teorema Castigliano, tentukan besarnya
lendutan pada ujung kantilever

Q
Diketahui: L = 4 m
Mo = 30 kNm
E = 200 GN/m2 4m Mo
-6 4
I = 25 x 10 mm
Ditanya: a) U b) 

182
[Metode Energi Regangan]

Jawab:
a. Besar energi regangan
L
M o dx  M o x 
L L 2 2
M 2 dx
U 
2 EI 0 2 EI
  
0  2 EI  0
M L
U o 
30  10 3 4
2
 
2

 360 Nm
2 EI 
2 200  10 9 25  10 6 
b. Besar lendutan pada ujung kantilever
dU dU dM
 
dQ dM dQ
M  Qx  M o
M
x
Q
M
M dx L
L
Q Qx  M o xdx
 
0
EI 0
EI
Gunakan  Q  0


M o xdx  M o x 2 
L

L
M o L2 30  10 3 4 2  
    48mm
0
EI  2 EI  0 2 EI 
2 200  10 9 25  10 6  
10. Suatu kantilever tersusun dari dua bahan yang berbeda jenis dan ukurannya.
Bahan pertama adalah baja panjangnya 2 m mempunyai modulus elastisitas E
= 200 GPa dan momen inersia I = 50 x 10 6 mm4. Sedangkan bahan kedua
adalah besi tuang yang panjangnya 1 m, mempunyai E = 150 GPa dan I = 80 x
106 mm4. P

1m 2m
Tentukan:
a) Besarnya energi regangan yang tersimpan
b) Besarnya defleksi pada ujung kantilever
(gunakan teorema Castigliano)

183
[Metode Energi Regangan]

Diketahui: P = 20 kN
E1 = 150 Gpa E2 = 200 GPa
I1 = 80 x 106mm4 I2 = 50 x 106mm4
Ditanya: a) U
b) 
Jawab:

a. Besarnya energi regangan

U 
L
M 2 dx

Px  dx  Px  dx
2 2 3 2

0
2 EI 0
2 E 2 I 2 2 2 E1 I 1
2 3
P 2 x 2 dx P 2 x 2 dx
U 
2 E 2 I 2 2 2 E1 I 1

0
2 3
 P 2 x 3 dx   P 2 x 3 dx 
U     
 6 E 2 I 2  0  6 E1 I 1  2
8P 2 27 P 2 8P 2
U    13.3  37.5  11.1  39.7 Nm
6 E 2 I 2 6 E1 I 1 6 E1 I 1

b. Besar defleksi pada ujung kantilever


2 3
Px 2 dx Px 2 dx
 
0
E 2 I 2 2 E1 I 1
2 3
 Px 3   Px 3 
    
 3E 2 I 2  0  3E1 I 1  2
8P 27 P 8P
    2.7  10 3  7.5  10 3  2.2  10 3  8mm
3E 2 I 2 3E1 I 1 3E1 I 1

11. Carilah defleksi yang terjadi karena gaya yang diberikan seperti gambar berikut
dengan menggunakan teori Castigliano.

184
[Metode Energi Regangan]

Jawab:
L
M 2 dx
U 
0
2 EI
L/2
Px 2 dx  L Px 2 dx
U 0 2EI 1 0 2E 2I1 

Menurut teori Castigliano


M
M dx
U M
L
P
 
P
 
0
EI
 M  Px  x 
P
sehingga
L/2
Px xdx L
Px xdx 9 PL3
   0
EI 1
 
L/2
E 2 I 1 

48 EI 1

12. Bandingkanlah energi regangan pada ketiga batang seperti gambar berikut
nilai P = 150 MPa.

185
[Metode Energi Regangan]

Jawab:

U
 A 2 L  A 2 L
2 AE 2E
Untuk batang pertama:

1000150 5  10 3  122.5
2
U1   MNm
2E 2E
Untuk batang kedua:

U2 
1000752 2.5  10 3   5001502 2.5  103   42.2 MNm
2E 2E 2E
Untuk batang ketiga:

500150 5  10 3  56.25
2
U3   MNm
2E 2E
maka perbandingan energi regangannya adalah 8 : 3 : 4

13. Baja memiliki G = 80 GN/m2 memiliki torsi sebesar 5 kN, torsi pada sambungan
adalah sebesar 8 kN dan bekerja berlawanan arah, carilah total energi
regangan dalamnya.

Jawab:
Untuk bagian bawah:

  754
J D 
4
 3.1  10 6 mm 4
32 32

186
[Metode Energi Regangan]

Untuk bagian atas:

  1004
J D4   9.81  10 6 mm 4
32 32

Maka didapatkan energi regangan sebesar:

T 2L T 2L
U 
2GJ1 2GJ 2

U
50003 1  10 3 10 3 2  30003 1  10 3 10 3 2
 
2 80  10 3 3.1  10 6   
2 80  10 3 9.81  10 6   56.1kNm

187
[Metode Energi Regangan]

Latihan Soal

1. Buktikan bahwa energi regangan elastis yang disebabkan oleh lenturan untuk
balok siku empat yang dibebani secara merata sederhana adalah (σ2maks/2E)
(8/45 AL) dimana σmaks adalah tegangan lentur maksimum, A adalah luas
penampang sedang L merupakan panjang balok.

2. Dengan menggunakan teorema Castigliano, tentukanlah defleksi titik tangkap


gaya P pada balok yang penampangnya berukuran diameter 50 mm dan 30 mm
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
P

1m 2m

3. Dengan menggunakan teorema castigliano, tentukanlah persamaan defleksi


maksimum untuk sebuah balok sederhana yang dibebani secara merata yang
mempunyai EI yang konstan, dalam bentuk-bentuk w, L, dan EI.

4. Suatu batang kantilever panjangnya 3 m dan ukuran penampangnya 50 × 30


mm dibebani oleh sebuah momen besar Mo = 35 kNm pada ujung kantilever
tersebut. Gunakan E = 200 GN/m2
a) Tentukan besarnya energi regangan
b) Dengan menggunakan teorema Castigliano, tentukan besarnya
lendutan pada ujung kantilever

3m Mo

188
[Metode Energi Regangan]

5. Batas elastik suatu baja tertentu 250 GN/m2 dan modulus elastisitasnya E sama
dengan 200 GN/m2. Berapakah besarnya energi mampu kembali yang dapat
disimpan pada setiap kubik bahan tersebut?

Kerjakan untuk duniamu seperti akan


hidup abadi, kerjakan untuk akheratmu
seakan-akan besok pagi akan mati.
(Sahabat Ali RA)

189

Anda mungkin juga menyukai