BUCKLING
2.1 PENDAHULUAN
Perristiwa Buckling merupakan peristiwa terjadi nya Defleksi pada batang
langsung ( plat tipis ) yang mendapatkan tekanan aksial. Batang plat tipis adalah batang
yang mempunyai perbandingan panjang dan jari- jari girasi penampang yang besar [1].
Dari mekanika bahan kita tahu bahwa hanya kolom yang sangat pendek dapat
dibebani hngga tegangan lelehnya; keadaan yang umum adalah tekuk (buckling), atau
lenturan mendadak akibat ketidakstabilan, terjadi sebelum kekuatan bahan batang
sepenuhnya tercapai. Jadi, pengetahuan tentang kestabilan batang tekan perlu bagi
mereka yang merencanakan struktur baja [3].
Dalam prakteknya, buckling ditandai oleh kegagalan secara tiba-tiba pada
structural dalam material karena adanya tegangan yang tinggi, dimana tegangan aktual
lebih kecil dibandingkan tegangan maksimum dari material tersebut [4].
dan lebih kecil dari tegangan ijin dari material yang telah ditentukan, dan
jika deformasi ditentukan berdasarkan spesifikasi maka kesimpulan kita
Namun demikian, ada kemungkinan lain yang dapat terjadi, ketika kolom
dibebani kolom akan melengkung (bukle) sehingga tidak lurus seperti sediakala.
Gambar 2.2 a-b menunjukkan kolom yang melengkung akibat diberi beban. Untuk
memahami masalah stabilitas maka kita harus menggunakan sebuah pemodelan
sederhana. Model ini terdiri dari dua batang kokoh AC dan BC yang dihubungkan di C
dengan menggunakan sambungan engsel dan pegas puntir dengan konstanta K (gambar
2.1 a). Jika kedua batang dan kedua gaya P dan P’ diatas sedemikian rupa sehingga
berada pada satu garis, maka struktur akan berada pada posisi kesetimbangan seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1 a selama kondisi ini tidak terganggu. Tetapi jika kita
menggeser titik C sedikit saja kekanan maka kondisi kesetimbangan tadi akan berubah
Untuk menentukan apakah sistem stabil atau tidak stabil, perhatikan gambar 2.2
Jika gaya bekerja pada batang Ab, gaya ini terdiri dari dua buah kopel yang dibentuk
oleh gaya P dan P’ dari momen P(L/2) sin yang menyebabkan batang cenderung
yang pertama maka sistem dapat dikatakan stabil, artinya sistem cenderung untuk
kembali pada posisi kesetimbangan. Tetapi jika momen dari kopel yang kedua lebih
besar maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu sistem cenderung untuk menjauhi
posisi kesetimbangan awal.
a b
Atau selama
Sangat jelas bahwa sistem akan stabil jika P < Pcr dimana beban lebih kecil
dibandingkan dengan beban kritis, dan tidak stabil jika P >Pcr.
a. Rol
Tumpuan yag arah gaya reaksinya dikerahui, tetapi besarnya tidak diketahui,
tumpuan ini sifatnya hanya bisa menahan gera translasi benda yang ditumpunya dalam
arah tertentu,tetapi mutlak tidak bisa menahan gerak rotasi benda yang ditumpunya
dalam segala arah sumbu benda. Misalnya pada: tumpuan roller.
b. Engsel
Tumpuan yang arah dan besar reaksi tidak diketahui, tumpuan ini sifatnya dapat
menahan gerak translasi benda yang tumpunya dalam segala arah, tetapi tidak dapat
menahan gerak rotasi benda dalam arah sumbu yang tertentu dari benda yang
ditumpunya. Misalnya tumpuan engsel.
Gambar 2.4 Tumpuan Engsel [7].
c. Jepit
Tumpuan yang arah besar gaya reaksinya tidak diketahui, serta dapat menahan
momen atau kopel dalam segala arah . Tumpuan ini sifatnya kokoh sempurna, artinya
da[at menahan gaya translasi dan rotasi dalam segala arah dari benda yang ditumpunya.
Misalnya Tumpuan jepit (fixed)
Gambar 2.5 Tumpuan Jepit [7].
2.2.4 Persamaan Euler Untuk Kolom
Jika kita ingin menentukan beban kritis (Pcr) pada sebuah kolom, maka
pendekatan yang kita gunankan adalah menentukan kemungkinan konfigurasi beban
dari kolom. Karena kolom dapat diasumsikan sebagai sebuah balok yang ditempatkan
pada posisi vertikal dan dibebani dengan beban aksial maka pendekatan yang kita
gunakanpun adalah pendekatan dalam menganalisa balok. Anggaplah kolom
mempunyai panjang L yang segaris dengan sumbu vertikal, x adalah jarak dari ujung A
sampai suatu titik di Q dari kurva elastisnya dan y adalah defleksi pada titik tersebut
seperti terlihat pada gambar 2.3.
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Persamaan di atas merupakan diferensial homogen orde dua. Jika kita
melakukan manipulasi,
(2.5)
Maka kita akan memperoleh
(2.6)
Persamaan diatas merupakan persamaan gerak harmonis sederhana dengan
variabelnya adalah x, sehingga solusi umum untuk persamaan di atas adalah
y = Asin px + Bcos px (7) (2.7)
Dengan memasukan syarat batas yang telah ditentukan sebelumnya maka kita
dapat menemukan solusinya.
Untuk y=0, x=0
y(0) = 0 = Asin p(0) + Bcos p(0) sehingga B=0
Untuk y=0, x=L
y(L) = 0 = Asin p(L) + Bcos p(L)
0 = Asin pL
Persamaan diatas dapat dipenuhi jika A = 0 atau sin pL = 0. Untuk kondisi yang
pertama jika terpenuhi maka y = 0 dan itu berarti kolom tetap lurus, untuk kondisi yang
kedua kita memerlukan p.L = n.π, jika kita kembalikan lagi pada persamaan 5 maka
(2.8)
karena Pcr adalah beban terkecil yang menyebabkan kolom melengkung maka n diambil
1 sehingga,
(2.9)
dengan I adalah momen inersia penampang terkecil dan Le adalah panjang kolom
efektif. Persamaan (2.8) juga dikenal sebagai persamaan Euler (Leonard Euler 1707-
1783). Persamaan diatas merupakan persamaan dasar yang digunakan untuk
menghitung beban kritis (Pcr) untuk kombinasi tumpuan yang berbeda dengan
mengganti Le dengan nilai tertentu seperti terlihat pada gambar 2.4.
(2.10)
(2.11)
3. Paku Bumi
Paku bumi pada kontruksi paku yang bertekanan besar akan menyebabkan
permukaan tanah tersebut akan saling menekan dan terjadilah buckling saat itu tidak
kuat menahan beban tekanan yang terjadi pada saat aku di tancabkan ke tanah.
5. Spi
Fungsi untuk merubah tumpuan engsel menjadi tumpuan jepit
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Tabel 2.3 Data Percobaan 1 spesimen 2 (jepit-pin)
Tekanan Xo = 20 Xt
No (kg/mm2) (mm) (mm)
19 1
18.5 1.5
1 2
18.5 1.5
18.5 1.5
Rata-rata 18.6 1.3
16 4
15 5
2 3
15.5 4.5
16 4
Rata-rata 15.6 4.3
10 10
10 10
3 4
9.5 10.5
10 10
Rata-rata 9.875 10.125
2.6 PERHITUNGAN
2.6.1 Analisa Data Pcr Aktual
Merupakan hubungan antar beban yang diberikan pada sistem hidrolik dan
tekanan yang dihasilkan, yaitu :
Y = 4,2408x + 1,6
Dimana :
Y = Beban yang diberikan pada sisitem hidrolik (Kgf)
X = Tekanan yang dihasilkan sistem hidrolik (Kgf/mm 2)
Spesimen 1
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Modulus elastisitas kuningan : 9728,09 (kgf/mm 2)
Spesimen 2
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Modulus elastisitas kuningan : 9728,09 (kgf/mm 2)
Y = 4,2408(3) + 1,6
Y = 14,32 Kgf
Y = 4,2408(4) + 1,6
Y = 18,56 Kgf
Y = 4,2408(3) + 1,6
Y = 14,32 Kgf
Y = 4,2408(4) + 1,6
Y = 18,56 Kgf
Spesimen 1
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Modulus elastisitas kuningan : 9728,09 (kgf/mm 2)
Spesimen 2
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Modulus elastisitas kuningan : 9728,09 (kgf/mm 2)
2.7 PEMBAHASAN
2.7.1 Pembahasan Pcr Aktual dan Teoritis
Pembahasan Pcr aktual dan Pcr teoritis pada specimen 1
Dari perhitungan Pcr aktual pada tabel 2.5 untuk spesimen 1 untuk perlakuan
tumpuan pin-jepit dan tumpuan pin-pin didapatkan hasil yang serupa yaitu pada tekanan
2 kg/mm2 Pcr aktualnya adalah 10.08 kgf, tekanan 3 kg/mm 2 Pcr aktualnya adalah 14.32
kgf, dan pada tekanan 4 kg/mm2 Pcr aktualnya adalah 18.56 kgf. Dan dari perhitungan
data tabel 2.6 Pcr teoritis untuk perlakuan tumpuan pin-jepit yaitu didapatkan pada
tekanan 2 kg/mm2 nilai Pcr teoritisnya adalah 13,99 kgf, pada tekanan 3 kg/mm 2 Pcr
teoritisnya adalah 19,05 kgf, dan pada tekanan 4 kg/mm 2 Pcr teoritisnya adalah 1,86
kgf. Sedangkan untuk tumpuan pin-pin dari perhitungan data tabel 2.7 Pcr teoritisnya
didapatkan pada tekanan 2 kg/mm2 nilai Pcr teoritisnya adalah 25,36 kgf, pada tekanan 3
kg/mm2 Pcr teoritisnya adalah 13,23 kgf, dan pada tekanan 4 kg/mm 2 Pcr teoritisnya
adalah 6,49 kgf.
Dari hasil diatas di atas didapatkan bahwa Pcr aktual yang didapat tidak sesuai
dengan Pcr teoritis yang didapatkan dari hasil perhitungan. Pada Pcr teoritis untuk
tumpuan jepit-pin memiliki perbedaan nilai yang sangat besar hal ini dikarenakan
pemasangan dan mekanisme tumpuan yang kurang bekerja dengan maksimal pada saat
melakukan pengujian buckling. Pada Pcr teoritis untuk tumpuan pin-pin juga memiliki
perbedaan nilai yang sangat besar hal ini dikarenakan pemasangan dan mekanisme
tumpuan yang kurang bekerja dengan maksimal pada saat melakukan pengujian
buckling.
Gambar 2.18 Grafik perbandingan Pcr teoritis dengan Pcr aktual percobaan spesimen 1
Dari grafik di atas didapatkan bahwa Pcr aktual yang didapat hasil pengujian
tidak sesuai dengan Pcr teoritis yang didapatkan dari hasil perhitungan. Pada Pcr teoritis
nilai Pcr teoritis semakin tinggi bila pada spesimen uji di tumpu dengan tumpuan jepit.
Pada percobaan dengan tumpuan engsel-engsel sudah terlihat hampir menyerupai dari
Pcr teoritis, hal ini dikarenakan pemasangan dan mekanisme tumpuan yang kurang
bekerja dengan maksimal. Pada percobaan engsel jepit, terlihat perbedaan yang semakin
besar dari Pcr teoritis. Hal ini disebabkan oleh spesimen yang telah digunakan pada
percobaan engsel-engsel sehingga semakin mudah melengkung. Dan pada percobaan
jepit-jepit sangat jauh berbeda dari perbedaan bahkan lebih kecil dari percobaan engsel-
jepit karena spesimen uji telah digunakan berkali-kali pada percobaan engsel-engsel dan
engsel jepit.
2.8.2 Saran
1. Dalam melakukan pengujian, praktikan harus teliti dalam membaca skala agar tidak
terjadi kesalahan.
2. Dalam pengujian hendaknya kita mempelajari modul terlebih dahulu sebelum
melakukan pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/169635887/TUGAS-PENDAHULUAN-MEKTER
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 22.00 wib.
2. Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar Mekanik 2014.
3. http://.sumirinms.blogspot.com/2011/04/analisis-perilaku-nonlinear-
buckling.html
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 22.00 wib.
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Buckling
Diakses tanggal 2 Juni 2014 pukul 20.00 wib.
5. http://bucklingsopari.blogspot.com/
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 22.00 wib.
6. Beer, F.P, Johnston, E.R. JR, and Dewolf, J.T, Mechanics of Materials 5 th ed.
New York : Mc Graw-Hill inc.2006
7. eprints.undip.ac.id/27612/1/0189-ba-ft-2009.pdf
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 22.00 wib.
8. http://erulmesin09.blogspot.com/2012/11/percobaan-buckling.html
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 21.00 wib.
9. Laboratorium Fenomena Dasar Mekanis Universitas Diponegoro 2014.
10. http://black-flanker.blogspot.com/2011_02_01_archive.html
Diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 22.00 wib.