Disusun Oleh :
Anggota kelompok :
a) Lateral Buckling
b) Local Buckling
c) Torsional Buckling
We = W
Kondisi 2 :
W ≥ W lim
0,208
We=0,95 √ kE/ f 1− √ kE/ f ≤ W
W
Keterangan :
We : rasio lebar efektif elemen ( badan / sayap )
E : modulus elastisitas baja ringan ( 203000 Mpa )
f : nilai tegangan yang terjadi pada penampang (Mpa)
Fy : tegangan leleh penampang (MPa)
k : koefisien tekuk untuk elemen penampang tertekan ( 4 )
t : tebal elemen (mm)
W : rasio lebar elemen
Wlim : batas nilai rasio lebar
C. Efektifitas Elemen Pengaku
Untuk elemen tekan dengan beberapa elemen pengaku, baik itu yang
diperkuat di antara badan dengan dua atau lebih pengaku atau diperkuat di
antara badan dan tepi pengaku dengan satu atau lebih pengaku. Pengaku
dapat diabaikan jika nilai Is ≥ Ia, berikut ini formulasi berdasarkan CSA –
S136 – M89 :
h
[ ]
Ia=5 ht 3 4 −26 t 4 ≥18 t 4
t
4
h h h
3
Is=5 ht =
astiff[−0.7
astiff ( )] ( )
≥
50
Keterangan :
astiff : jarak antar pengaku (mm)
h : lebar elemen berpengaku (badan / sayap) (mm)
Ia : momen inersia elemen yang dianggap berpengaku (sayap/badan)
(mm 4)
Is : momen inersia elemen yang berpengaku penuh (mm 4)
t : tebal penampang (badan / sayap) (mm)
Keterangan :
Isf : momen inersia dari bagian luasan pengaku (mm 4)
p : panjang perimeter dari elemen beberapa pengaku antar badan
t : tebal elemen penampang (mm)
ts : asumsi tebal efektif elemen penampang akibat adanya elemen
wm : lebar antar badan atau dari badan sampai sisi pengaku (mm)
Keterangan :
Ae : luas efektif penampang (mm2 )
Aei : luas efektif elemen penampang (mm2)
beff : lebar efektif elemen penampang (mm)
teff : tebal efektif elemen penampang (mm)
F. Batang Tarik
Pada batang tarik kapasitas penampang hanya dipengaruhi oleh luas
penampang. Pada struktur atap, jika penyambungan antar batang
digunakan baut, maka luasan penampang harus diperhitungkan terhadap
perlemahan akibat lubang bautnya. Sehingga luasan penampang yang
dipakai adalah luasan penampang netto. Pada batang tarik dapat juga
terjadi lendutan, lendutan tersebut tidak berpengaruh secara sturktural,
karena batang tersebut sebenarnya aman. Namun dari segi non - sturktural
maupun stabilitas batang tersebut tidak memenuhi syarat service ability.
Agar struktur menjadi aman dan nyaman maka keseluruhan syarat tersebut
harus dipenuhi.
Propertis penampang yang diperhitungkan dalam desain batang tekan
adalah :
Kelangsingan batang tarik
Luas penampang netto
Kapasitas penampang tarik
G. Kelangsingan Batang Tarik
Inti dari perhitungan ini adalah untuk memberi batasan kelangsingan
batang. Batang yang terlalu langsing akan mudah mengalami lendutan
pada saat pemasangannya, begitu pula batang yang terlalu panjang juga
akan mengalami lendutan akibat berat sendirinya. Secara struktural
kelangsingan batang tidak berpengaruh secara struktural, karena kapasitas
penampang tarik hanya ditentukan oleh luas tampangnya. Kelangsingan
batang hanya berpengaruh pada stabilitas dan service abilitynya.
Keterangan :
A : luas penampang profil ( mm2)
e : nilai eksentrisitas terhadap pusat penampang (mm)
Fy : tegangan leleh penampang ( MPa )
Iy : inersia sumbu y ( mm3 )
St : modulus penampang tarik bruto ( mm3 )
Tr1 : kapasitas tarik pada kondisi leleh ( N )
xo : jarak titik berat penampang terhadap sumbu y (mm)
Φty : faktor tegangan leleh ( 0.9 )
2. Kondisi di mana penampang mencapai tegangan ultimate ( Fu ) Pada
saat penampang mencapai tegangan leleh, maka nilai kapasitas
dipengaruhi oleh luasan netto penampang ( An ). Formulasi perhitungan
kapasitas tekuk torsi berdasarkan CSA – S136 – M89 adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
An : luas netto penampang ( mm2)
D : diameter baut ( mm )
Fu : tegangan batas penampang ( MPa )
Iy : inersia penampang brutto arah y ( mm 4)
Iyn : inersia penampang bersih arah y ( mm 4 )
n : jumlah baut
Stn : modulus penampang tarik netto ( mm3 )
t : tebal plat ( mm )
Tr2 : kapasitas tarik pada kondisi ultimate ( N )
xo : jarak pusat berat penampang tegak lurus terhadap elemen
berlubang (mm)
Φtu : faktor tarik pada tegangan batas (0.75)
J. Buckling Stress (tegangan tekuk)
Buckling stress atau tegangan tekuk adalah ketidak stabilan yang
mengarah ke modus kegagalan. Secara teoritis, tegangan tekuk disebabkan
oleh bifurkasi dalam solusi untuk persamaan keseimbangan statis. Adapun
definisi lain mengenai tegangan tekuk adalah suatu proses dimana suatu
struktur tidak mampu mempertahankan bentuk aslinya. Konsekuensi
buckling pada dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi
lendutan besar sehingga akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk
atau buckling dapat terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling balok,
pelat dan cangkang.
Tegangan tekuk biasa terjadi bila ada kelebihan beban, contoh konkrit
yang biasa kita temui setiap hari seperti tegangan tekuk pada jembatan,
kulit logam pada konstruksi pesawat atau sayap dengan beban torsional
yang berlebihan. kelebihan beban mengingat gambar yang disebutkan, itu
jelas bahwa tekuk adalah hasil dari tindakan kompresi dan kemungkinan
secara keseluruhan torsi atau geser, seperti yang dibahas sebelumnya,
dapat menyebabkan tekuk.
Gambar 2.4 Tegangan Tekuk
K. Macam-macam tegangan tekuk :
1. Lentur tekuk
Jenis buckling dapat terjadi pada setiap anggota kompresi yang
mengalami defleksi yang disebabkan oleh pembengkokan atau lentur.
Lentur tekuk terjadi sekitar sumbu dengan rasio kelangsingan terbesar,
dan jari-jari terkecil rotasi.
2. Torsional buckling
Jenis tekuk hanya terjadi pada anggota kompresi yang ganda-simetris
dan memiliki sangat ramping cross-sectional elemen. Hal ini
disebabkan oleh balik tentang sumbu longitudinal. Torsi tekuk terjadi
terutama di bagian built-up, dan hampir tidak pernah di bagian
digulung.
3. Lentur torsional buckling
Jenis tekuk hanya terjadi pada anggota kompresi yang memiliki
penampang simetris dengan satu sumbu simetri. Lentur-torsi tekuk
adalah membungkuk simultan dan memutar dari anggota. Hal ini
terutama terjadi pada saluran, ter struktural, ganda-sudut bentuk, dan
sudut tunggal yang sama. Dua kategori kegagalan secara tiba-tiba
komponen mekanis:
kegagalan material dan
ketidak stabilan structural
Kegagalan benda
Kegagalan pada suatu pengujian
L. TEGANGAN TEKUK EULER
Untuk beban tekuk kritis dapat dihitung menggunakan rumus Euler:
Keterangan:
E = Modulus elastisitas bahan
I= Minimum momen inersia
L = panjang Didukung kolom (lihat gambar di bawah)
Perhatikan bahwa terlepas dari kondisi akhir, beban kritis tidak
tergantung pada kekuatan materi, melainkan kekakuan lentur, Ketahanan
tekuk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan momen inersia.
Ideal pinned, ia mempertahankan bentuknya dibelokkan setelah
penerapan beban kritis. Dalam sebagian besar aplikasi, beban kritis
biasanya dianggap sebagai beban maksimum yang berkelanjutan dengan
kolom. Secara teoritis, setiap modus buckling adalah mungkin, tetapi
kolom biasanya akan membelokkan ke mode pertama. Kolom A akan
tertekuk sewaktu P beban mencapai tingkat kritis, disebut beban kritis,
Pcr.
atau
Keterangan:
r = Radius rotasi
I = Momen inersia
A = Luas penampang
Jika rasio kekakuan> (lebih besar dari) rasio kekakuan kritis, maka
kolom diperlakukan sebagai kolom panjang dan rumus Euler buckling
berlaku.
Keterangan gambar:
1. Unit penyangga
2. Dial gauge
3. Penampang beban
4. Timbangan gantung
3.2. Prosedur Percobaan
1. Kendurkan ulir pembeban hingga batas minimum.
2. Pasang tumpuan yang akan digunakan pada posisinya dengan benar.
3. Pastikan bahwa landasan unit penyangga berada pada posisi datar
dengan menggunakan bantuan waterpass.
4. Pasang batang uji pada tumpua (bila menggunakan tumpuan jepit,
jangan dikencangkan dahulu).
5. Sesuaikan ketinggian batang pemberat horizontal dengan panjang
batang uji. Ini dilakukan dengan mengatur ketinggian posisi engsel
batang pemberat horizontal pada selongsong, di mana berat batang
pemberat horizontal ditopang oleh pegas di ujung barengsel dan beban
batang pemberat di ujung yang lain dan pada saat itu kedua batang uji
tepat pada penjepitnya. Gunakan waterpass untuk memastikan batang
pemberat horizontal berada pada posisi datar. Pada posisi ini gaya tekan
dipandang mendekati nol.’
6. Pasang tali dengan pemberat yang sesuai (150 gr untuk batang uji 450
mm, 300 gr untuk batang uji 500 mm, 600 mm, dan 750 mm) untuk
guide lendutan di tengah batang uji.
7. Pasang dial gauge pada posisi tengah batang uji, pastikan bahwa dial
gauge terpasang pada posisi segaris dengan tali pemberat.
8. Berikan gaya tekan dengan memutar ulir pembeban.
9. Kembalikan batang pemberat ke posisi horizontal dengan memutar ulir
pada selongsong, kemudian lakukan pengukuran dan pencatatan gaya
tekan dan lendutan yang terjadi.
10. Lakukan pengukuran untuk berbagai nilai gaya tekan.
11. Bila pembebanan sudah mendekati kondisi kritis batang uji, lepas dial
gauge dari tempatnya karena laju pertambahan lendutan akan sangat
besar dibanding laju pertambahan gaya tekannya.