Anda di halaman 1dari 19

280

BAB VIII
PASAK

8.1. MACAM-MACAM PASAK


Pasak adalah suatu elemen mesinyang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, kopling, pulley dan lain-lain pada suatu
poros.
Dalam hal ini pasak menjamin agar satu bagian tidak bergeser
terhadap bagian lainnya dan juga untuk meneruskan daya.

Pasak dapat dibagi menurut beban yang ditahannya :


1. Pasak memanjang dimana beban ditahan oleh bagian permukaan yang
memanjang.
2. Pasak melintang dimana beban ditahan oleh bagian permukaan yang
melintang
3. Pasak tangential disini beban yang bekerja pada arah tangetial.
4. Poros bintang yang merupakan suatu pasak memanjang yang terdiri dari
beberapa pasak pada suatu bagian.

Gambar 8.1. Macam-macam Pasak


281

8.2. PASAK MEMANJANG


Pasak memanjag dapat dibagi sebagai berikut :
1. Pasak datar

2. Pasak tirus.

3. Pasak kepala.

Pasak memanjang sebenarnya merupakan suatu baji berbentuk segi


empat yang mengikat suatu naaf pada poros dimana keduanya diberi alur
untuk meletakan pasak tersebut.

Gambar 8.2. Dudukan Pasak

8.2.1. PERHITUNGAN PASAK MEMANJANG


Pada umumnya pasak ukurannya telah dinormalisasikan sehingga di
dalam perhitungan selalu dikembalikan pada normalisasi tersebut tetapi
sebaiknya perlu juga diketahui cara menghitunga dimensi dari pasak tanpa
mengetahui ukuran dari normalisasi.
282

Pada gambar di sebelah kita lihat


pasak yang mengalami beban dimana
lebarnya adalah b, panjangnya L dan
tingginya adalah :

h = h 1 + h2
Gambar 8.3. Gaya-gaya Bekerja pada
Pasak Memanjang dimana : h1 = tinggi pada naaf
h2 = tinggi pada poros

Karena dalam hal ini terdapat 4 bilangan yang tidak diketahui, yaitu
h1, h2, b dan L maka kita memerlukan 3 persamaan lagi untuk menghitung
dimensi dari pasak tersebut.
Persamaan pertama kita dapatkan dengan mempelajari tegangan
permukaan antara poros dengan naafnya :

2 Mp
P 
d
P1  L  h 1
P
ρ   ρ bol
L  h1
P  L  h 1  ρ bol1

dimana : bol 1 = tegangan permukaan antara pasak dengan naaf


P = gaya yang timbul karena momen puntir

Persamaan kedua kita dapatkan dengan mempelajari tegangan


permukaan antara pasak dengan naaf seperti antara pasak dengan poros
sehingga kita mendapatkan :

P = L x h2 x bol 2

dimana : bol 2 = tegangan permukaan antara poros dengan pasak

Persamaan ketiga kita dapatkan dengan mempelajari tegangan geser yang


terjadi pada pasaknya sendiri :
P
τ   τ bol
b L
P  b  L  τ bol

dimana bol = tegangan geser yang diperbolehkan


283

Dengan ketiga persamaan tersebut dan tingginya pasak pada


permulaan pembahasan maka kita bisa mendapatkan dimensi dari pasak
tersebut.
Dengan mengubah noemalisasi maka hal diatas tidak perlu dilakukan
karena dimensi dari pasak dapat langsung diambil setelah diameter dari
poros diketahui sedangkan panjangnya dapat dicari dengan memerikasa
kekuatan geser dan tegangan permukaannya yang kemudian disesuaikan
dengan panjang yang terdapat pada daftar normalisasi.

Pada gambar 8.4 terlihat suatu poros


dengan pasak yang dibebani oleh suatu
momen puntir dimana gaya P adalah yang
bekerja pada pasak karena momen puntir
tersebut.

Gambar 8.4

Besarnya gaya P adalah :

N
M p  955.500 N cm 
n
2 MP
P
d
Dimana : d = diameter poros

Pada perhitungan pasak tegangan yang harus diperiksa adalah :


1. Tegangan geser yang terjadi pada pasak tersebut
2. Tegangan permukaan antara pasak dan poros serta antara pasak dan
naaf harus diperiksa

Tegangan geser yang terjadi pada pasak adalah sebagai berikut :


P
 
F2
P
   bol
bxL

Dimana bol = tegangan geser yang diperbolehkan dari pasak


284

Tegangan permukaan yang terjadi antara pasak dan bagian lainnya adalah
sebagai berikut :

P
 
F1
P
   bol
h
xL
2

Dimana ρbol 2 = tegangan permukaan yang diperbolehkan dari pasak

Sebenarnya kedua pemeriksaan harus juga dilakukan pada poros dan


naafnya sendiri tetapi karena bahan dari pasak biasanya diambil bahan yang
terlemah dari ketiga bagian tersebut maka bila pasak dapat menahan gaya
yang terjadi maka dengan sendirinya bagian lain yang bahan lebih kuat
dengan sendirinya dapat menahan gaya tersebut.
Alasan mengapa bahan pasak diambil dari bahan terlemah dari
ketiganya adalah karena bila terjadi kelebihan beban maka pasak ini akan
rusak terlebih dahulu, sedangkan bagian lainnya akan terhindar sehingga
dalam penggantian akan lebih mudah sedangkan sacara ekonomis adalah
yang termurah.

8.3. PASAK TANGENTIAL

Gambar 8.5. Pasak Tangential


285

Pasak tangential digunakan apabila gaya yang bekerja terdapat suatu


yumbukan dan apabila gayanya berubah-ubah arahnya.
Keuntungan dari konstruksi ini ialah tidak terdapatnya ruangan antara
pasak dan alurnya dimana pada umumnya memakai 2 buah pasak sehingga
perubahan arah gaya dapat diambil dengan aman.

8.3.1. PERHITUNGAN PASAK TANGENTIAL


Didalam perhitungan pasak tangential dilakukan seperti pada poros
bintang dimana momen punter yang dapat dibawa didasarkan persatuan
panjang.
Momen puntir yang terjadi :

N
Mp  955.500 N cm 
n

Momen puntir yang dapat dibawa :

d  bol
Mp  L x h x x
2 10

Dimana : L = Panjang pasak dalam mm


Ρbol = Tekanan bidang yang diperbolehkan dalam kg/cm²

Kita mendapatkan suatu rumus dimana :


Mp = M10

Jika : ρ = 1 MPa
L = 1 mm

Rumus tersebut seperti pada poros bintang kita bedakan dengan bahan dari
naaf dan porosnya.

Untuk naaf dan poros dari baja rumusnya adalah :


Mt = M10 x L

Untuk naaf dari besi tuang dan poros dari baja rumusnya adalah :

Mt = 0,8 x M10 x L
286

Tabel VIII.1. Daftar M10 dari Pasak Tangential dalam N cm/mm

Diameter d 60 70 80 90 100 110 120


poros
H 7 7 8 8 9 9 10
B 19,3 21,0 24,0 25,6 28,1 30,1 33,2
M10 2100 2450 3200 3600 4500 4950 6000
Diameter d 130 140 150 160 170 180 190
poros
H 10 11 11 12 12 12 14
B 34,6 37,7 39,1 42,1 43,5 44,9 49,6
M10 6500 7700 8250 9600 10200 10800 13300
Diameter d 200 210 220 230 240 250 260
poros
H 14 14 16 16 16 18 18
B 49,0 52,4 57,1 59,9 59,9 64,6 66,0
M10 14000 15700 17600 18400 19200 22500 23400

Tabel VIII.2. Daftar Tekanan Bidang yang diijinkan MPa

Bahan Bd 37 Bd 50 Bd 60 Bd 70 Bd.t B. Tuang


Pbol 65 88 105 120 55 45
Pbol : Bd 37 – Pt 14 = 7,5 – 12,5 MPa
Bd 50 – Pt 14 = 12,5 – 17,5 MPa

8.4. POROS BINTANG


Poros bintang merupakan pasak ganda yang menjadi satu dengan
porosnya dan banyak digunakan untuk menggerakkan suatu roda gigi
sepanjang arah axial pada porosnya.
Poros bintang ini digunakan apabila suatu pasak karena panjangnya
teratas tidak dapat menahan gaya yang bekerja padanya, sehingga dengan
memakai poros bintang maka gayanya terbagi atas pasak-pasak pada poros
tersebut.

8.4.1. PERHITUNGAN POROS BINTANG


Momen puntir yang timbul disini :

N
Mp  955.500 N cm 
n

Sedangkan momen puntir yang dapat dibawa oleh suatu poros bintang adalah

p
Mp  0,75 x i x h x rm x L x
10
287

Dimana : h = tingginya pasak


i = banyaknya pasak
L = panjangnya pasak
P = tekanan bidang

d1  d 2
rm =
4

Kita mendapatkan suatu rumus dimana :


Mp = M10

Dimana : p = 1 MPa
L = 1 mm

Pada poros bintang kita perlu membedakan momen punter yang dapat dibawa
oleh naaf dari bahan baja adalah :
Mt = 0,7 x M10 x L

Sedangkan momen puntir yang didapat dibawa oleh naaf dari bahan besi
tuang adalah :
Mp = (0,4 – 0,6) x M10 x L

Gambar 8.6. Poros Bintang


288

Tabel VIII.3. Daftar Poros Bintang menurut DIN 5462, DIN 5463 dan DIN 5464

DIN 5462 DIN 5463 DIN 5464


di d1 b M10 d1 b M10 d1 b M10
i i i
mm mm mm N cm/mm mm mm N cm/mm mm mm N cm/mm

11 - - - - 6 14 3 254 - - - -
13 - - - - 6 16 3,5 295 - - - -
16 - - - - 6 20 4 570 10 20 25 945
18 - - - - 6 22 5 630 10 23 3 1460
21 - - - - 6 25 5 725 10 26 3 1670
23 6 26 6 495 6 28 6 1090 10 29 4 2340
26 6 30 6 882 6 32 6 1440 10 32 4 2400
28 6 32 7 945 6 34 7 1540 10 35 4 3200
32 8 36 7 1220 8 38 7 2310 10 40 5 4320
36 8 40 7 1380 8 42 7 2580 10 45 5 5700
42 8 46 8 1590 8 48 8 2970 10 52 6 7060
46 8 50 9 1730 8 54 9 4500 10 56 7 7660
52 8 58 10 3300 8 60 10 5050 16 60 7 10100
56 8 62 10 3540 8 65 10 6350 16 65 7 12800
62 8 68 12 3900 10 72 12 8050 16 72 7 16200
72 10 78 12 5630 10 82 12 11550 16 82 7 18500
82 10 88 12 6380 10 92 12 13500 20 92 7 26100
92 10 98 14 7120 10 102 14 14550 20 102 7 29100
102 10 108 16 7900 10 112 16 16050 20 115 8 44800
112 10 120 18 13000 10 125 18 24500 20 125 9 49000

Tabel VIII.4. Daftar dari Poros Bintang menurut DIN 5471

d D b M10 d D b M10
mm mm mm N cm/mm mm mm mm N cm/mm

11 15 3 235 36 42 12 1170
13 17 4 270 42 48 12 1350
16 20 6 375 46 52 14 1470
18 22 6 420 52 60 14 2520
21 25 8 483 58 65 16 2310
24 28 8 545 62 70 16 2970
28 32 10 650 68 78 16 4370
32 38 10 105 - - - -
289

8.5. PASAK MELINTANG


Pasak melintang dipakai untuk mengikat sebuah batang pada bagian
lainnya seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8.7. Macam-macam Pemasangan Pasak Melintang

Pada umumnya pasak melintang ini berbentuk tirus untuk memudahkan


pemasangan.

Gambar 8.8. Pasak Melintang


290

8.5.1. PERHITUNGAN PASAK MELINTANG

Gambar 8.9. Gaya-gaya Bekerja pada Pasak Melintang

8.6. PEMERIKSAAN TERHADAP LENTURAN


Pada penampang I – I, momen lentur yang timbul dapat kita hitung dengan
rumus :
P d a P d
Ml    - 
2 2 2 2 4
P d a
Ml    
2 4 2
d a
Ml  P   
8 4

Karena : d + 2 a = L

d a L
Maka :  
8 4 8

Sehingga : P L
Ml 
8
M l = wl x 

Untuk pasak segi empat dimana lebarnya h, sejajar dengan beban yang
bekerja, maka momen tahanan terhadap lenturan :

b h2
wl 
6
291

Sehingga :

P L b h2
  σ
8 6
3 P L
σ   σ bol
4 b h2

Untuk penampang bulat, momen tahanan terhadap lenturan :


d3
wl 
10

Sehingga :

P  L d3
 σ
8 10
5 P L
σ  σ bol
4 d3

8.7. PEMERIKSAAN TERHADAP GESERAN


Geseran ini akan timbul pada penampang II – II, yang terdapat pada
dua buah penampang.
Untuk pasak berbentuk segi empat, maka luas penampang yang akan
mengalami geseran :
A = 2 x b x h

Sehingga tegangan geser yang timbul :


P
τ   τ bol
2bh

Untuk pasak bulat, maka luas penampang yang akan mengalami geseran
adalah :
π 2
A  2. d
4
π 2
A  d
2

Sehingga tegangan geser yang timbul


P
τ 2
 τ bol
π
2 d
292

8.8. PEMERIKSAAN TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN


Pemeriksaan terhadap tegangan permukaan dilakukan antara pasak
dengan plat penghubung dan antara pasak dengan batang tariknya.
Untuk pasak segi empat, luas permukaan antara pasak dengan plat
penghubung :
A = 2 x a b

Sehingga tegangan permukaan yang terjadi :


P
ρ  ρ bol
2a b
Sedangkan luas permukaan antara pasak bulat dengan batang tariknya :
A = d x b
Sehingga tegangan permukaan yang terjadi :

P
ρ   ρ bol
d b

Untuk pasak bulat, luas permukaan antara pasak denga pelat


penghubungnya :
A = 2 x a x d
Sehingga tegangan permukaan yang terjadi :
P
ρ   ρ bol
2 a d
Sedangkan luas permukaan antara pasak bulat dengan batang tariknya :
A = d x D
Sehingga tegangan permukaan yang terjadi :
P
ρ   ρ bol
d D
F1  π . d m . h
Ft1  z . π . d m . h

ρ  ρ bol
z . π . dm . h
F2  π . d k . h
Ft2  z . π . d k . h

τ 
Ft2

τ   τ bol
z . π . dk . h
293

CONTOH SOAL
Suatu poros harus memindahkan suatu momen puntir sebesar 4000 kg . cm
sedangkan diameter poros adalah 40 mm.
Bahan poros dan pasak diambil Bd. 50 dan bahan naaf adalha Bd. t.

Tentukan dimensi dari pasak dengan menggunakan normalisasi dan periksa


juga kekuatannya.

Jawab :
Dari lembaran normalisasi N 161 kita dapatkan untuk poros dengan diameter
40 mm :
b = 12 mm
h = 8 mm

Yang belum didapatkan adalah panjang spie yang perlu dihitung. Perhitungan
dari panjang spie didasarkan atas tegagan permukaan yang terlemah dari
ketiga bahan dan dalam contoh soal tegangan permukaan yang terlemah
terdapat pada bahan naaf yang terbuat dari besi tuang.

P
ρ 
h
L
2
M p  4000 kg cm
2 Mp
P 
d
2  4000
  2000 kg
4
ρ bol  550 kg/cm 2
2000
550 
0,8
L
2
2000
L   9 cm  90 mm
0,4  550

Dari lembaran normalisasi N 162 ternyata panjang pasak untuk diameter 40


mm tidak didapatkan sama dengan 90 mm dan yang terdekat adalah 100 mm
yang diambil sebagai panjang pasak.
294

Sehingga dimensi pasak sesuai dengan N 161 dan N 162 adalah :


h = 12 mm
b = 8 mm
L = 100 mm

Karena panjang pasak didapatkan dengan menggunakan tegangan


permukaan yang terlemah yaitu dari naafnya maka kita masih perlu
memeriksa pasaknya terhadap tegangan geser yang timbul padanya supaya
sambungan ini aman.

Tegangan geser yang timbul adalah :


P
τ
L b
2000
τ
10  1,2
τ  156 kg/cm 2
τ bol untuk Bd 50  350 kg/cm 2
τ  τ bol

Jadi bahan pasak cukup kuat.


295
296
297
298

Anda mungkin juga menyukai