Anda di halaman 1dari 36

ELEMEN MESIN

KOPLING dan REM

Dosen Pengampu:Yunisa Tri Suci, STP, M.SI


Disusun oleh :
Mart Abednego Malau
J1B119044

TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena Rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah kopling dan rem tepat pada waktunya,
dan rasa terima kasih pada semua pihak baik dosen maupun mahasiswa yang telah
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Elemen mesin merupakan mata kuliah prodi teknik pertanian, salah satu materinya
yang diberikan ialah kopling dan rem. Makalah kopling dan rem dirancang untuk digunakan
sebagai sarana dalam kegiatan belajar untuk mahasiswa prodi teknik pertanian untuk menjadi
seorang engineer yang ahli dalam bidangnya. Makalah ini memuat ringkasan teori dari
berbagai sumber yang disusun secara ringkas dan sistematis.
Saya menyadari bahwa proses penyusunan makalah yang ringkas dan sistematis,
merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Demikian pula dalam teknik penulisan dan tata
bahasa tak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dari kesadaran tersebut, saya sangat mengharapkan saran, kritik maupun masukan dari
pembaca dan pemakai makalah rem ini, guna penyempurnaan pada masa mendatang.
Penghargaan yang setinggi-tinginya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah rem ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasaa
memberikan limpahan rahmat, petunjuk dan bimbingan-Nya terhadap setiap niat baik kita.

Jambi, 22 April 2021

Mart Abednego Malau


J1B119044
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
2.1 Kopling ........................................................................................................................ 5
2.2 Rem .......................................................................................................................... 22
BAB III .............................................................................................................................. 36
PENUTUP .......................................................................................................................... 36
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 36
3.2 Saran ......................................................................................................................... 36
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mobil memiliki banyak komponen, salah satunya adalah komponen yang berfungsi
memindahkan tenaga secara halus dari fly wheel ke transmisi yang disebut kopling atau
dalam bahasa inggris disebut clutch. Tanpa clutch maka gerak awal kendaraan akan terdengar
kasar dan tersendat-sendat dan mesin mudah mati karena tak mampu menahan beban yang
berat saat fly wheel berhubungan langsung dengan transmisi. Tentu dapat di bayangkan
betapa kasarnya mesin tanpa adanya kopling.
Rem mempunyai peranan yang sangat penting dalam teknik kendaraan dan teknik
transportasi demi keamaan dan keselamatan dalam berkendara. Pada dasarnya rem
mempunyai fungsi untuk memperlambat dan mengatur gerakan suatu putaran. Adapun rem
yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (dapat bekerja dengan baik
dan cepat, dapat dipercaya dan mempunyai daya tekan yang cukup, mudah diperiksa dan
disetel), dengan adanya makalah ini diharapkan kita bisa lebih mengenal kopling dan rem.

1.2 Rumusan Masalah


- Mengetahui lebih detail dan menyeluruh mengenai kopling (clutch)
- Untuk mengetahui lebih mendalam tentang rem, maka penulis mengajukan
permasalahan sebagai berikut :
1. Banyak orang yang belum mengenal fungsi dari rem
2. Belum banyak mengetahui dari jenis – jenis rem dan fungsinya masing masing

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui lebih detail tentang Kopling.
2. Mengetahui fungsi dari rem
3. Mengetahui jenis dari rem dan fungsinya masing - masing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kopling
A. Landasan Teori
1. Fungsi System
Secara umum, Kopling adalah alat yang digunakan untuk menyambung dua poros yang
di dalam perangkat mobil adalah poros penggerak dan poros pemindah daya atau dari putaran
engine (mesin) ke transmisi.

Syarat-syarat kopling:
a. Mampu memutuskan dan menghubungkan putaran mesin ke transmisi dengan lembut.
b. Setelah terhubung, kopling dapat memindahkan seluruh daya secara penuh (100%) tanpa
slip.
c. Waktu terputus dan terhubungnya putaran dapat berlangsung dengan relatif cepat.

Komponen-komponen kopling:

a. Tutup kopling (cluth cover).


b. Pelat kopling.
c. Disc clutch
d. Presure plat
e. Strap
f. Retraxing spring
g. Diafragma spring

2. Nama Komponen dan Fungsinya


a. Clutch cover berfungsi sebagai tempat utama pada sistem kopling manual yang dimana di
dalamnya terdapat komponen-komponen lainnya yang mendukung kerja kopling lebih
sempurna, selain itu clutch cover menghimpit disc plate dengan fly wheel supaya putaran
disc plate dengan fly wheel berotasi bersama saat pedal kopling tidak diinjak.
Gambar 1: Konstruksi Clutch Cover

b. Diafragma spring berfungsi menekan dan menarik presure plate pada clucth cover, saat
pedal kopling diinjak gaya dari pedal sampai pada diafragma spring dengan serangkaian
komponen pendukung dan diafragma spring menarik presure plate supaya tidak menekan
disc plate dan putaran flywheel dengan disc plate bebas. Begitu sebaliknya saat pedal kopling
dilepas.

Gambar 2: Konstruksi Diafragma Spring


c. Disc clutch berfungsi sebagai penerus putaran dan bidang gesek antara flywheel dengan
presure plat dan clutch cover, disc plate bekerja sama dengan unit clutch cover untuk
meneruskan putaran dari flywheel ke input shaft transmisi.

Gambar 3: Konstruksi Clutch Disc


d. Presure plate berfungsi sebagai bidang gesek pada clucth cover untuk menghimpit disc
clutch dengan flywheel. Presure plate diatur kerjanya oleh diafragma spring, presure plate
berotasi bersamaan dengan clucth cover.

Gambar 4: Konstruksi Pressure Plate

3. Cara Kerja Kopling


Cara kerja kopling adalah apabila mesin berputar, dengan sendirinya roda gila ikut
berputar, sedangkan pada roda gaya ini dipasangkan tutup kopling yang tentunya juga ikut
berputar. Dalam hal ini poros roda gigi atau poros utama persneling belum dapat berputar,
demikian juga dengan plat kopling yang dipasang dengan perantaraan suatu alur pada poros
tersebut yang memungkinkannya bergerak sepanjang poros persneling. Selanjutnya, apabila
kita ingin menggerakkan roda, hal ini dapat dilakukan dengan mengoperasikan pedal, dimana
pada waktu pedal di angkat pegas-pegas kopling akan menekan plat tekan pada roda gila. Hal
ini yang menyebabkan plat kopling tersebut terjepit diantara roda gila dengan plat tekan. Plat
ini mulanya akan slip, dan bergesekan dengan roda gila maupun plat tekan akan tetapi
selanjutnya secara bertahap akan ikut terbawa berputar dan selanjutnya akan memutar poros
utama persneling

Gambar 5: Cara Kerja Kopling


B. Trooble Sooting (Analisis Kerusakan dan Perbaikan)
Kerusakan yang sering terjadi pada komponen kopling dan cara mengatasinya:
Cara cek kopling mobil yaitu dengan cara mesin dihidupkan tarik rem tangan masukan
gigi 1 lepas kopling perlahan kaki kanan dalam posisi menginjak rem dan gas perlahan, bila
posisi pedal kopling sudah terlepas tetapi mesin tidak mati maka kampas kopling sudah habis,
setelah mekanik mengetesnya ternyata ada tanda-tanda plat kopling habis.

Mengganti Plat Kopling Tipe Pegas Coil

1. Bahan
1 unit kendaraan roda empat (mobil)
2. Alat
a. Sigmat
b. Obeng plus/ min
c. Kunci momen satu set (kunci shok)
d. Kuas
e. Majun
f. Dongkrak putar
g. Gemuk
h. Alat untuk penyentral plat kopling

Langkah Kerja

1. Pembongkaran
a. Lepas bagian-bagian yang menghalangi untuk membongkar kopling.
b. Lepaskan kabel yang menempel pada transmisi dan lepas As roda, Steering linkage yang
menempel pada roda, Stabilizer- bar
c. Apabila plat koplingnya ada di depan harus membuka rem cakram yang sebelah kiri.
d. Buka baud yang menempel pada transmisi
e. Setelah terbuka pisahkan transmisi dan kopling
f. Periksa cluth dish dan cluth cover apakah layak atau tidak untuk di pakai
g. Apabila plat kopling dan cluth cover sudah aus. Diwajibkan harus diganti
h. Bersihkan bagian kopling yang kotor dengan menggunakan kuas
2. Pemasangan
a. Pasang plat kopling dan cluth cover dengan lurus menggunakan senter kopling.
b. Apabila sudah lurus kencangkan dengan baut menggunakan kunci yang pas
c. Pasang transmisi kembali dengan rapi apabila sudah bersih dari debu
d. Pasang kembali komponen- komponen yang di lepas dengan rapi seperti kabel yang
menempel di transmisi, As roda, Stabilizer bar dan lain sebagainya.
e. Pasang roda/ ban dengan menggunakan kunci roda.

C. Gambar Benda Kerja

Penggantian Plat Kopling yang Sudah Aus

D. Langkah Pembongkaran Kopling


Kegiatan/ uraian ini bertujuan mempelajari cara membongkar,
memeriksa, memperbaiki dan memasang kembali unit kopling dan komponen-komponennya.

1. Pembongkaran
Pada kendaraan, sebelum dapat membongkar unit kopling haruslah terlebih dahulu
melepas komponen-komponen lain yang terkait/ menghalangi, antara lain:
a. Release cylinder unit (dengan pipa tetap terpasang)
b. Propeller unit (kendaraan tipe RWD atau 4WD)
c. Unit transmisi dan sistem pemindahnya
Pada umumnya jika unit transmisi sudah dilepas, maka unitrelease bearing dan release
fork akan terbawa pada rumah transmisi, sehingga secara mudah dapat dilepaskan dengan
melepas pengunci release fork terhadap porosnya, kemudian tarik keluar porosnya dari rumah
transmisi. Release fork dan release bearing akan terlepas.

Unit kopling segera dapat dilepas/ dibongkar setelah unit transmisi dilepas. Langkah-
langkahnya adalah:

a. Buatlah tanda pada rumah kopling dan fly wheel

Gambar 6: Pemberian Tanda pada Fly Whell


b. Pasangkan center clutch atau alat bantu yang lain untuk menahan plat kopling pada
tempatnya

Gambar 7: Pemasangan Center Clucth


c. Kendorkan baut-baut pengikat rumah kopling ke fly wheel dengan urutan menyilang
secara bertahap dan merata.
Gambar 8: Melepas Baut Pengikat Clucth Cover
d. Lepaskan baut pengikat satu persatu dan kemudian lepaskan clutch cover dan clutch disc

Gambar 9: Pembongkaran Unit Kopling.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

a. Lepaskan clutch cover dengan hati-hati jangan sampai clutch disc terjatuh.
b. Jagalah kebersihan permukaan clutch disc, pressure plate dan fly wheel. Jangan sampai
terkena minyak atau gemuk.
c. Bersihkanlah kotoran, debu dan beram-beram yang dapat mengganggu kinerja kopling.
Pada kopling dengan pegas spiral unit rumah kopling dan plat penekan dapat dengan
mudah dibongkar, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Gunakan alat penekan/ press untuk menekan clutch cover menahan tekanan pegas kopling.
Gambar 10: Penekanan Clutch Cover Unit Kopling
b. Lepaskan baut-baut pengikat rumah kopling ke fly wheel maupun baut penahan penyetel
tinggi tuas pembebas
c. Buatlah tanda pada fly wheel dan clutch cover

Gambar 11: Pembuatan Tanda pada Clutch Cover dan Fly Wheel
d. Lepaskan secara pelan-pelan penekanan alat penekan.
e. Lepaskan clutch cover
f. Lepaskan pegas-pegas penekan

Gambar 12: Melepas Clutch Cover Unit Kopling


g. Lepaskan pin dan release lever
Gambar 13: Melepas Clutch Cover Unit Kopling

2. Pemeriksaan, Perbaikan dan Penggantian Unit Kopling


a. Release baring
Release bearing umumnya merupakan unit bearing tertutup dengan tipe pelumasan
permanen, sehingga tidak memerlukan pembersihan pada pelumasannya. Pemeriksaan
pertama yang dapat dilakukan adalah secara visual, adalah dengan melihat apakah ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada kotoran, luka bekas
gesekan/ terbakar, tergores dan itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas
yang halus. Jika kerusakannya parah, ganti dengan unit yang baru.

Pemeriksaan release bearing dengan cara pengujian kerja sebagai berikut:

1) Putar bearing dengan tangan dan berilah tenaga pada arah axial. Jika putaran kasar dan
atau terasa ada tahanan sebaiknya ganti!

Gambar 14: Pemeriksaan Release Baring


2) Tahan hub dan case dengan tangan kemudian gerakkan pada semua arah untuk
memastikan self-centering system agar tidak tersangkut. Hub dan casae harus bergerak
kira-kira 1 mm. Jika kekocakan berlebihan atau macet sebaiknya diganti dengan yang
baru!

b. Pegas Penekan dan Tuas Pembebas


Pemeriksaan pegas penekan dan tuas pembebas dilakukan dengan beberapa tahapan
yaitu:

1) Pemeriksaan secara visual, adalah dengan melihat apakah ada kotoran, luka bekas
gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar,
tergores dan itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika
kerusakannya parah, sebaiknya diganti.

Gambar 15: Pemeriksaan Keausan Pegas


2) Lakukan pengukuran kedalaman dan lebar keausan bekas gesekan release bearing.
Kedalaman maksimal adalah 0.6 mm dan lebar maksimal 5.0 mm. Jika keausan melebihi
spesifikasi ganti dengan yang baru!

Gambar 16: Pengukuran Keausan Pegas


3) Pemeriksaan dengan SST dan filler gauge (thickness gauge). Dengan bantuan SST dan
Filler gauge, periksa kerataan permukaan ujung pegas diphragm atau ujung tuas
pembebas. Selisih pengukuran atau ketidakrataan maksimal 0.5 mm.
Gambar 17: Pemeriksaan Kerataan Tinggi Pegas
4) Pemeriksaan dengan dial indikator
Dengan dial indikator dan alat pemutar juga dapat dilakukan pengukuran ketidakrataan
permukaan ujung pegas diphragm atau ujung tuas pembebas. Untuk memudahkan
pengukuran pasanglah dial dengan magnetik base pada mesin. Penyimpangan maksimal: 0.5
mm.

Gambar 18: Pemeriksaan Kerataan Tinggi Pegas


5) Pemeriksaan panjang dan kesikuan pegas penekan
Panjang bebas pegas penekan mempunyai limit yang bervariasi tergantung ukuran
kopling unit. Demikian juga dengan ketidaksikuan pegas penekan (lihat buku manual)
Semakin besar unit kopling biasanya limit/ toleransi semakin besar.

Gambar 19: Pengukuran Panjang dan Kesikuan Pegas Penekan


6) Pemeriksaan tegangan pegas penekan
Tegangan pegas penekan sangat berpengaruh pada kekuatan kerja kopling dalam
meneruskan putaran dan daya mesin. Semakin berat suatu kendaraan maka akan semakin
kuat/ besar tegangan pegas penekan yang digunakan. Spesifikasi tegangan pegas dapat dilihat
pada buku manual kendaraan. Perbedaan antar pegas juga tidak boleh terlalu besar, karena
akan membuat penekanan kopling tidak merata.

Gambar 20: Pengukuran Tegangan Pegas Penekan


7) Perbaikan/ penyetelan
Bila penyimpangan tidak masuk dalam spesifikasi, lakukan penyetelan kerataan:
a) Pegas diaphragm
Pada pegas diaphragm lakukan penyetelan ketinggian dan kerataan dengan SST seperti
terlihat pada gambar berikut!

Gambar 21: Penyetelan Kerataan Tinggi Pegas

b) Tuas pembebas
Penyetelan tuas pembebas dilakukan dengan mengatur baut penyetel pada pengikat tuas
pembebas dan plat penekan dengan bantuan SST pengukur kerataan. Setelah kerataan tepat,
maka kunci dan keraskan mur penahan pengunci.
Gambar 22: Penyetelan kerataan tinggi tuas pembebas
c. Plat Penekan
Pemeriksaan plat penekan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

1) Pemeriksaan secara visual, adalah dengan melihat apakah ada kotoran, luka bekas
gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar,
tergores dan itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika
kerusakannya parah, perbaiki dengan menggunakan mesin bubut atau jika tidak
memungkinkan, ganti dengan plat penekan baru.
2) Lakukan pengukuran kerataan plat kopling dengan straigh edge dan filler gauge.
Ketidakrataan max.adalah 0.5 mm.

Gambar 23: Pengukuran Kerataan Plat Penekan

3) Jika ketidakrataannya melebihi spesifikasi, ratakan dengan menggunakan mesin bubut


atau ganti dengan plat penekan yang baru.
d. Plat Kopling
Pemeriksaan plat kopling dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1) Pemeriksaan secara visual, adalah dengan melihat apakah ada kotoran, luka bekas
gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar,
tergores dan itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika
kerusakannya parah, ganti kampas kopling atau ganti dengan plat kopling baru.
2) Pemeriksaan dan pengukuran kedalaman paku keeling dengan jangka sorong. Batas
kedalaman paku keling, minimal 0.3 mm. Jika kedalaman sudah melebihi spesifikasi, ganti
kampas kopling atau ganti dengan plat kopling baru.

Gambar 24. Pengukuran Kedalaman Paku Keeling

Penggantian kampas kopling dilakukan dengan cara melepas kampas kopling lama
dengan merusak paku kelingnya dengan bor, memasang kampas kopling baru dengan paku
keling baru dengan urutan menyilang.Lakukan pengetesan kerataan dan keolengan plat
kopling dengan bantuan roller instrumen dan dial indikator.

Gambar 25: Penggantian Kampas Kopling

3) Pemeriksaan kekocakan atau kerusakan torsion dumper. Jika ditemukan kekocakan dan
kerusakan pada torsion dumper, ganti dengan plat kopling unit baru.
4) Pemeriksaan keausan atau kerusakan alur-alur hub.Kaitkan/ pasangkan plat kopling pada
input shaft transmisi, plat kopling harus bergerak dengan mudah tetapi tidak longgar. Jika
macet atau longgar ganti dengan plat kopling baru.
5) Pemeriksaan run-out plat kopling. Dengan roller-instrumen (mesin/alat-pemutar) dan dial
indicator periksalah run-out plat kopling! Bila run-out melebihi 0.8 mm, gantilah plat
kopling dengan yang baru.

Gambar 26. Pengukuran Run-Out Plat Kopling


e. Fly Wheel
Pemeriksaan plat kopling dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1) Pemeriksaan secara visual, adalah dengan melihat apakah ada kotoran, luka bekas
gesekan, tergores dan atau retak pada bidang geseknya. Jika ada kotoran, luka bekas
gesekan/ terbakar, tergores dan itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas
yang halus. Jika kerusakannya parah, ganti dengan plat kopling baru.
2) Pemeriksaan keausan gigi-gigi ring gear dari keausan dan kerusakan. Jika terdapat
kerusakan, ganti dengan ring gear yang baru. Penggantian ring gear adalah dengan cara
dipanaskan pada suhu 80 s.d. 100oC, kemudian lepaskan ring gear lama dan pasangkan
ring gear baru dengan menggunakan mesin press. Pemanasan tidak boleh melebihi 120oC
karena bisa mengubah sifat logam.
3) Pemeriksaan run-out fly wheel. Dengan dial indikator
Periksalah run-out fly wheel! Bila run-out melebihi 0.2 mm, gantilah fly wheel.

Gambar 27: Pengukuran Run-Out Fly Wheel


4) Pemeriksaan Pilot Bearing. Putarkan bearing dan beri tenaga pada arah axial. Jika putaran
kasar dan terdapat kekocakan yang berlebihan, ganti dengan pilot bearing yang baru.
Gambar 28. Pemeriksaan Pilot Baring
Penggantian pilot bearing dilakukan dengan melepas pilot bearing lama dengan SSt
sliding hamer dan kemudian memasangkan pilot bearing baru.

Gambar 29: Melepas dan Memasang Pilot Bearing

E. Langkah Pemasangan
Pemasangan unit kopling dengan pegas spiral adalah diawali dengan merakit unit plat
penekan dan rumah kopling. Pemasangan adalah dengan urutan sebagai berikut:
1. Letakkan pressure plate pada dudukan alat penekan.
2. Pasangkan pegas penekan pada dudukannya di plat penekan.
3. Pasangkan clutch cover dibelakang pegas penekan dengan posisi yang tepat.
4. Pasangkan pressure lever pada dudukannya di clutch cover
5. Lakukan penekanan clutch cover dengan alat penekan sehingga pegas penekan tertekan
sehingga baut pemegang/ penyetel pressure lever dapat dipasangkan.
Gambar 30: Penekanan Clutch Cover dengan Alat Penekan
6. Lepaskan tekanan mesin penekan, dan lakukan penyetelan tinggi pressure lever.

Setelah unit clutch cover terpasang, pemasangan kampas kopling dan unit kopling
dapat dilakukan.Prosedur pemasangannya adalah sebagai berikut:
1. Berilah sedikit gemuk khusus pada alur plat kopling (clutch hub).
2. Masukkan center clutch pada clutch hub dan atur posisi plat kopling.

Gambar 31: Pemasangan Center Clutch


3. Pasangkan plat kopling pada fly wheel dengan panduan center clutch dan atur posisinya
supaya tepat di tengah.
4. Pasangkan clutch cover unit dengan memperhatikan tanda yang telah kita buat pada saat
pembongkaran dan ketepatan knock pin.
5. Pasangkan baut-baut pengikat clutch cover
6. Lakukan pengerasan baut-baut pengikat secara bertahap. Mulailah pengerasan dari baut
yang paling dekat dengan knock pin secara menyilang. Sebelum baut dikeraskan, pastikan
lagi posisi plat kopling dengan mengatur posisi center clutch.
7. Keraskan baut pengikat sesuai momen spesifikasi pengencangan yaitu berkisar 195 kg cm
atau 19 N-m.
Gambar 32: Pemasangan Unit Kopling

Setelah unit kopling terpasang dengan baik, pasangkan release lever shaft, release lever
dan release bearing pada dudukannya dengan sebelumnya diberikan sedikit gemuk/ grease
khusus pada beberapa bagian yang bergesekan. Pastikan bahwa pengunci release fork
terhadap porosnya dan release bearing terhadap release fork terpasang dengan baik.

Gambar 33: Pelumasan Bagian-bagian Unit Kopling

Setelah semua komponen unit kopling terpasang, rakitlah/ pasang unit transmisi, unit
pemindah transmisi, propeller (kendaraan tipe FR dan FWD) dan release cylinder.

2.2 Rem
A. Sistem rem
Sistem Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan
kendaraan serta memberikan kemungkinan dapat memparkir kendaraan di tempat yang
menurun.
Prinsip kerja rem yaitu pengereman terjadi karena gesekan antara ban dan jalan,
gesekan akan bertambah sesuai dengan pembagian beban pada ban. Saat melakukan
pengereman roda depan lebih dahulu melakukan pengereman dan disusul roda belakang, ini
di karenakan saat dilakukan pengereman maka titik pusat gravitasi kendaraan akan pindah
kedepan disebabkan adanya gaya ineretia dan karena adanya beban yang menyatu pada
bagian depan. Dan pada pengertian lain rem dapat diartikan Tenaga gerak putar roda diubah
oleh proses gesekan menjadi tenaga panas dan tenaga panas itu segera dibuang ke udara luar.
Pengereman dilakukan dengan cara menekan sepatu rem yang tidak berputar terhadap tromol
(break drum) yang berputar bersama roda sehingga menghasilkan gesekan dan kendaraan
melambat untuk berhenti.

Macam-macam rem meurut penggunaannya pada kendaraan dapat dikelompokan


sebagai berikut :

A. Secara umum

a. Rem kaki : digunakan untuk mengontrol kecepatan dan menghentikan kendaraan.


Menurut mekanismenya rem kaki dibedakan lagi menjadi :
b. Rem parkir : digunakan terutama untuk memarkir kendaraan dan digunakan juga pada
saat darurat.
c. Rem pembantu : digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk
dan kendaraan berat.
B. Berdasarkan tenaga yang digunakan

a. Rem mekanik (mechanical brake)

b. Rem hidrolik (hydraulic brake)

c. Rem boster (booster brake)

d. Rem udara (air brake)

e. Rem vakum (vacuum brake)

f. Rem gas buang (exhaust brake)

g. Rem udara tekanan hidrolik (air over hydraulic brake)


h. Rem ABS (antilock brake system)

C. Berdasarkan komponen yang dioprasikan

a. Rem tromol (drum brake)

b. Rem cakram (disc brake)


Komponen-komponen sistem rem untuk rem mekanik adalah sebagai berikut :
1. Handel rem / parking break lever

2. Kabel rem

3. Kampas / sepatu rem


4. Tromol, caliper dan disc
Mekanisme rem parkir pada drum brake

Mekanisme rem parkir pada disc brake


Komponen Rem hidrolik (tromol)

a. Pedal rem

b. Master cylinder

c. Pipa rem
d. Teromol

e. Wheel cylinder
f. Sepatu rem

g. Katup P

h. Katup LSPV

A. Pedal rem

Sistem rem hidrolis


B. Master Cylinder
Single Master Cylinder digunakan untuk melayani sistem hidrolis untuk keempat wheel
cylinder / caliper. Kelemahan pada jenis ini adalah bila terjadi kebocoran oli pada salah satu
bagian maka secara keseluruhan akan mengganggu kinerja keempat wheel cylinder / caliper.

Double Master Cylinder digunakan untuk melayani sistem hidrolis bagian depan
terpisah dengan bagian belakang atau bagian kanan depan – kiri belakang terpisah dengan
kiri depan – kanan belakang. Kelebihan Double Master Cylinder bila terjadi kebocoran oli
bagian depan maka sistem hidrolis rem bagian belakang masih dapat bekerja atau bila sistem
pemipaan diagonal, bila terjdi kebocoran oli salah satu diagonal sistem hidrolis pad adiagonal
lainnya masih tetap bekerja.
Cara kerja Master Cylinder
 Pedal Rem saat bebas

- Piston diam

- Primary cup pada posisi sedikit di depan inlet port


- Ruang silinder dengan primary cup dan di sekeliling piston penuh dengan minyak rem
 Pedal Rem saat ditekan
- Piston bergerak kedepan
- Bila primary cup telah melewati compensating port, maka minyak rem di ruang silinder
terteka dan membuka outlet valve
- Minyak rem mengalir ke silinder roda dan menekan kanvas rem sehingga rem bekerja
 Pedal Rem saat dilepas
- Piston bergerak kebelakang (karena return spring)
- Primary cup mengerut maka minyak rem disekeliling piston mengalir lewat port pada
permukaan piston ke ruang silinder depan
- Sebagian minyak rem dari silinder roda kembali ke ruang silinder depan sampai outlet
valve tertutup
C. Tromol Rem
Teomol rem yang berputar bersama roda letaknya sangat dekat dengan kanvas. Tetapi
saat pedal rem diinjak, keduanya tidak saling bersentuhan
D. Wheel Cylinder
Tipe-tipe Wheel Cylinder menurut jenis-jenisnya serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing jenis Wheel Cylinder

1. Tipe Leading Trailing


Kelebihan dan Kekurangan Tipe Leading dan Trailing

 Kelebihan

- Konstruksi sederhana

- Jumlah komponen sedikit (Wheel Cylinder 1 buah dan return spring 1 buah)

 Kekurangan

- Keausan kampas rem dapan (leading) lebih banyak dari kampas rem belakang (trailing)
karena adanya self energizing efect)
- Keausan kampas rem masing-masing tidak simetris (bagian atas lebih banyak dari pada
bagian bawah)
- Pengereman kurang pakem

2. Tipe Two Leading Single Action

Kelebihan dan Kekurangan Tipe Two Leading Single Action

 Kelebihan
- Keausan kampas rem depan dan belakang simetris

- Pengereman agak lebih pakem


 Kekurangan
- Keausan kampas rem bagian atas tidak sama dengan bagian bawah

- Komponen lebih banyak (Wheel cylinder 2 buah dan compression spring 2 buah)

3. Tipe Two Leading Double Action

Kelebihan dan Kekurangan Tipe Two Leading Double Action

 Kelebihan

- Pengereman lebih pakem

- Keausan kampas rem simetris dan merata

 Kekurangan

- Komponen lebih banyak (Wheel cylinder 2 buah dan return spring 2 buah)

4. Tipe Uni Servo


Kelebihan dan kekurangan Tipe Uni Servo
 Kelebihan

- Pengereman lebih pakem

 Kekurangan
- Komponen lebih banyak (Wheel cylinder 1 buah, servo 1 buah, dan return spring 3 buah)

- Keausan kampas rem kurang simetris

Katup ‘P’ (Proportioning valve)


Katup ini berfungsi menurunkan tekanan hidrolis pada silinder roda belakang secara
otomatis saat pengereman, sehingga gaya pengereman pada roda belakang berkurang. Katup
ini terletak diantara roda depan kiri dan kanan atau tengah-tengah setelah master silinder atas.

Tipe katup ‘P’ single

Tipe katup ‘P’ double/ganda


Katup LSPV (Load Sensing Proportioning Valve)

Katup ini berfungsi merubah tekanan awal split point dari roda-roda belakang sesuai
dengan bebean. Katup ini terletak diantara roda belakang kiri dan kanan.

Katup LSPV

Dan ini adalah salah satu part pendukung dari katup LSPV yaitu Load sensing spring
Rem Boster

Rem Boster atau sering disebut juga dengan Boster Rem merupakan alat tambahan
pada sistem rem yang berfungsi melipat gandakan tenaga penekanan pedal, rem yang
dilengkapi boster disebut Rem Servo (servo brake). Boster Rem juga ada yang dipasang
menjadi satu dengan master silinder, tapi juga ada yang terpisah.

Berikut gambar boster rem yang menggunakan kevakuman mesin untuk menambah tekanan
hidroliknya.
Cara kerja boster rem yaitu bila pedal rem ditekan maka tekanan silinder hidrolik
membuka sebuah katup, sehingga bagian belakang piston mengarah keluar karena adanya
perbedaan tekanan antara bagian depan dan belakang piston dan mengakibatkan torak
terdorong ke depan. Dan digambarkan seperti ini

Bagian depan piston menghasilkan tekanan yang tinggi, dihubungkan dengan torak pada
master silinder. Bila pedal rem dibebaskan, katup udara akan menutup dan berhubungan lagi
dengan intake manifold dengan terjadinya kevacuman yang sama pada kedua sisi piston,
tegangan pegas pembalik mendesak piston kembali keposisi semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kopling berfungsi untuk menghubung dan memutuskan putaran mesin ke transmisi dengan lembut.
2. Jenis-jenis kopling antara lain adalah kopling gesek, kopling satu arah, kopling magnet dan kopling
fluida.
3. Komponen utama sebuah unit kopling gesek, yaitu: rumah kopling, plat penekan, plat kopling, pegas
penekan, tuas penekan, bantalan pembebas dan garpu pembebas.
4. Pemeriksaan unit kopling secara visual meliputi kondisi plat kopling, plat penekan, pegas penekan
dan alur-alur input shaft transmisi.
5. Pemeriksaan dengan pengukuran meliputi pengukuran kerataan plat penekan; kedalaman paku
keling dan kerataan/ run-out plat kopling; kesikuan dan panjang pegas penekan, tegangan pegas
penekan; serta kerataan/ run-out fly wheel.
6. Pemeriksaan dengan pengecekan fungsi/ kerja meliputi release bearing, back-lash input shaft
transmisi dan hub plat kopling, torsin dumper dan hub serta pilot bearing.
7. Penyetelan pada unit kopling adalah penyetelan tinggi diaphragm spring dan atau ketinggian tuas
penekan.
8. Rem di rancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan
serta untuk memungkinkan parker pada tempat yang menurun.
3.2 Saran
1. pembaca sebaiknya menyiapkan mental dan fisik sebelum melakukan pekerjaan
pembongkaran dan pemasangan kopling.
2. Dalam sistem rem ini, pengguna kendaraan diharapkan memahami fungsi rem, jenis-jenis
rem, serta permasalahan yang sering terjadi pada sistem rem.
3. Sebaiknya pemerintah mensosialisasikan pentingnya mengetahui fungsi dari setiap jenis
rem, dan permasalahan yang sering terjadi pada rem.

Anda mungkin juga menyukai