Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Umum


Setelah membuat makalah bab kopling ini diharapkan mahasiswa dapat
merawat elemen mesin yaitu Kopling, khususnya kopling tetap sesuai dengan
prosedur perawatan.

1.2 Tujuan Khusus


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa:
- Mengetahui fungsi kopling
- Mengetahui cara kerja kopling
- Mengetahui jenis kerusakan pada kopling
- Mengetahui sistem perawatan instalasi kopling.

1
BAB II
ISI

2.1 Gambaran Umum Kopling dan Fungsinya

Kopling adalah suatu komponen mesin yang digunakan sebagai pemindah


putaran atau daya dari suatu poros yang digerakan, dimana kondisi sumbu poros
tersebut :

a. Satu sumbu

b. Sejajar

c. Menyudut
Beberapa kopling selain digunakan
untuk memindahkan daya atau putaran
dirancang juga untuk dapat beroperasi
dan menerima kondisi seperti :
a. Penyimpangan kesatusumbuan yang
relatif kecil.
b. Pergeseran arah aksial akibat
pemuaian panas.
c. Hentakan dan getaran.

2.2 Jenis Kopling dan Cara Kerjanya

1. “Sleeve coupling” atau Fixed bush


coupling”
Kopling ini digunakan untuk
memindahkan beban yang ringan pada
putaran rendah dan biasanya pada poros
berukuran kecil. Untuk memindahkan
beban digunakan pena, pasak atau baut
pengikat. Kualitas dari permukaan lubang
mempengaruhi masa penggunaan.

2. “Split sleeve coupling”


Kopling ini lebih mudah
pemasangan dan pelepasannya
dibandingkan “Sleeve coupling”. Kopling
ini menekan poros melalui baut atau ring tirus sehingga momen puntir
dipindahkan melalui gesekan .
3. “Flanged coupling”
Bentuk permukaan dari sisi kopling ini bermacam-macam, diantaranya
berbentuk lingkaran, elips, segitiga ujung
radius. Dan lain-lain. Sumbu diantara poros
pada kopling ini harus satu sumbu. Untuk
meneruskan daya atau perputaran digunakan
baut.

4. “Gear coupling”
Untuk memindahkan perputaran atau
daya pada poros digunakan sepasang rodagigi
yang berpasangan, yaitu; rodagigi luar dan
roda gigi dalam. Sifat flesibel didapat dari
hubungan rodagigi.

5. “Disc coupling”
Sebagai perantara diantara permukaan
setengah kopling digunakan piringan yang
mempunyai beberapa lubang sebagai dudukan
pena. Kopling ini terdapat pula dengan
“Flexibel disc”.

6. “Jaws coupling”
Rahang pada permukaan kopling mempunyai sesuaian dan pembagian
sudut yang teliti sehingga beban terbagi secara
merata pada bagian sisi samping dari rahang.
Kopling jenis ini terdapat juga dalam
konstruksi yang fleksibel.

7. “Spacer coupling”
Kopling ini digunakan apabila jarak diantara poros penggerak dan yang
digerakkan jauh. Sebagai patokan apabila “Gap” kopling lebih besar dari diameter
kopling lebih besar dari diameter kopling
maka kita sebut sebagai “Spacer
coupling”.

8. “Floating shaft coupling”


Pada kondisi tertentu poros
penggerak atau yang digerakan menerima
beban atau pergerakan arah axial secara
pasti, untuk mengatasi permuaian axial
akibat panas yang tinggi digunakan
“Floating shaft coupling”.

9. “Chain coupling”
Kopling ini digunakan untuk
meredam hentakan pada putaran awal. Penutup pada kopling digunakan untuk
menghindari debu dan mempermudah
perawatannya. Penyimpangan menyudut
yang diijinkan ½ dan penyimpangan
pararel sebesar 0,01 sampai 0,02 inchi.

10. “Pin and rubber bush coupling”.


Pada saat digunakan pemasangan
harus sesuai dengan instruksi pabrik pembuat, seperti posisi bagian setengah
kopling yang mana dipasangan pada poros
penggerak.
11. “ Forst elastic pin coupling”
Untuk memindahkan putaran atau
daya pengguna pena elastis baja pegas.
Fungsi utama kopling ini untuk meredam
getaran rotasi, pembatas momen punter,
tetapi tidak dapat mengatasi penyimpangan
kesumbuan yang besar. Kopling ini
mempunyai fungsi yang sama dengan
“elastic axien coupling”.

12. “Rubber tyre coupling”


Karet penghubung berbentuk ban yang melingkar penuh atau terbagi dua.
Kopling ini dapat menerima ; penyimpangan kesumbuan menyudut dan pararel,
pergesaran axial poros dan dapat merdam getaran. Kopling lain yang dapat
menyerupai kopling ini adalah: “High elastic ring coupling“ dan “Kaurman-
kegelfex-perbunan-coupling”.

13. “Flexibel bush coupling”


Kopling ini mempunyai “Sleeve
coupling” untuk memindahkan putaran
atau daya pada poros digunakan “Flexible
bush” yang terikat pada dudukan kopling.

14. “Spider coupling”


Elemen perantara diantara dua bagian
kopling berbentuk sepeti laba-laba yang
terbuat dari bahan flesibel seperti karet.
Kopling ini sejenis dengan “Flexible jaw
coupling”.

15. “Vee belt groove coupling”


Untuk memindahkan momen puntir
yang rendah digunakan kopling jenis ini.
Untuk menjaga “Vee belt” pada posisinya
digunakan “Sleeve”.
16. “Steel grid flexible coupling”
Pegas yang berbentuk pita ( biasa terbagi menjadi tiga bagian) digunakan
untuk meredam beban hentakan pada putaran awal. Kopling ini dapat menerima
penyimpangan pararel atau menyudut.

17. “Pocket for helical spring coupling”


Tempat untuk “Helical Spring” dibuat
pada bagian kopling. Kopling ini dapat
memindahkan momen puntir yang besar dan
lebih baik bila dibandingkan “Steel grid
flexible coupling”, kopling ini sejenis
dengan “Elastic voith coupling”.

18. “Resilient bush coupling”


“Bush” yang berfungsi sebagai pegas
digunakan untuk meredam geteran yang
terjadi. Kopling ini biasanya digunakan pada
baling-baling penggerak kapal laut. Kopling
ini sejenis dengan “Elastic deli-coupling”.

19. “Geislinger visco-elastic coupling”


Tipe B90 kopling dapat menerima
penyimpangan pararel sebesar 0,3 mm dan
penyimpangan menyudut sebesar 0,1o.
Sebagai penerus putaran atau daya pada
baling-baling kapal laut digunakan susunan
pegas.

20. “Holset type RB flexible rubber block


coupling”
Kopling ini banyak digunakan pada
poros baling-baling kapal. Karet yang
berbentuk selinder selain sebagai komponen
penerus putaran atau daya, juga berfungsi
sebagai peredam hentakan.

21. “Vulcan compressed air coupling”


Udara bertekanan di dalam
“Below” dapat diatur sesuai dengan
momen puntir yang akan dipindahkan.
Kopling ini dapat menerima penyimpangan menydut sebesar 5 o.
Udara dimasukkan kedalam
“Bellows” melalui katup.

22. “Barrel tyre coupling”


Karet yang memindahkan daya atau
putaran diikat pada kedua bagian kopling
dengan menggunakan teknik rekat vulkanisir.
Karet berfungsi juga sebagai isolator
terhadap panas dan rambatan arus listrik.

23. “Toothed coupling”


Kopling ini mempunyai rodagigi luar
dan rodagigi dalam yang dapat mengatasi
penyimpangan kesumbuan pada poros, dan
disebut juga “Self aligning coupling”.

24. “Oldham’s coupling”


Kopling ini dapat mengatasi penyimpangan kesumbuan pararel. Pada
waktu berputar piringan perantara akan, bergerak-gerak melingkar sesuai dengan
besar penyimpangan yang terjadi.

25. “Oil filled coupling”


a. “Impeller type”
Kopling yang memiliki “Impeller” pada
rumahnya yang diikat pada poros
penggerak dan “Impller” yang diikat pada
poros yang digerkakkan. Oil berfungsi
sebagai fluida pemindah putaran atau daya
berdasarkan gaya sentrifugal.
b. “Bucket wheel type”
kopling ini memindahkan gerakan
dengan halus, dan pada kecepatan putar
tertentu.
Pada saat rumah berputar, roda
mengkuk berputar dan oli tertarik ke
permukaan rumah kopling. Perputaran
kopling akan menyebabkan oli menahan
roda mangkok. Rodagigi kemudian
memutar poros yang digerkakkan bersama
dengan rumah penggerak.

26. “Powder filled coupling”


Sejumlah baja kecil berbentuk
“Spherical” digunakan untuk
memindahkan putaran atau berdasarkan
gaya sentrifugal.
27. “Shear pin coupling”
Daya kopling ini berfungsi sebagai
pengaman terhadap “Overload”. “Shear
Pin” akan patah pada saat terjadi
“Overload”.

28. “Savety ball coupling”


Pegas baja daapt diatur sesuai
dengan beban yang dibutuhkan. Pada saat
terjadi “Overload” kopling akan slip
berputar melalui bola baja.

29. “Hook joint coupling”


Kopling ini digunakan untuk memindahkan putaran atau daya pada poros-
poros yang menydut atau sejajar
sumbunya. Pada kopling ini terdapat
bantalan jarum yang berfungsi
memperkecil gesekan pada palang.

30. “Ball joint coupling”


Sebagai penguhubung antara poros
digunakan bola yang mempunyai alur
bersilangan. Kemungkinan adanya titik
mati (“dead point”) lebih sedikit
dibandingkan “hook joint couping”.

31. “Constan velocity joint coupling”


Kopling ini digunakan untuk
memindahkan daya dan putaran yang
konstan. Bola berfungsi sebagai perantara untuk meneruskan daya. Keuntungan
kopling ini dibandingkan “universal coupling”
yang lainnya adalah dapat memindahkan daya
yang besar walaupun posisinya menyudut.

2.3 Jenis Kerusakan dan Cara


Penanganannya

2.3.1 Kerusakan Karena Penyimpangan

1. Penyimpangan menyudut vertical


Penyimpangan ini terjadi apabila antara
sumbu poros penggerak dan yang digerakkan
menyudut. Perbaikan dilakukan dengan
menaikkan atau menurunkan sumbu poros.

2. Penyimpangan kesejajaran vertical


Sumbu diantara dua poros sejajar, untuk memperbaiki kondisi tersebut
sumbu poros dinaikkan atau diturunkan dengan besar yang sama.

3. Penyimpangan menyudut horizontal


Untuk memperbaiki kondisi sumbu poros
menyudut maka sumbu poros harus digeser kearah
kiri atau kekanan dengan besar yang berbeda.

4. Penyimpangan kesejajaran horizontal


Sumbu diantara dua poros sejajar, untuk
memperbaiki kondisi tersebut sumbu poros harus
digeser kearah kiri atau kekanan dengan besar yang
sama.

2.3.2 Tanda Terjadinya Kerusakan Penyimpangan Kopling


1. Pada saat mesin beroperasi :

a. Terjadi getaran yang tidak normal di sekitar


komponen, terutama pada poros dan timbul
suara yang tidak normal.

b. Poros beserta kopling terlihat mengayun,


terutama apabila jarak poros penggerak dan
digerakkan jauh.

c. Terjadi panas yang berlebihan pada bantalan


atau kopling.

2. Pada saat mesin diam :

a. Kerusakan atau keausan pada elemen kopling.

b. Kerusakan pada bantalan

c. Kerusakan pada poros.

2.3.3 Metode Pemeriksaan Penyimpangan Kesumbuan Pada Kopling


1. Menggunakan “straightedge” dan “feeler gauge”.
“Straightedge” digunakan untuk memeriksa
kerataan suatu permukaan (a) dan “feeler gauge”
untuk mengukur celah atau ruang antara (b).
Untuk memeriksa Penyimpangan pararel
digunakan digunakan “straightedge” pada
permukaan diameter luar kopling. Besar
penyimpangan yang terjadi diukur dengan “Feeler
gauge”.
Untuk memeriksa penyimpangan menyudut
digunakan “feeler gauge” pada jarak diantara
permukaan disisi kopling. Kedalaman “feeler
gauge” pada empat posisi harus sama.
2. Menggunakan jangka sorong dan mistar baja
Mistar baja digunakan untuk memeriksa
penyimpangan pararel dan sebagai pengganti dari
“straightedge”.
Pada kopling yang memiliki jarak antara
permukaan sisi kopling yang agak besar, untuk
memeriksa penyimpangan menyudut digunakan
jangka sorong pada empat posisi dengan kedalam
yang sama.

3. Menggunakan “dial indicator”


“Dial Indicator” digunakan untuk
memeriksa penyimpangan pararel dan menyudut
secara bersamaan. Arah putaran jarum pada “dial
indicator” menunjukkan posisi penyimpangan
sumbu kopling.

 Metode “Face and rim”


Metode ini sangat teliti apabila dilakukan
pada kopling dimana jarak diantara permukaan
kopling (“gap”) lebih kecil dari diameter kopling.
Apabila “dial indicator” tidak dapat
dipasang pada kopling, sepasang alat bantu harus
dibuat dan dipasang pada poros.
Hasil pengukuran didapat pada empat posisi (0o, 90o, 180o dan 270o ) untuk
masing-masing “dial indicator”. Hasil tersebut akan menentukan posisi
penyimpangan pararel dan menyudut (horizontal
dan vertical).
Apabila konstruksi mesin menggunakan
“Journal bearing” atau “bush” (memungkinkan
poros bergeser kearah axial), maka poros harus
dikuncim, sehingga tidak bergeser kearah axial yang akan mempermudah
pemeriksaan posisi menyudut.

 Metode “Reverse Indicator”


Metode ini sesuai digunakan pada kondisi dimana jarak diantara
permukaan sisi kopling (“gap”) lebih besar dari diameter kopling dan kedua poros
dapat diputar secara bersamaan. Hasil pengukuran
pada kedua permukaan diameter kopling akan
menggambarkan posisi penyimpangan pararel dan
menyudut secara bersamaan dalam arah vertikal
dan horisontal. Karena alat bantu yang digunakan
cukup panjang, berat dari peralatan tersebut akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan (“bracket sag”).
Untuk perhitungan selanjutnya “bracket sag” harus
diperhatikan.
Pada pengukuran “bracket sag”, neraca
kecil dibutuhkan untuk menentukan besar gaya
pencapaian posisi horisontal. Misalkan hasil
pengukuran neraca kecil sebesar 5 N untuk mencapai
posisi horisontal, kemudian pindahkan pemegang
“dail indicator” ke poros.
Atur “dail indicator” pada posisi “O”,
kemudian lepaskan neraca kecil, apabila
penyimpangan pembacaan pada “dial indicator” sebesar (-0,1) mm berarti besar
penyimpangan total adalah (-2).(-0,1) = + 0,2 mm.
Apabila “gap” kopling lebih besar dari
diameter kopling dan metode pemeriksaan yang
digunakan “face and rim”, maka akan didapatkan
hasil pemeriksaan yang kurang teliti. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan memasang “dial indicator”
pada permukaan diameter luar kopling lainnya.

 Metode “face to face distance”.


Metode ini digunakan apabila jarak
antara permukaan kopling jauh dan jenis kopling
yang digunakan “spacer coupling” atau “floating
shaft coupling”.

 Metode “Optical alignment”


Proses ini menggunakan perlengkapan peralatan secara khusus, dan hasil
pemeriksaannya lebih teliti dibandingkan dengan proses lainnya. Peralatan ini
dilengkapi dengan sistem “Computerized”.

2.3.4 Perbaikan Penyimpangan Pada Kopling

Untuk memperbaiki penyimpangan vertikal,


kaki-kaki pada mesin harus dinaikan atau
diturunkan sesuai dengan perhitungan, sebagai
pengganjal digunakan “shim”.
“Shim” dibuat sedikit lebih besar dari lebar
kaki mesin dan terbuat dari metarial yang kaku.
Hindari penggunaan beberapa buah “shim” yang
ditumpuk menjadi satu karena memungkinkan “shim”
bersifat seperti pegas.
Untuk memperbaiki penyimpangan horizontal,
kaki-kaki pada mesin harus digeser sesuai
perhitungan. Untuk mengetahui besar pergeseran,
digunakan sepasang “dial indicator” pada kaki-kaki
mesin.
Pada saat memperbaiki penyimpangan pada kopling, lakukan terlebih
dahulu perbaikan menyudut (pendekatan) dengan jaln mengatur “gap” pada empat
posisi. Kemudian perbaikan secara teliti dilakukan.
Untuk mencegah pergeseran mesin pada saat
dijalankan dan pemasangan ulang setelah proses
perawatan mein, digunakan pena sebagai penepat dan
pengamanan mesin.

2.4 Sistem Perawatan Instalasi Kopling

2.4.1 Dudukan dan pondasi mesin

Komponen bergerak dan yang


digerakkan pada saat datang dari pabrik pembuat
ada yang dipasang dalam satu dudukan rata
disebut “steel baseplates”.
Hindari pemasangan komponen mesin
secara langsung pada lantai di pabrik. Gunakan
“base pad” agar kaki-kaki dari komponen mesin
dapat duduk dengan rata dan ketelitian perbaikan dapat dicapai.
Pada suatu kondisi tertentu suatu kondisi tertentu pemasangan bertingkat
dapat juga dilakukan, seperti pada mesin yang memiliki “frame work”. Untuk
pemasangan digunakan pelat penyangga yang
dapat menumpu komponen. Pelat penyangga akan
menambah kekuatan susunan dan memberi
keseimbangan pondasi. Tebal minimum pelat
penyangga sebesar diameter baut yang digunakan

2.4.2 Penentuan reference pemasangan

Sebelum melakukan pemeriksanaan dan


perbaikan, kita harus menentukan sebuah
komponen yang akan dijadikan sebagai referensi terhadap komponen lainnya.
Komponen tersebut harus di “Leveling” terlebih dahulu.
Komponen yang dijadikan referensi adalah
komponen yang sukar digeser/dipindahkan atau
apabila pemindahan dilakukan akan mengganggu
instalasi yang sudah terpasang. Pada pemasangan
majemuk (melalui “Speed reducer”) arah
penyetelannya dari pompa ke motor.

2.4.3 Pemeriksanaan beberapa elemen

a. Bantalan
Agar mesin dapat bekerja dengan
maksimal, bantalan harus diperiksa terhadap batas
toleransi yang diijinkan. Pemeriksaan arah radial
dilakukan dengan menekan poros seperti pada
gambar. Batas toleransi yang diijinkan 0,003”(0,075 mm) TIR (“total indicating
reading”).
Pemeriksaan poros arah axial dilakukan dengan menarik dan mendorong
poros. Batas toleransi yang diijinkan 0,001” ÷ 0,004”(0,025 ÷ 0,1 mm) TIR.

b. Poros
Salah satu penyebab rusaknya komponen mesin pada saat operasi adalah
poros yang bengkok. Lakukan perbaikan sedapat
mungkin, apabila tidak memungkinkan ganti poros
tersebut.

c. Kopling
Dimensi kopling mempunyai batas toleransi
seperti selinderitas dan ketegaklurusan sisi kopling
dengan sumbu pusat. Pada rpm < 3600:
1. ø Kopling < 12” (304 mm) toleransi maksimum
0,0006” (0,15 mm) TIR.
2. ø Kopling > 12” toleransi maksimum = 0,008”
(0,02 mm) TIR
Pada rpm > 3600 toleransi maksimum = 0,004”
(0,1 mm) TIR.

2.4.4 Pemeriksaan kaki-kaki komponen mesin.

Pada saat meisn duduk diatas “base plates”.


Periksa kondisi tersebut dengan menggunakan “feeler gauge”.
Untuk pemeriksaan yang teliti digunakan “dial indicator” yang dipasang
pada kaki mesin. apabila terjadi regangan pegas pada laki-laki motor gunakan
“shim” untuk mengganjal kaki-kaki mesin.

2.4.5 Toleransi penyimpangan

Toleransi penyimpangan menyudut dan


pararel yang diijinkan tergantung dari jenis kopling
dan rekomendasi pabrik pembuat. Untuk kondisi
umum (kasar) dapat dijadikan patokan sebagai berikut :
- rpm <3600 ; TIR = 0,004” (0,1 mm)
- rpm >3600 ; TIR = 0,002” (0,05 mm)
Toleransi “gap” kopling didapat dari
rekomendasi pabrik pembuat. Pada saat memesan
kopling mintalah data spesifikasinya agar tidak
terjadi kesalahan pada saat penggunaan kopling.
Toleransi ketinggian dari sumbu poros terhadap landasannya harus
diperhatikan dan hubungan dengan penyimpangan pararel.

2.4.6 Keselamatan Kerja.

Pada saat beroperasi kopling yang berputar


dapat menyebabkan kecelakaan bagi manusia yang
berada di sekitarnya. Untuk menghindari hal
tersebut harus dibuat tutup pelindung.
Pada saat dilakukan pemeliharaan atau
perawatan pada kopling, gunakan peralatan atau alat angkat yang sesuai untuk
menghindari kerusakan pada sistem yang digunakan dan menghindari kecelakaan
teknisi pemeliharaan.

2.4.7 Pemeliharan Kopling

Gunakan pelumas yang sesuai pada


kopling. Jenis dan jumlah pelumas yang digunakan
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Lakukan pemeliharaan secara berkala sesuai dengan jadwal. Lihat lampiran 33
dan 34, mengenai kartu pemeriksaan kopling.
Pada saat anda akan mengganti kopling
yang lama dengan yang baru anda harus
memperhatikan beberapa faktor, seperti; ukuran
dimensi kopling, bahan material kopling, rpm
kopling, besar daya yang mampu diterima kopling
yang digunakan. Gunakan kopling yang telah di “balancing”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah penulis setelah membuat makalah ini, penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan ,yaitu;
1. Penulis mendapat banyak pengetahua selama membuat makalah ini
2. Salah satu bagian penting dari sebuah unit mesin adalah Kopling. Komponen
ini berfungsi untuk men-transmit torsi (meneruskan tenaga mekanis) dari driver
ke driven dengan cara menghubungkan kedua atau lebih poros mesin, misal
dari motor-listrik ke pompa.

3.2 Saran

Jika melakukan kegiatan perawatan kopling sebaiknya memperhatikan hal


berikut ini :

1. Lakukan dengan Konsisten cara, methode : pemasangan dan perawatan,


kopling harus di pasang/dialignment sesuai dengan petunjuk manual.
Perawatan harus mengikuti manual dan di improve dengan pengalaman yang
sudah teruji (proven). Biasanya manual installation & maintenance tidak
terurus / hilang. Historical record setiap mesin/peralatan harus di catat secara
rapi, terus menerus. Secara pirnsip histori, sekurang-kurangnya terdiri dari:
manual instalasi ,perawatan,operasi dan semua perwatan/perbaikan yang
pernah dilakukan dan renaca tindakan improvement.

2. Tahu batasan aligment atau spesifikasi kopling. Spesifikasi Alignment kopling


itu terdiri dari kombinasi : shaft offset, sudut dan axial movement harus
diketahui sebelum memasang. Harga axial actual pemasangan kedua mesin
tidak boleh lebih besar dari axial kopling, atau melampau harga flexiblelitas
kopling jika lebih besar berakibat al: bearing thrust mesin panas/rusak, dua
bagian kopling akan tarik menarik / rusak. Utk jenis deforming kopling axial
yang berlebihan akan membuat constant deforming dan mengakibatkan
constant strees , sehingga menurangi kemampuan utk mentransmit torque dan
mengatasi angular misalignment. Oleh sebab itu sangat penting utk familier
dengan batasan berapa besar misalignment dan recommendednya bagi setiap
kopling yang sedang di tangani, dapat diketahui dari manualnya.

3 Memasang baut tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendor dan harus sama
kekencangan stu baut dengan yg lain, Ini dpat dilakukan dengan alat/kunci
torsimeter. Baut juga merupakan bagian yang meng-transmit torque, berarti ada
shear strees. Jika terlalu kuat baut mengalami strees tarik dan shear/potong, hal
ini mengurangi kekuatan baut bahkan mudah timbula kerusakan. Jika terlalu
kendor dapat menimbulkan lepas dan tidak mating lagi. Jadi baut kopling
sudah di rancang besarnya pas dengan lubang baut, dan kekencangan harus
sesuai stnadart, tidak boleh diganti dengan beda ukuran. Besarnya sesuai
dengan beban yang akan di pikul. Beratnya harus sama agar tidak
menimbulkan unbalance. Letak baut di lubang kopling usahakan tidak tertukar
sebelum dan setelah dipasang, baut dan nutnya jangan tertukar, jika
membongkar buatlah tempat baut dengan nomor dan lubang sama dengan
kopling.

4 Pakailah lubrikan/grease yang tepat. Lubrikan merupakan darah-hidunya


kopling (jenis lubricated). Lebih dari 50% kerusakan premature, disebabkan
masalah2 grease: terlalu lama tidak diganti, bocor, kebanyakan/kekurangan,
salah pilih spec, sebagai orang maintenance harus menjadari bahwa grease
kopling tidak sama dengan grease bearing. Lubrican bearing memakai
(National Lubricating Grease Institute) NGLI grade 2 sedang utk kopling
memakai NGLI grade 1. Viscositas Grade 1 mendekati vis Oli.

5 Lakukan Preventive Maintenance. Hal in juga dapat dilakukan dengan tanpa


harus berhenti operasi atapun harus membongkar. Dengan alat thermografi kita
dapat mengetahui dan mendeteksi apakah ada kelainan2 dengan indikasi
panas2 yang berlebihan. Sehingga dapat dilakukan rencana tindakan2 lanjutan,
misal regreasing, realignment, ataupun penggantian2 bearing mesin yang
dikoplel.
Untuk on line inspeksi kopling “disc flex” dengan menggunakan strobe-light.
Dengan mengatur “flash” dapat diidentifikasi apakah disc flex/pack apakah
buckling, karatan atau retak. Jadi paling tidak ada 5 hal tsb diatas kita dapat
memperpanjang umur (live time) kopling bahkan juga mesin yang di”koplel”.
Mesin dan kopling merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi
umurnya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28677654/TEKNIK_PERAWATAN
http://soemarno.org/2009/03/31/lima-tips-optimalisasi-kopling/

Anda mungkin juga menyukai