Oleh :
NIM : 2111161124
FAKULTAS TEKNIK
2019
Oleh :
NIM : 2111161124
2111161124
Fakultas Teknik
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah diterima, disetujui, dan disahkan
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
Wirawan Piseno,ST.,MT
LEMBAR PERSEMBAHAN
Untuk belajar
Cinta
Kesetiaan
cita-citaku.
ANALISA CACAT
CACAT PADA PEMBUATAN
PEMBUATAN PRODUK FA-5 DENGAN
DENGAN
PROSES PENGECORAN PASIR DI CV. SURYA PRATAMA LOGAM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja
Lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebarkan
men yebarkan sumbernya.
Materi dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak/belum pernah disajikan/
digunakan sebagai bahan untuk makalah tugas akhir/ laporan Kerja Praktek
Lapangan lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya.
Saya memahami bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan yang saya kumpulkan ini
dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarism.
Yang menyatakan
Mengetahui ,
Ahmad
Drs. Bambang Santosa, ST., MT.
NID. 4121 041 55 NIP. 090011623
Oleh :
NIM : 2111161124
2111161124
Abstrak
Oleh :
Abstract
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat kepada kita
sekalian, sehingga laporan Praktek kerja Lapangan dengan judul “ Analisa Cacat
Pada Proses Pembuatan Produk FA5 di CV. Surya Pratama Logam ”, dapat
diselesaikan dengan baik.
1. Bapak Wirawan Piseno, ST.,MT, sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin
UNJANI
2. Bapak Deny Bayu Saefudin, ST., MT, sebagai Pembimbing di Jurusan
Teknik Mesin UNJANI
Masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada laporan ini, baik
dari segi penulisan maupun penyajiannya. Oleh karenanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangatlah di harapkan. Sehingga kesalahan dan kekurangan
tersebut dapat diperbaiki pada penyusunan berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai bahan cetakan. Sedangkan untuk cetakan permanen biasa terbuat dari baja
yang memiliki titik lebur lebih tinggi dari material besi cor yang dituangkan.
Cetakan permanen (permanen mold) yaitu cetakan yang dapat digunakan
secara berulang-ulang untuk membuat suatu produk, coran yang dihasilkan
mempunyai bentuk yang tepat dengan permukaan licin sehingga perkerjaan
permesinan dapat dikurangi ketika proses finishing.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan umum dari pelaksaan kerja praktek antara lain :
1. Mengetahui proses pembuatan produk dengan metoda pengecoran
menggunakan cetakan non permanent di CV. Surya Pratama Logam.
2. Mengetahui berbagai faktor yang sering terjadi dalam proses pengecoran
suatu produk di CV. Surya Pratama Logam.
BAB II
TINJAUAN UMUM OBJEK KERJA LAPANGAN
DIREKTUR
WAKIL
DIREKTUR
SEKRETARIS
PRODUKSI
PENEGECORAN PEMBUBUTAN
2.4 Deskripsi Tugas
Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para pengurus CV. Surya Pratama
Logam antara lain :
1. Direktur
a. Mengawasi jalannya produksi
b. Menerima laporan keuangan juga laporan produksi
c. Bertanggung jawab sepenuhnya atas semua hal mengenaai pengurusan
dan pemilikan (penguasaan) perseroan.
2. Bendahara
a. Mengelola pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan
dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan sebuah produk yang
diinginkan.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
PRAKTEK KERJA
a. Alat
1. Pemberat
2. Penumbuk
3. Palu
4. Ladel
5. Sekop
6. Tungku
9. Blower
10. Thermometer
Thermometer
11. Inti/core
Inti/core
12. Sarung
Sarung tangan
1 Alumunium 657
3 Besi 1535
7 Tembaga 1083
9 Zinc 419
13 FeO 1370
14 Fe2O3 1565
15 Fe3O4 1527
Untuk Tanur pelebur atau biasa disebut tungku ini menjadi bagian penting
dalam proses pengecoran logam. Tanur pelebur dalam pengecoran logam
digunakan untuk memasak ataupun mencairkan bahan baku yang digunakan untuk
membuat produk-produk coran yang akan dibuat ada 5 macam tanur pelebur yang
sering di gunakan hingga saat ini antara lain:
Tanur besalen
Tanur basalen merupakan tanur yang digunakan ratusan tahun yang
lalu pada awal mula industry pengecoran logam. Tungku ini
berbentuk pipa yang dibuat dari batu bata dan dilapisi tanah agar
tahann terhadap api tanah yang digunakan untuk membuat tungku
ini berasal dari bayat, bahan bakar tungku besalen adalah kayu
yang baranya dihembuskan dengan menggunakan blower.
Tanur Tukik
Kemudian sebagian pengusaha cor logam beralih menggunakan
tanur tukik. Tanur tukik ini memiliki kapasitas yang lebih besar dari
tanur besalen, tanur ini menggunakan bahan bakar kayu dan blower
yang digunakan menggunakan tenaga diesel. Aliran cairan logam
yang dihasilkan tanur tukik tidak bisa kontinyu
Tanur Kupola
Tanur kupola menggunakan bahan bakar batu bara yang
menggunakan blower untuk menghembuskan baranya, dalam
pengoprasiannya tanur kupola ini tidak memerlukan sumber daya
manusia yang banyak. Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana
baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api,
Muatannya terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks,
Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair
dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi.
Ketiga tanur diatas yaitu tanur besalen, tanur tukik dan kupola
digunakan untuk pengecoran logam dengan skala yang besar
sehingga tidak setiap hari dapat dilakukan pengecoran logam
Tanur Induksi
Tanur induksi muncul berkat adanya kemajuan teknologi dalam
pengecoran logam dan dapat disebut sebagai
sebagai generasi baru teknologi
peleburan logam tanur induksi ini menggunakan bahan bakar
beruapa daya listrik dalam pengoprasiannya, sehingga lebih ramah
r amah
3. Retakan
1. Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan
mata. Bentuk cacat ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir
permukaan cetakan yang mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut.
Kekasaran yang meluas merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh
pasir cetak yang tererosi. Bentuk
Bentuk cacat ekor tikus dan kekasaran yang meluas dapat
dilihat pada gambar 3.1.
Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
Kecepatan penuangan terlalu lambat
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang
sei mbang selama pembekuan.
Bentuk cacat retakan dapat dilihat pada gambar berikut.
perlu.
Pengisian logam cair dari beberapa tempat
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga
Cacat kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola
yang di buat untuk memeuat cetaka ukuranya tidak sesuai dengan ukuran coran
yang diharapkan. Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang
mengembang atau penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan. Pencegahn
kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti dan cermat. Menjaga cetakan
tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam dengan cermat,
sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyuutan logam yang terjadi saat
pembekuan.
Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke
dalam cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau
pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur coran
berupa struktur cil. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat inklusi dan struktur
tidak seragam dapat dilihat pada table berikut.
8. Deformasi
Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat oleh
mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari permukaan
coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir terbuka. Cacat
ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah dikerjakan dengan
mesin. Bentuk cacat struktur butir terbuka dapat dilihat pada gambar berikut.
Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P yang tidak sesuai.
Pencegahan cacat ini adalah dengan merencanakan logam coran dengan kadar C,
Si dan P yang sesuai.
kedalam cetakan dalam waktu tertentu, bila laju penuangan terlalu rendah
maka logam akan menjadi dingin dan membeku sebelum pengisian seluruh
rongga cetakan selesai dan sebaliknya bila laju penuangan terlalu tinggi
maka akan terjadi turbulensi yang mengakibatkan cacat coran.
Turbulensi dalam aliran cairan adalah kecepatan aliran cairan yang tidak
Garis awal terjadinya pembekuan disebut garis liquidus, dan garis akhir
pembekuan disebut garis solidus. Suatu paduan dengan komposisi tertentu bila
didinginkan dalam waktu yang sangat lambat, maka pembekuan akan mulai terjadi
pada saat temperatur mencapai garis liquidus, dan pembekuan berakhir bila telah
mencapai garis solidus. Setelah itu pendinginan akan berjalan terus hingga
mencapai temperatur kamar.
D250 adalah suatu produk yang digunakan untuk menyatukan kabel- kabel
yang memiliki diameter yang besar ataupun banyak agar dapat tersusun rapih
menjadi satu sehingga kabel dapat terkunci dan tidak terjadinya pergerakan pada
kabel, produk ini di umumnya gunakan untuk kabel-kabel PLN yang memiliki
diameter-diameter yang besar dan banyak. Adapun proses pembuatan Fan FA-5
ini yaitu:
Proses peleburan
oksidasi, lebih baik memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian
dipanaskan. jika bahan sudah mencair, fluks harus ditaburkan untuk mencegah
oksidasi dan absorsi gas. Selama pencairan, permukaan harus ditutup dengan
fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segregasi
(perubahan komposisi pada tiap bagian specimen).
Pada saat kerja praktek cetakan yang dibuat telah ada dan tidak dilakukan
pembuatan cetakan, gating sistemnya menggunakan sistem saluran tegak dan
memiliki model tanam yaitu cairan logam yang dimasukan kedalam cetakan
logam hanya memiliki satu buah jalan masuk dan keluar, dimana raiser di
satukan dengan saluran masuk, kemudian cetakan yang telah ada di panaskan
di atas tungku hingga suhu cetakan mencapai sekitar 300˚C-400˚C ini bertujuan
supaya temperatur cairan tidak turun ataupun tekejut karena cetakan yang
dingin, jika cetakan dingin maka cairan coran akan cepat membeku sehingga
akan tertahan di atas dan tidak mengalir ke sudut-sudut produk yang akan
dibuat.
Proses Penuangan
Proses penuangan menggunakan cawan tuang, suhu penuangan kurang lebih
680˚C, proses pengecoran menggunakan grafity permanent mold casting,
dilakukan hingga cairan almunium keluar sedikit dari cetakan dan di diamkan
hingga terjadi proses pembekuan.
3.7.2. Pembahasan
Gating system
G = 1 kg
Waktu Tuang……….Tata Surdia (Teknik Pengecoran Logam),2006
hal 71
tp =1.25 x √2.
Dimana : tp = waktu tuang (detik)
G = berat tuang (kg)
= 1.25 X √2 1
1
= 1,76 detik
Faktor hambat alir = 0.7 ᶓ (bentuk agak sulit)
Untuk saluran turun di buat seperti gambar di bawah ini dimana h=a dengan jarak
a=2cm
Dengan memperhatikan faktor hambatan alir maka rumus luas saluran masuk menjadi
Dimana :
Asm = Luas penampang saluran masuk (cm2)
G = Berat benda (kg)
ρ (alumunium) (kg/dm3)
= Berat jenis coran (alumunium)
4 9,6
=√
3.14
= 3,49 cm ≈ 34,9 mm
Dalam pembuatan FA-5 ini terdapat cacat coran berupa shrinkage (penyusutan)
yaitu suatu fenomena fisik yang terjadi pada benda saat mengalami pendinginan. Bila
benda dalam keadaan cair maka penyusutan hanya akan mengurang
mengurangii volume tanpa
mengubah bentuk. Bila benda dalam keadaan padat maka susut akan mengubah volume
sekaligus ukuran (benda mengecil), kemudian jika benda tersebut masih dalam keadaan
sebagian masih cair dan sedang mengalami pembekuan maka penyusutan tersebut akan
meninggalkan rongga dimana terjadi pembekuan paling akhir (daerah yang menyimpan
panas paling lama),
lama), rongga tersebut
tersebut lah yang dinamakan
dinamakan shrinkage.
Adapun cacat lain yang di temukan saat proses pembuatan FA-5 ini ialah cacat
ekor tikus yang merupakan cacat yang terdapat diluar yang dapat dilihat dengan kasat mata
bentuk cacat seperti ekor tikus ini dikarenakan ikatan antar
antar cetakan yang kurang kuat dan
masih terdapat rongga sehingga cairan coran melebar masuk ke dalam rongga tersebut. Ini
dapat diatasi dengan proses pemotongan dengan mesin cutting dan gerinda jika terdapat
pada bagian sisi coran, jika pada bagian tengah maka di lakukan proses penggetokan
penggetokan
dengan menggunakan palu dan pahat hingga rata.
Gambar 3.11. Proses Pengetukan Cacat Ekor Tikus Pada Produk Fan FA-5
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Proses pembuatan Fan FA-5 dengan menggunakan
menggunakan cetakan non permanent
dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Almunium di panaskan di dalam tungku sumuran (kupola) sampai
dengan suhu antara 660˚C-700˚C.
2. Almunium cair tadi di masukan ke dalam cetakan permanen dengan
pengecoran gravity lalu di diamkan sejenak hingga membeku.
3. Lakukan proses pembongkaran cetakan, lalu pukul dengan palu
hingga benda kerja terlepas dari cetakan.
Adapun proses finishing pada pembuatan Fan FA-5 seperti berikut:
1. Lakukan proses cutting untuk cacat ekor tikus dan bagian yang tidak
rata pada sisi coran.
2. Lakukan proses penghalusan permukaan dengan menggunakan
gerinda halus.
3. Lakukan proses pendrillan dengan pahat 8mm pada bagian tengah
benda untuk tempat baut
baut dan murnya.
4. Lakukan proses pengecatan menggunakan pilox dengan warna silver
untuk pengecatan dilakukan dengan jarak pilox dan benda kurang
lebih 20 cm agar cepat kering lalu panaskan menggunakan panas
matahari.
Cacat coran atau kerusakan yang sering terjadi pada proses pembuatan Fan
FA-5 yaitu :
4. Cacat ekor tikus
5. Penyusutan
4.2. Saran
1. Universitas Jenderal Achmad Yani Dapat menjalin kerja sama dengan
beberapa perusahaan agar mahasiswa dapat tersalurkan dan tidak telat
mendapatkan tempat praktek kerja industri.
2. Peralatan yang digunakan beserta alat safety di perusahaan lebih di
perbanyak dan digunakan
digunakan berdasarkan keperuntukannya.
keperuntukannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://indonesia-mekanikal.blogspot.com
http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/03/teknik-peng
/2008/03/teknik-pengecoran-
ecoran-
logam.html
logam.html
https://www.pengelasan.net/titik-lebur-logam/
https://logamceper.com/cac
https://logamceper.com/cacat-coran-dan-
at-coran-dan-pencegaha
pencegahaanya/
anya/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pendidikan/11.+Cacat+cora
n+dan+p encegahannya.pdf
https://logamceper.com/5-macam-tanur-pelebur-dalam-pengecoran-logam/
Tata Surdia,Teknik Pengecoran Logam,P