Anda di halaman 1dari 43

 

PROSES PEMBUATAN PRODUK D-250


(KOMPONEN DCA25 GENERATOR DENYO)
DENGAN METODE PENGECORAN
DI CV. SURYA PRATAMA LOGAM

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Pelaksanaan : 1 Juli s/d 30 Juli 2019

Oleh :

Irvan Dwi Cahyanto

 NIM : 2111161124

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


 

2019
 

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :

Irvan Dwi Cahyanto

 NIM : 2111161124
2111161124

Program Studi Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Universitas Jenderal Achmad Yani

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini telah diterima, disetujui, dan disahkan

menjadi syarat menyelesaikan mata kuliah praktek kerja lapangan

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II/ SPL

Drs. Bambang Santosa, ST., MT. Ahmad


 NID. 4121 041 55  NIP. 090011624

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin

Wirawan Piseno,ST.,MT
 

LEMBAR PERSEMBAHAN

Laporan PKL ini ku persembahkan kepada :

Bapak dan Ibu tercinta

Yang telah memberikan kasih sayang

Mendidik dan memberikan kesempatan kepadaku

Untuk belajar

Cinta

Yang menciptakan ketulusan kejujuran keberanian kepercayaan dan

Kesetiaan

Serta orang-orang yang membantu berjuang untuk menggapai

cita-citaku.
 

LEMBAR PERNYATAAN PENULISAN LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISA CACAT
CACAT PADA PEMBUATAN
PEMBUATAN PRODUK FA-5 DENGAN
DENGAN
PROSES PENGECORAN PASIR DI CV. SURYA PRATAMA LOGAM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja
Lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebarkan
men yebarkan sumbernya.

Materi dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak/belum pernah disajikan/
digunakan sebagai bahan untuk makalah tugas akhir/ laporan Kerja Praktek
Lapangan lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya.

Saya memahami bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan yang saya kumpulkan ini
dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya

 plagiarism.

Cimahi, 12 Juli 2019

Yang menyatakan

Irvan Dwi Cahyanto


 NIM. 2111161124
2111161124

Mengetahui  ,

Pembimbing I Pembimbing II/ SPL

Ahmad
Drs. Bambang Santosa, ST., MT.
 NID. 4121 041 55  NIP. 090011623
 

ANALISA CACAT PEMBUATAN PRODUK FA-5 DENGAN PROSES


PENGECORAN PASIR DI CV. SURYA PRATAMA LOGAM

Oleh :

Irvan Dwi Cahyanto

 NIM : 2111161124
2111161124

Abstrak

Pengecoran merupakan proses yang digunakan dalam bidang manufacturing


dalam pembuatan
pembuatan suatu produk
produk tertentu dengan meleburkan berbagai logam
logam
diatas titik rekrealistasi kemudian dituangkan kedalam cetakan yang telah dibuat.

Kata kunci : Pengecoran  


 

ANALISA CACAT PEMBUATAN PRODUK FA-5 DENGAN PROSES


PENGECORAN PASIR DI CV. SURYA PRATAMA LOGAM

Oleh :

Irvan Dwi Cahyanto


 NIM : 2111161124
2111161124

Abstract  
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat kepada kita
sekalian, sehingga laporan Praktek kerja Lapangan dengan judul “ Analisa Cacat
Pada Proses Pembuatan Produk FA5 di CV. Surya Pratama Logam ”, dapat
diselesaikan dengan baik. 

Didalam penyelesaiannya penulis banyak sekali dibantu oleh beberapa pihak,


oleh karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih
kepada :

1.  Bapak Wirawan Piseno, ST.,MT, sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin
UNJANI
2.  Bapak Deny Bayu Saefudin, ST., MT, sebagai Pembimbing di Jurusan
Teknik Mesin UNJANI

3.  Bapak Ahmad sebagai pembimbing di SPL (Surya Pratama Logam).


Logam).
4.  Segenap Staf dan Karyawan SPL (Surya Pratama Logam), khususnya
dibagian Produksi yang telah membantu dalam praktek kerja lapangan ini.
5.  Bapak dan Ibu tercinta yang selalu ikhlas dan penuh dengan kesabaran
membesarkan, mendoakan dan mendidik hingga saat ini. Bapak dan Ibu
semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik.
6.  Teman-teman penulis yang telah membantu dan memberikan semangat
dalam penyusunan laporan ini.

Masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada laporan ini, baik

dari segi penulisan maupun penyajiannya. Oleh karenanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangatlah di harapkan. Sehingga kesalahan dan kekurangan
tersebut dapat diperbaiki pada penyusunan berikutnya.

Cimahi, 12 Juli 2019

Penulis
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Di zaman yang modern ini perkembangan teknologi yang semakin
 berkembang dengan pesat dan semakin lama semakin maju, untuk itu sebagai
seorang yang akan berkerja diruang lingkup teknik mesin harus bisa
mengembangkan berbagai kemampuan dalam bidang teknik. Sehingga kita dapat
 belajar dan terjun langsung kedunia kerja yang nyata, untuk mencetak tenaga
terampil tersebut, dibutuhkan tenaga pendidik yang mempunyai kemampuan
tinggi pula sehingga diharapkan dapat menghasilkan tenaga yang berkualitas.
Berkaitan dengan hal tesebut, maka Universitas Jenderal Achmad Yani
mewajibkan setiap mahasiswa untuk ikut melaksanakan praktek kerja industri
 pada suatu perusahaan yang sesuai dengan program studi masing-masing. Hal ini
diharapkan agar nantinya setelah menyelesaikan program pendidikan dapat
 beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya disamping untuk menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Dari sekian banyak yang dipelajari didunia teknik mesin salah satu
diantaranya adalah pengecoran, dimana merupakan suatu proses pembentukan
yang telah mendukung pembuatan suatu benda yang baik, berkualitas dan
 bermanfaat. Pengecoran logam merupakan industri hulu dalam bidang
manufaktur, pengertian dari pengecoran logam itu sendiri adalah suatu teknik
 pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian
dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk
cor yang akan dibuat.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pengecoran pada umumnya dari
mulai pembuatan pola, cetakan, proses peleburan, menuang, membongkar, dan
membersihkan produk coran (finishing). Hampir semua benda-benda logam yang
 berbentuk rumit baik logam ferro maupun logam non ferro mulai dari yang
 berukuran kecil hingga besar dapat dibuat dengan
dengan proses pengecoran.
Dalam proses pengecoran terdapat beberapa cetakan yang digunakan,
cetakan tidak permanen, dan cetakan permanen. Contoh dari cetakan non
 permanen yaitu cetakan pasir dimana proses pengecoran menggunakan pasir
 

sebagai bahan cetakan. Sedangkan untuk cetakan permanen biasa terbuat dari baja
yang memiliki titik lebur lebih tinggi dari material besi cor yang dituangkan.
Cetakan permanen (permanen mold) yaitu cetakan yang dapat digunakan
secara berulang-ulang untuk membuat suatu produk, coran yang dihasilkan
mempunyai bentuk yang tepat dengan permukaan licin sehingga perkerjaan
 permesinan dapat dikurangi ketika proses finishing.

1.2  Rumusan Masalah 


Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dalam laporan praktek kerja
industri ini dapat dirumuskan sebagai berikut antara lain :
1.  Faktor apa saja yang mempengaruhi pada proses pengecoran ?
2.  Bagaimana proses pembuatan produk ?
3.  Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam proses pengecoran?
4.  Bagaimana keuntungan dan kerugian dalam pembuatan suatu produk
menggunakan proses pengecoran?

1.3  Tujuan 
Adapun tujuan umum dari pelaksaan kerja praktek antara lain :
1.  Mengetahui proses pembuatan produk dengan metoda pengecoran
menggunakan cetakan non permanent di CV. Surya Pratama Logam.
2.  Mengetahui berbagai faktor yang sering terjadi dalam proses pengecoran
suatu produk di CV. Surya Pratama Logam.

1.4  Batasan Masalah 


Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penulisan laporan agar tidak
melebar dari pembahasan topik yaitu :
1.  Bahan yang dipakai yaitu Almunium paduan dengan kadar silicon
sili con 10-12%
2.  Proses pengecoran menggunakan cetakan non permanent
3.  Suhu peleburan kurang lebih sekitar 657 ℃ 
4.  Pasir cetakan yang digunakan adalah pasir silica.
 

1.5  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek  


Pelaksanaan praktek kerja industri ini dilakukan disalah satu badan usaha
milik pribadi yaitu industri pembuatan proses pengecoran tepatnya di CV. Surya
Pratama Logam yang berada di Jalan Raden Ganda No. 95, Sukaraja, Cicendo,
Kota Bandung, Jawa Barat.
Sedangkan untuk waktu pelaksanaan kegiatan praktek kerja industri ini telah
diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jadwal perkuliahan yaitu
dilaksanakan pada tanggal 1 Juli
J uli 2019 sampai dengan 30 Juli 2019.

1.6  Jadwal Kegiatan dan Alokasi Waktu 


Pada kerja praktik yang saya laksanakan dilakukan seminggu 2 kali dengan
waktu perharinya 8 jam

1.7  Sistematika Penulisan 


Adapun sistematika yang dipakai dalam penulisan laporan kerja praktek ini antara
lain:
BAB I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,
waktu dan tempat kerja praktek, sistematika penulisan, dan metode pengumpulan
data.
BAB II Tinjauan Umum Objek Kerja Lapangan
Berisi tentang sejarah perusahaan, kegiatan instalasi, struktur organisasi, visi
dan misi perusahaan, sistematika dan tata kerja.
BAB III Tinjauan Pustaka
Berisi tentang materi-materi yang berkaitan dengan topik yang dibahas dari
 bidang teknik yang diambil
diambil yaitu pengecoran logam.
BAB IV Kesimpulan dan Saran
 

1.8  Metoda Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan praktek kerja ini, memerlukan data-data yang akan
di lakukan adalah :
1.  Observasi
Pengamatan langsung yang digunakan di dalam ruang lingkup CV Surya
Pratama Logam.
2.  Wawancara
Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan melakukan diskusi dengan
 pembimbing dan pegawai
pegawai CV. Surya Pratama Logam.

 
 

BAB II
TINJAUAN UMUM OBJEK KERJA LAPANGAN

2.1  Sejarah Singkat Perusahaan


CV atau perseroan komanditer suatu perusahaan yang didirikan oleh satu
atau beberapa orang secara tanggung-menaggung, bertanggung jawab untuk
seluruhnya atau bertanggung jawab secara soldier, dengan satu orang atau lebih
sebagai pelepas uang.
CV. Surya Pratama Logam merupakan suatu badan usaha bisnis yang
 bergerak di bidang Pengecoran Logam, Bengkel Bubut, dan Perdagangan umum,
yaitu suatu kegiatan bisnis yang berkaitan dalam soal peleburan logam,
 pencetakan produk yang diinginkan, dan lain-lain. Dengan produk logam yang
dihasilkan baik dari bahan alumunium, kuningan, timah, tembaga, besi dan
lainnya.
CV. Surya Pratama Logam didirikan pada tahun 2005, bermodal
 pengalaman kerja di bidang pengecoran logam dan spesialisasi permesinan.
Berkat kerja sama tim, kerja keras, disiplin dan tanggung jawab yang baik
sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas, dan seiring berjalannya
waktu menjadi perusahaan yang solid dan mampu menjalin hubungan kerja atau
mitra kerja dengan perusahaan-perusahaan besar.
Dengan sistem pengelolaan yang sangat efisien dan efektif terhadap waktu
maka CV. Surya Pratama Logam terus berusaha meningkatkan hasil-hasil produk
 pengecoran yang berkualitas dengan waktu penyelesaian yang sepakati bersama.

2.2  Kegiatan Instalasi


Kegiatan perkerjaan yang ada pada CV. Surya Pratama Logam yaitu masuk
 pada pukul 08.00 WIB sampai pada pukul 16.00 WIB dari hari senin hingga
sabtu, perkerjaan yang dapat dikerjakan bermacam-macam sesuai perkerjaan yang
harus dikerjakan salah satunya adalah proses peleburan (pengecoran), proses
 permesinan, proses pengelasan, dan lain sebagainya. Bagi mahasiswa yang kerja
 praktek dapat menekuni dan menyesuaikan perkerjaan apa yang akan di kerjakan/
laksanakan.
 

2.3  Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan hubungan antara karyawan dan atasannya
 juga menggambarkan pembagian perkerjaan dan tanggung jawab suatu kelompok
kerja. Struktur organisasi selalu tergantung pada luasnya bidang pekerjaan, dalam
struktur organisasi akan terlihat jelas karena digambarkan dalam badan organisasi
yang membuat kedudukan dan status fungsional.

DIREKTUR

WAKIL

DIREKTUR

SEKRETARIS

SEKSI SDM BENDAHARA

PRODUKSI

BAGIAN BAGIAN BAGIAN FRECE

PENEGECORAN PEMBUBUTAN

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Surya Pratama Logam


(Sumber : Seksi SDM CV. Surya Pratama Logam)

 
2.4 Deskripsi Tugas
Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para pengurus CV. Surya Pratama
Logam antara lain :
1.  Direktur
a.  Mengawasi jalannya produksi
 b.  Menerima laporan keuangan juga laporan produksi
c.  Bertanggung jawab sepenuhnya atas semua hal mengenaai pengurusan
dan pemilikan (penguasaan) perseroan.
2.  Bendahara
 
a. Mengelola pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan
 

3.  Seksi SDM


a.  Menyusun dan mengkoordinasi kegiatan perancanaan dan pengembangan
sumber daya manusia.
 b.  Mengolah data karyawan untuk kehadiran/ absensi kerja dan penggajian
karyawan.
c.  Membuat laporan kehadiran kerja karyawan agar diketahui aktivitas dan
 produktifitas karyawan diperusahaan.
d.  Mengelola pengajian karyawan dan membuat laporan gaji karyawan.

2.5  Visi dan Misi Perusahaan


Perusahaan
Sejak awal berdirinya perusahaan ini dengan nama CV. Surya Pratama
Logam dan juga sebagai perusahaan yang ingin selalu berkembang maka CV.
Surya Pratama Logam ini tentunya memiliki visi dan misi untuk menjalankan
aktivitas usahanya, maka visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :
2.5.1  Visi
Adapun visi yang dibuat oleh prusahaan CV. Surya Prtama Logam
antara lain :
1.  Dapat menjadi perusahaan pengecoran dan pembubutan yang terbaik.
2.  Dapat menjadi perusahaan yang dapat diandalkan oleh organisasi swasta
lainnya.
2.5.2  Misi
Adapun misi yang dibuat oleh perusahaan CV. Surya Pratama Logam
antara lain :
1.  Selalu memberikan yang terbaik serta mempunyai nilai yang berkualitas
 pada setiap produk yang dihasilkan.
2.  Mengemban mutu SDM perusahaan agar tercipta SDM yang professional
yang menunjang mutu produk maupun pelayanan.

2.6  Sistem dan Tata Kerja


Secara garis besar proses produksi D250 menggunakan sistem pengecoran
mencangkup beberapa hal antara lain :
 

2.6.1 Production Planing


1. Mempersiapkan peralatan dan
dan bahan yang
yang dibutuhkan dalam pembuatan
 produk
2. Mempersiapkan tungku pembakaran untuk meleburkan logam.
3. Penghalusan dengan proses grinding.
grinding.
4. Proses Pengurdian (gurdi)
5. Proses Pendempulan
6. Proses Pengecetan
7. Pembuatan D250
D250 dengan
dengan proses pengecoran

2.6.2 Order Material

Pengertian secara umum mengenai bahan baku merupakan bahan


mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk dimana bahan tersebut

dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan sebuah produk yang
diinginkan.
 

BAB III

HASIL PELAKSANAAN

PRAKTEK KERJA

3.1.  Analisis Masalah

3.1.1  Pengertian Pengecoran


Pengecoran (Casting) Adalah proses dimana logam cair mengalir dengan gaya
gravitasi atau gaya lain, kedalam cetakan, yang kemudian akan memadat atau
dibiarkan membeku di dalam cetakan dan mengikuti bentuk dari ruang cetakan
tersebut. Pengecoran dibuat untuk membuat sebuah komponen yang sangat
kompleks.

3.1.1  Proses Pengecoran


Pada umumnya proses pengecoran logam dapat diuraikan sebagai berikut:
1.  Proses pembuatan model
2.  Proses pembuatan cetakan
3.  Persiapan dan peleburan logam
4.  Penuangan logam cair kedalam cetakan:

  Untuk cetakan terbuka logam cair hanya dituang hingga memenuhi


rongga yang terbuka (Gambar 3.1 (a))
  Untuk cetakan tertutup logam cair dituang hingga memenuhi sistem
sis tem
saluran masuk (Gambar 3.1 (b))

Gambar 3.1 Jenis Cetakan (a) Terbuka, (b) Tertutup


 

5.  Setelah dingin benda cor dilepaskan dari cetakannya


6.  Untuk beberapa metode pengecoran diperlukan proses pengerjaan lanjutan
l anjutan
seperti:
  Memotong logam yang berlebihan
  Membersihkan permukaan
  Memeriksa produk cor
  Memperbaiki sifat mekanik dengan perlakuan panas (heat treatment)
  Penyesuaian ukuran dengan metode pemesinan

3.1.1  Alat dan Bahan


Adapun macam-macam alat dan bahan yang di pakai dalam proses pengecoran
ini, yaitu:

a. Alat
1.  Pemberat

2.  Penumbuk

3.  Palu

4.  Ladel

5.  Sekop

6.  Tungku

7.  Frame cetakan

8.  Model/ pola

9.  Blower

10. Thermometer
Thermometer

11. Inti/core
Inti/core

12. Sarung
Sarung tangan
 

Tabel 3.1. Logam Pada Pengecoran Beserta Titik Leburnya

 No Logam dan Oksida Logam


Logam Suhu Lebur(0C)

1 Alumunium 657

2 Alumunium Oxide 2020-2050

3 Besi 1535

4 Besi Tuang Kelabu 1200

5 Baja Karbon Rendah 1500

6 Baja Karbon Tinggi 1300-1400

7 Tembaga 1083

9 Zinc 419

10 Oksida Zinc 1800

11 Oksida Tembaga 1236

12 Tin Bronze 850-950

13 FeO 1370

14 Fe2O3 1565

15 Fe3O4 1527

Untuk Tanur pelebur atau biasa disebut tungku ini menjadi bagian penting
dalam proses pengecoran logam. Tanur pelebur dalam pengecoran logam
 

digunakan untuk memasak ataupun mencairkan bahan baku yang digunakan untuk
membuat produk-produk coran yang akan dibuat ada 5 macam tanur pelebur yang
sering di gunakan hingga saat ini antara lain:
  Tanur besalen
Tanur basalen merupakan tanur yang digunakan ratusan tahun yang
lalu pada awal mula industry pengecoran logam. Tungku ini
 berbentuk pipa yang dibuat dari batu bata dan dilapisi tanah agar
tahann terhadap api tanah yang digunakan untuk membuat tungku
ini berasal dari bayat, bahan bakar tungku besalen adalah kayu
yang baranya dihembuskan dengan menggunakan blower.
  Tanur Tukik
Kemudian sebagian pengusaha cor logam beralih menggunakan
tanur tukik. Tanur tukik ini memiliki kapasitas yang lebih besar dari
tanur besalen, tanur ini menggunakan bahan bakar kayu dan blower
yang digunakan menggunakan tenaga diesel. Aliran cairan logam
yang dihasilkan tanur tukik tidak bisa kontinyu
  Tanur Kupola
Tanur kupola menggunakan bahan bakar batu bara yang
menggunakan blower untuk menghembuskan baranya, dalam
 pengoprasiannya tanur kupola ini tidak memerlukan sumber daya
manusia yang banyak. Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana
 baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api,
Muatannya terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks,
Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair
dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi.
Ketiga tanur diatas yaitu tanur besalen, tanur tukik dan kupola
digunakan untuk pengecoran logam dengan skala yang besar
sehingga tidak setiap hari dapat dilakukan pengecoran logam
  Tanur Induksi
Tanur induksi muncul berkat adanya kemajuan teknologi dalam
 pengecoran logam dan dapat disebut sebagai
sebagai generasi baru teknologi
 peleburan logam tanur induksi ini menggunakan bahan bakar
 beruapa daya listrik dalam pengoprasiannya, sehingga lebih ramah
r amah
 

lingkungan. Dengan menggunakan tanur induksi pengusaha


 pengecoran logam dapat membuat berbagai varian baru
dariproduknya hal ini terjadi karena tungku induksi mampu
melebur berbagai macam jenis logam seperti besi dan baja selain
itu dapat juga di gunakan untuk peleburan bersekala kecil dan
dapat kapan saja melakukan pengecoran logam, juga mampu
mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil namun tanur
 jenis ini masih memiliki kekurangan dengan harga yang relatif
tinggi.
  Tanur Krusibel
Tanur krusibel merupakan tanur yang digunakan untuk peleburan
logam non ferro seperti almunium bahan bakar yang di gunakan
 pada tungku ini adalah minyak kemudian api yang dihasilkan akan
dihembuskan dengan menggunakan blower, Tungku ini bisa dalam
keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-pindahkan dan
dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro

3.1.  Cacat coran


Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Cacat pada Coran Proses pengecoran
dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan, proses
 peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik
maka semuanya harus
har us direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun
hasil coran sering terjadi ketidak sempurnaan atau cacat. Cacat yang terjadi pada
coran dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu :
1. Desain pengecoran dan pola
2. Pasir cetak dan desain cetakan dan inti
3. Komposisi muatan logam
4. Proses peleburan dan penuangan
5. Sistim saluran masuk dan penambah.
Komisi pengecoran internasional telah membuat penggolongan cacat-cacat
coran dan dibagi menjadi 9 macam, yaitu :
1.  Ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
2.  Lubang-lubang
 

3.  Retakan
 

4.  Permukaan kasar


5.  Salah alir
6.  Kesalahan ukuran
7.  Inklusi dan struktur tak seragam
8.  Deformasi

9.  Cacat-cacat tak nampak

1.  Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan
mata. Bentuk cacat ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir
 permukaan cetakan yang mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut.
Kekasaran yang meluas merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh
 pasir cetak yang tererosi. Bentuk
Bentuk cacat ekor tikus dan kekasaran yang meluas dapat
dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Cacat Ekor Tikus

Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
  Kecepatan penuangan terlalu lambat

  Temperatur penuangan terlalu tinggi

  Ketahanan panas pasir cetak rendah

  Terjadi pemanasan setempat akibat letak saluran turun


t urun yang salah
  Pasir cetak banyak mengandung unsure kental atau
at au lumpur
  Perbaikan cetakan yang tidak sempurna

  Pelapisan cetakan yang terlalu tebal

  Kepadatan cetakan pasir yang kurang

  Lubang angin pada cetakan kurang


 

Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan merencanakan


 pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik.
bai k. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan adalah :
  Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak banyak

mengandung unsur lumpur.


  Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin

yang cukup dan pelapisan tipis yang merata.


  Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran,

  Mengecek temperatur logam sebelum penuangan, temperatur tuang harus

sesuai yang disyaratkan.


  Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.

2.  Cacat lubang-lubang


Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam. Berikut
 bentuk cacat lubang-lubangbeserta penyebab dan pencegahannya dapat dibedakan
menjadi :
Tabel 3.2. Cacat Lubang-lubang
 

3.  Cacat Retakan

Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang
sei mbang selama pembekuan.
Bentuk cacat retakan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Cacat Retakan


 

Penyebab cacat reakan adalah :

  Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan,

seperti perbedaan tebal dinding coran yang tidak seragam


  Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian dari coran.

  Ukuran saluran turun da penambah yang tidak memadahi


me madahi
.Upaya untuk mencegah cacat retakan adalah sebagai berikut:

  Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil bila

 perlu.
  Pengisian logam cair dari beberapa tempat

  Waktu penuangan harus sesingkat mungkin

  Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam

  Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran.

4.  Cacat Permukaan Kasar

Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar.


Cacat ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong
ke atas, pelekat, penyinteran dan penetrasi logam. Bentuk, penyebab dan
 pencegahan cacat permukaan kasar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Cacat Permukaan Kasar


 

5.  Cacat salah alir

Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga

cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku


sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan. Bentuk cacat salah alir dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3. Cacat Salah Alir


 

Penyebab cacat salah alir yaitu :

  Coran terlalu tipis

  Temperature penuangan terlalu rendah

  Laju penuangan terlalu lambat

  Aliran logam cair tidak seragam akibat sistim


sist im saluran yang jelek.
  Lubang angin pada cetakan kurang

  Sistim penambah yang tidak sempurna

Pencegahannya adalah sebagai berikut :

  Temperatur tuang harus cukup tinggi

  Kecepatan penuangan harus cukup tinggi

  Perencanaan sistim saluran yang baik

  Lubang angin harus ditambah

  Menyempurnakan sistim penambah

6.  Cacat kesalahan ukuran

Cacat kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola
yang di buat untuk memeuat cetaka ukuranya tidak sesuai dengan ukuran coran
yang diharapkan. Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang
mengembang atau penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan. Pencegahn
kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti dan cermat. Menjaga cetakan
tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam dengan cermat,

sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyuutan logam yang terjadi saat
 pembekuan.

7.  Cacat Inklusi dan struktur tak seragam

Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke
dalam cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau
 pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur coran
 berupa struktur cil. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat inklusi dan struktur
tidak seragam dapat dilihat pada table berikut.
 

Tabel 3.4. Cacat Inklusi Dan Struktur Tak Seragam

8.  Deformasi

Cacat deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan


akibat gaya yang timbul selama penuangan dan pembekuan. Bentuk, pen
penyebab
yebab dan
 pencegahan cacat deformasi dapat dilihat pada tabel 3.5.
 

Tabel 3.5. Cacat Deformasi

9.  Cacat-cacat tak tampak

Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat oleh
mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari permukaan
coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir terbuka. Cacat
ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah dikerjakan dengan
mesin. Bentuk cacat struktur butir terbuka dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.4. Cacat Tak Tampak


 

Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P yang tidak sesuai.
Pencegahan cacat ini adalah dengan merencanakan logam coran dengan kadar C,
Si dan P yang sesuai.

3.2.  Penuangan logam cair pada cetakan

Setelah pemanasan, logam siap untuk dituangkan melalui sistem saluran


masuk kedalam rongga cetakan, hal ini merupakan suatu tahapan yang kritis dalam
 proses penuangan. Agar tahapan ini dapat berhasil, logam cair harus mengalir ke
semua bagian dari rongga cetakan. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam oprasi
 penuangan adalah:

  Temperatur penuangan (pouring temperatur) adalah temperatur logam cair

 pada saat dituangkan kedalam cetakan, hal penting yang haraus di


 perhatikan disini adalah perbedaan temperatur antara temperatur
 penuangan dengan temperatur logam
logam cair mulai membeku
membeku (titik lebur u
untuk
ntuk
logam murni dan temperatur liquidus untuk logam paduan/alloy)
 perbedaan temperatur tersebut dikenal dengan istilah super heat. Istilah
super heat juga digunakan untuk menyatakan jumlah panas yang harus
dihilangkan dari logam cair antara penuangan hingga pembekuan mulai
terjadi.
  Laju penuangan (pouring rate) adalah volume logam yang dituangkan

kedalam cetakan dalam waktu tertentu, bila laju penuangan terlalu rendah
maka logam akan menjadi dingin dan membeku sebelum pengisian seluruh
rongga cetakan selesai dan sebaliknya bila laju penuangan terlalu tinggi
maka akan terjadi turbulensi yang mengakibatkan cacat coran.
  Turbulensi dalam aliran cairan adalah kecepatan aliran cairan yang tidak

menentu arah dan besar (magnitude)nya, turbulensi harus dihindarkan


karena:
  Dapat mempercepat pembentukan oksida logam, yang dapat

mengganggu proses pembekuan sehingga kualitas coran kurang


 baik 
 

  Dapat menyebabkan terjadinya pengikisan pada cetakan karena

adanya benturan aliran logam cair, sehingga hasil coran kurang


 baik

3.3.  Pembekuan (Solidifikasi) dalam Pengecor


Pengecoran
an Logam

Pembekuan (solidifikasi) adalah transformasi logam cair kembali ke bentuk


 padatnya. Pembekuan (Solidifikasi) logam murni, logam murni membeku pada
temperatur konstan yaitu sama dengan temperatur pembekuannya atau temperatur
leburnya, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut.

Gambar 3.5. Transformasi Logam Cair Ke Padat Pada Logam Murni

  Waktu solidifikasi lokal adalah waktu pembekuan sebenarnya

  Waktu solidifikasi total adalah waktu antara penuangan


penuangan sampai proses
 pembekuan berakhir. Setelah pembekuan berakhir temperatur turun hingga
temperatur kamar.

Solidifikasi logam paduan (alloy), logam


lo gam paduan umumnya membeku pada
daerah temperatur tertentu.
 

Gambar 3.6. Transformasi Logam Cair Ke Padat Pada Logam Paduan

Garis awal terjadinya pembekuan disebut garis liquidus, dan garis akhir
 pembekuan disebut garis solidus. Suatu paduan dengan komposisi tertentu bila
didinginkan dalam waktu yang sangat lambat, maka pembekuan akan mulai terjadi
 pada saat temperatur mencapai garis liquidus, dan pembekuan berakhir bila telah
mencapai garis solidus. Setelah itu pendinginan akan berjalan terus hingga
mencapai temperatur kamar.

Solidifikasi logam paduan eutektik suatu paduan yang memiliki komposisi


tertentu (komposisi eutektik) bila mengalami pendinginan sangat lambat, maka
 pembekuan akan berlangsung
berlangsung pada temperatur konstan (sama seperti logam murni).

Adapun penggunaan fluks dalam proses pengecoran logam adalah bahan


yang digunakan untuk membantu penggabungan logam atau mineral tertentu.
Bahan tersebut diterapkan pada sisi atau permukaan cairan coran, penambahan
fluks berguna untuk mencegah, melarutkan atau memudahkan penghilangan
 pengotor (oksida tertentu atau zat-zat lainnya).
 

3.4.  Data dan Pembahaasan


3.7.1.  Data

D250 adalah suatu produk yang digunakan untuk menyatukan kabel- kabel
yang memiliki diameter yang besar ataupun banyak agar dapat tersusun rapih

menjadi satu sehingga kabel dapat terkunci dan tidak terjadinya pergerakan pada
kabel, produk ini di umumnya gunakan untuk kabel-kabel PLN yang memiliki
diameter-diameter yang besar dan banyak. Adapun proses pembuatan Fan FA-5
ini yaitu:

  Persiapan alat dan bahan


Alat dan bahan yang di gunakan antara lain:
o   Tungku (tanur) kupola
o   Almunium paduan dengan kadar silicon 10-12%
o   Cetakan non permanent
o   Cawan Tuang
o   Sarung tangan tahan panas
o   Palu
o   Sepatu safety
o   Kacamata safety
o   Baju lengan panjang
  Proses pemanasan tungku (tanur)
Tungku yang digunakan adalah jenis tungku kupola berkapasitas 30 kg dimana
 bentuknya dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.7 Tungku Peleburan


 

Gambar 3.8 Proses Peleburan

  Proses peleburan

Almunium paduan dengan kadar silicon 10-12% yang telah di siapkan


kemudian dileburkan didalam tungku hingga mencapai suhu 700˚ keatas.
Peleburan dilakukan selama ± 3 jam.
Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena

oksidasi, lebih baik memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian
dipanaskan. jika bahan sudah mencair, fluks harus ditaburkan untuk mencegah
oksidasi dan absorsi gas. Selama pencairan, permukaan harus ditutup dengan
fluks dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segregasi
(perubahan komposisi pada tiap bagian specimen).

Sebagai contoh, campuran fluks dapat ditunjukan dalam daftar dibawah.


Penggunaan fluks 1% sampai 3% dapat mengurangi gas dan mencegah
gelembung udara serta lubang jarum, disamping itu juga memperbaiki sifat-sifat
mekaniknya, Dalam proses pembuatan clambelt ini jika fluks tidak ada maka di
gantikan dengan serbuk batu batrei (karbon) sebanyak
seba nyak 30 gram.

  Proses persiapan cetakan


Pada saat kerja praktek cetakan yang dibuat telah ada dan tidak dilakukan
 pembuatan cetakan, gating sistemnya menggunakan sistem saluran tegak dan
memiliki model tanam yaitu cairan logam yang dimasukan kedalam cetakan
logam hanya memiliki satu buah jalan masuk dan keluar, dimana raiser di
satukan dengan saluran masuk, kemudian cetakan yang telah ada di panaskan
di atas tungku hingga suhu cetakan mencapai sekitar 300˚C-400˚C ini bertujuan
 

supaya temperatur cairan tidak turun ataupun tekejut karena cetakan yang
dingin, jika cetakan dingin maka cairan coran akan cepat membeku sehingga
akan tertahan di atas dan tidak mengalir ke sudut-sudut produk yang akan
dibuat.

Gambar 3.9 Cetakan Pasir Fan FA-5

  Proses Penuangan
Proses penuangan menggunakan cawan tuang, suhu penuangan kurang lebih
680˚C, proses pengecoran menggunakan grafity permanent mold casting,
dilakukan hingga cairan almunium keluar sedikit dari cetakan dan di diamkan
hingga terjadi proses pembekuan.

  Proses pelepasan logam coran dari cetakan


Logam cair yang telah didinginkan sesaat kemudian dilepaskan dengan cara
dipukul manual dengan palu hingga terlepas dari cetakannya, kemudian
dilakukan pengerjaan selanjutnya seperti pemotongan dan proses pemesinan.

3.7.2.  Pembahasan

Gating system

Perhitungan berat tuang

  Berat Tuang………………………..Tata Surdia (teknik Pengecoran


Logam),2006 hal 167
0,5 kg x 2
 

G = 1 kg
  Waktu Tuang……….Tata Surdia (Teknik Pengecoran Logam),2006
hal 71

tp =1.25 x √2.  
Dimana : tp = waktu tuang (detik)
G = berat tuang (kg)

= 1.25 X √2   1
 1  
= 1,76 detik
  Faktor hambat alir = 0.7 ᶓ  (bentuk agak sulit)

Untuk saluran turun di buat seperti gambar di bawah ini dimana h=a dengan jarak
a=2cm

Dengan memperhatikan faktor hambatan alir maka rumus luas saluran masuk menjadi

  Luas Penampang saluran masuk…… Tata Surdia (Teknik Pengecoran


Logam, 2006 hal 74)
 22.6    
Asm = ………….. 
ᶓ   xx ρ x t x √Hℎ 

Dimana :
Asm = Luas penampang saluran masuk (cm2)
G = Berat benda (kg)

ρ  (alumunium) (kg/dm3)
= Berat jenis coran (alumunium)

t = Waktu penuangan (detik)

h = Tinggi penuangan (cm)

ᶓ   = Faktor hambat air

  22.6  1 22,6


Asm = = = 4,8 cm2 
0,7 x 2,7 x 1,76x √2 4,704
 

  Penampang Saluran turun………….Tata Surdia (Teknik  Pengecoran


Logam),2006 hal 75

Ast= 4/2. Asm


= 4/2 x 4,8 cm
= 9,6 cm
D
4    
 
D=√
  

4   9,6
=√
3.14 

= 3,49 cm ≈ 34,9 mm  

Dalam pembuatan FA-5 ini terdapat cacat coran berupa shrinkage (penyusutan)
yaitu suatu fenomena fisik yang terjadi pada benda saat mengalami pendinginan. Bila
 benda dalam keadaan cair maka penyusutan hanya akan mengurang
mengurangii volume tanpa
mengubah bentuk. Bila benda dalam keadaan padat maka susut akan mengubah volume
sekaligus ukuran (benda mengecil), kemudian jika benda tersebut masih dalam keadaan
sebagian masih cair dan sedang mengalami pembekuan maka penyusutan tersebut akan
meninggalkan rongga dimana terjadi pembekuan paling akhir (daerah yang menyimpan
 panas paling lama),
lama), rongga tersebut
tersebut lah yang dinamakan
dinamakan shrinkage.

Untuk pembuatan FA-5 ini adanya proses shrinkage dikarenakan adanya


konsentrasi panas pada daerah tertentu, cara penanggulangannya jika tidak terlalu dalam
maka dapat dilakukan proses penggerindaan hingga permukaan rata atau pendempulan, jika
 parah maka
maka benda dikatakan
dikatakan NG (not good)
good) dan tidak dilakukan
dilakukan proses lanjutan.
 

Gambar 3.10. Proses Pendempulan

Adapun cacat lain yang di temukan saat proses pembuatan FA-5 ini ialah cacat
ekor tikus yang merupakan cacat yang terdapat diluar yang dapat dilihat dengan kasat mata
 bentuk cacat seperti ekor tikus ini dikarenakan ikatan antar
antar cetakan yang kurang kuat dan
masih terdapat rongga sehingga cairan coran melebar masuk ke dalam rongga tersebut. Ini
dapat diatasi dengan proses pemotongan dengan mesin cutting dan gerinda jika terdapat
 pada bagian sisi coran, jika pada bagian tengah maka di lakukan proses penggetokan
penggetokan
dengan menggunakan palu dan pahat hingga rata.

Gambar 3.11. Proses Pengetukan Cacat Ekor Tikus Pada Produk Fan FA-5
 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.  Kesimpulan
Proses pembuatan Fan FA-5 dengan menggunakan
menggunakan cetakan non permanent
dapat diurutkan sebagai berikut :
1.  Almunium di panaskan di dalam tungku sumuran (kupola) sampai
dengan suhu antara 660˚C-700˚C.
2.  Almunium cair tadi di masukan ke dalam cetakan permanen dengan
 pengecoran gravity lalu di diamkan sejenak hingga membeku.
3.  Lakukan proses pembongkaran cetakan, lalu pukul dengan palu
hingga benda kerja terlepas dari cetakan.
Adapun proses finishing pada pembuatan Fan FA-5 seperti berikut:
1.  Lakukan proses cutting untuk cacat ekor tikus dan bagian yang tidak
rata pada sisi coran.
2.  Lakukan proses penghalusan permukaan dengan menggunakan
gerinda halus.
3.  Lakukan proses pendrillan dengan pahat 8mm pada bagian tengah
 benda untuk tempat baut
baut dan murnya.
4.  Lakukan proses pengecatan menggunakan pilox dengan warna silver
untuk pengecatan dilakukan dengan jarak pilox dan benda kurang
lebih 20 cm agar cepat kering lalu panaskan menggunakan panas
matahari.
Cacat coran atau kerusakan yang sering terjadi pada proses pembuatan Fan
FA-5 yaitu :
4.  Cacat ekor tikus
5.  Penyusutan
 

4.2.  Saran
1.  Universitas Jenderal Achmad Yani Dapat menjalin kerja sama dengan
 beberapa perusahaan agar mahasiswa dapat tersalurkan dan tidak telat
mendapatkan tempat praktek kerja industri.
2.  Peralatan yang digunakan beserta alat safety di perusahaan lebih di
 perbanyak dan digunakan
digunakan berdasarkan keperuntukannya.
keperuntukannya.
 

DAFTAR PUSTAKA

  http://indonesia-mekanikal.blogspot.com
http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/03/teknik-peng
/2008/03/teknik-pengecoran-
ecoran-
logam.html  
logam.html
  https://www.pengelasan.net/titik-lebur-logam/ 

  https://logamceper.com/cac
https://logamceper.com/cacat-coran-dan-
at-coran-dan-pencegaha
pencegahaanya/
anya/  
  http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pendidikan/11.+Cacat+cora

n+dan+p encegahannya.pdf  
  https://logamceper.com/5-macam-tanur-pelebur-dalam-pengecoran-logam/  
Tata Surdia,Teknik Pengecoran Logam,P
 

Anda mungkin juga menyukai