PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
modren ini, teknologi memegang peranan penting. Pada dasarnya teknologi
diciptakan untuk membantu dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sulit,
maka untuk meringankan dan mempercepat pekerjaannya manusia membutuhkan
suatu alat. Salah satunya adalah kendaraan.
Salah satu bagian yang terpenting dari sistem penggerak kendaraan adalah
sistem transmisi daya. Agar terjadinya suatu hubungan transmisi daya dan putaran
yang baik dibutuhkan suatu mekanisme salah satunya kopling. Kopling
merupakan komponen yang berfungsi sebagai penerus daya dari poros penggerak
(driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft) dan pemutus daya.
Kopling juga berfungsi sebagai pengaman (safety) yang mencegah terjadinya
kerusakan pada poros.
Kopling adalah salah satu elemen mesin yang memiliki fungsi untuk
menghubungkan daya dan putaran. Mengingat pentingnya sebuah kopling pada
suatu mesin demi memudahkan transmisi daya pada kendaraan, sehingga perlu
untuk merancang ulang suatu unit kopling plat yang banyak dipakai pada
kendaraan bermotor.
1
I.3. Tujuan dan Manfaat Perencanaan
a. Tujuan Perancangan
Sesuai dengan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
tujuan tugas rancangan Elemen Mesin I ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana keuntungan dan kekurangan yang
terdapat dalam kopling gesek.
2. Dapat merancang kopling gesek dan menentukan jenis bahan
dalam dimensi perhitungan kekuatan bahan yang dipergunakan.
3. Dapat menganalisa dan mengatasi kesulitan yang terjadi pada
kopling gesek.
4. Memiliki efisiensi kerja yang tinggi.
5. Mendapatkan kopling yang kuat tetapi ekonomis.
6. Dapat memperkirakan umur kopling yang direncanakan.
b. Manfaat Perancangan
Sedangkan manfaat dari tugas perancangan elemen mesin ini adalah
sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dalam hal perancangan suatu sistem kopling
pada kendaraan,
2. Mempermudah bagi semua pengguna kendaraan dalam hal
pengoperasian sistem kopling, serta kendaraan menjadi lebih aman,
3. Dapat memecahkan masalah yang ada dalam pembuatan rancangan
kopling ini.
2
Serta komponen-komponen yang akan dihitung pada sistem kopling ini
adalah sebagai berikut :
a. Menghitung perencanaan poros,
b. Menghitung perencanaan plat gesek,
c. Menghitung perencanaan spline dan naft,
d. Menghitung perencanaan pegas,
e. Menghitung perencanaan paku keling,
f. Menghitung perencanaan baut,
g. Menghitung perencanaan bantalan.
b. Observasi Lapangan
Merupakan pengumpulan data-data dengan survey langsung ke lapangan
yakni pada bengkel mobil terdekat dengan bantuan para mekanik
bengkelnya dan orang-orang yang paham tentang kopling.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mesin yang dirancang seharusnya dapat meringankan beban manusia
dalam melakukan kegiatannya secara individu ataupun kelompok. Untuk
memberikan hasil yang lebih memuaskan maka perancangan mesin harus
ditingkatkan, yakni untuk setiap komponennya. Karena suatu mesin memiliki
beberapa komponen yang harus bekerjasama untuk melakukan suatu mekanisme.
Pada umumnya mekanisme yang dihasilkan adalah berasal dari motor penggerak (
engine ) yang bisa merupakan motor bakar ( bensin atau diesel ) atau motor listrik.
Penggerak ini sebagian besar memberikan gerakan putaran pada poros
yang biasa disebut dengan poros input atau poros penggerak, dan akan diteruskan
ke poros yang akan digerakkan atau sering disebut poros output dan dari sini akan
dilanjutkan ke berbagai komponen lainnya dalam mekanisme.
II.1. Pengertian Kopling
Kopling ( clucth ) adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin ketransmisi melalui kerja
pedal selama perkaitan roda gigi. Dimana putaran inputnya akan sama dengan
putaran outputnnya. Tanpa kopling, sulit untuk menggerakkan komponen-
komponen elemen mesin dengan baik. Dengan adanya kopling, pemindahan daya
dapat dilakukan dengan teratur dan seefisien mungkin.
Beberapa tujuan yang harus dipenuhi oleh sebuah kopling adalah :
1. Harus dapat menghubungkan putaran mesin ke transmisi dengan lembut,
2. Harus dapat memindahkan tenaga mesin ke transmisi tanpa slip,
3. Harus dapat memutuskan hubungan dengan sempurna dan cepat,
4. Harus mampu menahan putaran dan getaran pada beban yang besar.
4
II.2. Jenis-Jenis Kopling
Seperti telah dijelaskan di atas, kopling banyak digunakan pada kendaraan
ringan. Pada kendaraan roda empat menggunakan jenis kering dengan plat
tunggal, sedangkan pada sepeda motor menggunakan jenis basah dengan plat
ganda. Dan dari cara kerjanya kopling dapat dibagi atas dua yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Tidak Tetap
Letak perbedaan yang sangat mendasar antara jenis kopling tetap dan
kopling tidak tetap adalah di mana kopling tidak tetap dapat dihubungkan sesuai
dengan keperluan, sedangkan kopling tetap adalah kopling yang selalu
dihubungkan poros input dan poros outputnya.
1. Kopling Bus
Jenis kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling dihubungkan
dengan sentrik secara teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini
harus dirapikan dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti dan juga pada
arah yang memanjang. Kopling ini sering digunakan pada bubungan, baling-
5
baling kapal dan juga pada poros baling-baling.
6
B. Kopling Luwes ( Fleksibel )
Kopling jenis ini digunakan untuk poros yang dihubungkan tidak benar-
benar satu sumbu atau tidak segaris antara kedua poros. Kopling ini dapat
meredam getaran sewaktu proses transmisi dan juga dapat mengurangi tumbukan.
Kopling ini dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut :
3. Kopling Gigi
Kopling gigi biasanya difungsikan untuk kontruksi yang berat dan daya
yang besar. Kopling ini menyambung poros input dengan poros output dengan
menggunakan gigi, misalnya pada mesin pengaduk beton.
7
Gambar 2.6. Kopling gigi
5. Kopling Rantai
Kopling jenis ini menggunakan rantai sebagai perantara untuk
menyambungkan dua poros yakni poros input dan poros output. Kopling
umumnya digunakan untuk memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin
gilas dan turbin uap.
8
C. Kopling Universal
Kopling ini digunakan apabila antara poros penggerak dan poros yang
digerakkan membentuk sudut yamg sangat besar. Kopling ini dapat dibedakan
atas :
1. Kopling Universal Hooks
Kopling ini menggunakan poros sekrup yang dapat disetel, misalnya pada
mesin freis.
9
Gambar 2.10. Kopling cakar
B. Kopling Friwil
Kopling ini dapat melepaskan hubungan antara kedua poros, jika momen
dalam suatu arah putaran bergerak dengan lambat dan berlawanan dengan arah
putaran poros. Kopling ini banyak dikembangkan karena dalam cara kerjanya
dapat berdasarkan efek biji dari bola dan roll.
D. Kopling plat
Kopling plat dipergunakan untuk meneruskan momen dengan perantaraan
gesekan. Oleh karena itu momen yang berlebihan pada poros penggerak pada
10
waktu berhubungan dapat dihindari. Menurut jumlah pelatnya, kopling ini dapat
dibagi menjadi dua bagian :
11
Rangkaian kopling tersebut terdiri dari satu plat tekan yang ditekan oleh 4
sampai 6 buah pegas kopling.Terdapat 4 buah plat gesek dan 4 buah plat kopling
yang dijepit oleh plat tekan.
Mekanisme cara kerja kopling ganda yaitu : Pada saat poros engkol
putaran rendah (mesin dalam putaran lambat), clutch shoe (sepatu kopling) belum
mengembang karena masih tertahan oleh pegas, dengan demikian clutch drum
(silinder kopling) pun belum berputar, pada saat putaran mesin mulai meninggi
maka sepatu kopling mulai mengembang karena adanya gaya sentrifugal. Dengan
mengembangnya sepatu kopling maka silinder kopling akan ditekan (seperti
proses rem tromol) dan berputar. Selanjutnya akan meneruskan putarannya ke
kopling sekunder dan kopling sekunder akan melakukan prosesnya Seperti halnya
kopling kanvensional yang telah dijelaskan, kopling ganda digunakan pada sepeda
motor dengan tujuan untuk mengatasi hentakan pada saat sepeda motor masuk
gigi satu pada awal start dan dapat memindahkan tenaga motor ke transmisi tanpa
slip.
2. Kopling Plat Tunggal
Kopling plat tunggal adalah unit kopling dengan bidang gesek (jumlah
piringan atau disc) koplingnya hanya satu dan kopling tidak boleh ada cairan
minyak (tidak terendam oli pelumas). Komponen-komponen kopling gesek pelat
tunggal secara bersamaan membentuk rangkaian kopling/ kopling set (clutch
assembly). Seperti terlihat pada gambar 2.15. berikut ini
12
Komponen utama dari kopling gesek ini adalah sebagai berikut :
a. Driven Plate
Driven plate ini juga dikenal sebagai piringan kopling, pelat kopling atau
friction dics (piringan gesek), atau kanvas kopling. Plat kopling bagian tengahnya
berhubungan slip dengan poros transmisi. Sementara ujung luarnya dilapisi
kanvas kopling yang pemasangannya dikeling. Konstruksinya dapat dilihat pada
gambar 2.16. berikut ini :
Lapisan plat kopling disebut dengan kanvas kopling terbuat dari paduan
bahan asbes dan logam. Paduan ini dibuat dengan tujuan agar plat kopling dapat
memenuhi persyaratan, yaitu :
Tahan terhadap panas. Panas dalam hal ini terjadi karena terjadi gesekan
yang memang direncanakan saat kopling akan dihubungkan.
Dapat menyerap panas dan membersihkan diri. Gesekan akan
menyebabkan panas dan kotoran debu bahan yang aus. Kanvas kopling
dilengkapi dengan alur yang berfungsi untuk ventilasi dan menampung
dan membuang debu yang terjadi.
Tahan terhadap gesekan. Kanvas kopling direncanakan untuk bergesekan,
maka perlu dibuat tahan terhadap keausan akibat gesekan.
Dapat mencengkeram dengan baik.
Plat kopling dilengkapi dengan alat penahan kejutan baik dalam bentuk
pegas ataupun karet. Alat ini dipasang secara radial, hingga disebut dengan pegas
radial. Konstruksinya seperti terlihat pada gambar 2.17. berikut ini :
13
Gambar 2.17. Pegas radial plat kopling
Pegas radial berfungsi untuk meredam getaran/ kejutan saat kopling
terhubung sehingga diperoleh proses penyambungan yang halus dan juga getaran
atau kejutan selama menghubungkan. Untuk itu maka pegas radial harus mampu
menerima gaya radial yang terjadi pada plat kopling memiliki elastisitas yang
baik. Namun karena penggunaan yang terus menerus, maka pegas radial dapat
mengalami kerusakan. Untuk yang berbentuk karet, kemungkinan karetnya
berkurang/ tidak elastic lagi atau pecah. Sedangkan yang pegas ulir, kemungkinan
berkurang panjang bebasnya dan terjadinya kelonggaran pegas dirumahnya serta
menimbulkan suara.
Plat kopling disamping pegas radial juga dilengkapi dengan pegas aksial,
dengan konstruksi seperti yang terlihat pada gambar 2.18 berikut :
Pegas aksial dipasang diantara kanvas kopling, dan bentuknya ada dua
macam. Gambar 2.18 A pegas aksial berbentuk E dan Gambar B pegas aksial
berbentuk W.
Fungsi pegas aksial adalah untuk mendapatkan senntuhan yang halus saat
plat kopling mulai terjepit oleh plat tekan pada fly wheel. Dengan kata lain terjadi
proses menggesek terlebih dahulu sebelum terjepit kuat oleh plat tekan pada fly
wheel.
14
b. Pressue plate (plat penekan)
Berfungsi untuk menekan/menjepit kampas kopling hingga terjadi
perpindahan tenaga dari mesin ke poros transmisi. Untuk kemampuan
menjepitnya, plat tekan didukung oleh pegas kopling. Pegas kopling paling tidak
ada dua macam, yaitu dalam bentuk pegas coil dan diafragma atau orang umum
menyebutnya sebagai matahari. Kontruksinya seperti terlihat pada gambar 2.19
berikut ini :
Gambar 2.19. Clutch assembil dengan pegas diafragma dan pegas coil
15
c. Clutch release atau throwout bearing
Unit ini berfungsi untuk memberikan tekanan yang bersamaan pada
pressure plate Lever dan menghindarkan terjadinya gesekan antara pengungkit
dengan pressure plate Lever untuk pegas coil. Sedangkan yang pakai pegas
difragma langsung keujung pegas. Bantalan tekan ini ada tiga macam, seperti
terlihat pada gambar 2.21 berikut ini :
16
yang banyak digunakan pada kendaraan roda empat ini seperti terlihat pada
gambar 2.22 berikut ini :
17
a. Kopling Dalam Keadaan Terhubung
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan
putaran ke flywheel ( roda penerus ) melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini
diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya tekanan
dari pegas matahari . Akibat putaran dari plat gesek, poros yang digerakkan ikut
berputar dengan perantaraan spline dan naaf.
18
Keterangan :
Bila pedal kopling dilepas maka tuas plat penekan kopling akan menaik
kembali, dengan demikian plat gesek terlepas.
Pada perencanaan ini masalah perencanaan bagian utama yang ada pada
perangkat kopling antara lain:
1. Poros
Poros harus dihitung kekuatannya, bahan poros dan kekuatannya
2. Plat gesek
Pada plat gesek ini diperhitungkan tegangan-tegangan momen kerja
penghubung, umur plat gesek serta dimensi plat gesek.
3. Pegas matahari
Pegas matahari diperhitungkan kekuatan yang dapat diterima dan lentukan
4. Pegas kejut
Dalam hal ini diperhitungkan kekuatan yang dapat diterima dan lentukan.
5. Bantalan
Pada bantalan ini yang diperhitungkan gaya-gaya yang bekerja pada
bantalan.
6. Baut
Baut ini harus diperhitungkan kekuatan yang dapat ditahan dan
dimensinya.
7. Paku keling
8. Diperhitungkan kekuatan yang diterima oleh paku keling dan bahan yang
digunakan.
19
Keterangan gambar :
1. Roda gila
2. Plat gesek
3. Baut
4. Poros yang digerakkan
5. Naaf
6. Spline
7. Plat penekan
8. Paku keling
9. Baut pengikat
10. Bantalan
11. Poros penggerak
20
BAB III
PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA KOPLING
III.1. Perhitungan Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan elemen utama
dalam tranmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros ini mendapat beban puntir atau puntiran murni dan lenturan. Daya yang
ditransmisikan keporos ini melalui kopling, roda gigi, spoket, spindle dan poros ganda.
Pada perencanaan ini kita akan merencanakan sebuah poros transmisi.
Pada perencanaan poros ini, faktor koreksi yang diambil adalah 1,0 – 1,5,
yaitu faktor koreksi untuk daya normal, karena daya yang akan ditransmisikan
diperkirakan tidak akan mengalami pembebanan tambahan. Karena daya yang
21
diberikan adalah dalam daya kuda (ps) maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk
mendapatkan daya dalam kw.
Maka untuk meneruskan daya dan putaran ini, terlebih dahulu dihitung
daya perencanaannya ( Pd ) dengan menggunakan rumus :
Pd = fc × P
Di mana :
Pd = Daya perencanaan ( kw )
fc = Faktor koreksi
P = Daya masukan ( ps )
5 143,766
¿ 9,74 × 10
3400
¿ 35007,021 kg . mm
¿ 35007,021 kg . mm
22
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan dan menyesuaikan beberapa hal dalam
perancangan sistem kopling ini, seperti yang tertera pada tabel berikut :
Table 3.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros (Standar JIS)
Standar dan Perlakuan Kekuatan Tarik
Lambang Keterangan
Macam Panas (kg/mm2 ¿
S 30 C Penormalan 48
S 35 C Penormalan 52
Baja karbon
S 40 C Penormalan 55
konstruksi mesin
S 45 C Penormalan 58
JIS G 4501
S 50 C Penormalan 62
S 55 C Penormalan 66
Ditarik dingin,
S 35 C-D 52 digerinda,
Batang baja yang
S 45 C-D 60 dibubut, atau
difinis dingin
S 55 C-D 72 gabungan antara
hal-hal tersebut.
Sumber: Sularso,Kiyokatsu
23
Sf2 = Faktor keamana yang bergantung dari bentuk poros, dimana
harganya berkisar antara 1,3 – 3,0
Tegangan geser (shear stress) akan terjadi akibat hubungan antara poros
penggerak dengan poros yang digerakkan. Untuk itu kita perlu menghitung
tegangan geser ijin yang terjadi :
τb
τ a=
sf 1 × sf 2
58
¿
6,0× 2,0
¿ 4,83 kg /mm2
Di saat poros meneruskan putaran dan akan terjadi kejutan, maka diambil
faktor koreksi momen puntir (Kt) dan juga faktor koreksi pembebanan lentur
(Cb), dengan rumus sebagai berikut :
[ ]
1
5,1 3
ds= × Kt ×Cb × Mp ……………………………… lit 1 hal 8
τa
dimana :
ds = Piameter poros ( mm )
ta = Tegangan geser izin ( kg/mm2 )
Kt = Faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5 – 3,0
Cb = Faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban
lentur, dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena diperkirakan
tidak akan terjadi beban lentur.
Mp = Momen puntir yang ditransmisikan ( kg.mm )
[ ]
1
5,1 3
ds= × Kt ×Cb × Mp
τa
[ ]
1
5,1 3
¿ ×1,5 ×1,0 ×35007,021
4,83
¿ 85,20 mm=85 mm
24
Dari tabel direncanakan diameter poros = 85 mm. Dalam hal ini
perencanaan poros biasanya diambil adalah diameter poros yang standar, sehingga
untuk ds = 85,20 mm maka dipilih ds = 85 mm ………………………... lit 1 hal 9
Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi
akibat tegangan puntir yang dialami poros. Jika tegangan geser lebih besar dari
tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka perancangan tidak akan
menghasilkan hasil yang baik, atau dengan kata lain perancangan adalah gagal.
Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :
16 × Mp
τ p= 3 ………………………………………………….. lit 1 hal
π ×dp
7
Dimana :
tp = Tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 )
Mp = Momen puntir yang ditransmisikan ( kg.mm )
dp = Diameter poros ( mm )
Dengan hasil perhitungan diatas, bahwa tegangan geser yang terjadi adalah
lebih kecil dari pada tegangan geser yang diizinkan yaitu 9.14 kg.mm2, maka
dapat disimpulkan bahwa poros ini aman untuk digunakan pada kopling yang
dirancang untuk memindahkan daya dan putaran yang telah ditentukan.
25
Poros spline adalah poros transmisi yang relatif pendek seperti poros
utama mesin dimana beban utama adalah puntiran. Umumnya pada poros spline
deformasinya harus kecil dan dalam menentukan bentuknya harus teliti.
Fungsi dari spline adalah untuk meneruskan momen dari poros ke naff
atau naff ke poros. Spline hampir sama dengan roda gigi, yang merupakan
perbedaannya adalah gigi-gigi pada spline ini lebih besar dibanding dengan gigi
pada roda gigi.
26
h = 0,10 D h = 0,01 D
Dari tabel diatas diperoleh data – data sebagai berikut :
ds = diameter poros (40 mm)
n = jumlah spline (10 buah)
L = panjang spline (0,75 - 1,5 ). D (diambil 1,5) ………………... lit 1 hal 27
Dari tabel dipilih daya yang normal dan standar spline dengan jumlah 6
buah karena daya yang ditransmisikan adalah daya normal. Sehingga diperoleh
data-data sebagai berikut :
d = 0,81 D; w = 0,156 D; h = 0,015 D
Maka :
ds=85 mm
d
D= w=0,156 D
0,81
85
¿ ¿ 0,156(104 )
0,81
¿ 104,93 mm=104 mm ¿ 16,22 mm=17 mm
h=0,015 D L=1,5( D)
¿ 0,015(104) ¿ 1,5(104)
¿ 1,56 mm=2mm ¿ 15,6 mm=16 mm
26
27
35007,021
¿
( )
85
2
¿ 823,69 kg /mm
28
III.2.2.Perencanaan Naff
Naff adalah pasangan dari spline, di mana dimensinya sama antara
keduanya. Pada perancangan naaf ini didasarkan pada standart SAE yang sama
pada perancangan spline.
29
Sehingga tegangan geser yang terjadi pada naff adalah :
F
τ g=
A
823,69
¿
160
2
¿ 5,14 kg /mm
Jika konstruksi τa ≥ τg : 1,05 ≥ 5,14 maka konstruksi aman
1
2a
30
Gambar 3.4. Plat Gesek
Keterangan :
D = Diameter luar plat gesek
d = Diameter dalam plat gesek
b = Lebar plat gesek
π
¿
4
( D2 −0,7 D1 ) 0,05
2 2
31
π
¿
4
(1−0,72 D22 ) 0,05
2
¿ 0,020 D2
Jadi untuk mentransmisikan daya dan putaran maka momen gesek harus
lebih besar atau sama dengan momen puntir yang bekerja pada poros, sehingga
diperoleh :
M p=M g
3 5007,021=3,4 × 10−3 D 23
[ ]
1
35007,021 3
D 2=
3,4 ×10−3
¿ 100,97 mm=101mm
32
Untuk lebar plat gesek kita peroleh :
( D2−D1 )
b=
2
101−71
¿
2
¿ 15 mm=15 mm
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu dicari
daya yang hilang akibat gesekan yang terjadi dapat diperoleh dari :
33
3
M g × n ×t × z × D
Pg = 5
9,74 × 10 × 3400
3,4 ×10−3 ×3400 × 0,4 ×85 ×1013
¿
9,74 × 105 × 3400
¿ 0,12 kw
34
V =π × Dm × n1
¿ π × 0,86 ×3400
¿ 9186,01 m/menit
35
Dimana :
tae : Waktu menghubungkan yang sesungguhnya
DG2 : Efek total roda gaya
Nr : Putaran relatif 1400 rpm
T1 : Momen akibat beban pada plat gesek 2,58 kg.mm
Tdo : Momen puntir dinamis 70 kg.m
Maka :
3 × 3400
t ae=
375(70−4,99)
¿ 0,41 detik
Jadi te > tae : 0,6 detik > 0,41 detik maka konstruksinya aman
III.3.2.Kerja Penghubung
Kerja penghubung yang terjadi :
T do × nr
E= × t ae ……………………………………………... lit 1 hal 70
19,1
70× 3400
¿ × 0,41
19,1
¿ 5108,90 kg . m/hb
Dengan merencanakan 5 penghubung permenit, maka kerja penghubung
yang diijinkan untuk motor kopling adalah
Ea =70 kg . m ……………………………………………….... lit 1 hal 70
Jadi E > Ea : 5108,90 kg.m/ hb > 70 kg.m maka konstruksi aman
36
L : volume keausan yang diijinkan dari plat 250 cm2
W : laju keausan bidang gesek (bahan untuk permukaan gesek dibuat
dari paduan sinter besi dengan harga W = 4×10-7)
E : kerja penghubung 823,69 kg.m/ hb
Maka :
250
Nml= −7
823,69 × 4 ×10
3
¿ 753293,39 cm /hb
Jika kopling bekerja selama 7 jam/ hari dan frekuensi penghubung adalah
5 hubung/ menit, maka hubungan yang terjadi pada kopling adalah :
Dengan jumlah tiap tahun = 5 ×60 ×7
¿ 2100 hb/hari
Dan apabila kopling bekerja selama 295 hari dalam setahun, maka yang
akan terjadi adalah :
Dengan 295 hari tiap tahun = 2100 ×295
¿ 619500 hb
37
L1
h
Gambar 3.5. Pegas Matahari (Diaphragma Spring)
Dalam hal ini jumlah pegas ( x ) adalah 12 buah dan bahan pegas
digunakan Carburized Orcasehardenied. Dengan kekuatan tarik ( Tt ) = 2 × 10 5
Psi …………………………………………………………………….. lit 3 hal 443
Gaya pegas matahari terhadap pelat gesek adalah :
Q2=274,4 kg
Perbandingan jari-jari dalam dan luar dari pegas adalah b/a direncanakan
2,50 dan K1 = 5,54.
Diperoleh untuk harga :
b Tt / √ P=20630
20630 √ 274,4 × 2,5
b=
2 ×105
¿ 2,70∈¿
¿ 68,68 mm
Dimana : P = Q . Sf2
Sf2 = 2,5
Jari – jari dalam pegas adalah
b
a=
2,50
68,68
¿
2,50
¿ 27,47 mm
Tebal pegas yang diperoleh adalah
2
Et
Tt =K ……………………………………………………. lit 3 hal 233
b2
38
Dimana E = modulus elastisitas bahan ( 30 × 106 lb/in )
Maka :
[ ]
1
T × bt 2 2
t=
K1× E
[ ]
5 2 1
2× 10 ( 2,70 ) 2
¿ 6
5,54 ×30 ×10
¿ 0,093∈¿
¿ 2,36 mm
Gaya - gaya yang bekerja pada pegas dapat dihitung dengan keseimbangan
momen, dimana :
b = 68,68 mm
K = direncanakan 20 mm
S=b−K
¿ 68,68−20
¿ 48,68 mm
A = Titik kontak antara tuas penekan dengan alat penekan
B = Titik untuk tuas penekan bantalan
Q1 = Gaya tekan bantalan
Q2 = Gaya pegas matahari terhadap plat gesek
C = Engsel (penekan)
Q2 × K
Q 1=
S
274,4 ×20
¿
48,68
¿ 112,73 kg
39
Baja yang paling umum digunakan untuk pegas yang dibentuk panas
adalah baja pegas (SUP) karena dibentuk pada temperature tinggi, maka perlu
diberikan perlakuan panas. Dalam perencanaan ini jumlah pegas direncanakan
sebanyak (z = 6 buah), dengan jarak pusat kejut ke sumbu poros rm = 65 mm.
F
D
Gambar 3.6. Pegas Kejut
Keterangan :
D = diameter pegas
d = diameter penampang pegas
L = panjang pegas
F = gaya tekan
Gaya yang bekerja pada pegas (Ft)
T
Ft = ………………………………………………………... lit 1 hal 59
rm
Dimana :
T = momen puntir rencana (35007,021 kg.mm)
35007,021
Ft =
65
¿ 538,56 kg=600 kg
40
Bahan yang dipilih untuk pegas adalah SUP 7 dengan kekuatan tarik σ L
= 125 kg/mm2 dan batas mulur σ Y = 110 kg/mm2 .
Tegangan rencana ( σ t)
Sebagai tegangan rencana diambil tegangan mulur geser seperti pada table
berikut ini :
Tabel 3.5 Aplikasi tegangan rencana.
Tegangan rencana ( σ t) Aplikasi
1,5 Kerja ringan
1,9 (=1,5 / 0,8) Kerja rata-rata
2,3 (= 1,5 / 0,65) Kerja berat
Dalam perencanaan ini diambil 1,9 karena dianggap kerja normal, sehingga :
σg
σ d=
1,9
110
¿
1,9
¿ 57,89 kg /mm 2
2
¿ 58 kg /mm
T =K
8 DWL
πd 3
8
=K ×
π
D WL
d ( )
× 2
d
……………………………… lit 1 hal
315
π T d3
WL=
8 KD
Factor K disebut factor tegangan dari wahl, yang merupakan indeks pegas
C = D/d, menurut persamaan :
4 c−1 0,615
K= + ……………………………………………. lit 1 hal
4 c−4 c
316
C = induk pegas
= D/d antara 4 sampai 10.
41
Pada rencana ini, hanya 4 untuk harga C, sehingga harga faktor untuk
tegangan wahl :
4 × 4−1 0,615
K= +
4 × 4−4 4
¿ 1,40 mm
[ ]
1
K .8 . c . w 2
d¿
π ( Td )
[ ]
1
1,40 ×8 × 4 ×100 2
¿
π ×58
¿ 4,95=5 mm
42
d = diameter kawat pegas
G = modulus geser (8 x 10 3 kg /mm ¿
n = jumlah lilitan yang aktif pada pegas.
Dimana n > n + (1,5 sampai 2 ) dan jumlah lilitan aktif dari
pegas harus sebesar 3 atau lebih …………………... lit 1 hal 317
Harga n diperkirakan 5, maka :
8 ×5 × ( 20 )3 ×100
δ= 4
( 5 ) × 8 ×103
¿ 6,4 mm
Konstanta pegas adalah :
G . d4
K= …………………………………………………….. lit 1 hal
8 n . D3
318
3 4
8× 10 (5 )
¿ 3
8 × 5 ( 20 )
¿ 9,76 kg /mm
43
T
W=
n. r
Dimana :
T = momen rencana =38896 kg.mm
n = jumlah baut = 8 buah
r = jarak baut dari sumbu poros = 80 mm
Maka :
38896
W=
8 × 80
¿ 60,77 kg
Bahan baut yang dipilih dalam perencanaan ini adalah S 55 C dengan
kekuatan tarik(Tt) 80 kg/mm2 , dengan faktor keamanan Sf= 10.
Faktor keamanan ini diambil karena bahan difinis biasa yang besarnya
antara 8-10 ………………………………………………………….... lit 1 hal 296
d=
√ 2w
σa
……………………………………………………... lit 1 hal 296
d=
√ 2 ×60,77
10
¿ 3,48 mm=4 mm
44
Dimana :
w = beban tarik aksial pada baut, sehingga :
4 × 60,77
σt =
π 2
×(4 )
4
¿ 19,34 kg /mm
45
Maka :
38896
Fr=
20
¿ 194,48 kg /mm
Pada bantalan ini terjadi gaya aksial sehingga beban aksial ekivalen dinamis :
fa = Gaya aksial
Sehingga :
P=0,56× 194,48+1,55 ×112,73
¿ 283,64 kg
( )
1
33,3
f n= 3
…………………………………………………. lit 1 hal 136
n
¿(
4000 )
1
33,3 3
¿ 0,02
Dimana :
283,64
C=
0,02
¿ 141,82
46
141,82
f h=0,21 ×
283,64
¿ 0,05
Jadi menurut tabel (lit 1 hal 143) dapat diambil harga spesifik minimal (C)
D bantalan : 80 mm
d bantalan : 40 mm
B bantalan : 18 mm
r bantalan : 2 mm
yang terletak pada pertengahan lebar bidang gesek, maka diameter kedudukan
47
L
Dimana :
48
n . σg . π
F=
4. d 2
4. F
d 2=
π .n . σ g
4 ×381,33
d=
3,14 × 20× 3,3
d=7,36 mm=7 mm
BABIV
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
Pada bab ini menerangkan cara perawatan dari kerusakan-kerusakan yang
49
dapat terjadi pada komponen-komponen kopling. Dibawah ini dapat kita lihat
bebarapa kerusakan atau troubleshooting dan cara penanggulangan atau cara
perbaikan kopling, yaitu sebagai berikut :
50
Naff aus Ganti Clutch
Dari tabel diatas adalah beberapa macam dari diantaranya kerusakan dan
perbaikan clutch. Jadi kesimpulan untuk perawatan daripada cluth (plat kopling)
adalah :
- Utamakan melakukan penyetelan pedal kopling yang tepat dan benar karena awal
kerusakan adalah kurang tepatnya penyetalan pedal kopling.
BAB V
KESIMPULAN
IV.1. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dan ringkasan dari elemen-elemen mesin yang
terdapat pada konstruksi kopling Toyota Fortuner yang sesuai dengan
51
perhitungan/ perancangan pada bab III sebelumnya maka penulis membuat suatu
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Motor
Daya (N) : 163PS
3. Spline
Bahan : S45C
Diameter spline (D) : 104 mm
Tinggi (h) : 2 mm
Lebar (w) : 17 mm
Panjang (L) : 16 mm
Jumlah spline : 10 buah
4. Naff
Diameter dalam : 40 mm
Panjang alur : 74 mm
Alur dalam : 1 mm
Jumlah naff : 10 buah
5. Plat Gesek
Bahan : Besi cor dan asbes
Diameter dalam (D1) : 101 mm
Diameter luar (D2) : 71 mm
Lebar plat gesek : 15 mm
Luas permukaan plat gesek : 4050,6 mm2
52
Tebal plat gesek : 11 mm
Waktu kerja : 0,6 detik > 0,41 detik
Kerja penghubung : 5108,90 kg . m/hb
Umur plat gesek : 0,19 tahun
6. Pegas Matahari
Jumlah : 01 buah
Jari – jari luar : 68,68 mm
Jari – jari dalam : 27,47 mm
Tebal pegas : 2,36 mm
7. Pegas Kejut
Bahan : SUP 9
Jumlah : 6 buah
Diameter kawat : 13 mm
Diameter rata – rata pegas : 52 mm
Lendutan pegas : 6,4 mm
Konstanta pegas : 9.76 kg/mm
8. Baut
Bahan : S55C
Jumlah baut : 8 buah
Diameter baut : 43 mm
Tegangan tarik izin : 8 kg/ mm2
Tegangan tarik aksial : 7,36 kg/mm2
9. Paku Keling
Bahan : ST 40
Jumlah paku keling : 20 buah
Diameter paku keling : 4 mm
Tegangan geser izin : 3,3 kg/ mm2
53
10. Bantalan
Jenis bantalan : Bantalan Gelinding Bola
Nomor bantalan : 6208ZZ
Diameter luar : 80 mm
Diameter dalam : 40 mm
Lebar : 18 mm
Radius bantalan : 2 mm
Umur nominal bantalan : 0,05 jam
III.2. Saran
Adapun saran-saran yang penulis buat adalah agar penyusunan rancangan
kopling lebih sempurna lagi. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Dalam penyusunan laporan rancangan kopling ini hendaknya dilengkapi
dengan data-data yang kita rancang.
b. Pemakaian bahan perancangan hendaknya sesuai dengan kondisi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
54
4. Jac Stolh Dan C Kros,Elemen Kostruksi Dan Bangunan Mesin, Erlangga, Edisi
21 Jakarta 1984
5. Workshop Manual, Mitsubishi Motors, P.T. Krama Yudha Tiga Berlian
Motors.
6. Jack Stolk dan c kros, Elemen Mesin, Penerbit Erlangga.
7. E. Russel Jonston,Jr. Static an Dinamic,Erlangga.
8. http://www.trisanggaraya.com/tips-merawat-kopling-mt-biar-awet/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
55
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Lit 1 Hal 7
Tabel 2. Bahan yang dipakai untuk konstruksi mesin dan batang baja yang difinis
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Lit 1 Hal 3
56
Baja liat 0,2 – 0,3
24 (105) 240
260 440
35 55
(17) 170
19 190
20 200
22 65 220
57
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
b.Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding.
Lit 1 Hal 9
d = 0,80d - d = 0,54d
To spline when
w = 0,25d - w = 0,156d
under load
h = 0,10d - h = 0,01d
58
Lit 4 Hal 373
Lit 1 Hal 69
59
Bahan permukaann w [cm3/(kg.m)]
Lit 1 Hal 72
Tabel 8. Harga Koefisien gesek (µ) dan tekanan rata-rata bidang gesek (p)
µ
Bahan permukaan kontak P (kg/mm2)
Kering Dilumasi
Besi cor dan perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi cor dan serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,1 0 0 ,005 – 0,03
Lit 1 Hal 63
60
Lit 1 Hal 69
b/a Kl bT/p
61
regangan
Celup permanen tarik
Temperatur (hb)
dingin 0,2% (kg/mm2)
(kg/mm2)
830 – 860
SUP 7 Pendinginan 490 – 540 110 125 363 – 429
minyak
62
0,18 0,90 5,50
0,23 1,20
0,26 1,40
0,29 1,60
0,32 1,80
0,35 2,00
0,40 2,30
0,45 2,60
Kawat kuningan
BsW 4 x 103
63
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Bahan
Perunggu 3,0 m/min atau
1,1 – 1,8
kurang
64
kurang
Ulir
65
M18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
3,5 33,000
M33 1,894 30,727 29,211
4 36,000
M36 2,165 34,402 31,670
4 39,000
M39 2,165 36,402 34,670
Kolom 1 merupakan pilihan utama. kolom 2 atau kolom 3 hanya dipilih jika terpaksa.
66
Tabel 16. Faktor-faktor V, X, dan Xo, Yo
X Y X Y X Y Xo Y X Y
V
o o o
Bantal 1 1,2 0,5 2,30 1 0 0,5 2,3 0,1 0,6 0,5 0,6 0,5
an 6 6 0 9
1,99
bola
1,9 0,2
alur 1,71
0 2
dalam
1,55
1,7 0,2
1,45 1 6
1,1 0,3
5 8
1,0 0,4
67
4 2
1,0 0,4
0 4
68
c. .
69