Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopling sebagai elemen mesin yang saat ini banyak digunakan pada mesin
mesin industri, kendaraan bermotor, dan lain - lain. Dengan berjalannya waktu dan
penggunaan kopling yang terus menerus maka komponen komponen kopling akan
pasti mengalami hal hal seperti plat cepat aus, usia kopling tidak tahan lama, biaya
perawatan yang mahal, dan lain - lain. Dengan adanya hal - hal tersebut maka perlu
adanya perancanaan kopling yang tepat dan teliti.
Kopling yang akan di bahas pada tugas elemen mesin 1 ini adalah kopling
mobil truk Mitsubishi coltdiesel roda empat dengan daya 110 ps atau 80 kW dangan
2900 putaran, dengan spesifiksi sbb :Model engine (4D34-2AT5), type (direc
injection 4 troke, water cooling with turbo intercooler), configuration (4 cylinder in
line), max output (110Ps/2900 rpm), trnsmisi (M025S5), Cluth (single dry cluth :
C3W28D).
sistem kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual
yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja.
komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila,
Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing
atau Drek lahar.
Susunanya di dalam mobil adalah : Kopling atau Clutch yaitu peralatan
transmisi yang menghubungkan poros engkol dengna poros roda gigi transmisi.
Fungsi kopling adalah untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian
transmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Kerja : Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan
energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling
menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya
tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur
kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini
dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas Sistem Kopling
Kopling (clutch) terletak di antara motor dan transmisi, dan berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan putaran motor ke transmisi. Syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh kopling adalah : Harus dapat menghubungan putaran motor ke
transmisi dengan lembut.

1.2 Tujuan Perencanaan


1. Untuk merencanakan kopling yang lebih efisien dan efektif.
2. Untuk mengetahui permasalahan permasalahan yang timbul akibat
penggunaan kopling yang terus menerus.
3. Menganalisa unit transmisi kopling gesek dengan menggunakan data dan
spesifikasi yang ada.

1.3 Batasan Masalah


Kopling merupakan suatu sistem yang sangat luas, oleh sebab itu penulis akan
membatasi permasalahan yang akan dibahas pada mobil untuk kendaraan type
MITSUBISHI COLT DIESEL dengan daya 110 Ps pada putaran 2900 Rpm, meliputi
beberapa elemen elemen penting yaitu : analisa kopling, poros, plat gesek, pegas
dan paku keling, agar tidak terjadi kesalahan dalam analisa kopling dan perhitungan
maka penulis akan memperhatikan faktor faktor koreksi dan faktor faktor internal
yang digunakan.

1.4 Metode Penulisan


Dalam melakukan perencanaan ini dilakukan dengan dua metode:
a) Studi literatur yaitu tinjauan pustaka untuk memperoleh dasar dasar teori
dan rumusan yang akan dipergunakan dalam perhitungan.
b) Studi lapangan yaitu melakukan peninjauan langsung kelapangan guna
memperoleh data sebagai pembanding dan melihat secara langsung.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika yang digunakan dalam penulisan perencanaan tugas elemen mesin ini
adalah:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang perencanaan, tujuan perencanaan,
batasan masalah, metode penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan macam macam kopling, kegunaan, cara kerja,
komponen komponen pda kopling, gambar, daftar tabel dan rumus-rumus
dalam perencanaan sebuah kopling.
Bab III : Analisa Perencanaan Kopling
Bab ini menguraikan perhitungan yang berkaitan dengan kopling seperti
daya, plat yang digunakan, poros, pegas, dan paku keling.
Bab IV : Kesimpulan dan saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran saran dari keseluruhan
tugas elemen mesin ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(KOPLING)

2.1 Pengertian

Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan dan


melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda
lainnya.

Pada bidang otomotif ,kopling digunakan untuk memindahkan tenaga motor


keunit transmisi.dengan menggunakan kopling, pemindahan gigi-gigi trasmisi dapat
dilakukan, kopling juga memungkinkan motor juga dapat berputar walaupun transmisi
tidak dalam posisi netral.

2.2 Penggunaan Kopling

Secara garis besar penggunaan kopling antara lain sebagai berikut :


a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik getaran yang terjadi akibat
bagian bagian mesin berputar.
b. Untuk menjamin hubungan antara poros yang digerakkan yang dibuat
secara terpisah.
c. Untuk mengurangi beban lanjut atau hentakan pada saat melakukan
transmisi dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.
Dalam penggunaan kopling sering kita jumpai beberapa gangguan gangguan
atau masalah, antara lain :
a. Biasanya pada kopling sering terjadi keausan antara kedua permukaan
kontak dan akan mengakibatkan kehilangan tenaga.
b. Beban yang terlalu besar atau pegas tidak dapat lagi menjadi gigi gigi
yang tetap tertekan, maka kopling akan menggelincir dan bersamaan
dengan terdengarnya suara menyentak.
c. Akibat dari penggunaan kopling pada permesinan, poros yang digerakkan
selalu mendapat tekanan yang melewati batas ketentuan dari kemampuan
sebuah kopling dan berakibat kopling akan cacat, patah atau sebagainya
Untuk mengatasi masalah yang terjadi tersebut, maka dalam perencanaan
kontruksi kopling kita harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :

a. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil


b. Kopling harus dapat dipasang dan dilepas dengan mudah
c. Dapat mencegah pembebanan lebih
d. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai
garis tengah yang sekecil mungkin.
e. Bagian yang menonjol harus dicegah dan ditutupi sedemikian rupa
sehingga tak berbahaya.
f. Garis sumbu yang hendak harus sejajar dan disambung dengan tepat
terutama apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastis.
g. Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada garis sumbu
poros, dan kopling harus mengalami keseimbangan dinamis kalau tidak
kopling akan berayun (apabila titik berat terletak pada garis sumbu maka
kopling telah diseimbangkan secara statik)
h. Pada ukuran ukuran aksial dan radial harus ditentukan batas batasnya.

2.3 Klasifikasi Kopling

Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :

1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap

2.3.1 Kopling Tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus dan
pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja antara
poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja, dan
sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda
sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis

2.3.1.1 Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan


sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik
pabrik.
kopling ini terdiri dari beberapa macam antara lain :
a. Kopling Bus
b. Kopling Flens Kaku
c. Kopling Flens Tempa
d. Kopling Jepit
e. Kopling Bumbung Tekan Minyak

a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana dan
harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya daya
kecil.

Gambar 2.1 kopling bus (Sumber; sularso 2000. Hal 30)


b. Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku terdiri dari atas naf dengan flens yang terbuat dari besi cor
atau baja cor dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan
baut pada flensnya. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidaklurusan sumbu
kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan getaran transmisi. Pada saat
pemasangan sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan
tepat sebelum baut baut flens dikeraskan.

Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

c. Kopling Flens Tempa


Pada kopling flens tempa masing masing ujung poros terdapat flens yang
dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut baut. Pada kopling ini momen
dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.

Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

d. Kopling Bumbungan Tekan Minyak


Kopling bumbungan tekan minyak terdiri dari sebuah bumbungan yang bagian
dalamnya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk tirus yang
sama dengan bagian dalam silinder. Minyak atau gemuk dipres dengan tekanan tinggi
melalui tabung berulir ditengah tengah bus ( bumbungan ) sehingga batang tertekan.
Sambungan jepit yang ditimbulkan dapat memindahkan momen momen putaran
yang besar karena gesekan.
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam

tempat memasukkan minyak

Gambar 2.4 Kopling bumbungan tekan minyak

Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.2 Kopling Luwes (Fleksibel)


Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua ujung
poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu sama lain.
Dalam hal ini kita dapat mengenal tiga bentuk kefleksibelan yaitu dalam arah
aksial, radial, dan poros satu sama lain mengepit kedua sudut.
Kopling ini terdiri dari : kopling roda gigi, kopling universal.

a. Kopling Roda Gigi


Kopling roda gigi kedua poros dilengkapi dengan naf bergigi, dimana sisi gigi
dan puncak gigi sedikit banyak berbentuk bulatan. Gigi ini merangkap didalam sistem
gigi dalam sebuah longsongan yang cocok dan menyambung kedua naf, lubang ulir
dalam naf berfungsi untuk melepas baut.
Kopling seperti pada gambar memperbolehkan kefleksibelan sedikit arah
aksial dan radial, disamping itu poros dapat membuat sudut kecil satu dengan yang
lain dan mampu memindahkan momen yang sangat besar.
Gambar 2.5 kopling roda gigi (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Universal

Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak
dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong

Gambar 2.6 kopling universal (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.1.3 Kopling Elastis


Pada kopling ini elemennya terbuat dari karet buatan atau pegas baja yang
menyambung kedua bagian yang dipasang pada poros yang hendak disambung.
Dengan kopling elastis dicoba untuk diperoleh:
a. Mengatasi timbulnya kejutan-kejutan pada saat pemindahan momen putaran.
b. Peredam getaran torsi
c. Koreksi terhadap penyimpangan kecil pada letak poros.
d. Meredam getaran getaran yang timbul dalam mesin beban.
e. Isolasi listrik untuk poros yang disambung.
Dari kontruksinya kebanyakan kopling kopling elastis juga fleksibel
sehingga pergeseran memanjang, melintang dan posisi serong poros poros itu dalam
keadaan terbatas juga memungkinkan dan dapat juga memberikan putaran sudut kecil
antara sambungan ujung ujung poros. Kerugian yang timbul adalah berupa panas,
sehingga sifat sifatnya berubah atau elastisitasnya hilang.
Kopling ini terdiri dari kopling piringan karet, kopling piringan karet, kopling
cincin karet, kopling ban karet, kopling selongsong pena.

a. Kopling Piring Karet


Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang berbentuk
bintang dari karet. Kedua perubahan kopling adalah identik dan dilengkapi dengan
cakar yang sesuai dalam rumpangan dalam ban

Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

b. Kopling Ban Karet


Kopling ini sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet dengan
lapisan yang ditenun dan ditekan oleh dua buah cincin penekan pada flens kedua
paruhan kopling. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun sumbu kedua poros
yang dihubungkan tidak lurus dan dapat meredam tumbukan dan gesekan yang terjadi
pada transmisi. Di samping itu pemasangan dan penukaran ban karet dapat dilakukan
tampa banyak kesulitan, jika daya elastisnya telah berkurang dan hubungan listrik
antara kedua poros dapat dicegah.
Gambar 2.8 Kopling karet ban (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

c. Kopling Selongsong Pena


Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identik dilengkapi dengan pena
penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Dalam lubang ini dipasang pena
dengan selongsong untuk paruhan kopling yang lain. Keuntungan kopling ini yaitu
aman tembusan aliran, artinya bahwa tidak memungkinkan aliran berjalan dari bagian
kopling yang satu ke bagian kopling yang lain.
Kopling ini juga memiliki keburukan yaitu tidak cocok dalam lingkungan
yang sangat panas. Prinsip kerja kopling ini yaitu mengambil daya elastis pada
perubahan bentuk elemen elemen yang elastis dan peredam terjadi oleh gesekan
pada waktu terjadi perubahan bentuk.

Gambar 2.9 kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal 30)

2.3.2 Kopling Fluida.


Kopling fluida yaitu kopling yang meneruskan dan memutuskan daya melalui
fluida sebagai zat perantara dan diantara kedua poros tidak terdapat hubungan
mekanis. Kopling ini sangat cocok untuk memindahkan putaran tinggi dan daya yang
besar. Keuntungan kopling ini yaitu getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari
sisi beban tidak saling diteruskan demikian juga pada saat pembebanan lebih,
penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi batas kemampuannya
sehingga umur mesin menjadi lebih panjang.

Gambar 2.10 kopling fluida (Sumber; sularso 2000. Hal 44)

2.3.3 Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang dapat memutuskan dan
menghubungkan dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan putaran yang
sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan kedua hubungan poros tersebut
pada keadaan diam maupun berputar.
Sifat sifat kopling ini adalah :
Poros output relatif bergerak terhadap poros input
Pemutusan hubungan dapat terjadi pada saat kedua poros berputar maupun
tidak berputar.
Klasifikasi kopling ini adalah sebagai berikut : kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut, kopling friwil.

2.3.3.1 Kopling Cakar


Kopling ini digunakan untuk meneruskan momen yang kontak positif atau
tanpa ada gesekan sehingga tidak ada terjadi slip. Pada tiap bagian kopling
mempunyai cakar yang satu sama lain sesuai dan salah satu dari separuh itu harus
dapat disorongkan secara aksial.
Gambar 2.11 kopling cakar spiral (sumber ; sularso, 2000 hal 58)

2.3.3.2 Kopling Plat


Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi kopling ini
cukup sederhana dan dapat dihubung dan lepaskan dalam keadaan berputar kopling
plat ini dapat dibagi atas kopling plat tunggal, dan kopling plat banyak.yatu
berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, kopling ini juga dibedakan atas
kopling kering dan kopling basah, serta atas dasar kerjanya yaitu : manual, hidrolik,
numatik, dan elektromagnetik.

Gambar 2.12 kopling plat (Sumber; sularso 2000. Hal 62)

2.3.3.3 Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat memindahkan
momen yang besar.
Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber ; sularso.2000. hal 73)

2.3.3.4 Kopling Friwel


Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros
penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang
digerakkan.

Gambar 2.14 kopling friwel (Sumber; sularso 2000. Hal 76)

2.4. komponen Utama Kopling

2.4.1 Roda Penerus


Selain sebagai penstabil putaran motor,roda penerus juga berfungsi sebagai
dudukan hampir seluruh komponen kopling.

1.4.2 Pelat Kopling


Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitaas tinggi.
Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefesien gesek tinggi.
Bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan keling (rivet)

2.4.3. Pelat Tekan


Pelat tekan kopling terbuat dari besi tuang.pelat tekan berbentuk bulat dan
diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. salah satu sisinya (sisi yang
berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus, sisi ini akan menekan plat kopling
dan roda penerus, sisi lainnya mempunyai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan
penempatan komponen kopling lainnya.

2.4.4. Unit Plat Penekan


Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, pelat penekan dilengkapi dengan
sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragma. tutup dan tuas penekan. Pegas
digunakan untuk memberikan tekanan terhadap pelat tekan, pelat kopling dan roda
penerus. jumlah pegas (kekuatan tekan) disesuikan dengan besar daya yang harus
dipindahkan

2.4.5. Mekanisme Penggerak


Komponen penting lainnya pada kopling ialah mekanisme pemutusan
hubungan (tuas tekan). mekanisme ini di lengkapi dengan bantalan bola, bantalan bola
diikat pada bantalan luncur yang akan bergerak maju/mundur pada sambungan.
Bantalan bola yang dilengkapi dengan permukaan tekan akan mendorong tuas tekan

2.4.6. Rumah Kopling


Rumah kopling terbuat dari besi tuang atau aluminium. rumah kopling
menutupi seluruh unit kopling dan mekanisme penggerak. rumah kopling umumnya
mempunyai daerah terbuka yang berfungsi sebagai saluran sirkulasi udara.

2.5. Cara Kerja Kopling

Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong bantalan
luncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan tekanan pegas
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerus dan perpindahan daya terputus. bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
kopling akan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan roda
penerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik bantalan
luncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara mekanik,
sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster. secara umum,
sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah pada sistem
hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan pada pedal
kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan kebutuhan. Pada sistem
hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang penerus akan mendorong
piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem akan meneruskan daya ini
keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit kopling akan mendorong tuas,
dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling terlepas, sehingga penerusan daya dari
motor ke transmisi terputus.

2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari kawat
tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih besar dari
9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang terbuat dari
kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas.
Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas pada waktu proses
pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik yang ditentukan dan
digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas. Pegas dari bahan macam
ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja
pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka perlu
diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk
keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter kecil. Inconel
dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.

2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran. Poros untuk
meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang dihasilkan
dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.

Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang difinis dingin untuk
poros
Perlakuan Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambang Keterangan
panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C 52
Baja karbon
S40C 55
konstruksi mesin (JIS
S45C 58
G 4501)
S50C 62
S55C 66

- Ditarik
S35C-D 53
Batang baja yang - dingin,
S45C-D 60
difinis dingin - digerinda
S55C-D 72
dan dibubut
(Sumber; sularso 2000. Hal 3)

2.8 Paku Keling


Fungsi paku keling adalah untuk menyambung pelat dan batang profil, paku
keling dipasang yang dilantak. Dalam bangunan pesawat terbang dan pada umumnya
pada konstruksi logam ringan, banyak dipergunakan paku keling aluminium.
Selanjutnya paku keling tembaga dan aluminium dipergunakan antara lain pada
pemasangan bahan gesek pada kopling dan rem (jenis rem tromol).
Rusaknya sambungan paku keling itu disebabkan berbagai hal:
a. Gerakan plat antara satu sama lain.
b. Patah plat antara lubang paku keling pada baris yang sama.
c. Dalam praktek terbukti bahwa dengan jarak (1,5-2) cukup aman.

2.9 Rumus Analisa Perhitungan Perencanaan Kopling Gesek

2.9.1 Rumus analisa perhitungan poros

1. Daya yang ditransmisikan (Pd) (Sumber; sularso 2000. Hal 7)


Pd = fc. P(kW) ................................................................. pers 2.1
Dimana:
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal output dari motor penggerak ( kW ) (Sumber; sularso 2000.
Hal 30)

Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)


Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimim yang diperlukan 0,8 - 2,0
Daya normal 1,0 - 1,5
(Sumber; sularso 2000. Hal 7)

2. Momen rencana ( T )
Pd
T = 9,74 x 105 (kg.mm) ............................................ pers 2.2
n1
Dimana:
n1 = Putaran poros ( rpm ) (Sumber; sularso 2000. Hal 2)

3.Tegangan puntir ( a )
b
a = (kg/mm2) .................................................... pers 2.3
sf1 x sf 2

Dimana:
b = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )
Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0 ................................................................... pers 2.4
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 ) ....................................................................................... pers 2.5
4. Diameter poros ( ds )
5,1
ds =[ x Kt x Cb x T ]1/3 (mm) ................................................ pers2.6
a

(Sumber; sularso 2000. Hal 8)


Dimana:
Kt = Faktor koreksi untuk puntiran
( 1,0 - 1,5 ) jika beban dikenakan secara halus
( 1,5 - 3,0 ) jika beban dikenakan dengan kejutan besar ................ pers 2.7
Cb = Faktor koreksi untuk lenturan
( 1,2 - 2,3 ) ....................................................................................... pers 2.8

5. Jari - jari fillet ( r )


( Db d s )
r= (mm) ........................................................ pers 2.9
2
Dimana :
Db = Diameter bantalan (mm)

2.9.2 Rumus analisa perhitungan pasak


1. Alur pasak (b)
ds
b= (mm) ................................................................... pers 2.10
4
2. Tinggi pasak (h)
ds
h= (mm) ................................................................... pers 2.11
8
3. Fillet pasak (c)
h
c= (mm) .................................................................... pers 2.12
b

Gbr 2.16 Faktor konsentrasi tegangan


Gbr 2.15 Faktor konsentrasi tegangan (Sumber; sularso 2000. Hal 11)
5. Tegangan geser (g)
T 5,1 T
g = = (kg/mm2) ................................. pers 2.14
ds 3
ds
3

16

6. Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor
konsentrasi tegangan dari poros :
t a x Sf 2
> x Kt x Cb(kg/mm2)........................................ pers 2.15

(sumber ; jack stolk & Kros.C, 1994 hal 64)
2.9.3 Rumus Analisa Perhitungan Plat Gesek
1. Momen puntir yang diteruskan ( T )
T = 9,74 x 105 x fc x P (kg.mm)...................................... pers 2.16
n1
2. Besar gaya tekan pada permukaan bidang gesek ( f )

f= ( D22 - D12 )Pa (kg) ............................................... pers 2.17

Dimana:
D1 = Diameter dalam bidang gesek ( cm )
D2 = Diameter luar bidang gesek ( cm )
Pa = Besar tekanan rata-rata ( kg/mm2 )

Tabel 2.3 Harga koefisien gesek ( ) dan tekanan rata-rata ( Pa ).



Bahan permukaan
Pa ( kg/mm2 )
kontak
Kering dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
(sumber ;Sularso ; 2000 hal 80 )

3. Luas plat gesek ( A )



A= x ( D2 2 - D12 ) (mm2) .......................................... pers 2.18
4
4. Jari-jari rata-rata ( rm )
D1 D2
rm = (mm) ........................................................ pers 2.19
4

Jika: T = x F x rm. (kg.mm) .............................................................. pers 2.20


D1 = (0,6 - 0,8)D2 (mm) ............................................................... pers 2.21
Direncanakan D1 = 0,75 D2 (mm) ................................................. pers 2.22

2.9.4 Rumus Perhitungan Umur Kopling


1. Momen puntir yang dihitung dari daya penggerak mula ( T )
fc x P
T = 9,74 x 105 (kg.m) ......................................... pers 2.23
n1
Dimana :
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal ( kW )
n1 = Putaran ( rpm )

2. Kecepatan relatif ( nr ) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 70 )


nr = n1 - n2 (rpm) ............................................................. pers 2.24
Dimana :
n1 = Putaran poros kopling
n2 = Putaran beban ( diasumsikan )

3. Momen percepatan yang diperlukan untuk mencapai waktu


perhubungan yang direncanakan (Tdo) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 70 )
GD 2 x n1
Ta = Tl1 (kg.m) ............................................. pers 2.25
375 x t e

Dimana :
GD2 = Efek gaya terhadap kopling ( kg.m2 )
te = Waktu penghubungan rencana ( s )
Tl1 = Momen beban saat start (kg.m)

4. Kapasitas momen gesek dinamis ( Tdo ) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 70 )


Tdo Ta x f (kg.m)......................................................... pers 2.26
Dimana :
f = Faktor keamanan
Tdo = Momen gesek dinamis ( kg.m )

5. Momen beban saat start (Tl1)


Tl1 T T12 (kg.m) ........................................................ pers 2.27
Dimana :
Tl2 = Momen beban setelah start ( kg.m )
6. Kerja penghubung ( E )
GD 2 . nr 2 Tdo
E= . (kg.m/hb) ................................ pers 2.28
7160 T do - T
7. Kerja penghubungan yang diizinkan ( Ea )
E Ea (kg.m/hb) ............................................................. pers 2.29
8. Waktu penghubungan yang sesungguhnya ( tae )
GD 2 . nr
tae = (sekon) ............................................. pers 2.30
375 (Tdo - T)
9. Waktu penghubungan
tae < te (sekon) ................................................................. pers 2.31
10. Umur plat gesek dalam jumlah penghubungan ( Nml )
L3
Nml = (hb)........................................................ .... pers 2.32
E xw
Dimana :
L3 = Volume keausan yang diizinkan dari plat gesek (cm3)
w = Laju keausan permukaan bidang gesek ( cm2/kg.m )

Tabel 2.4 Laju keausan permukaan plat gesek


Bahan permukaan w [ cm3/(kg.m)]
Paduan tembaga sinter (3-6) x 10-7
Paduan sinter besi (4-8) x 10-7
Setengah logam (5-10) x 10-7
Damar cetak (6-12) x 10-7
(Sularso ; 1997 )
Tabel 2.5 Batas keausan kopling
Nomor kopling/rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan ( mm )
Volume total pada
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
batas keausan ( cm3)
(Sularso ; 1997 )

11. Umur plat dalam hari atau tahun (Nmd )


N ml
Nmd = (tahun) ......................................................... pers 2.33
N1
Nl = N x h x t h (hb/thn)..................................................... pers 2.34
Dimana :
Nl = Umur plat dalam hari
N = Frekuensi penghubungan ( hb/min )
h = Jumlah hari kerja dalam seminggu.
th = Jumlah hari kerja dalam setahun

2.7.5 Rumus Analisa Perhitungan Pegas

1. Gaya tekan pegas ( F )



F=
4
D 2
2
D12 Pa (kg) ................................................. pers 2.35

2. Tegangan geser ( g )
g = 0,8 x a (kg/cm2).............. pers 2.36
3. Konstanta tegangan Wahl ( K )
4.c 1 0,615
K= ................. pers 2.37
4.c 4 c
Dimana :
c = Fungsi indeks pegas
c = D/d ....................................................................................................... pers 2.38
(Sumber; sularso 2000. Hal 323)
4. Diameter kawat pegas ( d )
8 Wl
d2 = Kx xcx (mm) ................................................. pers 2.39
g
Dimana:
Wl = Gaya tekan tiap pegas (kg)
F T
Wl = = (kg) ......................................................... pers 2.40
n r
n = Jumlah pegas (lilitan)
r = Jarak sumbu pegas kesumbu poros (mm)
(Sumber; sularso 2000. Hal 324)
5. Diameter lingkaran pegas (D)
D = 8 x d (mm).......................................................... pers 2. 41

Gbr 2.17 Tegangan maksimum dari pegas tekan (Sumber; sularso 2000. Hal 312)
Keterangan gambar :
1. Kawat musik kelas B
2. Kawat musik kelas A
3. Kawat baja keras kelas C
4. Kawat baja keras kelas B
5. Kawat baja tahan karat no. 2
6. Kawat baja tahan karat no. 1
7. Kawat musik kelas V
8. Baja karbon, kawat ditemper dengan minyak, kelas B
9. Kawat baja Cr-V ditemper dengan minyak, untuk pegas katup
10. Baja paduan
11. Baja pegas ( SUP4 )
12. Kawat baja karbon ditemper dengan minyak, kelas A
Gbr 2.18 Faktor tegangan Wahl (Sumber; sularso 2000. Hal 316)
6. Lendutan pegas ( )
8.n3 D 3Wl
= (mm) ....................................................... pers 2.42
d 4 .G
Dimana :
G = Modulus geser (kg/mm2)

7. Konstanta pegas ( k )
G.d 4
k= (mm) ......................................................... pers 2.43
8.n3 .D 3
8. Panjang lilitan pegas ( H )
H/D 4 (mm).................................................................. pers 2.44
Tabel 2.6 Harga modulus geser G
Bahan Lambang Harga G( kg/mm2 )
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja pegas SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat ditemper dg minyak - 8 x 103
Kawat baja tahan karat SUS 7,5 x 103
( SUS 27, 32, 40 )
Kawat kuningan BsW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Kawat perunggu fosfor PBW 4,5 x 103
Kawat tembaga berilium BeCuW 5 x 103

(Sumber; sularso 2000. Hal 313)


2.9.6 Rumus Analisa Perhitungan Paku Keling
1. Tegangan tarik izin (t) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 7 )
b
t = (kg/mm2) ...................................................... pers 2.45
sf1 xsf2

Dimana :
b = Kekuatan tarik paku keling ( kg/mm2) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 7 )
2. Tegangan geser izin (g)
g = 0,18 x t (kg/cm2) ..................................................... pers 2.46
3. Gaya tekan paku keling ( P )
T = P x r (kg.mm) .......................................................... pers 2.47
Maka :
T
P= (kg) ...................................................................... pers 2.48
r

Dimana :
P = Gaya tekan (kg)
T = Momen puntir (kg .mm)
r = Jarak paku keling (mm)
4. Harga P tiap paku keling
(Sumber; sularso 2000. Hal 324)
P
P1 = (kg) ................................................................ pers 2.49
n pk

Dimana :
npk = Jumlah paku keling (buah)

5. Diameter paku keling ( D ) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 26 )


P 1 .x 4

D= (mm) ..................................................... pers 2.50
. g

BAB III
PERENCANAAN KOPLING GESEK

Berdasarkan spesifikasi dari tugas yang diberikan yaitu rancangan kopling


gesek untuk kendaraan HINO dengan spesifikasi daya 235 PS dan putaran 2.500
rpm, maka akan dibahas perhitungan dari masing-masing bagian kopling tersebut.

3.1 Analisa Perhitungan poros


Sesuai dengan spesifikasi daya (P) 235 PS dan putaran poros (n1) adalah 2.500
rpm. Untuk mencari daya yang ditransmisikan (Pd) dapat digunakan persamaan (2.1
halaman 19)
Pd = fc x P

Dimana :
1 PS = 0,735 kW Sehingga, 110 PS = 110 x 0,735 = 80,85 kW
fc = diambil 1,0 (tabel 2.2 halaman 19)
Pd = 1,0 x 80,85 kw
Pd = 80,85 kW

Momen puntir (T) dapat dicari dengan persamaan (2.2 halaman 23)
Pd
T = 9,74 x 105 kg . mm
n1
80,85 kW
T = 9,74 x 105
2900rpm
T = 27154,45 kg. mm
T = 2715,445 kg. cm

Poros yang direncanakan terbuat dari baja karbon (Jis G 4501) S55C, dengan
kekuatan tarik b = 66 kg/mm2 (tabel 2.1 hal 18)
Tegangan puntir bahan dicari dengan persamaan (2.3 halaman 19)
b
a =
Sf1 x Sf 2
Dimana :
Sf1 = 6,0 (pers 2.4 hal 19)
Sf2 = 2,0 (pers 2.5 hal 20)
Maka:
66
a =
6x2

a = 5,5 kg/mm2
= 550 kg/cm2

Diameter poros (ds) dapat dihitung dengan persamaan ( 2.6 halaman 20 )

5,1
ds = K t . Cb . T 1/3
a
Dimana :
Kt = 1,5 ( dipilih ) pers 2.7 hal 20
Cb = 2,0 ( dipilih ) pers 2.8 hal 20
Maka :
5,1 1/3
ds = x 1,5 x 2 x 27154,45
5,5
= 42,27 mm
Sehingga diameter poros yang diambil adalah ds= 45 mm.
Jika direncanakan diameter tempat bantalan adalah Db= 47 mm.
Maka jari-jari fillet dihitung dengan persamaan ( 2.9 halaman 20 )
Db d s
r =
2
Maka :
47 - 45
r =
2
= 1,0 mm
Maka alur pasar, tinggi pasak dan fillet dapat dihitung dengan persamaan (2.10
halaman 20)
1. Alur pasak (b)
ds
b=
4
45
b=
4
b = 11,25mm

2. Tinggi pasak (h) dapat dihitung dengan persamaan (2.11 halaman 20)

h = ds
8
45
=
8
= 5,625 mm

3. Fillet pasak (c) dapat dihitung dengan persamaan (2.12 halaman 20)

c= h
b

5,625
=
11,25
= 0,5 mm

Tegangan geser (g) dihitung dengan persamaan (2.14 halaman 21)


T 5,1T
g = =
ds 3
d s3

16

5,1 x 27154,45 kg . mm
=
45 mm 3
= 1,52 kg/mm2
Dari gbr 2.14 halaman 25 dan gbr 2.15 halaman 25 dapat diketahui faktor
konsentrasi tegangan dan untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat dengan alur pasak persegi yang diberi fillet .
r/ds = 1/45
= 0,022
Sehingga:
= 2,3
= 1,7
Perbandingan tegangan geser yang terjadi selama mengalami faktor konsentrasi
tegangan dari poros didapat dari persamaan (2.15 halaman 22)
a x Sf 2
g x Kt x Cb

5,5 x 2,0
1,52 x 1,5 x 2
2,3
4,8 4,56
a x Sf 2
g x Kt x Cb, baik

Maka perbandingan di atas dinyatakan baik karena pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar.

Gambar 2.19 Poros kopling

3.2 Analisa Perhitungan Plat Gesek


Momen puntir yang diteruskan ( T ) dapat dihitung dengan persamaan
(2.16 halaman 226)

5 fc P
T = 9,74 x10
n1
1 x 80,85 kW
T = 9,74 x 105 9
2500 rpm
T = 27154,45 kg. mm

Besar gaya tekan pada permukaan bidang gesek ( F ) dihitung dengan


persamaan ( 2.17 halaman 22 )

F= ( D22 - D12 ) x Pa

Perbandingan diameter D1 : D2 adalah 0,6 - 0,8 diambil 0,7 ( pers 2.21
hal 23). Besar tekanan rata-rata (Pa) dipilih bahan asbes dan besi cor 0,007-0,07
kg/mm2 (tabel 2.3 hal 22), sehingga diambil 0,02 kg/mm2, dengan 0,35 0,65 maka
diambil 0,6

F= (D12 0,7 D22) x 0,02 kg/mm2
4

= (1 0,7) D22 x 0,02 kg/mm2
4
= 0,0047 D22 . kg/mm2

Maka, jari-jari rata-rata (rm) dapat dihitung dengan persamaan (2.19 halaman 22)

rm =
D1 D 2
4

= 0,7 1 D 2
4
= 0,425 D2

Diameter luar (D2) dihitung dengan persamaan (2.20 halaman 23)


T = . F . rm
= 0,6 x 0,0047 D22 x 0,4 D2
27154,45 = 0,00119 D23
3 27154,45
D2 = 0,00119

= 283,63 mm
Diameter dalam (D1) dihitung dengan persamaan (2.22 halaman 23)
D1 = 0,7. D2
= 0,7 x 283,63 mm
= 198,55 mm
Luas plat gesek (A) dihitung dengan persamaan (2.18 halaman 22)

A = (D22 D12)
4

= ( (283,63)2 (198,55)2
4
= 53294,56 mm2

Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) dihitung dengan persamaan (2.17
halaman 22)
F = A . Pa
= 53294,56 mm2 x 0,02 kg/ mm2

= 1065,9 kg

Gambar 2.20 Plat gesek

3.3 Perhitungan Umur Kopling


a. Momen Puntir
Momen puntir ( T ) dari daya penggerak mula dihitung dengan persamaan
(2.23 halaman 23)
fc x P
T = 974
n1
= 974 1,0 x80,85
2500
= 31,3 kg.m

Momen beban saat start dihitung dengan persamaan (2.27 halaman 24).
Tl1 T T12

Dimana :
T12 = Merupakan momen maksimum pada saat kecepatan penuh.
Efek total gaya roda terhadap poros kopling adalah GD2 = 3 kg
m2 .

Kecepatan relatif (putaran penuh) pada poros kopling (nr) dihitung dengan persamaan
(2.24 halaman 23).

nr = n1 n2

Bila: n1 = Putaran poros kopling = 2900 rpm


n2 = Putaran beban (diasumsikan) = 2500 rpm

fc x P
Tl1 = 974
n2
1,0 x 80,85
= 974
2500
= 31,5 kg.m
Maka :
nr = n1 n2
= 2900 2500
= 400 rpm

Bila jangka waktu penghubung (dari saat kopling dihubungkan hingga kedua
poros mencapai putaran yang sama) adalah te = 0,1 5 (s) diambil 0,7 s (waktu
penghubung rencana).
Faktor untuk keamanan kopling tetap diambil f = 1
Maka momen percepatan yang diperlukan mencapai jangka waktu penghubung
yang direncanakan adalah (Ta) dihitung dengan persamaan (2.25 halaman 23)
Maka :
GD 2 .n1
Ta = + Tl1 (kg.m)
375t e

3 x 2500
= 31,5
375 x 0,7
= 64,64 kg.m
Untuk momen berat yang digunakan dari permulaan maka dipilih kopling
dengan kapasitas momen gesek dinamis (Tdo) dalam daerah berikut :
T do > Ta . f (pers 2.26 halaman 23)
> 64,64 kg. m x 1
64,64 kg.m
Maka harga Tdo untuk kopling gesek plat tunggal kering diperoleh dari grafik adalah
:
- Nomor tipe kopling 100
- T do = 90 kg.m > 128,44 kg.m

a. Kerja Penghubung
Kerja penghubung (E) dapat dihitung dengan persamaan(2.28 halaman 29)

GD 2 . nr 2 Tdo
E = x (kg.m/hb)
7160 Tdo - T

3 x 400 2 90
= x
7160 100 91,55
= 96 kg.m/hb

Bila jumlah penghubung tiap menit N = 0,7 hb/menit dan kerja penghubung
yang diizinkan adalah Ea (kg.m/hb).
Maka :
E Ea (pers 2.29 halaman 24)
E 96 kg.m/hb

b. Waktu Pelayanan dan Penghubungan (Waktu Kerja)


Waktu penghubung sesungguhnya dihitung dengan persamaan (2.30 halaman 24)
GD 2 . n r
tae = (s)
375 (Tdo - T)

3 x 400
=
375(90 27,15)
tae = 0,0547 s
tae < te ( pers 2.31 halaman 24)

c. Perhitungan Panas
Pada saat terjadi penghubungan, maka poros pada kopling akan panas akibat
gesekan, sehingga temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai 2000C
dalam sesaat. Namun untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak lebih
dari 800 C.
Jika harga penghubung untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada penghubung yang diizinkan, maka pada dasarnya pemeriksaan temperatur tidak
diperlukan lagi.

d. Umur Plat Gesek


Umur plat gesek dalam jumlah penghubungan (Nml ) dihitung dengan (pers
2.32 halaman 29)
L3
Nml =
E .w
Dimana :
L3 = Volume keausan yang diizinkan dari plat gesek untuk
nomor Kopling 100 = 210 cm3 (tabel 2.5 hal 25)
w = Laju keausan permukaan bidang gesek (5 10 ) x10-7 cm3/kg.m
( tabel 2.4 hal 24) diambil = 8,5 x 10-7 cm3/kg.m
Maka :
L3
Nml =
E .w

210
Nml =
96 x 5 x 10 7
= 257352,94 hb
Bila jumlah penghubung tiap menit N = 1 hb/menit dan kerja kendaraan 10
jam/hari (direncanakan).
maka :

Nl = N x h x t h (pers 2.34 hal 25)

Nl = 1 x 60 x 8 x 365 hari
Nl = 175200 hb/tahun

Sehingga umur kopling dapat dihitung dengan persamaan (2.33 halaman 30)
N ml
Nmd =
N1
338813,5
=
175200
= 1,46 tahun = 1 tahun 5 bulan

3.4 Analisa Perhitungan Pegas


a. Pegas Kejut
- Bahan pegas yang dipakai SUP4
- Tegangan maksimum pegas = 6500 kg/cm2 (gambar 2.21 hal 26)
- Jumlah pegas (n1) = 6 buah
- Jumlah lilitan (n2) = 6 buah
- Jumlah lilitan aktif (n3) = 4 buah
Gaya tekan pada pegas (F) dihitung dengan persamaan (2.35 hal 25)

F= (D22 D12) P
4

= (( 283,63 mm ) 2 (198,55 mm )2 ) x 0,02 kg/mm2
4
= 205,12 kg
Bila jumlah pegas (n1) adalah 6 buah maka didapat gaya tekan untuk masing-
masing pegas dihitung dengan persamaan (2.40 halaman 26)
F
Wl =
n1
205,12
=
6
= 34,19 kg

Tegangan geser (g) dihitung dengan persamaan (2.36 halaman 30)


g = 0,8 x a
= 0,8 x 6500 kg/cm2
= 5200 kg/cm2

Faktor tegangan dari Wahl (K) dihitung dengan persaman (2.37 halaman 30)

K = 4.c 1 +
0,615
4.c 4 c

Dimana :
c = D/d (pers 2.38 hal 25)
Harga c antara 4 10 diambil 6 (gbr 2.17 hal 32)
4 . 6 -1 0,615
K= +
4.6 4 6
= 1,25
Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (2.39 halaman 31)
8 Wl
d2 = K .c.
g
Maka :

8 W
d = K .c . l
g

34,19 kg
= 1,25 x 8 x 6 x
5200 kg/cm 2

= 0,12 cm diambil 1,2 mm


Diameter lingkaran pegas (D) dihitung dengan persamaan (2.41 halaman 31)
D/d =6
D = 6 x 1,2 mm
= 7,2 mm

Lendutan pegas () dihitung dengan persamaan (2.42 halaman 27)

8 n 3 D3 WL
=
d4 G
Dimana G adalah modulus geser = 8 x 103 kg/mm2 (tabel 2.6 hal 28)
Maka :
8 x 4 x (15,6) 3 x 34,19 kg
=
(1,2) 4 x 8 .10 3 kg/mm 2
= 18,5 mm
= 1,85 cm

Konstanta pegas (k) dihitung dengan persamaan (2.43 halaman 27)


G . d4
k=
8 . n 3 . D3

8.10 3 kg/mm 2 x (1,2 mm) 4


k=
8 x4 x(7,2 mm) 3
= 1,4 mm
= 0,14 cm

Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (2.44 halaman 27)
Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4
Maka: H/D < 4
Diambil: H/D 2
H <2D
< 2 x 7,2 mm
H < 14,4 mm
Gambar 2.21 Pegas kejut
b. Pegas Tekan
Bahan pegas dari SUP4
- Jumlah pegas (n1) = 6 buah
- Jumlah lilitan (n2) = 6 buah
- Jumlah lilitan aktif (n3) = 4 buah
- Jarak sumbu pegas ketitik pusat poros r = 8
Gaya tekan (W) dapat dihitung dengan persamaan (2.40 halaman 26)
T
W=
r
2715,4 kg.cm
=
8 cm
= 339,43 kg
Gaya tekan tiap pegas
W
W1 =
n1

339,43 kg
= = 56,57 kg
6
Tegangan geser (g) dapat dihitung dengan persamaan (2.36 halaman 25)
g = 0,8 x a
= 0,8 x 6500 kg/cm2
= 5200 kg/cm2
Faktor tegangan dari Wahl (K) dihitung dengan persamaan (2.37 halaman 25)
4 . c -1 0,615
K = +
4.c 4 c
Harga c diambil 6 (gambar 2.21 hal 26)
= 4 . 4 - 1 + 0,615 = 1,25
4.6 4 6
Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (2.39 halaman 26)
8 Wl
d2 = K .c.
g

8 W
d = K .c . l
g

56,57 kg
= 1,25 x 8 x 6 x
5200 kg/cm 2

= 0,2 cm
= 2 mm

Diameter lingkaran pegas (D) dihitung dengan persamaan (2.41 halaman 26)
D =6xd
= 6 x 2 mm
= 12 mm

Lendutan pegas () dihitung dengan persamaan (2.42 halaman 27)

8 n 3 D3 WL
=
d4 G

Dimana G adalah modulus geser = 8 x 103 kg/mm2 (tabel 2.6 hal 28)
8 x 4 x (12 mm) 3 x 56,57 kg
=
(7,1 mm) 4 x 8 .10 3 kg/mm 2
= 24,44 mm
= 2,4 cm

Konstanta pegas (k) dihitung dengan persamaan (2.43 halaman 32)


G . d4
k =
8 . n 3 . D3

8.10 3 kg/mm 2 x 2 mm
4

k =
8 x 4 x(12 mm) 3
= 4 mm
Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (2.44 halaman 27)
Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4
H/D < 4 Diambil panjang lilitan pegas = 2
H/D 2
H <2xD
< 2 x 12 mm
< 24 mm

Gambar 2.22 Pegas tekan

3.4 Perhitungan Paku Keling


Bahan paku keling dari bahan ST 37 yang dengan kekuatan tarik 37 kg/mm2

Faktor keamanan Sf1 = 6 ( pers 2.4 hal 19 )

Sf2 = 2 ( pers 2.5 hal 19)

Tegangan tarik izin (t) dihitung dengan persamaan (2.45 halaman 27)

b
t =
sf 1 xsf 2

3700kg / cm2
=
6 2
= 308,3 kg/cm2

Tegangan geser izin (g) dihitung dengan persamaan (2.46 halaman 28 )


g = 0,8 x t
= 0,8 x 308,3 kg/cm2
= 246,64 kg/cm2

Tabel 2.7 Jumlah paku dan baris paku keling

Baris Jumlah paku r (mm)


I 16 94
II 16 80
III 16 65
IV 6 42

a. Baris Pertama (I)


Npk = 16 buah
R = 94 mm
Gaya tekan paku keling dihitung dengan persamaan (2.47 halaman 28)
T =Pxr
Maka :
T
P =
r

27154,45 kg.mm
= = 288,87 kg
94 mm

P tiap paku keling dihitung dengan persamaan ( 2.49 halaman 29 )


P
P1 =
n pk

288,87
= kg
16
= 18,05 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama ( D1 ) dihitung dengan persamaan
(2.50 hal 29)
P 1x 4
D1 =
x g
18,05 kg x 4
=
x 4,4 kg / mm 2
= 2,28 mm
= 0,22 cm

b. Baris Kedua (II)


Npk = 16 buah
r = 80
Gaya tekan paku keling dihitung dengan persamaan (2.47 halaman 29)
T =Pxr
T
P =
r
27154,45kg.mm
=
80 mm
= 339,43 kg

P tiap paku keling dihitung dengan persamaan (2.49 halaman 29)


P
P2 =
n pk

339,43
= kg
16
= 21,21 kg

Diameter paku keling pada baris kedua ( D2 ) :

D2 = P 2x4
x g

21,21x 4
=
x 4,4
= 2,47 mm
= 0,24 cm
c. Baris Ketiga (III)
Npk = 16 buah
r = 65 mm
T =Pxr
T
Maka : P =
r
27154,45 kg.mm
=
65mm
= 417,76 kg
P
P3 =
n pk

417,76
= kg
16
= 26,11 kg

Diameter paku keling pada baris ketiga ( D3 ) dihitung dengan persamaan


P3 x 4
D3 =
x g

26,11 x 4
=
x 4,4
= 2,75 mm
= 0,275 cm

d. Baris Keempat (IV)


Npk = 6 buah
r = 42 mm
T =Pxr
T
Maka : P =
r

27154,45 kg.mm
=
42 mm
= 646,53 kg
P
P4 =
n pk

646,53
= kg
6
= 107,75 kg

Maka diameter paku keling pada baris keempat:

D4 = P4 x 4
x g

107,75 x 4
=
x 4,4
= 5,58 mm
= 0.558 cm

Tabel 2.8 Gaya pada tiap baris paku keling


Baris Jumlah paku P (Kg)
I 16 18,05
II 16 21,21
III 16 26,11
IV 6 107,75

Gambar 2.23 Letak paku keling


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perencanaan didapat data spesifikasi dari kopling
plat gesek. Untuk kendaraan COLT DIESEL dengan daya sebesar 110 Ps dan
putaran 2900 rpm adalah sebagai berikut :
1. Momen puntir yang terjadi pada kopling (T) : 27154,45 kg.mm
2. Daya yang di transmisikan (Pd) : 80,85 kW
3. Tegangan puntir (a ) : 5,5 kg/mm2
4. Kekuatan tarik (b ) : 66 kg/mm2
5. Tegangan geser (g ) : 1,52 kg/mm2
6. Diameter poros penggerak (ds) : 42,27 mm
7. Alur pasak (b) : 11,25 mm
8. Tinggi pasak (h) : 5,625 mm
9. Fillet pasak (c) : 0,5 mm
10. Diameter dalam plat kopling (D2) : 198,55 mm
11. Diameter luar plat kopling (D1) : 283,65 mm
12. Luas plat gesek (A) : 53294,56 mm2
13. Tekanan pada plat gesek (F) : 1065,9 kg
14. Batas pemakaian (umur kopling) : + 1,5 tahun
15. Pegas kejut
a. Gaya tekan pegas (F) : 205,15 kg
b. Diameter kawat pegas (d) : 1,2 mm
c. Diameter lingkaran pegas (D) : 7,2 mm
d. Lendutan () : 18,5 mm
16. Pegas tekan
a. Gaya tekan (W) : 339,15 kg
b. Diameter kawat pegas (d) : 2 mm
c. Diameter lingkaran pegas (D) : 12 mm
d. Lendutan () : 24,44 mm
17. Paku keling
a. Pada baris pertama
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r1 : 94 mm
- Diameter paku (D) : 2,28 mm
- P tiap paku keling (P1) : 18,05 kg
b. Pada baris kedua
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r2 : 80 mm
- Diameter paku (D) : 2,47 mm
- P tiap paku keling (P2) : 21,21 kg
c. Pada baris ketiga
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r3 : 65 mm
- Diameter paku (D) : 2,75 mm
- P tiap paku keling (P3) : 26,11 kg
d. Pada baris keempat
- Jumlah paku : 6 buah
- r4 : 42 mm
- Diameter paku (D) : 5,58 mm
- P tiap paku keling (P4) : 107,75 kg

Dari perhitungan Bab III dengan spesifikasi kendaraan dari daya 110 PS dan

putaran 2900 Rpm. Maka didapatkan daya yang ditransmisikan (Pd) = 80,85 kW, dan

didapatkan diameter poros standar 42,27 mm ini dapat dilihat dari tabel standar

pemakaian diameter poros karangan sularso, ini sesuai untuk merencanakan suatu unit

kopling gesek, diameter dalam plat didapatkan sebesar 198,55 mm dan diameter luar

plat 283,63 mm, selisihnya tidak terlalu jauh sehingga dalam perencanaan didapatkan

hasil yang baik, umur kopling dari kendaraan mitsubishi coltdiesel ini 1,5 tahun,
dimana pemakaian 1 hari kendaraan ini 8 jam, dan ini merupakan jangka waktu yang

tidak terlalu lama (standar) dalam pemakaian kendaraan umum alat berat ini, dari

analisa perhitungan pegas dengan memakai bahan pegas SUP4 dapat dihasilkan pegas

kejut dan pegas tekan suatu plat. Dengan memakai bahan ST 34 (buku sularso) dapat

dihasilkan masing-masing diameter paku keling yang direncanakan.

Jadi dari perhitungan ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

merencanakan suatu unit kopling maka diperlukan ketelitian agar perencanaan

kopling gesek plat kering ini dapat optimal dan sesuai dengan yang diinginkan.

4.2 Saran

Perhitungan terhadap momen yang terjadi pada plat gesek kopling harus tepat

agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal karena plat gesek sangat

mempengaruhi pemindahan momen dari poros penggerak ke poros yang

digerkkan.

Bahan yang digunakan dalam analisa perhitungan poros mempunyai kekuatan

tarik yang besar karena hal ini sangat menentukan diameter poros kopling.

Penggunaan kopling pada kendaraan haruslah sesuai dengn standar yang telah

ditentukan karena hal tersebut mempengaruhi umur dari kopling tersebut.

Dalam tugas perencanaan kopling plat gesek ini masih banyak kekurangan dan
ketelitian dalam analisa perhitungan serta pengujian, disebabkan pengetahuan yang
terbatas dari penulis tentang kopling dan elemen-elemennya. Saran dari penulis
kepada pembaca, dalam menyusun dan menyelesaikan tugas gunakan lebih banyak
buku referensi. Semakin banyak referensi akan menghasilkan perencanaan yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. SULARSO dan SUGA .Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen mesin, Pt.
PRADNYA PRATAMA,Jakarta
2. Umar Sukrisno, bagian-bagian mesin dan perencanaan, Erlangga, Jakarta pusat
3. Wiranto Arismunandar, Penggerak mula, Erlangga, Jakarta pusat.
4. Kros. C. Ir Stock. J. Elemen Mesin, Penerbit Erlangga, 1993.

Anda mungkin juga menyukai