PENDAHULUAN
Kopling sebagai elemen mesin yang saat ini banyak digunakan pada mesin
mesin industri, kendaraan bermotor, dan lain - lain. Dengan berjalannya waktu dan
penggunaan kopling yang terus menerus maka komponen komponen kopling akan
pasti mengalami hal hal seperti plat cepat aus, usia kopling tidak tahan lama, biaya
perawatan yang mahal, dan lain - lain. Dengan adanya hal - hal tersebut maka perlu
adanya perancanaan kopling yang tepat dan teliti.
Kopling yang akan di bahas pada tugas elemen mesin 1 ini adalah kopling
mobil truk Mitsubishi coltdiesel roda empat dengan daya 110 ps atau 80 kW dangan
2900 putaran, dengan spesifiksi sbb :Model engine (4D34-2AT5), type (direc
injection 4 troke, water cooling with turbo intercooler), configuration (4 cylinder in
line), max output (110Ps/2900 rpm), trnsmisi (M025S5), Cluth (single dry cluth :
C3W28D).
sistem kopling yang akan kita bicarakan disini adalah sistem kopling manual
yang selanjutnya kita sebut dengan kopling saja.
komponen penting pendukung kopling, secara urut : Fly wheel atau roda gila,
Clutch disc atau plat kopling, Clutch cover atau dekrup dan Clutch release bearing
atau Drek lahar.
Susunanya di dalam mobil adalah : Kopling atau Clutch yaitu peralatan
transmisi yang menghubungkan poros engkol dengna poros roda gigi transmisi.
Fungsi kopling adalah untuk memindahkan tenaga mesin ke transmisi, kemudian
transmisi mengubah tingkat kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Cara Kerja : Fly wheel atau roda gila meneruskan sekaligus menyimpan
energi dari Crank Saft (kruk as) mesin saat mesin hidup (berputar), Plat kopling
menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan Porseneling kita yang akhirnya
tenaga ini akan diteruskan ke Roda. Sedangkan Dekrup bekerja sebagai pengatur
kapan tenaga mesin di teruskan dan kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini
dilakukan oleh kaki kita saat menginjak atau melepas Sistem Kopling
Kopling (clutch) terletak di antara motor dan transmisi, dan berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan putaran motor ke transmisi. Syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh kopling adalah : Harus dapat menghubungan putaran motor ke
transmisi dengan lembut.
2.1 Pengertian
Ditinjau dari bentuk dan cara kerjanya, kopling dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Fluida
3. Kopling tak Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus dan
pemutus putaran dan daya, namun tidak dapat memutuskan hubungan kerja antara
poros penggerak dan poros yang digerakkan bila salah satu sedang bekerja, dan
sumbu kedua poros harus terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda
sumbunya. Kopling tetap terdiri dari :
1. Kopling Kaku
2. Kopling Fleksibel ( luwes )
3. Kopling Elastis
a. Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong ( bus ) dan baut baut yang
dibenamkan pada kedua poros. Dan sering juga dipakai berupa pasak yang
dibenamkan pada ujung ujung poros.
Pada saat pemasangannya harus dijaga agar sumbu kedua porosnya berada
pada satu garis lurus. Kopling ini mempunyai kontruksi yang sangat sederhana dan
harganya murah. Kopling ini hanya digunakan untuk mentrasmisikan daya daya
kecil.
Gambar 2.2 kopling flens kaku (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.3 Kopling flens tempa (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.4 kopling bubungan tekan minyak (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
b. Kopling Universal
Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak
dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong
Gambar 2.7 Kopling Piring Karet (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Gambar 2.9 kopling selongsong pena (karet bintang) (Sumber; sularso 2000. Hal 30)
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan
mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat memindahkan
momen yang besar.
Gambar 2.13 kopling kerucut (sumber ; sularso.2000. hal 73)
Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak, ujung tuas akan mendorong bantalan
luncur kebelakang. bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan tekanan pegas
Pada saat pelat tekan bergerak mundur, pelat kopling terbebas dari roda
penerus dan perpindahan daya terputus. bila tekanan pedal kopling dilepas, pegas
kopling akan mendorong pelat tekan maju dan menjepit pelat kopling dengan roda
penerus dan terjadi perpindahan daya.
Pada saat pelat tekan bergerak kedepan,pelat kopling akan menarik bantalan
luncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula. selain secara mekanik,
sebagai mekanisme pelepas hubungan.
Sekarang sudah banyak digunakan sistem hidrolik dan booster. secara umum,
sistem hidrolik dan hidrolik booster adalah sama. perbedaannya adalah pada sistem
hidrolik booster , digunakan booster untuk memperkecil daya tekan pada pedal
kopling. pemilihan sistem yang digunakan disesuikan dengan kebutuhan. Pada sistem
hidrolik, pada saat pedal kopling ditekan, maka batang penerus akan mendorong
piston pada master silinder kopling, fluidapada sistem akan meneruskan daya ini
keselinder pada unit kopling, dan piston silinder unit kopling akan mendorong tuas,
dan seperti pada sistem mekanik, pelat kopling terlepas, sehingga penerusan daya dari
motor ke transmisi terputus.
2.6 Pegas
Pegasberfungsi untuk melunakkan gaya tumbukkan dengan memanfaatkan
sifat elastis, menyimpan energi, serta mengurangi getaran.
1). Jenis Pegas menurut beban yang dapat diterimanya:
1. Pegas tekan atau kompresi.
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
2). Macam-macam pegas (Sumber; sularso 2000. Hal 311)
a. Pegas tekan. e. Pegas daun
b. Pegas tarik f. Pegas piring
c. Pegas puntir g. Pegas cincin
d. Pegas volut h. Pegas batang puntir
.
3). Bahan Pegas
Bahan baja dengan penampang lingkaran paling banyak digunakan. Pegas
untuk pemakaian umum dengan diamater kawat 9,5 mm, biasanya dibuat dari kawat
tarik keras yang ditemper dengan minyak. Untuk diameter kawat yang lebih besar dari
9,2 mm dibuat dari batang rol yang dibentuk panas. Pada pegas yang terbuat dari
kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas.
Kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas pada waktu proses
pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik yang ditentukan dan
digulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas. Pegas dari bahan macam
ini agak mahal harganya.
Data yang paling umum dipakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja
pegas (SUP) karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka perlu
diberi perlakuan panas setelah dibentuk. Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk
keadaan lingkungan yang korosif, terdapat dalam ukuran diameter kecil. Inconel
dipakai untuk temperatur tinggi dan korosif.
2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin menggunakan poros sebagai penerus tenaga dan putaran. Poros untuk
meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya:
a) Poros transmisi
b) Spindel
c) Gandar
Dalam merencanakan suatu poros harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) kekuatan poros.
2) kekakuan poros.
3) putaran kritis poros dan ketahanan terhadap korosi.
Bahan poros yang digunakan untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, Baja karbon konstruksi mesin bahan S C yang dihasilkan
dari baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor.
Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang difinis dingin untuk
poros
Perlakuan Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambang Keterangan
panas (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C 52
Baja karbon
S40C 55
konstruksi mesin (JIS
S45C 58
G 4501)
S50C 62
S55C 66
- Ditarik
S35C-D 53
Batang baja yang - dingin,
S45C-D 60
difinis dingin - digerinda
S55C-D 72
dan dibubut
(Sumber; sularso 2000. Hal 3)
2. Momen rencana ( T )
Pd
T = 9,74 x 105 (kg.mm) ............................................ pers 2.2
n1
Dimana:
n1 = Putaran poros ( rpm ) (Sumber; sularso 2000. Hal 2)
3.Tegangan puntir ( a )
b
a = (kg/mm2) .................................................... pers 2.3
sf1 x sf 2
Dimana:
b = Kekuatan tarik bahan ( kg/mm2 )
Sf1= Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan
S-C dengan harga = 6,0 ................................................................... pers 2.4
Sf2= Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi
tegangan cukup besar sehingga harganya sebesar
( 1,3 - 3,0 ) ....................................................................................... pers 2.5
4. Diameter poros ( ds )
5,1
ds =[ x Kt x Cb x T ]1/3 (mm) ................................................ pers2.6
a
Dimana :
GD2 = Efek gaya terhadap kopling ( kg.m2 )
te = Waktu penghubungan rencana ( s )
Tl1 = Momen beban saat start (kg.m)
2. Tegangan geser ( g )
g = 0,8 x a (kg/cm2).............. pers 2.36
3. Konstanta tegangan Wahl ( K )
4.c 1 0,615
K= ................. pers 2.37
4.c 4 c
Dimana :
c = Fungsi indeks pegas
c = D/d ....................................................................................................... pers 2.38
(Sumber; sularso 2000. Hal 323)
4. Diameter kawat pegas ( d )
8 Wl
d2 = Kx xcx (mm) ................................................. pers 2.39
g
Dimana:
Wl = Gaya tekan tiap pegas (kg)
F T
Wl = = (kg) ......................................................... pers 2.40
n r
n = Jumlah pegas (lilitan)
r = Jarak sumbu pegas kesumbu poros (mm)
(Sumber; sularso 2000. Hal 324)
5. Diameter lingkaran pegas (D)
D = 8 x d (mm).......................................................... pers 2. 41
Gbr 2.17 Tegangan maksimum dari pegas tekan (Sumber; sularso 2000. Hal 312)
Keterangan gambar :
1. Kawat musik kelas B
2. Kawat musik kelas A
3. Kawat baja keras kelas C
4. Kawat baja keras kelas B
5. Kawat baja tahan karat no. 2
6. Kawat baja tahan karat no. 1
7. Kawat musik kelas V
8. Baja karbon, kawat ditemper dengan minyak, kelas B
9. Kawat baja Cr-V ditemper dengan minyak, untuk pegas katup
10. Baja paduan
11. Baja pegas ( SUP4 )
12. Kawat baja karbon ditemper dengan minyak, kelas A
Gbr 2.18 Faktor tegangan Wahl (Sumber; sularso 2000. Hal 316)
6. Lendutan pegas ( )
8.n3 D 3Wl
= (mm) ....................................................... pers 2.42
d 4 .G
Dimana :
G = Modulus geser (kg/mm2)
7. Konstanta pegas ( k )
G.d 4
k= (mm) ......................................................... pers 2.43
8.n3 .D 3
8. Panjang lilitan pegas ( H )
H/D 4 (mm).................................................................. pers 2.44
Tabel 2.6 Harga modulus geser G
Bahan Lambang Harga G( kg/mm2 )
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja pegas SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat ditemper dg minyak - 8 x 103
Kawat baja tahan karat SUS 7,5 x 103
( SUS 27, 32, 40 )
Kawat kuningan BsW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Kawat perunggu fosfor PBW 4,5 x 103
Kawat tembaga berilium BeCuW 5 x 103
Dimana :
b = Kekuatan tarik paku keling ( kg/mm2) (sumber ;Sularso ; 2000 hal 7 )
2. Tegangan geser izin (g)
g = 0,18 x t (kg/cm2) ..................................................... pers 2.46
3. Gaya tekan paku keling ( P )
T = P x r (kg.mm) .......................................................... pers 2.47
Maka :
T
P= (kg) ...................................................................... pers 2.48
r
Dimana :
P = Gaya tekan (kg)
T = Momen puntir (kg .mm)
r = Jarak paku keling (mm)
4. Harga P tiap paku keling
(Sumber; sularso 2000. Hal 324)
P
P1 = (kg) ................................................................ pers 2.49
n pk
Dimana :
npk = Jumlah paku keling (buah)
Dimana :
1 PS = 0,735 kW Sehingga, 110 PS = 110 x 0,735 = 80,85 kW
fc = diambil 1,0 (tabel 2.2 halaman 19)
Pd = 1,0 x 80,85 kw
Pd = 80,85 kW
Momen puntir (T) dapat dicari dengan persamaan (2.2 halaman 23)
Pd
T = 9,74 x 105 kg . mm
n1
80,85 kW
T = 9,74 x 105
2900rpm
T = 27154,45 kg. mm
T = 2715,445 kg. cm
Poros yang direncanakan terbuat dari baja karbon (Jis G 4501) S55C, dengan
kekuatan tarik b = 66 kg/mm2 (tabel 2.1 hal 18)
Tegangan puntir bahan dicari dengan persamaan (2.3 halaman 19)
b
a =
Sf1 x Sf 2
Dimana :
Sf1 = 6,0 (pers 2.4 hal 19)
Sf2 = 2,0 (pers 2.5 hal 20)
Maka:
66
a =
6x2
a = 5,5 kg/mm2
= 550 kg/cm2
5,1
ds = K t . Cb . T 1/3
a
Dimana :
Kt = 1,5 ( dipilih ) pers 2.7 hal 20
Cb = 2,0 ( dipilih ) pers 2.8 hal 20
Maka :
5,1 1/3
ds = x 1,5 x 2 x 27154,45
5,5
= 42,27 mm
Sehingga diameter poros yang diambil adalah ds= 45 mm.
Jika direncanakan diameter tempat bantalan adalah Db= 47 mm.
Maka jari-jari fillet dihitung dengan persamaan ( 2.9 halaman 20 )
Db d s
r =
2
Maka :
47 - 45
r =
2
= 1,0 mm
Maka alur pasar, tinggi pasak dan fillet dapat dihitung dengan persamaan (2.10
halaman 20)
1. Alur pasak (b)
ds
b=
4
45
b=
4
b = 11,25mm
2. Tinggi pasak (h) dapat dihitung dengan persamaan (2.11 halaman 20)
h = ds
8
45
=
8
= 5,625 mm
3. Fillet pasak (c) dapat dihitung dengan persamaan (2.12 halaman 20)
c= h
b
5,625
=
11,25
= 0,5 mm
5 fc P
T = 9,74 x10
n1
1 x 80,85 kW
T = 9,74 x 105 9
2500 rpm
T = 27154,45 kg. mm
Maka, jari-jari rata-rata (rm) dapat dihitung dengan persamaan (2.19 halaman 22)
rm =
D1 D 2
4
= 0,7 1 D 2
4
= 0,425 D2
= 283,63 mm
Diameter dalam (D1) dihitung dengan persamaan (2.22 halaman 23)
D1 = 0,7. D2
= 0,7 x 283,63 mm
= 198,55 mm
Luas plat gesek (A) dihitung dengan persamaan (2.18 halaman 22)
A = (D22 D12)
4
= ( (283,63)2 (198,55)2
4
= 53294,56 mm2
Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) dihitung dengan persamaan (2.17
halaman 22)
F = A . Pa
= 53294,56 mm2 x 0,02 kg/ mm2
= 1065,9 kg
Momen beban saat start dihitung dengan persamaan (2.27 halaman 24).
Tl1 T T12
Dimana :
T12 = Merupakan momen maksimum pada saat kecepatan penuh.
Efek total gaya roda terhadap poros kopling adalah GD2 = 3 kg
m2 .
Kecepatan relatif (putaran penuh) pada poros kopling (nr) dihitung dengan persamaan
(2.24 halaman 23).
nr = n1 n2
fc x P
Tl1 = 974
n2
1,0 x 80,85
= 974
2500
= 31,5 kg.m
Maka :
nr = n1 n2
= 2900 2500
= 400 rpm
Bila jangka waktu penghubung (dari saat kopling dihubungkan hingga kedua
poros mencapai putaran yang sama) adalah te = 0,1 5 (s) diambil 0,7 s (waktu
penghubung rencana).
Faktor untuk keamanan kopling tetap diambil f = 1
Maka momen percepatan yang diperlukan mencapai jangka waktu penghubung
yang direncanakan adalah (Ta) dihitung dengan persamaan (2.25 halaman 23)
Maka :
GD 2 .n1
Ta = + Tl1 (kg.m)
375t e
3 x 2500
= 31,5
375 x 0,7
= 64,64 kg.m
Untuk momen berat yang digunakan dari permulaan maka dipilih kopling
dengan kapasitas momen gesek dinamis (Tdo) dalam daerah berikut :
T do > Ta . f (pers 2.26 halaman 23)
> 64,64 kg. m x 1
64,64 kg.m
Maka harga Tdo untuk kopling gesek plat tunggal kering diperoleh dari grafik adalah
:
- Nomor tipe kopling 100
- T do = 90 kg.m > 128,44 kg.m
a. Kerja Penghubung
Kerja penghubung (E) dapat dihitung dengan persamaan(2.28 halaman 29)
GD 2 . nr 2 Tdo
E = x (kg.m/hb)
7160 Tdo - T
3 x 400 2 90
= x
7160 100 91,55
= 96 kg.m/hb
Bila jumlah penghubung tiap menit N = 0,7 hb/menit dan kerja penghubung
yang diizinkan adalah Ea (kg.m/hb).
Maka :
E Ea (pers 2.29 halaman 24)
E 96 kg.m/hb
3 x 400
=
375(90 27,15)
tae = 0,0547 s
tae < te ( pers 2.31 halaman 24)
c. Perhitungan Panas
Pada saat terjadi penghubungan, maka poros pada kopling akan panas akibat
gesekan, sehingga temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai 2000C
dalam sesaat. Namun untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak lebih
dari 800 C.
Jika harga penghubung untuk satu kali pelayanan direncanakan lebih kecil dari
pada penghubung yang diizinkan, maka pada dasarnya pemeriksaan temperatur tidak
diperlukan lagi.
210
Nml =
96 x 5 x 10 7
= 257352,94 hb
Bila jumlah penghubung tiap menit N = 1 hb/menit dan kerja kendaraan 10
jam/hari (direncanakan).
maka :
Nl = 1 x 60 x 8 x 365 hari
Nl = 175200 hb/tahun
Sehingga umur kopling dapat dihitung dengan persamaan (2.33 halaman 30)
N ml
Nmd =
N1
338813,5
=
175200
= 1,46 tahun = 1 tahun 5 bulan
Faktor tegangan dari Wahl (K) dihitung dengan persaman (2.37 halaman 30)
K = 4.c 1 +
0,615
4.c 4 c
Dimana :
c = D/d (pers 2.38 hal 25)
Harga c antara 4 10 diambil 6 (gbr 2.17 hal 32)
4 . 6 -1 0,615
K= +
4.6 4 6
= 1,25
Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (2.39 halaman 31)
8 Wl
d2 = K .c.
g
Maka :
8 W
d = K .c . l
g
34,19 kg
= 1,25 x 8 x 6 x
5200 kg/cm 2
8 n 3 D3 WL
=
d4 G
Dimana G adalah modulus geser = 8 x 103 kg/mm2 (tabel 2.6 hal 28)
Maka :
8 x 4 x (15,6) 3 x 34,19 kg
=
(1,2) 4 x 8 .10 3 kg/mm 2
= 18,5 mm
= 1,85 cm
Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (2.44 halaman 27)
Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4
Maka: H/D < 4
Diambil: H/D 2
H <2D
< 2 x 7,2 mm
H < 14,4 mm
Gambar 2.21 Pegas kejut
b. Pegas Tekan
Bahan pegas dari SUP4
- Jumlah pegas (n1) = 6 buah
- Jumlah lilitan (n2) = 6 buah
- Jumlah lilitan aktif (n3) = 4 buah
- Jarak sumbu pegas ketitik pusat poros r = 8
Gaya tekan (W) dapat dihitung dengan persamaan (2.40 halaman 26)
T
W=
r
2715,4 kg.cm
=
8 cm
= 339,43 kg
Gaya tekan tiap pegas
W
W1 =
n1
339,43 kg
= = 56,57 kg
6
Tegangan geser (g) dapat dihitung dengan persamaan (2.36 halaman 25)
g = 0,8 x a
= 0,8 x 6500 kg/cm2
= 5200 kg/cm2
Faktor tegangan dari Wahl (K) dihitung dengan persamaan (2.37 halaman 25)
4 . c -1 0,615
K = +
4.c 4 c
Harga c diambil 6 (gambar 2.21 hal 26)
= 4 . 4 - 1 + 0,615 = 1,25
4.6 4 6
Diameter kawat pegas (d) dihitung dengan persamaan (2.39 halaman 26)
8 Wl
d2 = K .c.
g
8 W
d = K .c . l
g
56,57 kg
= 1,25 x 8 x 6 x
5200 kg/cm 2
= 0,2 cm
= 2 mm
Diameter lingkaran pegas (D) dihitung dengan persamaan (2.41 halaman 26)
D =6xd
= 6 x 2 mm
= 12 mm
8 n 3 D3 WL
=
d4 G
Dimana G adalah modulus geser = 8 x 103 kg/mm2 (tabel 2.6 hal 28)
8 x 4 x (12 mm) 3 x 56,57 kg
=
(7,1 mm) 4 x 8 .10 3 kg/mm 2
= 24,44 mm
= 2,4 cm
8.10 3 kg/mm 2 x 2 mm
4
k =
8 x 4 x(12 mm) 3
= 4 mm
Panjang lilitan pegas (H) dihitung dengan persamaan (2.44 halaman 27)
Untuk pemakaian umum H/D tidak boleh lebih dari 4
H/D < 4 Diambil panjang lilitan pegas = 2
H/D 2
H <2xD
< 2 x 12 mm
< 24 mm
Tegangan tarik izin (t) dihitung dengan persamaan (2.45 halaman 27)
b
t =
sf 1 xsf 2
3700kg / cm2
=
6 2
= 308,3 kg/cm2
27154,45 kg.mm
= = 288,87 kg
94 mm
288,87
= kg
16
= 18,05 kg
Maka diameter paku keling pada baris pertama ( D1 ) dihitung dengan persamaan
(2.50 hal 29)
P 1x 4
D1 =
x g
18,05 kg x 4
=
x 4,4 kg / mm 2
= 2,28 mm
= 0,22 cm
339,43
= kg
16
= 21,21 kg
D2 = P 2x4
x g
21,21x 4
=
x 4,4
= 2,47 mm
= 0,24 cm
c. Baris Ketiga (III)
Npk = 16 buah
r = 65 mm
T =Pxr
T
Maka : P =
r
27154,45 kg.mm
=
65mm
= 417,76 kg
P
P3 =
n pk
417,76
= kg
16
= 26,11 kg
26,11 x 4
=
x 4,4
= 2,75 mm
= 0,275 cm
27154,45 kg.mm
=
42 mm
= 646,53 kg
P
P4 =
n pk
646,53
= kg
6
= 107,75 kg
D4 = P4 x 4
x g
107,75 x 4
=
x 4,4
= 5,58 mm
= 0.558 cm
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perencanaan didapat data spesifikasi dari kopling
plat gesek. Untuk kendaraan COLT DIESEL dengan daya sebesar 110 Ps dan
putaran 2900 rpm adalah sebagai berikut :
1. Momen puntir yang terjadi pada kopling (T) : 27154,45 kg.mm
2. Daya yang di transmisikan (Pd) : 80,85 kW
3. Tegangan puntir (a ) : 5,5 kg/mm2
4. Kekuatan tarik (b ) : 66 kg/mm2
5. Tegangan geser (g ) : 1,52 kg/mm2
6. Diameter poros penggerak (ds) : 42,27 mm
7. Alur pasak (b) : 11,25 mm
8. Tinggi pasak (h) : 5,625 mm
9. Fillet pasak (c) : 0,5 mm
10. Diameter dalam plat kopling (D2) : 198,55 mm
11. Diameter luar plat kopling (D1) : 283,65 mm
12. Luas plat gesek (A) : 53294,56 mm2
13. Tekanan pada plat gesek (F) : 1065,9 kg
14. Batas pemakaian (umur kopling) : + 1,5 tahun
15. Pegas kejut
a. Gaya tekan pegas (F) : 205,15 kg
b. Diameter kawat pegas (d) : 1,2 mm
c. Diameter lingkaran pegas (D) : 7,2 mm
d. Lendutan () : 18,5 mm
16. Pegas tekan
a. Gaya tekan (W) : 339,15 kg
b. Diameter kawat pegas (d) : 2 mm
c. Diameter lingkaran pegas (D) : 12 mm
d. Lendutan () : 24,44 mm
17. Paku keling
a. Pada baris pertama
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r1 : 94 mm
- Diameter paku (D) : 2,28 mm
- P tiap paku keling (P1) : 18,05 kg
b. Pada baris kedua
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r2 : 80 mm
- Diameter paku (D) : 2,47 mm
- P tiap paku keling (P2) : 21,21 kg
c. Pada baris ketiga
- Jumlah paku (Npk) : 16 buah
- r3 : 65 mm
- Diameter paku (D) : 2,75 mm
- P tiap paku keling (P3) : 26,11 kg
d. Pada baris keempat
- Jumlah paku : 6 buah
- r4 : 42 mm
- Diameter paku (D) : 5,58 mm
- P tiap paku keling (P4) : 107,75 kg
Dari perhitungan Bab III dengan spesifikasi kendaraan dari daya 110 PS dan
putaran 2900 Rpm. Maka didapatkan daya yang ditransmisikan (Pd) = 80,85 kW, dan
didapatkan diameter poros standar 42,27 mm ini dapat dilihat dari tabel standar
pemakaian diameter poros karangan sularso, ini sesuai untuk merencanakan suatu unit
kopling gesek, diameter dalam plat didapatkan sebesar 198,55 mm dan diameter luar
plat 283,63 mm, selisihnya tidak terlalu jauh sehingga dalam perencanaan didapatkan
hasil yang baik, umur kopling dari kendaraan mitsubishi coltdiesel ini 1,5 tahun,
dimana pemakaian 1 hari kendaraan ini 8 jam, dan ini merupakan jangka waktu yang
tidak terlalu lama (standar) dalam pemakaian kendaraan umum alat berat ini, dari
analisa perhitungan pegas dengan memakai bahan pegas SUP4 dapat dihasilkan pegas
kejut dan pegas tekan suatu plat. Dengan memakai bahan ST 34 (buku sularso) dapat
kopling gesek plat kering ini dapat optimal dan sesuai dengan yang diinginkan.
4.2 Saran
Perhitungan terhadap momen yang terjadi pada plat gesek kopling harus tepat
agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal karena plat gesek sangat
digerkkan.
tarik yang besar karena hal ini sangat menentukan diameter poros kopling.
Penggunaan kopling pada kendaraan haruslah sesuai dengn standar yang telah
Dalam tugas perencanaan kopling plat gesek ini masih banyak kekurangan dan
ketelitian dalam analisa perhitungan serta pengujian, disebabkan pengetahuan yang
terbatas dari penulis tentang kopling dan elemen-elemennya. Saran dari penulis
kepada pembaca, dalam menyusun dan menyelesaikan tugas gunakan lebih banyak
buku referensi. Semakin banyak referensi akan menghasilkan perencanaan yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. SULARSO dan SUGA .Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen mesin, Pt.
PRADNYA PRATAMA,Jakarta
2. Umar Sukrisno, bagian-bagian mesin dan perencanaan, Erlangga, Jakarta pusat
3. Wiranto Arismunandar, Penggerak mula, Erlangga, Jakarta pusat.
4. Kros. C. Ir Stock. J. Elemen Mesin, Penerbit Erlangga, 1993.