Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tugas Elemen Mesin adalah salah satu kurikulum jurusan teknik mesin
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Tugas ini adalah untuk merancang
sebuah kopling.
Pada pergerakan mesin diperlukan suatu komponen yang bisa memutuskan
dan menghubungkan daya dan putaran. Komponen ini adalah kopling di mana
putaran yang dihasilkan oleh poros input akan dihubungkan ke poros output.
Dalam hal ini diusahakan supaya tidak terjadi slip yang dapat merugikan atau
mengurangi efisiensi suatu mesin.
Sebelum ditemukannya kopling untuk menghentikan putaran mesin, kita
harus terlebih dahulu mematikannya. Hal ini adalah sangat tidak efektif. Efisiensi
suatu mesin menjadi bertambah setelah ditemukan kopling yang digunakan untuk
memindahkan dan memutuskan daya dan putaran suatu mesin ataupun motor.
Maka boleh disimpulkan bahwa kopling adalah salah satu komponen mesin yang
memiliki peranan penting dalam pengoperasiannya.

1.2. Tujuan
Sesuai dengan pemberian tugas rancangan kopling oleh dosen pembimbing,
laporan kopling ini adalah perancangan ulang (Redesign) Kopling Toyota Kijang
Innova, maka tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk merancang kembali
ukuran-ukuran utama dari bagian-bagaian Kopling Toyota Kijang Innova agar
diperoleh rancangan yang safety berdasarkan perhitungan-perhitungan (teoritis)
yang telah dipelajari pada mata kuliah Elemen Mesin I dan II sebagai mata kuliah
pendukung.
Dengan penulisan ini pula penulis mampu merancang sebuah kopling sesuai
dengan daya dan putaran yang diinginkan.

1
1.3. Batasan Masalah
Lingkup dari perencanaan tulisan ini adalah perhitungan dan perencanaan
kopling pada mobil jenis Toyota Kijang Innova yang menggunakan kopling tidak
tetap.
Spesifikasi dari Perancangan :
Daya (N) : 92 Ps
Putaran (n) : 6000 rpm
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Lembar
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Skema Gambar. Pada
BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan, Tujuan
Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan di
bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling. Pada BAB 3 yang akan
dibahas adalah :
 Perhitungan ukuran Poros
 Perhitungan ukuran Spline & Naaf
 Perhitungan ukuran Plat Gesek
 Perhitungan ukuran Pegas
 Perhitungan ukuran Bantalan
 Perhitungan ukuran Baut & Mur
 Perhitungan ukuran Paku Keling
Selanjutnya pada BAB 4 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Gambar Teknik.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kopling adalah bagian dari komponen sistem transmisi yang berfungsi
untuk menyambung dan memutuskan daya dan putaran yang dihasilkan dari poros
input ke poros output. Kopling memegang peranan yang penting pada saat
pergantian transmisi, dimana mesin harus bebas dan tidak berhubungan dengan
sistem transmisi tersebut.

2.2 Kopling Sebagai Elemen Mesin


Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam
konstruksi mesin, sehingga untuk merencanakan kopling harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut ;
a) Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukannya kecil.
b) Konstruksinya yang baik dan praktis
c) Pemasangan yang mudah dan cepat.
d) Material kopling harus tahan terhadap
o Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus
o Keausan dan goresan
o Koefisien gesek yang tinggi
o Sifat ductility yang baik.

Gambar 2.1 Sistem Kopling

3
2.3 Jenis Kopling
Menurut konstruksinya secara umum Kopling dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Kopling Gesek
2. Kopling Tetap
3. Kopling Tidak Tetap

2.3.1 Kopling Gesek


Dinamakan kopling gesek karena untuk melakukan pemindahan daya
adalah dengan memanfaatkan gaya gesek yang terjadi pada bidang gesek.
Ditinjau dari bentuk bidang geseknya kopling dibedakan menjadi 2 yaitu :
o Kopling Piringan (Disc Clutch) adalah unit kopling dengan bidang gesek
berbentuk piringan atau disc.
o Kopling Konis (Cone Clutch) adalah unit kopling dengan bidang gesek
berbentuk konis.
Ditinjau dari jumlah piringan / plat yang digunakan kopling dibedakan menjadi 2
yaitu :
o Kopling Plat Tunggal adalah unit kopling dengan jumlah piringan
koplingnya hanya satu

Gambar 2.2 Kopling Plat Tunggal


o Kopling Plat Ganda (Kopling Plat banyak) adalah unit kopling dengan
jumlah pringan lebih dari satu.

4
Gambar 2.3 Kopling Plat Ganda

Gambar 2.4 Kopling Plat banyak

Ditinjau dari Lingkungan / media kerja, Kopling dibedakan menjadi :


o Kopling Basah adalah kopling dengan bidang gesek (piringan atau disc)
terendam cairan / minyak. Aplikasi kopling basah umumnya dengan proses
kerja kopling tahapannya panjang, sehingga banyak terjadi gesekan / slip
pada bidang gesek kopling dan perlu pendinginan.

5
o Kopling Kering adalah kopling dengan bidang gesek (piringan atau disc)
tidak terendam cairan / minyak (bahkan tidak boleh ada cairan / minyak).

2.3.2 Kopling Tetap


Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros terletak pada satu garis lurus atau
dapat berbeda sedikit letak sumbunya.

Kopling tetap menurut fungsinya sebagai berikut :


o Kopling Magnet
Dinamakan kopling magnet karena untuk melakukan pemindahan daya
dengan memanfaatkan gaya magnet. Magnet yang digunakan magnet
remanent yang dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam
sebuah lilitan kawat pada sebuah inti besi. Listrik yang dibangkitkan atau
tersedia dikendaraan adalah listrik arus lemah sehingga magnet yang
dibangkitkan tidak cukup kuat untuk dijadikan sebuah kopling pemindah
daya utama. Kopling jenis ini kebanyakan hanya digunakan sebagai kopling
pada kompresor air conditioner (AC).

Gambar 2.5 Kopling magnet


o Kopling Satu Arah (one way clutch / free wheeling clutch)
Kopling satu arah merupakan kopling otomatis yang memutus dan
menghubungkan proses penggerak (driving shaft) dan yang digerakkan

6
(driven shaft) tergantung pada perbandingan kecepatan putaran sudut dari
poros-poros tersebut. Jika kecepatan driving lebih tinggi dari driven,
kopling bekerja menghubungkan driving dan driven. Jika kecepatan driving
lebih rendah dari driven, kopling bekerja memutuskan driving dan driven.
Ada dua jenis one way clutch yakni sprag type dan roller type.

Gambar 2.6 Kopling Satu Arah


o Kopling Hidrolik
Dinamakan kopling hidrolik karena untuk melakukan pemindahan daya
adalah dengan memanfaatkan tenaga hidrolis. Tenaga hidrolis di dapat
dengan menempatkan cairan / minyak pada suatu wadah mekanisme yang
diputar, sehingga cairan akan terlempar / bersikulasi oleh adanya gaya
sentrifugal akibat putaran sehingga fluida mempunyai tenaga hidrolis.
Fluida yang bertenaga inilah yang digunakan sebagai penerus / pemindah
tenaga.

Gambar 2.7 Kopling Hidrolik

7
o Kopling Sentrifugal
Jika mesin berputar maka bandul sentrifugal akan terlempar keluar oleh
gaya sentrifugal, sehingga centrifugal plate akan tertarik sehingga menekan
plat kopling ke back plate / flywheel. Bila putaran mesin berkurang maka
intensitas tekanan centrifugal plate juga berkurang.

Gambar 2.8 Kopling Sentrifugal

2.3.3 Kopling Tidak tetap


Kopling tidak tetap adalah elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut,baik
dalam keadan diam maupun berputar.
Yang termasuk kopling tidak tetap antara lain :
o Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling
cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar
persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu
putaran saja.

8
Gambar 2.9 Kopling Cakar

o Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka
kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi aatas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara
manual, hidrolik dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek
tersebut bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau
dilumasi dengan minyak.

Gambar 2.10 Kopling Plat

o Kopling Kerucut (Cone Clutch)


Kopling ini menggunakan bidang gesek yang berbentuk kerucut. Kopling
ini mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kelemahannya adalah daya yang
diteruskan tidak seragam.

9
Gambar 2.11 Kopling Kerucut
o Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan arah dari poros yang digerakkan.

Gambar 2.12 Kopling Friwil

2.4 Bagian –Bagian Utama Kopling


Secara umum bagian-bagian utama dari sebuah kopling terdiri atas :
1. Roda Penerus (Flywheel)
Berupa sebuah piringan yang dihubungkan dengan poros penggerak (poros
engkol) pada salah satu sisinya. Flywheel ini akan berputar mengikuti putaran
dari poros penggerak.
2. Plat Penekan (Pressure Plat)
Plat penekan berfungsi untuk menekan plat gesek kearah roda penerus pada
saat kopling terhubung.

10
3. Plat Gesek (Disc Clutch)
Plat gesek ditempatkan diantara roda penerus dan plat penekan. Plat gesek ini
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari roda penerus ke naaf saat
kopling terhubung.
4. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros yang berpasangan
dengan gigi dalam yang terdapat pada naaf. Spline berfungsi untuk meneruskan
momen puntir dari plat gesek ke poros melalui perantaraan naaf.
5. Bantalan Pembebas (Releasing Bearing)
Bantalan ini dapat digerakkan maju-mundur dengan menekan pedal kopling .
Fungsinya adalah untuk meneruskan tekanan pada pedal kopling ke pegas
matahari yang selanjutnya akan melepas hubungan kopling.
6. Pegas Matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan menjauhi flywheel, yang
dengan demikian membebaskan plat gesek dan membuat kopling menjadi tidak
terhubung. Pegas matahari ini akan menjalankan fungsinya saat pedal kopling
ditekan.
7. Penutup (Cover)
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus. Fungsi penutup ini
adalah sebagai tempat dudukan berbagai elemen yang membentuk kopling serta
sebagai penahan bantalan pembebas.

2. 5 Dasar Pemilihan Kopling


Dalam merencanakan kopling untuk kendaraaan bermotor, maka yang
sering dipakai adalah jenis kopling tidak tetap, yaitu kopling cakar, kopling plat,
kopling kerucut dan juga kopling friwil. Perhatikan tabel 2.1 berikut ini.

11
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling
No Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
1. Kopling Cakar Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar
Hanya dapat memutar sekitar
50 rpm

2. Kopling Plat Dapat dihubungkan dalam


keadaan berputar
Terjadinya slip sangat kecil

3. Kopling Kerucut Gaya aksial kecil Dayanya tidak seragam


menghasilkan momen torsi
besar

4. Kopling Friwil Kopling ini dapat lepas Tidak dapat dihubungkan


dengan sendirinya bila poros dalam keadaan berputar
penggerak mulai lambat kencang.

Dengan pertimbangan diatas, maka dalam perancangan ini yang dipilih


adalah kopling plat. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
 Gaya yang dibutuhkan kopling untuk memisahkan hubungan mesin ke
transmisi tidak terlampau besar.
 Koefisien gesekan dapat dipertahankan dibawah kondisi kerja.
 Permukaaan gesek harus cukup keras untuk menahan keausan.
 Konduktifitas panas untuk permukaan dapat dipertanggungjawabkan dan juga
dapat menghindari perubahan struktur dari komponennya.
 Material tidak hancur pada temperatur dan beban apit kerja.

12
2.6. Cara Kerja Kopling
Cara kerja kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaaan,yaitu:
1. Kopling Dalam Keadaan Terhubung (Pedal Kopling Tidak Ditekan)
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan
putaran ke flywheel (roda penerus) melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini
diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya tekanan dari
pegas matahari . Akibat putaran dari plat gesek, poros yang digerakkan ikut
berputar dengan perantaraan spline.
2. Kopling Dalam Keadaan Tidak Terhubung (Pedal Kopling Ditekan)
Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang
dikerjakannya pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan
plat penekan tertarik ke arak luar sehingga plat gesek berada dalam keadaan bebas
diantara plat penekan dan flywheel. Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan
putaran.

13
BAB 3
ANALISA PERHITUNGAN
3.1. Poros
3.1.1. Fungsi Poros
Poros adalah salah satu yang penting dalam permesinan, maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin. Hampir sama dengan kopling sebagai penerus daya
dan putaran, perencanaan seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
 Tahan terhadap momen puntir
 Mempunyai skalalitas yang baik
Arah
 Tidak mudah patah putaran

D d

D
L
Gambar 3.1. Poros
3.1.2. Perhitungan poros
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 92 PS dan
Putaran (n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0.735 untuk mendapatkan daya dalam (Kw).
Daya (N) = 92 PS
Putaran (n) = 6000 rpm
Dimana :
1 PS = 0.735 Kw
P = 92 x 0.735 Kw
P = 67,62 Kw

Dan sebagaimana diketahui pada saat start dan pada saat beban terus
bekerja maka perl factor koreksi pada daya rata-rata yang di pakai dari daya yang
di rencanakan (Pd) adalah sebagai berikut :
Pd = fc x P (kw)

14
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan dipindahkan (fc)
Daya yang akan di transmisikan Fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Maka daya rencana (Pd) adalah :


Pd = fc x P
Dimana :
Pd = Daya Rencana
P = Daya
fc = Faktor Koreksi
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan (0,8 – 1,2), diambil fc = 1,02
Jadi :
Pd = 1,02 x 67,62
= 68,97 kW

Maka daya rencana (Pd) = 68,97 kw

Maka torsi untuk daya maksimum


 Pd 
T = . 9,74.10
5
  …………(lit 1,hal 7)
 n 

 67,62 
T = 9,74 x 10  6000 
 

T = 11196,13 kg mm = 11,19 kg m
atau T = 12,2 kg m ( dari spesifikasi mobil )

Tabel 3.2. Standart bahan poros

15
Standard an Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
macam panas tarik (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
konstruksi S40C “ 55
mesin (JIS G S45C “ 58
4501) S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik dingin,
Batang baja S35C-D 53 digerinda,
yang difinis dibubut, atau
dingin S45C-D 60 gabungan
antara hal-hal
S55C-D 72 tersebut
Sumber : literature 1 hal 3

b
S f 1 .S f 2
Tegangan geser yang di izinkan : ta =

dimana :
ta = tegangan geser yang di izinkan poros (kg/mm²)
 b = tegangan tarik izin poros (kg/mm²)

Sf 1 = factor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C (baja karbon)
diambil 6 sesuai dengan standart ASME ( lit 1 hal 8 )

Sf 2 = factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada
poros, di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5 ( lit 1 hal 8 )

Bahan poros di pilih baja karbon konstruksi mesin S35C-D dengan kekuatan tarik
 b = 53 kg/mm².

Maka :
b
S f 1 .S f 2
ta =
= __53___
6 x 2,5
= 3,53 kg/mm²

16
Pertimbangan untuk momen diameter poros :
1

d=  5,1  3 .........................................................................................( Lit 1, hal 7 )


 cb.kt.T 
 a 

dimana :
d = diameter poros dalam (mm)
T = momen torsi rencana = kg mm
cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya (1,2 - 2,3), diambil 1,6
Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar (1,5 - 3,0), diambil
1,5
maka :
1
 5,1 3
d =  3,53 1,6.1,6.11196 
 

= 33,39 mm
d = 35 mm ( sesuai dengan tabel )
Pada diameter poros di atas 35 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros adalah

Jari – jari fillet dan ukuran pasak.


Anggaplah diameter bagian dalam yang menjadi tempat bantalan adalah 40
Jari – jari fillet :
(D – d) /2
(40 – 35) /2 = 2,5

b = __d_ = 35 = 8,75
4 4
h = __d_ = 35 = 4,37
8 8

Fillet = 0,6

Maka alur pasak 8,75 x 4,37 x 0,6


Faktor konsentrasi tegangan poros alur pasak adalah :

r 0,6
  0,0171
ds 35

 T 
 = 5,1  3  kg/mm²
 ds 

17
11196 
 = 5,1  kg/mm²
 35 
3

 = 5,1 x 0,26 kg/mm²


 = 1,33 kg/mm²

maka dapat dibuktikan bahwa poros tersebut layak digunakan


a.sf 2
 cb.kt.

3,53 x 2,5
 1,6 x1,6 x1,33
2,5

3,53 > 3,4

Tabel 3.3. Diameter poros

4 10 *22,4 40 100 *224 400


24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 33,5 56 140 *335 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
sumber : literature 1 hal 9

18
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.

19
Diagram alir poros.
START
a

1. daya yang di transmisikan:


67,6 (kw) Putaran poros : 11. Ta sf2/α >
6000 rpm < β:cb.kt.T = 3,53 >
3,4

>
2. faktor koreksi fc = 1.02
13. diameter poros d = 35 (mm)
bahan poros S35 C-D,difinish
dingin, jari – jari fillet 0,6 mm dari
3. daya rencana = 68,97 kw poros ukuran alur pasak = 8,75 x
4,37 x 0,6

4. momen puntir rencana T = 1,193 kg.m

STOP

5. bahan poros S35C-D, difinish


dingin, kekuatan tarik σB = 53 kg
mm2 apakah poros bertangga atau
END
beralur pasak faktor keamanan Sf1
= 6, Sf2 =2,5

6. tegangan geser yang diizinkan Ta


= 3,53 kg/mm2

7. faktor koreksi untuk momen


puntir Kt = 1,6, faktor lenturan
Cb =1,6

8. diameter poros d = 35 (mm)

9. jari – jari fillet dari poros bertangga r = 0,6 (mm) ukuran


pasak dan alur pasak = 1,56 kg/mm2

10. faktor konsentras tegangan poros alur


pasak = 1,56 kg/mm2

20
3.2. Spline dan Naaf
3.2.1. Spline
Spline adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian roda gigi sebagai penerus momen torsi dari poros ke roda gigi. Hubungan
antara roda gigi maju dan mundur pada waktu perpindahan kecepatan.

Gbr 3.2. Spline


Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya sebesar
(35mm) bahan yang digunakan yaitu S35C-D dengan tegangan tarik 53 kg/mm2,
untuk spline dan naaf pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai
5464. Dalam perencanaan ini diambil DIN 5464 untuk beban menengah. Seperti
yang terdapat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4. DIN 5462 – 5464


Diameter dalam Ringan DIN 5462 Menengah DIN 5463 Berat DIN 5464  
    Banyaknya Baji Banyaknya Baji Banyaknya Baji
d2 b
d1 (mm) (I) (mm) b (mm) (I) d2 (mm) (mm) (I) d2 (mm) b (mm)
11 - - - 6 14 3 - - -
13 - - - 6 16 3,5 - - -
16 - - - 6 20 4 10 20 2,5
18 - - - 6 22 5 10 23 3
21 - - - 6 25 5 10 26 3
23 6 26 6 6 28 6 10 29 4
26 6 30 6 6 32 6 10 32 4
28 6 32 7 6 34 7 10 35 4
32 8 36 6 8 38 6 10 40 5
36 8 40 7 8 42 7 10 45 5
42 8 46 8 8 48 8 10 52 6
46 8 50 9 8 54 9 10 56 7
52 8 58 10 8 60 10 16 60 5
56 8 62 10 8 65 10 16 65 5
62 8 68 12 8 72 12 16 72 6
72 10 78 12 10 82 12 16 82 7
82 10 88 12 10 92 12 20 92 6
92 10 98 14 10 102 14 20 102 7
102 10 108 16 10 112 16 20 115 8
112 10 120 18 10 125 18 20 125 9
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukuran spline antara lain :

21
Jumlah spline ( i ) = 10 buah
Lebar spline ( b ) = 5 mm
Diameter luar ( D ) = 45 mm
Diameter dalam (d) = 35 mm
Jarak antara spline ( W ) = (0,5) x d2
Dd
Tinggi spline ( h ) =
2
45  35
=
2
= 5 mm

Panjang spline ( L ) = 1,5 x d


= 1,5 x 35 = 52,5 mm
Dd
Jari–jari spline (r) =
4
45  35
=
4
= 20 mm

3.2.1.a. Perhitungan spline


Total luas dari area Spline :
A = ½ (D – d) x (i + L)
= ½ (45 – 35) x (10 + 52,5)
= 312,5 mm2
Dimana :
D = Diameter luar (mm)
d = Diameter dalam (mm)
(i) = Banyak Spline
L = Panjang Spline
Sedangkan kapasitas tenaga putaran pada sambungan Spline adalah :
T=PxAxr
Dimana :
P = tekanan maksimum (di izinkan) pada spline (  1000 psi  70,3kg /
cm2)
Maka :

22
T = 70,3 x 312,5 x 20
= 439375 kg/mm
= 439,375 kg/m

Tegangan geser pada poros spline adalah :

Mp
(1 / 2 x d 1)
g 
ix( 1 .(d 2  d 2).b
2

Maka :
11196 ,13
g 
1 / 2 x35
10 x1 / 2 x 45  35 x5
= 2,5 kg/mm2

Sedangakan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :


4.T
P=
i. d 2  d 1 . d 1 h .b

Maka :
4 x14017,48 56069,92
P= 
10 x 45  35. 35 x5.5 87500

= 0,640 kg/mm2

Tegangan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 48 kg/mm2 dengan


Vaktor keamanan untuk pembebanan dinamis (5 – 10) diambil (10) untuk
meredam getaran yang terjadi.

Maka tegangan geser izin :


 gi  0,8. trk

Dimana :
53
 trk   5,3kg / mm2
10
 gi  0,8 x 5,3 kg/mm2

23
= 4,24 kg/mm2

Maka spline aman terhadap tegangan geser yang terjadi, dimana  


gi g

atau (4,2 kg/mm2  2,5 kg/mm2).

3.2.2. Naaf
Naaf adalah pasangan dari spline, bahan yang dipergunakan pada
perencanaan ini adalah S 35 C – D, jumlah Naaf yang direncanakan sama dengan
jumlah spline yaitu 10 buah. Karena itu perhitungan Naaf dapat diperoleh dengan
dimensi yang sama dengan spline.

Naaf yang di rencanakan adalah sebagai berikut :


Jumlah spline ( i ) = 10 buah
Lebar spline ( b ) = 5 mm
Diameter dalam ( d ) = 35
Diameter luar ( d2 ) = 45 mm
Tinggi spline ( H ) = 5 mm
Panjang spline ( L ) = 52,5

Bahan naaf di ambil S35C-D dengan kekuatan (τb ) = 53 kg/mm²


Persentase syarat keamanan adalah : τg < τgi = 2,5 kg/mm2 < 4,2 kg/mm2
( terpenuhi / aman ) Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari Tegangan geser
yang diizinkan maka Naaf aman digunakan.

Diagram alir spline dan naff


START

24
1.diameter poros = 35 mm

2. jumlah spline (i) = 10 buah, lebar atau


(b) = 5 mm, diameter luar (d2) = 45mm

3. tinggi spline (h) = 5 mm, jari – jari (rm) = 20 mm

4. luas area spline (A) = 312,5


mm2

5. kapasitas tenaga putaran (T) = 439375 kg/mm

6. tegangan geser (Tg) = 3 kg/mm2

7. tegangan tumbuk (P) = 20,08 kg/mm2

8. tegangan tarik bahan yang direncanakan = 48 kg/mm2

9. faktor keamanan = 10

10. tegangan geser yang diizinkan (Tgi) = 4,24 kg/mm2

11. τgi >


τg = 4,2 >
3

STOP

END

3.3. Plat Gesek


3.3.1. Fungsi Plat Gesek

25
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan momen akibat terjadinya gesekan
pada plat, sekaligus berfungsi sebagai penahan dan penghindar dari adanya
pembebanan yang berlebihan dan sebagai pembatas momen.
Syarat plat gesek antara lain :
Tahan pada suhu yang tinggi
Tahan pada gesekan
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar putaran serta tahan pada temperature
tinggi.

Gambar 3.3. Plat gesek

Adapun jenis-jenis bahan plat gesek dapat di lihat pada table bahan ini :

Tabel 3.5. Harga µ dan Pa


µ
Bahan permukaan kontak Pa(kg/mm2)
kering dilumasi
Bahan Cor dan Besi Cor 0,10 – 0,20 0,08 – 0,12 0,09 – 0,17
Besi Cor dan Perunggu 0,10 – 0,20 0,10 – 0,20 0,05 – 0,08
Besi Cor dan Asbes (ditenun) 0,35 – 0,65 - 0,007 – 0,07
Besi Cor dan Serat 0,05 – 0,10 0,05 – 0,10 0,005 – 0,03
Besi Cor dan Kayu - 0,10 – 0,35 0,02 – 0,03
sumber : Elemen Mesin

3.3.2. Perhitungan plat gesek


Diketahui dari spesifikasi :
Daya ( P ) = 92 PS = 67,62 Kw
Putaran ( n ) = 6000 Rpm

26
Faktor Koreksi ( fc ) = 1,02
Daya rencana ( Pd ) = 68,97 Kw
Momen Poros = Tl1 = Tl2 = 11196,13 = 11,19 Kg/m

Tabel 3.6. momen puntir gesek statis untuk kopling elektromagnit plat tunggal
kering.
Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Momen Gesek Statis
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
(Kg.m)
GD2 Sisi Rotor 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
2
GD Sisi Stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
Diameter Lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur Pasak 5x2 5x2 7x3 7x3 10x3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6

GD2 pada sisi rotor diambil dari tabel 3.3.2. dengan diameter lubang 35 mm
GD2 = 0,05515 (Kg/mm2), nr = 6000 Rpm
Waktu penghubung rencana atau te = 0,3 s
Faktor keamanan kopling f = 1,7
Momen start ,
GD 2 xnr
Ta   Tl1
375 xte
0,05515 x 6000
Ta   11,19 = 14,09 Kg.m
375 x 0,3

Ta . f = 14,09 . 1,7 = 23,953 (kg. m)

Kopling plat tunggal kering dengan pelayanan elektromagnetik (untuk


pengendalian otomatis)

Nomor kopling 40, momen gesek dinamis Tdo = 30 Kg.m > 23,953 Kg.m, kerja
penghubung yang diizinkan Ea = 500 Kg.m

Kerja penghubung yang terjadi :


Dimana :
Gd 2 xnr 2 Tdo
E 
7160 Tdo  Tl1

27
0,05515 x 6000 2 30
E 
7160 30  11,19

= 415,8 Kg.m
Maka,
E
1
Ea
415,8
1
500
0,8316 < 1

Waktu penghubung yang sesungguhnya


Gd 2 xnr
t ae 
375.(Tdo  Tl1 )

0,05515 x6000
t ae 
375.(30  11,19)

= 0,046 s
tae < te
0,046 s < 0,3 s .. (baik)
Tabel 3.7. Laju keausan permukaan plat gesek
Bahan Permukaan W[cm3/(kg.m)]
Paduan Tembaga Sinter (3 – 6) x 10-7
Paduan Sinter Besi (4 – 8) x 10-7
Setengah Logam (5 – 10) x 10-7
Damar Cetak (6 – 12) x 10-7

Tabel 3.8. Batas keausan Rem dan Kopling Elektromagnetik Plat Tunggal Kering
No Kopling/Rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas Keausan Permukaan (mm) 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
Volume Total pada Batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
Keausan (cm3)

Bahan plat gesek paduan tembaga sinter, laju keausan permukaan W = 3 x 10-7 cm3/
(kg.m), dan volume keausan yang diizinkan L3 = 91,0 cm3
Umur dalam jumlah penghubung,

28
L3
N mL 
ExW
91
N mL  7
 7,29 x10 5 hb
415,8 x3 x10

Umur dalam jumlah hari atau tahun


6 x 60 x 6 = 2160 (hb/hari)

Dengan 300 hari tiap tahun maka = 21600 x 300 = 648000 (hb)
7,29 x10 5
N mD   1,125tahun
648000

Kopling plat tunggal kering elektromagnetik No.40, plat gesek harus diganti tiap
tahun.

Diagaram Alir Kopling Tetap


START a

1.Daya yang akan ditansmisikan =


15.Bahan gesek paduan
67,62, putaran poros motor nm =
tembaga sinter volume
6000 (rpm)
kehausan yang diizinkan L3
91(cm3) laju keausan
permukaan w 3x10-7(cm3/kg.m)

2.Faktor koreksi fc = 1,02


16.umur dalam jumlah penghubungan NmL
= 7,29x105(kali)
3.Daya rencana Pd =
68,97 (kw)
17.Umur dalam jumlah hari atau tahun
NmD = 1,125 (hari, bulan)
4.Momen poros motor T1 = 11,19 (kg.m)
Momen poros kopling T2 = 11,19 (kg.m)
18.Nomor kopling elektro magnit = 40, bahan
gesek paduan tembaga sinter, waktu penggantian
bahan gesek = 1 tahun

29
5.Momen beban pada saat start T11 = 11,19 (kg/m)
Momen beban setelah start T12 = 11,19 (kg/m)

6.GD2 pada poros kopling = 0,05515


(kg.m2) putaran relatif nr = 6000 (rpm) STOP

7.Waktu penghubung rencana te 0,3(s)


Faktor keamanan kopling f = 1,7 END

8.Moment start ta = 14,09 (kg.m)

9.Pemilihan tipe kopling


momen gesekan statis Tdo
= 30 (kg.m) momen
gesekan

10.Kerja penghubungan yang


diizinkan Ea = 500(kg/m)

11. Kerja penghubung E 415,8(kgm)

> 12.E/Ea<1, 0,8316<1

<

13.Waktu penghubung sesungguhnya


tae 0,046(s)

> 14.tae : te = 0,046 >0,3 (s)


3.4. Pegas
<
Pegas tekan berfungsi untuk meredam getaran sewaktu kopling bekerja akibat
getaran saat penyambungana maupun getaran akibat pemutusan pada kopling.

30
Gambar 3.4. Susunan Pegas
Diketahui :
T = 11196,13 Kg.m
n = 4 buah (direncanakan)
d = 8 mm
D/d = 30/8 = 3,75
D = 30

Beban maksimum (W)


T 11196 ,13
W    746,408kg
( D / 2) 30 / 2

Lendutan (δ)
W
δ=
k

Maka :
Gd 4 8000 x8 4
k   37,92kg / mm
8.n.D 3 8 x 4 x30 3

31
W 746,408
δ= = 37,92 = 19,6 mm
k

Faktor tegangan (K)


Dimana K pada c 3,75 = 1,45
Faktor tegangan geser τ

T T
  
Zp ( / 6).d 3

11196 ,13
  41,78kg / mm 2
(3,14 / 6).8 3

Bahan pegas SUP4 dengan tegangan geser yang diizinkan τa = 65 kg/mm2


Modulus geser = 8000 kg/mm2
Tegangan rencana (τd)

τd = 65 x 0,8 = 52 kg/mm2

τ < τd
41,78 kg/mm2 < 52 kg/mm2

Tinggi awal terpasang (Hs)


Cs = (Hs – L)/(n + 1,5)
Dimana :
Cs = kelonggaran kawat untuk keadaan awal terpasang (1,0 – 2,0) mm,
diambil 1,5 mm

Tinggi mampat (L)


L = (n + 1,5) d
= (4 + 1,5) 8
= 44 mm

32
Hs = [(n + 1,5) Cs] + L
= (5,5 x 1,5) + 44
= 52,25 mm

Ci = (Hi – L) / (n + 1,5)
Dimana :
Ci = kelonggaran kawat pada lendutan maksimum (0,2 – 0,6) mm, diambil 0,6 mm

Hi = [(n + 1,5) Ci] + L


= [(4 + 1,5) 0,6] + 44
= 47,3 mm

Tinggi bebas (Lo)


Lo = Hi + δ
= 47,3 + 19,6
= 66,9 mm

Hi > L
47,3 mm > 44 mm (baik digunakan)

Beban awal terpasang :


W0 = (Lo – Hs) δ
= (66,9 – 52,25) 19,6
= 287,14 kg

Jumlah lilitan mati untuk masing – masing ujung diambil 1.


Maka harga standart pegas adalah :
Lo / D < 5
66,9 / 30 < 5
2,23 < 5 (tidak akan terjadi lekukan)

33
Sehingga diperoleh :
Diameter pegas 8 mm, bahan SUP4
Jumlah pegas 4 buah
Tinggi tekan 52,25 mm
Lendutan 19,6 mm

Diagram Alir Pegas

START

b a

1.beban maksimum atau W(kg) = 11. beban awal terpasang Wo = 287,14 kg


746,408 kg, lendutan δ=19,6 mm,
diameter rata – rata = 3,75mm

34
12. jumlah lilitan mati
setiap ujung = 1

2. taksiran awal indeks 13. tinggi mampat L = 44 mm


pegas (c) diameter kawat (d)
= 8 mm

14. Hi > L =
3.faktor tegangan (K) = 37,92 47,3mm >44 mm
<

4.tegangan geser (T)


=41,78kg/mm2 >

15. kelonggaran antara kawat Cs =


1,5 mm kelonggaran kawat pada
lendutan maksimum Ci = 0,6 mm
5.bahan pegas SUP4 tegangan geser
yang diizinkan (τa) = 65 kg/mm2,
modulus geser (G) = 8000kg/mm2,
tegangan rencana (τd) = 52 kg/mm2

16. Cs =
1,5, Ci =
T 0,6

6.τ < τd = 41,78


kg/mm2 < 52
> kg/mm2
Y

<
17. hf/d <
5 = 2,23 <
7. jumlah lilitan yang bekerja (n) = 1 T 5

8. lendutan total (δ) = 19,6 mm Y

18. diameter pegas = 8 mm,


9.konstanta pegas (K) bahan SUP4 jumlah lilitan mati
1, tinggi tekan 52,25

10. tinggi bebas (hf) = 66,9 mm,


tinggi awal terpasang (hs) =
52,25mm
STOP
3.4. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
END
b a
sehingga putaran dan getaran bolak-balikddapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya

35
berkerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar 3.5. Bantalan Gelinding


3.4.1 Perhitungan Bantalan
Bahan poros S35C-D dengan diameter 35mm dan putaran (n) = 6000 Rpm
b
S f 1 .S f 2
ta =

= __53___
6x2,5
= 3,53 kg/mm²
Faktor koreksinya (fc) = 1,02
L/d = (0,8 – 1,8), diambil 1,4
L = 1,4 x d
L = 1,4 x 35 = 49 mm
Maka beban rencana (W) :
1 a
x xd 3  Lmaks
1,5 W

3,53
0,66 x x35 3  49mm
W
99890,175
 49mm
W

36
90552
W=  2038,57 mm
49
Bahan bantalan perunggu, dengan HB = 50 – 100, Pa = 0,7 – 2,0 (kg/mm 2) (P.V)a
= 20 (kg/mm2.m/s)

Panjang bantalan :
 2038,57 x6000
L= x  32,005  32mm
60000 20

Bahan poros S35C-D dengan kekuatan tarik 53kg/mm2,dengan diameter 35


L/d = 32/35 = 0,91 (terletak dalam daerah 0,8 – 1,8), dapat diterima.

Tekanan permukaan (P).


2038,57
P  1,82 kg/mm2
32 x35
Maka,
PxV = 1,82x10,99 = 20
Kecepatan keliling (V)
 .d .n
V 
60.1000
3,14 x35 x 6000
V   10,99 m/s
60.1000

Maka P.V = 1,82 x 10,99 = 20 kg.m/mm2.s


Harga P = 1,82 kg/mm2,dapat diterima perunggu dimana Pa = 0,7 – 2,0 kg/mm2.
Harga PV = 20 kg.m/mm2.s dapat diterima karena kurang dari 20 kg.m/mm2.s

Kerja gesekan (H)


H=µxWxV
Dimana harga µ untuk perunggu (0,002 – 0,004), diambil 0,004 mm
H = 0,004 x 2038,57 x 10,99
= 89,61 kg.m/s

Daya yang diserap (Ph)

37
H
Ph 
102
89,61
Ph   0,87 kW
102

Jadi diperoleh :
L = 32 mm
D = 35 mm
Ph = 0,87 kW

Diagram alir bantalan luncur

START

1.beban bantalan Wo = 13. panjang bantalan = 32 mm,


2038,57 kg, putaran poros = diameter poros = 35 mm, daya serap
6000 Rpm (Ph) = 0,87 kW

38
2. Faktor koreksi (fc) =
STOP
1,02

3. beban rencana = 2038,57 kg

END

4.bahan bantalan
perunggu

5. panjang bantalan = 32 mm

6. bahan poros S35C-D, kekuatan


tarik τb = 53 kg/mm2,tegangan lentur
yang diizinkan τa = 3,53 kg/mm2

7. diameter poros = 35 mm

9. l/d : 0,91
Y
mm

10. tekanan P = 1,82 kg/mm2,


kecepatan keliling (V) = 10,9
m/s, harga PV = 19,83 kg/mm2.s

11. P : Pa = 1,8 kg/mm2 : 0,7 – 2


< kg/mm2, Pv : (PV)a = 20 > 19,83
kg/mm2.s

>

3.5. Baut dan Mur


12. kerja gesek (H) = 89,61 kg.m/s,
daya serap (Ph) = 0,87 kW
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
a
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama agar mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan roda gigi ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box.
H = 18 mm

39
H d1 d

Gambar 3.6. Baut dan mur

Beban yang diterima baut :


WO P pada bantalan = 2038,57 kg

Beban rencana :
W = fc . Wo
Dimana :
Fc = faktor koreksi = 1,2
Maka :
W = 1,2 x 2038,57
= 2446,28
Bahan baut yang dipakai adalah baja liat dengan kadar karbon 0,22 %
(sb ) = 42 kg/mm2
Sf = 7
(σa) = 6 kg/mm2 (difinis tinggi)

Tegangan tarik izin :


a  (0,5  0,7) xa → diambil 0,6

a  0,6 x 6 = 3,6 kg/mm2

Diameter inti (d1)


4 xW
d1 
x6

4  2446,28
d1 
3,14  6

d 1  22,78mm

40
Tabel 3.9. Ulir Metris Kasar

Ulir Jarak bagi Tinggi Ulir dalam


Ρ kaitan
Diameter Diameter Diameter
H1
Luar D efektifD2 dalamD1
Ulir luar
1 2 3

Diameter Diameter Diamete


luar d efektif d2 r inti d1
M6 1 0,541 6,000 5,350 4,917
M7 1 0,541 7,000 6,350 5,917
M8 1,25 0,677 8,000 7,188 6,647
M9 1,25 0,677 9,000 8,188 7,647
M 10 1,5 0,812 10,000 9,026 8,367
M 11 1,5 0,812 11,000 10,026 9,367
M 12 1,75 0,947 12,000 10,863 10,106
M 14 2 1,083 14,000 12,710 11,835
M 16 2 1,083 16,000 14,710 13,835
M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,249
M 20 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
M 22 2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 3 1,624 24,000 22,051 20,752
M 27 3 1,624 27,000 25,051 23,752
M 30 3,5 1,894 30,000 27,727 26,752
M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 36 4 2,165 36,000 34,402 31,670
M 39 4 2,165 39,000 36,402 34,670
M 42 4,5 2,436 42,000 39,007 37,129
M 45 4,5 2,436 45,000 42,007 40,129
M 48 5 2,706 48,000 44,752 42,129
M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 56 5,5 2,977 56,000 54,428 50,046
M 60 5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
M 64 6 3,248 64,000 60,103 57,505
M 68 6 3,248 68,000 64,103 61,505
Sumber : literature 1 hal 290

Dari taber ulir metris kasar diperoleh : ..............................................( lit 1, hal 290 )
d1 = 23,72 mm > 22,78
Diameter Luar (d) = 27 mm
Diameter Efektif (d2) = 25,051 mm
Jarak bagi (ρ) = 3 mm

Bahan Mur yang dipakai adalah baja liat dengan kadar karbon 0,22 %

41
(sb) = 42 kg/mm2
Sf = 7
(σa) = 6 kg/mm2 (difinis tinggi)

Tegangan tarik izin :


a  (0,5  0,7) xa → diambil 0,6
a  0,6 x 6 = 3,6 kg/mm2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan (qa) = 3 kg/mm2.


d1 = 23,72 mm > 22,78
Diameter Luar (d) = 27 mm
Diameter Efektif (d2) = 25,051 mm
Jarak bagi (ρ) = 3 mm
H (tinggi kaitan) = 1,624 mm

Jumlah ulir :
W
Z 
xd 2 .xHxqa
2446,28
Z 
3,14  25,051  1,624 x3
Z  6,3  6

Tinggi mur :
H  ZxP
H  63
H  18mm

Jumlah ulir Mur :


Z1 = 18/3 = 6

Tegangan geser akar ulir baut

42
W
b  dimana k = 0,84
xd1 xkxPx.Z
2446,28
b 
3,14  23,752 x 0,84  3 x 6

τb = 2,16 kg/mm2

Tegangan geser akar ulir Mur


W
b  dimana j = 0,75
xd1 xkxPx.Z
2446,28
b 
3,14  27 x 0,75  3 x 6

τb = 2,13 kg/mm2
Harga diatas dapat diterima karena tidak lebih dari 3 kg/mm2
Bahan baut dan Mur adalah Baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Baut = M27, Mur = M27, Tinggi Mur = 18 mm.

Diagram alir baut dan mur


START
a
b
1. beban W = 2038,57 (kg)

13. qa : Ta = 3 :
> 3 Tn :Ta =
2,13 : 3
2. faktor koreksi fc =
1,2
<
3. beban rencana Wd = 2446,28(kg)
14. bahan baut baja liat, bahan mur
baja liat, tinggi mur = 18mm
diameter nominal ulir = 23,72 mm

43
4. bahan baut: baja liat,
kekuatan tarik σB =
6(kg/mm2) faktor keamanan
Sf1 = 7
Tegangan geser yang diizinkan STOP
Ta = 42(kg/mm2)

5. diameter inti yang diperlukan =23,72mm


END

6. pemilihan ulir standart diameter


luar d = 27(mm) diameter inti d1 =
23,72(mm) jarak bagi p = 3(mm)

7. bahan mur baja liat, kekuatan


tarik σB 6(kg/mm2), tegangan
geser yang diizinkan Ta =
42(kg/mm2) tekanan permukaan
yang diizinkan qa = 3(kg/mm2)

8. diameter luar ulir dalam D = 27(mm)


diameter efektif ulir dalam D2 =
25,051(mm) tinggi kaitan gigi dalam H1 =
1,624(mm)

9. jumlah ulir mur yang diperlukan Z = 6

10. tinggi mur H =


18(mm)

11. jumlah ulir mur z = 6

12. tegangan geser akar ulir baut Tb =


2,16(kg/mm2) tegangan geser akar
ulir mur Tn = 2,13(kg/mm2)
3.6. Paku Keling
b
Bentuk dan ukuran
a
paku keling menurut normalisasi Dn 101 diberikan
dalam table.

44
Gambar 3.7. Paku Keling
Keterangan:
1. lempengan gesek
2. paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. lingkar pembawa
4. paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. plat pembawa
6. paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. naaf

Tabel 3.10. Jenis dan Dimensi Paku Keling


Jenis dan sketsa Dimensi
D 2 mm – 37 mm
Qa (1,6 – 1,8) d

45
N (0,6 – 0,8) d
L (3 – 10) d
D 2,6 mm – 31 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
L Σ 5 + (1,5 – 1,7) d
Σ 5 = jlh tebal plat
D 2,3 mm – 36 mm
Qa (1,5 – 2) d
N (0,4-0,5) d
Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah

Diameter paku keling d (2,3 – 6), diambil d = 4


Jarak antara paku keling.
Lp = 2,2 x d
= 2,2 x 4
=8,8 mm

gaya yang berkerja pada paku keling adalah ;


P = Mp
Lp
Dimana : Mp = Momen puntir 11196,13 kg.mm
Lp = 8,8 mm
Jadi :

11196 ,13
P=  1272,28kg
8,8

sedangkan gaya yang berkerja pada masing – masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :

1272,28
P’ =  50,01kg
24

Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik τb = 37 kg/mm2 dengan faktor
keamanan paku keling v = (8 – 10), diambil 10

46
b
i 
v

37
i   3,7 kg / mm 2
10

Sedangkan tegangan geser yang terjadi (τg ) adalah :

P'
g 
A

Luas penampang paku keling,

A = 3,14/4 x D12

D1= diameter lubang paku keling = d + 1 = 4 + 1 = 5 mm

Maka,

A = 3,14/ 4 x 52 = 19,62 mm

53,01'
g   2,70kg / mm 2
19,62

Tegangan yang diizinkan paku keling

τgi = 0,8 x τi

= 0,8 x 3,7 = 2,96 kg/mm2

Syarat aman paku keling

τgi > τg

2,96 kg/mm2 > 2,70 kg/mm2, karena tegangan geser izin lebih besar dari
tegangan geser yang terjadi maka paku keling aman digunakan.
Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik 37 kg/mm2
Diameter paku keling 4 mm
Jumlah paku keling 24 buah.
Diagram alir paku keling

START

1.banyak paku keling (n) = 24 buah

47
2. diameter paku keling (d) = 4 mm

3. jarak antara paku keling(Lp) = 8,8 mm

4. gaya yang bekerja pada paku keling (P) =


1272,28 kg

5. bahan paku keling Aluminium

6. faktor keamanan = 10

7. tegangan tarik (τb) = 37 kg/mm2

8. luas penampang paku keling (A) = 19,62 mm

9. tegangan geser yang terjadi (τg) = 2,70 kg/mm2

10. tegangan geser yang diizinkan (τgi) = 2,96 kg/mm2

11. τgi > τg


= 2,96 >
2,70

12. bahan paku keling aluminium,diameter paku keling = 4 mm, banyak paku keling = 42 buah

STOP

END

DAFTAR PUSTAKA

1. Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penterjemah) ,      

Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991

48
2. Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penterjemah) ,      

Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991

3.  Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,

Pradnya Paramita, Jakarta, 1994

4.  Robert L. Norton, Machine Design: An Integrated Approach, Prentice Hall,

New Jersey, 1996

5.  Creamer, Machine Design, Third Edition, McGraw-Hill, New York, 1986

6.  Ferdinand P. Beer dan E. Russell Johnston. Jr, Mekanika Untuk Insinyur:

Statika, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1996

7.  James Mangroves, Gere, Stephen P. Timoshenko, dan Hans J. Wospakrik

(penterjemah), Mekanika Bahan, Edisi Kedua, Versi SI, Jilid 1, Erlangga,

Jakarta, 1996

49

Anda mungkin juga menyukai