PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Sesuai dengan pemberian tugas rancangan kopling oleh dosen pembimbing,
laporan kopling ini adalah perancangan ulang (Redesign) Kopling Toyota Kijang
Innova, maka tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk merancang kembali
ukuran-ukuran utama dari bagian-bagaian Kopling Toyota Kijang Innova agar
diperoleh rancangan yang safety berdasarkan perhitungan-perhitungan (teoritis)
yang telah dipelajari pada mata kuliah Elemen Mesin I dan II sebagai mata kuliah
pendukung.
Dengan penulisan ini pula penulis mampu merancang sebuah kopling sesuai
dengan daya dan putaran yang diinginkan.
1
1.3. Batasan Masalah
Lingkup dari perencanaan tulisan ini adalah perhitungan dan perencanaan
kopling pada mobil jenis Toyota Kijang Innova yang menggunakan kopling tidak
tetap.
Spesifikasi dari Perancangan :
Daya (N) : 92 Ps
Putaran (n) : 6000 rpm
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan dijabarkan yaitu diawali dengan Lembar
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Skema Gambar. Pada
BAB 1 yang akan dibahas adalah Latar Belakang Perencanaan, Tujuan
Perencanaan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. Pada BAB 2 akan di
bahas mengenai Tinjauan Pustaka mengenai kopling. Pada BAB 3 yang akan
dibahas adalah :
Perhitungan ukuran Poros
Perhitungan ukuran Spline & Naaf
Perhitungan ukuran Plat Gesek
Perhitungan ukuran Pegas
Perhitungan ukuran Bantalan
Perhitungan ukuran Baut & Mur
Perhitungan ukuran Paku Keling
Selanjutnya pada BAB 4 akan diisi dengan Kesimpulan dari perhitungan
kopling. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Gambar Teknik.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kopling adalah bagian dari komponen sistem transmisi yang berfungsi
untuk menyambung dan memutuskan daya dan putaran yang dihasilkan dari poros
input ke poros output. Kopling memegang peranan yang penting pada saat
pergantian transmisi, dimana mesin harus bebas dan tidak berhubungan dengan
sistem transmisi tersebut.
3
2.3 Jenis Kopling
Menurut konstruksinya secara umum Kopling dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Kopling Gesek
2. Kopling Tetap
3. Kopling Tidak Tetap
4
Gambar 2.3 Kopling Plat Ganda
5
o Kopling Kering adalah kopling dengan bidang gesek (piringan atau disc)
tidak terendam cairan / minyak (bahkan tidak boleh ada cairan / minyak).
6
(driven shaft) tergantung pada perbandingan kecepatan putaran sudut dari
poros-poros tersebut. Jika kecepatan driving lebih tinggi dari driven,
kopling bekerja menghubungkan driving dan driven. Jika kecepatan driving
lebih rendah dari driven, kopling bekerja memutuskan driving dan driven.
Ada dua jenis one way clutch yakni sprag type dan roller type.
7
o Kopling Sentrifugal
Jika mesin berputar maka bandul sentrifugal akan terlempar keluar oleh
gaya sentrifugal, sehingga centrifugal plate akan tertarik sehingga menekan
plat kopling ke back plate / flywheel. Bila putaran mesin berkurang maka
intensitas tekanan centrifugal plate juga berkurang.
8
Gambar 2.9 Kopling Cakar
o Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka
kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi aatas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara
manual, hidrolik dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek
tersebut bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam atau
dilumasi dengan minyak.
9
Gambar 2.11 Kopling Kerucut
o Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas dengan
sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam
arah berlawanan arah dari poros yang digerakkan.
10
3. Plat Gesek (Disc Clutch)
Plat gesek ditempatkan diantara roda penerus dan plat penekan. Plat gesek ini
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari roda penerus ke naaf saat
kopling terhubung.
4. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros yang berpasangan
dengan gigi dalam yang terdapat pada naaf. Spline berfungsi untuk meneruskan
momen puntir dari plat gesek ke poros melalui perantaraan naaf.
5. Bantalan Pembebas (Releasing Bearing)
Bantalan ini dapat digerakkan maju-mundur dengan menekan pedal kopling .
Fungsinya adalah untuk meneruskan tekanan pada pedal kopling ke pegas
matahari yang selanjutnya akan melepas hubungan kopling.
6. Pegas Matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan menjauhi flywheel, yang
dengan demikian membebaskan plat gesek dan membuat kopling menjadi tidak
terhubung. Pegas matahari ini akan menjalankan fungsinya saat pedal kopling
ditekan.
7. Penutup (Cover)
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus. Fungsi penutup ini
adalah sebagai tempat dudukan berbagai elemen yang membentuk kopling serta
sebagai penahan bantalan pembebas.
11
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Kopling
No Nama Kopling Kelebihan Kekurangan
1. Kopling Cakar Dapat meneruskan momen Tidak dapat dihubungkan
dalam dua arah putaran dalam keadaan berputar
Hanya dapat memutar sekitar
50 rpm
12
2.6. Cara Kerja Kopling
Cara kerja kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaaan,yaitu:
1. Kopling Dalam Keadaan Terhubung (Pedal Kopling Tidak Ditekan)
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan
putaran ke flywheel (roda penerus) melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini
diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya tekanan dari
pegas matahari . Akibat putaran dari plat gesek, poros yang digerakkan ikut
berputar dengan perantaraan spline.
2. Kopling Dalam Keadaan Tidak Terhubung (Pedal Kopling Ditekan)
Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang
dikerjakannya pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan
plat penekan tertarik ke arak luar sehingga plat gesek berada dalam keadaan bebas
diantara plat penekan dan flywheel. Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan
putaran.
13
BAB 3
ANALISA PERHITUNGAN
3.1. Poros
3.1.1. Fungsi Poros
Poros adalah salah satu yang penting dalam permesinan, maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin. Hampir sama dengan kopling sebagai penerus daya
dan putaran, perencanaan seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Tahan terhadap momen puntir
Mempunyai skalalitas yang baik
Arah
Tidak mudah patah putaran
D d
D
L
Gambar 3.1. Poros
3.1.2. Perhitungan poros
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 92 PS dan
Putaran (n) sebesar 6000 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0.735 untuk mendapatkan daya dalam (Kw).
Daya (N) = 92 PS
Putaran (n) = 6000 rpm
Dimana :
1 PS = 0.735 Kw
P = 92 x 0.735 Kw
P = 67,62 Kw
Dan sebagaimana diketahui pada saat start dan pada saat beban terus
bekerja maka perl factor koreksi pada daya rata-rata yang di pakai dari daya yang
di rencanakan (Pd) adalah sebagai berikut :
Pd = fc x P (kw)
14
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan dipindahkan (fc)
Daya yang akan di transmisikan Fc
67,62
T = 9,74 x 10 6000
T = 11196,13 kg mm = 11,19 kg m
atau T = 12,2 kg m ( dari spesifikasi mobil )
15
Standard an Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
macam panas tarik (kg/mm2)
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
konstruksi S40C “ 55
mesin (JIS G S45C “ 58
4501) S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik dingin,
Batang baja S35C-D 53 digerinda,
yang difinis dibubut, atau
dingin S45C-D 60 gabungan
antara hal-hal
S55C-D 72 tersebut
Sumber : literature 1 hal 3
b
S f 1 .S f 2
Tegangan geser yang di izinkan : ta =
dimana :
ta = tegangan geser yang di izinkan poros (kg/mm²)
b = tegangan tarik izin poros (kg/mm²)
Sf 1 = factor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C (baja karbon)
diambil 6 sesuai dengan standart ASME ( lit 1 hal 8 )
Sf 2 = factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada
poros, di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5 ( lit 1 hal 8 )
Bahan poros di pilih baja karbon konstruksi mesin S35C-D dengan kekuatan tarik
b = 53 kg/mm².
Maka :
b
S f 1 .S f 2
ta =
= __53___
6 x 2,5
= 3,53 kg/mm²
16
Pertimbangan untuk momen diameter poros :
1
dimana :
d = diameter poros dalam (mm)
T = momen torsi rencana = kg mm
cb = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya (1,2 - 2,3), diambil 1,6
Kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar (1,5 - 3,0), diambil
1,5
maka :
1
5,1 3
d = 3,53 1,6.1,6.11196
= 33,39 mm
d = 35 mm ( sesuai dengan tabel )
Pada diameter poros di atas 35 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros adalah
b = __d_ = 35 = 8,75
4 4
h = __d_ = 35 = 4,37
8 8
Fillet = 0,6
r 0,6
0,0171
ds 35
T
= 5,1 3 kg/mm²
ds
17
11196
= 5,1 kg/mm²
35
3
18
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.
19
Diagram alir poros.
START
a
>
2. faktor koreksi fc = 1.02
13. diameter poros d = 35 (mm)
bahan poros S35 C-D,difinish
dingin, jari – jari fillet 0,6 mm dari
3. daya rencana = 68,97 kw poros ukuran alur pasak = 8,75 x
4,37 x 0,6
STOP
20
3.2. Spline dan Naaf
3.2.1. Spline
Spline adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian roda gigi sebagai penerus momen torsi dari poros ke roda gigi. Hubungan
antara roda gigi maju dan mundur pada waktu perpindahan kecepatan.
21
Jumlah spline ( i ) = 10 buah
Lebar spline ( b ) = 5 mm
Diameter luar ( D ) = 45 mm
Diameter dalam (d) = 35 mm
Jarak antara spline ( W ) = (0,5) x d2
Dd
Tinggi spline ( h ) =
2
45 35
=
2
= 5 mm
22
T = 70,3 x 312,5 x 20
= 439375 kg/mm
= 439,375 kg/m
Mp
(1 / 2 x d 1)
g
ix( 1 .(d 2 d 2).b
2
Maka :
11196 ,13
g
1 / 2 x35
10 x1 / 2 x 45 35 x5
= 2,5 kg/mm2
Maka :
4 x14017,48 56069,92
P=
10 x 45 35. 35 x5.5 87500
= 0,640 kg/mm2
Dimana :
53
trk 5,3kg / mm2
10
gi 0,8 x 5,3 kg/mm2
23
= 4,24 kg/mm2
3.2.2. Naaf
Naaf adalah pasangan dari spline, bahan yang dipergunakan pada
perencanaan ini adalah S 35 C – D, jumlah Naaf yang direncanakan sama dengan
jumlah spline yaitu 10 buah. Karena itu perhitungan Naaf dapat diperoleh dengan
dimensi yang sama dengan spline.
24
1.diameter poros = 35 mm
9. faktor keamanan = 10
STOP
END
25
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan momen akibat terjadinya gesekan
pada plat, sekaligus berfungsi sebagai penahan dan penghindar dari adanya
pembebanan yang berlebihan dan sebagai pembatas momen.
Syarat plat gesek antara lain :
Tahan pada suhu yang tinggi
Tahan pada gesekan
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar putaran serta tahan pada temperature
tinggi.
Adapun jenis-jenis bahan plat gesek dapat di lihat pada table bahan ini :
26
Faktor Koreksi ( fc ) = 1,02
Daya rencana ( Pd ) = 68,97 Kw
Momen Poros = Tl1 = Tl2 = 11196,13 = 11,19 Kg/m
Tabel 3.6. momen puntir gesek statis untuk kopling elektromagnit plat tunggal
kering.
Nomor Kopling 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Momen Gesek Statis
1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
(Kg.m)
GD2 Sisi Rotor 0,0013 0,0034 0,0089 0,0221 0,0882 0,2192 0,4124 1,1257
2
GD Sisi Stator 0,0022 0,0052 0,0150 0,0322 0,1004 0,2315 0,5036 1,0852
Diameter Lubang 15 20 25 30 40 50 60 70
Alur Pasak 5x2 5x2 7x3 7x3 10x3,5 15 x 5 15 x 5 18 x 6
GD2 pada sisi rotor diambil dari tabel 3.3.2. dengan diameter lubang 35 mm
GD2 = 0,05515 (Kg/mm2), nr = 6000 Rpm
Waktu penghubung rencana atau te = 0,3 s
Faktor keamanan kopling f = 1,7
Momen start ,
GD 2 xnr
Ta Tl1
375 xte
0,05515 x 6000
Ta 11,19 = 14,09 Kg.m
375 x 0,3
Nomor kopling 40, momen gesek dinamis Tdo = 30 Kg.m > 23,953 Kg.m, kerja
penghubung yang diizinkan Ea = 500 Kg.m
27
0,05515 x 6000 2 30
E
7160 30 11,19
= 415,8 Kg.m
Maka,
E
1
Ea
415,8
1
500
0,8316 < 1
0,05515 x6000
t ae
375.(30 11,19)
= 0,046 s
tae < te
0,046 s < 0,3 s .. (baik)
Tabel 3.7. Laju keausan permukaan plat gesek
Bahan Permukaan W[cm3/(kg.m)]
Paduan Tembaga Sinter (3 – 6) x 10-7
Paduan Sinter Besi (4 – 8) x 10-7
Setengah Logam (5 – 10) x 10-7
Damar Cetak (6 – 12) x 10-7
Tabel 3.8. Batas keausan Rem dan Kopling Elektromagnetik Plat Tunggal Kering
No Kopling/Rem 1,2 2,5 5 10 20 40 70 100
Batas Keausan Permukaan (mm) 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
Volume Total pada Batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
Keausan (cm3)
Bahan plat gesek paduan tembaga sinter, laju keausan permukaan W = 3 x 10-7 cm3/
(kg.m), dan volume keausan yang diizinkan L3 = 91,0 cm3
Umur dalam jumlah penghubung,
28
L3
N mL
ExW
91
N mL 7
7,29 x10 5 hb
415,8 x3 x10
Dengan 300 hari tiap tahun maka = 21600 x 300 = 648000 (hb)
7,29 x10 5
N mD 1,125tahun
648000
Kopling plat tunggal kering elektromagnetik No.40, plat gesek harus diganti tiap
tahun.
29
5.Momen beban pada saat start T11 = 11,19 (kg/m)
Momen beban setelah start T12 = 11,19 (kg/m)
<
30
Gambar 3.4. Susunan Pegas
Diketahui :
T = 11196,13 Kg.m
n = 4 buah (direncanakan)
d = 8 mm
D/d = 30/8 = 3,75
D = 30
Lendutan (δ)
W
δ=
k
Maka :
Gd 4 8000 x8 4
k 37,92kg / mm
8.n.D 3 8 x 4 x30 3
31
W 746,408
δ= = 37,92 = 19,6 mm
k
T T
Zp ( / 6).d 3
11196 ,13
41,78kg / mm 2
(3,14 / 6).8 3
τd = 65 x 0,8 = 52 kg/mm2
τ < τd
41,78 kg/mm2 < 52 kg/mm2
32
Hs = [(n + 1,5) Cs] + L
= (5,5 x 1,5) + 44
= 52,25 mm
Ci = (Hi – L) / (n + 1,5)
Dimana :
Ci = kelonggaran kawat pada lendutan maksimum (0,2 – 0,6) mm, diambil 0,6 mm
Hi > L
47,3 mm > 44 mm (baik digunakan)
33
Sehingga diperoleh :
Diameter pegas 8 mm, bahan SUP4
Jumlah pegas 4 buah
Tinggi tekan 52,25 mm
Lendutan 19,6 mm
START
b a
34
12. jumlah lilitan mati
setiap ujung = 1
14. Hi > L =
3.faktor tegangan (K) = 37,92 47,3mm >44 mm
<
16. Cs =
1,5, Ci =
T 0,6
<
17. hf/d <
5 = 2,23 <
7. jumlah lilitan yang bekerja (n) = 1 T 5
35
berkerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
= __53___
6x2,5
= 3,53 kg/mm²
Faktor koreksinya (fc) = 1,02
L/d = (0,8 – 1,8), diambil 1,4
L = 1,4 x d
L = 1,4 x 35 = 49 mm
Maka beban rencana (W) :
1 a
x xd 3 Lmaks
1,5 W
3,53
0,66 x x35 3 49mm
W
99890,175
49mm
W
36
90552
W= 2038,57 mm
49
Bahan bantalan perunggu, dengan HB = 50 – 100, Pa = 0,7 – 2,0 (kg/mm 2) (P.V)a
= 20 (kg/mm2.m/s)
Panjang bantalan :
2038,57 x6000
L= x 32,005 32mm
60000 20
37
H
Ph
102
89,61
Ph 0,87 kW
102
Jadi diperoleh :
L = 32 mm
D = 35 mm
Ph = 0,87 kW
START
38
2. Faktor koreksi (fc) =
STOP
1,02
END
4.bahan bantalan
perunggu
5. panjang bantalan = 32 mm
7. diameter poros = 35 mm
9. l/d : 0,91
Y
mm
>
39
H d1 d
Beban rencana :
W = fc . Wo
Dimana :
Fc = faktor koreksi = 1,2
Maka :
W = 1,2 x 2038,57
= 2446,28
Bahan baut yang dipakai adalah baja liat dengan kadar karbon 0,22 %
(sb ) = 42 kg/mm2
Sf = 7
(σa) = 6 kg/mm2 (difinis tinggi)
4 2446,28
d1
3,14 6
d 1 22,78mm
40
Tabel 3.9. Ulir Metris Kasar
Dari taber ulir metris kasar diperoleh : ..............................................( lit 1, hal 290 )
d1 = 23,72 mm > 22,78
Diameter Luar (d) = 27 mm
Diameter Efektif (d2) = 25,051 mm
Jarak bagi (ρ) = 3 mm
Bahan Mur yang dipakai adalah baja liat dengan kadar karbon 0,22 %
41
(sb) = 42 kg/mm2
Sf = 7
(σa) = 6 kg/mm2 (difinis tinggi)
Jumlah ulir :
W
Z
xd 2 .xHxqa
2446,28
Z
3,14 25,051 1,624 x3
Z 6,3 6
Tinggi mur :
H ZxP
H 63
H 18mm
42
W
b dimana k = 0,84
xd1 xkxPx.Z
2446,28
b
3,14 23,752 x 0,84 3 x 6
τb = 2,16 kg/mm2
τb = 2,13 kg/mm2
Harga diatas dapat diterima karena tidak lebih dari 3 kg/mm2
Bahan baut dan Mur adalah Baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Baut = M27, Mur = M27, Tinggi Mur = 18 mm.
13. qa : Ta = 3 :
> 3 Tn :Ta =
2,13 : 3
2. faktor koreksi fc =
1,2
<
3. beban rencana Wd = 2446,28(kg)
14. bahan baut baja liat, bahan mur
baja liat, tinggi mur = 18mm
diameter nominal ulir = 23,72 mm
43
4. bahan baut: baja liat,
kekuatan tarik σB =
6(kg/mm2) faktor keamanan
Sf1 = 7
Tegangan geser yang diizinkan STOP
Ta = 42(kg/mm2)
44
Gambar 3.7. Paku Keling
Keterangan:
1. lempengan gesek
2. paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. lingkar pembawa
4. paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. plat pembawa
6. paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. naaf
45
N (0,6 – 0,8) d
L (3 – 10) d
D 2,6 mm – 31 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
L Σ 5 + (1,5 – 1,7) d
Σ 5 = jlh tebal plat
D 2,3 mm – 36 mm
Qa (1,5 – 2) d
N (0,4-0,5) d
Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah
11196 ,13
P= 1272,28kg
8,8
sedangkan gaya yang berkerja pada masing – masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
1272,28
P’ = 50,01kg
24
Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik τb = 37 kg/mm2 dengan faktor
keamanan paku keling v = (8 – 10), diambil 10
46
b
i
v
37
i 3,7 kg / mm 2
10
P'
g
A
A = 3,14/4 x D12
Maka,
A = 3,14/ 4 x 52 = 19,62 mm
53,01'
g 2,70kg / mm 2
19,62
τgi = 0,8 x τi
τgi > τg
2,96 kg/mm2 > 2,70 kg/mm2, karena tegangan geser izin lebih besar dari
tegangan geser yang terjadi maka paku keling aman digunakan.
Bahan paku keling aluminium dengan tegangan tarik 37 kg/mm2
Diameter paku keling 4 mm
Jumlah paku keling 24 buah.
Diagram alir paku keling
START
47
2. diameter paku keling (d) = 4 mm
6. faktor keamanan = 10
12. bahan paku keling aluminium,diameter paku keling = 4 mm, banyak paku keling = 42 buah
STOP
END
DAFTAR PUSTAKA
48
2. Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penterjemah) ,
3. Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
New Jersey, 1996
Jakarta, 1996
49