PENDAHULUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Daya = 136 PS
Putaran = 3500 rpm
Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling
dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
2.3.1. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis
lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tidak tetap
yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap
selalu dalam keadaan terhubung.
Kopling tetap dibagi lagi menjadi sebagai berikut :
a. Kopling kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan
transmisi umum dipabrik-pabrik.
b. Kopling luwes
Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui
kopling kaku memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua poros
yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus, selain itu getaran
dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara poros penggerak
dan yang digerakkan tidak dapat diredam sehingga memperpendek umur
mesin serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kelemahan-
kelemahan tersebut dapat digunakan kopling luwes terutama bila terdapat
ketidak lurusan antara sumbu kedua porosnya.
Kopling Rantai
Sesuai dengan namanya kopling ini menggunakan rantai untuk
menghubungkan kedua buah poros, umumnya digunakan untuk
memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin gilas dan turbin
uap.
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi-gigi yang
dihubungkan dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan
dengan menggunakan baut. Pada kopling ini terdapat tempat untuk
memasukkan minyak. Biasanya digunakan pada mesin pengaduk beton.
Kopling gigi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.8. Kopling Gigi
c. Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook.
Kopling ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan
putaran walaupun poros tidak sejenis. Biasanya digunakan pada mesin frais.
Kopling universal seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
a. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak
dengan perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk
kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling
cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu
putaran saja. Kopling cakar seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
b. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan.
Dengan demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak
pada waktu dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi
slip maka kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas
momen. Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi atas kopling plat
tunggal dan kopling plat banyak, dan menurut cara pelayanannya dapat
dibagi atas cara manual, hidrolik dan magnetik. Kopling disebut kering bila
plat - plat gesek tersebut bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah
bila terendam atau dilumasi dengan minyak.
d. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering diperlukan kopling yang dapat lepas
dengan sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau
dalam arah berlawanan arah dari poros yang digerakkan. Kopling friwil
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
3.1. Poros
ds
Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 136 PS dan
Putaran (n) sebesar 3500 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW).
Daya (N) = 136 PS
Putaran (n) = 3500 rpm
Dimana :
1 PS = 0,735 kW
P = 136 x 0,735 kW
P = 99,96 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor keamanan
dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1) maka
daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,1
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,1 99,96
109,96 kW
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74 x10 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n
109,96
T 9,74 x10 5
3500
T 30599,2 kg mm
B
Tegangan geser yang di izinkan a
sf 1 sf 2
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME (lit 1 hal 8)
spline
pada poros, harga sebesar 1,3 - 3,0 maka di ambil 1,3 ( lit 1 hal 8 )
= 9,23 kg / mm 2
dimana :
ds = diameter poros (mm)
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
(diambil 1,2).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 –
maka :
1/ 3
5,1
ds 1,6 1,2 30599,2
9,23
31,9 mm 32 mm ( sesuai dengan tabel 3.3.)
dimana :
= tegangan geser (kg/mm2)
T = momen torsi rencana (kg.mm)
ds = diameter poros (mm)
maka :
5,1 30599,2
32 3
156055,92
32768
4,76 kg / mm 2
S TAR T
1. Daya yang ditransmisikan : P = 99,96
kW
Putaran poros : n1 = 3500 rpm
8. Diameter poros : ds = 32 mm
10.
<
STOP
END
ds
D
0,81
32
D 39,51 mm 40 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 10 buah
Lebar ( b ) = 5 mm
Diameter luar ( d2 ) = 40 mm
Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE
dan dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi ( standar SAE )
To slide when not To slide when under
No. of All fits Permanent fits
under load load
Spline
w H D H d H d
4 0,241 D 0,075 D 0,850 D 0,125 D 0,750 D - -
Pada kopling ini, jenis spline yang direncanakan adalah spline dengan
jumlah 10 (sepuluh) buah pada kondisi meluncur saat dibebani (to slide when
under load). Dari tabel 3.5 diperoleh data sebagai berikut :
Tinggi spline ( H ) :
H 0,095 D
0,095 40 3,8 mm
w 0,156 D
0,156 40 6,24 mm
D3 (40) 3
L 2
62,5 mm
ds (32) 2
D d s 40 32
rm 18 mm
4 4
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 30599,2
kg.mm
rm = jari - jari spline (mm)
maka :
30599,2
F
18
1699,96 kg
F
t
iH L
dimana :
t = tegangan tumbuk ( kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah gigi spline
L = panjang spline (mm)
H = tinggi spline (mm)
maka :
1699,96
t
10 3,8 62,5
0,716 kg / mm 2
Jika tegangan tumbuk yang bekerja ( t ) lebih kecil dari tegangan tumbuk izin (
ti ) maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan tumbuk.
B 72
ti 7,2 kg / mm 2
i 10
Dari hasil diatas diperoleh harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan
tegangan tumbuk kerjanya ( t ti ), sehingga spline aman dari kegagalan
tegangan tumbuk.
F
g
i w L
dimana : g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
maka :
1699,96
g
10 6,24 62,5
0,436 kg / mm 2
Jika tegangan geser izin ( gi ) lebih besar dari tegangan geser kerjanya ( g ),
maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan geser. Tegangan
geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
gi 0,577 ti
Tegangan geser untuk bahan S55C-D jauh lebih besar dari tegangan geser
kerjanya ( gi g ), sehingga spline aman dari tegangan geser.
Sesuai dengan spesifikasi spline yang telah ditentukan pada bab sebelumnya,
maka data untuk ukuran naaf adalah :
Tinggi naaf ( H ) :
H 0,095 D
0,095 40 3,8 mm
w 0,156 D
0,156 40 6,24 mm
sedangkan panjang naaf diperoleh dari :
D3 (40) 3
L 2
62,5 mm
ds (32) 2
dan jari - jari rata - rata naaf adalah :
D d s 40 32
rm 18 mm
4 4
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada naaf (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 30599,2
kg.mm
rm = jari - jari naaf (mm)
maka :
30599,2
F
18
1699,96 kg
F
t
iH L
dimana :
t = tegangan tumbuk ( kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada naaf (kg)
i = jumlah gigi naaf
L = panjang naaf (mm)
H = tinggi naaf (mm)
maka :
1699,96
t
10 3,8 62,5
0,716 kg / mm 2
Jika tegangan tumbuk yang bekerja ( t ) lebih kecil dari tegangan tumbuk izin (
ti ) maka naaf yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan tumbuk.
B 72
ti 7,2 kg / mm 2
i 10
Dari hasil diatas diperoleh harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan
tegangan tumbuk kerjanya ( t ti ), sehingga naaf aman dari kegagalan tegangan
tumbuk.
F
g
i w L
maka :
1699,96
g
10 6,24 62,5
0,436 kg / mm 2
Jika tegangan geser izin ( gi ) lebih besar dari tegangan geser kerjanya ( g ),
maka naaf yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan geser. Tegangan
geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
gi 0,577 ti
START
1. Diameter poros : ds = 32
7.
0,716 7,2
10.
4,154 0,436
STOP
END
3.3. Plat Gesek
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Diketahui : N = 136 PS
n = 3500 rpm
ds = 32 mm ( diameter poros )
Dimana : 1 PS = 0,735 kW
Maka :
P = 136 x 0,735 kW
P = 99,96 kW
Daya rencana Pd :
Pd fc P
Pd
T 9,74 x10 5
n
109,96
T 9,74 x10 5
3500
T 30599,2 kg mm
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
Berdasarkan tabel 3.6 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
tekanan permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa 0,02 kg / mm 2
maka :
2
F
4
D2 D12 Pa ..................... ( Lit 1, hal 62 )
4
3,14 2
1 0,8 2 D22 0,02
0,00565 D 22
rm D1 D2 / 4
0,8 1 D2 / 4 0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.6 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
koefisien gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
30599,2
D2 3 3 60175418
508,5 10 6
D2 391,86 392 mm
D1 0,8 D2
0,8 392 313,6 314 mm
Tabel 3.7. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
0,1668 kg m 2
Momen start :
GD 2 n r
Ta Tl1 .................... ( Lit 1, hal 67 )
375 t e
dimana :
Ta = momen start (kg.m)
GD 2 n r
t ae
375 Ta Tl1
0,1668 3500
375 35,79 30,5992
0,299 s
t ae te
Tabel 3.9. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dengan mengambil nomor tipe kopling 32, maka dapat diambil volume
keausan yang diizinkan dari tabel 3.9. sebesar :
32 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
63,5 0,6 27,5
80 cm 3
START b a
2. Faktor koreksi : fc =
1,1 11. Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 0,299 s
12.
>
4. Momen puntir rencana : T = 30599,2 kg.mm
<
5. Diameter dalam : D1 = 314 mm
Diameter luar : D2 = 392 mm
Jari - jari : rm = 0,45 D2
13. Bahan gesek paduan tembaga
sinter
Volume keausan
yang diizinkan : L3 = 80 cm3
6. Gaya tekanan gesekan : F = 0,00565 D22 Laju keausan permukaan :
w = 4x10-7 cm3/kg.m
b a
3.4. Pegas
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga
d d
diambil 4, sehingga diperoleh :
D
4
d
32
4 d 8
d
Beban maksimum Wl :
T D / 2 Wl ..................... ( Lit 1, hal 72 )
maka :
T
Wl
D / 2
30599,2
2549,93 kg
32 / 2
Tegangan geser :
T
T
Zp 16 d 3
30599,2
304,92
3,14 8 3 kg / mm 2
16
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615
K ..................... ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
444 4
1,4
8 Wl D
a K
d3
dimana :
D = diameter rata - rata pegas (mm)
Wl = Beban maksimum (kg)
maka :
8 2549,93 32
a 1,4
3,14 8 3
568,45 kg / mm 2
< a
Tegangan rencana :
d B 0,8
115 0,8 92 kg / mm 2
Kontruksi pegas :
Wl
k
o
2549,93
127,49 kg / mm
20
Ledutan pegas :
Gd4
k
8n D 3
8000 8
4
127,49
8n 32
3
8n 7,84
n 0,98 1
Maka :
1
o
n
1
20 20 mm
1
20 18 20 , baik
2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 4
Diameter kawat : d = 8 mm
6.
<
7. Lendutan total : δ = 20 mm
STOP
END
>
3.5. Bantalan
32 30
D 55 62 55
35 30
D 57,8 mm
32 30
B 13 14 13
35 30
B 13,4 mm
32 30
r 1,5 1,5 1,5
35 30
r 1,5 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik C :
32 30
C 1030 1250 1030
35 30
C 1118 kg
32 30
C o 740 915 740
35 30
C o 810 kg
Fa
Untuk bantalan bola alur dalam 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.12 di
Co
bawah ini :
Fa C o 0,014
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
11,34
59,68 kg
1 0,19
P X Fr Y Fa
maka :
P 0,56 59,68 2,30 11,34
59,502 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
1/ 3
33,3
fn
n
1/ 3
33,3
fn 0,175
6500
C
fh fn
P
1118
0,175 3,288
59,502
Lh 500 f n
3
START
>
STOP
END
3.6. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box, pengikat poros penggerak, pengikat penutup kopling. Untuk
menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat
gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian, dan
lain - lain.
Wd fc W
W d 1,2 59,502
71,4 kg
4 Wd
d1
a
4 71,4
d1
3,14 6
d 1 3,89 mm
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d 1 4,917 mm 3,89 mm dari tabel
3.13 di atas.
diameter luar d 6 mm
diameter inti d 1 4,917 mm
jarak bagi p 1 mm
Wd
z
D2 H q a
71,4
z
3,14 5,350 0,541 3
z 2,62 3
Tinggi mur
H z p
H 3 1 3 mm
H
z'
p
3
z' 3
1
W
b (dimana k 0,84 )
d1 k p z
71,4
b 1,83 kg / mm 2
3,14 4,917 0,84 1 3
W
n (dimana j 0,75 )
D j pz
71,4
n 1,68 kg / mm 2
3,14 6 0,75 1 3
Diagram aliran baut dan mur
START b a
b
8. Diameter luar ulir dalam : D = 6 mm
Diameter efektif ulir dalam : D2 = 5,350 mm
Tinggi kaitan gigi dalam : H1 = 0,541 mm STOP
a END
D 1,6 d
maka : D 1,6 5 8 mm
K 0,6 d
maka : K 0,6 5 3 mm
p 1,5 d
D1 D2
rm
4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
D1 = diameter dalam plat gesek (mm)
D2 = diameter luar plat gesek (mm)
maka :
314 392
rm
4
176,5 mm
T
F
rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 30599,2
kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
maka :
30599,2
F
176,5
173,37 kg
b
i
v
37
= 4,11 kg / mm 2
9
3,14
A d2
4
3,14 2
5 19,625 mm 2
4
F'
g
A
7,22
0,37 kg / mm 2
19,625
Maka paku keling aman terhadap tegangan geser yang terjadi, dimana dapat
dibuktikan :
gi g
3,28 0,37
S TAR T
5. Faktor keamanan 9
6. Tegangan tarik : τb = 37
kg/mm2
10. τ > τ
> gi g
≤
11. Bahan paku keling Aluminium
Diameter paku keling : d = 5 mm
Banyaknya paku keling : n = 24
STOP
END
BAB 4
KESIMPULAN
1. Perhitungan Poros
4. Perhitungan Pegas
5. Perhitungan Bantalan
DAFTAR PUSTAKA