PENDAHULUAN
Berbicara mengenai kendaraan bermotor, kita tidak akan lepas dari suatu
komponen vital yang namanya kopling. Kopling adalah komponen yang berfungsi
untuk meneruskan putaran dan daya dari poros pengerak (driving shaft) ke poros
yang digerakkan atau sebagai sambungan poros dengan elemen mesin tertentu
secara terus menerus dan ikut berputar dengan poros penggerak.
Seiring dengan kebutuhan manusia akan kendaraan dan semakin majunya
ilmu teknologi, maka dituntutlah kendaraan yang nyaman, ekonomis, aman, serta
umur pakai yang panjang. Berumur pakai yang panjang yaitu umur pengoperasian
normal dari komponen - komponen kendaraan seperti mesin penggerak, rangka,
pemindahan daya termasuk kopling, hingga ke perawatan dan perbaikan dimana
komponen - komponen tersebut telah mengalami penurunan kemampuan
operasionalnya.
Tulisan ini dibuat untuk dapat mengetahui bagaimana cara / prinsip kerja
pada kopling. Perencanan kopling ini diambil dari data kopling mobil Suzuki
Ertiga. Dan ini merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa fakultas teknik program studi teknik mesin UMSU untuk mencapai
gelar sarjana teknik.
1. Memindahkan putaran poros engkol ke poros sistem roda gigi yang sedang
berhenti atau pada putaran rendah tanpa terjadi gesekan.
2. Memindahkan torsi maksimum untuk mengopelnya ke transmisi tanpa terjadi
pengurangan kecepatan.
3. Memisahkan hubungan mesin dengan transmisinya pada saat kecepatan satu
atau duanya sedang berputar untuk mengganti gigi ataupun sewaktu berhenti
secara tiba - tiba.
1.2. Tujuan Perencanaan
a. Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan
secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut
terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Berbeda dengan kopling tidak tetap yang dapat dilepaskan dan
dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan
terhubung.
a. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu
segaris. Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan transmisi
umum dipabrik - pabrik.
Kopling Bus
Kopling ini digunakan apabila dua buah poros saling disambungkan
sentrik dengan teliti. Pada konstruksinya ujung poros pada kopling ini
harus dirapikan dan distel satu terhadap yang lainnya dengan teliti,
juga pada arah memanjang. Kopling ini sering digunakan pada
bubungan, baling - baling kapal dan juga pada poros baling - baling.
Kopling bus seperti terlihat pada gambar di bawah ini
b. Kopling Luwes
Mesin - mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling
kaku memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua poros yang
saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus, selain itu getaran dan
tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara poros penggerak dan
yang digerakkan tidak dapat diredam sehingga memperpendek umur mesin
serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kelemahan -
kelemahan tersebut dapat digunakan kopling luwes terutama bila terdapat
ketidak lurusan antara sumbu kedua porosnya.
Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi - gigi yang
dihubungkan dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan
dengan menggunakan baut. Pada kopling ini terdapat tempat untuk
memasukkan minyak. Kopling ini digunakan pada mesin pengaduk
beton.
Kopling gigi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
d. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif(tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar,
yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi
dapat meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran
saja. Kopling cakar seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
3.1. Poros
ds
Dimana : 1 Ps = 0,735 kW
P = 104 x 0,735 kW
P = 76,44 kW
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel
3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )
Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,0 76,44
76,44 kW
Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
Pd
T 9,74 x10 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n
76,44
T 9,74 x10 5
6000
T 12408,76 kg mm
B
Tegangan geser yang di izinkan a
sf 1 sf 2
dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm²)
(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME ( lit 1 hal 8 )
spline
pada poros, harga sebesar 1,3 - 3,0 maka di ambil 2,5 ( lit 1 hal 8 )
= 3,47 kg / mm 2
(diambil 1,2).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 - 3,0
(diambil 1,5)
maka :
1/ 3
5,1
ds 1,5 1,2 12408,76
3, 47
Pada diameter poros di atas 35 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada poros
adalah :
5,1 T
......................... ( Lit 1, hal 7 )
d s3
dimana :
maka : START
5,1 12408,76
1. 30 3 Daya yang ditransmisikan : P =
69,83 kW
Putaran poros : n1 = 6000 rpm
63284,676
54872
2. Faktor koreksi : fc = 1,0
1,15 kg / mm 2
3. Daya rencana : Pd = 69,825 kW
8. Diameter poros : ds = 30 mm
10.
<
STOP
END
3.2. Spline dan Naaf
ds
d2
0,81
30
d2 37,04 mm 38 mm
0,81
Spline yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.) antara lain :
Jumlah ( i ) = 8 buah
Lebar ( b ) = 6 mm
Diameter luar ( d2 ) = 38 mm
d2 ds
Tinggi ( H ) =
2
38 30
= = 4 mm
2
3
d2
Panjang ( L ) = 2
ds
38 3
= = 60,97 mm
30 2
d2 ds
Jari - jari ( Rm ) =
4
38 30
= = 17 mm
4
T
F
Rm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 12408,76
kg.mm
Rm = jari - jari spline (mm)
maka :
12408,76
F
17
729,92 kg
F
g
i w L
dimana :
g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)
maka :
729,92
g
8 19 60,97
0,0789 kg / mm 2
Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :
F
P
iH L
729,92
8 4 60,97
0,374 kg / mm 2
Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 52 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 – 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
gi 0,8 trk
dimana :
52
trk 5,2 kg / mm 2
10
maka :
gi 0,8 5,2 4,16 kg / mm 2
Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi. Dimana dapat
dibuktikan :
gi g
4,16 0,078
Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan
Diagram aliran spline dan naaf
START a
10.
3. Tinggi : H = 4 mm, jari-jari : Rm = 17 mm
END
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada temperatur
tinggi yaitu sampai sekitar 200oC. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Diketahui : p = 104 PS
n = 6000 rpm
ds = 30 mm ( diameter poros )
Dimana : 1 PS = 0,735 kW
Maka :
P = 104 x 0,735 kW
P = 76,44 kW
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 76,44
76,44 kW
Pd
T 9,74 x10 5
n
76,44
T 9,74 x10 5
6000
T 12408,76 kg mm
Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek
4
1 0,8 2 D22 0,02
3,14 2
0,00565 D 22
rm D1 D2 / 4
0,8 1 D2 / 4 0,45 D2
Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
koefisien gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
12408,76
D2 3 3 24402674,53
508,5 10 6
D 2 290,05 290 mm
D1 0,8 D 2
0,8 290 232 mm
Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 30 dari tabel di atas.
maka :
30 20
GD 2 0,0882 0,2192 0,0882
40 20
0,0882 0,5 0,131
0,1537 kg m 2
Momen start :
GD 2 n r
Ta Tl1 .................... ( Lit 1, hal 67 )
375 t e
dimana :
Ta = momen start (kg.m)
GD 2 n r
t ae
375 Ta Tl1
0,1537 6000
375 19,53 11,334925
0,3 s
t ae te
Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Batas keausan
2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
permukaan (mm)
Volume total pada batas
7,4 10,8 22,5 33,5 63,5 91,0 150 210
keausan (cm3)
Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga
Dengan mengambil nomor tipe kopling 30, maka dapat diambil volume
keausan yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
30 20
L3 63,5 91,0 63,5
40 20
START b a
63,5 0,5 27,5
77,25 3
Daya yang ditransmisikan : P = 69,83cm
kW 10. Pemilihan tipe kopling
Nomor tipe kopling 30
Puratan poros : n1 = 6000 rpm
Momen gesekan statis : Tso = 30 kg.m
2. Faktor koreksi : fc =
1,0 11. Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 0,3 s
12.
>
4. Momen puntir rencana : T = 11334,925 kg.mm
<
5. Diameter dalam : D1 = 226 mm
Diameter luar : D2 = 282 mm
Jari - jari : rm = 0,45 D2
13. Bahan gesek paduan tembaga
Diagram aliran kopling plat gesek sinter
Volume keausan
yang diizinkan : L3 = 77,25 cm3
6. Gaya tekanan gesekan : F = 0,00565 D22 Laju keausan permukaan :
w = 4x10-7 cm3/kg.m
b a
3.4. Pegas
Hf
Gambar. 3.4. Pegas Kejut
D D
harga perbandingan berkisar antara 4 - 8. Dalam rancangan ini, harga
d d
diambil 4, sehingga diperoleh :
D
4
d
28
4 d 7
d
Beban maksimum Wl :
T D / 2 Wl ..................... ( Lit 1, hal 72 )
maka :
T
Wl
D / 2
11334,925
809,64 kg
28 / 2
Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615
K ..................... ( Lit 1, hal 316 )
4c 4 c
4 4 1 0,615
44 4 4
1,404
Tegangan geser :
T T
Zp / 6 d 3
11334,925
3,14 / 6 7 3
63,15 kg / mm 2
Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan geser maksimum yang
diizinkan a 65 kg / mm 2 , Modulus geser G 8000 kg / mm 2 (berdasarkan
tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm 2
Wl
k
809,64
40,48 kg / mm
20
Gd4
k
8n D 3
8000 7
4
40,48
8n 28
3
8n 21,62
n 2,7 3
Lendutan total :
1
t 20 6,67 mm
3
Tinggi bebas H f :
H c n 1,5 d
4 1,5 7 38,5 mm
Cl = 0,2 – 0,6 mm, diambil 0,4 mm
C l H l H c / n 1,5
Maka :
H f Hl
20 H f 40,7
H f 40,7 20 60,7 mm
C s H s H c / n 1,5
H s 46,75 mm
o H f Hs
60,7 46,75
13,95 mm
Wo H f H s k
564,7 kg
Lendutan efektif h :
h o
20 13,95
6,05 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 – 2,0 mm, maka diambil
C s 1,5 mm
Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 – 0,6 mm, maka diambil
C l 0,4 mm
Hf /D 5
60,7 / 28 5
2,17 < 5
Diameter kawat d 7 mm
Bahan pegas SUP 4 ( Baja pegas ) perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja n 3
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h 6,05 mm
Lendutan total 20 mm
Tinggi tekan H c 38,5 mm
Beban awal terpasang Wo 564,7 kg
Diagram aliran pegas
START b a
<
T
7. Jumlah lilitan yang bekerja : n = 3
16.
STOP
END
3.5. Bantalan
Fa
Untuk bantalan bola alur dalam 0,014 (direncanakan) dari tabel 3.11. di
Co
bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar pd putar pd tunggal Baris Baris
Jenis bantalan cincin cincin e tunggal ganda
Fa / VFr > e Fa /VFr ≤ e Fa /VFr > e
dalam luar
V X Y X Y X Y X0 Y0 X0 Y0
Fa /C0 = 0,014 2,30 2,30 0,19
= 0,028 1,99 1,99 0,22
= 0,056 1,71 1,71 0,26
Bantalan
= 0,084 1,55 1,55 0,28
bola alur = 0,11 1 1,2 0,56 1,45 1 0 0,56 1,45 0,30 0,6 0,5 0,6 0,5
dalam = 0,17 1,31 1,31 0,34
= 0,28 1,15 1,15 0,38
= 0,42 1,04 1,04 0,42
= 0,56 1,00 1,00 0,44
Fa C o 0,014
Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr dengan
menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr
Fa
maka : Fr
ve
10,36
54,53 kg
1 0,19
Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan
di bawah ini :
P X Fr Y Fa
maka :
P 0,56 54,53 2,30 10,36
54,37 kg
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :
1/ 3
33,3
fn
n
1/ 3
33,3
fn 0,177
6000
C
fh fn
P
1030
0,177 3,35
54,37
Lh 500 f h
3
6. Lh atau Ln : Lha
<
STOP
END
3.6. Baut dan Mur
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur sebagai
alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.
Wd fc W
W d 1,2 54,37
65,244 kg
(difinis tinggi)
4 Wd
d1
a
4 65,244
d1
3,14 6
d 1 3,72 mm
Dipilih ulir metris kasar diameter inti d 1 4,917 mm 3,72 mm dari tabel
3.12. di atas.
Tinggi mur
H z p
H 3 1 3 mm
3
z' 3
1
Wd
b (dimana k 0,84 )
d1 k p z
65,244
b 1,68 kg / mm 2
3,14 4,917 0,84 1 3
Wd
n (dimana j 0,75 )
D j pz
65,244
n 1,54 kg / mm 2
3,14 6 0,75 1 3
Tegangan geser akar ulir baut b dan tegangan geser akar ulir mur n lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a , maka baut dan mur yang
direncanakan aman terhadap tegangan geser.
Bahan baut dan mur baja liat dengan kadar karbon 0,22 %.
Diameter nominal ulir : Baut = M 6, Mur = M 6, tinggi mur = 3 mm.
Diagram aliran baut dan mur
START b a
b
8. Diameter luar ulir dalam : D = 6 mm
Diameter efektif ulir dalam : D2 = 5,350 mm STOP
Tinggi kaitan gigi dalam : H1 = 0,541 mm
END
a
D 1,6 d
1,6 5 8 mm
Lebar kepala paku keling :
K 0,6 d
0,6 5 3 mm
Karena paku keling terletak di tengah - tengah kopling plat gesek, sehingga :
D1 D2
rm
4
dimana :
rm = jarak paku keling dari sumbu poros (mm)
D1 = diameter dalam plat gesek (mm)
D2 = diameter luar plat gesek (mm)
maka :
226 282
rm
4
127 mm
dimana :
F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)
T = momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 11334,925
kg.mm
rm = jarak antara paku keling (mm)
maka :
11334,925
F
127
89,25 kg
F
F'
n
dimana :
F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)
F = gaya yang diterima seluruh paku keling (kg)
n = banyaknya paku keling yang direncanakan
maka :
89,25
F' 3,72 kg
24
37
= 4,11 kg / mm 2
9
3,14
A d2
4
3,14 2
5 19,625 mm 2
4
F'
g
A
3,72
0,19 kg / mm 2
19,625
gi 0,8 i
gi g
3,28 0,19
Diagram aliran paku keling
S TAR T
5. Faktor keamanan 9
6. Tegangan tarik : τb = 37
kg/mm2
10. τ > τ
gi g
11. Bahan paku keling Aluminium
Diameter paku keling : d = 5 mm
Banyaknya paku keling : n = 24
STOP
END
BAB 4
KESIMPULAN
1. Perhitungan Poros
4. Perhitungan Pegas
5. Perhitungan Bantalan
Diameter bantalan ( D ) = 75 mm
Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) = 96,96 kg
Umur nominal bantalan ( Lh ) = 13635,45 jam
Diameter luar ( D ) = 7 mm
Diameter efektif ( D2 ) = 6,350 mm
Diameter dalam ( D1 ) = 5,917 mm
Diameter inti ( d1 ) = 5,917 mm
Jarak bagi ( p ) = 1 mm
Tinggi kaitan ( H1 ) = 0,541 mm
Tinggi mur ( H ) = 4 mm
DAFTAR PUSTAKA