Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PEMBONGKARAN/PERAKITAN TRANSMISI SABUK


GILIR (GEAR BELT)

Disusun oleh:
Farid Arya Nugraha (07)
Haryanto Setyo Nugroho (08)
Hasyim Asyari (09)
Helmi Alfian (10)
Ikhsan Muzaki (11)
Khairul Faza (12)

TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN


PROGRAM D4
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
SEMARANG
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu sistem transmisi yang sering digunakan adalah dengan
menggunakan sabuk (belt), yaitu sabuk dari karet yang dihubungkan dengan puli
untuk menghantarkan daya dan putaran dari satu poros ke poros lainnya. Keuntungan
penggunaan sabuk adalah harganya yang murah, pemasangannya mudah, dan tidak
memerlukan pelumasan.
Sabuk yang umum digunakan adalah sabuk dengan penampang trapesium,
atau disebut juga sabuk V. Akan tetapi pada penggunaan sabuk V ini, terdapat
kelemahan, yaitu putaran yang dihantarkan tidak dapat konstan, karena terjadi slip
antara sabuk dengan pulinya, apalagi jika telah digunakan untuk waktu yang cukup
lama. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibuatlah suatu sabuk dengan profil gerigi
pada permukaannya, yang disebut sabuk gigi. Dengan adanya gigi pada permukaan
sabuk, yang kemudian mengait pada puli yang mempunyai gigi yang berdimensi
sama, maka putaran yang dihantarkan oleh sistem transmisi tersebut dapat konstan.
Pada perencanaan suatu sistem transmisi sabuk gigi terdapat banyak hal yang
harus dipertimbangkan tahap demi tahap, dalam tiap pertimbangannya diperlukan
kecermatan dan ketelitian dalam setiap perhitungannya. Karena banyaknya faktor
yang terlibat, terkadang seorang yang ingin merencanakan suatu alat/mesin dengan
suatu sistem transmisi daya di dalamnya menjadi kesulitan, apalagi ditambah dengan
banyaknya perhitungan yang harus dikerjakan. Bahkan seringkali seluruh perhitungan
yang yelah dikerjakan menjadi tidak berguna karena adanya persyaratan desain yang
tidak terpenuhi pada tahap akhir perencanaan, sehingga perhitungan dan
perencanaannya harus diulangi kembali dari awal. Dalam perencanaan juga perlu
diperhatikan tentang grafik, tabel, dan gambar yang menjadi persyaratan perencanaan,
sehingga kalau masih menggunakan buku maka diperlukan waktu untuk mencari
grafik, tabel, atau gambar yang cocok.

1.2 Tujuan praktikum


Pada akhir pelajaran praktek ini,diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menunjukan bagaimana sabuk gilir digunakan dengan cara yang tepat
b. Mengenal nama, tipe dan komposisinya
c. Membongkar sabuk gilir dengan cara yang benar
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sabuk gilir


Sabuk bergigi merupakan elemen transmisi dengan bentuk gabungan antara
rantai dan shaft rata, digerakan dengan sproket pada jarak pusat mencapai 2 meter dan
meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan 1:1 sampai 6:1. Sabuk ini
digunakan secara luas dalam industri mesin jahit, komputer, mesin fotokopi dan
sebagainya.Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsungdengan roda gigi. Dengan demikian, cara transmisi putaran atau
daya yang lain dapatditerapkan, dimana sebuahsabuk luwes atau rantai dibelitkan
sekeliling puli atau sproket pada poros. Sabuk bergigi merupakan elemen transmisi
dengan bentuk gabungan antara rantai dan shaft rata

2.2 Bahan sabuk gilir


jenis sabuk ini terbuat dari plastik polyurethane/karet neopren dengan bagian
inti/bagian pembawa beban terletak di zona netral (zona bebas deformasi) dari kawat
baja yang digulung secara memanjang/aksial. Gaya keliling fu yang dipindahkan dari
pulley yang satu ke pulley yang lain oleh sabuk ini dapat mencapai 5000N
2.3 tegangan awal sabuk gilir
Untuk mengetahui tegangan yang tepat, dapat ditentukan berdasarkan tipe
sabuk dan lebar sabuk . Tipe sabuk berdasarkan pada kisar (pitch) gigi sabuk :

2.5 Perencanaan Sabuk belt


Sabuk gigi menghantarkan daya dan dan putaran dengan memanfaatkan gigi
yang ada pada permukaan sabuk, yang kemudian dikaitkan dengan pulli yang
mempunyai juga dengan profil yang sama. Tipe tipe sabuk gigi yang ada adalah tipe
XL, L, H, XH, dan XXH. Profil dari suatu sabuk gigi dapat dilihat pada gambar.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1. ALAT DAN BAHAN


1) Kunci pas dan kunci ring
2) Jangka sorong
3) Treker
4) Kunci jangkar
5) Kunci sok
6) Palu besi
7) Palu plastik

2. Langkah Kerja
a) Pembongkaran
 Kendorkan baut tutupbantalan
 Angkat tutup bantalan
 Angkat tutup bagian atas
 Angkat poros
 Angkat ring antara/spacer
 Kendorkan baut bantalan kaki
 Angkat pelan dasar dan sim

b) Pemeriksaan dan perawatan


 Bersihkan semua komponen
 Periksa komponen dari keausan
 Periksa diameter poros
 Batas toleransi dengan tabel iso
 Periksa keausan sabuk gilir
c) Perakitan
 Tentukan jarak yang diperlukan antara blok bantalan
 Pasang bantaan pada lokasi yang benar pada poros
 Letakan komponen bantalan dari blok bantalan pada kerangka
bantalan
 Setel poros agar sejajar
 Kencangkan blok bantalan
d) Penyetelan
 Penyetelan sabuk gilir
 Penyetelan roda gigi sabuk gilir
BAB IV
ANALISI DAN DATA

4.1 FOTO PRAKTIKUM

Mesin Penggerak Differential

Sabuk Gulir

Pulley dan Differential


Driven Pulley

Rangkaian Belt, Pulley, Differential dan Poros

4.2 Analisis Data


Setelah dilakukan praktikum, untuk belt dengan tipe b didapatkan data tension
belt sebesar 4 pound, hal itu masih dalam rentang toleransi yang ada pada referensi
buku pedoman dengan tipe b minimal tension 4 pound dan maksimal 6 pound
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
 Memasang sabuk gulir yang benar yaitu dengan mendekatkan kedua poros,
kemudian memasang belt gulir pada pulley lalu di jauhkan. Untuk
kekencangan belt sudah tepat, bias menggunakan tension meter
 Merawat sabuk gulir yaitu dengan cara mengecek kekencangan sabuk tersebut
dan memberi cairan khusus untuk sabuk belt, dan juga selalu mengecek
kondisi fisik belt dengan waktu yang ditentukan
 Tipe sabuk gulir menurut ukurannya ada XL (extra light), L (light), H (heavy),
XH (extra heavy), XXH (extra-extra heavy)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERCOBAAN

4.1HASIL DATA DAN PERCOBAAN

No Komponen Nilai
1 Diameter Poros 40 mm
2 Diameter dalam selubung 40,1 mm
Penyimpangan kemiringan (spirit
3 level) 1,4 mm
4 Penggunaan sim bearing 1 : 0,25 mm
bearing 2 : 2,0 mm

4.2 Analisis Data


a. Pada saat belum diganjal sim, poros dan selubung diberi pewarna biru sebagai
tanda, kemudian poros di pasang dan diputar beberapa kali. Saat poros kembali
dibuka ternyata tinta warna biru yang tadi diberikan ada yang hilang atau pudar
yang menandakan ada bagian poros yang bergesekan dengan blok bantalan tapi
dibagian blok yang lain ada juga tinta yang tidak hilang atau pudar ini
menandakan terjadinya penyimpangan poros tidak dapat berputar dengan
mulus.

Blok diberi pewarna biru :


Hasil dari poros dipasang, diputar beberapa kali kemudian dilepas kembali.

Setelah diganjal dengan sim ketika di cek dengan spirit level (dalam keadaan
gelembung air berada di tengah tengah) poros dan blok diberi tinta biru kemudian
diputar. Setelah dibuka tinta biru hilang yang menandakan poros dan blok
mengalami gesekan, maka dengan ini dapat dinyatakan poros dan blok berputar
dengan mulus.

b. Sim yang digunakan


Penggunaan sim pada bearing 1 adalah 3 lembar sim = 0,25 mm
Penggunaan sim pada bearing 2 adalah 2 lembar sim = 2,0 mm
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
 Memeriksa kelurusan anatata blok satu dengan blok dua bisa menggunakan
alat yang bernama spirit level
 Sedangkan untuk penambahan sim bisa disesuaikan kemiringan air yang
bisa dilihat dalam spirit level
Data Hasil Pengukuran besar Diameter Poros 1 dan Poros 2

Mengukur kesejajaran meja dan poros dengan menggunakan Spirit Level

5. Analisa data
Poros 1 :
Perbedaan ukuran pada diameter poros 1 disebabkan karena banyak faktor
diantaranya adalah poros aus, poros

Pada pengukuran pertama dan ketiga dapat dilihat bahwa jarum bergerak
berlawanan arah dengan arah jarum jam, sehingga ujung blok harus disisipi
pelat/sim.
*pada pengukuran ke-dua dan ke-empat dapat dilihat bahwa jarum bergerak searah
jarum jam, sehingga pangkal blok harus disisipi pelat/sim.

Perbedaannya menggunakan dial indikator menggunakan dial indikator 1 µm,


menunjukkan 0,086 mm. sedangkan dengan dial indikator 0,01 mm. Menunjukkan
0,08 mm. Sehingga didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan dial indikator 1
µm lebih teliti dibanding dial indikator 0,01 mm.
6. Kesimpulan :

-Merakit poros dengan kondisi sejajar terhadap bidang datar dapat dilakukan
dengan memperhatikan poros terhadap bidang referensi yang digunakan.

-Memeriksa kesejajaran poros terhadap bidang datar dilakukan dengan


menggunakan dial indikator, bila jarum bergerak berlawanan arah jarum jam
maka ujung benda harus diangkat deng mengganjal ujung blok, begitu
sebaliknya.

- Dalam praktikum ini pengukuran yang kami lakukan


LAMPIRAN
1.

Poros 1 Poros 2
Nilai Nilai
Perbedaa Diijinkan/Tida Perbedaa Diijinkan/Tida
Pengukuran n k Diijinkan Pengukuran n k Diijinkan
X1 = 39,950 0.015 X1 = 39,940 0,015
mm mm Diijinkan mm mm Diijinkan
Kondisi X2 = 39,965 0,005 X2 = 39,950
mm mm Diijinkan mm 0 mm Diijinkan
yang X3 = 39,960 0.001 X3 = 39,950 0,005
diminta mm mm Diijinkan mm mm Diijinkan
: X4 = 39,950 X4 = 39,950
2. T mm 0 mm Diijinkan mm 0,01 mm Diijinkan
o X5 = 39,950 X5 = 39,940
l mm 0 mm Diijinkan mm 0 mm Diijinkan
e X6 = 39,950 X6 = 39,940
r mm 0,01 mm Diijinkan mm 0,01 mm Diijinkan
X7 = 39,960 X7 = 39,950
a
mm 0 mm Diijinkan mm 0,05 mm Diijinkan
n X8 = 39,960 X8 = 39,955
s mm 0,02 mm Diijinkan mm 0,05 mm Diijinkan
i X9 = 39,940 X9 = 39,950
m mm 0 mm Diijinkan mm 0,01 mm Diijinkan
a X10 = 39,94 X10 = 39,940
x Jumlah mm mm
. Rata
k rata 399,525 399,940 mm
e 39,95 39,975 mm
s
e
j
a
j
a
r
a
n

0
,
0
5

m
m
3.
4.
5.
Persamaan yang digunakan :
 Skala dial indikator I = 1 µm 1 : 1 µm
 Skala dial indikator II = 0,01 mm 1 : 0,01 mm
Data pengukuran : Skala dial indikator I = 1 µm
Nilai perbedaan Diijinkan atau tidak
Pengukuran Perbedaan (mm)
(mm) perbedaannya
1 0 – 0,056 0,086 Tidak
2 0 + 0,012 0,127 Tidak
3 0 – 0,043 0,025 Ya
4 0 + 0,045 0,068 Tidak
Data pengukuran : Skala dial indikator II = 0,01 mm
Nilai perbedaan Diijinkan atau tidak
Pengukuran Perbedaan (mm)
(mm) perbedaannya
1 0 – 0,08 0,08 Tidak
2 0 + 0,10 0,1 Tidak
3 0 – 0,02 0,02 Ya
4 0 + 0,06 0,06 Tidak
Hasil : pengukuran yang perbedaannya di ijinkan adalah pengukuran ke 3

Penyetelan : bila pada ujung B jarum pada dial indikator bergerak searah jarum jam maka
bagian pangkal blok harus diganjal, begitu juga sebaliknya, bila berlawanan arah jarum
jam, maka bagian ujung blok yang diganjal.

Poros 1 Poros 2
Meja 0,32 mm 0,32 mm
Poros 0,04 mm Tidak Sejajar 0,06 mm Tidak Sejajar

Penyimpangan 0,28 mm 0,26 mm

Anda mungkin juga menyukai