Tipe sistem kemudi secara manual yang pertama dan sering digunakan pada
beberapa jenis mobil yang ada di dunia ini adalah Rack and Pinion. Yang dimana
jenis ini memiliki cara kerja yang bisa dibilang cukup baik. Karena pada saat
steering wheel diputar, maka pinion pun akan ikut berputar. Dan putaran tersebuta
kan di gunakan untuk mengggerakan rack dari sisi samping ke samping.
Sesampainya disini, gerakan tersebut akan di teruskan melalui komponen tie rod ke
bagian lengan nakel pada bagian roda-roda depan. Dengan begitu roda pun akan
tertekan dan tertarik yang membuatnya bisa mengikuti arah gerakan steering wheel
baik ke arah kanan ataupun ke arah kiri.
Perpindahan momen yang dibutuhkan jauh lebih baik dan lebih ringan.
Singgungan antara gigi rack dan gigi pinion dilakukan secara langsung.
Kekurangan Sistem Kemudi Manual Rack and Pinion
A. Saat melaju di jalan datar dengan kecepatan agak tinggi (jalan tol), roda depan sulit
dikendalikan.
Kemungkinan Penyebab
1. Pada kemudi terdapat gerak bebas. Gerak bebas adalah gerak yang tidak mengakibatkan
roda depan bergerak ke kiri atau ke kanan. Gerak bebas normal sekitar 10-30 mm gerak
busur setir. Gerak bebas setir yang terlalu besar dapat menimbulkan masalah seperti di atas.
Periksa gerak bebas setir dengan mendongkrak bagian depan kendaraan hingga kedua
roda terangkat. Periksa sistem kemudi. Jika ada sambungan longgar, kencangkan. Jika ada
yang rusak, ganti segera. Bagian sistem kemudi yang perlu diperiksa :
Kondisi roda kiri dan kanan tidak sama. Demikian pula kondisi bantalannya.
Salah satu rem depan atau belakang menggesek.
Penyetelan kelurusan roda depan tidak tepat.
Gangguan pada pegas suspensi depan.
1. Pastikan tekanan kedua roda depan dan belakang telah sama. Periksa lingkar roda. Kondisi
telapak ban kiri dan kanan, depan dan belakang, harus sama. Kondisi roda yang tidak sama,
terlebih jika ekstrim, dapat membahayakan.
2. Rem yang bekerja tidak seragam juga dapat menyebabkan kendaraan cenderung bergerak
ke satu arah. Periksa daya cengkeram rem dan yakinkan rem telah lepas penuh saat pedal
rem tidak diinjak.
3. Periksakan kondisi kelurusan roda depan (front wheel alignment ) ke bengkel.
4. Periksa kondisi pegas dan suspensi roda depan jika ada kerusakan.
Kedua roda depan tidak seimbang atau terjadi kerusakan pada pelek.
Kondisi kedua roda depan tidak sama.
Penyetelan roda depan tidak tepat.
Ada bagian sistem kemudi yang aus.
1. Roda depan yang tidak seimbang menyebabkan setir bergetar. Roda yang tidak seimbang
harus diseimbangkan dengan memberi semacam pemberat pada pelek. Penyeimbangan
sebaiknya dilakukan dengan alat khusus di bengkel.
2. Kondisi kedua roda depan harus sama. Periksa kondisi telapak ban, tekanan ban, dan lingkar
ban.
3. Penyetelan kelurusan roda depan dapat dilakukan di bengkel.
4. Periksa bagian-bagian sistem kemudi bila ada kerusakan atau keausan atau kekurangan
pelumas pada bak roda gigi stir.
Rasio Roda Gigi, Torsi dan Kecepatan
Perhitungan tentang roda gigi ini memang terkadang cukup membingungkan karena banyak
faktor yang harus kita perhatikan. Hal ini tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi
siapa saja yang terlibat dalam dunia teknik mesin. Perhitungan roda gigi berpengaruh
kepada banyak hal, dari mulai kecepatan tempuh, akselerasi, deselerasi, torsi atau daya
dorong roda gigi, hingga tentang biaya produksi roda gigi. Roda gigi menjadi bagian dari
banyak hal didunia ini, dari hal yang berukuran besar, hingga hal kecil seperti halnya mesin
jam tangan. Artikel kali ini tidak akan jauh dari pembahasan tentang rasio roda gigi, torsi
dari perkaitan roda gigi, dan kecepatan, baik kecepatan putar roda hingga kecepatan
jangkauan roda.
Torsi
Torsi adalah ukuran dari kecenderungan gaya untuk memutar objek terhadap beberapa
sumbu. Torsi dapat diartikan hanya berkaitan dengan sumbu tertentu, jadi kita
membicarakan torsi tentang poros motor, torsi tentang axle (gandar), dan sebagainya.
Untuk menghasilkan torsi, gaya harus bekerja agak jauh dari titik sumbu atau pivot.
Misalnya, gaya yang diterapkan pada ujung pegangan kunci pas untuk memutar baut yang
terletak pada rahang di ujung kunci pas menghasilkan torsi tentang baut. Demikian pula,
suatu gaya yang diterapkan pada keliling roda gigi yang disatukan dengan poros
menghasilkan torsi tentang poros. Jarak tegak lurus d dari garis gaya ke sumbu disebut
lengan momen (moment arm).
Pada gambar dibawah, lingkaran mewakili roda gigi dengan jari-jari d. Titik di tengah
mewakili poros (A). Gaya F diterapkan pada tepi roda gigi, secara tangensial.
Gambar 1. Lengan Momen
Dalam contoh ini, jari-jari roda gigi adalah lengan momen. Gaya berlaku sepanjang garis
singgung roda gigi, sehingga tegak lurus terhadap jari-jari. Jumlah torsi A pada poros roda
gigi didefinisikan sebagai:
Rumus Torsi
𝛕τ=F×d
Kami menggunakan huruf Yunani Tau (τ) untuk mewakili torsi. Satuan SI (metrik) untuk gaya
adalah newton, dan satuan jarak adalah meter. Karena torsi adalah hasil perkalian gaya
dikali jarak, satuan torsi adalah Newton-meter.
Jangan membacanya sebagai newton per meter, yang akan menunjukkan pembagian, tetapi
gunakan istilah hyphen newton-meter, atau lebih baik lagi newton · meter, menunjukkan
bahwa itu adalah hasil perkalian.
Jadi, ingat gaya dan momen lengan (jarak), kita dapat menggunakan rumus tersebut untuk
menghitung besar torsi. Sebagai contoh, mengacu pada Gambar 1, jika kita memberi gaya F
sebesar 20 newton dan jari-jari d adalah 3 cm (0,03 meter), maka kita dapat menghitung
torsi pada poros A sebagai berikut:
Menghitung Torsi
𝛕τ=20Newton×0,03meter=0,6Newton.meter
Sebaliknya, jika kita sudah mengetahui torsi yang bekerja pada poros dan juga mengetahui
radiusnya (jari-jarinya), maka kita dapat menghitung gaya yang berlaku di sepanjang garis
singgung tepi roda dengan membagi torsi di bagi lengan momen. Ini berguna karena
memungkinkan kita untuk mengetahui gaya horizontal roda terhadap lantai, yang
mendorong roda untuk bergerak.
Rumus Gaya
F=τd
Sebagai contoh, masih merujuk pada Gambar 1, jika kita telah mengetahui bahwa torsi
sebesar 0,54 newton-meter ditetapkan pada poros A, dan jari-jari d adalah 3 cm, maka kita
dapat menghitung gaya pada tepi roda, tangensial pada roda gigi, yaitu:
Menghitung Gaya
F=0,54Newton.meter0,03meter=18Newton
Percepatan (Akselerasi)
Apa manfaat mengetahui gaya yang berlaku pada tepi roda? Karena itu memberi kita
informasi tentang seberapa cepat roda (baik pada kendaraan maupun robot yang memiliki
roda) akan berakselerasi.
Hukum Newton 2
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya.
a=Fm
Semakin besar gaya yang berlaku, semakin cepat objek akan berakselerasi. Jika kita
menggandakan gaya yang berlaku, maka laju akselerasi berlipat ganda, dan seterusnya.
Perhatian
Akselerasi atau percepatan tidak sama dengan kecepatan. Akselerasi adalah tingkat
perubahan kecepatan. Atau bisa disebut peningkatan kecepatan suatu objek. Akselerasi
negatif (deselerasi) adalah penurunan kecepatan suatu benda. Dalam sistem metrik, satuan
kecepatan yang umum adalah kilometer/detik. Dengan demikian, satuan akselerasi
adalah kilometer/detik/detik atau km/detik2. Atau sering dibaca sebagai "kilometer per detik
kuadrat". Perhatikan bahwa perhitungan percepatan berarti tidak memberi tahu kita
seberapa cepat objek tersebut akan bergerak; itu hanya memberitahu kita seberapa cepat
suatu objek bergerak hingga mencapai kecepatan tertentu.
Ketika serangkaian roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya dari penggerak ke
roda, roda gigi yang terhubung ke penggerak disebut driver gear atau gigi input, dan gigi
yang terhubung ke roda disebut driven gear atau gigi output. Secara umum, roda gigi yang
terletak di antara driver gear dan driven gear disebut idler gear.
Rasio roda gigi atau Gear Ratio (GR) adalah rasio jumlah gigi pada gigi output (yang
terhubung ke roda) ke jumlah gigi pada gigi input (yang terhubung ke penggerak atau
motor).
Ingat! - rasio roda gigi adalah rasio dari:
Karena rasio hanyalah cara lain untuk mengekspresikan pecahan, kita juga dapat menulis
rasio roda gigi sebagai:
GR=Output/Input=Driven/Driver
Secara ekivalen, ini adalah rasio keliling gigi output terhadap keliling gigi input, karena
jumlah gigi pada setiap gigi sebanding dengan lingkar gigi C. Juga, karena rumus untuk
keliling adalah C=πD dan diameter (D) adalah dua kali jari-jari (R) yang dapat kita tulis:
GR=πDo/πDi=Do/Di=2Ro/2Ri=Ro/Ri
Rasio roda gigi merupakan penjabaran rasio torsi output terhadap torsi input. Dengan
demikian, kita bisa mengalikan torsi poros penggerak (input) dengan rasio roda gigi untuk
menemukan torsi di poros roda (output).
TorsiRoda=TorsiPenggerak×GigiOutputGigiInput
TorsiRoda=TorsiPenggerak×GearRatio
Misal, jika torsi pada poros motor penggerak adalah 8 newton (newton adalah satuan
metrik untuk torsi), gigi yang menyatu dengan poros motor memiliki 16 gigi dan gigi yang
terpasang pada poros roda memiliki 48 gigi torsi pada poros roda adalah
TorsiRoda=8Newton×4816=24Newton
Sepertinya terlalu mudah jika kita sudah mengetahui torsi di poros penggerak dan ingin
mengetahui torsi di poros roda. Bagaimana jika kita hanya mengetahui torsi pada poros
roda dan ingin mengetahui torsi pada poros penggerak? Kita dapat mengalikan kedua sisi
persamaan dengan pembalikan dari Gear Ratio:
GigiInputGigiOutput×TorsiRoda=TorsiPenggerak×GigiOuputGigiInput×GigiInputGigiOutput
Kemudian, membatalkan beberapa syarat dan menukar sisi kanan dan kiri sehingga
persamaan menjadi:
TorsiPenggerak=TorsiRoda×GigiInputGigiOutput
Perpindahan daya melalui serangkaian roda gigi juga dapat mempengaruhi kecepatan
putaran. Dalam suatu sistem yang terdiri dari hanya dua roda gigi, gigi pemutar biasa
disebut dengan gigi input (driver gear), sedangkan gigi yang diputar sering disebut gigi
output (driven gear). Jika gigi input memiliki gigi lebih sedikit dari gigi output, maka gigi
input akan menyelesaikan setiap revolusi lebih cepat dari pada gigi output. Gigi output akan
berputar lebih lambat dari gigi input. Ini disebut Gearing Down. Jika gigi input memiliki
setengah jumlah gigi dari gigi output, gigi input akan berputar satu putaran penuh dalam
waktu yang sama dengan gigi output yang berputar baru setengahnya, sehingga gigi output
akan berputar setengah kecepatan gigi input.
Sedangkan, jika gigi input memiliki lebih banyak jumlah gigi dari pada gigi output, maka
terjadi sebaliknya. Dalam hal ini gigi output akan berputar lebih cepat dari pada gigi input.
Ini disebut Gearing Up. Jika gigi input memiliki dua kali lebih banyak gigi dari pada gigi
output, gigi input hanya berputar setengah putaran dan dalam waktu sama gigi output
berhasil berputar satu putaran penuh, sehingga gigi output akan berputar dua kali
kecepatan input.
Gambar 3. Gearing Up
Dengan memperhatikan jumlah gigi pada kedua gigi, jika kita tahu kecepatan rotasi gigi
input, maka kita dapat menghitung kecepatan rotasi gigi output dengan rumus sebagai
berikut:
KecepatanOutput=KecepatanInput×GigiInputGigiOutput
Karena roda gigi input dihubungkan langsung ke poros penggerak, roda gigi berputar pada
kecepatan rotasi yang sama seperti poros penggerak. Demikian pula, jika gigi ouput
terhubung langsung (melalui poros) ke roda, sehingga roda berputar pada kecepatan rotasi
yang sama dengan gigi ouput.
Misalnya, jika motor penggerak berputar pada 300 RPM (revolution per minute), yang
berarti 300 putaran per menit (300 rev/min atau dalam bahasa Indonesia 300
putaran/menit), sedangkan gigi input memiliki 8 gigi dan gigi output memiliki 24 gigi (ini
berarti gearing down), kecepatan rotasi roda dapat di hitung sebagai berikut:
KecepatanOutput=300RPM×824=100RPM
Sedangkan jika motor penggerak berputar pada 300 RPM, gigi input memiliki 24 gigi dan gigi
output memiliki 8 gigi (ini berarti gearing up), kecepatan rotasi roda dapat dihitung sebagai
berikut:
Jika ada satu atau lebih roda gigi tambahan (idler gear) antara roda gigi input dan output, itu
bisa saja diabaikan dalam menentukan kecepatan akhir. Cukup untuk mempertimbangkan
ukuran relatif (atau jumlah gigi) dari roda gigi input dan output.
Perhatikan bahwa naik dan turun pada perbandingan gigi gearing up dan gearing down
mengacu pada kecepatan rotasi, tetapi tidak mengacu pada torsi. Penting untuk di ingat
bahwa pembagian dalam persamaan di atas (GigiInput / GigiOutput) adalah kebalikan dari
Gear Ratio, sehingga efek perkaitan roda gigi (gearing up atau gearing down) pada
kecepatan adalah kebalikan pengaruhnya terhadap torsi. Sehingga pada pengaturan roda
gigi, torsi akan meningkat namun kecepatan rotasi berkurang. Dan jika torsi berkurang,
maka kecepatan rotasi meningkat.
Selain itu perhatikan pula bahwa semua referensi kecepatan pada bagian ini tentang
perkaitan adalah tentang kecepatan rotasi (kecepatan putaran). Ini adalah tentang laju
dalam putaran per menit, yang menceritakan dan menghitung komponen - roda, roda gigi,
dll - berputar pada porosnya, dan bukan tentang kecepatan di mana suatu benda bergerak
dari satu titik menuju ke titik lainnya.
Bagian terakhir ini akan meninjau bagaimana ukuran roda mempengaruhi kecepatan
maksimum. Perhatikan bahwa istilah maksimum itu adalah kecepatan maksimum di mana
suatu benda akan bergerak di sepanjang jalan. Ini diasumsikan bahwa ada torsi yang cukup
untuk mengatasi gaya gesekan yang menghambat pergerakan. Pada bagian tidak akan
membahas pertanyaan tentang "berapa waktu yang dibutuhkan untuk akselerasi benda
hingga mencapai kecepatan maksimum?". Itu tergantung pada daya dorong yang ditetapkan
pada roda secara horizontal sepanjang lintasan, yang pada akhir tergantung pada ukuran
roda dan torsi pada poros roda, selain itu juga tergantung pada perkaitan gigi (gearing up
atau gearing down) dan jumlah torsi yang dapat dihasilkan motor. Di sini, kita anggap saja
bahwa roda telah mencapai "kecepatan penuh" dengan mengabaikan faktor lainnya.
Ingat bahwa keliling roda di hitung dengan rumus C=πD. Saat roda berputar di sepanjang
lintasan, setiap titik pada lingkar roda menyentuh titik yang sesuai di lantai. Bayangkan
bahwa Anda menandai titik pada roda yang bersentuhan dengan lantai, juga menandai
lantai pada titik tersebut, kemudian putar perlahan roda dalam garis lurus sampai titik asal
pada roda bersentuhan lagi dengan lantai, dan tandai pula lantai pada saat titik roda
bersentuhan tersebut. Sangat mudah untuk melihat jaraknya antara dua tanda di lantai yang
itu adalah sama dengan keliling roda. Untuk itu cukup mudah untuk menentukan jarak yang
mampu ditempuh suatu benda untuk setiap putaran rodanya: karena itu hanya keliling roda.
Jika kita mengalikan jarak yang ditempuh suatu benda dalam setiap rotasinya kemudian
dikalikan jumlah rotasi per menit, kita akan tahu jarak tempuh per menitnya. Oleh karena
itu, kecepatan yang di tempuh oleh suatu benda adalah hasil perkalian dari keliling roda
penggerak (roda yang memberikan daya ke lintasan) dikalikan kecepatan rotasi roda. Jika
dituliskan kedalam rumus menjadi:
Rumus Kecepatan
v=C×ω
Misal, jika roda penggerak berdiameter 4 cm dan berputar pada kecepatan 900 RPM, maka
keliling rodanya adalah:
C=πD=3,14×4cm=12,56cm
dan benda tersebut akan melakukan perjalanan sepanjang lintasan dengan kecepatan:
v=C×ω=12,56cm×900RPM=11.304cmmenit
Rumus Kecepatan
v=C×ω=π×0,04m×15putarandetik=1,884mdetik
Kesimpulan
Artikel ini asalnya adalah sebuah catatan pendek dari beberapa penulis, terutama Joel
Kammet. Beberapa istilah yang digunakan juga cukup sulit untuk dicarikan padanannya
dalam bahasa Indonesia. Sehingga perlu ketelitian dalam memahaminya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam artikel ini, karena persepsi yang salah
justru membuat bingung dalam belajar. Misal; tentang kecepatan, ada kecepatan putar, ada
kecepatan laju, adalah percepatan, ada kecepatan jangkauan dan kecepatan-kecepatan
lainnya. Kita harus hati-hati untuk memahaminya, karena rumus-rumus yang digunakan
berbeda pada masing-masing tujuan.