Anda di halaman 1dari 63

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Perencanaan


Pada pergerakan mesin diperlukan suatu komponen yang bisa memutuskan

dan menghubungkan daya dan putaran. Komponen ini adalah kopling. Kopling
(cluth) adalah suatu komponen mesin yang berfungsi sebagai penerus dan
pemutus putaran daya dari poros penggerak ke poros. Dalam hal ini diusahakan
supaya tidak terjadi slip yang dapat merugikan atau mengurangi efisiensi suatu
mesin.
Dalam rangka mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian cepat. Maka, setiap mahasiswa teknik mesin harus
mengetahui dan memahami proses perencanaan, pembuatan, pemasangan dan
pemeliharaan sistem itu sendiri. Walaupun lebih ditekankan pada proses
perencanaannya.
Sesuai dengan tujuan seperti tersebut diatas, maka setiap mahasiswa prodi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
diberikan tugas perencanaan ulang sistem kopling dari suatu peralatan atau mesin
yang merupakan syarat untuk mengikuti tugas akhir.
1.2.

Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan kopling antara lain adalah :
1. Untuk merancang sebuah kopling yang digunakan untuk memutuskan
dan menghubungkan putaran daya dari poros penggerak ke poros yang
digerakkan.
2. Untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada kopling.
3. Agar dapat memilih / mengetahui bahan-bahan dan jenis bahan dalam
perencanaan sebuah kopling.
4. Agar dapat menghitung perbandingan putaran pada sistem kopling.

1.3.

Batasan Masalah
Dalam perencanaan Tugas Rancangan Elemen Mesin ini penulis

membatasi masalah hanya pada perencanaan Kopling untuk mobil TOYOTA


ALPHARD 3.5 G dengan spesifikasi :
Putaran
1.4.

Daya = 275 Ps

= 6200 rpm

Sistematika Penulisan
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan, perencanaan, batasan

masalah, sistematika penulisan (BAB 1), Uraian tentang defenisi Kopling,


klasifikasi Kopling dan pembahasan Kopling (BAB 2), Uraian tentang
perhitungan-perhitungan utama untuk Kopling (BAB 3) meliputi :

Perhitungan Poros

Perhitungan Spline dan Naaf

Perhitungan Plat Gesek

Perhitungan Pegas

Perhitungan Bantalan

Perhitungan Baut dan Mur

Perhitungan Paku Keling

Penutupan berisikan tentang Kesimpulan (BAB 4).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan fungsinya kopling adalah suatu elemen mesin yang


digunakan sebagai penerus daya dan putaran dari poros penggerak ke poros.
Kopling memegang peranan yang penting pada saat pergantian transmisi
karena memindahkan tenaga mesin dan putaran mesin ke roda belakang secara
perlahan-lahan sehingga dapat bergerak dengan lembut dan mencegah hentakan
pada saat tenaga mesin dipindahkan ke transmisi.
2.1.

Klasifikasi Kopling
Kopling merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan

dalam konstruksi mesin,

sehingga untuk merencanakan

kopling harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut ;

Pemasangan yang mudah dan cepat.

Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukan kecil.

Konstruksinya yang baik dan praktis.

Material kopling harus tahan terhadap :


* Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus.
* Keausan dan goresan.
* Koefisien gesek yang tinggi.

* Sifat ductility yang baik.


Dapat mencegah pembebanan lebih.

Jika ditinjau dari sistem pengoperasian dan cara kerjanya maka kopling dapat
dibedakan atau diklasifikasikan menjadi sebagi berikut :
a. Kopling tetap
b. Kopling tidak tetap

a.

Kopling tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan
secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut
terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Berbeda dengan kopling tidak tetap yang dapat dilepaskan dan
dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan
terhubung.

b.

Kopling tidak tetap


Kopling

tidak

tetap

adalah

suatu

elemen

mesin

yang

menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak dengan


putaran yang sama dalam meneruskan daya. Serta dapat melepaskan
hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun
berputar.

2.2.

Macam-macam Kopling
a.

Kopling Kaku
Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan
dengan sumbu segaris. Kopling ini tidak mengizinkan ketidak lurusan
kedua sumbu poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan
getaran pada transmisi. Kopling ini umun dipergunakan pada poros
mesin dan transmisi dipabrik - pabrik. Kopling kaku ini terbagi atas
tiga jenis yaitu :
Kopling Bus
Kopling ini bekerja dengan menghubungka poros penggerak dan
poros yang digerakkan dengan satu lubang pengikat dan pada poros
tidak terjadi gerakan atau poros dapat berputar dengan baik tanpa
terjadi kejutan pada putaran awal.

Gambar. 2.1. Kopling Bus

Kopling Flens Kaku


Kopling ini diikat oleh beberapa buah baut dan di baut pengepas
pada sisi yang berhimpit yang gunanya untuk mengurangi besar
badan gesek pada baut pengikat.

Gambar. 2.2. Kopling Flens Kaku

Kopling Flens Tempa


Kopling ini ditempa sesuai bentuk yang diingikan. Porosnya
menyatu dengan kopling dan diikat dengan beberapa baut. Pada
ujung kopling yang berimpit dibuat pengepas yang gunanya untuk
mengurangi beban pada baut.

Gambar. 2.3. Kopling Flens Tempa


b. Kopling Luwes
Kopling luwes dipergunakan bila kedua poros yang dihubungkannya
tidak benar-benar lurus dan dapat bekerja dengan baik. Kopling ini
mengizinkan ketidak lurusan kedua sumbu poros serta dapat meredam
tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi. Kopling luwes ini
terbagi atas lima jenis yaitu :
Kopling Flens Luwes
Bentuknya sama dengan kopling kaku, tetapi pada sisinya yang
berimpit tidak dibuat pengepas karena pada baut pengikat dipasang
bos karet yang juga berguna untuk mengurangi beban kejut.

Gambar. 2.4. Kopling Flens Luwes

Kopling Karet Ban

Bentuk koplingnya sangat sederhana, sehingga penghubung


digunakan karet ban. Kopling ini dapat bekerja dengan baik
meskipun kedua sumbu poros yang dihubungkannyatidak benarbenar lurus. Kopling ini juga dapat meredam tumbukan dan getaran
pada transmisi.

Gambar. 2.5. Kopling Karet Ban

Kopling Karet Bintang


Prinsipnya sama dengan kopling karet ban, hanya bentuk karetnya
bulat sehingga beban kejut dapat diredam sekecil mungkin.

Gambar. 2.6. Kopling Karet Bintang

Kopling Gigi

Dengan kopling ini sebagai penghubung dipakai roda gigi dan


untuk mengurangi gesekan dipakai pelumas, anatra masing-masing
poros diikat dengan satu rumah pengikat, porosnya juga dilengkapi
dengan roda gigi.

Gambar. 2.7. Kopling Gigi

Kopling Rantai
Pada kopling ini diantara poros penggerak dengan poros yang
digerakkan diikat oleh rantai, yang mana rantai tersebut dipasang
pada masing-masing poros.

Gambar. 2.8. Kopling Rantai

c.

Kopling Universal

Kopling universal dipergunakan bila kedua poros akan membentuk


sudut yang cukup besar. Kopling ini dihubungkan dengan sebuah
silang yang berfungsi untuk memutuskan putaran dengan membentuk
sudut yang diingikan atau sumbu poros tidak lurus.

Gambar. 2.9. Kopling Universal

d.

Kopling Cakar
Kontruksi kopling ini adalah yang paling sederhana diantara kopling
tidak tetap lainnya. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat
meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar. Dengan demikian tidak dapat
sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tidak tetap yang sebenarnya.
Sebaliknya kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar, tetapi hanya baik untuk satu arah putaran saja.

Gambar. 2.10. Kopling Cakar

e.

Kopling Plat

Kopling plat merupakan kopling yang menggunakan satu plat atau


lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak
dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui
gesekan antara sesamanya. Kontruksi kopling ini sangat sederhana
dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadan berputar.

Gambar. 2.11. Kopling Plat

f.

Kopling Kerucut
Kopling kerucut merupakan kopling gesek dengan kontruksi sedehana
dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil
dapat ditransmisikan momen yang besar. Tetapi daya yang diteruskan
tidak seragam. Meskipun demikian, dalam keadaan dimana bentuk
plat tidak dikehendaki dan ada kemungkinan terkena minyak, kopling
kerucut sering lebih menguntungkan.

Gambar. 2.12. Kopling Kerucut

g.

Kopling Friwil

Kopling friwil adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila
poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah
berlawanan dari poros yang digerakkan. Bola - bola atau rol - rol
dipasang dalam ruangan yang bentuknya sedemikian rupa hingga jika
poros penggerak (bagian dalam) berputar searah jarum jam, maka
gesekan yang timbul akan menyebabkan rol atau bola terjepit diantara
poros penggerak dan cincin luar, sehingga cincin luar bersama poros
yang digerakkan akan berputar meneruskan daya.
Jika poros penggerak berputar berlawanan arah jarum jam, atau jika
poros yang digerakkan berputar lebih cepat dari poros penggerak,
maka bola atau rol akan lepas dari jepitan hingga terjadi penerusan
momen lagi. Kopling ini sangat banyak gunanya dalam otomatisasi
mekanis.

Gambar. 2.13. Kopling Friwil

BAB 3

PERHITUNGAN BAGIAN UTAMA KOPLING

3.1.

Poros
Poros adalah salah satu bagian yang terpenting dalam konstruksi roda gigi,

sangking pentingnya poros dan roda gigi mempunyai fungsi yang sama, poros dan
roda gigi berfungsi sebagai penerus daya dan putaran, poros dan roda gigi dapat
direncakan sesuai dengan perencanaan seperti dibawah ini.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Tahan terhadap momen puntir

Mempunyai skalalitas yang baik

Tidak mudah patah

ds

Gambar. 3.1. Poros

3.1.1. Perhitungan poros


Pada perencanaan ini poros memindahkan Daya (N) sebesar 275 Ps dan
Putaran (n) sebesar 6200 rpm. Jika daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka
harus dikalikan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam (kW).
Daya

(N) = 275 Ps

Putaran (n) = 6200 rpm


Dimana :

1 Ps = 0,735 kW
P

= 275 x 0,735 kW

= 202,125 kW

Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka faktor
keamanan dapat diambil dalam perencanaan. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel
3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai berikut:
Pd fc P (kW )

Dimana :

Pd
fc

= Daya rencana
= faktor koreksi

P = Daya
Tabel 3.1. Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang di transmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan

fc
1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan

0,8 - 1,2

Daya normal

1,0 - 1,5

Sumber : lit. 1 hal 7, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Faktor koreksi (fc) daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2. diambil fc = 1,0
Maka daya rencana Pd adalah :
Pd fc P
1,0 202,125
202,125 kW

Jika momen puntir (torsi) adalah T (kg.mm), maka torsi untuk daya maksimum :
T 9,74 x10 5

Pd
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( Lit 1, hal 7 )
n

T 9,74 x10 5

202,125
6200

T 31753,185 kg mm

Tabel 3.2. Standart bahan poros


Standard dan

Lambang

Perlakuan

Kekuatan tarik

Keterangan

Baja karbon
konstruksi mesin
(JIS G 4501)

S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C

panas
Penormalan

(kg/mm2)
48
52
55
58
62
66

Batang baja yang


difinis dingin

S35C-D
S45C-D
S55C-D

53
60
72

Macam

Ditarik dingin,
digerinda,
dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut

Sumber : lit. 1 hal 3, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Tegangan geser yang di izinkan a

B
sf 1 sf 2

dimana :
a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm)

B = kekuatan tarik bahan poros (kg/mm)


sf 1 = faktor keamanan akibat pengaruh massa untuk bahan S-C

(baja karbon) diambil 6,0 sesuai dengan standart ASME

( lit 1

hal 8 )

sf 2 = faktor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya

spline
pada poros, harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5 ( lit 1 hal 8 )
Bahan poros di pilih baja karbon konstruksi mesin S35C dengan kekuatan
tarik B 52 kg / mm 2
a

maka :

B
sf 1 sf 2
52
6,0 2,5

= 3,47 kg / mm 2
Pertimbangan untuk momen diameter poros :
5,1

K t Cb T
a

ds
hal 8 )

1/ 3

.....................

( Lit 1,

dimana :
ds =

diameter poros (mm)

a = tegangan geser yang diizinkan poros (kg/mm)

= momen torsi rencana (kg.mm)

C b = faktor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2 - 2,3

(diambil 1,2).
K t = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 -

3,0
(diambil 1,5)
maka :
5,1

ds
1,5 1,2 31753,18
3,47

43,79

mm

45

1/ 3

mm ( sesuai dengan tabel 3.3.)

Tabel 3.3. Diameter poros


4,5

*11,2
12

*12,5

*5,6

14
(15)
16

28
30
*31,5
32

45

35
*35,5

55
56

38

60

48
50

*112
120
125
130

280
300
*315
320
340

450
460
480
500
530

140
150
160

*355
360
380

560
600

Sumber : lit. 1 hal 9, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Keterangan :

1.

Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan

dipilih dari bilangan standar.


2.

Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian

dimana akan dipasang bantalan gelinding.


Pada diameter poros di atas 45 mm, maka tegangan geser yang terjadi pada poros
adalah :

dimana :

5,1 T
d s3

.........................

( Lit 1, hal 7 )

= tegangan geser (kg/mm2)


T

= momen torsi rencana (kg.mm)

ds

= diameter poros (mm)

maka :

5,1 31753,18
45 3

,22
161941
91125
1,78 kg / mm 2

Berdasarkan perhitungan di atas maka poros tersebut aman di pakai karena


tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
1,78 < 3,47 kg/mm2 ( aman ).

Diagram aliran poros


S TAR T

1.
Daya yang ditransmisikan : P =
202,125 kW
Putaran poros : n1 = 6200 rpm
2. Faktor koreksi : fc = 1,1

3. Daya rencana : Pd = 202,125 kW

4. Momen puntir rencana : T = 31753,185 kg.mm

5.
Bahan poros S35C, baja
karbon
kekuatan tarik : B = 52
kg/mm2
Faktor keamanan Sf1 = 6, Sf2
= 2,5
6. Tegangan geser yang diizinkan : a = 3,47 kg/mm2

7. Faktor koreksi untuk


momen puntir Kt = 1,5
Faktor lenturan : Cb =
1,2
8. Diameter poros : ds = 45 mm

9. Tegangan geser : = 1,78 kg/mm2

10.

STOP

END
3.2.

Spline dan Naaf

<

Spline adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagianbagian roda gigi sebagai penerus momen torsi dari kopling ke poros kemudian ke
roda gigi dan Naaf adalah pasangan dari spline. Hubungan antara roda gigi maju
dan mundur pada waktu perpindahan kecepatan.

Gambar. 3.2. Spline


Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s ) sebesar (44
mm ) bahan yang digunakan yaitu S35C dengan kekuatan tarik 52 kg/mm2, untuk
spline dan naaf pada kendaraan dapat diambil menurut DIN 5462 sampai 5464.
Dalam perencanaan ini diambil DIN 5463 untuk beban menengah. Seperti yang
terdapat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4. DIN 5462 DIN 5464


Diameter
dalam
d1 (mm)
11
13
16
18
21
23
26
28
32
36
42
46

Ringan
DIN 5462
Banyaknya Baji
(I)
d2 (mm)
b (mm)
6
26
6
6
30
6
6
32
7
8
36
6
8
40
7
8
46
8
8
50
9

Menengah
DIN 5463
Banyaknya Baji
(I)
d2 (mm)
b (mm)
6
14
3
6
16
3,5
6
20
4
6
22
5
6
25
5
6
28
6
6
32
6
6
34
7
8
38
6
8
42
7
8
48
8
8
54
9

Diameter maksimum ( diambil d s = 45 mm )

Dimana :
d s 0,81 d 2

Berat
DIN 5464
Banyaknya Baji
(I)
d2 (mm)
10
20
10
23
10
26
10
29
10
32
10
35
10
40
10
45
10
52
10
56

b (mm)
2,5
3
3
4
4
4
5
5
6
7

d2

ds
0,81

d2

45
0,81

55,55

mm 56 mm

Spline dan Naaf yang direncanakan atau ketentuan ukurannya (dari tabel 3.4.)
antara lain :
Jumlah ( i )

= 10 buah

Lebar ( b )

= 7 mm

Diameter luar ( d2 )

= 56 mm

3.2.1. Perhitungan Spline dan Naaf


Tinggi ( H )

Panjang ( L )

Jarijari ( Rm )

Jarak antara spline ( w )

d2 ds
2

56 45
= 5,5
2

1,5 d s

1,5 45

d2 ds
4

56 45
= 25,25
4

0,5 d 2

0,5 45

Besar gaya yang bekerja pada Spline :


F

T
Rm

mm

= 67,5

mm =

mm

mm

22,5

mm

dimana :

F = gaya yang bekerja pada spline (kg)


= momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 31753,18

T
kg.mm

Rm = jari-jari spline (mm)

maka :
31753,18
25,25

1257,55 kg

Tegangan geser pada poros spline adalah :


g

F
iwL

dimana :
g = tegangan geser yang terjadi pada spline (kg/mm2)

F = gaya yang bekerja pada spline (kg)


i = jumlah gigi spline

= jarak antar spline (mm)

= panjang spline (mm)

maka :
g

1257,55
10 22,5 67,5

0,082 kg / mm 2

Sedangkan tegangan tumbuk yang terjadi adalah :


P

F
iH L

1257,55
10 5,5 67,5

0,339 kg / mm 2

Kekuatan tarik dari bahan yang direncanakan adalah 52 kg/mm2 dengan faktor
keamanan untuk pembebanan dinamis (8 10) diambil 10 untuk meredam getaran
yang terjadi.
Tegangan geser yang diizinkan :
gi 0,8 trk

dimana :
trk

52
5,2 kg / mm 2
10

maka :
gi 0,8 5,2 4,16 kg / mm 2

Maka spline dan naaf aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
dimana dapat dibuktikan :
gi
4,16

g
0,082

Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan

Diagram aliran spline dan naaf


S TAR T

1. Diameter poros : ds = 45 mm

8. Faktor keamanan = 10

2. Jumlah spline dan naaf : i = 8


buah,
Lebar spline dan naaf : b = 7 mm,
Diameter luar : d2 = 56 mm

3. Tinggi : h = 5 mm, jari-jari : Rm = 22,25 mm

4. Gaya pada spline : F = 1257,55


kg

9. Tegangan geser yang


diizinkan : gi = 4,16 kg/mm2

10.

STOP

5. Tegangan geser: g = 0,082 kg/mm2

END
6. Tegangan tumbukan : p = 0,339
kg/mm2

7. Kekuatan tarik bahan yang direncanakan = 52 kg/mm 2

3.3.

Plat Gesek
Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak

dengan poros yang digerakkan akibat terjadinya gesekan pada plat, sekaligus juga
sebagai penahan dan penghindar dari adanya pembebanan yang berlebihan.

Syarat plat gesek yaitu :


1. Tahan pada suhu tinggi
2. Tahan pada gesekan

Gambar. 3.3. Kopling plat


Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes.
Dengan asumsi material sangat baik untuk menghantar panas serta tahan pada
temperatur tinggi. Seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.5. Harga dan pa

Bahan Permukaan Kontak

p a (kg/mm2)

Kering

Dilumasi

Bahan cor dan besi cor

0,10 0,20

0,08 0,12

0,09 0,17

Besi cor dan perunggu

0,10 0,20

0,10 0,20

0,05 0,08

Besi cor dan asbes (ditenun)

0,35 0,65

0,007 0,07

Besi cor dan serat

0,05 0,10

0,05 0,10

0,005 0,03

Besi cor dan kayu

0,10 0,35

0,02 0,03

Sumber : lit. 1 hal 63, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Diketahui :

N = 275 Ps
n = 6200 rpm
ds = 45 mm ( diameter poros )

Daya yang ditransmisikan P :


Daya di berikan dalam daya kuda (PS) maka harus diubah untuk
mendapatkan daya dalam (kW).

Dimana :

1 Ps = 0,735 kW

Maka :

P N 0,735

275 0,735
202,125 kW

Putaran poros n1 = 6200 rpm


Faktor koreksi (fc) = 1,0
Daya rencana Pd :
Pd fc P
1,0 202,125
202,125 kW

Momen puntir rencana T :


T 9,74 x10 5
9,74 x10 5

Pd
n
202,125
6200

31753,18 kg mm

Perbandingan diameter dalam bidang gesek D1 dan diameter luar bidang gesek

D2

> 0,5. Maka direncanakan perbandingan diameter D1 / D2 0,8

Gaya tekanan gesekan F :


Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
tekanan permukaan yang diizinkan pada bidang gesek Pa 0,02 kg / mm 2
maka :
F
62 )

D2 D12 Pa
4

.....................

( Lit 1, hal

3,14 2
1 0,8 2 D22 0,02
4

0,00565 D 22

rm D1 D2 / 4
0,8 1 D2 / 4 0,45 D 2

Berdasarkan tabel 3.5 dari bahan Besi cor dan asbes (ditenun), harga
koefisien gesekan kering ( 0,35 - 0,65 ) diambil 0,4
maka :
T F rm

.....................

( Lit 1, hal 62 )

31753,18 0,4 0,00565 D22 0,45D2


31753,18 0,0005085

D2 3

D 23 508,5 10 6 D 23

31753,18
3 62444808,26
508,5 10 6

D2 396,73 397

mm

Maka diameter luar bidang gesek D 2 = 397 mm


Diameter dalam kopling :
D1 0,8 D 2
0,8 397 317,6

mm 318 mm

Tabel 3.6. Momen puntir gesek statis kopling plat tunggal kering
Nomor Kopling

1,2

2,5

10

20

40

70

100

1,2

2,5

10

20

40

70

100

0,0013

0,0034

0,0089

0,0221

0,0882

0,2192

0,4124

1,1257

GD sisi stator (kg.m )


Diameter lubang

0,0022
15

0,0052
20

0,0150
25

0,0322
30

0,1004
40

0,2315
50

0,5036
60

1,0852
70

Alur pasak

5x2

5x2

7x3

7x3

10 x 3,5

15 x 5

15 x 5

18 x 6

Momen gesek statis


(kg.m)
GD2 sisi rotor (kg.m2)
2

Sumber : lit. 1 hal 68, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

GD2 pada sisi rotor diambil berdasarkan diameter lubang = 45 dari tabel di atas.
maka :
45 40

0,4124 0,2192
70 40

GD 2 0,2192

0,2192 0,167 0,1932


0,251 kg m 2

Putaran relatif nr = 6200 rpm


Waktu penghubung rencana te = 0,3 s
Faktor keamanan kopling f = 2,1
Momen start :
Tl1 T 31753,18 kg mm = 31,75318 kg m

Ta

GD 2 n r
Tl1
375 t e

....................

( Lit 1, hal

67 )

dimana :
Ta = momen start (kg.m)

GD 2

= efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)

n r = kecepatan putaran relatif (rpm)


t e = waktu penghubungan rencana (s)

Tl1

= momen beban pada saat start (kg.m)

maka :
Ta

0,251 6200
31,75318
375 0,3

45,59 kg m

Berdasarkan diameter lubang = 45 dari tabel 3.6. maka :


Nomor tipe kopling 45, Momen gesekan statis Tso 45 kg.m , Momen gesekan
dinamis berdasarkan Tdo 35 kg.m
Kerja penghubungan pada kopling :

Tdo
GD 2 n r

7160 Tdo Tl1

.................

( Lit 1, hal 70 )

dimana :
= kerja penghubungan pada kopling (kg.m)

= efek total roda gaya terhadap poros kopling (kg.m2)

GD 2
nr

= kecepatan putaran relatif (rpm)

Tdo

= momen gesekan dinamis (kg.m)

Tl1

= momen beban pada saat start (kg.m)

maka :
E

0,251 6200
35

7160
35 31,75318

2,343 kg m

Waktu penghubungan yang sesungguhnya :

t ae

GD 2 n r
375 Tdo Tl1

..................

( Lit 1, hal 70 )

0,251 6200
375 35 31,75318

1, 28

Tabel 3.7. Laju keausan permukaan pelat gesek


Bahan Permukaan

w = [cm3/(kg.m)]

Paduan tembaga sinter


Paduan sinter besi
Setengah logam
Damar cetak

(3 - 6) x 10-7
(4 - 8) x 10-7
(5 - 10) x 10-7
(6 - 12) x 10-7

Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Tabel 3.8. Batas keausan rem dan kopling pelat tunggal kering
Nomor kopling / rem

1,2

2,5

10

20

40

70

100

Batas keausan
permukaan (mm)

2,0

2,0

2,5

2,5

3,0

3,0

3,5

3,5

Volume total pada


batas keausan (cm3)

7,4

10,8

22,5

33,5

63,5

91,0

150

210

Sumber : lit. 1 hal 72, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Bahan gesek paduan tembaga sinter


Berdasarkan tabel 3.7. dengan bahan paduan tembaga sinter maka: w 4 10 7
cm 3 / kg m

Volume keausan yang diizinkan ( L3 ):


Dengan mengambil nomor tipe kopling 45, maka dapat diambil volume
keausan yang diizinkan dari tabel 3.8. sebesar :
45 40

150 91
70 40

L3 91

91 0,13 59
98,67 cm 3

Umur kopling dalam jumlah penghubungan :


N mL

L3
Ew

.....................

( Lit 1, hal 72 )

98,67
280,22 kali
0,710 4

Diagram aliran kopling plat gesek


S TAR T
Daya yang ditransmisikan : P = 202,125 kW
Puratan poros : n1 = 3600 rpm

a
11. Kerja penghubungan : E = 2,343 kg.m

12. Waktu penghubungan sesungguhnya: tae = 1,28 s


2. Faktor koreksi : fc =
1
3. Daya rencana : Pd = 202,125 kW

14.
Bahan gesek paduan tembaga sinter
Volume keausan yang diizinkan : L3 = 98,67 cm3
Laju keausan permukaan : w = 4x10-7 cm3/kg.m

4. Momen puntir rencana : T = 31753,18 kg.mm

5. Diameter dalam : D1 = 318 mm


Diameter luar : D2 = 397 mm
Jari - jari : rm = 0,45 D2

15. Umur dalam jumlah penghubungan : NmL = 280,22

16. Nomor kopling 45


Bahan gesek paduan tembaga sinter

SETNODP

6. Gaya tekanan gesekan : F = 358,3 kg


Momen gesekan : Tg = 6413,57 kg.mm

7.
GD2 pada poros kopling = 0,251
kg/mm2
Puratan relatif : nr = 6200 rpm
8. Waktu penghubungan rencana : te = 0,3 s
Faktor keamanan kopling : f = 2,1

9. Momen start : Ta = 45,2 kg.m

10.
Pemilihan tipe kopling
Nomor tipe kopling 45
Momen gesekan statis : Tso = 45 kg.m
Momen gesekan dinamis Tdo = 45,2
kg.m

3.4.

Pegas
Pegas berfungsi sebagai peredam getaran dan penahan gaya permukaan

terhadap plat gesek.

Hf

Gambar. 3.4. Pegas


Tabel 3.9. Harga modulus geser G
Lambang

Harga G
( kg/mm2 )

Baja pegas

SUP

8 x 103

Kawat baja keras

SW

8 x 103

Kawat piano

SWP

8 x 103

---

8 x 103

SUS

7,5 x 103

BsW

4 x 103

NSWS

4 x 103

PBW

4,5 x 103

BeCuW

5 x 103

Bahan

Kawat distemper dengan minyak


Kawat baja tahan karat
(SUS 27, 32, 40)
Kawat kuningan
Kawat perak nikel
Kawat perunggu fosfor
Kawat tembaga berilium

Sumber : lit. 1 hal 313, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

3.4.1. Perhitungan pegas


Diketahui :

T = 31753,18 kg.mm
n = 4 (direncanakan)
d = 7 mm

Harga perbandingan D/d berkisar antara 4 - 10. Dalam rancangan ini, harga D/d
diambil 4, sehingga diperoleh :
D/d = 4
D = d . D/d = 28 mm
Beban maksimum Wl :
T D / 2 Wl

maka :
Wl

D / 2

.....................

( Lit 1, hal 72 )

31753,18
2268,08 kg
28 / 2

Lendutan yang terjadi pada beban = (18 20) mm, diambil 20 mm


Indeks pegas :
c = D/d
c=4
Faktor tegangan :
4c 1 0,615

4c 4
c

.....................

( Lit 1, hal

316 )

4 4 1 0,615

44 4
4

1,404

Tegangan geser :

8 D Wl
d3

1,404

8 28 2268,08
3,14 7 3

662,3 kg / mm 2

Bahan pegas SUP4 ( Baja pegas ) dengan tegangan

geser maksimum yang

diizinkan a 65 kg / mm 2 , Modulus geser G 8000 kg / mm 2 (berdasarkan


tabel 3.9.)
Tegangan rencana :
d a 0,8
65 0,8 52 kg / mm 2

Wl

2268,08
113,4 kg / mm
20

Jumlah lilitan yang bekerja :


k

Gd4
8n D 3

8000 7
113,4
3
8n 28

8n 7,72
n 0,965

Lendutan total :
1
20 20
1

20

mm

18 20 , baik

Tinggi bebas H f :
H c n 1,5 d
4 1,5 7 38,5

mm

Cl = 0,2 0,6 mm, diambil 0,4 mm


C l H l H c / n 1,5
0,4 H l 38,5 / 4 1,5
H l 38,5 2,2

H l 40,7

mm

Maka :
H f Hl
20 H f 40,7
H f 40,7 20 60,7

Tinggi awal terpasang H s :


Cs = 1,0 2,0 mm, diambil 1,5 mm

mm

C s H s H c / n 1,5
1,5 H s 38,5 / 4 1,5
H s 38,5 8,25

H s 46,75

mm

Lendutan awal terpasang :


o H f Hs
60,7 46,75
13,95

mm

Beban awal terpasang Wo :


Wo H f H s k
60,7 46,75 113,4
1581,93 kg

Lendutan efektif h :
h o
20 13,95
6,05

mm

Tinggi pada lendutan maksimum H l 40,7

mm

Jumlah lilitan mati pada setiap ujung 1


Tinggi mampat H c 38,5
Hl
40,7

mm

mm

Hc
38,5

mm , baik

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 1,0 2,0 mm, maka diambil
C s 1,5

mm

Kelonggaran kawat pada awal terpasang antara 0,2 0,6 mm, maka diambil
C l 0,4

mm
Hf /D
60,7 / 28

2,17

Diameter kawat d 7

5
5

<

mm

Bahan pegas SUP 4 ( Baja pegas ) perlakuan panas


Jumlah lilitan yang bekerja n 1
Lilitan yang mati 1 pada setiap ujung
Lendutan efektif h 6,05 mm

mm
38,5 mm

Lendutan total 20
Tinggi tekan H c

Beban awal terpasang Wo 1581,93 kg


Diagram aliran pegas
S TAR T
1. Beban maksimum : Wl = 2268,08 kg
Lendutan : = 18 20 mm
Tarik atau tekan
Diameter rata-rata : D =28 mm

a
11. Beban awal terpasang : Wo = 1581,93 kg
Lendutan efektif : h = 6,05 mm
Tinggi pada lendutan maksimum : Hl = 40,7 mm

12.
Jumlah lilitan mati pada setiap
ujung 1
2. Taksiran awal :
Indeks pegas : c = 4
Diameter kawat : d = 7 mm

13. Tinggi mampat : Hc = 38,5 mm

3. Faktor tegangan : Wahl K = 1,404

>

14.

4. Tegangan geser : = 662,29 kg/mm2


<
5.
Bahan pegas SUP4 (Baja
pegas)
Tegangan geser maksimum yang
diizinkan : a = 65 kg/mm2
Modulus geser : G = 8000 kg/mm2
Tegangan rencana : d = 52 kg/mm2

15. Kelonggaran kawat pada


awal terpasang : Cs = 1,5 mm
Kelonggaran kawat pada
lendutan maksimum : Cl = 0,4 mm

7. Jumlah lilitan yang bekerja : n = 1

16.

8. Lendutan total : = 20 mm

9. Konstanta pegas : k = 113,4 kg/mm

10.

Tinggi bebas : Hf = 60,7 mm


Tinggi awal terpasang : Hs =
46,75 mm
Lendutan awal terpasang : o =
13,95

17. Diameter kawat : d = 7 mm


Bahan pegas SUP4 (Baja pegas)
Perlakuan panas
Jumlah lilitan yang bekerja : n = 1
Lilitan mati 1
Lendutan efektif : h = 6,05 mm
Lendutan total : = 20 mm
Tinggi tekan : Hc = 38,5 mm
Beban awal : Wo = 1581,93 kg

STOP
END

3.5.

Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban

sehingga putaran dan getaran bolak - balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
bekerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.

Gambar. 3.5. Bantalan gelinding

Momen yang ditransmisikan dari poros T 31753,185 kg mm dan


putaran (n) = 6200 rpm.
Tabel 3.10. Bantalan Bola
Nomor Bantalan
Dua sekat
Jenis
Dua
tanpa
terbuka
sekat
kontak
6000
6001
6001ZZ 6001VV
6002
6002ZZ 6002VV
6003
6003ZZ 6003VV
6004
6004ZZ 6004VV
6005
6005ZZ 6005VV
6006
6006ZZ 6006VV
6007
6007ZZ 6007VV
6008
6008ZZ 6008VV
6009
6009ZZ 6009VV
6010
6010ZZ 6010VV

Ukuran luar (mm)


d

10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50

26
28
32
35
42
47
55
62
68
75
80

8
8
9
10
12
12
13
14
15
16
16

0,5
0,5
0,5
0,5
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5

Kapasitas
nominal
dinamis
spesifik C (kg)
360
400
440
470
735
790
1030
1250
1310
1640
1710

Kapasitas
nominal statis
spesifik Co
(kg)
196
229
263
296
465
530
740
915
1010
1320
1430

Sumber : lit. 1 hal 143, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Pada perhitungan ini telah diperoleh ukuran diameter porosnya ( d s )


sebesar (45 mm). Berdasarkan dari tabel 3.10. di atas maka ukuran - ukuran dari
bantalan dapat ditentukan sebagai berikut :
Nomor bantalan 6009,
Diameter bantalan :

D 75

Lebar bantalan

B 16

mm
mm

Kapasitas nominal dinamis spesifik :

C 1640 kg

Kapasitas nominal statis spesifik

C o 1320 kg

Untuk bantalan bola alur dalam

Fa

Co

0,014 (direncanakan) dari tabel 3.12. di

bawah ini :
Tabel 3.11. Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0
Beban Beban
Baris
putar pd putar pd tunggal
cincin cincin
Fa / VFr > e
dalam
luar
V
X
Y

Jenis bantalan

Fa /C0 = 0,014
= 0,028
= 0,056
Bantalan
bola alur
dalam

Bantalan
bola
sudut

= 0,084
= 0,11
= 0,17
= 0,28
= 0,42
= 0,56
= 20o
= 25o
= 30o
= 35o
= 40o

Baris ganda
Fa /VFr e Fa /VFr > e
X

2,30
1,99
1,71
1

1,2

0,56

1,2

0,43
0,41
0,39
0,37
0,35

1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
1,00
0,87
0,76
0,66
0,57

0,56

1,09
0,92
0,78
0,66
0,55

0,70
0,67
0,63
0,60
0,57

Baris
tunggal
X0

Y0

X0

Y0

0,5

0,6

0,5

0,84
0,76
0,66
0,58
0,52

2,30
1,99
1,71

0,19
0,22
0,26

1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00

0,28
0,30 0,6
0,34
0,38
0,42
0,44

1,63
1,41
1,24
1,07
0,93

0,57
0,42
0,68
0,38
0,80 0,5 0,33
0,95
0,29
1,14
0,26

Sumber : lit. 1 hal 135, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Beban aksial bantalan Fa :


Fa C o 0,014
1320 0,014 18,48 kg

Dari tabel di atas juga dapat diketahui harga beban radial Fr


menggunakan persamaan :
Fa
e
v Fr

dimana :

v = beban putar pada cincin dalam


e = 0,19

Baris
ganda

dengan

Fa
ve

Fr

maka :

18,48
97,26 kg
1 0,19

Dengan demikian beban ekivalen dinamis P dapat diketahui melalui persamaan


di bawah ini :
P X Fr Y Fa

dimana :

= beban ekivalen (kg)

Fr

= beban radial (kg)

Fa

= beban aksial (kg)

X ,Y

= harga - harga baris tunggal yang terdapat dalam tabel 3.12. di atas

maka :
P 0,56 97,26 2,30 18,48
96,96 kg

Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan f n bantalan adalah :

33,3

1/ 3

33,3

6200

1/ 3

fn
fn

0,178

Faktor umur bantalan f h :


fh fn

C
P

0,178

1640
3,01
96,96

Umur nominal dari bantalan Lh :


Lh 500 f n

3
500 3,01 13635,45 jam

S TAR T

1.
Momen yang ditransmisikan : T = 31753,185
kg.mm
Putaran poros : n = 6200 rpm

2. Nomor nominal 6009


Kapasitas nominal dinamis
spesifik : C = 1640 kg
Kapasitas nominal statis spesifik :
Co = 1320 kg

Diagram aliran

3. Cincin yang berputar dalam


Fa / Co = 0,014, faktor e = 0,19
bantalan
gelinding
Fa / V . Fr : faktor X = 0,56
faktor Y = 2,30
Beban ekivalen dinamis : P = 96,96 kg

4. faktor kecepatan : fn = 0,206


Faktor umur : fh = 3,48

5. Umur : Lh = 13635,45 jam

<

6. Lh atau Ln : Lha

7. Nomor nominal bantalan 6009


Pasan, ketelitian, dan
umur bantalan

STOP

END

3.6.

Baut dan Mur


Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk

mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran
yang sesuai. Di dalam perencanaan kopling ini. Baut dan mur berfungsi sebagai
pengikat gear box. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian, dan lain-lain.

Gambar. 3.6. Baut dan Mur

Beban yang diterima baut merupakan beban yang diterima bantalan


W P pada bantalan 96,96 kg

Faktor koreksi (fc) = 1,2


Maka beban rencana Wd :
Wd fc W

W d 1,2 96,96
116 ,352 kg

Bahan mur dipakai baja liat dengan kadar karbon 0,22 %


Kekuatan tarik

Faktor keamanan :

B 42 kg / mm 2
S f 7 dengan tegangan yang di izinkan a 6 kg / mm 2

( difinis tinggi )

Diameter inti yang diperlukan


d1

4 Wd
a

d1

4 116,352
3,14 6

d 1 4,97

mm

Tabel 3.12. Ukuran standar ulir kasar metris

Ulir
1
M6

Jarak
bagi
p

Tinggi
kaitan
H1

0,541

Diameter
luar D
Diameter
luar d
6,000

Ulir dalam
Diameter Diameter
efektif D2 dalam D1
Ulir luar
Diameter Diameter
efektif d2
inti d1
5,350

4,917

M8

M7

1
1,25

0,541
0,677

7,000
8,000

6,350
7,188

5,917
6,647

M9

1,25
1,5
1,5

0,677
0,812
0,812

9,000
10,000
11,000

8,188
9,026
10,026

7,647
8,376
9,376

1,75
2
2

0,947
1,083
1,083

12,000
14,000
16,000

10,863
12,701
14,701

10,106
11,835
13,835

2,5
2,5
2,5

1,353
1,353
1,353

18,000
20,000
22,000

16,376
18,376
20,376

15,294
17,294
19,294

3
3
3,5

1,624
1,624
1,894

24,000
27,000
30,000

22,051
25,051
27,727

20,752
23,752
26,211

3,5
4
4

1,894
2,165
2,165

33,000
36,000
39,000

30,727
34,402
36,402

29,211
31,670
34,670

M 10
M 11
M 12
M 14
M 16
M 18
M 20
M 22
M 24
M 27
M 30
M 33
M 36
M 39

Sumber : lit. 1 hal 290, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga

Dipilih ulir metris kasar diameter inti d 1 5,917

mm 4,97 mm dari tabel 3.12. di

atas.

Maka pemilihan ulir standar ulir luar

mm

diameter luar

d 7

diameter inti

d 1 4,917
p 1

jarak bagi

mm

mm

Tegangan geser yang diizinkan


a (0,5 0,75) a

diambil 0,5

maka :
a 0,5 6 3 kg / mm 2

dengan tekanan permukaan yang diizinkan q a 3 kg / mm 2


Diameter luar ulir dalam
Diameter efektif ulir dalam

mm
6,350 mm

D7
D2

Tinggi kaitan gigi dalam

H 1 0,541

mm

Jumlah ulir mur yang diperlukan


z

Wd
D2 H q a

116 ,352
3,14 6,350 0,541 3

z 3,6

Tinggi mur
H z p

H 4 1 4 mm

Jumlah ulir mur


z'

H
p

z'

4
4
1

Tegangan geser akar ulir baut


b

W
d1 k p z

(dimana k 0,84 )

96,96
1,55 kg / mm 2
3,14 5,917 0,84 1 4

Tegangan geser akar ulir mur


n

W
D j pz

(dimana j 0,75 )

96,96
1,47 kg / mm 2
3,14 7 0,75 1 4

Diagram aliran baut dan mur

S TAR T
1.

a
9. Jumlah ulir mur yang diperlukan : z = 4

Beban : W = 96,96 kg

10. Tinggi mur : H = 4 mm

2. Faktor koreksi : fc =
1,2
3. Beban rencana : Wd = 116,352 kg

4.

11. Jumlah ulir mur : z = 4 mm

Bahan baut : baja liat


Kekuatan tarik : B = 42

12. Tegangan geser akar


ulir baut : b = 1,55 kg/mm2
Tegangan geser akar
ulir mur : n = 1,47 kg/mm2

kg/mm2
Faktor keamanan : Sf = 7
Tegangan geser yang
diizinkan : a = 6 kg/mm2

5. Diameter inti yang diperlukan : d1 = 5,917 mm

>
6. Pemilihan ulir standar
Diameter luar : d = 7 mm
Diameter inti : d1 = 5,917 mm
Jarak bagi : p = 1 mm

13.

b : a
n : a

7.

Bahan mur : baja liat


Kekuatan tarik : B = 42 kg/mm2
Tegangan geser yang diizinkan : a = 6 kg/mm2
Tegangan permukaan yang
diizinkan : qa = 3 kg/mm2

8.

Diameter luar ulir dalam : D = 7 mm


Diameter efektif ulir dalam : D2 = 6,350 mm
Tinggi kaitan gigi dalam : H1 = 0,541 mm

3.7.

14. Bahan baut : baja liat


Bahan mur : baja liat
Diameter nominal ulir :
baut = M 7, mur = M 7
Tinggi mur : H = 4 mm

STOP

END

Paku Keling
Paku keling merupakan alat penyambung tetap/mati. Dalam banyak kasus

penggunaanya, sambungan paku keling digantikan dengan sambungan las karena


sambungan paku keling memerlukan waktu lebih lama dari pada sambungan las
yang lebih sederhana. Pada sisi lain sambungan paku keling terlihat jauh lebih
aman dan mudah untuk dilakukan pengontrolan yang lebih baik (dibunyikan
dengan pukulan). Khususnya untuk sambungan logam ringan orang lebih
menyukai pengelingan, untuk menghindarkan penuruna kekuatan disebabkan
tingginya suhu seperti karena pengelasan (pengaruh dari struktur penggelasan).
Paku keling yang dipasang pada plat gesek dan plat penghubung berfungsi
untuk meneruskan putaran plat gesek ke plat penghubung dan selanjutnya ke
poros.

Gambar. 3.7. Paku Keling


3.7.1. Perhitungan paku keling
Jumlah paku keling dalam perencanaan ini sebanyak 24 buah.
Diameter paku keling d = (2,3 6) mm, diambil 4 mm.

Diameter kepala paku keling :


D 1,6 d
1,6 4 6,4

mm

Lebar kepala paku keling :


K 0,6 d
0,6 4 2,4

mm

Panjang batang yang akan dikeling :


p 1,5 d
1,5 4 6

mm

Karena paku keling terletak di tengah-tengah kopling plat gesek, sehingga :


Rm

D1 D2
4

dimana :
Rm = jarak antara paku keling (mm)

D1

diameter dalam plat gesek (mm)

D2

diameter luar plat gesek (mm)

maka :
Rm

64 115
4

44,75

mm

Gaya yang bekerja pada paku keling :


T
Rm

dimana :

F = gaya yang bekerja pada paku keling (kg)


T

= momen puntir yang bekerja pada poros sebesar 31753,18

kg.mm
Rm

= jari-jari spline (mm)

maka :
F

31753,18
44,75

709,57 kg

Jadi seluruh paku keling mengalami gaya F = 709,57 kg


Sedangkan gaya yang berkerja pada masing masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
F'

F
n

dimana :

F ' = gaya yang diterima setiap paku keling (kg)


F = gaya yang diterima seluruh paku keeling (kg)

n = banyaknya paku keling yang direncanakan


maka :
F'

709,57
29,57 kg
24

Jadi setiap paku keling menerima gaya F = 29,57 kg


Bahan paku keling Baja St 37
faktor keamanan v 0,70 0,85 , diambil 0,75
kekuatan tarik yang diizinkan 157

kg / mm 2 , tegangan tarik b 88

kg / mm 2

Luas penampang paku keling A :


F

An

709,57
4,5
157

mm

maka :
An
v

4,5
6,02 mm 2
0,75

Tegangan geser yang terjadi :


g

F'
A
29,7
4,93 kg / mm 2
6,02

Tegangan geser yang diizinkan :


gi 0,8
0,8 157 125,6 kg / mm 2

Maka paku keling aman terhadap tegangan geser yang terjadi.


dimana dapat dibuktikan :
gi
125,6

4,93

Tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan.
Bahan paku keling Baja St 37
Diameter paku keling d 4

mm

Banyaknya paku keling n 24

Diagram aliran paku keling


S TAR T
1.
24

Banyak paku keling : n =

2. Diameter paku keling : d = 4 mm


3. Gaya yang bekerja pada paku keling : F = 709,57 kg

4.
St 37

Bahan paku keling Baja

5. Faktor keamanan 0,75

6.
Tegangan tarik : b = 88
kg/mm2
7. Luas penampang paku keling : A = 4,02 mm2

8. Tegangan geser yang terjadi : g = 4,93 kg/mm2

9. Tegangan geser yang diizinkan : gi = 125,6 kg/mm2

10. >
gi
g

11. Bahan paku keling Baja St 37


Diameter paku keling : d = 4 mm
Banyaknya paku keling : n = 24

END

STOP

BAB 4
KESIMPULAN

Dan dari hasil perhitungan rancangan Kopling untuk Toyota Alphard 3.5 G
diperoleh data sebagai berikut :
1.

2.

Perhitungan Poros
Momen Torsi ( T )

31753,18 kg.mm

Bahan Poros

S35C

Diameter Poros

45 mm

Bahan spline dan naaf

S35C

Lebar spline ( b )

5 mm

Jumlah spline dan naaf ( i )

10

Diameter luar spline ( D )

40 mm

Jari - jari spline dan naaf ( Rm )

18 mm

Tinggi spline dan naaf ( H )

3,8 mm

Panjang spline dan naaf ( L )

67,5 mm

Perhitungan Spline Dan Naaf

Gaya bekerja pada spline dan naaf


3.

4.

5.

6.

740,32 kg

Diameter dalam ( D1 )

318 mm

Diameter luar ( D2 )

397 mm

Momen start ( Ta )

45,59 kg.m

Volume keausan izin ( L3 )

98,67 cm3

Bahan pegas

SUP 4 ( Baja pegas )

Beban maksimum ( Wl )

2268,08 kg

Diameter pegas ( d )

7 mm

Diameter rata - rata pegas ( D )

28 mm

Tinggi bebas ( Hf )

60,7 mm

Diameter bantalan ( D )

75 mm

Lebar bantalan ( B )

16 mm

Perhitungan Plat gesek

Perhitungan Pegas

Perhitungan Bantalan

Beban ekivalen dinamis bantalan ( P ) =

96,96 kg

Umur nominal bantalan ( Lh )

13635,45 jam

Diameter luar ( D )

7 mm

Diameter efektif ( D2 )

6,350 mm

Diameter dalam ( D1 )

5,917 mm

Diameter inti ( d1 )

5,917 mm

Jarak bagi ( p )

1 mm

Tinggi kaitan ( H1 )

0,541 mm

Perhitungan Baut dan Mur

Tinggi mur ( H )
7.

4 mm

Perhitungan Paku Keling


Diameter paku keling ( d )

4 mm

Diameter kepala paku keling ( D )

6,4 mm

Lebar kepala paku keling ( K )

2,4 mm

Bahan paku keling

Baja St 37

Gaya bekerja pada paku keling ( F )

709,57 kg

Luas penampang paku keling ( A )

6,02 mm2

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso. Ir. MSME dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan


Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 2004.
2. Niemann. H. Winter, Elemen Mesin Jilid 2, Erlangga, Jakarta 1992.
3. Jac Stolk. Ir dan C. Kros. Ir, Elemen Mesin (Elemen Kontruksi Bangunan
Mesin), Erlangga, Jakart7a 1993.

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN


KOPLING TOYOTA ALPHARD 3.5 G

Daya ( N )

: 275 Ps

Putaran ( n )

: 6200 Rpm

Disusun oleh :
MITA AFRIANI
NPM : 0907230143

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN
KOPLING TOYOTA ALPHARD 3.5 G

Daya ( N )

: 275 Ps

Putaran ( n )

: 6200 Rpm

Disusun oleh :
MITA AFRIANI
NPM : 0907230143

Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing

( H. Muharnif M, S.T., M.Sc)

( H. Muharnif M, S.T., M.Sc )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI MUHAMMADIYAH

JURUSAN TEKNIK MESIN


Jalan Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400 ex. 12
Website : http://www.umsu.ac.id
E-mail : rector@umsu.ac.id

LEMBAR ASISTENSI

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN


( KOPLING )
NO

HARI / TANGGAL

U R AI AN

PARAF

Medan, 21 Mei 2012


Dosen Pembimbing

( H. MUHARNIF M, S.T., M.Sc )

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI MUHAMMADIYAH

JURUSAN TEKNIK MESIN


Jalan Kapten Muchtar Basri No. 3 Medan 20238 Telp. (061) 6622400 ex. 12
Website : http://www.umsu.ac.id
E-mail : rector@umsu.ac.id

TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN


( KOPLING )

Nama Mahasiswa

MITA AFRIANI

NPM

0907230143

Semester

VI ( Enam )

SPESIFIKASI :
Rencanakanlah KOPLING untuk kendaraan TOYOTA ALPHARD 3.5 G dengan:
Daya

(N)

275 Ps

Putaran

(n)

6200 rpm

Perencanaan meliputi bagian-bagian utama KOPLING dan gambar teknik, data lain
tentukan sendiri.

Diberikan Tanggal
Selesai tanggal
Asistensi Setiap

: ..............
: ..............
: ..............
Medan, 21 Mei 2012
Dosen Pembimbing

( H. Muharnif M, S.T., M.Sc )

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen
Mesin ini, yang mana sudah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jurusan Teknik Mesin
untuk merancang sebuah Kopling. Dalam tugas Perancangan Kopling ini, penulis
merancang Kopling jenis kendaraan TOYOTA ALPHARD 3.5 G dengan Daya :
275 Ps dan Putaran : 6200 Rpm.
Untuk menyelesaikan tugas ini penulis mengambil dari beberapa sumber
yakni buku-buku yang berhubungan dengan perancangan Kopling yang ditambah
dengan mata kuliah yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah Elemen Mesin.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam merancang Kopling ini masih
banyak sekali ditemukan kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna.
Untuk itulah penulis tetap mengundang saran dan kritik untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak H.
Muharnif M, S.T, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis
berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi khususnya dan bagi
pihak yang membutuhkan.
Medan, 21 Mei 2012

MITA AFRIANI
0907230143

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR DIAGRAM ALIRAN
SKEMA GAMBAR KOPLING

i
ii
iii
iv
v
vi

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perencanaan
1.2. Tujuan Perencanaan
1.3. Batasan Masalah
1.4. Sistematika Penulisan

1
1
1
2
2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Kopling
2.2. Macam-macam Kopling

3
3
4

BAB 3

PERHITUNGAN BAGIAN UTAMA KOPLING


3.1. Poros
3.2. Spline dan Naaf
3.3. Plat Gesek
3.4. Pegas
3.5. Bantalan
3.6. Baut dan Mur

12
12
18
23
30
36
41

BAB 4

3.7. Paku Keling

46

KESIMPULAN

51

DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR TEKNIK

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR

NAMA GAMBAR

HALAMAN

2.1.

Kopling Bus

2.2.

Kopling Flens Kaku

2.3.

Kopling Flens Tempa

2.4.

Kopling Flens Luwes

2.5.

Kopling Karet Ban

2.6.

Kopling Karet Bintang

2.7.

Kopling Gigi

2.8.

Kopling Rantai

2.9.

Kopling Universal

2.10.

Kopling Cakar

2.11.

Kopling Plat

10

2.12.

Kopling Kerucut

10

2.13.

Kopling Friwil

11

3.1.

Poros

12

3.2.

Spline dan Naaf

18

3.3.

Kopling Plat

23

3.4.

Pegas

30

3.5.

Bantalan Gelinding

36

3.6.

Baut dan Mur

41

3.7.

Paku Keling

46

DAFTAR TABEL
iii
TABEL

NAMA TABEL

HALAMAN

3.1.

Faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan ( fc )

13

3.2.

Standart bahan poros

14

3.3.

Diameter poros

15

3.4.

DIN 5462 - DIN 5464

18

3.5.

Harga dan Pa

23

3.6.

Momen Puntir Gesek Statis Kopling Plat Tunggal Kering

26

3.7.

Laju Keausan Permukaan Plat Gesek

28

3.8.

Batas Keausan Rem dan Kopling Plat Tunggal Kering

28

3.9.

Harga Modulus Geser G

30

3.10.

Bantalan Bola

36

3.11.

Faktor - faktor V, X, Y dan X0, Y0

37

3.12.

Ukuran standar ulir kasar metris

42

DAFTAR DIAGRAM
ALIRAN
iv
NO

NAMA DIAGRAM

HALAMAN

1.

Diagram aliran poros

17

2.

Diagram aliran spline dan naaf

22

3.

Diagram aliran kopling plat gesek

29

4.

Diagram aliran pegas

35

5.

Diagram aliran bantalan gelinding

40

6.

Diagram aliran baut dan mur

45

7.

Diagram aliran paku keling

50

SKEMA GAMBAR
v

1
2

3
6
7

Keterangan gambar :
1.

Plat Gesek

2.

Poros

3.

Bantalan Gelinding

4.

Spline dan Naaf

5.

Pegas

6.

Baut

7.

Paku Keling

8.

Poros Penggerak

vii

Anda mungkin juga menyukai