Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Perencanaan
Melihat dan memperhatikan penduduk bangsa kita yaitu bangsa Indonesia
yang semakin cepatnya perkembangan teknologi dalam industri maka untuk
meringankan

atau

mempercepat

perkembagannya,

manusia

atau

kita

membutuhkan satu alat yang dapat mempermudah pekerjaannya, salah satunya


adalah kendaraan bermotor.
Dimana bagian-bagian yang terpenting pada kendaraan adalah transmisi.
Transmisi adalah merupakan salah satu elemen mesin yang menghubungkan
poros yang bergerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta
dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut dengan baik dalam keadaan
diam dan berputar dengan sempurna sebagaimana biasanya.
Memperhatikan dan melihat pentingnya sebuah kopling pada suatu mesin
mobil demi memudahkan dan memperingan kerja kita atau manusia, maka saya
sebagai seorang mahasiswa tekhnik mesin berusaha untuk merancang suatu unit
kopling plat yang banyak dipakai pada kendaraan bermotor yang banyak
digunakan oleh manusia.
1.2. Tujuan Perencanaan
Sebagai tujuan umum perencanaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah elemen mesin.
Tujuan khusus dari perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat menentukan jenis bahan dan dimensi dengan memperhitungkan
dan jenis bahan yang digunakan.
b. Dapat merancang kopling plat tunggal dari tipe pegas diafragma masingmasing.
c. Dapat mengatasi atau menganalisa masalah atau keluhan - keluhan yang
terjadi pada kopling dan plat tunggal yang tipe - tipe pegas diafragma
d. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dapat atau dipelajari diwaktu bangku
kuliah kelapangan atau kemasyarakat.

1.3.

Batas Perencanaan
Membatasi masalah yang akan dibahas pada perencanaan ini,
menyangkut perencanaan bagian-bagian utama yang ada pada perangkat
kopling adalah sebagai berikut ;
Poros
Poros harus dihitung kekuatan bahannya dan dimensinya
Spline dan naf
Pada spline dan naf diperhitungkan tegangan - tegangan atau gayagaya pada spline dan naff
Plat gesek
Pada plat gesek ini diperhitungkan tegangan - tegangan momen kerja
penghubung, umur plat gesek serta dimensi plat gesek
Pegas matahari( diafragma spring )
Pegas matahari diperhitungkan tegangan yang terjadi, dimensi dan
lendutannya.
Pegas kejutan
Pegas kejut ini diperhitungkan kekuatan yang dapat diterima kejutan
oleh pegas dan lendutannya
Bantalan
Pada bantalan ini yang diperhitungkan gaya - gaya yang bekerja pada
bantalan umur bantalan dan dimensi bantalannya
Baut
Baut ini harus diperhitungkan kekuatan yang dapat ditahan oleh baut,
serta dimensi bautnya
Paku keling
Paku keling ini harus diperhitungkan kekuatan yang dapat diterima
atau yang dapat ditahan oleh paku keling dan bahan yang dapat
dingunakan untuk paku keling

Paku keling ini diperhitungkan kekuatan yang dapat diterima oleh paku keling
dan bahan yang digunakan
1.4. Cara Kerja Kopling
Bila tuas kopling atau pedal kopling dipijak atau ditekan maka bantalan bantalan pembebas bergerak dan mendesak tuas - tuas penekan, akibatya pelat
penekan tertarik kebelakang sehingga pelat kopling merenggang dengan
demikian poros input transmisi berhenti berputar
Apabila pedal kopling dilepaskan maka tenaga mesin atau putaran
dapat dipindahkan kembali ke poros imput transmisi dengan gaya gesekan dari
pelat penekan meneruskan putaran keroda belakang sehingga kendaraan dapat
berjalan kembali.
biasanya kopling bekerja pada saat mau dijalankan di pergantian transmisi
maupun pada saat mau direm atau diberhentikan

Gambar 1. Kopling Gesek

KETERANGAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10
11.
12.
13.

GAMBAR

Nama Komponen

Jumlah Komponen

Poros Engkol
Baut Pengikat Poros Engkol
Fly Wheel
Paku Kling
Baut Pengikat Rumah Kopling
Rumah Kopling
Diafrgma Spring
Release Bearing
Poros Yang Digerakkan( Input Shaft )
Pelat Kopling
Pelat Penekan
Pegas Kejut
Alur Input Shaft

BAB II

1 Buah
6 Buah
1 Buah
16 Buah
6 Buah
1 Buah
12 Buah
1 Buah
1 Buah
2 Buah
1 Buah
6 Buah
10 Buah

TEORI DASAR

2.1. kopling
Kopling berfungsi sebagai sambungan dua buah poros atau sambungan
poros elemen, kadang - kadang kopling harus ikut berputar dengan poros

dengan terus menerus. Dilihat dari prinsip kerjanya kopling dapat dibagi
antara tiga jenis yaitu sebagai berikut :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Tidak Tetap
3.

Kopling Elastis

2.2. Jenis-jenis Kopling

Kopling Tetap
kopling tetap adalah: suatu elemen yang dipergunakan untuk

menghubungkan dua buah poros yang sifatnya tetap dan segaris. Kopling ini dapat
disambungkan dan diputuskan apabila penggeraknya berhenti. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kopling ini selalu pada posisi atau keadaan berhubungan.
macam-macam kopling tetap adalah sebagai berikut dan seperti pada gambar
dibawah :
a. Kopling Kaku:
- Kopling bush

Gambar 2.1 Kopling kaku

- Kopling flens kaku

Gambar 2.2 Kopling bush


- Kopling tempa

Gambar 2.3 Kopling tempa


b.Kopling Fleksibel (luwes):
- Kopling flens luwes

Gambar 2.4 Kopling flens luwes


- Kopling karet ban

Gambar 2.5 Kopling karet ban


- Kopling karet bintang

Gambar 2.6 Kopling karet bintang


- Kopling gigi

Gambar 2.7 Kopling gigi


- Kopling rantai

Gambar 2.8 Kopling rantai


c. Kopling Universal
- Kopling universal bloc
- Kopling universal kecepatan tetap

Gambar 2.9 Kopling universal

Kopling Tak Tetap


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros

yang digerakkan dengan poros penggerak, dengan putaran yang sama dengan
meneruskan daya serta dapat memutuskan hubungan dua poros, baik dalam
keadaan diam maupun berputar. Kopling ini dapat meneruskan atau

menghentikan putaran dari poros yang digerakkan pada saat mesin bekerja bila
saat mesin diperlukan.
Macam Macam Kopling tak tetap adalah sebagai berikut:
a. Kopling Cakar
kopling cakar ini adalah meneruskan daya dengan kontak positif atau
tidak dengan perantara gesekan sehingga tidak terjadi slip.

Gambar 2.10 Kopling cakar


b. Kopling Plat.
Kopling plat ini adalah meneruskan momen dangan putaran, dengan
demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari, selain itu karena dapat terjadi selip kopling ini
sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut platnya kopling ini dibagi atas dua bagian yaitu : kopling plat
tunggal dan kopling plat banyak, serta menurut pelayanan kerjanya dibagi atas
dua bagian yaitu : dengan cara hidrolik dan cara mekanik.

Gambar 2.11 Kopling Plat


c. Kopling friwil

kopling ini dapat meneruskan momen dalam suatu arah putaran,


sehingga putaran yang berlawanan arahnya susah dicegah dan diteruskan. Cara
kerjanya dapat berdasarkan efek biji dari bola atau roll.

Gambar 2.12 Kopling friwil


d. Kopling Kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhana
dan mempunyai keuntungan dimana gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan
momen yang besar. Kopling macam ini banyak digunakan pada dahulu kala, tetapi
sekarang tidak lagi, karena daya yang ditransmisikan tidak seragam. Kopling
kerucut menggunakan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut.

Gambar 2.13 Kopling kerucut

2.3 Spesifikasi Tugas

Merencanakan sebuah kopling gesek dengan data-data sebagai berikut :


Daya (P) 125 ps dan Putaran (n) 2900 rpm pada Mitsubishi Colt Diesel. Pemilihan
ini digunakan untuk menyelesaikan Tugas Rancangan Elemen Mesin .
a. Garis besar pemindah daya.
Pemindah daya (Drive Train) adalah sejumlah mekanisme yang
memindahkan tenaga yang dihasilkan oleh mesin untuk menggerakkan roda-roda
kendaraan. Dalam hal ini yang termasuk kedalam pemindah daya adalah Kopling,
Differensial (Gardan), dll. Tapi dalam hal ini kita akan membahas tentang
KOPLING.
1. Pengertian Kopling
Kopling (Cluth) terletak diantara mesin dan transmisi, yang dimana
mempunyai fungsi untuk menghubungkan dan memutuskan tenaga dari mesin ke
transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi. Demikian juga kopling
dapat memindahkan tenaga secara perlahan-lahan dari mesin ke roda-roda
penggerak (drive wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan
lembut dan perpindahan roda - roda gigi trasmisi dapat lembut sesuai dengan
jalannya kendaraan. Dalam hal ini kopling mempunyai syarat - syarat yaitu :
-

Harus dapat menghubungkan transmisi dengan mesin secara lembut

Pada saat menghubungkan ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga


tanpa slip

Harus dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna


dan cepat.

2. Rangkaian Kopling
Kopling (cluth) terdiri dari beberapa bagian seperti diperlihatkan pada
gambar 2.14 dan 2.15 dibawah. Tutup kopling (cluth cover) terikat pada roda
penerus (flywheel) yang terikat oleh beberapa baut dan berputar bersama-sama
dengan plat kopling sesuai dengan kecepatan.

Gambar 2.14 Penampang rakitan kopling

Gambar 2.15 Penampang rakitan kopling


3. Fungsi Bagian-bagian Kopling
a.Release Fork (Garpu pembebas)
Sebagai penekan release bearing dan penerima tekanan dari fluida yang
ditekan oleh pedal kopling melalui release cylinder (master klose bawah)
b.Release Bearing ( Bantalan atau Bearing)
Sebagai penerima tekanan dari release fork dan penekan pegas diapragma.
c.Cluth Cover (Rumah Kopling)
Sebagai tempat dari komponen diafragma spring, Pressure Plate, dll.

d.Diapragma Spring (Pegas Diapragma)


Sebagai pelepas pressure plate dari disch cluth ketika mendapat tekanan dari
release bearing.
e.Pressure plate (Plat Penekan)
Sebagai penekan cluth disch disaat terjadi putaran dari mesin.
f.Cluth disch (Kopling)
Inilah yang dimaksudkan sebagai kopling yang berguna sebagai
penghubung dan pemutus putaran dari mesin.
4. Mekanisme Penggerak
Ada 2 tipe kopling yang dibedakan berdasarkan cara kerja kopling yaitu :
a.Tipe Kopling Mekanis
Kopling mekanis (Mechnical Cluth) terdiri dari beberapa bagian seperti
yang diperlihatkan seperti pada gambar 2.16 dibawah. Pada tipe ini, perpindahan
pedal kopling diteruskan secara langsung oleh Kabel.

Gambar 2.16 Kopling Tipe Mekanis


b. Tipe Kopling Hidraulis
Konstruksi kopling hidraulis (Hydtolic Cluth) seperti pada gambar 2.17.
Pada tipe ini pergerakan pedal kopling dirubah oleh master silinder menjadi
tekanan hidraulis kemudian diteruskan ke garpu pembebas melalui silinder
pembebas. Pada tipe ini perpindahan pedal kopling diteruskan secara langsung
oleh Fluida.

Gambar 2.17 Kopling Tipe Hidraulis


Perbedaan antara kedua tipe kopling ini adalah :
Kopling Mekanis Menggunakan kabel dan Kopling Hidraulis menggunakan
Fluida.
5.Cara Kerja Kopling
Sesuai dengan pembahasan tugas ini, Colt Diesel Turbo ini menggunakan tipe
kopling hidraulis, yang dimana mempunyai cara kerja yaitu setelah adanya gaya
yang diberikan ke pedal kopling atau pergerakan maka gaya tersebut dirubah oleh
master silinder (master silinder) menjadi tekanan hidrolis kemudian diteruskan ke
silinder pembebas (release silinder) kemudian meneruskan ke release fork (garpu
pembebas), kemudian meneruskan tekanan ke release bearing (bantalan), dan
meneruskan ke diapragma spring (pegas diapragma), dan ketika sampai di
diapragma spring maka pressure plat (plat penekan) tidak lagi menekan disch
cluth (kopling) sehingga putaran dari mesin terputus, setelah terputus maka dapat
digunakan untuk menambah speed (kecepatan) pada kendaraan.
Demikian juga sebaliknya ketika pedal dilepas maka komponen kopling
secara keseluruhan kembali ke posisi semula. Demikianlah cara kopling bekerja.

2.4 Bantalan (Bearing)


Bantalan adalah suatu elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman, dan mempunyai kwalitas umur yang memuaskan (untuk mengurangi
gesekan). Dalam merancang, bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka seluruh sistem akan menjadi kurang baik karena
fungsi utamanya adalah untuk mengurangi gesekan dan komponen lainnya kurang
dapat bekerja dengan semestinya. Istilah bantalan kontak bergulir (rolling contack
bearing), bantalan anti - gesekan (anti friction bearing), dan bantalan bergelinding
(rolling bearing) semua ini dipakai untuk menjelaskan kelas bantalan di mana
beban utama dialihkan melalui elemen pada titik kontak yang menggelinding, jadi
bukan pada persinggungan yang meluncur. Pada suatu bantalan rol gesekan awal
kira - kira dua kali gesekan setalah berputar, walaupun gesekan ini masih dapat
diabaikan dibandingkan dengan gesekan awal pada bantalan luncur. Beban,
kecepatan, dan viskositas kerja dari bahan pelumas jelas mempengaruhi sifat
gesekan dari bantalan rol.
2.4.1 Jenis Bantalan
Bantalan dibuat untuk menerima beban radial murni, beban aksial, atau beban
gabungan (beban aksial dan beban radial).
a.Bantalan Peluru

Gambar 2.18Tata nama bantalan peluru

Tata nama bantalan peluru seperti pada gambar 2.18 diatas yang
menunjukkan juga keempat bagian utama dari dari bantalan yaitu cincin luar,
cincin dalam, elemen peluru, atau rol, dan pemisah. Adapun jenis-jenis dari
bantalan peluru yaitu:

Gambar 2.19 Jenis-jenis bantalan peluru


Keterangan :
a.Bantalan Berkontak Sudut
Bantalan yang berkontak sudut menyediakan kapasitas beban aksial yang
lebih besar.
b.Bantalan Berpelindung
Bantalan ini mempunyai pelindung tetapi bukanlah satu lingkaran yang penuh
tetapi cukup memberi ukuran yang dapat melindungi bentalan dari kotoran.
c.Bantalan Bersegel
Bantalan bersegel hanyalah suatu metoda yang digunakan untuk menyegel
pelumas sampai seumur bantalan tersebut.
d. Bantalan Baris Ganda

e. Bantalan Berpenyesuaian Sendiri


Bantalan ini untuk menahan ketidaklurusan atau lendutan poros, karena dapat
menyesuaiakan.
f.Bantalan Aksial.
g.Bantalan Berpenyesuaian Aksial Sendiri.
Jenis bantalan peluru ini biasanya digunakan pada poros transmisi.
b.Bantalan Rol

Gambar 2.20 Jenis-jenis bantalan rol


Keterangan :
a.Bantalan Rol Lurus
Bantalan ini akan menerima beban yang lebih besar dari bantalan peluru dari
ukuran yang sama karena mempunyai bidang kontak yang lebih besar, sehingga
ketidaklurusan yang kecil saja akan menyebabkan roller tersebut menjadi miring

dan keluar dari garisnya. Untuk alasan ini penahan haruslah kuat. Pada bantalan
ini tidak menerima beban aksial.
b.Bantalan Rol Aksial Berbentuk Bola
Bantalan ini sangat berguna pada beban dan ketidaklurusannya yang besar.
Karena

elemen

yang

berbentuk

bola

mempunyai

keuntungan

karena

bertambahnya luas bidang kontak sewaktu beban bertambah besar.


c.Bantalan Rol Kerucut Aksial
d.Bantalan Rol Jarum
Bantalan ini berguna untuk arah radial yang terbatas, dan bantalan ini
mempunyai kapasitas beban yang tinggi .
e.Bantalan Rol Kerucut (e dan f)
Bantalan ini menggabungkan keuntungan dari bantalan peluru dan bantalan
rol lurus, karena bantalan ini dapat menerima beban radial atau aksial dari setiap
kombinasi kedua-duanya. Bantalan ini mempunyai kapasitas penerimaan beban
yang tinggi dari bantalan rol lurus.
Jenis bantalan ini biasanya dipakai untuk bantalan kendaraan berat seperti
coltdiesel, intercooler, karena bantalan rol ini dibuat pada roda dan kopling joint
universal.
2.5 BAUT
a.ULIR
Untuk memasang mesin atau mengikat komponen dengan komponen lainnya
sangatlah dibutuhkan baut untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Ulir
pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang berbentuk segitiga sama
kaki. Jarak antara satu puncak dengan berikutnya dari profil ulir disebut jarak
bagi.

Gambar 2.21Nama-nama bagian ulir

Keterangan gambar :
1.Sudut ulir

5.Diameter luar dari ulir luar

2.Puncak ulir luar

6.Diameter dalam dari ulir dalam

3.Jarak bagi

7.Diameter luar dari ulir dalam

4.Diameter inti dari ulir luar


Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri. Dimana ulir kanan adalah akan
bergerak maju kedalam jika diputar searah jarum jam, dan ulir kiri akan bergerak
maju apabila diputar berlawanan arah jarum jam.

Gambar 2.22 Ulir kanan dan ulir kiri


Adapun ulir mempunyai jenisnya yang ditinjau dari bentuk profil
penampangnya yaitu

Ulir segitiga, persegi, gigi gergaji, dan bulat. Bentuk

persegi, trapesium dan gigi gergaji pada umumnya dipakai untuk penggerak atau
penerus gaya, sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena
kotoran. Tapi yang banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga dikelompokkan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris
(mm) dan inch (inchi) dan menurut ulir kasar dan ulir halus.
b.BAUT
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segienam, soket segienam
dan kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi yaitu baut penjepit, baut untuk
pemakaian khusus, sekrup mesin, sekrup penetap, sekrup pengetap, dan mur.
Dibawah diterangkan beberapa jenis baut penjepit yaitu :
a).Baut tembus untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana
jepitan di ketatkan dengan sebuah mur.

b).Baut tap untuk menjepit dua bagian, dimana jepitan diketatkan dengan ulir
yang di tapkan pada salah satu bagian.
c).Baut tanam merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua
ujungnya, untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian
yang mempunyai lubang berulir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

a.Baut tembus

b.Baut tap
Gambar 2.23 Jenis baut penjepit

c.Baut tanam

BAB III PERHITUNGAN


3.1 POROS
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama - sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros ini mendapat beban puntir atau puntiran murni dan lenturan. Daya
ditransmisikan keporos ini melalui kopling, roda gigi, sproket dan lain - lainnya:
spindle dan poros ganda. Pada perencanaan ini kita akan merencanakan sebuah
poros transmisi.

Gambar 3.1 Poros


Berdasarkan spesifikasi tugas, daya nominal output motor penggerak adalah 125
PS dan putaran mesin 2900 rpm. Karena terjadi kejutan pada kopling pada waktu
meneruskan daya, jadi daya yang diperlukan adalah daya maksimum, Maka untuk
ini perlu adanya factor koreksi.
disini factor koreksi diambil Fc = 1,0 (daya normal) Sularso, Hal 7 tabel 1.6
Apabila data-data yang diketahui adalah sebagai berikut :

maka Pd

Daya ( N )

=125 ps

Putaran (n)

= 2900 rpm

Pd

= daya rencana

fc

= factor koreksi
= Fc x p
= 1,0 x 74
= 125 ps

karena satuan daya yang kita ketahui adalah PS maka harus dikalikan dengan
0,735 untuk mengubah kW. 1PS = 0,735 kW ... Sularso, Hal 7

maka pd

=125 x 0,735
= 91.875 kW

sehingga momen rencana adalah :

Pd
... Lit 1, Hal
n1

5
T = 9,74 x10

7
=

9,74 x10 5 91,875

2900
= 30875.4 kg.mm
Dimana Pd

= Daya Rencana ( kw )

n1 =Putaran Poros Mesin (rpm)

Tegangan Geser yang diijinkan


Untuk menghitung tegangan geser yang diijinkan (a)

pada poros yang

direncanakan pengaruh konstruksi tegangan perlu diambil factor keamanan (SF1)


dengan kekuatan yang dijamin 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan
baja paduan dan pengaruh kekerasan permukaan juga perlu diperhitungkan maka
dapat dinyatakan (SF2) dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0 ... Sularso, Hal 8
Untuk bahan poros direncanakan bahan S55C-D yaitu baja karbon di finis
dingin dengan kekuatan tarik.
B

= 72 kg / mm 2 lampiran tabel 2

Sf 1

= 6,0 ( untuk bahan S-C ) Sularso, Hal

8
Sf 2

= 1,3 sampai 3,0 maka dalam hal ini diambil sebesar hingga

a =

B
Sf 1 xSf 2

.. Lit 1 Hal

8
72

= 6,0 x1,3
= 9,23 kg/mm2
Diameter poros (ds)

Sewaktu meneruskan putaran terjadi kejutan maka diambil faktor koreksi


momen puntir (Kt) dan juga factor koreksi pembebanan lentur(Cb), Sularso, Hal 8
Faktor koreksi momen puntir (Kt) yang di anjurkan ASME adalah :
1,0

jika beban dikenakan secara halus

1,0-1,5

jika terjadi sedikit tumbukan atau kejutan

1,5-3,0

jika beban dikenakan dengan tumbukan atau kejutan yang besar

Faktor koreksi pembebanan lentur (cb) antara 1,2 2,3 (jika diperkirakan tidak
terjadi pembebanan lentur maka cb diambil 1,0)... Sularso, Hal 8
Dalam perencanaan ini Kt diambil 2,0 dengan memperhitungkan tidak ada
terjadi pembebanan lentur maka diameter poros (ds).
ds

5,1

a .Kt.Cb.T

. Lit 1

Hal 8
=

5,1

9,23 .1,0.1,2.12613

= 27,84 mm

Besar ds yang diambil 28 mm Sularso, Hal 9 tabel 1.7


Bila momen rencana (T) dibebankan pada suatu diameter poros (ds) maka
tegangan geser yang terjadi pada poros ( ) adalah

5,1.T
Lit 1 Hal
ds 3

maka

5,1.12613
28 3

2,9 kg.mm2

a
= 2,9 < 9,23

Poros aman terhadap tegangan yang terjadi.

3.2 SPLINE
Spline
Fungsi Spline adalah untuk menghubungkan daya dari poros output melalui
plat gesek. Spline atau poros bintang merupakan suatu poros yang mempunyai
gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan
saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga plat gesek dapat berputar bersama
dengan poros bintang dan dapat berderajat sejajar dengan sumbu poros.

Gambar 3.2 Spline


Dimana :
b

= lebar spline

= tinggi spline

= diameter luar poros

ds

= dimeter dalam poros

Dalam perencanaan ini jumlah spline yang di rencanakan 10 buah. Untuk spline
umumnya bahan yang digunakan mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60 kg/mm 2
atau lebih kuat dari porosnya ............. Kiyokatsu Suga, Hal 25
sebagai berikut

= 0,66.D

= 0,66.D

= 0,07.D

= 0,75 sampai 1,5 x ds Kiyokatsu Suga, Hal 27

= 10 buah (jumlah spline)

sehingga

ds

= 28 mm diameter poros

Dspline

= ds . i

Dspline

= 28 . 1,1
= 30,8 mm = 31,5 mm

jadi

bspline

= 0,12 . 31,5

= 3,7 mm

hspline

= 0,12 . 31,5

= 3,7 mm

Lspline

= 1,2 . 31,5

= 37,8 mm

Harga 1,2 diambil dari harga standard


Jika momen rencana dari poros (T) dan diameter poros (ds) maka, gaya tangensial
spline pada poros adalah :
F

T
lit I Hal 25
dS / 2
12613
2

= 28

= 900,92 kg
Sehingga tegangan geser yang diizinkan (ka) yang ditimbulkan bila diketahui
panjang spline ( l ) adalah :
ka

F
lit1
bxl

Hal

25
900,92

= 3,7 x37,8
= 6,44 kg

mm 2

Sedangkan tegangan geser yang diijinkan adalah

b
Lit 1 Hal
sfk1 .sfk 2

25
Bahan untuk spline sama dengan bahan untuk poros baja karbon di finis dingin
S55C-D dan pada umumnya pasak mempunyai kekuatan tarik lebih dari = 60 kg /
mm 2 dan lebih kuat daripada poros. Harga Sfk1 umumnya diambil 6 dan harga

Sfk 2 yaitu ... Kiyokatsu Suga, Hal

25
1 - 1,5

jika beban secara perlahan lahan

1,5 - 3

jika dikenakan dengan tumbukan ringan

2 -5

jika dikenakan secara tiba tiba dan dengan tumbukan berat

sehingga

ka

80kg / mm 2
6 x3

(3 : Jika dikenakan secara tiba-tiba)

= 4,44 kg / mm 2
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa gaya tangensial (F) yang besar dapat
disesuaikan dengan panjang daripada spline. Yaitu F = 900,92 kg dan panjang (L)
= 3,7 cm
Perencanaan untuk spline cukup baik
3.3 NAF
Naf terikat menjadi satu dengan plat kopling gesek dan dapat bergerak secara
aksial degan bebas pada poros sepanjang spline, untuk bahan naf sama dengan
bahan spline yaitu S55C-D

Gambar 3.3 Naf


luas bidang jepit naf adalah
A = hxlxn
dimana
h = tinggi alur dalam 3,7 mm
l

= panjang 31,5 mm

= jumlah naf 10 buah

Harga-harga dari semua ini dapat dari perhitungan spline maka :


= 3,7 x31,5 x10

= 116 mm 2
sehingga tegangan geser yang terjadi pada naf adalah

g = F

900,92
116

= 7,76 kg

mm 2

Tegangan geser yang diijinkan ( g ) adalah

b
sfk1 .sfk 2

Lit 1 Hal

8
Dimana b berkekuatan tarik bahan 80 kg / mm 2 S55C-D
sfk1

= 6

sfk 2

=3

Maka g

80
6 x3

= 13,33
jadi 13,33 g > 18 g
Dari hasil perhitungan Naff diatas konstruksi aman

3.4 KOPLING PLAT ( PLAT GESEK)


Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih
yang dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Konstruksi
kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam
keadaan berputar.

Gambar 3.4 Plat Kopling


Karena bidang yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempengaruhi
yang kecil saja pada pemindahan momen, maka perbandingan D1 / D2 jarang
lebih rendah dari 0,5. .. Kiyokatsu Suga,
Hal 62
Pada perencanaan ini bahan plat yang di pergunakan adalah antara besi cor
dan asbes yang bekerja pada kondisi kering Kiyokatsu Suga, Hal 63 tabel 1.3
Koefesien gesek () untuk bahan paduan antara besi cor dengan asbes sebesar
0,35- 0,65 dan untuk Pa adalah 0,007- 0,07 kg / mm 2 . Kiyokatsu Suga, Hal 63
Pada perencanaan ini diambil koefesien gesek bahan 0,35 dan Pa 0,05 kg / mm 2
dan perbandingan diamater D1 / D2 diambil 0,8.
Besarnya gaya tekanan pada bidang gesek tidak terbagi rata pada seluruh
permukaan tersebut. Besar gaya tekan pada permukaan bidang geser :

F =

( D22 D12 ) Pa ... Lit 1 Hal


4

F =

( D22 0,8 D12 )0,05


4

1 0,8 2 D22 .0,05


4

62

= 0,014 D22
Dengan jari - jari rata - rata
rm = (D1 D2)/4 . Lit 1 Hal 59
(0,8 1)D2/4 = 0,45 D2
Dengan momen T = F.rm Lit 1 Hal 63
12613

= 0,35 x 0,014 D22 x 0,45 D2 = 2,205x10-3 D23

12613

= 2,205x10-3 D23

12613

D2 =
3
2,205 10

= 190,48 mm = 190 mm
D2 = 190 mm
D1 = 0,8 x 190 =152 mm
Gaya tekanan yang bekerja dipermukaan bidang aspek adalah :
F

= 0,014. D22
= 0,014. (152) 2
= 323,45 kg

Momen akibat beban pada plat gesek adalah :


T 1

= 974

F .V
. Lit1Hal
6120.n1 .

65
Dimana

Gaya yang ditimbulkan oleh beban 806,4 kg

Kecepatan beban

= .Dm.n1

dimana : Dm

Dm

D1 D2
2

190 152
2

= 171 mm = 0,171 m

n1

= Putaran motor = Putaran poros = 2900 rpm

= Koefisien gesekan = 0,35


Maka V

.0,171.2900 = 1557,126 m/ menit

806,4.2255,14

T1 = 974 6120.4200.0,35
= 0,196 kg.mm
Didalam perencanaan ini diameter roda gaya ( Dmp) diambil sebesar
782 mm 0,782 mm
Efek total roda gaya terhadap kopling (GD ) 2 adalah : 3,0 kg mm 2 .
Momen rencana (Ta) yang diperlukan mencapai jangka waktu penghubung yang
direncanakan :
Ta =

GD 2 n r
+Tl .. Lit 1 Hal
375.te

67
dimana Nr = Putaran relative poros
= n1-n2 (n2 direncanakan 2600 rpm)
= 2900 rpm 2600 rpm
= 2600 rpm
te = waktu penghubung poros direncanakan 0,6 detik
maka

3.1600

Ta = 375.0,6 + 0,196
= 21,57 kg.m

Bila beban dikenakan berat dari permukaan maka dipilih kopling Tdo sebagai
kapasitas momen gesek dinamis dalam daerah sebagai berikut :
Tdo > Ta . f ... Lit 1 Hal 67

Dimana : f = factor keamanan untuk memilih kopling tak tetap ini dapat dilihat
dari table 3.3 (Sularso, Hal 69), sedangkan momen gesek dinamisnya untuk
pemilihan nomor kopling ...... (Sularso, Hal 69)
Dalam hal ini diperoleh harga f = 2 untuk macam penggerak mula yaitu motor
diesel 4 silinder
maka F. Ta = 2 . 21,57 kg.m
= 43,14 kg m
Harga momen dinamis puntir ( Tdo ) diambil sebesar 50 kg.m dan puntiran relative
1000 rpm maka diperoleh nomor kopling 60... Kiyokatsu Suga,Hal 69
3.4.1 WAKTU KERJA
Pada permulaan perhitungan, momen percepatan yang diperlukan untuk
memenuhi waktu penghubungan te yang dicari lebih dahulu dan momen puntir
serta nomor kopling ditentukan. Kopling yang dilakukan plat gesek dalam jangka
waktu penghubung yang sesungguhnya adalah :
t ae

GD 2 .nr
... Lit 1 hal 70
375(Tdo T1)

Dimana :

maka

t ae

= waktu menghubungkan yang sesungguhnya

GD 2

= efek total roada gaya

nr

= putaran relatif 1300 rpm

T1

= momen akibat beban pada plat gesek = 0,254 kg.mm

Tdo

= momen puntir dinamis 50 kg.m

t ae

3.1600
375(50 0,196)

= 0,25 detik
jadi te > t ae 0,6 detik > 0,25 detik
3.4.2 KERJA PENGHUBUNG
Kerja penghubung yang terjadi

konstruksinya aman

Tdo.nr
.t ae Lit 1hal
19,1

70
=

50.1600
.0,25
19,1

= 1047,12 kg.m /hb


Dengan merencanakan 5 penghubung permenit maka kerja penghubung yang
diijinkan untuk motor kopling adalah
Ea = 50 kg.m Lit 1 hal 70
jadi

E > Ea
1047,12 k.m > 50 kg .m/hb

3.4.3

(konstruksi aman )

UMUR PLAT GESEK

Umur plat gesek diperkirakan karena laju keausan plat gesek pada macam
bahan geseknya, kecepatan keliling, tekanan kontak, termperatur dll. Dimana
rumus utuk menghitung umur pelat gesek :
L3
. Lih 1 Hal
E.W

Nml

Nml

= umur pelat gesek

L3

= volume keausan yang diijinkan dari pelat 91 cm2

= Laju keausan bidang gesek

72
Dimana :

Bahan untuk permukaan gesek dibuat dari paduan sinter besi


Harga W diambil sebesar 4x10-7
E
Maka Nml

= Kerja penghubung 1047,12 kg.m/hb


=

91
= 2172620,58 cm3/hb
1047,12.4 x10 7

Umur plat gesek dalam tahun (Nmd) didalam perencanaan ini diambil dalam
1 hari bekerja selama 8 jam dan satu tahun 365 hari maka umur plat gesek dengan
1 kali hubungan per menit adalah

Nml

Nmd = jumlahberhubungantiaptahun . Lit 1 Hal 72


dimana jumlah tiap tahun = 5.60.8
= 3000 hb/hari
Dengan 365 hari tiap tahun : 2400 x 365 1095000 hb
Dimana : Nmd =

2172620,58
786000 hb / tahun

= tahun2,48
Jadi umur plat gesek mencapai 2,5 tahun

3.5 PEGAS MATAHARI (DIFRAGHMA SPRING)


Pegas matahari merupakan pegas tekan yang juga disebut Belleville spiring.
prinsip kerja pegas matahari berlainan dengan pegas spiral dimana gaya yang
bekerja banyak mengalami gaya lengkung yang mengakibatkan terjadinya
defleksi.

Guna pegas matahari (diaphragm spring) adalah untuk menekan pelat

agar ada kontak atau bergesekan dangan flywhell (roda gila) dan juga menarik
plat agar terpisah dengan flywhell.

Gambar 3.5 Pegas Matahari (diapragma spring)

Dalam hal ini jumlah pegas (x) adalah 12 buah dan bahan pegas dingunakan
Carburized

orcasehardenied.

Dengan

kekuatan

tarik

(Tt) = 2x105 Psi .. Lih 3 Hal 443


Gaya pegas matahari terhadap pelat gesek adalah:
Q2 = 274,4 kg
Perbandingan jari - jari dalam dan luar dari pegas adalah :
b/a direncanakan 2,50 . Lampiran tabel 11
diperoleh untuk harga
b Tt/ P = 20.630 dan k1 = 5,54 sehingga jari-jari luar adalah
b Tt/ P = 20.630

b = 20.360
=

Sf 2 = 2,0

P /Tt

20630 274,4.2,0
2 x10 5

= 2,416 in
= 61,47 mm
Jari jari dalam pegas adalah
b

Dimana: P

61,47

a = 2,50 2,50 24,58


Tebal pegas yang diperoleh adalah

= Q2 . S f 2

Tt

= K1.

E.t 2
Lih 3 Hal
b2

233
dimana :

E = Modulus elastis beban 30 x 606 lb/in

T .bt 2
maka t =

K1

2 x10 5 ( 2,461) 2

= 0,083 in
= 2,11 mm
Gaya-gaya yang bekerja pada pegas dapat dihitung dengan keseimbangan momen
dimana:

= 64,47mm

= Direncanakan 20 mm

= b-k
= 61,47-20 = 41,47 mm

Q1

= Titik kontak antara ruas penekan dengan alat penekan

= Titik untuk tuas penekan batalan

Q1

= Gaya tekan bantalan

Q2

= Gaya pegas matahari terhadap alat gesek

= Engsel

Mc

=0

Q2 .k
274,4.20

132,34 kg
s
41,47

3.6 PEGAS KEJUT


Pegas kejutan disebut pegas peredam, merupakan salah satu bagian dari
kopling yang terletak pada bagian plat gesek. Adapun fungsi dari pegas kejutan
adalah untuk meredam getaran, hentakan dan menyimpan energi dengan waktu
yang kebih lama, serta mengurangi getaran.
Baja yang paling umum digunakan adalah baja pegas (SUP). Karena dibentuk
dari tempur tinggi, maka perlu dilakukan perlakuan panas yang dibentuk.
Dalam perencanaan ini jumlah pegas yang direncanakan adalah sebanyak 6 buah

( Z = 6 buah ) dengan jarak pusat kesumbu poros rm = 60

Gambar 3.6 Pegas Kejut


Gaya-gaya yang bekerja dalam pegas kejutan (Ft)
Ft = T/rm. Lih 4 Hal 207
Dimana : T = Momen puntir rencana 0,254 kg.mm
maka Ft =

0,254
50

= 0,05 kg
Gaya yang bekerja pada tiap pegas ( W1)
W1

= Ft/z
=

859
6

= 143,1 kg
Bahan yang dipilih untuk pegas adalah SUP 9 dengan kekuatan tarik Tt = 125
kg/mm2 dan batas mulur 110 kg/mm2. lamp tabel 12
Tegangan rencana (Td) adalah tegangan mulur geser dibagi dengan 1,5 untuk
kerja ringan, dibagi 1,9 (sama dengan 1,5/0,8). Untuk kerja normal atau rata-rata
dan dengan 2,3 (sama dengan 1,5/0,65) untuk kerja berat. Pada perencanaan ini
diambil 1,9 karena dianggap kerja normal,maka:
d
d

y
1,9
110
1,9

= 57,5 kg/mm2 =58 kg/mm2


Tegangan maksimum yang diperlukan dalam lilitan pegas ulir

g K
=

SWL
... Lit 4 Hal 29
d 3

8CWL
d 3

Dimana K = Faktor tegangan dari wahl


K =

4c 1 0,615

Lih 1 Hal
4c 4
C

316
C = Indeksi pegas ( C= D/d )
Pada perencanaan ini hanya 4 untuk harga (C) sehingga faktor untuk wahl adalah :
K

(4.4) 1 0,615

kg / mm
(4.4) 1
4

= 1,40 mm
Jadi diameter untuk kawat pegas adalah
d=
=

1,4.C.W .L

1
2

1,4.8.4.143,1

3,14.58

1
2

= 35,2 mm
sehingga tegangan geser maksimum yang terjadi pada permukaan dalam
lilitan pegas ulir adalah :

1,4.8.143,1
3,14.(35,2) 2

= 1,64 kg/mm2
g d

58 kg/mm2 > 1,64 kg/mm2. ( konstruksi aman )


Diameter rata - rata pegas (D)
D/d

=c

D/d

=4
= 4.d
= 4 x 35,2
= 140,8 mm

Lendutan pegas yang terjadi (s)

8n.D 3WI
.. Lit 1 Hal
d 4 .G

318
Dimana :
D

= Diameter rata - rata pegas 140,8 mm

W1

= Gaya yang bekerja pada tiap pegas 143,1 kg

= Diameter kawat pegas 35,2 mm

= modulus geser 8 x 1103 kg/mm2 (lampiran tabel 13)

= Jumlah lilitan yang aktif dari pegas


dimana n > n + (1,5 sampai dengan 2) dan jumlah lilitan aktif dari
pegas harus lebih dari 3 Lit 1 Hal 317

maka

8.5.140,8 3.143,1
35,2 4.8 x10 3

= 1,2 mm
Konstanta pegas adalah
K

Gd 4
. Lih 1 Hal
8n.D 3

8x10 3.(35,2) 4
8.5(140,8) 3

318

= 11 kg /mm

3.7 BANTALAN
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempuyai beban
sehingga putaran atau getaran bolak - baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros atau
elemem mesin yang lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka

seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat

bekerja dengan semestinya.


Dalam perencanaan ini bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding.
Bantalan ini mempunyai kelebihan antara lain gesekannya sangat mudah,
pelumasannya sangat mudah dan sederhana.

Gambar 3.7 Bantalan


Pada bantalan terjadi gaya radial (Fr) sebesar
Fr = T/r .. Lit I Hal 25
Dimana:

T = momen rencana 30875,4 kg.mm


r = jari-jari roda gaya 250/2 = 125 mm

maka Fr

= 30875,4
125
= 246,9 kg

Pada bantalan terjadi gaya aksial, sehingga beban aksial equivalen dinamis (P)
P = X Fr + y Fa... Lit1 Hal 135

Harga-harga X dan Y Sularso, Hal 135 tabel 4.9


dimana

Maka

= factor aksial = 0,56

= factor radial = 1,55

Fr

= beban radial = 241,5 kg

fa

= beban aksial = gaya penekan pegas matahari = 132,34 kg

= 0,56.241,5 + 132,34 .1,55


= 340,21 kg

Factor umum beban bantalan (fh)


bantalan bola aksial yang digunakan disini untuk bekerja bisa dari lampiran tabel
16 dapat diketahui lamanya umur bantalan dan umur pemakaian biasanya pada
auto mobil adalah 5000 sampai dengan 15000 jam sehingga factor umur bantalan
adalaha :
Lh
dimana Lh

= 500 fh3 . Lit 1 Hal 136


= Umur nominal
= 5000 jam harga yang dipilih

Jadi Fh

Lh
500

1
3

15000

500

1
3

= 3,10 jam
Dari persamaan diatas dapat ditentukan besar beban nominal spesifik (C) yaitu :
C

P Fh
fn

Fh

= factor umur bantalan = 3,8jam

= beban equivalen dinamis = 340,21 kg

Fn

= factor kecepatan

maka
Fn
maka

= (33,3/4200)1/3 = 0,26 jam


C

340,21 3,8
= 4972,3
0,26

Dominan spesifik (c) diambil 4972,3 kg. Sehingga didapat dimensi bantalan
dalah :
Normal bantalan

: 10 mm

d bantalan

: 30 mm

D bantalan

: 62 mm

B bantalan

: 16 mm

r bantalan

: 1,5 mm

Jadi kapasitas nominal statistic spesifik Co = 1050


3.8 BAUT
Fungsi baut adalah untuk mengikat untuk menjadi lebih kuat antar dau atau
lebih benda seperti pada kopling atau matahari terhadap flywhell.

Gambar 3.8 Baut penghung ke Flywhell


Baut pengikat poros dengan flywhell direncanakan 6 buah dan gaya yang
dialamai : W = T/n.R
Dimana T

= momen rencana = 30875,4 kg.mm

= jumlah baut = 6 buah

= jarak sumbu poros = 30 mm

maka W = 30875,4
6 x 30
= 171,53 kg
Bahan baut yang dipilih dalam perencanaan ini SF 60 (JISG 3210) dengan
kekuatan tarik Tt = 60-70 kg/mm2 .. Lampiran 17

dengan faktor kekuatan Sf = 1,0 faktor ini diambil karena bahannya definis biasa
yang besarnya 8-10 ... Sularso, Hal 296
Tegangan yang diijinkan ( a )
a

t 70

Sf
10

= 7 kg/ mm2
Besarya diameter baut a =

W
. Lit1Hal
/ 4.(0,8d ) 2

296
Sehingga

d=
=

4W
. a (0,8) 2
4.167,7
3,14.7.(0,8) 2

= 47,7 mm

.. Lampiran 18

Tegangan yang trejadi pada baut


Tt
dimana

W/A

A = luas penampanga baut


=

maka Tt

=
=

4d 2

W
/ 4d 2
4.167,7
3.14.(67,8) 2

= 4,48 kg /mm2
maka a t
7

/mm2 > 4,48 mm2

(maka konstruksi aman )

3.8.1Baut pengikat rumah kopling

Gambar 3.8.1 Baut penghubung rumah kopling


Jumlah baut direncanakan 6 buah dengan jarak dari sumbu poros 100 mm
Besarnya gaya yang dialami baut ( W )
W =T/n.R

Dimana

T = momen rencana 30875,4 kg.mm


n = jumlah baut 6 buah
R = Jarak sumbu poros 100 mm

W = 30875,4
6 x 100
= 51,459 kg
Untuk bahan baut ini sama dengan untuk bahan pada pengikat poros dengan
Flywhell yaitu SF 60 (JISG 3210) dengan kekuatan tarik Tt = 60-70 kg/mm2.
Faktor keamanan Sf =10
t

Tegangan tarik yang diijinkan ( Ta) = a Sf


=

70
10

= 7 kg/mm2
Besarnyaa diameter baut sama dengan diameter baut pengikat poros dengan
Flywhell
Besar tegangan tarik yang terjadi ( t )

W
t .d 2
4

4.50,32
.(67,8) 2

= 1,36 kg/mm2
t a

Jadi

1,36 kg /mm2 < 7 kg /mm2


3.9 PAKU KELING

Gbr 3.9 Paku keling


Dalam perencanaan ini paku keling direncanakan 16 buah paku keling yang
terletak pada pertengahan lebar bidang plat gesek, maka diameter kedudukan paku
keling (DK) dapat ditentukan sebagai berikut.
DK
dimana D1
D2
maka

= DK

D1 D2
2

= diameter dalam plat gesek 738,9 mm


= diameter luar plat gesek 591,1 mm
=

D1 D2
2

190 152
2

= 171 mm

Gaya yang bekerja pada paku keling (F)

T
DK

= 30875,4
171
= 180,56 kg
Bahan paku keling dari St 30 dengan kekuatan tariknya

= 30 kg /mm2

Faktor keamanan St

=5

Tegangan geser yang diijinkan

= 0,5. Sf
= 0,5.

30
5

= 3 kg/mm2
Besar diameter paku keling
Fn = n. g .A
Dimana : n

= jumlah paku keling

= tegangan geser yang diijinkan 3 kg/mm2

= luas penampang paku keling / 4.d 2

= n. g . / 4.d 2

d2

= .ng

maka
4.F

4.85,22
.16.3

= 2,27 mm
Tegangan geser yang terjadi pada paku keling ( Tgk)
gk

F
n. A

F
n. / 4d 2

4.85,22
16. ( 2,27) 2

jadi

= 1,32 kg/mm2
g > gk
3 kg/mm2 > 1,32 kg/mm2( konstruksinya aman)

BAB IV PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

Pada bab ini menerangkan cara perawatan dari kerusakan - kerusakan yang
dapat terjadi pada komponen - komponen kopling. Dibawah ini dapat kita lihat
bebarapa kerusakan atau troubleshooting dan cara penanggulangan atau cara
perbaikan kopling, yaitu sebagai berikut :
Gejala
Cluth tidak terlepas
dengan baik

Penyebab

Perbaikan

- Cluth master cylinder

Ganti

tidak berfungsi
- Terdapat udara pada

Cluth slip

saluran saluran oli

Buang udara

Pegas kejut lemah

Ganti

Saluran masuk/keluar

Buka dan bersihkan

fluida tersumbat
Play cluth pedal yang

Cluth berbunyi ketika


dilepas

tidak sesuai

Stel pedal

Keausan spline

Ganti cluth disc asembly

Pegas kejut telah lemah


Aus,rusak atau

Ganti bearing

pelumasan yang jelek


pada bearing
Cluth berbunyi ketika
menempel dengan
flywheel

spline aus

Ganti

diapragma spring lemah

Ganti spline

Naff aus

Ganti Clutch

Dari tabel diatas adalah beberapa macam dari diantaranya kerusakan dan
perbaikan clutch. Jadi kesimpulan untuk perawatan daripada cluth (plat kopling)
adalah :

- Utamakan melakukan penyetelan pedal kopling yang tepat dan benar karena awal
kerusakan adalah kurang tepatnya penyetalan pedal kopling.
- Jangan sekali - kali fluida atau minyak kopling habis.
- Lakukanlah perawatan berkala khususnya master silinder.
Demikianlah cara perawatan yang sederhana pada cluth (plat kopling).

BAB V
KESIMPULAN
Selesainya perancangan ini penulis dapat mengetahui bagaimana cara
merancang sebuah kopling, dari pemilihan bahan bahkan sampai menghitung

perhitungan bagian-bagian utama dari kopling sampai mengetahui umur dari plat
kopling.
Dari perencanaan dan perhitungan pada bab III maka penulis membuat suatu
kesimpulan yaitu sebagai berikut :

Motor

Poros

Spinle

Naf

Pelat Gesek

Pegas Matahari

Pegas Kejut

- Daya

= 125 Ps

- Putaran Poros

= 2900 Rpm

- Diameter Poros

= 28 mm

- Bahan

= S50C

- Jumlah

= 10 Buah

- Diameter

= 31,5 mm

- Lebar

= 3,7 mm

- Tinggi

= 3,7 mm

- Panjang

= 37,8 mm

- Bahan

= S55C-D

- Diameter dalam

= 31,5 mm

- Panjang

= 3,7 mm

- Jumlah

= 10 Buah

- Bahan

= Besi Cor + Asbes

- Diameter Dalam

= 190 mm

- Diameter Luar

= 240 mm

- Waktu kerja

= 0,6 detik

- Umur plat

= 3 tahun

- Jumlah

= 12 Buah

- Jari-Jari Luar

= 61,47 mm

- Jari-Jari Dalam

= 24,58 mm

- Tebal Pegas

= 2,11 mm

- Bahan

= Sup 9

- Diameter Kawat

= 10,66 mm

- Jumlah

= 6 buah

Bantalan

Paku keling

Baut

- Jenis

= Bantalan Gelinding

- No

= 10 zz

- Diameter Dalam

= 30 mm

- Lebar

= 27 mm

- Radius

= 1,5 mm

- Bahan

= ST 30

-Jumlah

= 16 buah

- Jumlah

= 6 Buah

- Bahan

= Sf 60 (JIS G 3210

- Diameter

= 7 mm

DAFTAR PUSTAKA
1. Suga kiyokasu, Sularso, Dasar perencanaan dan pemilihan Elemen mesin, PT
Pradnya Paramita, Cetakan Kesebelas, Jakarta 1976

2. New step 1 Training manual,Toyota service training


3. Shingley E.Joseph,Larry D Mitchell, Perencanaan Teknik Mesin, Erlangga,
Edisi ke Empat Jilid 2, Jakarta 1995
4. Jac Stolh Dan C Kros,Elemen Kostruksi Dan Bangunan Mesin, Erlangga, Edisi
21 Jakarta 1984
5. Workshop Manual, Mitsubishi Motors, P.T. Krama Yudha Tiga Berlian Motors.
6. JACK STOLK DAN C KROS, ELEMEN MESIN, PENERBIT
ERLANGGA
7. E. RUSSEL JONSTON, JR. STATIC AN DINAMIC,ERLANGGA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 1. Factor-factor koreksi daya yang akan ditransmisikan Fc
Daya yang akan ditransmisikan

fc

Daya rata-rata yang diperlukan

1,2 2,0

Daya maksimum yang diperlukan

0,8 1,2

Daya normal

1,0 1,5
Lit 1 Hal 7

Tabel 2. Bahan yang dipakai untuk konstruksi mesin dan batang baja yang difinis
Dingin untuk poros
Standard

Lambang

dan macam

Perlakuan
panas

Keterangan

Kekuatan
tarik

Baja

S30C

Penormalan

(kg/mm2)
48

konstruksi

S35C

Penormalan

52

mesin

S40C

Penormalan

55

(JIS G

S45C

Penormalan

58

4501)

S50C

Penormalan

62

Batang baja

S55C
S35C - D

Penormalan
-

66
53

ditarik

yang difinis

S45C - D

60

dingin,digerinda,dibubut,

dingin

S55C -D

72

atau gabungan antara


hal-hal tersebut
Lit 1 Hal 3

Tabel 3. Penggolongan baja secara umum


Golongan
Baja lunak

Kadar carbon (C dalam %)


-0,15

Baja liat

0,2 0,3

Baja agak keras

0,3 0,5

Baja keras

0,5 0 ,8

Baja sangat keras


Tabel 4. Diameter Poros (Dalam satuan mm)
4

10

*22,4

40

24
11
4,5

*5,6

25

*11,2

28

12

30

*12,5

14

42
45

*31,5

48

32

50

35

55

*35,5

56

(15)
6

16

38

60

(17)
*6,3

18

0,8 1,2
100

*224

(105)

240

110

250

420

260

440

*112

280

450

120

300

460

*315

480

125

320

500

130

340

530

140

*355

560

150

360

160

380

600

170
63

180

19

190

20

200

22

400

65

70

*7,1

71

630

220

75
8

80
85

90
95

Keterangan :
a.Tanda * menyatakan bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar.
b.Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding.

Lit 1 Hal 9
Tabel 5. Standard splinne
Permanent

6 Spline
d = 0,80d

4 Spline
d = 0,80d

10 Spline
d = 0,81d

Normal

w = 0,26d

w = 0,214d

w = 0,156d

h = 0,03d
d = 0,54d

h = 0,075d
d = 0,75d

h = 0,015d
d = 0,66d

w = 0,26d

w = 0,244d

w = 0,66d

h = 0,075d
d = 0,80d

h = 0,125d
-

h = 0,07d
d = 0,54d

w = 0,25d

w = 0,156d

h = 0,10d

To spline when no
under load
To spline when
under load

h = 0,01d
Lit 4 Hal 373

Tabel 6. Tabel umtuk keamanan untuk memilih kopling tak tetap


Watak

Macam penggerak mula

pembebanan
(frekuensi
penghubungan,

Motor listrik

inersia, variasi

turbin

Motor
bensin4-6
silinder

Motor diesel

Macam mesin

4-6 silinder

beban dan
tumbukan
Frekuensi
rendah dan
bebas variasi

Blower, kipas
1,5

1,7

2,1

angin, mesin
kantor

beban
Frekuensi dan

Mesin

inersia rendah

perkakas
1,7

2,0

2,4

kecil, mesin
pintal, pompa
kecil, mesin
kayu

Frekuensi
rendah
Variasi beaban
besar, inersia
besar

2,0

2,3

2,8

2,4

2,8

3,4

Pres besar,
kompresor
Pres sedang,
kran , mesin
tap,
penumbuk
Mesin serut,

Beban
tumbukan,

3,4

4,0

4,7

mesin tusuk

beban berat

gerigi,
Lit 1 Hal 69

Tabel 7. Laju keausan plat gesek


w [cm3/(kg.m)]
3-6 x 10-7

Bahan permukaann
Paduan tembaga sinter
Paduan sinter besi

4-8 x 10-7

Setengah logam

5-10 x 10-7

Damar cetak

6-12 x 10-7
Lit 1 Hal 72

Tabel 8. Harga Koefisien gesek () dan tekanan rata-rata bidang gesek (p)

Bahan permukaan kontak

Kering

Dilumasi

P (kg/mm2)

Besi cor

0,10 0,20

0,08 0,12

0 ,09 0,17

Besi cor dan perunggu

0,10 0,20

0,10 0,20

0,05 0,08

Besi cor dan asbes

0,35 0,65

0,007 0,07

Besi cor dan serat

0,05 0,10

0,05 0,1 0

0 ,005 0,03

Besi cor dan kayu

0,10 0,35

0,02 - 0,03

Lit 1 Hal 63
Tabel 9. Karakteristik momen puntir

Lit 1 Hal 69
Tabel 10. Tetapan untuk baja pegas Belleville h/t = 1,5
b/a

Kl

bT/p

1,25

8,83

22,090

1.50

6,29

19,450

1,75

5,63

19,050

2,00

5,44

19,350

2,50

5,54

20,630
Lit 4 Hal 245

Tabel 11. Sifat mekanis dari baja pegas


Perlakuan panas (0c)

Batas
mulur

Lambang

Celup
dingin

regangan
Temperatur

permanen
0,2%

Kekuatan
tarik
(kg/mm2)

Kekerasan
(hb)

(kg/mm2)
SUP 4

450 500

90

115

352 - 415

SUP 6

830 860

480 530

110

125

363 429

SUP 7

Pendinginan

490 540

110

125

363 429

SUP 9

minyak

460 510

110

125

363 429

SUP 10

470 540

110

125

363 429

SUP 11

460 - 510

110

125

363 - 429
Lit 1 Hal 340

Tabel 12. Diameter standard pegas ulir


0,08

0,50

2,90

*6,50

0,09

0,55

3,20

*7,00

0,10

0,60

3,50

*8,00

0,12

0,65

4,00

*9,00

0,14

0,70

4,50

*10,00

0,16

0,80

5,00

0,18

0,90

5,50

0,20

1,00

0,23

1,20

0,26

1,40

0,29

1,60

0,32

1,80

0,35

2,00

0,40

2,30

0,45

2,60

6,00

Lit 1 Hal 316


Tabel 13. Harga modulus geser G
Lambang

Harga G (kg/mm2)

Baja pegas

SUP

8 x 103

Kawat baja keras

SW

8 x 103

Kawat

SWP

8 x 103

8 x 103

SUS

7,5 x 103

BsW

4 x 103

NSWS

4 x 103

Bahan

Kawat ditemper dengan


minyak
Kawat baja tahan karat
(SUS 27, 32, 40)
Kawat kuningan
Kawat perak nikel

PBW

4,5 x 103

BeCuW

5 x 103

Kawat perunggu fosfor


Kawat tembaga berilium

Lit 1 Hal 313


Tabel 14. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir
Bahan

Tekanan permukaan yang diizinkan qa


(kg/mm2)

Ulir luar
Baja liat

Ulir dalam

Untuk pengikat

Untuk penggerak

1,3

1,5

0,5

Baja liat atau


perunggu

Baja keras

Baja liat atau


perunggu

Baja keras

Besi cor

Bahan

Perunggu
Bahan

Kecepatan

Tekanan permukaan yang

luncur

diizinkan qa (kg/mm2)

Kecepatan
rendah

Perunggu

3,0 m/min atau


kurang

Besi cor

3,4 m/min atau


kurang

Bahan

Besi cor

6,0 12,0

Perunggu

m/min

Perunggu

15,0 m/min atau


lebih

1,8 2,5

1,1 1,8

0,6 1,0

0,4 0,7

0,1 0,2

Lit 1 Hal 298

Tabel 15. Ukuran standard ulir kasar metris (JIS B 0205)


Ulir
Diameter
Jarak

M6
M7

M8

M9
M10

M11

M12
M16

M14
M18

M20
M22
M24
M30

M27
M33

M36
M39
M42
M48

M45

Tinggi

Diameter

Luar (D)

Efektif(D2)
bagi (p) kaitan(H1)
Ulir luar
Diameter Diameter

Diameter
Dalam(D1)
Diameter

0,547

luar (d)
6,000

0,541

7,000

6,350

5,917

1,25

0,677

8,000

7,188

6,647

1,25

0,677

9,000

8,188

7,647

1,5

0,812

10,000

9,026

8,376

1,5
1,75

0,812
0,947

11,000
12,000

10,026
10,863

9,376
10,106

1,083

14,000

12,701

11,835

2
2,5

1,083
1,353

16,000
18,000

14,701
16,376

13,835
15,294

2,5

1,353

20,000

18,376

17,294

2,5
3

1,353
1,624

22,000
24,000

20,376
22,015

19,294
20,752

1,624

27,000

25,015

23,752

3,5
3,5

1,624

30,000
33,000

27,015

26,211

30,727

29,211

34,402

31,670

36,402

34,670

4
4

1,894
2,165
2,165

36,000
39,000

efektif(d2)
5,350

Inti (d1)
4,917

4,5

2,436

42,000

39,077

37,129

4,5

2,436

45,000

42,077

40,129

2,706

48,000

44,752

42,129

M52

2,706

52,000

48,752

46,587

5,5

2,977

56,000

52,428

50,046

M60

5,5
6

2,977
3,284

60,000
64,000

56,428
60,103

54,046
57,505

M68

3,284

68,000

64,103
61,505
Lit 1 Hal 290

M56
M64

Kolom 1 merupakan pilihan utama. kolom 2 atau kolom 3 hanya dipilih jika
terpaksa.
Tabel 16. Faktor-faktor V, X, dan Xo, Yo

Jenis
bantala

Beban

Beban

Baris

putar

putar

tunggal

pada

pada

cincin

cincin

dalam

luar

Fa/VFr>e

Baris

Baris

tunggal

ganda

Fa/VFre Fa/VFr>e

Baris ganda

Bantal

Xo

2,30

2,30

0,19

1,99

1,90

0,22

1,71

1,71

0,26

1,55

1,55

0,28

1,45

0,30

1,31

1,31

0,34

1,15

1,15

0,38

1,04

1,04

0,42

1,00

1,00

0,44

0,70

1,63

0,57

0,67

1,41

0,68

an
bola

1,2

0,56

1,45

0,56

0,6

0,5

0,6

0,5

0,5

0,42

0,84

alur
dalam

Bantal

1,2

0,43

1,00

0,41

0,87

an
bola

0,38

0,76

sudut

0,39

0,76

0,63

1,24

0,80

0,33

0,66

0,37

0,66

0,60

1,07

0,95

0,29

0,58

0,35

0,57

0,57

0,93

1,14

0,26

0,52

Lit 1 Hal 135

Tabel 17. Dimeter nominal lubang

Lit 1 Hal 143

Anda mungkin juga menyukai