Anda di halaman 1dari 28

"PERANCANGAN KOPLING GESEK"

Nama : Gilang Kautsar Luthfi


Nim : 2270011028

Program Studi Teknik Mesin


Fakuktas Teknik Universitas Krisnadwipayana
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kopling adalah suatu bagian yang mutlak diperlukan pada mobil-mobil bensin dan
jenis lainnya dimana penggerak utamanya di peroleh dari bahan bakar di dalam silinder.
Disamping itu dengan adanya kopling, pemindahan gigi pada transmisi dapat dilakukan
dengan mudah tanpa menimbulkan bunyi atau kerusakan pertimbangan (pemikiran) yang
sederhana ini akan memperlihatkan bahwa untuk mengubah perseneling akan
menghentikan kendaraan, tetapi mesin tetap berputar, poros yang digerakannya yang harus
dihentikan oleh karena itu poros yang di gerakkan perlu di lepaskan dari poros yang di
gerakkan. Pemisahan atau pelepasan serta penyambungan poros-poros tersebut
dilaksanakan dengan memakai kopling yang dioperasikan oleh sebuah tuas.

I.2. Batasan Permasalahan


Penulis memulai perncanaan kopling gesek ini dengan teori dan sistem pemindah

gaya, kemudian menentukan macam plat kopling yang akan dipakai, menentukan besar

diameter poros kopling, menentukan tebal plat gesek, pegas peredam, baut penyambung

roda gila dengan fluks, baut penyambung roda gila dengan poros mesin, paku keling

2
penyambung plat gesek dengan disk spring, paku keling penyambung disk spring dengan

sub plate, paku keling penyambung sub plate dengan spline hub, paku keling penyambung

pegas paku keling dengan fluks cover, bantalan poros kopling, bearing holder, serta

perhitungan panas dan usia plat gesek.

I.3. Maksud dan Tujuan


Pengusaha perencanaan dan perhitungan kopling plat gesek untuk kendaraan sedan
Honda Civic.
Tujuan dari penulisan tugas perencanaan ini untuk memenuhi dan melengkapi mata kuliah
Elemen Mesin II, maka penulis mencoba merencanakan dan membahas sistem kopling.

I.4. Sistimatika Penulisan


Sistimatika penulisan perencanaan ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang,, batasan permasalahan, maksud dan tujuan,
sistimatika penulisan

BAB II : TEORI DASAR KOPLING


Membahas mengenai teori-teori kopling dan macam-macam kopling.

BAB III : KOPLING GESEK


Dalam bab ini membahas tentang spesifik kopling gesek, macam-macam kopling gesek dan
kopling gesek dengan plat tunggal.

BAB IV : PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN


Membahas tentang data atau spesifikasi kendaraan dan perhitungan poros, spline naf, plat
gesek, pegas peredam, baut penyambung roda gila dengan cover clutch, paku keling
pengikat plat gesek dengan disk spring, paku keling penyambung disk spring dengan sub
plate, paku keling penyambung suplai dengan spline hub, paku keling pengikat pegas
penekan dengan cover clutch, bantalan antara poros kopling dengan roda gila dan
perhitungan panas dan usia plat gesek.

BAB V : KESIMPULAN
Menyimpulkan hasil dari perencanaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
3
LAMPIRAN

4
BAB II
TEORI DASAR KOPLING

I1.1. KOPLING
Pada umumnya kopling dibedakan atas dua bagian utama, yaitu kopling tetap dan
kopling tak tetap. Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti tanpa terjadi
slip, dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada garis lurus atau dapat berbeda
sedikit sungguhnya. Sedangkan kopling tak tetap adalah kopling yang dapat dilepaskan dan
dihubungkan bila diperlukan, sedangkan kopling tatap selalu dalam keadaan berhubung.

I1.2. FUNGSI KOPLING


Kopling mempunyai fungsi antara lain :
a. Menghubungkan unit-unit poros yang dibuat terpisah seperti pada motor dan generator
yang diberikan untuk pemutusan (pemisahan), untuk perbaikan dan penggantian.
b. Mengintrodusir fleksibilitas mekanik pada poros-poros yang tak sejajar.
c. Mengintrodusir proteksi untuk menahan pembeban lebih.
d. Merubah karakteristik getaran dari satuan-satuan rotasi
e. Mengurangi transmisi beban-beban kejut dari satu poros ke poros yang lain.

I1.3. HAL – HAL PENTING DALAM PERENCANAAN KOPLING


Dalam merencanakan suatu kopling, hal-hal berikut ini menjadi pertimbangan.
A. Pemasangan yang mudah dan cepat.
B. Ringkas dan ringan.
C. Aman pada putaran tinggi ; getaran dan tumbukan kecil.
D. Tidak ada atau sedikit mungkin bagian yang menonjol.
E. Dapat mencegah pembebanan lebih.
F. Terdapat sedikit kemungkinan gesekan aksial pada poros sekiranya terjadi pemuaian
karena panas.

I1.4. MACAM – MACAM KOPLING TETAP


Kopling tetap mencakup tiga kelompok pertama yaitu :
A. Kopling kaku, yang tidak mengizinkan ketidaklurusan kedua sumbu poros.

5
B. Kopling luwes / fleksibel, yang mengizinkan sedikit ketidaklurusan kedua sumbu poros.

C. Kopling universal, yang digunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang
cukup besar.

I1.4.1. Kopling Kaku


Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris.
Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik-pabrik. Kopling kaku
terdiri atas :
a) Kopling Busi selongsong/selubung.
Kopling jenis ini yang paling sederhana dari kopling kaku, dibuat dari besi tuang, terdiri
dari sebuah silinder berongga yang berdiameter dalamnya sama dengan poros yang
menggunakan pasak yang berkepala baji.

b) .Kopling Flens Kaku.


Kopling ini terdiri dari atas naf denagn flens yang dibuat dari besi cord an dipasang pada
ujung poros yang diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya.

I1.4.2. Kopling Flens Luwes


Kopling flens yang tempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros.
Keuntungannya adalah diameter flensnya dapat dibuat kecil karena tidak memerlukan naf.

6
I1.4.3 Kopling Karet Ban.
Kopling ini digunakan untuk mengatasi kesulitan seperti penyetelan kedua sumbu
poros yang segaris sempurna dan kesulitanmeredam getaran / tumbukan yang terjadi dalam
penerusan daya antara poros penggerak dan yang digerakkan.

I1.4.4 Kopling Karet Bintang.


Peredaman melalui gesekan dalam, garis pengenal pegas progesif, tergantung pada
kekerasan karet.

7
5
I1.4.5 Kopling Gigi.
Transmisi momen putar diatas gerigi luar yang membuat bagian naf dan gerigi
dalam yang sesuai pada socket.

I1.4.6 Kopling Rantai


Transmisi momen putar yang terjadi karena kedua ujung poros disatukan oleh rantai
ganda.

I1.4.7 Kopling Universal

8
Kopling universal dipergunakan untuk menghubungkan dua poros yang sumbunya
berpotongan pada sudut yang kecil. Kopling ini terjadi terdiri dari :
1. Kopling Universal Hook.
Kopling ini digunakan untuk menghubungkan dua poros yang sumbunya berpotongan
pada sudut yang relative besar, menstransmisikan daya keporos penggerak yang
berbeda dalam mesin gurdi ganda dan juga digunakan sebagai sambungan siku dalam
mesin frais. Aplikasi utama kopling universal hook didapati dalam transmisi yang terdapat
dalam gear box kedeferensial atau gandar belakang mobil (gardan).

I1.5. KOPLING TAK TETAP


Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dengan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan gaya
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam ataupun
dalam keadaan berputar.

I1.5.1. Kopling Cakar.


Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tanpa perantara gesekan)
sehingga tidak terjadi slip. Ada dua bentuk koplig cakar, yaitu kopling cakar persegi dan

9
kopling cakar spiral. Kontruksi kopling cakar adalah yang paling sederhana dari kopling
tak tetap lainnya.

I1.5.2. Kopling Plat.


Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan, sehingga pembebanan
yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan dapat dihindari. Selain itu
karena dapat berfungsi sebagai pembatas momen apabila terjadi slip. Kontrusi kopling ini
cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena
itu kopling ini sangat banyak dipergunakan.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi atas :
- Kopling plat tunggal.
- Kopling plat banyak.
Sedangkan menurut cara kerjanya, kopling ini dibagi menjadi :
- Cara Manual
- Cara Hidrolik
- Cara Elektromagnetis.
Macam mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya.

10
I1.5.3. Kopling Kerucut.
Kopling ini menggerakkan bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut. Kopling
kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan mempunyai
keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen yang besar.

11
I1.5.4. Kopling Friwil.
Kopling friwil adalah kopling dapat dilepas dengan sendirinya bila poros penggerak
mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang digerakkan.
Kopling friwil hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran, sehingga yang
berlawanan akan dicegah atau tidak terjadi penerusan momen. Cara kerjanya dapat
berdasarkan atas efek baji dari bola atau rol. Kopling ini sangat banyak digunakan dalam
mekanisasi otomatik. Suatu bentuk lain dari kopling ini menggunakan bentuk kam (nok)
sebagai pengganti bola atau rol dan dikenal sebagai kopling nok.

I1.5.5. Kopling Fluida.


Didalamnya termasuk kopling fluida kering atau kopling serbuk, yang meneruskan
momen dengan perantara gaya sentrifugal pada butiran-butiran baja didalam suatu rumah
serta kopling fluida yang bekerja atas dasar gaya sentrifugal pada minyak pengisinya.

12
13
BAB III
KOPLING GESEK

III.1. PENGERTIAN KOPLING GESEK


Kopling gesek adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membentuk kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi kopling ini cukup
sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu
kopling ini sangat banyak dipakai.

III.2. MACAM – MACAM KOPLING GESEK


Kopling gesek dapat dibedakan atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak
atau jamak, yaitu atas banyaknya plat gesek yang dipakai, juga dapat dibagi atas kopling
basah dan kopling kering, serta dapat atas dasar kerjanya (manual, hidrolik, numanik dan
elektromagnetis). Macam mana yang akan dipakai tergantung pada tujuan, kondisi kerja,
lingkungan dan sebagainya.
Harus diperhatikan bahwa semua kopling berdasarkan bentuk (gigi, baut, cakar)
hanya menyerempakkan, yaitu dapat disambungkan pada putaran sama atau putaran bebas
(idle), sedangkan kopling gesek dan fluida yang berdasarkan gaya juga untuk
menyambungkan pada putaran yang berlainan, juga sesuai untuk tugas percepatan
(akselerasi) dan penyerenpakkan.
Pada kopling gesek adanya keausan menimbulkan tugas, bahwa gaya pengepresan
dan gerak penyambungannya harus disetel kembali atau harus dibuat agar tidak tergantung
pada keausan. Kopling harus dirancang agar selubung luncur terlepas dari beban dalam
putaran penuh dari kopling dan diatur sedemikian rupa sehingga selubung luncur tidak
terlepas pada sisi penggerak yang berputar melainkan bukan pada sisi penggerak yang tidak
berputar.

III.3. KOPLING GESEK DENGAN PLAT TUNGGAL


Tipe ini digunakan untuk menghubungkan gerakan dari pegas penekan yang
mendorong plat. Poros plat gesek dihubungkan dengan menggunakan pasak. Meskipun
bahan plat gesek bervariasi, tetapi harus mempunyai slip ijin ketika kopling menyambung
dengan lembut transmisi daya, tetapi tidak boleh lebih terjadi slip sesudah penyambungan

14
terjadi. Fator gesekan biasanya 1,2 – 2,0. Permukaan kopling biasanya terbuat dari fiber
asbes berintik (moulded asbestor fibers) dengan sedikit penambahan adiktif sejenis yang
biasa digunakan untuk blok rem dan lapisan rem. Bahan plat harus menahan suhu tinggi,
ukurannya pas dan lubang-lubangnya digerinda dan dipasang pasak (countersunk). Ketika
torsi mulai tinggi menyebabkan bahan permukaan kopling memiliki koefisien gesek yang
tinggi dan dibutuhkan bahan permukaan yang memiliki koefisien gesek yang tinggi pula.
Sekalipun untuk kopling gesek yang sederhana, sebanyak mungkin segi yang
penting harus diperhatikan, agar kopling dapat bekerja dengan halus dan aman, karena
kopling adalah bagian yang penting.
Beberapa kemampuan kopling gesek :
a). Mentransmisikan daya dan putaran motor
b). Membiarkan kendaraan/motor berhenti tanpa harus menghentikan putaran
mesin
c). Dapat memulai gerakan atau laju kendaraan tanpa terjadi gesekan antara plat
kopling, plat gesek tidak menempel terus-menerus
d). Melengkapi penyisipan roda gigi dengan mudah
e). Meredam getaran akibat torsi yang terjadi
f). Mentrasmisikan torsi mesin tanpa terjadi slip.

Gambar 3.1. Lambang – lambing untuk kopling gesek plat tunggal

15
BAB IV
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

IV.1. Data – Data Perencanaan


Data-data spesifikasi dari “Vespa Super Th. 1973” sebagai berikut :
1) . Daya poros maksimum (P) = 5,5 ps ≈ 4,0425 kW
2) Putaran poros maksimum (n) = 5000 rpm

IV.2. Perencanaan dan Perhitungan

IV.2.1. Perhitungan Poros


Pada perencanaan poros kopling plat ini diambil faktor koreksi (fc) = 1,2 sehingga
daya rencananya (Pd) menjadi :
Pd = fc . P
Pd = 3 . 4.0425
Pd = 12.936 KW
Dimana ; 1 ps = 0,735 Kw ………………………………(Sularso, hal : 7)
Adapun untuk perhitungan torsi, jika torsi maksimum tidak diketahui maka
digunakan persamaan :
9 ,74 x 105 xPd
T = n
9 ,74 x105 x 12936
=2519 , 9 kg. mm
T = 5000
a. Tegangan geser yang diijinkan :
σb
τa = Sf 1 xSf 2 ……………………………..(Sularso, hal : 8)
48
=2 , 67 kg /mm 2
τa = 6 x3
Keterangan : Bahan yang diambil untuk bahan poros adalah baja karbon konstruksi
mesin type S 50 C (JIS G 4501) dengan kekuatan tarik σ b = 48
kg/mm2 (tabel 1.1. Sularso).
Sf1 = Safety faktor untuk baja S-C = 6
Sf2 = Safety faktor untuk tambahan, misalnya :

16
a). Pemberian alur pasak
b). Konsentrasi tegangan
c). Kekerasan permukaan
Dengan harga antara 1,3 – 3,0 …………………………………(Sularso, hal : 8)

b. Diameter porosnya (ds) :


Faktor koreksi terhadap momen puntir jika beban yang dikenakan
dengan tumbukan besar Kt = 2 dan terjadi pembebanan lentur Cb = 1,2 maka
diameter poros :

[ ]
1/3
5,1
KtxCbxT
ds = τa ……………………...(Sularso, hal : 8)

ds =
[ 5,1
2,67
x 2x 1,2 x2519,9
] 1
3

ds = 22,6 mm = 23 mm

Dari perhitungan dapat ditarik hasil untuk bentuk poros beralur sebagai berikut :
*. Diameter dalam d1 = 12,12 mm
*. Diameter luar d2 = 14,72 mm
*. Jumlah alur i =8

c. Panjang Alur :
I = (2,75 – 1,5) x ds
= (2,75 – 1,5) x 23 = 28,75 mm ≈ 29 mm

d. Tinggi alur :
h = ½ (d2 – d1)
= ½ (14,72 – 12,12) = 1,3 mm (diambil 1,5 mm)

IV.2.2. Naf / Spline Hub.


Pada perencanaan naf/spline hub, kita tetapkan kekuatan tarik naf harus lebih
rendah daripada kekuatan tarik poros. Ketetapan ini dibuat dengan maksud jika terdapat
suatu kerusakan pada kopling, maka naf akan lebih dulu cacat ketimbang poros. Karena
pada prinsipnya lebih baik mengganti sebuah naf daripada mengganti sebuah poros.

17
Untuk itu bahan naf kita ambil jenis baja konstruksi mesin : Type S 30 C menurut
standar industri Jepang, JIS G 4501 ……….(Sularso, hal : 3). Pada tabel 1.1 dengan
kekuatan tarik σ b = 48 kg/mm2.
*. Diameter dalam d1 = 12,12 mm
*. Diameter luar d2 = 14,72 mm
*. Kedalaman alur h = 1,5 mm
*. Panjang alur I = 29 mm
*. Lebar alur b = 4 mm
*. Jumlah alur i = 8

IV.2.3. Plat Gesek.


Plat gesek ini dibuat dari bahan besi cor dan asbes yang ditempa, adapun bahan
mempunyai :Koefisien gesekan ( μ ) = 0,45 …………………..(tabel, Sularso, hal : 63)
Tekanan yang diijinkan (pizin) = 0,007 – 0,07 kg/mm2.
Harga yang digunakan pa = 0,03 kg/mm2.
D1
=0 , 56
Jika diasumsikan diameter plat gesek D 2

Jari-jari rata-rata plat gesek :


D1 +D2 ( 0 ,56+1)D 2
=
rm = 4 4
rm = 0,39 D2 mm

Momen gesek yang terjadi adalah :


π
2 2
T = μ. F. rm = 0,45. 4 ( D 2 - D 1 ) pa. 0,39 D2
π
2
T = 0,45. 4 (1 – 0,562) D 2 . 0,03. 0,39 D2
3
T = 2,83 x 10-3 D 2 kg.mm

Diameter plat gesek :


2519 , 9
D32 = 2 ,83 x 10
−3

D2 = 96.2 mm

18
D1 = 0,56 x 96,2 mm = 53,87 mm

Tebal plat gesek :


t = ¼ ( D2 – D1 ) …………………….(Khurmi, hal : 867)
t = ¼ (96.2– 53,87 )
t = 10,58 mm
Dimana : D1 = Diameter dalam plat gesek
D2 = Diameter luar plat gesek

IV.2.4. Pegas Peredam.


Sebagai bahan untuk membuat pegas peredam kita juga menggunakan bahan baja
SUP 6 yang mempunyai kekuatan tarik σ b = 125 kg/mm2 (sularso, hal : 340).
Tegangan geser maksimum adalah rmax = 37,5 kg.
Pada table 20.b tentang sifat mekanis :
* Jumlah pegas yang direncanakan I = 6
* Indeks pegas yang direncanakan c = 6
* Gaya aksial yang bekerja pada permukaan bidang gesek :
F = 2 . π . r . w . pa ………………………….(Khurmi, hal : 867)

F=2.π.
D1 + D2
4 ( )
. 6 . 0,03
F = 42,41 kg
Keterangan :
r = radius rata-rata plat gesek
pa = tekanan yang diizinkan pada bidang gesek

e. Kita perhitungkan pada saat pengoperasian kopling terjadi momen maksimum,


oleh sebab itu kita rancang pegas tersebut mampu menahan kelebihan beban
sebesar 25 %.
Fd = 1,25 x F ……………………………….….(khurnmi, hal : 867)
= 1,25 x 42,41
= 53,01 kg.
Maka beban gaya pada tiap pegas :

19
F d 53,01
=
Fs = 6 6 = 8,83 kg ≈ 9 kg

- Faktor tegangan Wahl :

[
4 c−1 0 , 615
K = 4 c−4 + 6
]
[
4 x 6−1 0 , 615
K = 4 x 6−4 + 6
]
K = 1,2525

- Tegangan geser yang diizinkan pada pegas,


ra = 0,8 x rmax
ra = 0,8 x 37,5
ra = 30 kg/mm2

f. Diameter kawat pegas :


Kx 8 xFsxc
d2 =
πxτ a ………………………….…..(Khurni, hal : 868)

1,2525 x8 x 9 x6
d2 = 3,14 x2,67
d = 8,86 mm,
karena terdapat 6 pegas, maka : d/6 = 8,86/6 = 1,477 mm . Tiap satu pegas
berdiameter 1,477 mm
D
Spring indeks c = d , maka diameter pegas adalah D = 18,15 mm
Direncanakanpegas memiliki jumlah lilitan n = 5 dan jumlah lilitan aktif n a = 3 dan
sisanya sebagai harga dudukan modulus geser G = 8,5 x 103 kg/mm2.
Defleksi (δ) pegas peredam :
8 xF s xc 3 xn a
δ= dxG ………………………..……..( Khurmi, hal : 868 )
8 x 9 x 63 x 3
3
δ = 3 x 8 , 5 x 10 = 1,82 mm = 2 mm
g. Panjang pegas tanpa beban :

20
L = n x d + δ + (n – 1) …………………………(Khurmi, hal 868)
= 5 x 4 + 2 + (5 – 1)
= 26 mm

h. Pitch (jarak lilitan) :


L
P = (n−1) ……………………………………..(Khurmi, hal : 868)
26
P = (5−1 )
P = 6,5 mm
Dimensi dari pegas peredam adalah :
- Diameter pegas D = 18,15 mm
- Diameter kawat pegas d = 1,477 mm
- Diameter pegas normar L = 26 mm
- Jarak antara lilitan pegas p = 6,5 mm

IV.2.5. Baut Penyambung Roda Gila dengan Cover Clutch


Baut ini kita rencanakan pada diameter D = 266 mm dari garis sumbu poros.
Jumlah baut yang dipasang n = 6 buah. Bahan baut adalah baja karbon St 36 dengan
kekuatan tarik σb = 36 kg/mm2, factor keamanan (Sf) = 6.
i. Tegangan tarik yang diizinkan pada baut :
σa = σb / Sf
= 36 / 6 = 6 kg/mm2
- Momen punter :
T = 25.060,2 kg.mm
- Gaya radial yang terjadi pada setiap baut :
2 xT 2 x 25060 ,2
Fr = ( Dxn) = 266 x 6
= 31,4 kg
Karena pada pemakaian kemungkinan terjadi momen punter masimum, serta
mengantisipasi hal tersebut baut harus mampu menahan kelebihan beban sebesar 50 %.

IV.2.6. Paku Keling Pengikat Plat Gesek dengan Disc Spring

21
Paku keeling ini akan direncanakan pada radius r 1 = 42,86 mm dari garis sumbu
poros. Jumlah paku keeling yang dipergunakan n = 8 buah.
r 1 42, 86
= =21 , 43
R= 2 2 mm
- Jumlah paku keeling, I = 1 . n = 2 . 8
I = 8 buah
- Bahan paku keeling :
Baja karbon St 37 dengan kekuatan tarik σ a = 7,2 kg/mm2 dengan factor
keamanan Sf = 6

- Tegangan geser yang diizinkan pada paku keeling :


τa = 0,5 . σt = 0,5 . 7,2
τa = 3,6 kg/mm2

- Gaya geser yang terjadi pada paku keeling :


Fa = T / R
Fa = 25060,2 / 21,43 = 1169,39 kg.
- Karena pada pemakaian terjadi momen punter maksimum untuk mengantisipasi
hal tersebut paku keeling harus mampu menahan beban lebih sebesar 25 %.
Fd = 1,25 x Fa
Fd = 1,25 x 1169,39 = 1461 kg
j. Diameter paku keeling :
Fd = ¼ x π x d2 x τa x I ……………………………….(Sularso, hal : 221)
1461 = ¼ x 3,14 x d2 x 3,6 x 8
d2 = 1461 / 22,60
d2 = 64,62
d = 8,03 mm

IV.2.7. Perhitungan Bantalan


Bantalan ini berfungsi sebagai pemegang poros roda gila, dengan demikian poros
penggerak dengan poros yang digerakkan benar-benar satu garis sumbu. Beban yang
bekerja pada bantalan ini adalah beban arah radial saja.
Kita rencanakan bantalan beralur tunggal yang terbuat dari baja Chrom Type yang diambil
adalah:
22
No. 6203 zz ……………………..(Sularso, hal : 143)
- Diameter dalam d = 25 mm
- Diameter luar D = 47 mm
- Ketebalan B = 12 mm
- Radius sudut r = 10
- Kapasitas nominal dinamis c = 790 mm
- Kapasitas nominal statis Co = 530 kg
- Beban ekivalen dinamis :
Pr = X . V . Pr + Y . Fa ……………………….(Sularso, hal : 135)

Keterangan :
Pr = Beban ekivalen dinamis dalam arah radial
X = Faktor barisan bola. 0,56 …. (Sularso, table 4.9, hal : 135)
Fr = Gaya dalam arah radial, momen puntir ½ diameter luar bantalan
= 2 x 25060,2 / 47
= 1066,4 kg
Y = Faktor barisan bola
Fa = Gaya dalam arah aksial = 0
0 ; karena pada bantalan ini tidak akan berpengaruh pada beban aksial = 1
(Sularso, table 4.9, hal : 135)
Pr = 0,56 x 1 x 1066,4 + 0
Pr = 597,184 kg
- Faktor kecepatan :
Fn = (33,3 / n)1/3 ………………………………..(Sularso, hal 136)
= (33,3 / 4800)1/3 = 0,19
Keterangan : n = rpm (pada mesin)
Pangkat 1/3, untuk bantalan bola
- Faktor umur :
Lh = 500 x fh3 ………………………..………..(Sularso, hal 136)
5000 = 500 x fh3
fh = 2,15

Keterangan : Pangkat 3 untuk bantalan bola


Lh = Umur nominal yang kita rencanakan 5000 jam
23
- Usia pakai :
Jika diasumsikan bahwa bantalan tersebut beroperasi selama 10 jam setiap
harinya, maka lamanya pemakaian :
= Lh / 10
= 5000 / 10
= 500 hari
- Jumlah putaran yang dilakukan bantalan selama usia pakai :
= Lh x (menit) x n
= 5000 x 60 x 4800
= 1.440.000.000 putaran

IV.2.8. Perhitungan panas dan usia plat gesek


Kopling yang direncanakan ini diperkirakan beroperasi selama 10 jam setiap
harinya. Kopling tersebut melakukan frekuensi penghubung sebanyak 5 kali setiap
menitnya sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali penghubung adalah 1 detik.
- Luas permukaan bidang gesek :
A = ¼ . π (D22 – D12)
A = ¼ . 3,14 (96.22– 53,872)
A = 4986,6 mm

- Kecepatan sudut dari putaran poros :


w = 2 π . n / 60 …………………………..(Sularso, hal 62)
w = 2 . 3,14 . 5000 / 60
w = 523,33 rad/s

- Gaya-gaya yang timbul saat gesekan terjadi :


2 2
F = 1/4 . π ( D 2 −D 1 ). Pa ……………….(Sularso, hal : 62)
F = ¼ .3,14 (96.22– 53,872). 0,03
F = 149,59 kg
- Momen puntir yang terjadi sewaktu gesekan terjadi :

Mg = μ . F .
[ D1 + D2
2 ] ……………………..(Sularso, hal : 62)

24
Mg = 0,5 . 149,59.
[
96,2- 53,87
2 ]
Mg = 1583,03 kg.mm
Keterangan :
μ = Koefisien besi cor dengan asbes (μ = 0,5 …………Sularso, Tabel 3.1)

- Daya yang hilang waktu gesekan terjadi :


Mg. w . t . z
Ng = 2 ,75 x3600
1583,03 x523,33 x300 x 1
= 2,75 x 3600
= 25104,55 Hp
- Keterangan : t = Frekuensi penghubung
t = 300 kali per-jam (diasumsikan)
z = waktu terjadi penghubung
= 1 detik
Mg = Momen karena gesekan

25
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil perencanaan, maka dapat di simpulkan dan diringkas sebagai berikut :

1. Pada perencanaan kopling hendaklah diketahui dahulu sebelumnya langkah-langkah apa


saja yang akan dilakukan sehingga menjadikan pekerjaan menjadi mudah dan tepat adanya.

2. Ketelitian pemakaian bahan serta satuan dalam perencanaan kopling sangat penting agar
hasil konstruksi tersebut benar, paling tidak mendekati sempurna.

3. Data-data Utama.
Dari hasil perencanaan yang dilakukan dapat dituliskan ukuran-ukuran pada bagian kopling
yang direncanakan sebagai berikut :
1. Dimensi poros
- Diameter luar poros = 23 mm
- Panjang alur = 29 mm
- Lebar alur = 4 mm
- Tinggi alur = 1,5mm
- Cemper alur = 450
- Jumlah alur = 8 buah

2. Dimensi plat gesek


- Diameter luar = 96,2 mm
- Diameter dalam = 53,87 mm
- Tebal plat gesek = 10,58 mm

3. Dimensi pegas peredam


- Diameter kawat pegas = 1,477 mm
- Diameter pegas = 18,15 mm
- Panjang pegas tanpa beban = 26 mm
- Pitch (jarak lilitan) = 6,5 mm
- Difleksi pegas = 2 mm

26
4. Dimensi baut penyambung roda gila dengan Clutch Cover M6 x 0,8
(Sularso,hal : 290)
- Diameter inti = 4,917 mm
- Diameter luar = 6 mm
- Diameter efektif = 5,350 mm
- Jarak bagi = 1 mm

5. Dimensi paku keling pengikat plat gesek dengan Disk Spring (Feroda)
- Diameter paku keling = 3 mm
- Diameter kepala keling = 5 mm
- Panjang paku keling = 5 mm
- Jumlah paku keling = 8 buah

6. Dimensi bearing pemegang poros kopling pada roda gila No.6203 zz


(Sularso,hal : 143)
- Diameter dalam = 25 mm
- Diameter luar = 47 mm
- Ketebalan = 12 mm
- Radius sudut = 10
- Kapasitas nominal dinamis = 790 kg
- Kapasitas nominal statis = 530 kg

Catatan : Ukuran-ukuran lain yang terdapat pada gambar adalah merupakan asumsi,
serta hasil studi yang ada.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 1985. “DASAR PERENCANAAN DAN


PEMILIHAN ELEMEN MESIN”. Edisi ke-5 Jakarta. PT. Pradnya Paramitha.
2. Khurmi R.S. Gupta, J.K. 1982 “A TEXT BOOK OF MACHINE DESIGN”.
Third Edition. New Delhi. Eurasia Publishing House (PVT) Ltd.
3. Niemen, Gustav. 1986. “ELEMEN MESIN”. Jilid 1. Jakarta, Erlangga.
4. La Heij, J dan De Bruijn L.A 1986. “ILMU MENGGAMBAR BANGUNAN
MESIN”. Jakarta, PT. Pradnya Paramitha.

28

Anda mungkin juga menyukai