Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTEK BENGKEL MAINTENANCE

SISTEM PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN


BEARING

Oleh

Nama : Candra Buana

No.BP : 1501011019

Kelas : 3 MB

Instruktur : Ichlas Nur, ST., MT

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang tak henti melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek
engine bensin ini dengan baik dan tepat waktu. Tulisan ini merupakan
konsekuensi dan tuntutan bagi mahasiswa dalam memenuhi kewajiban menimba
ilmu di pendidikan tinggi.

Tujuan utama pendidikan tinggi adalah menyiapkan mahasiswa untuk


mampu bekerja sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya.
Mengingat tujuan tersebut di atas, tulisan ini diharapkan sedikit banyak dapat
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dalam bidang perawatan dan
Perbaikan khususnya.

Tentunya penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih banyak


kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik sekaligus saran untuk
dijadikan pembelajaran dalam tulisan-tulisan berikutnya.

Semoga semua kebaikan kita menjadi amal shaleh dan dibalas dengan
limpahan rahmat Allah SWT. Amin.

Padang, Juli 2018

Candra Buana
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik. Dalam perancangan suatu alat dibutuhkan
beberapa komponen pendukung. Teori komponen berfungsi untuk memberi
landasan dalam perancangan ataupun pembuatan alat. Ketepatan dan ketelitian
dalam pemilihan berbagai nilai atau ukuran dari komponen itu sangat
mempengaruhi kinerja dari alat yang akan dirancang

Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selalu berkaitan


dengan elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu dengan yang lainnya secara
kompak sehingga menghasilkan suatu rangkaian gerakan yang sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan. Dalam merencanakan sebuah mesin harus
memperhatikan faktor keamanan baik untuk mesin itu sendiri maupun bagi
operatornya. Dalam pemilihan elemen-elemen dari mesin juga harus
memperhatikan kekuatan bahan, safety factor dan ketahanan dari berbagai
komponen tersebut. Adapun elemen tersebut diantaranya adalah bantalan’

I.2 Maksud dan Tujuan


Setiap pekerjaan yang kita lakukan mempunyai tujuan tertentu, adapun
tujuan melaksanakan praktek ini adalah;

1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pembongkaran Bantalan


2. Mahasiswa mampu untuk memasang atau merakit kembali Bantalan
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui komponen-komponen yang ada
pada Bantalan
4. Mahasiswa mampu untuk mengetahui prinsip kerja dari Bantalan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bearing

Bearing (Bantalan) Adalah Elemen Mesin Yang Menumpu Poros Yang


Mempunyai Beban, Sehingga Putaran Atau Gerakan Bolak-Baliknya Dapat
Berlangsung Secara Halus, Aman, Dan Mempunyai Umur Yang Panjang. Bearing
Harus Cukup Kokoh Untuk Memungkinkan Poros Serta Elemen Mesin Lainnya
Bekerja Dengan Baik. Jika Bearing Tidak Berfungsi Dengan Baik Maka Prestasi
Seluruh Sistem Tidak Dapat Bekerja Secara Semestinya.

Sejarah Penggunaan Bantalan Untuk Mengurangi Efek Gesekan Dapat


Ditelusuri Dari Hasil Penemuan Kereta Sederhana Yang Telah Berumur 5000
Tahun Di Euphrates Didekat Sungai Tigris. Penggunaan Bantalan Yang Lebih
Maju Terlihat Pada Kereta Celticsekitar 2000 Tahun Yang lalu.

Dalam Sejarah Modern, Desain Dan Penggunaan Bearing Yang


Terdokumentasi Dengan Baik Dimulai Oleh Leonardo Davinci. Dia
Menggunakan Roller Bearing Untuk Kincir Angin Dan Penggilingan Gandum.
Paten Pertama Tentang Bearing Didaftarkan Di Perancis 400 Tahun Kemudian.
Selanjutnya Katalog Bearing Pertama Di Dunia Diterbitkan Di Inggris Pada
Tahun 1900. Saat Ini, Penggunaan Bearing Sebagai Komponen Anti Gesek Telah
Digunakan Secara Luas Dengan Variasi Ukuran, Variasi Beban, Variasi Putaran
Yang Sangat Lebar. Contoh Penggunaan Bantalan Untuk Peralatan berat
Dipertambangan.

2.2 Klasifikasi Bearing

Secara Umum Bearing Dapat Diklasifikasikan Berdasarkan Arah Beban


Dan Berdasarkan Konstruksi Atau Mekanismenya Mengatasi Gesekan.
Berdasarkan Arah Beban Yang Bekerja Pada Bantalan, Bearing Dapat
Diklasifikasikan Menjadi :
1. Bantalan Radial/Radial Bearing: Menahan Beban Dalam Arah Radial

Gambar : Radial Bearing

2. Bantalan Aksial/Thrust Bearing: Menahan Beban Dalam Arak Aksial

Gambar : Thrust Bearing

Berdasarkan Konstruksi Dan Mekanisme Mengatasi Gesekan, Bearing


Dapat Diklasifikasikan Menjadi Dua Yaitu Slider Bearing (Bantalan Luncur) Dan
Roller Bearing (Bantalan Gelinding).

1. Bantalan Luncur Yang Sering Disebut Slider Bearing Atau Plain


Bearing Menggunakan Mekanisme Sliding, Dimana Dua Permukaan
Komponen Mesin Saling Bergerak Relatif. Diantara Kedua Permukaan
Terdapat Pelumas Sebagai Agen Utama Untuk Mengurangi Gesekan
Antara Kedua Permukaan. Slider Bearing Untuk Beban Arah Radial
Disebut Journal Bearing Dan Untuk Beban Arah Aksial Disebut
Thrust Bearing.
2. Bantalan Gelinding Menggunakan Elemen Rolling Untuk Mengatasi
Gesekan Antara Dua Komponen Yang Bergerak. Diantara Kedua
Permukaan Ditempatkan Elemen Gelinding Seperti Misalnya Bola,
Rol, Taper Dan Lain Lain. Kontak Gelinding Terjadi Antara Elemen
Ini Dengan Komponen Lain Yang Berarti Pada Permukaan Kontak
Tidak Ada Gerakan Relatif.

2.3 Slider Bearing (Bantalan Luncur)

Slider Bearing Memerlukan Geseran Langsung Dari Elemen Yang


Membawa Beban Pada Tumpuannya. Hal Ini Berbeda Dengan Rolling-Element
Bearings Dimana Bola Atau Roller Dipasang Diantara Dua Permukaan Geser.
Slider Bearing Atau Sering Juga Disebut Plain Bearing Terdiri Atas Dua Jenis.
Journal Atau Sleeve Bearing, Yang Bentuknya Silindris Dan Menahan Beban
Radial (Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros).

Pada Kasus Poros Yang Berputar, Bagian Poros Yang Berkontak Dengan
Bantalan Disebut Journal. Bagian Yang Datar Pada Bantalan Yang Melawan
Gaya Aksial Disebut Thrustsufaces. Bearing Ini Sendiri Dapat Disatukan Dengan
Rumah Atau Crankcase. Tetapi Biasanya Berupa Shell Tipis Yang Dapat Diganti
Dengan Mudah Dan Yang Menyediakan Permukaan Bantalan Yang Terbuat Dari
Material Tertentu Seperti Babbit Atau Bronze. Ketika Proses Bongkar Pasang
Tidak Memerlukan Pemisahan Bantalan, Bagian Tertentu Pada Bantalan Dapat
Dibuat Sebagai Sebuah Dinding Silindris Yang Ditekan Pada Lubang Dirumah
Bantalan. Bagian Bantalan Ini Disebut Sebagai Bushing.

Pada Awalnya, Thrust Bearing Hanya Terdiri Dari Plat Yang Berputar
Terhadap Poros Dan Plat Yang Diam. Karena Plat Ini Sejajar Satu Sama Lain
Maka Lapisan Film Tidak Terbentuk Diantaranya, Maka Tidak Menimbulkan
Load Support. Oleh Karena Itu Apabila Berputar Akan Terjadi Keausan. Ini
Menjadi Masalah Besar Untuk Bearing Yang Digunakan Pada Baling-Baling
Kapal Atau Bearing Vertikal Untuk Turbin Air.

Salah Satu Usaha Untuk Mengatasi Masalah Ini Adalah Membentuk


Lapisan Film Buatan Antara Plat Yang Berputar Terhadap Poros Dan Plat Yang.
Hal Ini Awalnya Adalah Ide Yang Baik, Tapi Karena Sudut Kemiringan Yang
Optimal Sangat Kecil Sehingga Sulit Untuk Mendapatkan Ketepatan Yang Baik
Bahkan Kecenderungan Bisa Berubah Karena Deformasi Plastis. Sebuah Solusi
Untuk Masalah Ini Ditemukan Secara Independen Oleh Michell Dan Kingsbury
Yaitu Untuk Mendukung Plat Miring Pada Titik Tertentu Dari Titik Pusat
Sehingga Dapat Dimiringkan Dengan Bebas. Pendekatan Ini Adalah Desain
Pertama Untuk Thrust Bearing. Hal Ini Juga Digunakan Untuk Pengembangan
Penelitian Teori Pelumasan.

2.4 Jenis- Jenis Bearing(Bantalan)

1. Single Row Groove Ball Bearings

Gambar: Single Row Groove Ball Bearings

Bearing Ini Mempunyai Alur Dalam Pada Kedua Cincinnya. Karena


Memiliki Alur, Maka Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Dapat Menahan Beban
Secara Ideal Pada Arah Radial Dan Aksial. Maksud Dari Beban Radial Adalah
Beban Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros, Sedangkan Beban Aksial
Adalah Beban Yang Searah Sumbu Poros.

2. Double Row Self Aligning Ball Bearings


Jenis Ini Mempunyai Dua Baris Bola, Masing-Masing Baris Mempunyai
Alur Sendiri-Sendiri Pada Cincin Bagian Dalamnya. Pada Umumnya Terdapat
Alur Bola Pada Cincin Luarnya. Cincin Bagian Dalamnya Mampu Bergerak
Sendiri Untuk Menyesuaikan Posisinya. Inilah Kelebihan Dari Jenis Ini, Yaitu
Dapat Mengatasi Masalah Poros Yang Kurang Sebaris.

3. Single Row Angular Contact Ball Bearings

Berdasarkan Konstruksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Radial. Bearing


Ini Biasanya Dipasangkan Dengan Bearing Lain, Baik Itu Dipasang Secara
Pararel Maupun Bertolak Belakang, Sehingga Mampu Juga Untuk Menahan
Beban Aksial.

4. Double Row Angular Contact Ball Bearings

Disamping Dapat Menahan Beban Radial, Jenis Ini Juga Dapat Menahan Beban
Aksial Dalam Dua Arah. Karena Konstruksinya Juga, Jenis Ini Dapat Menahan
Beban Torsi. Jenis Ini Juga Digunakan Untuk Mengganti Dua Buah Bearing Jika
Ruangan Yang Tersedia Tidak Mencukupi.
5. Double Row Barrel Roller Bearings

Bearing Ini Mempunyai Dua Baris Elemen Roller Yang Pada Umumnya
Mempunyai Alur Berbentuk Bola Pada Cincin Luarnya. Jenis Ini Memiliki
Kapasitas Beban Radial Yang Besar Sehingga Ideal Untuk Menahan Beban Kejut.

6. Single Row Cylindrical Bearings

Jenis Ini Mempunyai Dua Alur Pada Satu Cincin Yang Biasanya Terpisah. Efek
Dari Pemisahan Ini, Cincin Dapat Bergerak Aksial Dengan Mengikuti Cincin
Yang Lain. Hal Ini Merupakan Suatu Keuntungan, Karena Apabila Bearing Harus
Mengalami Perubahan Bentuk Karena Temperatur, Maka Cincinya Akan Dengan
Mudah Menyesuaikan Posisinya. Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Beban Radial
Yang Besar Pula Dan Juga Cocok Untuk Kecepatan Tinggi.
7. Tapered Roller Bearings

Dilihat Dari Konstriksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Aksial Maupun Radial.
Jenis Ini Dapat Dipisah, Dimana Cincin Dalamnya Dipasang Bersama Dengan
Rollernya Dan Cincin Luarnya Terpisah.

8. Single Direction Thrust Ball Bearings

Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah
Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan.
Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya.
Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap Ketidaksebarisan (Misalignment) Poros
Terhadap Rumahnya.
9. Double Direction Thrust Ball Bearings

Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah
Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan.
Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya.
Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Poros
Terhadap Rumahnya.

10. Ball And Socket Bearings

Bearing Jenis Ini Mempunyai Alur Dalam Berbentuk Bola, Yang Bisa Membuat
Elemennya Berdiri Sendiri. Kapasitasnya Sangat Besar Terhadap Beban Aksial.
Selain Itu Juga Dapat Menahan Beban Radial Secara Simultan Dan Cocok Untuk
Kecepatan Yang Tinggi.
2.5 Sifat- Sifat Bantalan

Dalam pemilihan bantalan perlu diketahui sifat-sifat yang harus dipertimbangkan


agar diperoleh bahan yang terbaik, sifat-sifat bantalan yang baik yaitu:

1. Tahan tekanan

Bahan bantalan harus memiliki kekuatan tekanan yang tinggi untuk meningkatkan
tekanan maksimum sehingga mencegah ekstruksi atau deformasi permanen pada
bantalan

2. Kekuatan fatigue

Bahan bantalan harus memiliki kekuatan fatigue yang tinggi sehingga ketika
terjadi beban berulang tidak menghasilkan retak pada material

3. Comformability

Adalah kemampuan bahan bantal utnuk mengakomodasi lendutan poros atau


ketidak akuratan bantalan oleh deformasi plastik (creep)

4. Embedd ability

Adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel kecil dari


debu,pasir dll

5. Tahan korosi

Bahan bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan. Properti ini
sangat penting didalam mesin pembakaran dimana pelumas yang sama digunakan
untuk melumasi dinding silinder dan bantalan

6. Thermal konduktivitas

Bahan bantalan harus memiliki konduktivitas yang tinggi sehingga


memungkinkan perpindahan panas yang cepat yang dihasilkan pada saat gesekan
7. Ekspansi thermal

Bahan bantalan harus memiliki koefisien ekspansi thermal rendah, sehingga


ketika bekerja dengan suhu yang berbeda-beda, tidak ada perubahan bahan yang
diakibatkan perubahan suhu

Untuk mendapatkan semua sifat diatas sulit didapatkan dalam bahan bantalan
tertentu, dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung pada
kebutuhan dari kondisi pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan untuk
setiap aplikasi harus berdasarkan analisis, tabel berikut menunjukan perbandingan
dari beberapa sifat yang lebih umum bahan bantalan logam

Sifat-sifat bantalan

(Kg/mm2)Temperatur
Kekearasan Tekanan maksimum Maksimal yang
Bahan Bantalan
Hn yang diperbolehkan diperbolehkan(ºC)

Besi Cor 50-100 0,3 – 0,6 150

Perunggu 80-150 0,7 – 2,0 200

Kuningan 100-200 1,5 – 6,0 200

Perunggu fosfor 20-30 0,6 – 1,0 250

Logam Putih berdasarkan Sn 15-20 0,6 – 1,0 150

Logam Putih berdasarkan Pb 30-40 1,0 – 1,4 150

Paduan Cadmium 20-30 1,0 – 1,4 250


45-50
Kelmet 1,0 – 1,8 170

Paduan Alumunium 40-80 2,8 100 – 150

Perunggu Timah Hitam 160 -180 2,0 – 3,2 220 – 250


2.6 Definisi Kode Bearing

A. Kode Pertama (Jenis Bearing)

Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz


Kode Bearing Di Atas Terdiri Dari Beberapa Komponen Yang Dapat Dibagi-Bagi
Antara Lain:
6 = Kode Pertama Melambangkan Tipe /Jenis Bearing
2= Kode Kedua Melambangkan Seri Bearing
03 =Kode Ketiga Dan Keempat Melambangkan Diameter Bore (Lubang Dalam
Bearing)
Zz = Kode Yang Terakhir Melambangkan Jenis Bahan Penutup Bearing

Jadi Dalam Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz Seperti Contoh Di Atas,


Kode Pertama Adalah Angka 6 Yang Menyatakan Bahwa Tipe Bearing Tersebut
Adalah Single-Row Deep Groove Ball Bearing ( Bantalan Peluru Beralur Satu
Larik).Perlu Diingat Bahwa Kode Di Atas Untuk Menyatakan Pengkodean
Bearing Dalam Satuan Metric Jika Anda Mendapatkan Kode Bearing Seperti Ini =
R8-2rs, Maka Kode Pertama ( R) Yang Menandakan Bahwa Bearing Tersebut
Merupakan Bearing Berkode Satuan Inchi.

B. Kode Kedua (Seri Bearing)

Kalau Kode Pertama Adalah Angka Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing
Metric Seperti Contoh Di Atas (6203zz ), Maka Kode Kedua Menyatakan Seri
Bearing Untuk Menyatakan Ketahanan Dari Bearing Tersebut. Seri Penomoran
Adalah Mulai Dari Ketahan Paling Ringan

Sampai Paling Berat

• 8 = Extra Thin Section


• 9 = Very Thin Section
• 0= Extra Light
• 1 = Extra Light Thrust
• 2 = Light
• 3 = Medium
• 4 = Heavy
Kalau Kode Pertama Adalah Huruf, Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing Inchi
Seperti Contoh (R8-2rs ) Maka Kode Kedua ( Angka 8 ) Menyatakan Besar
Diameter Dalam Bearing Di Bagi 1/16 Inchi Atau = 8/16 Inchi.

C. Kode Ketiga Dan Keempat (Diameter Dalam Bore Bearing)

Untuk Kode 0 Sampai Dengan 3, Maka Diameter Bore Bearing Adalah Sebagai
Berikut :
• 00 = Diameter Dalam 10mm
• 01= Diameter Dalam 12mm
• 02= Diameter Dalam 15mm
• 03= Diameter Dalam 17mm
Selain Kode Nomor 0 Sampai 3, Misalnya 4, 5 Dan Seterusnya Maka Diameter
Bore Bearing Dikalikan Dengan Angka 5 Misal 04 Maka Diameter Bore Bearing
= 20 Mm

D. Kode Yang Terakhir (Jenis Bahan Penutup Bearing)

Pengkodean Ini Menyatakan Tipe Jenis Penutup Bearing Ataupun Bahan Bearing.
Seperti Berikut :
1. Z Single Shielded ( Bearing Ditutuipi Plat Tunggal)
2. Zz Double Shielded ( Bearing Ditutupi Plat Ganda )
3. Rs Single Sealed ( Bearing Ditutupi Seal Karet)
4. 2rs Double Sealed (Bearing Ditutupi Seal Karet Ganda )
5. V Single Non-Contact Seal
6. Vv Double Non-Contact Seal
7. Ddu Double Contact Seals
8. Nr Snap Ring And Groove
9. M Brass Cage
2.7 Penyebab-Penyebab Kerusakan Pada Bearing:
Ada empat faktor penyebab kerusakan bearing yaitu:

1. Kesalahan Bahan
– Faktor Produsen: Yaitu Retaknya Bantalan Setelah Produksi Baik Retak Halus
Maupun Berat, Kesalahan Toleransi, Kesalahan Celah Bantalan.
– Faktor Konsumen: Yaitu Kurangnya Pengetahuan Tentang Karakteristik Pada
Bearing
2. Penggunaan Bearing Melewati Batas Waktu Penggunaannya (Tidak Sesuai
Dengan Petunjuk Buku Fabrikasi Pembuatan Bearing).

3. Pemilihan Jenis Bearing Dan Pelumasannya Yang Tidak Sesuai Dengan Buku
Petunjuk Dan Keadaan Lapangan (Real).

4. Pemasangan Bearing Pada Poros Yang Tidak Hati-Hati Dan Tidak Sesuai
Standart Yang Ditentukan.

2.8 Umur/ Masa Bearing

Faktor Penentu Umur/Masa Bearing Adalah Kesalahan Pada Saat Pemasangan


Dan 6 Kesalahan Dalam Pemasangan Bearing Diantaranya:

1. Pemasangan Yang Terlalu Longgar, Akibatnya Cincin Dalam Atau Cincin Luar
Yang Berputar Yang Menimbulkan Gesekan Dengan Housing/Poros.

2. Pemasangan Yang Terlalu Erat, Akibatnya Ventilasi Atau Celah Yang Kurang
Sehingga Pada Saat Berputar Suhu Bantalan Akan Cepat Meningkat Dan Terjadi
Konsentrasi Tegangan Yang Lebih.

3. Terjadi Pembenjolan Pada Jalur Jalan Atau Pada Roll Sehingga Bantalan Saat
Berputar Akan Tersendat-Sendat.

4. Terjadi Misalignment, Dimana Kedudukan Poros Pompa Dan Penggeraknya


Tidak Lurus, Bearing Akan Mengalami Vibrasi Tinggi. Pemasangan Yang Tidak
Sejajar Tersebut Akan Menimbulkan Guncangan Pada Saat Berputar Yang Dapat
Merusak Bearing. Kemiringan Dalam Pemasangan Bearing Juga Menjadi Faktor
Kerusakan Bearing, Karena Bearing Tidak Menumpu Poros Dengan Tidak Baik,
Sehingga Timbul Getaran Yang Dapat Merusak Komponen Tersebut.

5. Karena Terjadi Unbalance (Tidak Imbang), Seperti Pada Impeller, Dimana


Bagian-Bagian Pada Impeller Tersebut Tidak Balance (Salah Satu Titik Bagian
Impeller Memiliki Berat Yang Tidak Seimbang). Sehingga Ketika Berputar,
Mengakibatkan Putaran Mengalami Perubahan Gaya Disalah Satu Titik Putaran
(Lebih Terasa Ketika Putaran Tinggi), Sehingga Berpengaruh Pula Pada Putaran
Bearing Pada Poros. Unbalance Bisa Terjadi Pula Pada Poros, Dan Pengaruhnya
Pun Sama, Yaitu Bisa Membuat Vibrasi Yang Tinggi Dan Merusak Komponen.

6. Bearing Kurang Minyak Pelumasan, Karena Bocor Atau Minyak Pelumas


Terkontaminasi Benda Asing Dari Bocoran Seal Gland Yang Mempengaruhi
Daya Pelumasan Pada Minyak Tersebut.
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Peralatan dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapun peralatan yang digunakan pada praktik ini yaitu:


3.1.2 Bahan

Adapun bahan yang dijadikan bahan uji yaitu:


BAB IV
LANGKAH PENGERJAAN

4.1 Langkah Kerja

1. Mulai pekerjaan dengan Bismillahirrohmanirrohim.

2. Siapkan seluruh peralatan dan bahan uji.

4.1.1 Pelepasan Bearing

NO URAIAN KEGIATAN DOKUMENTASI


1 Pukul bearing yang terpasang
dengan palu secara merata
terlebih dahulu
2 Pasangkan trekel pada
bearing

3 Putar Trekel untuk menarik


bearing lepas dari poros

4 Lakukan hal serupa pada


bearing lainnya
4.1.2 Pengukuran Dimensi Bearing

1. Cek dan catat kode yang ada pada sisi bearing

2. Ukur diameter luar bearing

3. Ukur diameter dalam bearing

4. Ukur lebar bearing

4.1.3 Pemasangan Bearing

NO URAIAN PEKERJAAN DOKUMENTASI


1 Pasangkan poros pada -
dudukan yang telah tersedia
2 Masukkan bearing pada
poros yang sesuai

3 Ambil alat khusus memasang


bearing dan pukul dengan
palu

4 Ukur jarak/clearance antara


poros dengan bearing
menggunakan mal yang telah
tersedia

5 Lakukan hal serupa pada -


bearing lainnya
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktikum di ruang Perawatan Dasar tentang “Bearing” dapat di


ambil kesimpulan yaitu:

a. Pada saat pemasangan ataupun pelepasan pada bearing, bahwasanya sangatlah


hati – hati. Jika salah pada saat pemasukan atau dikeluarkannya bearing dari
poros, maka akan terjadi kerusakan pada bearing itu sendiri.

b. Kode yang terdapat pada permukaan bearing harus di pasang ke depan, karena
nantinya memeudahkan pada saat melakukan pergantian.

c. Pada saat menggunakan heater, sebaiknya jangan ditambahkan suhu pada saat
melakukan pemanasan selanjutnya, karena dapat mengubah bentuk bearing.

d. Dengan melakukan pemeriksaan poros pada acuan vertical maupun horizontal,


kita dapat mengetahui keadaan poros yang sebenarnya.

e. Pada pemasangan bearing pada poros dengan metode paksa, karena poros
memilki suaian sesak.

5.2 Saran

a. Teori yang diberikan sudah begitu membantu dalam proses praktek,


b. Alat – alat yang digunakan mestinya masih bagus, seperti dial indicator yang
sudah kurang baik dan juga heater.

c. Semoga praktek kedepannya dapat dilakukan pada mobil praktek, agar dapat
mengenal langsung penggunaanya.

d. Alat yang sudah digunakan seperti sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan


bensin, agar alat tersebut tidak cepat rusak.

e. Utamakan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai