Bearing,Roda Gigi,Gearboks
Disusun oleh :
Segala Puji syukur Bagi Tuhan Pemelihara Alam Semesta atas selesainya
makalah ini. Makalah Ini Disusun Dengan Tujuan Untuk Memenuhi Tugas Yang
Berkenanan Dengan “Element Mesin”.Tidak Lupa Kami Ucapkan Terima Kasih
Kepada Semua Pihak Yang Telah Mendukung Dalam Proses Pengerjaan Makalah
Ini terkusus kepada bapak dosen selaku pembingbing mata kuliah.
Kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Sempurna. Oleh
Karena Itu, Kritik Dan Saran Dari Semua Pihak Yang Bersifat Membangun Selalu
Kami Harapkan Demi Kesempurnaan Makalah Ini.
Amin.
Medan 30
November 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.
Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selalu berkaitan dengan
elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu dengan yang lainnya secara kompak
sehingga menghasilkan suatu rangkaian gerakan yang sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan. Dalam merencanakan sebuah mesin harus memperhatikan
faktor keamanan baik untuk mesin itu sendiri maupun bagi operatornya. Dalam
pemilihan elemen-elemen dari mesin juga harus memperhatikan kekuatan bahan,
safety factor dan ketahanan dari berbagai komponen tersebut. Adapun elemen
tersebut diantaranya adalah bantalan
1. Mengetahui .
PEMBAHASAN
Gambar 2.1 Kereta Celtic Dan Bearing Kayu Yang Digunakanpada Kereta Celtic
Pada Excavator
Bantalan Yang Mampu Menahan Kombinasi Beban Dalam Arah Radial Dan Arah
Aksial
Bantalan Luncur Yang Sering Disebut Slider Bearing Atau Plain Bearing
Menggunakan Mekanisme Sliding, Dimana Dua Permukaan Komponen Mesin
Saling Bergerak Relatif. Diantara Kedua Permukaan Terdapat Pelumas Sebagai
Agen Utama Untuk Mengurangi Gesekan Antara Kedua Permukaan. Slider
Bearing Untuk Beban Arah Radial Disebut Journal Bearing Dan Untuk Beban
Arah Aksial Disebut Thrust Bearing. Contoh Konstruksi Bantalan Luncur
Ditunjukkan Pada Gambar 2.4(A).
Journal Atau Sleeve Bearing, Yang Bentuknya Silindris Dan Menahan Beban
Radial (Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros).
Thrust Bearing , Yang Bentuknya Biasanya Datar, Dimana Pada Kasus Poros
Yang Berputar, Dapat Menahan Beban Yang Searah Dengan Sumbu Poros.
(a) (B)
Pada Kasus Poros Yang Berputar, Bagian Poros Yang Berkontak Dengan
Bantalan Disebut Journal. Bagian Yang Datar Pada Bantalan Yang Melawan
Gaya Aksial Disebut Thrustsufaces. Bearing Ini Sendiri Dapat Disatukan Dengan
Rumah Atau Crankcase. Tetapi Biasanya Berupa Shell Tipis Yang Dapat Diganti
Dengan Mudah Dan Yang Menyediakan Permukaan Bantalan Yang Terbuat Dari
Material Tertentu Seperti Babbit Atau Bronze. Ketika Proses Bongkar Pasang
Tidak Memerlukan Pemisahan Bantalan, Bagian Tertentu Pada Bantalan Dapat
Dibuat Sebagai Sebuah Dinding Silindris Yang Ditekan Pada Lubang Dirumah
Bantalan. Bagian Bantalan Ini Disebut Sebagai Bushing.
Pada Awalnya, Thrust Bearing Hanya Terdiri Dari Plat Yang Berputar Terhadap
Poros Dan Plat Yang Diam Seperti Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(A). Karena
Plat Ini Sejajar Satu Sama Lain Maka Lapisan Film Tidak Terbentuk Diantaranya,
Maka Tidak Menimbulkan Load Support. Oleh Karena Itu Apabila Berputar Akan
Terjadi Keausan. Ini Menjadi Masalah Besar Untuk Bearing Yang Digunakan
Pada Baling-Baling Kapal Atau Bearing Vertikal Untuk Turbin Air.
Salah Satu Usaha Untuk Mengatasi Masalah Ini Adalah Membentuk Lapisan Film
Buatan Antara Plat Yang Berputar Terhadap Poros Dan Plat Yang Diam Seperti
Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(B). Hal Ini Awalnya Adalah Ide Yang Baik, Tapi
Karena Sudut Kemiringan Yang Optimal Sangat Kecil Sehingga Sulit Untuk
Mendapatkan Ketepatan Yang Baik Bahkan Kecenderungan Bisa Berubah Karena
Deformasi Plastis. Sebuah Solusi Untuk Masalah Ini Ditemukan Secara
Independen Oleh Michell Dan Kingsbury Yaitu Untuk Mendukung Plat Miring
Pada Titik Tertentu Dari Titik Pusat Sehingga Dapat Dimiringkan Dengan Bebas
Seperti Yang Ditunjukkan Gambar 2.6(C). Pendekatan Ini Adalah Desain Pertama
Untuk Thrust Bearing. Hal Ini Juga Digunakan Untuk Pengembangan Penelitian
Teori Pelumasan.
Bearing Ini Mempunyai Alur Dalam Pada Kedua Cincinnya. Karena Memiliki
Alur, Maka Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Dapat Menahan Beban Secara Ideal
Pada Arah Radial Dan Aksial. Maksud Dari Beban Radial Adalah Beban Yang
Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros, Sedangkan Beban Aksial Adalah Beban
Yang Searah Sumbu Poros.
Jenis Ini Mempunyai Dua Baris Bola, Masing-Masing Baris Mempunyai Alur
Sendiri-Sendiri Pada Cincin Bagian Dalamnya. Pada Umumnya Terdapat Alur
Bola Pada Cincin Luarnya. Cincin Bagian Dalamnya Mampu Bergerak Sendiri
Untuk Menyesuaikan Posisinya. Inilah Kelebihan Dari Jenis Ini, Yaitu Dapat
Mengatasi Masalah Poros Yang Kurang Sebaris.
Disamping Dapat Menahan Beban Radial, Jenis Ini Juga Dapat Menahan Beban
Aksial Dalam Dua Arah. Karena Konstruksinya Juga, Jenis Ini Dapat Menahan
Beban Torsi. Jenis Ini Juga Digunakan Untuk Mengganti Dua Buah Bearing Jika
Ruangan Yang Tersedia Tidak Mencukupi.
Bearing Ini Mempunyai Dua Baris Elemen Roller Yang Pada Umumnya
Mempunyai Alur Berbentuk Bola Pada Cincin Luarnya. Jenis Ini Memiliki
Kapasitas Beban Radial Yang Besar Sehingga Ideal Untuk Menahan Beban Kejut.
Jenis Ini Mempunyai Dua Alur Pada Satu Cincin Yang Biasanya Terpisah. Efek
Dari Pemisahan Ini, Cincin Dapat Bergerak Aksial Dengan Mengikuti Cincin
Yang Lain. Hal Ini Merupakan Suatu Keuntungan, Karena Apabila Bearing Harus
Mengalami Perubahan Bentuk Karena Temperatur, Maka Cincinya Akan Dengan
Mudah Menyesuaikan Posisinya. Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Beban Radial
Yang Besar Pula Dan Juga Cocok Untuk Kecepatan Tinggi.
Dilihat Dari Konstriksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Aksial Maupun Radial.
Jenis Ini Dapat Dipisah, Dimana Cincin Dalamnya Dipasang Bersama Dengan
Rollernya Dan Cincin Luarnya Terpisah.
Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah
Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan.
Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya.
Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap Ketidaksebarisan (Misalignment) Poros
Terhadap Rumahnya.
Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila Dalam Satu Arah
Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah Melakukan Pemasangan.
Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan Tergantung Dari Kecepatannya.
Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap Ketidak Sebarisan (Misalignment) Poros
Terhadap Rumahnya.
10. Ball And Socket Bearings
Bearing Jenis Ini Mempunyai Alur Dalam Berbentuk Bola, Yang Bisa Membuat
Elemennya Berdiri Sendiri. Kapasitasnya Sangat Besar Terhadap Beban Aksial.
Selain Itu Juga Dapat Menahan Beban Radial Secara Simultan Dan Cocok Untuk
Kecepatan Yang Tinggi.
1. Tahan tekanan
Bahan bantalan harus memiliki kekuatan tekanan yang tinggi untuk meningkatkan
tekanan maksimum sehingga mencegah ekstruksi atau deformasi permanen pada
bantalan
2. Kekuatan fatigue
Bahan bantalan harus memiliki kekuatan fatigue yang tinggi sehingga ketika
terjadi beban berulang tidak menghasilkan retak pada material
3. Comformability
4. Embedd ability
5. Tahan korosi
Bahan bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan. Properti ini
sangat penting didalam mesin pembakaran dimana pelumas yang sama digunakan
untuk melumasi dinding silinder dan bantalan
6. Thermal konduktivitas
Untuk mendapatkan semua sifat diatas sulit didapatkan dalam bahan bantalan
tertentu, dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung pada
kebutuhan dari kondisi pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan untuk
setiap aplikasi harus berdasarkan analisis, tabel berikut menunjukan perbandingan
dari beberapa sifat yang lebih umum bahan bantalan logam
Sifat-sifat bantalan
(ºC)Besi Cor
Perunggu
Kuningan
Perunggu fosfor
Paduan Cadmium
Kelmet
Paduan Alumunium
50-100
80-150
100-200
20-30
15-20
30-40
20-30
45-50
40-800,3 – 0,6
0,7 – 2,0
1,5 – 6,0
0,6 – 1,0
0,6 – 1,0
1,0 – 1,4
1,0 – 1,4
1,0 – 1,8
2,8
2,0 – 3,2150
200
200
250
150
150
250
170
100 – 150
220 – 250
Jadi Dalam Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz Seperti Contoh Di Atas, Kode
Pertama Adalah Angka 6 Yang Menyatakan Bahwa Tipe Bearing Tersebut
Adalah Single-Row Deep Groove Ball Bearing ( Bantalan Peluru Beralur Satu
Larik).
Perlu Diingat Bahwa Kode Di Atas Untuk Menyatakan Pengkodean Bearing
Dalam Satuan Metric Jika Anda Mendapatkan Kode Bearing Seperti Ini = R8-2rs,
Maka Kode Pertama ( R) Yang Menandakan Bahwa Bearing Tersebut Merupakan
Bearing Berkode Satuan Inchi.
Kalau Kode Pertama Adalah Angka Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing
Metric Seperti Contoh Di Atas (6203zz ), Maka Kode Kedua Menyatakan Seri
Bearing Untuk Menyatakan Ketahanan Dari Bearing Tersebut. Seri Penomoran
Adalah Mulai Dari Ketahan Paling Ringan
Kalau Kode Pertama Adalah Huruf, Maka Bearing Tersebut Adalah Bearing Inchi
Seperti Contoh (R8-2rs ) Maka Kode Kedua ( Angka 8 ) Menyatakan Besar
Diameter Dalam Bearing Di Bagi 1/16 Inchi Atau = 8/16 Inchi.
Pengkodean Ini Menyatakan Tipe Jenis Penutup Bearing Ataupun Bahan Bearing.
Seperti Berikut :
1. Z Single Shielded ( Bearing Ditutuipi Plat Tunggal)
2. Zz Double Shielded ( Bearing Ditutupi Plat Ganda )
3. Rs Single Sealed ( Bearing Ditutupi Seal Karet)
4. 2rs Double Sealed (Bearing Ditutupi Seal Karet Ganda )
5. V Single Non-Contact Seal
6. Vv Double Non-Contact Seal
7. Ddu Double Contact Seals
8. Nr Snap Ring And Groove
9. M Brass Cage
1. Kesalahan Bahan
– Faktor Produsen: Yaitu Retaknya Bantalan Setelah Produksi Baik Retak Halus
Maupun Berat, Kesalahan Toleransi, Kesalahan Celah Bantalan.
– Faktor Konsumen: Yaitu Kurangnya Pengetahuan Tentang Karakteristik Pada
Bearing
2. Penggunaan Bearing Melewati Batas Waktu Penggunaannya (Tidak Sesuai
Dengan Petunjuk Buku Fabrikasi Pembuatan Bearing).
3. Pemilihan Jenis Bearing Dan Pelumasannya Yang Tidak Sesuai Dengan Buku
Petunjuk Dan Keadaan Lapangan (Real).
4. Pemasangan Bearing Pada Poros Yang Tidak Hati-Hati Dan Tidak Sesuai
Standart Yang Ditentukan.
1. Pemasangan Yang Terlalu Longgar, Akibatnya Cincin Dalam Atau Cincin Luar
Yang Berputar Yang Menimbulkan Gesekan Dengan Housing/Poros.
2. Pemasangan Yang Terlalu Erat, Akibatnya Ventilasi Atau Celah Yang Kurang
Sehingga Pada Saat Berputar Suhu Bantalan Akan Cepat Meningkat Dan Terjadi
Konsentrasi Tegangan Yang Lebih.
3. Terjadi Pembenjolan Pada Jalur Jalan Atau Pada Roll Sehingga Bantalan Saat
Berputar Akan Tersendat-Sendat.
2.11 Pelumasan
Dalam suatu mesin terdapat bagian-bagian yang bergerak seperti poros engkol,
piston, batang torak, katup, dan sebagainya. Pelumasan dimaksudkan untuk
menghindari hubungan (kontak) langsung dari dua bagian yang bergesekan.
Sifat-sifat pelumasan:
v Kekentalan.
Untuk keausan permukaan yang bergerak terutama pada bahan yang besar dan
bantalan dengan putaran rendah, minyak pelumas tidak perlu terlalu kental karena
akan sukar menyebar.
v Indeks kekentalan.
Minyak pelumas yang baik tidak terlalu berpengaruh terhadap temperatur ruang
sehingga indeks kekentalannya tidak perlu terlalu besar.
v Stabilitas.
Beberapa minyak pelumas harus memiliki kestabilan pada temperatur tinggi agar
tidak berubah struktur kimianya.
F. Jenis-Jenis Pelumasan
1. Pelumasan tangan.
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja yang tidak terus-
menerus. Kekurangannya bahwa aliran pelumas tidak selalu tetap atau pelumasan
menjadi tidak teratur.
2. Pelumasan tetes.
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan teratur
melalui sebuah katup jarum.
3. Pelumasan sumbu.
Cara ini menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak sehingga
minyak terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal
pelumasan tetes.
4. Pelumasan percik.
Dari suatu bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan untuk
melumasi torak dan silinder motor bakar torak yang berputaran tinggi.
5. Pelumasan cincin.
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga akan
berputar bersamaan dengan poros sambil mengangkat minyak dari bawah.
6. Pelumasan pompa.
Pelumasan pompa sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan tinggi dan besar.
7. Pelumasan gravitasi.
Dari sebuah tangki yang diletakkan di atas bantalan, minyak dialirkan oleh gaya
beratnya. Cari ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan
keliling sebesar 10 – 15.
8. Pelumasan celup.
Mutu pelumas secara fisik tidak dapat dilihat, oleh karena itu harus memahami
bagaimana pelumas itu diformulasikan berdasarkan spesifikasi yang diberikan
oleh lembaga komersial maupun militer. Spesifikasi disini berarti
persyaratan/keputusan/ tujuan yang harus dipenuhi oleh jenis pelumas tertentu
melalui pengujian kinerja yang mempergunakan pengujian khusus. Tinggi dan
rendahnya mutu pelumas dapat diketahui dari salah satu spesifikasi sebagaimana
yang tertera pada label yang dikeluarkan pabrikan. Umumnya pelumas dapat
dibedakan berdasarkan:
1. BENTUK
Berdasarkan bentuknya, pelumas/lubricant dapat dibedakan atas 2 macam yaitu
berbentuk cair yang lebih dikenal dengan sebutan ‘olie’ dan berbentuk padat yang
disebut ‘Grease/gemuk’.
2. STANDARD
Standard pelumas yang dipakai di dunia umumnya mengacu kepada dua kutub
yaitu Amerika dan Eropa, selain Jepang yang mengkhususkan pada standar
pelumas pada kendaraan sepeda motor.
v Ø Klasifikasi API
Lembaga perminyakan Amerika (API = American Petroleum Institute), ASTM
(American Society for Testing and Materials) dan SAE (Society of Automotive
Engineers) secara bersama-sama membentuk sistem klasifikasi pelumas, yang
disebut ‘API Service’ untuk pelumas otomotive. API Service terbagai atas 2
macam yaitu seri “S=Spark Ignitions =busi” yang umumnya digunakan kendaraan
berbahan bakar bensin dan seri “C=Compression Ignition Engine” yang
digunakan untuk kendaraan berbahan bakar solar.
Untuk API Service berbahan bakar bensin:
Dimulai dari: SA”SB”SC”SD”SE”SF”SG”SH”SJ”SL”SM
Untuk API Service berbahan baka rsolar:
Dimulai dari : CA”CB”CC”CD”CD-II”CE”CF”CF-2″CF-4″CG-4″CH-4″CI-4
v Ø Klasifikasi ILSAC
The American Automobile Manufacturers Association (AAMA) dan The Japan
Automobile Manufacturers Association (JAMA) melalui suatu organisasi yang
disebut The International Lubricant Standardization and Approval Committee
(ILSAC), mengeluarkan standard ILSAC GF-1 dan ILSAC GF-2 dan ILSAC GF-
3.
Pelumas memiliki perubahan dari tahun 1940 sampai 1989, disini klasifikasi
pelumas dri generasi 1 sampai 5:
1. API GL-1 (masih berlaku). Pelumas transmisi manual yang bekerja dengan
kondisi sedang dengan operasi tekanan unit rendah dan kecepatan luncur
minimum. Friction modifiers dan extreme pressure tidak dipergunakan
untuk aplikasi ini. Pada kecepatan dan beban berat, pelumas ini tidak
ditambahkan aditif anti oksidasi dan aditif antu rust inhibitor.
2. API GL-2 (tidak berlaku lagi). Ditetapkan untuk roda gigi tipe worm-gear
dan kecepatan luncur diatas GL-1. Produk ini ditambahkan aditif antiwear
atau extreme presure dengan konsentrasi sedang.
3. API GL-3 (tidak berlaku lagi). Diperuntukkan untuk transmisi manual dan
spiral bevel axles, dengan kondisi kecepatan dan beban ringan sampai
sedang. GL-3 tidak direkomendasikan untuk aplikasi hypoid gear.
4. API GL-4 (masih berlaku). Dirancang untuk tugas spiral bevel dan hypoid
gear yang bekerja pada kecepatan dan beban sedang. Pelumas ini dapat
dipergunakan untuk transmisi manual dan aplikasi transaxle tertentu.
5. API GL-5 (masih berlaku). Dirancang untuk gear, khususnya hypoid yang
bekerja dengan kondisi kecepatan tinggi dan atau rendah serta torsi tinggi
(high torque). Pelumas ini lulus untuk kualifikasi MIL-L-2105D.
6. API GL-6 (tidak berlaku lagi). Dirancang untuk gear, dengan pinion offset
yang sangat tinggi, karena kebutuhan pinion offset yang lebih ringan dan
lain-lain sebab maka GL-6 saat ini tidak diproduksi lagi.
7. API MT-1 (masih berlaku). Dirancang untuk transmisi manual non
synchronized yang dipergunakan dalam bis dan truck tugas berat. Pelumas
ini mampu memberikan perlindungan terhadap degradasi thermal,
component wear dan oil seal deterioration.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi yang penting untuk
suatu pemindahan gerak (terutama putaran), daya, atau tenaga pada suatu
sistem transmisi antara penggerak dengan yang digerakkan.
Suatu konstruksi roda gigi digunakan pula untuk suatu sistem pengatur
pada pemindah putaran, atau untuk merubah gerak lurus menjadi gerak putar
atau sebaliknya.
Oleh karena itu penggunaan roda gigi sangat luas pada konstruksi
mekanik yang memerlukan gerak yang menkombinasikan beberapa
komponen alat yang tergabung.
Pembuatan roda gigi cukup rumit dan kompleks karena pembuatan profil
roda giginya yanng khusus, dengan berbagai ukuran dan keakuratan
tergantung dari peran dari roda gigi itu sendiri pada suatu gabungan
komponen mesin.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini Mahasiswa diharapkan mampu
memahami tata cara pembuatan roda gigi yang benar, klasifikasi,
penghitungan,dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan roda gigi
tersebut agar dalam mengaplikasikannya dengan baik.
C. Perolehan Data
Penyusun memperoleh dan menyusun data tentang materi roda gigi
dengan berbagai fasilitas yang menunjang dan dapat dijadikan referensi
tentang materi, antara lain perpustakaan dan internet.
BAB II
ISI
A. DEFINISI RODA GIGI
Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi vang penting untuk suatu
pemindahan gerak (terutama putaran). daya atau tenaga pada suatu sistem
transmisi antara penggerak dengan yang digerakan. Suatu konstruksi
hubungan roda gigi digunakan pula untuk sistim pengatur pada pemindah
putaran, atau untuk merubah gerak lurus menjadi gerak putar atau sebaliknya.
Selain itu dapat dicapai kecepatan keliling- (Vc) yang sama pada lingkaran
singgung sepasang roda gigi. Lingkaran singgung ini disebut lingkaran pitch
atau lingkaran tusuk yang merupakan lingkaran khayal pada pasangan roda
gigi, tapi berperan penting dalam perencanaan konstruksi roda gigi. Pada
sepasang roda gigi maka perlu diperhatikan, bahwa jarak lengkung antara dua
gigi yang berdekatan (disebut "pictch") pada kedua roda gigi harus sama,
sehingga kaitan antara gigi dapat berlangsung dengan baik. Bentuk lengkung
pada suatu profil gigi, tidak dapat dibuat semaunya, melainkan mengikuti
kurva-kurva tertentu yang dapat menjamin terjadinya kontak gigi dengan baik.
C. PROFIL RODA GIGI
Untuk mendapatkan keadaan transmisi gerak dan daya yang baik, maka profil
gigi harus mempunyai bentuk yang teratur sehingga kontak gigi berlangsung
dengan mulus. Oleh karena itu profil gigi dibuat dengan bentuk geometris
tertentu, agar perbandingan kecepatan sudut antara pasangan roda gigi harus
selalu sama. Agar memenuhi hat tersebut dikenal 3 jenis konstruksi profil gigi,
yaitu :
Adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik yang terletak pada sebuah
garis lurus yang bergulir pada suatu silinder atau kurva yang dibentuk oleh
satu titik pada sebuah tali yang direntangkan dari suatu gulungan pada
silinder.
a. Orthosikloida, lingkaran
mengge- linding pada jalur
gelinding berupa garis
lurus.
b. Episikloida, lingkaran
menggelinding pada jalur
gelinding berupa sisi luar
lingkaran.
c. Hiposikloida, lingkaran
menggelinding pada jalur
gelinding berupa sisi dalam
lingkaran.
Profil sikloida bekerja berpasangan dan dengan jarak sumbu yang presisi,
sehingga tidak dapat dipertukarkan dengan mudah, kecuali yang dibuat
berpasangan yang sama.
3. Profil equidistanta
Kurva dari jarak yang sama terbadap sikloida yang dibentuk oleh roda
gelinding 2 terhadap jalur gelinding pasangannya.
b. Roda Gigi miring b. Roda Gigi payung spi- b. Roda Gigi payung
(helical spur gear) ral (Spiral bevel gear) (hypoid bevel gear)
HERRINGBONE
Penggunaan Roda gigi lurus ini cukup luas terutama spurgear pada
konstruksi general mekanik yang sederhana sampai sedang putaran dan
beban relatip sedang. Dan ketiga jenis Roda gigi ini, rnaka Internal Gear
memilikitingkat kesuliian pemasangan yang agak sulit, sehubungan dalam
menentukan ketepatan pemasangan sumbu. Sedangkan untuk jenis Rack
dan Pinion Gear, mempunyai kekhususan dalam penggunaannya, yaitu
untuk pengubah gerak putar ke gerak lurus atau sebaliknya, sedangkan
pada Rack gear mempunyai sumbu Pitch yang lurus. Pembebanan pada
gigi-giginya mempunyai distribusi beban yang paling sederhana, yaitu gaya
Normal yang terurai menjadi gaya keliling (gaya targensial) dan gaya
Radial.
Roda gigi Herring bone dapat dibuat dalam lisa macam, yaitu :
seperti ulir dengan penampang profil gigi seperti jenis Roda gigi lainnya.
Selain sebagai sistim transmisi saja. Roda Gigi cacmg soring juga
difungsikan sebagai pengunci transmisi, misalnya pada peralatan angkat.
Dari bentuk konstruksi berpasangan terdapat dua jenis konstruksi Roda
cacing, yaitu :
1. Roda Gigi Cacing Silmdrik.
Perbedaan dan kedua jenis ini terdapat pada bentuknya. Sedangkan untuk
profil gigi mempunyai kurva yang tetap sama, sehingga dalam
penggunaannva dapat salmg bervariasi antara Batang Cacing dengan
Roda Cacingnya
Pada Roda gigi cacing silindrik, bentuk luar batang cacing maupun Roda
Cacing berupa siUnder sedang pada jenis glogoid, baik batang maupun
Roda Cacingnya saling mengikuti bentuk pasangannya.
a. Pasangan Roda caring dengan batang cacing silindrik.
Kepala pembagi adalah peralatan yang penting pada mesin frais, selalu
dibutuhkan untuk operasi pengefraisan dengan pembagian atau untuk
mengefrais permukaan-permukaan (menyudut) dengan (pada) sudut yang
tertentu.
1. Perhitungan sederhana
2. Perhitungan langsung
3. Perhitungan sudut
4. Perhitungan Diferensial
1. Perhitungan sederhana
Karena 40 putaran ( ratio 40:1 ) dari ulir cacing menghasilkan 1 putaran
dari benda kerja, maka untuk T pembagian yang sama dari benda kerja
setiap pembagiannya adalah 1 : T = 1/T dari lingkaran. Dan ulir cacing
harus diputar :
Nc = 40 / T = ratio / T = i / T putaran
i = ratio
Bila pembagian yang dikehendaki l;ebih dri 40 ulir cacing harus diputar
kurang dari 1 putaran. Jika T kurang dari 40 pecahannya harus diubah
menjadi sejumlah angka dan pecahan. Dan pecahan yang terakhir harus
diubah sampai penyebutnya sama dengan salah satu jumlah pada plat
index.
40 40 4 2 6
Nc = = = 3 = 3 =3
T 12 12 6 18
2. Perhitungan Langsung
Untuk mempercepat pembuatan benda kerja (dengan) bersudut banyak
digunakan kepala pembagi langsung karena kepal pembagi ini mempunyai
pelat pembagi yang dapat diganti dan dipasang langsung pada spindelnya.
1. Dengan alur V
Biasanya memepunyai 24 atau 60 pembagian.
2. Dengan lubang-lubang
Mempunyai angka jumlah lubang yang digrafir pada pelat pembagi
yakni di bagian melingkarnya. Untuk menghitung jumlah lubang yang
dikehendaki pelat pembagi harus diputar untuk mencapai posisi yang
baru, jumlah lubang pada pelat pembagi dibagi pembagian yang kita
kehendaki.
Ujung ulir cacing dipasang tangkai. Pin index dipasang pada pemutar, yang
ditepatkan pada lubang plat index yang dikehendaki. Pemutar dapat diatur
untuk menepatkan pin index kebermacam-macam lubang-lubang yang
melingkar pada plat index. Plat index sendiri dapat diganti-ganti. Plat index
dipasang pada badan kepala pembagi oleh baut berpegas. Untuk lebih
mempermudah ditambah dengan lengan penepat.
Untuk beberapa kepala pembagi universal ulir cacing dapat diputar lepas
dari roda gigi cacing. Kepala pembagi universal minimal memiliki 3 buah
plat index. Setiap plat index memiliki lubang yang sepusat, jarak lubang
sama.
3. Perhitungan sudut
Adakalanya pembuatan celah atau slot pada mesin yang berhubungan
satu dengan yang lainnya, ditunjukkan dengan sudut atau slot yang
ditentukan oleh sudut dari pusat lingkaran sampai sudut yang dikehendaki.
Satu putaran dari ulir cacing memutar benda kerja 1/40 putaran (i=40:1)
Dengan derajat, 1 putaran dari ulir cacing adalah 1 Nc= 360º / 40º = 9º
α = angle required
i = ratio
Contoh 1 :
Rumus umumnya :
Nc = α/9º α . i/360º
bila,i = 40 : 1 Nc = α/9º
bila,i = 60 : 1 Nc = α/6º
Contoh 2 :
Index (α) 610 20’ ( apabila diperlukan / diminta pembagian tiap-tiap 10’,
kita gunakan plat index 54 )
4. Perhitungan Differensial
Dengan metoda pembagian differensial kita dapat mengerjakan setiap
pekerjaan pembagian. Pelat pembagi tidak dimatikan akan tetapi harus
dapat bergerak, yang diputarkan oleh roda gigi pengubah (gerakan
koreksi). Gerakan tambahan itu dipindahkan dari poros pembagi utama,
melalui roda gigi pengubah dan diteruskan oleh roda gigi payung atau roda
gigi helix ke pelat pembagi.
Langkah-langkah :
Pelat – pelat pemabagi : 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 27, 29, 31, 33, 37,
39, 41, 43, 47, 49.
Diameter picth (Dp) : banyak gigi pada diameter jarak anatara dalam
satu inchi. Hasil angka pembagi selalu bulat atau
menurut tabel “ standart meter picth “
circular picth (Cp) : panjang busur lingkaran jarak antara pada dua
buah gigi yang berdekatan dalam satuan inchi.
dp = pitch diameter
da = dimeter luar
df = diameterdasarkakigigi
ha = adendum
hf = dedendum
b = lebargigi
s = tebal gigi
Satu macam pisau potong (pada satu modul) dapat digunakan untuk
membuat segala macam jumlah gigi (minimal z = 12)
Proses ini hanya dapat digunakan untuk membuat spur gear (gigi lurus
atau gigi miring) dan roda gigi cacing (roda gig cacing dan batang
cacing).
Pada sebuah bak roda gigi kecepatan rendah tidak dibutuhkan profil gigi
yang presisi. Maka pembuatan roda gigi payung dengan mesin frais
universal akan cukup menghasilkan profil gigi yang mendekati.
Untuk pembuatan roda gigi payung dengan mesin frais universal, tidak
membutuhkan table serta perhitungan roda gigi payung yang sangat
presisi.
Pada profil gigi yang presisi, semakin dekat dengan titik pusat
semakin dangkal kedalaman profil giginya. Lebar gigi diambil antara
10-12
2. Urutan operasi
Benda kerja yang telah selesai dibubut, dipasang dengan bantuan
mandrel pada kepala pembagi universal. Ikatan mandrel harus kuat
dan dibantu dengan baut dan mur. Untuk bentuk roda gigi payung
yang khusus, dapat langsung dicekam dengan chuck rahang 3.
Kepala pembagi universal harus disetel miring dengan sudut kisar ∂1,
sehingga lebar permukaan kepala gigi sejajar terhadap meja mesin
frais.
Langkah pengefraisan pertama
Karena profil roda gigi payung itu melebar, maka kepala pembagi
universal harus masih digerakkan sebagai berikut
i
nk2 =
4Z 1
Pada pengefraisan kedua ini hanya sebuah bidang profil saja yang
terbentuk. Putaran tuas untuk pembagian jumlah gigi adalah
normal.
i
nk1 =
Z1
i
nk2 =
4Z 1
Begitu pula gerak koreksi meja mesin frais pada arah melintang
harus dikembalikan pada posisi nol dengan bantuan dial gauge.
Untuk pengefraisan ketiga, yaitu bidang profil sebelahnya dilakukan
dengan cara yang sama akan tetapi arah gerakannya kebalikan dari
arah gerakan operasi kedua.
Profil gigi buat pada material batang yang kemudian dipotong – potong
menurut lebar yang diinginkan.
Pada pembuatan roda gigi jumlah gigi dibawah 17 buah (pada satu roda
gigi) mempunyai ketentuan khusus, yaitu adanya “koreksi gigi”.
Koreksi gigi ini diberikan karena pada pembutan roda gigi dengan jumlah
gigi lebih kecil dari 17 akan terjadi bentuk gigi yang tidak ideal ( kritis ) yaitu
terjadi bentuk mengecil pada leher gigi (seperti kepala ular) pada modul
agak besar, sedangkan pada modul kecil, akan terjadi daerah sempit
antara jarak profil terdekat.
4. Proses pemotongan dengan cara generating method
Cutter yang digunakan akan dpilih menurut yang diinginkan, yaitu akan
membentuk kontur gigi yang sesuai dengan bentuk kontur cutter, proses
pemotongan ini juga disebut dengan cara “hobbing”, sehingga cutternya
juga sering dikenal dengan “cutter hobbing”.
1. Jarak antara sumbu relatip lebih kecil, sehingga memungkinkan suatu sistim
rangkaian roda gigi dikonstruksikan ringkas namun berkemampuan
maksimum dalam pengaturan pentransmisian.
4. Dengan sistim pelumasan yang baik, sistim transmisi roda gigi mampu untuk
putaran tinggi, seperti pada kendaraan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Roda gigi merupakan suatu elemen mesin yang sangat diperlukan
karena fungsinya sangat vital, sebagai suatu elemen pemindah daya yang
diperlukan oleh banyak mesin dalam proses Manufaktur. Walaupun
pembuatannya sangat sulit karena memerlukan tingkat keakuratan yang
tinggi disertai profilnya yang khusus.
B. Saran
Kami merasa dengan sistim pembelajaran seperti ini, yakni dengan
membuat mahasiswa aktif mencari ilmu dan perkembangan teknologi
sekarang ini secara individu / kelompok tanpa refernsi dari dosen pengajar
sangatlah baik khususnya bagi mahasiswa. Dan dengan sistim seperti itu
juga dapat memupuk sikap rasa keingintahuan yang tinggi dari mahasiswa
terhadap perkembangan teknologi sekarang ini terutama dalam dunia
manufactur yang semakin canggih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://www.youtube.com
http://www.howstaffwork.com
http://www.jjjtrain.com/vms
http://www.engineeringfundamentals.com
http://www.123eng.com/seminar/GEAR%20MFG.pdf
http://one.indoskripsi.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah
Teknik Perawatan Mekanik. Selain itu pula diharapkan laporan ini dapat
memberikan wawasan bagi pembaca agar dapat memahami :
Data-data dari laporan ini diperoleh dari hasil praktikum dan juga dari
beberapa sumber penunjang seperti makalah, jurnal maupun internet yang
membahas mengenai gearbox.
BAB II
LANDASAN TEORI
Gearbox atau gear motor merupakan suatu alat khusus yang dapat
menambah kekuatan beban (torsi) dengan cara menambah kecepatan dari dynamo
motor. Gearbox juga adalah alat pengubah daya dari mesin yang berputar menjadi
tenaga yang lebih besar dengan mengkombinasikan perangkat mekanik dan
elektrik.
Secara prinsip perbedaan dynamo motor (elektrik motor) dan gearbox adalah :
• Dynamo motor memilki kecepatan tinggi namun beban yang dimiliki
rendah (torsi kecil)
• Gearbox memiliki kecepatan rendah namun mampu untuk beban-beban
yang berat (torsi besar)
Gearbox dalam hal yang bersangkutan dengan bidang kebutuhan industri atau
permesinan memiliki fungsi sebagai pemindah tenaga dari tenaga penggerak (mesin
diesel atau dinamo motor elektrik) ke mesin yang ingin digerakan. Setidaknya ada
2 alasan kunci mengapa penggunaan Gearbox dalam dunia permesinan memegang
peranan penting, pertama fungsi Gearbox utamanya adalah memperlambat
kecepatan putaran yang dihasilkan dari perputaran dinamo motor atau mesin diesel
dan yang kedua adalah untuk memperkuat tenaga putaran yang dihasilkan oleh
dinamo atau diesel.
Secara umum gearbox mempunyai beberapa fungsi antara lain :
• Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke roda.
• Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.
• Merubah arah putaran output sehingga kendaraan dapat bergerak mundur.
• Memudahkan pengemudi dalam memindahkan gigi.
• Merubah putaran mesin tanpa selip
• Memperkuat daya/elektrik dari motor
• Memperlambat kecepatan
6. Clucth housing
Clutch housing adalah rumah dari clucth kopling yang berfungsi sebagai
pelindung clutch kopling, clutch housing juga berfungsi sebagai tempat dudukan
dari pada oil pump dan input shaft.
8. Bearing
Bearing berfungsi untuk menjaga kerenggangan dari pada shaft (poros),
agar pada saat unit mulai bekerja komponen yang ada di dalam transmisi tidak
terjadi kejutan, sehingga transmisi bisa bekerja dengan smooth (halus).
9. Sun gear
Sun gear berfungsi untuk meneruskan putaran ke planetary gear section.
Sun gear berhubungan langsung dengan gear yang ada pada unit planetary yang
berfungsi sebagai penerus putaran, momen dari transmisi.
Roda gigi cacing adalah jenis roda gigi yang terdiri dari 1 atau lebih gigi dengan
bentuk menyerupai sekrup. Biasanya dibuat bersama dengan pasangannya yang
disebut pinion/poros cacing.
Secara fisik, roda gigi cacing memiliki cekungan di tiap giginya. Cekungan
ini bertujuan mengubah titik kontak antara roda gigi dengan pinion/poros cacing
yang biasanya berupa titik, menjadi berupa garis. Sehingga kontak yang terjadi
menjadi lebih lama dan dapat menghasilkan media transmisi daya tinggi.
Poros cacing dan roda gigi memiliki perbandingan rasio yang besar. Sebagai
contoh, roda gigi heliks biasanya terbatas pada rasio gigi kurang dari 10:1,
sementara roda gigi cacing memiliki variasi rasio dari 10:1 ke 500:1. Kerugian dari
pasangan roda gigi cacing adalah rendahnya efisiensi karena perbandingan rasio
yang cukup besar.
Roda gigi cacing termasuk kedalam jenis helical gear, namun memiliki
sudut yang agak besar (hampir 90 derajat) dan ukurannya biasanya cukup panjang
dalam arah aksial dan oleh karena itu bentuknya menyerupai sekrup. Perbedaan
antara roda gigi cacing dan roda gigi heliks adalah roda gigi cacing dibuat sekurang-
kurangnya satu gigi berlangsung selama satu putaran penuh mengelilingi heliks.
Sebuah roda gigi cacing memungkinkan untuk memiliki satu gigi saja. Pada roda
gigi cacing terlihat seperti memiliki banyak gigi, namun sebenarnya hanya satu satu
gigi saja namun mengelilingi poros tersebut seperti ulir. Sekrup yang memiliki satu
awalan saja disebut ulir tunggal. Sedangkan yang memilki lebih dari satu awalan
disebut ulir majemuk. Sudut heliks cacing biasanya tidak ditentukan.
Dalam pasangan roda gigi cacing, pergerakan hanya mungkin dilakukan
oleh poros cacing saja. Di sini roda gigi tidak mungkin untuk memutar poros cacing.
Terutama jika sudut lead-nya kecil, roda gigi mungkin hanya mengunci terhadap
poros cacing, karena komponen gaya keliling ke cacing tidak cukup untuk
mengatasi gesekan. Pasangan roda gigi cacing yang melakukan penguncian diri
disebut self locking, yang merupakan sebuah keuntungan dari penggunaan
pasangan roda gigi ini, misalnya ketika diinginkan untuk mengatur posisi suatu
mekanisme dengan memutar poros cacing dan kemudian memiliki mekanisme
menahan posisi tersebut. Contohnya adalah pengatur senar pada gitar.
Hal ini menjadi unik karena hanya terjadi pada mekanisme roda gigi cacing,
dimana poros cacing dapat dengan mudah memutar worm gear, namun worm gear
tidak dapat memutar poros cacing. Hal ini disebabkan oleh kecilnya sudut roda gigi
cacing sehingga saat worm gear diputar, justru terjadi self locking.
Jika gigi pada pasangan roda gigi cacing, roda gigi heliks biasa hanya satu titik
kontak. Jika media transmisi daya tinggi diinginkan, bentuk gigi dari gigi harus
dimodifikasi untuk mencapai titik kontak yang lebih banyak dengan membuat
kedua gigi sebagian menyelimuti satu sama lain. Hal ini dilakukan dengan membuat
kedua cekung dan bergabung dengan mereka pada titik pelana; hal ini disebut cone-
drive.
Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti yang tertera pada table.
3.2.1 Lakukan proses pelepasan gearbox untuk melakukan identifikasi dengan cara :
• Longgarkan baut kepala out cover dengan kunci L kemudian lepaskan kepala out cover.
• Kemudian pada bagian samping, lepaskan cover worm shaft dengan melonggarkan baut
dengan menggunakan kunci L.
• Setelah cover worm shaft dilepas, bearing dari frame dilepaskan dan roda gigi cacing
silindris dikeluarkan dari frame.
• Lepas worm wheel dari frame dengan memukul poros dengan palu plastic hingga
terlepas dari bearing yang ada di frame.
• Setelah proses pelepasan selesai, lakukan identifikasi dan pengukuran sesuai dengan
perintah yang diberikan oleh instruktur.
3.2.2 Setelah pengukuran dan identifikasi selesai, lakukan proses pemasangan kembali gearbox
dengan cara :
• Masukkan worm wheel terlebih dahulu dibantu dengan memukul shaft agar masuk ke
dalam bearing yang ada di dalam frame.
• Pada bagian samping, masukkan worm shaft dan pasangkan bearing worm. Usahakan
agar worm shft dan worm wheel menyatu dengan baik.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah Gearbox atau gear motor merupakan suatu
alat khusus yang dapat menambah kekuatan beban (torsi) dengan cara menambah kecepatan
dari dynamo motor. Perakitan dan pelepasannya bergantung pada semua komponen
dikarenakan antara satu komponen dan komponen lain berhubungan.
4.2 Saran
Saran dari praktikum ini adalah bila sedang pengambilan data atau ketika
membaca alat ukur pastikan tidak terjadi kesalahan paralaks atau ketika sedang bekerja di
lab diusahakan tidak main-main karena akan mengganggu konsentrasi dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
NN. 2014. ” Apa itu Gearbox ? Apa fungsi Gearbox dan bagaimana aplikasinya dalam
kehidupan kita sehari-hari?”. 10 Juni. http://westerndrive.co.id/blog/?p=6. [5 july 2017]