Anda di halaman 1dari 75

ELEMEN MESIN II

Disusun Oleh :
Nama : Muhamad Rizky Arifian
NIM : 15/386588/SV/09053
Kelas : EM 5
Pembimbing : Ir. Tarmono M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadipan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
rangkuman Elemen Mesin II ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga rangkuman Elemen Mesin II ini dapat berguna sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi permbaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga rangkuman Elemen Mesin ini membantu


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isinya rangkuman ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Rengkuman Elemen Mesin II ini kami akui masih banyak kekurangan


perngalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan rangkuman Elemen Mesin ini.

Yogyakarta, Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB 1 ...................................................................................................................... 5
SLIDING CONTACT BEARING ........................................................................... 5

1.1 Pendahuluan .............................................................................................. 5


1.2 Klasifikasi Bantalan .................................................................................. 5
1.3 Jenis Bantalan Luncur ............................................................................... 6
1.4 Sifat Bahan Bantalan Luncur .................................................................... 7
1.5 Material Bantalan Luncur.......................................................................... 8
1.6 Konsep dasar bantalan hidrodinamik ...................................................... 11
1.7 Teori pelumasan hidrodinamik................................................................ 13

BAB 2 .................................................................................................................... 24
ROLLING CONTACT BEARING ....................................................................... 24

2.1 Pendahuluan ............................................................................................ 24


2.2 Keuntungan dan Kelemahan Bantalan Gelinding ................................... 24
2.3 Jenis-Jenis Bantalan Gelinding ............................................................... 25

BAB 3 .................................................................................................................... 44
SABUK DATAR ................................................................................................... 44

3.1 Pendahuluan ............................................................................................ 44


3.2 Jenis-Jenis Sabuk..................................................................................... 45
3.3 Jenis belt datar (flat belt) ......................................................................... 47
3.4 Rasio kecepatan , slip, creep dari belt ..................................................... 51
3.5 Rasio tarikan untuk belt datar.................................................................. 56
3.6 Tarikan sentrifugal dan tarikan maksimum ............................................. 60

Contoh 2: ................................................................................................................ 61
Contoh 3: ................................................................................................................ 62
BAB 4 .................................................................................................................... 67

3
SABUK – V ........................................................................................................... 67

4.1 Pendahuluan ............................................................................................ 67


4.2 Jenis-Jenis Sabuk V ................................................................................. 67
4.3 Standar Panjang Pitch Pada Sabuk V ...................................................... 68
4.4 Keuntungan dan kerugian V-belt ............................................................ 68
Contoh 1: ............................................................................................................ 71
Contoh 2: ............................................................................................................ 74
Daya yang ditransmisikan: ................................................................................. 75

4
BAB 1
SLIDING CONTACT BEARING
(BANTALAN LUNCUR)
1.1 Pendahuluan

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.

1.2 Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, berikt ini adalah
klasifikasi bantalan dari sudut subyek antara lain :

1. Berdasarkan arah beban terhadap poros


a. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu.
b. Bantalan Aksial
Arah bantalan ini sejajar dengan sumbu poros, beban bertindak
sepanjang sumbu rotasi.
2. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas
b. Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol
kerucut, rol bulat, rol jarum

5
1.3 Jenis Bantalan Luncur

Bantalan luncur dikendalikan dalam satu garis lurus dan membawa beban
radial. Sliding bearing memerlukan geseran langsung dari elemen yang membawa
beban pada tumpuannya. Hal ini berbeda dengan rolling-element bearings,
dimana bola atau roller dipasang diantara dua permukaan geser.
Sliding bearing atau sering juga disebut plain bearing terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Journal atau sleeve bearing, yang bentuknya silindris dan menahan beban
radial yang tegak lurus terhadap sumbu poros.
2. Thrust bearing, yang bentuknya biasanya datar, dimana pada kasus poros
yang berputar, dapat menahan beban yang searah dengan sumbu poros.
Pada kasus poros yang berputar, bagian poros yang berkontak dengan bantalan
disebut journal. Bagian yang datar pada bantalan yang melawan gaya aksial
disebut thrust sufaces. Bantalan ini sendiri dapat disatukan dengan rumah atau
crankcase. Tetapi biasanya berupa shell tipis yang dapat diganti dengan mudah
dan yang menyediakan permukaan bantalan yang terbuat dari material tertentu
seperti babbit atau bronze.
Ketika proses bongkar pasang tidak memerlukan pemisahan bantalan, bagian
tertentu pada bantalan dapat dibuat sebagai sebuah dinding silindris yang ditekan
pada lubang di rumah bantalan. Bagian bantalan ini disebut sebagai bushing.

6
Gambar 1.1 Contoh konstruksi journal bearing dan thrust bearing

1.4 Sifat Bahan Bantalan Luncur


Ketika bantalan dilumasi dengan tepat, tidak terjadi korosi diantara kedua
permukaan, satu-satunya syarat adalah bantalan harus memiliki kekuatan yang
cukup dan kekakuan serta penggunaan yang ideal. Sifat-sifat yang harus
dipertimbangkan untuk memilih bahan terbaik :
1. Kekuatan tekan
Tekanan bantalan maksimum harus jauh lebih besar daripada rata-rata.
Tekanan diperoleh dengan membagi beban kedaerah yang
diproyeksikan. Oleh karena itu bahan bantalan harus memiliki
kekuatan tekan yang tinggi untuk menahan tekanan maksimal sehingga
mencegah ekstrusi atau deformasi bantalan.
2. Kelelahan Kekuatan
Bahan bantalan harus memiliki kekuatan kelelahan yang cukup
sehingga bias menahan beban berulang tanpa mengembangkan retak
permukaan kelelahan. Ini sangat penting untuk pesawat dan mesin
otomotif.
3. Comformability
Ini adalah kemampuan dari bahan bantalan untuk mengakomodasi
defleksi poros dan ketidak akuratan bantalan oleh deformasiplastik
(merayap) tanpa memakai berlebihan dan pemanas.

7
4. Embeddability
Ini adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel
kecil seperti debu, pasir, dll. Tanpa mencetak materi poros.
5. Bondability
Banyak bantalan kapasitas tinggi yang dibuat oleh suatu ikatan atau
lebih, lapisan tipis dari bahan shell baja berkekuatan tinggi. Dengan
demikian, kekuatan bodability yaitu obligasi adalah pertimbangan
penting dalam melilih bahan bantalan.
6. Tahan Korosi
Bahan bantalan seharusnya tidak menimbulkan korosi. Propert ini
sangat penting terutama di internal combustion mesin dimana minyak
yang sama digunakan untuk melumasi dinding dan bantalan. Dalam
silinder, minyak pelumas masuk ke dalam kontak dengan silinder
panas dan dapat mengoksidasi dan mengumpulkan deposit karbon dari
dinding.
7. Konduktivitas Thermal
Bahan bantalan harus memiliki konduktivitas thermal yang tinggi
sehingga dapat menghilangkan panas dengan cepat yang dihasilkan
oleh gesekan.
8. Expansi Thermal
Bahan bantalan harus memiliki koefisien expansi thermal yang rendah.
Semua sifat-sifat yang dibahas diatas, bagaimanapun sulit untuk menemukan
disetiap materi bantalan tertentu. Berbagai bahan yang digunakan dalam praktek,
tergantung pasa kebutuhan kondisi yang sebenarnya.

1.5 Material Bantalan Luncur


Beberapa sifat yang dicari pada material bantalan adalah relative softness (untuk
menyerap partikel asing), kekuatan yang cukup, machinability (untuk
mempertahankan toleransi), lubricity, ketahanan temperatur dan korosi, dan pada
beberapa kasus, porositas (untuk menyerap pelumas). Kekerasan material bantalan

8
tidak boleh melebihi sepertiga kekerasan material yang bergesekan dengannya
untuk mempertahankan embedability dari partikel abrasiv. Beberapa kelas
material yang berbeda dapat digunakan sebagai bantalan, biasanya yang berbasis
timbal, timah, dan tembaga. Aluminium sendiri bukan merupakan material yang
baik untuk bantalan walaupun banyak digunakan sebagai bahan paduan untuk
beberapa material bantalan.
A. Babbit
Semua famili logam berbasis timbal dan timah yang dikombinasikan
dengan unsur lain sangat efektif terutama jika diproses dengan electroplatting
dalam bentuk lapisan tipis pada substrat yang lebih kuat seperti baja. Babbit
meupakan contoh yang sangat umum pada famili ini dan biasa digunakan pada
bantalan crankshaft dan camshaft. Lapisan babbit yang tipis akan mempunyai
ketahanan fatigue yang lebih baik daripada lapisan babbit yang tebal, tetapi
tidak dapat melekatkan partikel asing dengan baik. Karena babbit ini
mempunyai temperatur peleburan yang rendah dan akan cepat rusak dalam
kondisi pelumasan batas (boundary lubrication), maka diperlukan pelumasan
hidrodinamik atau hidrostatik yang baik.
B. Bronzes
Famili paduan tembaga, terutama bronze, merupakan pilihan yang sangat
baik untuk melawan baja atau besi cor. Bronze lebih lunak dibanding material
ferrous tetapi mempunyai kekuatan, machinability, dan ketahanan korosi yang
baik serta bekerja dengan baik melawan paduan besi jika dilumasi. Ada lima
macam paduan tembaga yang biasa digunakan sebagai bantalan yaitu, copper-
lead, leaded bronze, tin bronze, aluminium bronze, dan berrylium copper.
Kekerasan paduan tembaga ini bervariasi mulai dari yang nilainya hampir
sama dengan babbit sampai dengan yang hampir sama dengan baja. Bushing
bronze ini dapat bertahan dalam kondisi pelumasan batas (boundary
lubrication) dan dapat menahan beban tinggi dan temperatur tinggi.
C. Besi Cor Kelabu dan Baja
Besi cor kelabu dan baja merupakan material bantalan yang cukup baik
untuk digunakan melawan sesamanya dalam kecepatan rendah. Grafit bebas

9
pada besi cor menambah sifat lubricity tetpi pelumas cair tetap dibutuhkan.
Baja juga dapat digunakan melawan baja jika keduanya dikeraskan dan diberi
pelumasan. Ini merupakan pilihan yang biasa digunakan pada rolling contact
di bantalan rolling-element. Bahakan baja dapat melawan semua material lain
jika diberi pelumasan yang sesuai.
D. Sintered Materials
Material seperti ini dibuat dari serbuk dan secara mikroskopik tetap
berpori setelah perlakuan panas. Porositas ini memungkinkan material ini
untuk menyimpan pelumas dengan aksi kapilaritas, dan kemudian
melepaskannya ke bantalan jika panas. Sintered bronze digunakan secara luas
untuk digunakan melawan baja atau besi cor.
E. Material Non-Logam
Beberapa jenis material non-logam memberikan kemungkinan untuk
bekerja dalam kondisi kering jika meterial ini mempunyai sifat lubricity yang
baik. Contohnya adalah grafit. Beberapa jenis material termoplastik seperti
nilon, acetal, dan teflon memberikan koefisien gesek yang rendah terhadap
logam manapun tetapi mempunyai kekeuatan dan temperatur leleh yang
rendah, yang jika digabungkan dengan konduktivitas panasnya yang buruk
akan membatasi beban dan kecepatan yang bisa ditahan. Teflon mempunyai
koefisien gesek yang rendah tetapi harus diberi filler untuk meningkatkan
kekuatannya. Adapun filler yang biasa digunakan pada teflon adalah inorganic
fillers seperti talc atauserat kaca yang dapat meningkatkan kekuatan dan
kekakuan, serbuk grafit dan MoS2 yang dapat meningkatkan lubricity,
kekuatan serta ketahanan temperaturnya. Kombinasi material poros dengan
bantalan yang biasa digunakan pada prakteknya sangat terbatas. Tabel
dibawah ini menunjukkan beberapa kombinasi material poros dengan
bantalan.

Tabel 1.1 Material bantalan yang direkomendasikan untuk sliding melawan baja
atau besi cor

10
1.6 Konsep dasar bantalan hidrodinamik

Bantalan Luncur Hidrodinamik adalah jenis yang paling banyak

digunakan saat ini karena konstruksinya yang sederhana dan performansi yang

baik. Lapisan film pelumas tumbuh akibat dari gerakan relatif antara permukaan

yang saling bergerak relatif. Ada beberapa parameter utama sliding bearing yang

menentukan tumbuh tidaknyalapisan film hydrodinamik yaitu kecepatan relatif

permukaan, viscositas pelumas, laju aliran pelumas, dan beban. Hal ini berarti

untuk mencapai kondisi full-film maka kecepatan putaran harus cukup tinggi,

pelumas yang tepat serta suply pelumas yang cukup. Dalam operasinya,

hydrodynamic bearing juga akan mengalami kondisi boundary lubrication pada

saat start dan saat akan berhenti. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh posisi

journal bearing pada saat diam, mulai diperasikan (start) dan pada saat mencapai

full-film lubrication. Sedangkan gambar berikutnya menunjukkan karakteristik

11
gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start sampai mencapai kondisi full

film.

Karakteristik gesekan pada hydrodinamic bearing dari saat start sampai

mencapai

kondisi full film

12
1.7 Teori pelumasan hidrodinamik

Concentric Journal Bearing

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa hidrodynamic bearing adalah jenis

bantalan sliding bearing yang paling banyak digunakan saat ini. Disini kita akan

membahas teori pelumasan hidrodinamik dan aplikasinya pada journal bearing.

Pertama kita akan membahas journal bearing konsentris yang belum mendapat

beban seperti ditunjukkan pada gambar 1.4. Clearance antara journal dan bearing

sangatlah kecil, biasanya sekitar 1/1000 kali diameter journal. Karena itu kita

dapat memodelkannya sebagai dua buah permukaan datar sebab gap h sangat kecil

sekali dibandingkan dengan radius lengkungan bearing. Model ini ditunjukkan

pada gambar (b).

Gambar 1.4

13
Jika permukaan bawah dijaga tetap diam dan permukaan atas digerakkan

dengan kecepatan U, maka pelumas akan mengalami shear. Partikel pelumas pada

permukaan atas akan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan permukaan

atas dan partikel yang menempel pada permukaan bawah akan tetap diam. Elemen

geser fluida pelumas ditunjukkan pada gambar (c). Gradien kecepatan akan

menyebabkan distorsi sebesar β = dx/dy. Tegangan geser yang terjadi pada

elemen fluida pelumas adalah proporsional dengan laju geseran yaitu :

dimana η adalah viskositas. Jika tebal film h konstan maka gradient

kecepatan du/dy = U/h = konstan. Jadi gaya yang diperlukan untuk menggerakkan

pelat adalah tegangan dikalikan luas permukaan yaitu :

U
F=x A =A h

Untuk journal bearing yang konsentris, gap h = Cd /2 dan Cd adalah diametral

clearance. Kecepatan U = πDn; n = putaran journal per detik; dan luas geser A =

πDL. Jadi torsi yang diperlukan untuk melawan gesekan film pelumas adalah

Persamaan ini dikenal dengan persamaan Petroff untuk torsi film pelumas tanpa

beban.

Eccentric Journal Bearing

14
Untuk menumpu beban transversal, pelat pada gambar 11.12b harus

nonparalel. Jika pelat bawah diputar berlawanan arah jarum jam dan pelat atas

digerakkan dengan kecepatan U, fluida antara kedua pelat akan mengisi gap yang

semakin kecil seperti ditunjukkan pada gambar 11.13a. Hal ini akan menimbulkan

tekanan yang akan melawan beban transversal P. Sudut antara kedua pelat dapat

dianalogikan sebagai clearance yang bervariasi akibat eksentrisitas e dari jurnal

dan bantalan seperti ditunjukkan pada gambar 11.13b. Eksentrisitas e diukur dari

pusat bantalan Ob sampai ke pusat jurnal Oj. Sumbu 0-π untuk variabel

independen θ dibuat sepanjang garis 𝑂𝑏 Oj seperti pada gambar 11.13b. nilai

maksimum dari e adalah cr = Cd /2, dimana cr adalah radius clearance.

Eksentrisitas ini dapat dikonversikan ke rasio eksentrisitas dimensionless ε :


𝑒
= 𝑐
𝑟

Rasio eksentrisotas ini nilainya bervarisi dari 0 sampai 1 ketika journal menyentuh

bantalan. Persamaan pendekatan untuk ketebalan lapisan h sebagai fungsi dari θ

sebagai berikut :

Tebal lapisan h maksimum terjadi pada θ = 0 dan minimum pada θ = π.

15
Gambar 1.5

Pada gambar 1.6 ditunjukkan bantalan luncur dengan sistem koordinat

yang pusatnya terletak pada tepi bantalan. Adapun adanya komponen V2 pada

arah y diakibatkan oleh menutup atau membukanya celah h pada saat berrotasi

sehingga 2 V = ∂h / ∂x .

Gambar 1.6

16
Dengan menggunakan asumsi di atas, dapat dituliskan persamaan Reynolds yang

menghubungkan perubahan tebal celah h, kecepatan relatif antara bantalan dan

journal 𝑉2dan 𝑈1 - 𝑈2 , dan tekanan fluida p sebagai fungsi dua dimensi x dan z,

serta dengan mengasumsikan bahwa journal dan bantalan adalah paralel pada arah

z dan viskositas η adalah konstan.

Dimana U = U1 + U2.

Solusi Long Bearing

Persamaan di atas hanya bisa dipecahkan secara numerik. Raimondi dan

Boyd menemukan metode pemecahannya yang menggunakan berbagai grafik.

Namun Reynolds kemudian menemukan solusi pendek untuk permsaan tersebut

dengan mengasumsikan bahwa bantalan mempunyai panjang tak hingga pada arah

z. Asumsi ini mengakibatkan aliran menjadi nol dan distribusi tekanan sepanjang

arah z konstan atau ∂p / ∂z = 0 . Dengan penyederhanaan ini persamaan Reynolds

menjadi :

Solusi Short Bearing

17
Dalam dunia modern, bantalan panjang (long bearing) sangat jarang

digunakan karean beberapa alasan seperti batasan dimensi, pengangkutan, dan

sebagainya. Rasio l/d pada bantalan modern biasanya adalah sekitar ¼ sampai 1.

Solusi long bearing mengasumsikan bahwa tidak ada kobocoran pelumas samping

pada bantalan, namun pada rasio l/d yang kecil ini, kebocoran samping dapat

merupakan faktor yang sangat signifikan. Ocvirk dan DuBois, memecahkan

persamaan Reynolds yang melibatkan factor kobocoran samping.

Persamaan ini juga dapat diintegrasikan untuk memberikan persamaan dalam

bentuk tekanan pada lapisan pelumas sebagai fungsi θ dan z.

Persamaan ini disebut sebagai solusi Ovrick atau solusi short bearing. Persamaan

ini biasanya dievaluasi untuk θ = 0 sampai π, dengan mengasumsikan tekanan

sama dengan nol pada belahan sisi yang lain.

18
Distribusi tekanan p pada arah z adalah parabolik dan puncaknya pada

tengah panjang bantalan l dan nol pada z = ± l/2. Tekanan p bervariasi secara

nonlinear pada seluruh θ dan memuncak pada kuadran kedua. Nilai θmax pada

pmax dapat dihitung dengan persamaan:

dan nilai pmax dapat ditemukan dengan mensubstitusikan z = 0 dan θ = θmax

pada solusi short bearing. Sudut antara arah gaya P dengan sumbu θ = π

digambarkan sebagai φ . Besar sudut φ dapat dicari dengan menggunakan

persamaan :

Dan besarnya gaya resultan P sebagai fungsi parameter bantalan adalah sebagai

berikut:

19
Kemudian dengan mensubstitusikan U = πdn’, dan cr = cd/2, dapat diperoleh :

20
Contoh Soal
Bantalan luncur
1. Sebuah bantalan luncur menahan beban 150kN. Diameter poros 30o mm
berputar pada kecepatan 1800 rpm dengan tekanan bantalan sebesar 1,6
MPa. Kelonggaran radial 0,25 mm, membutuhkan pelumas dengan
viskositas absolut 0,02 kg/ms dan faktor kebocoran 0,002. Hitunglah :
a. Panjang bantalan
b. Kalor yang ditimbulkan

Di ketahui
W = 150 kN = 150 . 103 N c = 0,25 mm
d = 300 mm = 300 . 10-3 m z = 0,02 kg/ms
N = 180 rpm k = 0,002
P = 1,6 MPa

Ditanyakan
l = …?
Qg = …?

Penyelesaian
𝑊
a. P =
𝑙.𝑑
𝑊 150
L= = = 312,5 mm
𝑃.𝑑 1,6 .300

33 𝑧𝑁 𝑑
b. µ = ﴾ ﴿﴾ ﴿+k
108 𝑃 𝑐
33 0,02 .180 300
= ﴾ ﴿﴾ ﴿ + 0,002
108 1,6 0,25

= 0,0109
𝜋. 𝑑. 𝑁 𝜋 . 0,3 . 180
V= = = 28,27 m/s
60 60
Qg = µ . W . V = 0,0109 . 150 . 103 . 28,27 = 46,22 kW

21
2. Sebuah bantalan luncur panjangnya 100 mm dan diameter poros 50 mm
berputar pada 900 rpm. Perbandingan diameter dan kelonggaran radial =
1000. Membutuhkan minyak dengan viskositas absolut 0,011 kg/ms.
Temperature minyak pelumas waktu beroperasi 75oC, temperature udara
sekeliling 35oC, perbedaan temperature oli masuk dan keluar 10oC. Faktor
lkebocoran oli 0,02, kalor jenis pelumas 1850 J/kgoC, koefisien
penyerapan kalor 280 Watt/m2oC. Hitunglah :
a. Kalor yang dibangkitkan, kalor yang dibuang, kalor yang dikeluarkan
minyak pelumas, kebutuhan minyak pelumas
b. Jika kalor yang dibangkitkan harus dikeluarkan semua oleh minyak
pelumas, hitung kebutuhan minyak pelumas

Diketahui
l = 100 mm
d = 50 mm
N = 900 rpm
d/c = 1000
T = 10oC
k = 0,002
s = 1850 J/kgoC
c = 180 Watt/m2oC
P = 1,4 MPa
z = 0,011 kg/ms
tb = 75oC
ta = 35oC

22
Ditanyakan
Qg, Qd, Qt, m

Penyelesaian
33 𝑧𝑁 𝑑
a. µ = ﴾ ﴿﴾ ﴿+k
108 𝑃 𝑐
33 0,011 .900
= ﴾ ﴿ 1000 + 0,002
108 1,4

= 4,33 x 10-3
𝜋. 𝑑. 𝑁 𝜋 . 0,05 . 900
V= = = 2,356 m/s
60 60
W = P . l . d = 1,4 . 100 . 50 = 7000 N
Qg = µ . W . V = 4,33 x 10-3. 7000 . 2,356 = 71.476 W

Tb – Ta= ½ (Tb – Ta ) = ½ ( 75 – 35 ) = 20oC


A = l . d = 100 . 50 = 5000 mm2 = 0,005 m2
Qd = C . A (Tb – Ta ) = 280 . 0,005 (20) = 28 W
Qt = Qg – Qd = 7146 – 28 = 7118 W

b. Qt = m . s . t
m = Qt / s . t = 7118 / 1850 . 10 =

23
BAB 2
ROLLING CONTACT BEARING
(BANTALAN GELINDING)

2.1 Pendahuluan
Roller telah dikenal sejak zaman dahulu sebagai alat untuk memindahkan barang berat.
Namun baru pada abad ke-20 teknologi pembuatan dan material yang baik memungkinkan
pembuatan bantalan roll. Kebutuhan bantalan dengan gesekan rendah, kecepatan tinggi, tahan
temperatur tinggi dipicu oleh berkembangnya turbin gas untuk pesawat terbang. Bantalan bola
dan roll telah mulai didesain dan distandarkan pada tahun 1900-an dalam ukuran metrik.
Adapun bantalan yang baru mempunyai dimensi eksternal yang sama tetapi lebih baik dari
segi desain, kualitas, dan reliabilitasnya.
Mayoritas bantalan bola modern dibuat dari baja jenis AISI 5210 dan dikeraskan baik
secara keseluruhan maupun pada permukaannya saja. Paduan baja-Chromium ini dapat
dikeraskan secara menyeluruh sampai HRC 61-65. Bantalan roller sering dibuat dengan
menggunakan baja AISI 3310, 4620, dan 8620 yang dikeraskan. Kemajuan dalam proses
pembuatan baja memungkinkan pembuatan bantalan dari baja yang “bersih” dari kotoran. Hal
ini telah meningkatkan reliabilitas bantalan secara signifikan.
Rolling-element bearing dibuat semua perusahaan pembuatnya dengan menggunakan
dimensi standar yang dibuat oleh Anti-Friction Bearing Manufacturer Association (AFBMA)
dan atau International Standards Organization (ISO) dan bersifat interchangeable.
Standarisasi ini memungkinkan diberikannya jaminan bahwa bantalan buatan perusahaan
manapun dapat digunakan untuk menggantikan bantalan yang rusak pada suatu assembly
selama spesifikasi standarnya sama.

2.2 Keuntungan dan Kelemahan Bantalan Gelinding


Berikut adalah keuntungan dan kelemahan dari bantalan gelinding.
Keuntungan :

1. Gesekan rendah pada awal dan putaran kecuali pada putaran yang sangat
tinggi.
2. Kemampuan untuk menahan beban kejut sesaat.
3. Akurasi pada kesejajaran poros.

24
4. Biaya pemeliharaan rendah, karena tidak memerlukan pelumas dalam
kinerjanya.
5. Dimensi keseluruhan kecil.
6. Mudah dalam memasang dan membongkar.
7. Bersih.

Kekurangan :

1. Lebih berisik pada kecepatan tinggi.


2. Ketahanan rendah pada beban kejut.
3. Biaya lebih mahal.
4. Design rumah bantalan rumit.

2.3 Jenis-Jenis Bantalan Gelinding


Secara garis besar, rolling-element bearing terdiri atas dua jenis yaitu bantalan
bola (ball bearing) dan bantalan rol (roller bearing). Kedua jenis ini sendiri terdiri
atas bermacammacam varian.
A. Bantalan Bola (Ball Bearing)
Bantalan bola merupakan susunan bola-bola baja yang dikeraskan yang
terpasang diantara dua buah cincin, dalam dan luar untuk bantalan radia l, atau
atas dan bawah untuk thrust bearing. Selain itu juga terdapat retainer atau
separator yang menjaga jarak antarbola baja tetap disekitar cincin. Bantalan
bola jenis deep groove dirancang untuk menahan beban radial dan beban
aksial. Adapun jenis angular contact dirancang untuk menahan beban aksial
yang lebih besar dan juga dapat menahan beban radial.

25
Gambar 2.1 bantalan bola radial jenis deep-groove atau Conrad

26
Gambar 2.2 Jenis-jenis bantalan bola

B. Bantalan Rol (Roller Bearing)


Bantalan rol menggunakan roller yang lurus, tirus, atau berkontur yang
dipasang diantara dua buah cincin. Secara umum, bantalan rol dapat menahan
beban statik dan dinamik yang lebih besar daripada bantalan bola disebabkan

27
oleh kontaknya yang lebih besar. Selain itu bantalan rol ini juga lebih murah
daripada bantalan bola untuk ukuran dan beban yang besar. Biasanya bantalan
rol hanya dapat menahan beban dalam satu arah saja baik itu radial maupun
aksial, kecuali bila roller-nya tirus atau berkontur. Secara garis besar, bantalan
rol ini terbagi lagi menjadi empat jenis yaitu :
1. Bantalan rol silindris,
Bantalan ini memiliki rol pendek dan dijaga rumahan. Bantalan ini
relatif kaku terhadap gerak radial dan memiliki koefisien gesek rendah
dari setiap bentuk bantalan gelinding yang memiliki tugas berat. Tipe
seperti ini digunakan pada kecepatan tinggi.

Gambar 2.3 Bantalan rol silindris.


2. Bantalan rol jarum,
Bantalan ini relatif lebih ranping dan benar-benar mengisi ruang.
Bantalan ini digunakan ketika beban berat yang harus dilakukan
dengan gerak osilasi, bantalan pin egpiston pada mesin diesel bekerja
dengan berat , dimana pembalik cenderung bergerak untuk menjaga rol
dalam keselarasan yang benar.

28
Gambar 2.4 Bantalan rol jarum.

3. Bantalan rol tirus,


Rol dan jalan ras pada bantalan ini dipotong kerucut yang elemen-
elemennya berpotongan pada satu titik yang sama. Sehingga bantalan
jenis ini biasa membawa beban radial atau aksial. Bantalan ini tersedia
dalam berbagai kombinasi sebagai bantalan baris ganda dan dengan
sudut kerucut yang berbeda untuk digunakan dengan beban radial dan
aksial dengan ukuran yang berbeda.

29
Gambar 2.5 Bantalan rol tirus.

4. Spherical roll bearing.


Bantalan rol bola ini adalah bantalan penyelaras diri. Fitur penyelaras
diri ini dicapai dengan menggiling salah satu ras dalam bentuk bola.
Bantalan ini biasanya dapat mentolerir ketidak sejajaran dalam urutan
1
sudut ± 1 2 ° dan bila digunakan dengan roller baris ganda, ini dapat

membawa beban dorong di kedua arah.

Gambar 2.6 Bantalan rol bola (Spherical roll bearing).

2.1. Beban statis bantalan gelinding

30
Beban yang dapat ditahan oleh bantalan tidak berputar disebut
adalah beban statis. Beban statis dasar didefinisikan sebagai beban
radial atau beban axial pada deformasi permanent pada bola, beban
terbesar mencapai 0,0001 kali diameter.
Pada bantalan bola satu alur, beban statis dasar berhubungan pada
komponen radial pada beban yang terjadi karena perpindahan letak
radial ring bantalan satu dengan yang lainnya.
Pada beberapa aplikasi dimana rotasi berikutnya pada bantalan
lebih lambat dan kehalusan pada gesekan tidak terlalu diperhatikan,
deformasi permanent lebih besar dapat diijinkan.
Dengan kata lain dimana kehalusan diperlukan atau gesekan
sangat diperlukan, deformasi permanent total yang kecil dapat
diijikan.
Berdasarkan IS:3823-1984, beban dasar (Co) dalam N bantalan
gelinding sebagai berikut :
1. Untuk bantalan bola radial, beban dasar statis radial (Co)
dapat diperoleh dengan :
Co = fo . i . Z . D² . cos α

Keterangan :
i=
banyakny
a alur
pada
bantalan
bola
D = diameter bola (mm)
Z = banyaknya bola pada tiap alur (kg/m.s)
𝛼 = sudut kontak, nilai sudut antara garis aksi pada
beban bola dengan bidang tegak lurus axis dari
bantalan.

31
fo = faktor bantalan (tergantung pada tipe bantalan),
nilai faktor bantalan (fo) untuk
Nilai dari factor (fo) untuk bantalan yang terbuat dari baja,
sebagai berikut :
fo = 3,33 untuk bantalan penyelaras sendiri.
= 12,3untuk kontak radial dan bantalan alur sudut.
2. Untuk bantalan roller radial, beban statis dasar radial dapat
diperoleh dengan :
Co = fo . i . Z . Le . D . cos α
Keterangan :
l = banyaknya alur pada bantalan bola
Z = banyaknya roller per alur
Le = panjang efektif kontak antara roller dengan cincin
(washer) dimana kontak yang terpendek (mm).
sama dengan panjang keseluruhan minus roller
chamfer
D = diameter roller (mm). jika pada tapered roller
digunakan diameter utamanya.
𝛼 = nilai sudut kontak. Sudut antara garis aksi pada
beban resultan roller dan bidang tegak lurus axis
pada bantalan.
fo = 21,6 untuk bantalan yang terbuat dari baja yang
dikeraskan.
3. Bantalan bola aksial beban aksial dasar dihitung dengan :
Co = fo . Z . D² sin α
Keterangan :

Z = banyaknya bola pada tiap alur

Fo = 49, bantalan terbuat dari baja yang dikeraskan.

4. Untuk bantalan roller axial beban statis dasar radial dapat


diperoleh dengan

32
Co = fo . i . Z . Le. D. sin α

Keterangan :

Z = banyaknya bola pada tiap alur

fo = 98,1, bantalan terbuat dari baja yang dikeraskan


2.2. Beban statis ekuivalen untuk bantalan gelinding
Beban ekuivalen statis dapat didefinisikan sebagai beban
radial statis atau beban aksial dimana jika ditambahkan pada
persamaan, maka persamaan menjadi sama seperti deformasi
permanen total yang terjadi pada bola yang menerima beban terbesar.
Beban ekuivalen radial statis untuk bantalan radial atau
antalan rol dalam kondisi menerima kombinasi antara beban radial
dan beban aksial atau beban tekan yang diberikan dengan pembesaran
yang didapatkan dari persamaan di bawah ini.
Wro = ( X0 Wr + Y0 Wa) Ks
Keterangan :
Wro : beban ekuivalen radial statis (N)
Wr : beban radial (N)
Wa : beban aksial (N)
X0 : faktor beban radial
Y0 : faktor beban aksial
Ks : faktor service
Ks = 1 untuk uniform and steady load
= 1,5 untuk light shock load
= 2 untuk moderate shock load
= 2,5 untuk heavy shock load

33
2.3. Beban dinamis ekuivalen bantalan gelinding

Pembebanan dinamik ekuivalen dapat didefinisikan sebagai


harga konstan dari pembebanan radial bergerak dimana jika diberikan
kepada sebuah bantalan dengan cincin dalam yang berputar dan
cincin luar yang diam akan memberikan umur kerja yang sama dan
mencapai harga kondisi sebenarnya pada pembebanan dan rotasinya.
We = (Xr . V. Wr + Ya . Wa) Ks
Keterangan :
V = faktor rotasi
= 1 untuk semua tipe batalan ketika cincin dalam yang berputar
= 1 untuk tipe bantalan self aligning ketika cincin dalam diam
= 1,2 untuk semua bantalan kecuali self aligning ketika cincin dalam
diam
Ks = faktor service

2.4. Umur Bantalan


Umur pakai bantalan berdasarkan putaran dapat dihitung dengan
persamaan

34
2.5. Beban dinamis bantalan

Keterangan :
L = Umur pakai dalam putaran
C = beban dinamis ijin (N)
Fe = beban dinamis ekuivalen (N)
k = faktor dinamis bantalan
= 3 untuk bantalan bola
= 10/3 untuk bantalan rol
N = putaran (r/min)
Hubungan pendekatan antara umur pakai dalam putaran dengan jam kerja
bantalan (LH) sebagai berikut :
L = 60 x n x LH (dalam putaran)

Tabel 4. . Harga Xr dan Ya Untuk Beban Dinamis Ekuivalen

35
36
Tabel 6. Beberapa Nomer Bantalan Standart

37
Tabel 7. Beban Statik dan Dinamik Beberapa
Bantalan

38
Keterangan :
a. 1. Seri Bantalan 100 beban extra light

39
b. 2. Seri Bantalan 200 beban light
c. 3. Seri bantalan 300 beban medium
d. 4. Seri bantalan 400 beban heavy
e. Secara umum dua digit dibelakang No. Seri, merupakan diameter
lubang (bore) jika dikalikan dengan 5, dalam satuan mm. (bebarapa
pengeculalian, lihat tabel 6).
Misal No. 305 berarti : bantalan beban medium dengan lubang 05 x
5 = 25 mm.
f. Beban medium kapasitas 30 – 40 % dari beban light.
g. Beban heavy kapasitas 20 – 30 % dari beban medium.
A. Pelumasan
Pelumasan digunakan pada bearing untuk mengurangi
gesekan antara permukaan dan untuk memgeluarkan panas akibat
gesekan. Juga mencegah bearing melawan korosi. Semua jenis
pelumasan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. liquid
2. semi liquid
3. solid
Pelumasan liquid biasanya digunakan pada bearing yaitu oli mineral
dan sintetik. Oli mineral adalah yang paling umum digunakan karena
murah dan stabil. Gemuk adalah semi liquid lubricant mempunyai
visikositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan oli biasa. Gemuk
dipakai ketika kecepatan putar yang lambat dan tekanan yang besar.
I. PERBEDAAN BANTALAN GELINDING DAN LUNCUR
a. Bantalan luncur
 Mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban berat.
 Konstruksi sederhana.
 Pembuatan dan pemasangan dapat dilakukan dengan mudah.
 Gesekan sangat besar pada saat start sehingga memerlukan torsi
awal yang besar.
 Pelumasan tidak sederhana

40
 Gesekan yang terjadi sangat besar.
 Panas yang dihasilkan cukup tinggi.
 Dengan sistem pelumasan yang baik, bantalan luncur dapat
meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tak bersuara.
 Tidak memerlukan ketelitian yang tinggi sehingga harganya
cukup murah
b. Bantalan gelinding
 Cocok untuk beban yang lebih kecil dibandingkan dengan
bantalan luncur.
 Putaran dibatasi oleh adanya gaya sentrifugal elemen gelinding
pada bantalan.
 Konstruksinya rumit dan proses pembuatan sulit.
 Harganya lebih mahal dibandingkan dengan bantalan luncur.
 Produksi/pembuatan dilakukan dalam standarisasi.
 Gesekan sangat kecil.
 Pelumasan sangat sederhana, misalnya dengan grease
 Gerakan elemen gelinding menyebabkan suara berisik.

41
Contoh Soal
Bantalan gelinding
1. Tentukan sebuah bantalan bola dengan penyesuaian sendiri jika beban
yang didukung 11,9 kN, umur 160 juta putaran

Penyelesaian
k = 3 (bantalan bola)
𝐿 160 .1000000 1/3
C=W ﴾ ﴿1/k = 11,9 ﴾ ﴿ = 64,60 kN
1000000 1000000

2. Sebuah bantalan bola, kontak sudut satu garis, nomornya 310. Digunakan
untuk menahan sebesar 3,75 kN. Hitung umur bantalan dalam tahun, jika 1
tahun 300 hari, 1 hari 10 jam, N = 100 rpm

Penyelesaian
W = 3,75 kN
k=3
C = 53 kN → tabel
𝐶 k 53000 3
L=﴾ ﴿ x 106 putaran = ﴾ ﴿ x 106 putaran = 2823,15 . 106 putaran
𝑊 3750
L = 60 . N . Lh
2823,15 . 106 = 60 . 1000 . Lh
Lh = 47052,5 jam
1 hari = 47052,5 jam/10 = 4705,25 hari
1 tahun = 4705,25/300 = 15,68 tahun

3. Tentukan bantalan bola alur tunggal untuk mendukung beban sebesar 7,29
kN. Umur yang diharapkan 5 tahun. 1 tahun 300 hari, 1 hari 10 jam, N =
1600 rpm

Penyelesaian

42
W = 7240 N
Lh = 5 tahun = 150 hari = 15000 jam
N = 1600 rpm

L = 60 . N . Lh
= 60 . 1600 . 15000 = 1440 . 106 putaran
𝐿 1440 .1000000 1/3
C=W ﴾ ﴿1/k = 7240 ﴾ ﴿ = 81 kN
1000000 1000000

43
BAB 3
SABUK DATAR

3.1 Pendahuluan
Sabuk atau tali digunakan untuk mengirim daya dari suatu poros yang lain
melalui pulley yang berputar di kecepatan yang sama atau pada kecepatan yang
berbeda. Jumlah daya ditransmisikan tergantung pada factor-faktor berikut :

1. Kecepatan sabuk.
2. Tegangan dimana sabuk ditempatkan pada puli.
3. Sudut kontak antara sabuk dan puli kecil.
4. Kondisi dimana saat sabuk digunakan.

Sabuk mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Mereka bisa dipakai untuk jarak sumbu yang panjang.


 Karena slip dan gerakan sabuk yang lambat, perbandingan kecepatan
sudutantara kedua poros tidak konstan ataupun sama dengan
perbandingandiameter puli.
 Bila menggunakan sabuk yang datar, aksi klos bisa didapat
denganmenggeser sabuk dari puli yang bebas ke puli yang ketat.
 Bila sabuk V dipakai, beberapa variasi dalam perbandingan
kecepatansudut bisa didapat dengan menggunakan puli kecil dengan sisi
yangdibebani pegas. Diameter puli kemudian merupakan fungsi dari
tegangansabuk dan dapat diubah-ubah dengan mengubah jarak sumbunya.
 Sedikit penyetelan atas jarak sumbu biasanya diperlukan sewaktu
sabuksedang dipakai.
 Dengan menggunakan puli yang bertingkat, suatu alat
pengubah perbandingan kecepatan yang ekonomis bisa didapat.

Catatan:
a) Poros harus sejajar untuk menyamakan teganagan tali.

44
b) Puli tidak harus saling berdekatan didalam kontak dengan puli yang lebih
kecil atau mungkin yang besarnya sama.
c) Puli tidak harus terpisah jauh karena sabuk akan menjadi beban pada
poros. Ini mengakibatkan pergesekan pada bearing.
d) Panjangnya sabuk cenderung untuk mengayun dari sisi ke sisi
menyebabkan sabuk bergerak keluar jalur dari puli yang mana membentuk
lengkungan pada sabuk.
e) Kekencangan sabuk harus sesuai jadi kelonggaran akan meningkatkan
contak kinerja pada puli.
f) Untuk memperoleh hasil yang baik dengan sabuk datar, jarak maksimum
antara poros tidak boleh melebihi dari 10 meter dan minimum tidak boleh
kurang dari 3-5 kali diameter puli terbesar.

3.2 Jenis-Jenis Sabuk


Ada banyak jenis sabuk yang digunakan sehari-hari. Dibawah ini point-point
pentingnya:
1. Sabuk datar
Sabuk datar banyak digunakan di pabrik dan bengkel(tempat kerja),
dimana tenaga di transmisikan dari puli satu ke puli lain. Yang mana
kedua puli tidak boleh terpisah lebih dari 10 meter .
2. V-belt
V-belt banyak digunakan di pabrik dan bengkel(tempat kerja) yang mana
baik digunakan untuk mentransmisikan tenaga dari puli satu ke puli lain.
Yang mana kedua puli sangat dekat atau berdekatan satu sama lain.
3. Sabuk bundar atau tali.
Sabuk bundar atau tali banyak digunakan di pabrik dan bengkel(tempat
kerja), dimana tenaga di transmisikan dari puli satu ke puli lain. Yang
mana kedua puli tidak boleh terpisah lebih dari 5 meter .

45
Jika jumlah tenaga sangat besar untuk ditransmisikan kemudian sabuk tunggal
tidak mungkin cukup. Dalam kasus ini puli besar(untuk V-belt atau tali) dengan
jumlah alur yang digunakan . kemudian sabuk dalam masing-masing alur
mentransmisikan untuk tenaga yang dibutuhkan dari satu puli ke puli lain.
Tabel 1: Material belt dan density.

Koefisien gesek antara belt dan pulley tergantung pada material belt,
material pulley, slip dari belt, dan kecepatan belt. menurut C.G.Barth, koefisien
gesek antara leather belt dan pulley besi cor adalah mengikuti rumus berikut:

dimana : v = kecepatan belt dalam m/menit.

Tabel berikut menunjukkan nilai koefisien gesek untuk material belt dan material
pulley. Tabel 2: Koefisien gesek antara belt dan pulley

46
3.3 Jenis belt datar (flat belt)
Daya yang ditansmisikan dari satu pulley ke pulley lain oleh beberapa
jenis belt sebagai berikut:
1. Open belt drive (penggerak belt terbuka). Seperti ditunjukkan pada Gambar
2, belt jenis ini digunakan dengan poros sejajar dan perputaran dalam arah
yang sama. Dalam kasus ini, penggerak A menarik belt dari satu sisi (yakni
sisi RQ bawah) dan meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM atas). Jadi tarikan
pada sisi bawah akan lebih besar dari pada sisi belt yang atas (karena tarikan
kecil). Belt sisi bawah (karena tarikan lebih) dinamakan tight side sedangkan
belt sisi atas (karena tarikan kecil) dinamakan slack side, seperti pada
Gambar 2.

2. Crossed atau twist belt drive (penggerak belt silang). Seperti ditunjukkan

47
pada Gambar 3, belt jenis ini digunakan dengan poros sejajar dan
perputaran dalam arah yangberlawanan. Dalam kasus ini, penggerak
menarik belt dari satu sisi (yakni sisi RQ) dan meneruskan ke sisi lain (yakni
sisi LM). Jadi tarikan dalam belt RQ akan lebih besar dari pada sisi belt LM.
Belt RQ (karena tarikan lebih) dinamakan tight side sedangkan belt LM
(karena tarikan kecil) dinamakan slack side, seperti pada Gambar 3.

3. Quarter turn belt drive (penggerak belt belok sebagian). Mekanisme


transmisi dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk mencegah belt agar tidak
keluar/lepas dari pulley, maka lebar permukaan pulley harus lebih besar
atau sama dengan 1,4b, dimana b adalah lebar belt.

4. Belt drive with idler pulley (penggerak belt dengan pulley penekan).

48
Dinamakan juga jockey pulley drive seperti ditunjukkan pada Gambar 5,
digunakan dengan poros parallel dan ketika open belt drive tidak dapat
digunakan akibat sudut kontak yang kecil pada pulley terkecil. Jenis ini
diberikan untuk mendapatkan rasio kecepatan yang tinggi dan ketika tarikan
belt yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

5. Compound belt drive (penggerak belt gabungan). Seperti ditunjukkan pada


Gambar dibawah, digunakan ketika daya ditransmisikan dari poros satu ke
poros lain melalui sejumlah pulley.

6. Stepped or cone pulley drive (penggerak pulley kerucut atau bertingkat).


Seperti pada Gambar 7, digunakan untuk merubah kecepatan poros yang
digerakkan ketika poros utama (poros penggerak) berputar pada kecepatan
konstan.
7. Fast and loose pulley drive (penggerak pulley longgar dan cepat). Seperti
pada Gambar 8, digunakan ketika poros mesin (poros yang digerakkan)
dimulai atau diakhiri kapan saja diinginkan tanpa mengganggu poros

49
penggerak. Pulley yang dikunci ke poros mesin dinamakan fast pulley dan
berputar pada kecepatan yang sama seperti pada poros mesin. Loose pulley
berputar secara bebas pada poros mesin dan tidak mampu mentransmisikan daya
sedikitpun. Ketika poros mesin dihentikan, belt ditekan ke loose pulley oleh
perlengkapan batang luncur (sliding bar).

50
3.4 Rasio kecepatan , slip, creep dari belt
Rasio antara kecepatan penggerak dan yang digerakkan dinamakan rasio
kecepatan.
Ini dapat dinyatakan secara matematika sebagai berikut: Misalkan:
d1 = Diameter pulley penggerak,
d2 = Diameter pulley yang digerakkan,
N1 = Putaran pulley penggerak, rpm
N2 = Putaran pulley yang digerakkan, rpm
Panjang belt yang melalui pulley penggerak dalam satu menit = π d1N1
Panjang belt yang melalui pulley yang digerakkan dalam satu menit = π d2N2
Karena Panjang belt yang melalui pulley penggerak dalam satu menit sama
dengan panjang belt yang melalui pulley yang digerakkan dalam satu menit,
oleh karena itu:
π d1N1 = π d2N2

maka rasio kecepatan:

51
Slip dari belt

Dalam artikel sebelumnya telah dibahas bahwa gerak dari belt dan pulley
mengasumsikan sebuah pegangan dengan gesekan yang kuat antar belt dan
pulley. Tetapi kadang-kadang, gesekan menjadi tidak kuat. Ini mengakibatkan
beberapa gerak ke depan dari pulley penggerak tanpa membawa belt. Kejadian
ini dinamakan slip dari belt dan secara umum dinyatakan sebagai sebuah
prosentase.
Hasil dari slip adalah menurunkan rasio kecepatan sistem. Slip dari belt
adalah suatu fenomena yang biasa terjadi, jadi belt tidak akan pernah dipakai
dimana sebuah rasio kecepatan adalah suatu yang penting (seperti pada kasus
arloji).
Misalkan s1 % = Slip antara pulley penggerak dengan belt,
s2 % = Slip antara pulley yang digerakkan dengan belt Kecepatan
belt melewati pulley penggerak per detik adalah:

Kecepatan belt melewati pulley yang digerakkan per detik adalah

Substitusi nilai v dari persamaan (i) menjadi:

52
dimana: s = s1 + s2 , yaitu total slip

Jika ketebalan belt (t) diperhitungkan, maka:

Creep (merangkak) dari belt

Ketika belt melewati dari sisi slack (yang kendor) ke sisi tight (yang kencang), sebuah
bagian tertentu dari belt memanjang dan mengerut lagi ketika belt melewati dari sisi
tight ke sisi slack. Akibat perubahan panjang ini, ada gerak relatif antara belt dan
permukaan pulley. Gerak relatif ini diistilahkan sebagai creep (merangkak). Pengaruh
total creep adalah menurunkan putaran pulley yang digerakkan. Dengan
mempertimbangkan adanya creep, rasio kecepatan menjadi:

dimana
σ1 dan σ2 = Tegangan dalam belt pada sisi slack dan sisi tight,
E = Modulus elastisitas material belt.

Catatan: Karena pengaruh dari creep adalah sangat kecil, oleh karena itu dapat
diabaikan.

53
Panjang belt
Untuk belt terbuka, kedua pulley berputar pada arah yang sama seperti
pada Gambar 9.

Gambar 9.
Misalkan r1 dan r2 = radius pulley terbesar dan pulley terkecil.
x = Jarak antara pusat dua pulley.
L = Total panjang belt.
Total panjang belt adalah:

Untuk belt yang bersilangan, maka kedua pulley berputar dalam arah
yang berlawanan seperti pada Gambar 10.

Gambar 10.

54
Total panjang belt adalah:

Gambar 11 menunjukkan pulley penggerak A dan pulley yang


digerakkan B. Pulley penggerak menarik belt dari satu sisi dan mengirim ke sisi
lain. Nyata sekali tarukan pada sisi tight (yang kencang) lebih besar dari pada sisi
slack (yang kendor) seperti pada Gambar 11.

Gambar 11.
Misalkan:
T1 dan T2 = tarikan pada sisi tight (kencang) dan sisi slack (kendor) dari belt
r1 dan r2 = radius pulley penggerak dan pulley yang digerakkan, dalam meter
v = Kecepatan belt, dalam m/s.
Gaya penggerak efektif pada keliling pulley yang digerakkan adalah selisih
antara dua tarikan (yaitu T1 - T2 ).
Jadi daya yang ditransmisikan = (T1 - T2 )v watt
(3-3) Torsi yang terjadi pada pulley penggerak = (T1 - T2 )r1
Torsi yang terjadi pada pulley yang digerakkan = (T1 - T2 )r2

55
3.5 Rasio tarikan untuk belt datar
Sebuah pulley yang digerakkan berputar dalam arah cw (searah jarum
jam) seperti pada Gambar 12.
Misalkan T1 dan T2 = tarikan pada sisi tight (kencang) dan sisi slack (kendor) dari
belt
θ = Sudut kontak dalam radian.
Sekarang perhatikan bagian kecil dari belt PQ, sudut δθ pada pusat pulley seperti
Gambar
12. Belt PQ dalam kesetimbangan di bawah gaya berikut:
1. Tarikan T dalam belt pada P,
2. Tarikan (T + δT) dalam belt pada Q,
3. Reaksi normal RN,
4. Gaya gesek F = µ × RN, dimana µ = koefisien gesek antara belt
dan pulley.

Gambar 12.
Kesetimbangan gaya horizontal adalah:

Karena sudut δθ adalah sangat kecil maka dalam persamaan (i) sin δθ/2 = δθ/2 ,
sehingga:

= T δθ……(ii)

56
dimana diabaikan karena nilainya sangat kecil. Kesetimbangan gaya
vertikal adalah :

….(iii)

Karena sudut δθ adalah sangat kecil maka dalam persamaan (iii) cos δθ/2 = 1,
sehingga:

Penyamaan nilai RN dari persamaan (ii) dan (iv), diperoleh :

atau

Integral persamaan di atas antara batas T1 dan T2 dan dari 0 sampai θ, diperoleh :

atau

Persamaan (v) dapat dinyatakan dalam istilah hubungan algoritma berikut :

Pernyataan di atas memberikan hubungan antara tarikan sisi tight dan sisi slack,
dalam istilah koefisien gesek dan sudut kontak.
Catatan:
1. Jika kedua pulley berasal dari material yang sama maka:

…..(untuk belt silang)

…..(untuk belt terbuka)

57
Sudut kontak (θ):
…..(untuk belt terbuka)

…..(untuk belt silang)

2. Ketika pulley dibuat dari bahan yang berbeda (yaitu koefisien gesek
pulley atau sudut kontak adalah berbeda), jadi desain menunjuk kepada
pulley yang mana µθ adalah kecil.

58
Contoh 1:
Dua buah pulley, yang satu berdiameter 450 mm dan yang lain berdiameter 200
mm, pada poros sejajar 1,95 m dihubungkan oleh belt silang. Tentukan panjang
belt yang dibutuhkan dan sudut kontak antara belt dan setiap pulley.
Berapakah daya yang dapat ditransmisikan oleh belt ketika pulley terbesar
berputar pada 200 rpm, jika tegangan maksimum yang diijinkan dalam belt
adalah 1 kN, dan koefisien gesek antara belt dan pulley adalah 0,25.
Penyelesaian:
Diketahui:

Panjang belt adalah:

Sudut kontak antara belt dan pulley untuk belt silang adalah:

Tarikan pada belt:

59
Kecepatan belt:

Daya yang ditransmisikan adalah:

3.6 Tarikan sentrifugal dan tarikan maksimum


Ketika belt berputar terus-menerus di atas pulley, maka pengaruh beberapa gaya
sentrifugal mengakibatkan kenaikan tarikan pada sisi tight dan sisi slack. Tarikan yang
diakibatan oleh gaya sentrifugal dinamakan tarikan sentrifugal. Pada kecepatan belt
yang rendah (di bawah 10 m/s), tarikan sentrifugal adalah sangat kecil, tetapi pada
kecepatan belt yang besar (di atas 10 m/s), pengaruhnya harus dipertimbangkan.
Perhatikan bagian kecil PQ dari belt dengan sudut dθ pada pusat pulley, seperti
pada Gambar 14.

Gambar 14. Misalkan


m = massa belt per unit panjang, kg.

60
v = kecepatan linier belt, m/s.
r = radius pulley, m.
TC = tarikan sentrifugal secara tangensial pada P dan Q, Newton.
Jadi tarikan sentrifugal pada belt adalah:
TC = m.v2 (3-5)

Tarikan maksimum pada belt

Tarikan maksimum pada belt (T) adalah sama dengan tarikan total pada sisi tight
dari belt.
Misalkan: σ = Tegangan maksimum yang aman,
b = Lebar belt,
t = Ketebalan belt.
Tarikan maksimum dalam belt adalah:
T = Tegangan maksimum x Luas penampang belt
= σ.b.t

Jika tarikan sentrifugal diabaikan, maka tarikan maksimum: T = T1


Jika tarikan sentrifugal diperhitungkan, tarikan maksimum: T = T1 + TC (3-6) Untuk
daya yang maksimum, maka: T = 3TC (3-7)

Contoh 2:
Sebuah belt terbuat dari kulit berukuran 9mm x 250mm digunakan untuk menggerakkan
pulley besi cor berdiameter 900mm pada putaran 336 rpm. Jika sudut kontak pada
pulley terkecil adalah 120o dan tegangan pada sisi tight (kencang) adalah 2 MPa,
tentukan kapasitas daya belt. Density kulit adalah 980 kg/m3, dan koefisien gesek antara
belt dan pulley adalah 0,35.
Penyelesaian:
Diketahui:

Kecepatan belt adalah:

61
Luas penampang belt adalah:

Tarikan maksimum pada sisi tight belt adalah:

Massa belt per panjang adalah:

Tarikan sentrifugal adalah:

keterangan:
Tarikan pada sisi tight belt adalah:

Tarikan pada sisi slack belt adalah:

atau

Kapasitas daya dari belt adalah:

Contoh 3:
Rancanglah sebuah belt untuk mentransmisikan daya 110 kW untuk sebuah sistem
yang terdiri dari dua pulley berdiameter 0,9m dan 1,2m, jarak antara pusat adalah 3,6m,
kecepatan belt 20 m/s, koefisien gesek ,3, slip 1,2 % pada setiap pulley dan gesekan

62
yang hilang pada setiap poros 5 %, over load (beban lebih) 20 %.

Penyelesaian:
Diketahui:

Putaran belt pada pulley terkecil (pulley penggerak) adalah:

(lihat rumus slip pada belt di atas)

(lihat rumus slip pada belt di


atas)

Torsi pada poros (pulley


besar)

63
Putaran belt pada pulley terbesar (pulley yang digerakkan) adalah:
Karena ada gesekan 5% yang hilang pada setiap poros, oleh karena itu torsi pada poros:
Torsi = 1,05.3334 = 3500 N-m
Karena belt didesain untuk 20% beban lebih, oleh karena itu torasinya menjadi: Torsi
maksimum = 1,2.3500 = 4200 N-m
Misalkan T1 = Tarikan pada sisi tight dari belt, T2 = Tarikan pada sisi slack dari
belt.

Torsi pada poros (driven pulley)


Persamaan untuk torsi :

Sudut kontak dari belt pada pulley terkecil adalah:

Tarikan T1 dan T2 dapat ditentukan dengan rumus:

ata
u

Dari persamaan (i) dan (ii) diperoleh

Misalkan : σ = Tegangan yang aman untuk belt = 2,5 MPa = 2,5.10 6 N/m2 (asumsi)
t = Tebal belt = 15 mm = 0,015 m (asumsi) b = Lebar belt, m.
Karena kecepatan belt melebihi 10m/s, oleh karena itu tarikan sentrifugal harus
diperhitungkan. Density belt kulit diasumsikan 1000 kg/m3.
Maka massa belt per panjang meter adalah:

Tarikan sentrifugal adalah :

64
Tarikan maksimum belt untuk menentukan lebar belt :

=
Panjang belt menjadi :

65
66
BAB 4
SABUK – V
4.1 Pendahuluan
Terbuat dari kain dan kawat tercetal dalam karet dan terbungkus dengan kaindan
karet seperti pada gambar 17-19 (a). Sabuk ini berbentuk seperti trapesium dan dibuat
tanpa ujung. Sangant cocok khususnya untuk penggerak pendek. Sudut sabuk V biasanya
antara 300 – 400. Daya dipindahkan dengan aksi baji antara sabuk dan lekukan V pada
puli atau katrol. Jarak disediakan pada dasar lekukan seperti pada gambar 17-19 (b),
untuk mencegah menyentuh dasar, karena untuk mencegah keausan. Sabuk V dapat
dipasang dengan berbagai sudut dengan sisi sempit berada diatas atau dibawah. Untuk
meningkatkan keluaran daya beberapa sabuk V dapat dioperasikan dari sisi ke sisi. Perlu
diketahui bahwa pada sabuk V multiple, semua sabuk harus direntangkan dengan
kekencangan yang sama sehingga beban terbagi dengan rata pada semua sabuk. Ketika
salah satu sabuk putus, semua sabuk harus diganti bersama-sama. Jika hanya satu sabuk
yang diganti, sabuk yang baru akan terentang lebih ketat dan bergerak dengan kecepatan
yang berbeda.

4.2 Jenis-Jenis Sabuk V


Sabuk V dibuat dalam lima jenis, yaitu A, B, C, D, dan E. Dimensi standard
sabuk V ditunjukkan pada tabel 4.1. Puli untuk sabuk V dapat dibuat dari besi tuang atau
baja press untuk mengurangi bobot. Dimensi standard puli berlekuk V ditunjukkan pada
table 4.2.
Tabel 4.1 Dimensi standar sabuk V

Diameter lereng Lebar Berat per


Jenis Cakupan Ketebalan
minimum puli puncak (b) meter
sabuk daya kuda (t) mm
(D) mm mm dalam kg
A 1–5 75 13 8 0,106
B 3 – 20 125 17 11 0,189
C 10 – 100 200 22 14 0,343

67
D 30 – 200 355 32 19 0,596
E 40 – 500 500 38 23 -

Tabel 4.2 Dimensi standar puli berlekuk V(semua dimensi dalam mm)

Jenis sabuk w d a c f e Jumlah lekukan pada katrol


A 11 12 3,3 8,7 10 15 6
B 14 15 4,2 10,8 12,5 19 9
C 19 20 5,7 14,3 17 25,5 14
D 27 28 8,1 19,9 24 37 14
E 32 33 9,6 23,4 29 44,5 20
Catatan : Lebar muka (B) = (n – 1) e + 2e

4.3 Standar Panjang Pitch Pada Sabuk V


Berdasarkan IS:2494 – 1964, sabuk V ditunjukkan oleh jenisnya dan nominal
panjang bagian dalam. Sebagai contoh, sebuah sabuk V jenis A dengan panjang bagian
dalam 914 mm ditunjukkan sebagai A 914 – IS:2494. panjang standard bagian dalam
sabuk V dalam mm adalah:
610, 660, 711, 787, 813, 889, 914, 965, 991, 1016, 1067, 1092, 91168, 1219, 1295, 1372,
1397, 1422, 1473, 1524, 1600, 1626, 1651, 1727, 1778, 1905, 1981, 2032, 2057, 2159,
2286, 2438, 2464, 2540, 2667, 2845, 3048, 3150, 3251, 3404, 3658, 4013, 4115, 4394,
4572, 4953, 5334, 6045, 6807, 7569, 8331, 9093, 9885, 10617, 12141, 13665, 15189,
16713.
Panjang lereng diperoleh dengan menambahkan 36 mm untuk jenis A, 43 mm untuk jenis
B, 56 mm untuk jenis C, 79 mm untuk jenis D, dan 92 mm untuk jenis E.

4.4 Keuntungan dan kerugian V-belt

Keuntungan V-belt:

68
1. Penggerak V-belt lebih kokoh akibat jarak yang pendek diantara pusat pulley.

2. Gerakan adalah pasti, karena slip antara belt dan alur pulley diabaikan.

3. Karena V-belt dibuat tanpa ujung dan tidak ada gangguan sambungan, oleh karena itu
pergerakan menjadi halus.

4. Mempunyai umur yang lebih lama, yaitu 3 sampai 5 tahun.

5. Lebih mudah dipasang dan dibongkar.

6. Belt mempunyai kemampuan untuk melindungi beban kejut ketika mesin di-start.

7. Mempunyai rasio kecepatan yang tinggi (maksimum 10).

8. Aksi desak belt dala alur memberikan nilai rasio tarikan yang tinggi. Oleh karena itu
daya yang ditransmisikan oleh V-belt lebih besar dari pada belt datar untuk koefisien
gesek, sudut kontak dan tarikan yang sama dalam belt.
9. V-belt dapat dioperasikan dalam berbagai arah, dengan sisi tight belt pada bagian atas
atau bawah. Posisi garis pusat bisa horizontal, vertical atau miring.

Kerugian V-belt:

1. V-belt tidak bisa digunakan untuk jarak pusat yang panjang, karena berat per unit
panjang yang besar.
2. V-belt tidak bisa tahan lama sebagaimana pada belt datar.

3. Konstruksi pulley untuk V-belt lebih rumit dari pada pulley dari belt datar.

4. Karena V-belt mendapat sejumlah creep tertentu, oleh karena itu tidak cocok untuk
penerapan kecepatan konstan.
5. Umur belt sangat dipengaruhi oleh perubahan temperature, tarikan belt yang tidak
tepat dan panjang belt yang tidak seimbang.
6. Tarikan sentrifugal mencegah penggunaan V-belt pada kecepatan di bawah 5 m/s dan
di atas 50 m/s.

69
5. Rasio Tarikan untuk V-belt

Sebuah V-belt dengan sebuah alur pulley ditunjukkan pada Gambar 2.

Misalkan R1 = Reaksi normal antara belt dan sisi


alur. R = Total reaksi pada bidang alur.

µ = Koefisien gesek antara belt dan sisi alur.

Reaksi secara vertikal adalah

Atau

Gaya gesek

Perhatikan bagian kecil dari belt seperti pada BAB III, sudut δθ pada bagian
pusat, tarikan pada satu sisi T dan sisi lain (T + δT). Dengan cara yang sama bisa
diperoleh tahan gesek yang sama dengan µ.R.cosec β menggantikan µ.R. Jadi hubungan
antar T1 dan T2, untuk V-belt menjadi:

70
Contoh 1:

Sebuah kompresor membutuhkan daya 90 kW pada putaran 250 rpm, digerakkan oleh V-
belt dari sebuah motor listrik yang berputar pada 750 rpm. Diameter pulley pada poros
kompresor tidak melebihi 1 meter sementara itu jarak pusat antara pulley dibatasi 1,75
meter. Kecepatan belt tidak melebihi 1600 m/menit.

Tentukan jumlah V-belt yang dibutuhkan untuk mentransmisikan daya jika setiap
belt mempunyai penampang 375 mm2, density 1000 kg/m3 dan tegangan tarik yang
diijinkan 2,5 MPa. Sudut alur pulley adalah 35o. Koefisien gesek antara belt dan pulley
adalah 0,25. Hitung juga panjang yang dibutuhkan oleh setiap belt.

Penyelesaian:

Diketahui:

Diameter pulley pada poros motor (d1):

atau

Gambar 3.

71
Untuk belt terbuka:

Sudut kontak pada pulley terkecil (pulley motor):

Massa belt per meter panjang adalah:

Tarikan sentrifugal adalah:

Tarikan maksimum dalam belt adalah:

Tarikan pada sisi tight dari belt adalah:

Tarikan pada sisi slack dari belt adalah:

72
atau

Jumlah belt:

Daya yang ditransmisikan per belt adalah: Daya

Total daya yang ditransmisikan 90


Jumlah V-belt = = = 5,6 ≈ 6
Daya yang ditransmisikan per belt 16,085

Panjang setiap belt:

Radius pulley pada poros motor:

Radius pulley kompresor:

Panjang setiap belt adalah:

73
Contoh 2:

Dua buah V-belt sejajar pada pulley beralur berukuran sama. Sudut alur adalah 30o.

Penampang setiap belt adalah 750 mm2 dan µ = 0,12. Density material belt 1,2 Mg/m3
dan tegangan maksimum yang aman dalam material adalah 7 MPa. Hitung daya yang
dapat ditransmisikan antara pulley berdiameter 300 mm berputar pada 1500 rpm.
Tentukan juga putaran poros yang mana daya ditransmisikan adalah maksimum.

Penyelesaian:

Diketahui:

Massa belt per meter panjang adalah:

Kecepatan belt:

Tarikan sentrifugal:

Tarikan maksimum:

74
Tarikan pada sisi tight dari belt adalah:
Karena pulley mempunyai ukuran yang sama, maka sudut kontak θ = 180o = π rad.
Tarikan pada sisi slack dari belt adalah:

ata
u

Daya yang ditransmisikan:

Putaran poros:
Untuk daya maksimum, rumus tarikan sentrifugal dipakai untuk menentukan
kecepatan belt:
atau

Putaran poros menjadi:

75

Anda mungkin juga menyukai